Pencarian

Dewi Karang Samudera 1

Rajawali Emas 05 Dewi Karang Samudera Bagian 1


DEWI KARANG SAMUDERA Hak cipta dan copy right pada penerbit dibawah
lindungan undang-undang
Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
Bab l Angin keras berhembus mendadak memenuhi se-
buah lembah. Beberapa semak tampak tercabut dari
akarnya. Sementara hari yang sudah memasuki siang,
menambah ketegangan dan kegarangan alam.
Dalam ketegangan, seorang pemuda tampan berba-
ju keemasan dengan rajahan burung rajawali keema-
san pada lengan kanan kiri menatap tajam seorang le-
laki bertampang mengerikan.
Wajahnya rusak dengan kulit mengelupas, mem-
perlihatkan daging-daging busuk. Rambutnya yang se-
bahu, sebagian telah rontok. Kedua matanya meman-
carkan sinar dingin. Sementara pakaiannya yang ber-
warna hitam-hitam telah compang-camping.
Tatapan pemuda yang tak lain Tirta alias Rajawali
Emas itu beralih pada gadis jelita berbaju merah dengan ikat pinggang warna biru
yang tergolek pingsan.
Sekali lihat saja Tirta yakin kalau gadis itu terkena pukulan lelaki aneh
bertampang menyeramkan ini. Bi-la gadis itu tak segera diobati, bisa dipastikan
akan tewas mengerikan.
"Celaka kalau begini! Rupanya selagi aku memburu ayam dan burung hutan untuk
dipanggang, Iblis Kubur muncul dan mencelakakan Andini! Hm.. Mayat
yang telah dihidupkan kembali oleh Dewi Karang Sa-
mudera ini tak bisa dibuat main-main. Keparat! Seperti yang dikatakan Manusia
Pemarah, jalan satu-satunya
memang harus mencari Dewi Karang Samudera yang
memiliki Kitab Pemanggil Mayat! Dengan demikian, se-
pak terjang manusia celaka yang mempunyai dendam
pada Ki Sampurno Pamungkas ini bisa segera dihenti-
kan!" gumam Rajawali Emas.
"Orraaangg muudaa.... Kaauu telaaahh laancaang
beeraani uumbbar oomonggan paadaa Ibbliss Ku-
buur! Beerrarrtiii kaau caarrii maattii!" desis orang aneh berjuluk Iblis Kubur.
Suaranya serak, dingin, dan dalam. (Untuk jelasnya tentang Iblis Kubur, baca
serial Rajawali Emas dalam episode: "Sumpah Iblis Kubur").
Sebelumnya, Tirta alias si Rajawali Emas memang
pernah bertemu Iblis Kubur. Manusia yang telah men-
jadi mayat ini dibangkitkan kembali oleh Dewi Karang Samudera.
Dulu, Iblis Kubur pernah memiliki dendam pada Ki
Sampurno Pamungkas atau Manusia Agung Setengah
Dewa yang telah membuatnya terkubur selama seratus
tahun. Dan ketika dibangkitkan kembali oleh Dewi Ka-
rang Samudera, Iblis Kubur pernah dibohongi Tirta kalau Manusia Agung Setengah
Dewa berada di Gunung
Tengger. Itu dilakukan Tirta semata untuk menyela-
matkan Ayu Wulan, gadis manis murid Manusia Pema-
rah. Jangankan untuk mengetahui keberadaan Ki
Sampurno Pamungkas. Untuk mengenal saja tidak.
Pemuda tampan ini banyak tahu nama itu dari Raja
Lihai Langit Bumi yang juga termasuk salah seorang
gurunya. Dan sekarang, tak disangka akan bertemu
kembali dengan Iblis Kubur yang telah membuat Andi-
ni pingsan. "Aku sudah tabu kehebatan manusia ini," kata batin si Rajawali Emas dengan wajah
tegang. "Raja Lihai Langit Bumi guruku memang menyuruh untuk menghentikan sepak
terjang manusia sialan ini. Apa yang
harus kulakukan" Jalan satu-satunya memang me-
nyerang. Yah, Pedang Batu Bintang akan kuperguna-
kan sekarang juga!"
Sepasang mata kelabu mayat hidup ini menatap
Tirta tanpa kedip. Orang aneh yang berbaju hitam itu
mendadak saja menggerakkan tangan kanannya.
Srang! Kratakkkk! Seketika rantai besar yang mengikat tangan kanan
dan kiri Iblis Kubur bergerak. Di kedua kakinya yang penuh bulu pun terdapat
rantai panjang dan besar.
"Oraangg muddaa.... Kaauu beeraanni meembo-
hoongii Iibliss Kuuburr... beerrartti meencaarrii maa-tii!" geram Iblis Kubur.
Begitu habis kata-katanya yang serak, Iblis Kubur
mengebutkan tangan kirinya.
Wusss! Rantai panjang langsung menderu ke arah Tirta,
diiringi angin deras serta suara menggidikkan. Untung saja si Rajawali Emas
bertindak sigap, dengan membuang tubuhnya ke samping.
Sementara itu tak jauh dari tempat pertarungan,
sepasang mata penuh kelicikan memperhatikan jalan-
nya pertarungan dari balik semak. Dengan mengerah-
kan ilmu meringankan tubuhnya, kehadiran sosok di
balik semak sama sekali tak diketahui. "Julukan si Rajawali Emas benar-benar
bukan pepesan kosong. Pa-
dahal, baru beberapa bulan terdengar. Namun sepak
terjangnya sudah menggegerkan. Baiknya, kulihat saja dulu kehebatannya. Hmmm....
Melihat ciri pedang di
punggungnya, aku yakin pasti itu Pedang Batu Bin-
tang. Meskipun aku tak ingin memilikinya karena den-
damku lebih berkarat pada Raja Lihai Langit Bumi. Tetapi tak ada salahnya bila
aku merebutnya juga," guman sosok di balik semak, yang ternyata seorang wani-ta
berpakaian hijau lumut.
Sementara itu Iblis Kubur terus melancarkan se-
rangan dahsyat. Setiap kali tangannya bergerak selalu muncul angin dahsyat.
Sedangkan rantai besi pan-
jangnya terus mengancam keselamatan si Rajawali
Emas. Berulang kali Tirta terhenyak mendapat serangan
bergelombang dan sangat aneh itu. Namun dengan il-
mu meringankan tubuh yang dibarengi jurus meng-
hindar 'Rajawali Putar Bumi', pemuda dari Gunung
Rajawali itu selalu bisa menghindar dari setiap serangan. Lembah yang dipenuhi
semak belukar dalam waktu
singkat berubah menjadi tanah lapang, terpapas habis oleh sambaran pukulan Iblis
Kubur yang salah sasaran, "Benar-benar celaka! Bila Iblis Kubur terus-menerus
menyerang, tentu aku akan celaka. Tetapi,
bagaimana bila serangannya dialihkan pada Andini
yang pingsan" Bisa berabe urusan!" gumam Tirta, seraya meraba punggungnya.
Srak! Terdengar suara pedang ditarik dari warangka. Me-
rasa sulit mengatasi rangkaian serangan Iblis Kubur
yang mengerikan, si Rajawali Emas telah mencabut
Pedang Batu Bintang.
Begitu Pedang Batu Bintang berada di luar wa-
rangka nya, di ujung tangan Tirta tersaput sinar keemasan yang begitu cemerlang.
Pedang di hulu bagian
bawah terdapat ukiran berbentuk bintang. Dan di ka-
nan kiri bagian hulu terdapat dua kepala burung rajawali saling berlawanan arah.
Tapi, ternyata Iblis Kubur tak gentar dengan pe-
dang di tangan Tirta. Kalau sejak tadi menyerang tan-pa bergeser dari tempatnya
kali ini dia bergerak begitu cepat.
Di tempatnya, Tirta hanya melihat satu bayangan
hitam ke arahnya. Kemudian menyusul suara berge-
mentang ke arahnya yang dikawal angin seperti badai
menghantam. Namun, si pemuda agaknya sudah siap. Segera
tangan yang memegang Pedang Batu Bintang digerak-
kan. Sraaat! Sinar keemasan terang berasal dari Pedang Bate
Bintang memendar, masuk dalam gempuran Iblis Ku-
bur. Menakjubkan sekaligus mengherankan! Hampa-
ran angin yang meningkat dahsyat dan mengarah pada
si Rajawali Emas langsung pupus begitu sinar keema-
san yang melesat tadi masuk.
Bukan hanya itu. Begitu dua buah rantai besi pan-
jang bagian kiri menderu kembali siap menghantam,
tubuh si Rajawali Emas merendah. Sementara Pedang
Batu Bintang bergerak ke arah rantai bagian kanan.
Trang! Plaas! Rantai besi panjang di tangan kiri Iblis Kubur ber-
hasil dielakkan. Sementara rantai di bagian kanan terpapas Pedang Batu Bintang
hingga putus di bagian
ujung. Pentalannya melesat jauh, entah ke mana.
Meskipun mampu membuat gebrakan menakjub-
kan melalui Pedang Batu Bintang, namun tak urung
tubuh Tirta terdorong ke depan. Itu diakibatkan tenaga raksasa yang dimiliki si
Iblis Kubur. Cepat pemuda tampan berambut gondrong dengan
ikat kepala berwarna keemasan itu menguasai keseim-
bangan. Dia memang mampu melakukannya. Tetapi
saat tubuhnya tegak terlihat agak goyah. Seketika tenaga dalamnya dialirkan agar
tidak sampai jatuh.
Kendati demikian napasnya terasa sesak sekali.
"Luar biasa! Jangankan untuk mengalahkannya.
Menandinginya saja aku sudah dibuat pontang-
panting," desis batin Tirta sambil menatap Iblis Kubur
yang berdiri berjarak delapan tombak. "Apa yang harus kulakukan sekarang"
Seharusnya manusia itu bisa
mundur begitu serangannya tadi berbenturan dengan
Pedang Batu Bintang. Tetapi, dia malah tetap tegak
berdiri. Hmm... sudah seharusnya sekarang kupadu-
kan Pedang Batu Bintang dengan tenaga surya dalam
tubuhku." Tirta segera menarik napas. Tenaga surya yang
berpusat dari pusarnya dikerahkan. Tenaga yang tak
sengaja dimilikinya akibat menghisap sari rumput sak-ti 'Selaksa Surya'. Bila
saja Raja Lihai Langit Bumi tak mengajarkan cara mengendalikan tenaga itu.
niscaya sekujur tubuhnya akan hancur karena betotan tenaga
surya yang tak terkendali. (Untuk lebih jelasnya silakan baca serial Rajawali
Emas dalam episode: "Raja Lihai Langit Bumi").
"Oraaang Muudaaa.... Kauu laancaang beerbbuaat
hinnaa paadaa Iibliss Kuubur! Berrarttii maaut siaap jeelaang diirimuu!"
Di seberang, Iblis Kubur menggereng tinggi, pan-
jang, dan serak.
"Wah! Itu melulu yang kau katakan! Jangan-jangan kau hanya hafal kata-kata itu
saja!" seloroh Tirta, pa-dahal hatinya sudah kebat-kebit. Terutama melihat
keadaan Andini yang mencemaskannya.
Mendadak saja. mulut Iblis Kubur terbuka lebar.
Tirta sampai melongo melihatnya.
"Edan! Aku yakin kodok budukpun akan menyang-
ka kalau mulut itu sarangnya! Tetapi... Apa yang akan dilakukannya dengan
membuka mulut seperti itu"
Apakah...."
Kata-kata batin Tirta terputus bagai direnggut se-
tan. ketika asap hitam bergulung dan meluncur ke
arahnya. Bagai siap mencengkeram dari dua arah.
Wrrrr! Wusssh! "Setan alas! Aku merasakan panas yang sangat
kuat sekali! Hhh! Ingin kulihat, apakah tenaga surya dalam tubuhku mampu
menandingi panas sialan itu!
Dan.. asap hitam itu bagai menghalangi pandanganku!
Persetan! Aku tak ingin mampus!"
Segera tubuh pemuda tampan dari Gunung Raja-
wali itu mengegos ke samping kanan. Lalu dengan ju-
rus pedang yang diajarkan Bidadari Hati Kejam melalui pengebutnya, pedangnya
segera digerakkan.
Wuttt...! Sinar keemasan menebar dahsyat, makin mene-
rangi lembah yang memang sudah terang. Sinar itu
membentuk pusaran, langsung menerobos ke dalam
asap hitam yang bergulung-gulung.
Wusss! Asap hitam itu bagai tercacah dan pecah berham-
buran saat sinar keemasan yang berasal dari Pedang
Batu Bintang menerobos kemudian tenaga surya yang
sudah dilepaskan Tirta langsung memukul putus hawa
panas yang berasal dari serangan Iblis Kubur!
Namun meskipun demikian, mendadak....
Des! Satu tenaga dahsyat menghantam perut si pemu-
da. Saat itu juga, Tirta terlempar tiga tombak ke belakang dengan perut mulas
bukan main. Dalam keadaan
seperti itu, tubuhnya dibuang ke kiri, ketika satu sambaran berkilat tertimpa
cahaya matahari mengarah ke-
padanya. Rupanya. selagi Tirta berusaha menahan panas
oleh gempuran asap yang menutup pandangan ma-
tanya, Iblis Kubur telah melepaskan satu tendangan
dahsyat yang telak mendarat di perut. Dan bila saja
saat itu tak mengalirkan tenaga surya tak mustahil isi
perutnya akan menyeruak keluar. Dan nyawanya pun
melayang ke akhirat. Kendati begitu, tetap saja si pemuda tampan itu memegangi
perutnya yang terasa se-
perti diaduk-aduk.
"Benar-benar edan! Apa yang harus kulakukan se-
karang?" makinya tak karuan. "Apakah harus kupanggil Bwana untuk membantu"
Tidak! Waktunya sangat
tipis. Burung rajawali raksasa itu baru saja kusem-
buhkan dari luka akibat pertarungannya dengan Iblis Kubur. Bisa berbahaya bila
kuminta bantuannya.
Hmmm... lebih baik, kuselamatkan Andini dulu karena
bisa berbahaya bila tak segera ditolong. Aku yakin, gadis itu telah terkena
pukulan maut Iblis Kubur seperti yang dialami Ayu Wulan"
Namun untuk melakukan maksud itu bukanlah
satu hal yang mudah bagi si Rajawali Emas. Karena
setiap kali Tirta mencoba menerobos untuk menyela-
matkan Andini, Iblis Kubur bukan hanya menghalangi
niatnya. Tetapi, juga mengirim serangan,
Makin tegang Tirta sekarang. Dengan penuh kete-
gangan, pemuda itu nekat menerjang. Setiap kali Iblis Kubur melancarkan
serangan, si Rajawali Emas meng-hantamnya dengan Pedang Batu Bintang-nya. Dan
anehnya, ketika ujung pedang itu berhasil menggores
tangan kanan Iblis Kubur, yang terdengar hanya jerit tertahan sekilas.


Rajawali Emas 05 Dewi Karang Samudera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan tatapan dingin tanpa berkedip, Iblis Kubur
mengusap luka di tangan kanannya dengan tangan ki-
ri. Saat itu juga luka yang menganga lebar namun tak berdarah, mendadak
tertutup! "Gila!" rutuk si Rajawali Emas, terkesiap. Matanya lebih melebar.
"Peduli langit dan bumi! Aku harus nekat! Terus menerjang bila tak
mau Andini tewas!"
Tetapi usaha Tirta benar-benar gagal. Iblis Kubur
terus menghalangi keinginannya dengan serangan-
serangan dahsyat.
Desir angin berhawa panas dan dingin meluncur
bergantian. Belum lagi rantai besi panjang yang siap cabut nyawa Tirta. Bahkan
dalam tiga gebrak berikutnya, kembali perut si pemuda terhantam tendangan Ib-
lis Kubur sebanyak dua kali
Dess! Desss! Tubuh Tirta benar-benar makin goyah sekarang.
Kendati demikian, kekeras kepalanya makin terbukti sekarang. Tanpa mempedulikan
betapa hebatnya serangan lawan dia bertekad untuk menyabung nyawa.
"Heaaa...!"
Disertai teriakan membelah angkasa, si Rajawali
Emas meluruk deras, menyerang Iblis Kubur. Gempu-
ran-gempurannya kali ini benar-benar luar biasa men-
gerikan. Namun, Iblis Kubur tetap berdiri kukuh. Bahkan
setiap serangan balasannya lebih mengerikan dengan
dua buah rantai yang bagai mengurung si Rajawali
Emas. Sulit bagi Tirta untuk melepaskan diri dari perangkap mengerikan itu.
Namun mendadak....
*** Bab 2 Plas! Satu sosok bayangan mendadak berkelebat cepat
langsung menyambar si Rajawali Emas yang tengah
terkurung serangan Iblis Kubur.
Blammm! Hantaman rantai bertenaga dalam tinggi dari ma-
nusia mayat yang telah dibangkitkan kembali itu,
hanya menemui tempat kosong. Tanah berumput kon-
tan beterbangan. Bahkan membentuk kubangan tiga
buah. Masing-masing sedalam setengah tombak.
Saat itu, si Rajawali Emas merasakan tubuhnya
melayang, lalu hinggap sepuluh tombak ke samping
kanan. Ketika melihat siapa sosok yang barusan meno-
longnya.... "Guru...."
Sosok yang baru datang ternyata seorang perem-
puan tua berbaju batik dan berkain kusam. Saat itu
dia sedang menatap Iblis Kubur tanpa berkedip. Kepa-
lanya lalu menoleh dengan mata yang kelabu melotot
gusar mendapati seruan Tirta.
"Jangan banyak omong, Bocah Kebluk! Kau sela-
matkan gadis itu! Biar aku menahan manusia keparat
ini!" omel si perempuan tua berkain kusam.
Tirta hanya mengangguk. Segera tenaga dalamnya
dialirkan lagi guna memulihkan keseimbangannya.
Sementara si nenek berkonde yang memiliki senjata
pengebut itu melompat ke depan. Berdiri tiga tombak
di hadapan Iblis Kubur yang berdiri tegak dengan ge-
rengan liar. Tanpa berkedip, si nenek berkonde yang tak lain
Bidadari Hati Kejam menatap orang yang berdiri di hadapannya.
"Setan alas! Apa yang dikatakan Raja Lihai Langit Bumi tentang hadirnya manusia
keparat yang sudah
mampus ini ternyata benar!" desis si nenek tanpa bersuara. Wajahnya agak tegang.
"Sejak pertemuanku yang terakhir dengannya di saat mengajari Tirta ilmu
pengebut, sudah kucoba untuk mencari manusia keparat ini. Tetapi baru kali ini
kutemukan, meskipun
sepak terjang sialannya telah kudengar pula. Kalau tak kutemukan sekarang, nasib
muridku yang kebluk itu
akan jadi tempe bonyok!"
Sementara itu, Iblis Kubur menatap angker. Ma-
tanya tajam menatap si nenek. Tangan kanannya ber-
gerak-gerak, hingga rantai besi yang melilit dipergelangan tangannya berbunyi.
"Peerremmpuaan jeellekk! Maauu aappa kaau
menghaallanngi keeiinginnankuu"! Biila kaau tahhuu
dii maanna Saammpuurnoo Paamungkasss bereradda,
kkau aakaann ammmann!"
"Keparat! Ki Sampurno Pamungkas. Raja Lihai
Langit Bumi brengsek! Mengapa soal ini tak dikatakan kepadaku?" maki Bidadari
Hati Kejam dalam hati dengan mulut berbentuk kerucut. Si nenek tak mau kehi-
langan nyali. Dengan tangan bertolak pinggang, dia
siap mendamprat Iblis Kubur.
"Manusia laknat! Siapa yang bikin sumpahmu jadi terbukti, hah"! Ingin
kuhancurkan manusia keparat
itu juga!"
Sebagai jawaban dari kemarahan nenek berkonde,
Iblis Kubur membuka mulutnya lebar-lebar. Seperti
yang dialami si Rajawali Emas tadi, saat itu pula asap hitam bergulung melesat
dahsyat ke arah Bidadari Hati Kejam hingga menghalangi pandangan.
Bidadari Hati Kejam memaki tak karuan. Lalu den-
gan cepat menggerakkan kedua tangannya ke depan.
Wusss! Begitu angin sedahsyat topan di lautan melesat ke
depan, gumpalan asap hitam yang dilepaskan Iblis
Kubur buyar. Biasanya, bila si nenek berkonde mele-
paskan jurusnya akan langsung menghantam lawan.
Namun yang terjadi, justru membuat kedua mata ke-
labu Bidadari Hati Kejam melotot lebar. Karena, ter-
nyata Iblis Kubur masih tegak berdiri tanpa kurang
suatu apa. Bahkan pakaian hitam compang-camping
yang melekat di tubuh Iblis Kubur hanya berkibaran
saja. Bidadari Hati Kejam terjingkat mendapati kekuatan
lawannya. "Keparat! Apa yang harus ku...."
"Errhh...!"
Kata-kata Bidadari Hati Kejam terputus begitu saja
seperti dibetot setan saat Iblis Kubur sudah mengge-
rakkan kedua tangannya dan membuka mulutnya le-
bar-lebar dengan gerengan menggetarkan.
Suara dahsyat berkesiur nyaring melesat ke arah
Bidadari Hati Kejam disertai meluncurnya dua buah
rantai besi panjang. Tak sampai di sana serangan Iblis Kubur.
Pada saat yang sama, asap hitam yang mengerikan
tadi pun kembali, bergulung-gulung dan siap untuk
menghabisi nyawa perempuan tua itu.
Bidadari Hati Kejam segera membuang tubuh ber-
kali-kali diiringi sumpah serapahnya. Dan sebisanya
sambil bergulingan tangannya menghentak untuk me-
lepas pukulan jarak jauh. Namun yang dilakukannya
tak menghasilkan apa-apa, karena lawannya mampu
menghindari sambil terus mengebutkan rantainya.
Bahkan dalam satu kesempatan....
Buk! "Aaakb..!"
Tubuh Bidadari Hati Kejam kontan terlempar, ter-
sambar rantai besi panjang yang mengikat pergelangan tangan Iblis Kubur. Si
nenek kontan memekik tertahan. Dengan segera tenaga dalamnya dialirkan begitu
hawa panas merambati tubuhnya.
Pada saat yang demikian, Iblis Kubur kembali me-
lesat dengan rantai siap dikebutkan.
"Ghrr...!"
"Heaaa...!"
Tirta yang melihat keadaan mencemaskan yang di-
alami si nenek berkonde segera mengempos tubuhnya.
Pedang Batu Bintang yang masih di tangannya dige-
rakkan ke depan, menerbitkan sinar keemasan yang
sangat terang. Langsung dipotongnya gerakan rantai
besi panjang yang datang beruntun ke arah Bidadari
Hati Kejam. Trang! Trang! Plas! Rantai besi panjang di tangan kiri Iblis Kubur kon-
tan putus terhantam Pedang Batu Bintang. Bersamaan
dengan itu, Tirta melesat masuk, sambil menggerak-
kan Pedang Batu Bintang. Tetapi keadaan itu justru
menyulitkannya sendiri. Karena kaki kanan Iblis Ku-
bur sudah lebih cepat bergerak ke arahnya.
Tak mau terhantam kaki sekeras batu gunung itu,
Tirta melenting ke kiri. Saat kembali berdiri tegak dan siap melepaskan serangan
lagi. "Bocah kebluk! Jangan bertindak bodoh! Sela-
matkan gadis yang pingsan itu! Dalam pandangan ma-
taku, nyawanya sudah siap keluar dari jasadnya!" bentak si nenek, sewot.
Tirta tersengat begitu mendengar bentakan gu-
runya. Ingatannya kembali pada Andini. Segera niat-
nya diurungkan untuk menyerang Iblis Kubur lagi
Dengan pencalan satu kaki, Tirta melompat ke de-
pan. Dan tubuhnya langsung bergulingan ke arah An-
dini ketika Iblis Kubur mencoba menghalangi maksud-
nya dengan melepaskan serangan.
Wusss! "Hup!"
Begitu berdiri, tubuh Andini yang pingsan sudah
berada di bopongan si Rajawali Emas. Sesaat hawa
panas yang menjalari tubuh si gadis begitu menyengat kulit Tirta. Segera tenaga
surya dialirkan dari pusarnya. Sehingga, panas tubuh Andini yang bisa memba-
kar tubuhnya terhalang untuk sesaat.
Kepala Tirta masih sempat menoleh ke belakang.
Saat itu, Bidadari Hati Kejam sudah melepaskan se-
rangan ke arah Iblis Kubur yang akan menghalangi
maksud Tirta. Dan di saat si pemuda meninggalkan tempat itu
untuk mencari tempat yang aman guna menyela-
matkan nyawa Andini, terdengar seruan bernada ter-
kejut dari mulut Bidadari Hati Kejam. Tapi Tirta terus berkelebat cepat kalau
tak ingin nyawa Andini lenyap.
*** "Celaka! Penderitaan gadis ini lebih bahaya daripa-da yang dialami Ayu Wulan!
Aku harus cepat mengo-
batinya." Terburu-buru si Rajawali Emas menyarungkan
kembali Pedang Batu Bintang yang masih dipegang ke
warangka. Segera pemuda ini duduk bersila di hada-
pan Andini yang terbujur dengan tubuh yang sekali-
sekali terjingkat. Tirta cepat mengalirkan tenaga surya ke kedua tangannya.
Kejap kemudian, sekujur tubuhnya seperti dilingkupi asap putih, pertanda tengah
mengeluarkan tenaga surya tingkat tinggi.
Perlahan-lahan si Rajawali Emas meletakkan ke-
dua tangannya pada kedua tangan Andini. Dan seketi-
ka hawa panas menyentak begitu Tirta memegang ke-
dua tangan gadis dari Pesanggrahan Mestika itu. Se-
saat si pemuda melengak karena panas tadi meluncur
seperti ribuan jarum yang masuk ke tubuhnya. Namun
sekuat tenaga ditahannya rasa nyeri yang cukup me-
nyiksa itu. Dibulatkan tekadnya, kalau Andini harus
bisa diselamatkan.
Setelah beberapa saat berlalu, perlahan-lahan Tirta
merasakan panas yang masuk ke tubuhnya semakin
melemah. Tiga kejapan kemudian, rasa panas itu hi-
lang sama sekali Namun keringat sebesar biji jagung masih mengalir di sekujur
tubuh gadis itu.
"Hmmm...... Seharusnya keringatnya sudah ber-
henti sekarang. Berarti aku harus menemukan pusat
lukanya yang paling berbahaya," gumam Tirta.
Namun sebelum si Rajawali Emas melakukan mak-
sudnya, tubuh Andini tampak bergerak mendadak.
Bukan berarti si gadis sudah siuman. Melainkan kare-
na satu sentakan kuat yang mendadak saja muncul
dari dalam tubuhnya.
"Edan! Jelas, ada sumber lukanya kalau begitu.
Apakah...,oh"!"
Sepasang mata Tirta melebar. Tetapi kejap kemu-
dian seperti ditarik paksa, kepalanya menoleh ke ka-
nan dengan dada bergetar. Matanya dipejamkan rapat-
rapat saat ini Tirta merasakan ada sesuatu yang bergejolak dalam tubuhnya.
Sesuatu yang pernah dirasakan
saat merangkul gadis itu, ketika memberikan ketenan-
gan untuk mengusir kecemasan Andini tentang kedua
saudara seperguruannya yang menghilang.
Tuhan.... Dada itu... oh, tidak...! Aku tidak boleh
berpikir kotor. Dada itu..., sialan! Kenapa bayangan itu tidak hilang?" maki si
pemuda, dalam hati "Tetapi... bi-la tak segera kutolong bisa-bisa gadis ini,
celaka. Ah! Mengapa luka itu berada di dadanya" Mengapa harus
begini" Dada itu..., gila! Pikiran edan! Aku harus bisa menahan diri!"
Kebimbangan makin merasuki pemuda dari Gu-
nung Rajawali itu. Gejolak darah mudanya mendadak
muncul begitu saja. Mengikat dan membuatnya bagai
berada dalam ayunan keraguan yang makin melanda.
Sesaat Tirta menarik napas dalam-dalam. "Biar bagaimanapun juga, aku harus obati
gadis ini...."
Setelah membulatkan hati, masih dengan kedua
mata terpejam, Tirta kembali mengalirkan tenaga
surya pada kedua telapak tangannya. Dan perlahan-
lahan dengan agak gemetar, si pemuda menurunkan
kedua tangannya. Pelan sekali kedua telapak tangan-
nya mendarat di payudara empuk yang dimiliki Andini.
Kalau tadi keringat keluar perasaan tegang dan
cemas, maka sekarang justru keringat dingin yang ke-
luar disebabkan rasa tak enak dan malu pada dalam
diri si pemuda. Dikuatkannya seluruh perasaannya.
Ditindihnya pikiran kotor dalam benaknya. Setelah
menarik napas berkali-kali, Tirta merasa dirinya mulai tenang. Dan mulailah
tenaga surya dialirkan pada sepasang payudara si gadis yang masing-masing terda-
pat lima buah bintik hitam akibat pukulan Iblis Kubur.
Cukup lama Tirta melakukannya sampai kemudian
mengangkat kedua tangannya dari tempat yang sem-
pat menggetarkan sukmanya. Masih dengan kedua
mata terpejam, ditutupnya kembali pakaian Andini
yang terbuka. Kemudian barulah dihembuskannya na-


Rajawali Emas 05 Dewi Karang Samudera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pas panjang-panjang. Terbuang sebagian gejolak yang tiba-tiba meraja.
"Busyet! Lebih baik bertarung mati-matian dengan si Iblis Kubur daripada
menghadapi yang beginian," rutuk batinnya setengah gemas.
Tetapi kejap kemudian, justru Tirta melengak "Am-puunn! Kalau tidak kulihat
hasil pengobatanku baru-
san, bagaimana aku tahu gadis ini bisa disembuhkan"!
Tetapi..."
Kembali Tirta melengak dengan kepala menegak
Tak ada jalan lain memang selain membuka kembali
pakaian si gadis. Kali ini, degup jantung si Rajawali Emas lebih bergemuruh
dahsyat daripada yang pertama. Karena sekarang kedua matanya harus dibuka.
Begitu dilihat, buru-buru ditutupnya kembali pakaian si gadis di bagian dada.
Memang hanya sekilas. Tetapi sudah cukup bagi
Tirta untuk melihat kalau lima buah titik hitam yang terdapat di kedua payudara
Andini telah menghilang.
"Edan! Seperti habis melakukan perjalanan yang
sangat jauh," makinya tak karuan. Tetapi sejurus kemudian bibirnya tersenyum-
senyum sendiri. "Wah....
Bagaimana kalau gadis ceriwis ini tahu kalau aku su-
dah melihat bukit kembarnya" Pasti bisa dikemplang!
Untung gadis itu tidak tahu. Hmmmmm... biarlah An-
dini kutinggalkan dulu di sini. Tempat ini agak aman nampaknya. Baiknya, kulihat
keadaan Guru."
Ketika Tirta tiba di tempat itu, Bidadari Hati Kejam dengan senjata pengebutnya
sedang menyerang habis-habisan Iblis Kubur. Setiap kali senjata pengebutnya
digerakkan, angin raksasa yang mampu menumbangkan sepuluh buah pohon sekaligus
meluruk deras. Dan setiap kali pula tanah berhamburan dengan se-
mak belukar yang makin banyak terpapas.
Namun serangan si perempuan tua itu tak banyak
gunanya untuk menghadapi kehebatan Iblis Kubur.
Karena manusia mayat itu terus beranjak dengan
langkah kaku dan suara rantai besi panjang yang
menggema. Begitu Iblis Kubur membuka serangan, maka ju-
stru kali ini Bidadari Hati Kejam yang dibuat pontang-pan-ting. Kendati
demikian, si perempuan tua masih
mampu menghindar walau dengan susah payah.
Tirta yang melihat Bidadari Hati Kejam mulai ter-
desak segera melompat siap membantu. Tenaga surya
telah dialirkan pada kedua tangannya, dan siap dile-
paskan ke arah Iblis Kubur. Namun....
"Bocah kebluk! Mau apa kau ke sini, hah"!" seru Bidadari Hati Kejam dengan suara
menggelegar sambil
berputar cepat, menghindari serangan Iblis Kubur.
"Biar kita hadapi bersama manusia keparat itu,
Guru!" seru Tirta.
"Bodoh! Tadi saat kau membawa gadis itu, ada
bayangan hijau mengikutimu! Aku yakin manusia itu
bukan orang baik-baik! Aku yakin dia sudah lama be-
rada di sini! Mungkin di saat kau tengah bertarung
dengan manusia keparat ini, manusia itu pasti sudah
berada di sini!"
Memang, pada saat Tirta meninggalkan Bidadari
Hati Kejam untuk mengobati Andini tadi, si perempuan tua sempat melihat
kelebatan bayangan hijau lumut
yang bergerak cepat. Arahnya, jelas mengikuti Tirta, Rupanya, itulah arti seruan
keras Bidadari Hati Kejam yang tadi sempat tertangkap telinga si Rajawali Emas.
Terkesiap Tirta mendapati peringatan si nenek. Se-
gera tubuhnya berbalik untuk kembali ke tempat An-
dini. Tetapi kejap kemudian, tubuhnya diputar kemba-
li. "Kau sendiri bagaimana, Guru?" tanyanya.
"Banyak omong! Aku akan pancing manusia sialan
ini menjauh dari sini! Cepat tengok keadaan gadis itu!"
seru Bidadari Hati Kejam sambil mencelat ke belakang menghindari gempuran Iblis
Kubur. Mendapati peringatan bernada memerintah itu, Tir-
ta segera berkelebat meninggalkan tempat itu. Begitu cepatnya hingga hanya dalam
lima tarikan napas, ja-
rak yang sejauh seratus tombak telah dilaluinya. Dan dia kini telah tiba di
tempat Andini diletakkan tadi.
Apa yang dikatakan Bidadari Hati Kejam memang
benar. Karena Tirta melihat seorang wanita muda ber-
paras cantik luar biasa. Bajunya yang hijau lumut tampak tipis, hingga
menunjukkan bentuk tubuhnya
yang indah. Dia sedang berdiri di hadapan Andini yang terbujur pingsan.
Rambutnya seolah dihiasi pernik keperakan. Agak menyala.
Sepasang mata gadis berbaju hijau itu tampak jer-
nih dengan bulu mata lentik melengkung. Dihiasi pula dengan sepasang alis tebal
yang indah dan agak ber-tautan. Dan sinar mata itu mencorong tajam ke arah
Tirta. Tetapi bibir yang tipis memerah basah tersungging sebuah senyuman aneh.
Dengan gerakan gemulai
rambutnya yang menyala bagai dihiasi pernik perak
diusap. "Rajawali Emas.... Sebuah julukan yang benar-
benar menggetarkan. Dan sayangnya, kau akan jatuh
ke kakiku, Pemuda tampan...," desah si gadis.
*** Bab 3 Tirta sendiri menatap tak berkedip pada perem-
puan yang berdiri di hadapannya.
"Hmmm.... Siapakah perempuan ini" Parasnya be-
gitu cantik. Rambutnya aneh bagai menyala seperti perak. Tetapi... sepasang
matanya memancarkan kelici-
kan menggidikkan. Bila melihat ciri-cirinya, aku jadi teringat cerita Manusia
Pemarah tentang perempuan
yang memiliki Kitab Pemanggil Mayat. Apakah..., pe-
rempuan ini yang dimaksud si Manusia Pemarah den-
gan julukan Dewi Karang Samudera" Kalau memang
betul berarti sejak kedatangan Iblis Kubur tadi, dia sudah ada. Hmmm.,., aku tak
boleh salah langkah. Nya-
wa Andini bagai pindah dari mulut buaya ke mulut ha-
rimau. Karena, wajah perempuan jelas tak bersaha-
bat," gumam Tirta, nyaris tanpa suara.
Si Rajawali Emas menatap tak berkedip pada sosok
padat di depannya.
"Nona.... Aku hendak mengambil tubuh sahabatku
itu. Dan kuharap, segera menyingkir," ujarnya, kalem.
Si wanita tersenyum. "Hebat. Walaupun masih
muda, cara bicaranya begitu tenang dan wibawa," gumam perempuan baju hijau tipis
ini, memuji. Mata wanita ini sejenak melirik Andini yang masih
tergeletak di tanah. Lalu tatapannya beralih pada Tirta.
"Rajawali Emas.... Mengapa aku harus menyingkir dari tempatku ini" Bukankah kau
hendak menatap tubuhku lebih jelas" Mengapa tak segera mendekat" De-
wi Karang Samudera bersedia memberikan kenikmatan
pada pemuda-pemuda tampan macam kau ini," oceh si wanita yang ternyata memang
Dewi Karang Samudera.
Tirta cuma menyungging senyum tanpa makna.
"Benar dugaanku! Perempuan inilah yang berjuluk Dewi Karang Samudera, seperti
yang dimaksud Manusia Pemarah. Menurut orang tua yang suka marah-
marah itu, Iblis Kubur dibangkitkan oleh Dewi Karang Samudera dengan petunjuk
Kitab Pemanggil Mayat
Tentunya kitab itu ada padanya. Kesempatan bagiku
sebenarnya untuk mendapatkan kitab yang telah me-
nebarkan petaka. Tetapi untuk saat ini, nyawa Andini lebih mahal harganya
daripada kitab celaka itu.
Hmmm.... Perempuan yang tergolong mata lelakian!
Baik! Aku akan ikuti permainannya."
Kalau tadi sikapnya agak berwibawa, kali ini sikap
Tirta sedikit santai. Dicabutnya sebatang rumput di
dekat kaki kanannya. Lalu dihisap-hisap rumput yang
baru dicabutnya itu.
Tidak perlu mendekat, aku juga sudah melihat tu-
buhmu yang indah itu. Tetapi ya... menurut pandan-
ganku jelas kalau tubuhmu sudah banyak dijamah
tangan nakal."
Mata Dewi Karang Samudera kontan mendelik "Eit!
Tidak usah mendelik seperti itu" Bukankah kata-
kataku benar" Maka sebaiknya. jangan tawarkan tu-
buh bagus berbau busuk itu kepadaku! Hanya satu
jawabannya. Pasti akan sia-sia!"
Wajah Dewi Karang Samudera kontan memerah.
Namun dia berusaha menindih rasa gusar. Bibirnya te-
tap menyunggingkan senyum aneh.
"Rajawali Emas.... Aku bukanlah orang rakus yang selalu menginginkan milik orang
lain. Tetapi, bila kau menginginkan gadis ini.., aku rela memberikan kepadamu.
Asalkan, kau tukar dengan pedang di pung-
gungmu," sahut Dewi Karang Samudera, tegas.
"Brengsek! Keadaanku terjejal sempit. Aku tahu, dia bukan orang sembarangan.
Tetapi urusan sudah
ada di depan mata. Dan aku tak akan mundur walau
selangkah. Persoalan perempuan itu yang memiliki Ki-
tab Pemanggil Mayat untuk sementara biar kutang-
guhkan dulu. Aku harus menyelamatkan Andini!" tandas si Rajawali Emas dalam
hati. Masih dengan menghisap-hisap rumput di bibir-
nya, pemuda tampan dari Gunung Rajawali itu berkata
lagi, "Kalau itu kau inginkan boleh saja. Sebuah cara yang sangat tepat
sebenarnya. Tetapi, apakah kau ta-hu pedang di punggungku ini?"
"Jelas siapa pun tahu pedang itu. Pedang Batu Bin-
tang yang banyak diperebutkan orang!" jawab Dewi Karang Samudera disertai
geraman. "Tepat!" Tirta mengacungkan jempolnya. Padahal, dia sengaja membuang waktu
sambil memikirkan cara
yang tepat untuk mengakali perempuan di hadapan-
nya ini Ternyata di balik otak ngeresmu, kau memiliki otak pintar juga. Nah,
bagaimana cara penukarannya?"
Perkataan demi perkataan Tirta yang diucapkan
seenak perutnya saja membuat wajah perempuan ber-
baju hijau lumut itu makin membesi.
"Lemparkan pedang itu ke sini! Maka, kau dengan mudahnya akan mendapatkan gadis
ini!" serunya dengan menindih rasa geram yang makin berlipat ganda.
Tirta nyengir, membuat Dewi Karang Samudera
menggeram. Wanita ini memang tak mau memutuskan
untuk segera menyerang si Rajawali Emas. Karena, dia harus mengikuti ke mana
perginya Iblis Kubur yang
dipancing menjauh oleh Bidadari Hati Kejam. Ada se-
suatu yang dicemaskannya bila Iblis Kubur makin
menjauh. "Wah.... Enak banget kasih jalan keluar. Apa kau pikir aku tidak punya otak"
Bagaimana bila kau menyingkir dulu dari sini" Setelah aku mendapatkan ga-
dis itu, kau sebaiknya meninggalkan tempat ini terlebih dulu. Soal Pedang Batu
Bintang yang kau ingin-
kan, kapan-kapan aku bisa mengirimkannya ke tem-
pat tinggalmu. Usul yang bagus, bukan" Iya, nggak"
Iya, nggak?"
Mengkelap wajah Dewi Karang Samudera menden-
gar ejekan si pemuda. Kedua telinganya memerah.
Tangan kanannya mendadak diangkat. Maka terlihat
cahaya putih bening melingkupinya. Tirta pun sampai
terkesiap melihatnya.
"Keparat! Bisa berabe kalau begini! Nampaknya pe-
rempuan celaka itu sudah mempersiapkan sebuah pu-
kulan! Dan jelas-jelas tidak bisa dianggap sembaran-
gan. Hhh! Bila dia hendak menurunkan tangan pada
Andini, aku akan menerjangnya," desis batin Tirta.
Dan dengan sikap santainya si pemuda terus menghi-
sap rumput di bibirnya.
Yang diduga Tirta nampaknya akan jadi kenyataan.
"Aku hanya memberi kesempatan dua kejapan mata!
Serahkan Pedang Batu Bintang, atau gadis ini akan
mati?" ancam Dewi Karang Samudera, menggiriskan.
"Kesempatan yang hanya kau berikan dua kejapan
itu, juga tidak apa-apa. Aku tahan kok tidak berkedip selama satu minggu! Nahh!
Jadi kau harus menunggu
sampai dua minggu lamanya untuk memutuskan apa-
kah aku harus menyerahkan Pedang Batu Bintang ini
atau kau hendak membunuh gadis itu" Boleh! Boleh
sekali!" "Keparaaattt!"
Usai membentak dengan suara menggelegar, Dewi
Karang Samudera segera menggerakkan tangan ka-
nannya ke kepala Andini.
Tirta yang sudah menduga cepat melompat ke mu-
ka. Langsung dilepaskannya satu pukulan.
"Boleh! Begini juga boleh!" seru si pemuda.
Wusss! Angin panas meluruk deras, langsung menahan
pukulan Dewi Karang Samudera. Bbrrr...!
Sejenak perempuan berbaju hijau tipis itu terhe-
nyak. Tubuhnya mundur satu tombak ke belakang ke-
tika pukulannya bagai ditahan tangan raksasa. Meski-
pun demikian, tangannya segera diangkat. Dan....
Wusss! Tadi, si Rajawali Emas memang sengaja melakukan
gebrakan yang cukup mengejutkan. Rupanya, dia hen-
dak mempergunakan kesempatan selagi perempuan
baju hijau tipis terkesiap, untuk melesat menyambar
tubuh Andini Tetapi Dewi Karang Samudera bukan orang semba-
rangan. Wanita ini termasuk salah seorang dedengkot
persilatan. Maka tak heran bila dalam keadaan terke-
jut, masih sempat mengirimkan serangan. Sehingga,
mau tak mau Tirta harus menghindar ke kiri. Tubuh-
nya segera berputar dua kali sebelum hinggap di ta-
nah. "Kunyuk! Rupanya dia tahu rencanaku!" maki si pemuda jengkel. ,.
Di seberang, Dewi Karang Samudera sudah mener-
jang. Gerakannya nampak lambat sekali Namun di ba-
lik semua itu, tersimpan sebuah tenaga maha dahsyat
Dalam sekejap saja, Tirta sudah bisa menduga ka-
lau lawan mencoba mengalihkan perhatiannya. Dia tak
mau membuang waktu tatkala tangan kanan dan kiri
Dewi Karang Samudera mengibas ke muka.
Wrrr! Wusss! Sinar putih bening menerjang dahsyat didahului
angin bergemuruh. Sejenak tempat yang sudah mulai
diremangi oleh senja jadi terang.


Rajawali Emas 05 Dewi Karang Samudera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aaakhh...!"
Tirta memekik tertahan. Karena pada jarak dua
tombak, dia sudah merasakan panas yang sangat ting-
gi. Namun si pemuda yang sebenarnya sangat jengkel
tak mau bertindak main-main. Tenaga surya sudah di-
alirkan pada kedua tangannya. Lalu....
Wusss! Tubuh Rajawali Emas pun melesat ke muka. Se-
pintas gerakannya lebih cepat, karena Dewi Karang
Samudera memang seperti sengaja memperlambat ge-
rakannya. Namun di balik gerakan si wanita, tersim-
pan sebuah perangkap yang bisa melengahkan lawan.
Karena, gerakan itu akan berubah menjadi cepat bila
dikehendaki pemiliknya.
Yang terjadi pun demikian.
Blaarrr...! Benturan dua tenaga sakti tingkat tinggi yang sa-
ma-sama mengandung hawa panas luar biasa terjadi
Ledakan dahsyat terdengar. Tempat itu bagai digun-
cang gempa hebat. Tanah di sekitar terjadinya bentu-
ran muncrat setinggi dua tombak Dedaunan langsung
meranggas. Dan rumput serta semak belukar pun ter-
cabut paksa dari akarnya.
Kejadian itu untuk sesaat menghalangi pandangan
keduanya. Dewi Karang Samudera mengibas-
ngibaskan tangannya agar pandangannya lebih terbu-
ka. Ketika tanah, semak, dan dedaunan luruh kembali
ke tanah, sepasang mata wanita ini terbuka lebih lebar dengan mulut menganga
membentuk lorong.
"Setan neraka! Ke mana perginya si Rajawali
Emas"! dengusnya dengan mengatupkan gigi rapat-
rapat. Sementara kedua tangan mengepal kuat-kuat.
Tatkala matanya dialihkan ke arah tempat Andini
pingsan, matanya makin melebar. "Keparat busuk!
Laknat! Gadis itu pun tidak ada"! Hhh! Rupanya si Rajawali Emas telah bertindak
licik. Di saat tanah, dedaunan, dan semak menghalangi pandangan, rupanya
dia telah menyambar tubuh gadis itu. Baik! Si Rajawali Emas tak akan bisa luput
dari kematian yang akan ku-turunkan! Lebih baik kutinggalkan tempat ini untuk
mengikuti perginya Iblis Kubur. Dan si Raja Lihai Langit Bumi manusia sialan
itu, sampai saat ini belum ju-ga kujumpai! Dendam lamaku akan kulampiaskan
dengan merogoh jantungnya!"
Dengan masih diliputi kegeraman membludak, pe-
rempuan berbaju hijau lumut tipis itu memutar tubuh, siap meninggalkan tempat
itu. Namun, mendadak saja
kepalanya justru menoleh ke belakang ketika telin-
ganya yang tajam mendengar tiga angin berkesiur. Ma-
tanya langsung menyipit ketika melihat tiga sosok tubuh berpakaian putih-putih
dengan ikat pinggang
warna kuning telah berdiri di hadapannya.
*** Bab 4 "MANUSIA-manusia laknat yang ingin cari mam-
pus! Katakan siapa kalian"!" bentak Dewi Karang Samudera. Kemarahannya akibat
habis diakali si Rajawa-
li Emas dilampiaskan pada tiga perempuan jelita yang berusia kira-kira tujuh
belas tahun yang justru mena-kupkan tangan di hadapannya. Seolah tak menghirau-
kan bentakan yang mampu membuat nyali ciut.
"Maafkan kemunculan kami yang mengagetkan,
Dewi. Kami datang atas perintah sang Ratu yang me-
minta Dewi untuk memberikan Kitab Pemanggil
Mayat," ucap salah seorang gadis cantik yang berwajah bulat. Kata-katanya penuh
rasa hormat. "Setan! Siapa yang kalian maksudkan dengan Ra-
tu"!" dengus Dewi Karang Samudera dengan kening berkernyit. Matanya dengan tajam
menatap ketiga gadis itu satu persatu.
"Beliau adalah Ratu Harimau Putih junjungan ka-
mi. Beliaulah yang memerintahkan kami datang dari
Pulau Roti, di seberang tanah Jawa ini. Aku sendiri
bernama Marbone. Sedangkan dua adik sepergurua-
nku Liliane dan Fatane," kata gadis berwajah bulat bernama Marbone,
memperkenalkan diri.
Wajah perempuan berbaju hijau lumut tipis itu
nampak berubah. Sesaat napasnya bagai tertahan.
Ratu Harimau Putih sebenarnya adalah kakak se-
perguruan Dewi Karang Samudera yang melarikan diri
karena tak mau dijadikan tumbal ilmu yang sedang di-
dalami guru mereka. Dia pergi di saat sang Guru
membutuhkan dua darah perawan sebagai tumbal il-
mu yang tengah diperdalam. Dia pula yang membujuk
Dewi Karang Samudera agar menolak permintaan gila
sang Guru. Tetapi, karena sang Guru menjanjikan il-
mu yang sangat langka yang berhasil diciptakannya bi-la Dewi Karang Samudera mau
dijadikan tumbal, ma-
ka selama dua hari dua malam wanita itu rela ditiduri.
Walaupun, Dewi Karang Samudera harus menahan ke-
jijikan. Ketika tiba gilirannya, Ratu Harimau Putih justru menghilang dari
tempatnya. Akibatnya, sang Guru marah besar. Dan dia segera menyuruh Dewi Karang
Samudera menculik seorang perawan. Setelah berhasil
mendapatkan dua tumbal, sang Guru berhasil pula
menyempurnakan ilmu yang diciptakannya. Kemudian
ilmu dahsyat itu diajarkannya kepada Dewi Karang
Samudera. Namun tak lama setelah itu, sang Guru tewas di
tangan Eyang Sepuh Mahisa Agni dalam pertarungan
sengit selama tujuh hari tujuh malam. Bila saja Eyang Sepuh Mahisa Agni tak bisa
menemukan kelemahan
ilmu dahsyat yang diberi nama 'Pengendali Mata', tentunya sang Guru tak akan
terkalahkan. Tetapi sebe-
lum bertarung dengan Mahisa Agni, sang Guru masih
sempat memberikan Kitab Pemanggil Mayat. Rupanya
Ratu Harimau Putih juga mendengar kalau kitab ini
berada pada Dewi Karang Samudera. Dan dia segera
memintanya. "Setan alas! Tak akan pernah kuberikan kepa-
danya!" maki Dewi Karang Samudera, membuyarkan
ingatannya pada Ratu Harimau Putih.
"Dewi.... Kami tak bisa lama meninggalkan pulau.
Setelah mendapat Kitab Pemanggil Mayat yang diminta
Ratu, kami akan segera kembali ke pulau," sela gadis berwajah bulat bernama
Marbone. "Bagaimana bila tidak kuberikan",, tukas Dewi Karang Samudera dengan suara
ditekan. Wajahnya me-
merah. Jelas dia dengan menindih kemarahannya yang
makin menggila.
"Perintah telah kami terima. Tiga Pengiring Ratu tak akan pernah mundur
menghadapi apa pun. Sekali
pun batu karang besar menghadang, kami akan tetap
menerjang".
"Dengan kata lain, kalian menantangku?" kontan mengkelap wajah Dewi Karang
Samudera mendapati
kenekatan tiga gadis yang menamakan diri Tiga Pengiring Ratu. Napasnya seketika
memburu. "Kami tak bermaksud menantang. Tetapi perintah
telah diberikan. Karena, Kitab Pemanggil Mayat akan
membuat kacau tanah Jawa. Bahkan, kemunculan Ib-
lis Kubur telah terdengar gemanya sampai ke Pulau
Roti. Sehingga, sang Ratu memerintahkan kami," tandas Marbone yang menjadi juru
bicara Tiga Pengiring
Ratu. "Setan! Ingin kulihat sampai di mana, Ratu Harimau Putih mengajarkan kalian ilmu
yang dimilikinya!"
Usai dengan kata-katanya, Dewi Karang Samudera
mengusap kedua tangannya. Seketika kedua tangan-
nya memancarkan sinar putih bening.
"Dewi.... Kami tak ingin terjadi pertarungan," ujar si Marbone dengan tatapan
tajam tak berkedip. Kema-
rahannya pun mulai naik melihat perempuan di hada-
pannya membuka jurus. Tetapi jelas sekali kalau ke-
marahannya tengah ditahan-tahan.
"Kalau begitu, tinggalkan tempat ini!" usir Dewi Karang Samudera, seraya
menudingkan telunjuknya ke
arah belakang Tiga Pengiring Ratu. "
"Kekacauan di tanah Jawa akibat Kitab Pemanggil Mayat telah terdengar sampai ke
Pulau Roti. Ratu memerintahkan kami untuk meminta Kitab Pemanggil
Mayat yang ada padamu, Dewi. Berarti, kami akan te-
tap... heiittt!"
Kata-kata gadis berwajah bulat itu putus di tengah
jalan tatkala hamparan sinar putih bening yang dile-
paskan Dewi Karang Samudera telah melesat ke arah-
nya. Dewi Karang Samudera yang telah gusar akibat lo-losnya si Rajawali Emas
dari tangannya, makin gusar
mendapati sikap ketiga gadis muda ini. Di samping itu, hatinya pun geram
mengingat junjungan ketiga gadis
muda ini adalah kakak seperguruannya yang tak sudi
menuruti keinginan sang Guru. Maka tak ada jalan
lain, selain memusnahkan ketiga gadis ini, sekaligus memberi peringatan pada
Ratu Harimau Putih untuk
tidak campur tangan.
Marbone yang diserang Dewi Karang Samudera ju-
stru melompat maju sambil menghentakkan kedua
tangannya diiringi bentakan keras. Sementara yang
dua orang lagi mundur, seolah ingin melihat sampai di mana kesaktian perempuan
berbaju hijau lumut itu
yang diketahui adalah adik seperguruan dari junjun-
gan mereka. Hanya yang membuat mereka terhenyak
tadi saat bertemu dengan Dewi Karang Samudera. Ka-
rena wajah dan bentuk tubuh perempuan itu sama se-
kali jauh dari dugaan semula. Sebelumnya, Ratu Ha-
rimau Putih mengatakan kalau usia adik sepergu-
ruannya itu hanya terpaut lima tahun dengannya. Te-
tapi wajah Dewi Karang Samudera tak ubahnya gadis
berusia tujuh belas tahun!
Blarr...! AAaakh...! Terdengar ledakan keras ketika pukulan Dewi Ka-
rang Samudera bertemu pukulan gadis berwajah bulat.
Bersamaan dengan itu terdengar pula suara tertahan
yang menyiratkan kesakitan. Tampak gadis berwajah
bulat itu melompat ke belakang dengan wajah beru-
bah. Tangannya bergetar hebat dengan napas sesak,
bagai ditindih seekor gajah besar.
Sementara itu Dewi Karang Samudera menyung-
gingkan senyum, tanpa kurang suatu apa.
"Apakah tak salah Ratu Harimau Putih mengutus
kalian untuk mendapatkan Kitab Pemanggil Mayat ini"
Lebih baik pulang. Katakan padanya, suatu saat aku
akan muncul untuk mencabut nyawanya bila urusan-
ku di sini telah tuntas." kata Dewi Karang Samudera dingin, penuh ancaman.
Dua dari Tiga Pengiring Ratu tak menghiraukan
ancaman barusan. Mereka1 segera melompat meng-
hampiri temannya pertama. Mereka tahu, lawan bukan
orang sembarangan. Namun tekad sudah dipacu. Me-
reka tak akan mundur meskipun terhalang gunung
menjulang dan lautan luas.
Liliane dan Fatane langsung menghentakkan kedua
tangan, melepas pukulan jarak jauh setelah saling
mengangguk. Gerakan mereka demikian cepat dengan
tenaga dalam berlipat ganda.
Dua serangan beruntun yang dilepaskan kedua da-
ra tadi, cukup membuat Dewi Karang Samudera jadi
kagok sesaat. Namun dengan cepat kedua tangannya
menghentak dua kali. Pukulan salah satu lawan ber-
hasil ditahan. Tetapi lawan satunya telah menyusup
dari bawah, seraya melepas sodokan bertenaga dalam
tinggi. Dan....
Buuukkk! Bergetar tubuh Dewi Karang Samudera begitu pu-
kulan Fatane berhasil mendarat di ulu hati. Tubuhnya kontan mundur dua tindak.
Sementara, justru Fatane sendiri terpekik dengan
tangan terasa nyeri bukan main sehabis menghantam
ulu hati Dewi Karang Samudera.
Liliane yang melihat gempuran temannya berhasil,
segera bergerak cepat lagi. Kali ini kepalan kedua tangannya siap dihantamkan ke
wajah dan dada Dewi Ka-
rang Samudera. Tetapi Dewi Karang Samudera lebih cepat lagi ber-
tindak. Tubuhnya berputar cepat mengegos ke kiri,
dan langsung melepas tendangan berputar setengah
lingkaran. "Uts...!" Liliane cepat menahan serangannya. Lalu bergerak mundur. Di saat
itulah Dewi Karang Samudera menerjang ke arah Fatane yang sedang mengalirkan
tenaga dalam untuk memulihkan tangan kanannya
yang terasa nyeri bukan main.
Melihat bahaya yang mengancam Fatane, Liliane
segera mengempos tubuhnya. Dia bermaksud mengha-
langi serangan Dewi Karang Samudera. Tetapi di luar
dugaan, Dewi Karang Samudera membalikkan tubuh
nya, langsung berputar. Seketika dilepaskannya satu
tendangan menggeledek. Des!
Perut Liliane kontan mual bukan-main terhantam
tendangan perempuan baju hijau lumut tipis itu. Tu-
buhnya langsung tersuruk kebelakang. Begitu menya-
kitkan, hingga dia harus menekan perutnya kuat-kuat.
Sementara itu, Dewi Karang Samudera mene-
ruskan serangannya pada Fatane. Dan sebisanya, si
gadis yang jadi sasaran mencoba mengangkat tangan
kirinya untuk menghalangi serangan.
Prak! "Aaakh...!"
Kalau tadi tangan kanan Fatane merasa mau pa-
tah, maka kali ini tangan kirinya yang benar-benar patah. Raungan kesakitannya
menggema keras. Dan De-
wi Karang Samudera benar-benar berniat menghabisi
gadis yang satu ini. Seketika tangan kanan yang masih memancarkan sinar bening
dihantamkan ke kepala Fatane.
Prak! " "Aaa...! Kepala si gadis pecah seketika. Tubuhnya langsung
ambruk, tak bergerak sama sekali setelah kelojotan
bagai ayam disembelih. "


Rajawali Emas 05 Dewi Karang Samudera di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat kematian Fatane yang mengenaskan, ama-
rah dua gadis dari Tiga Pengiring Ratu kian menggelegak. Seketika mereka
menerjang dahsyat, membabi
buta dengan mengerahkan segenap kemampuan. Te-
naga dalam lebih dilipat gandakan.
Namun lawan yang dihadapi adalah adik sepergu-
ruan guru mereka Maka sudah tentu dengan mudah
Dewi Karang Samudera berhasil mendikte keduanya.
Wusss! Kali ini pukulan tangan kanan Dewi Karang Samu-
dera mengarah pada Marbone. Namun dengan gerakan
memikat, si gadis masih sempat menghindar. Tubuh-
nya melengos ke kanan. Sayang, pada saat yang sama
Dewi Karang Samudera telah melompat- Langsung di-
lepaskannya tendangan dengan dua kaki ke arah dada.
Dess...! "Aaakh...!"
Tubuh Marbone kontan tersungkur disertai pekik
kesakitan. Dari mulut dan, hidung tampak darah men-
galir. Sementara, Dewi Karang Samudera tersenyum din-
gin. Sikapnya siap menghabisi Marbone. Namun......
Tap! "Marbone! Cepat tinggalkan tempat ini! Cepat!" teriak Liliane, tahu-tahu telah
memeluk erat-erat Dewi Karang Samudera. Sehingga, perempuan berbaju hijau
lumut tipis itu sukar menggerakkan tubuhnya.
Marbone terbelalak. Tampak bagaimana keringat
mengaliri tubuh Liliane yang berusaha menahan gera-
kan Dewi Karang Samudera.
"Tetapi....";
"Tidak ada tetapi!" potong Liliane. "Salah seorang dari Tiga Pengiring Ratu
harus hidup, agar ada yang
bisa menyampaikan kegagalan perintahnya dan mem-
balas dendam pada perempuan jahanam ini! Tinggal-
kan tempat ini, Marbone! Tinggalkan cepaaattt!"
Marbone nampak masih ragu-ragu. Wajahnya ke-
ras dilingkupi kebimbangan. Ketika dilihatnya Dewi
Karang Samudera sedang mencoba melepaskan diri,
dia bermaksud membantu Liliane.
"Marbone! Cepat kau pergi dari sini! Aku tak bisa bertahan lama! Cepat!" teriak
Liliane, membuat niat Marbone tertahan.
Marbone menarik napas masygul. Makin keras ke-
bimbangan pada wajahnya. Dihembuskannya napas
sesak. "Maafkan aku, Liliane...," desisnya, lirih.
Lalu dengan menekan seluruh perasaan di hatinya,
Marbone berkelebat cepat meninggalkan tempat itu.
Dan baru lima tombak dia berlari..
"Aaakhnh! Terdengar teriakan bernada kesakitan dari mulut
Liliane. Dewi Karang Samudera memang telah berhasil me-
lepaskan diri setelah menghantamkan tangan kanan-
nya ke kepala Liliane. Kepala si gadis langsung pecah dan tubuhnya ambruk.
Cairan merah bercampur cairan putih membasahi bumi. Sebagian menyiprati pa-
kaian Dewi Karang Samudera.
"Mencari mampus!" dengus Dewi Karang Samudera geram. Wanita ini segera menoleh
ke arah kanan. Masih sempat matanya menangkap bayangan Marbone di
kejauhan. "Hhh! Gadis itu pun harus mampus! Tak seorang
pun yang akan bisa melaporkan kejadian tolol ini pada Ratu Harimau Putih.
Urusanku belum selesai. Aku tak
mau ambil risiko dengan kedatangannya! Untuk se-
mentara, biar kutinggalkan urusan si Rajawali Emas!
Sambil menemukan murid Ratu Harimau Putih itu,
aku akan mencari jejak Iblis Kubur. Karena, Iblis Kuburlah yang paling penting
bagiku untuk menun-
taskan urusan dengan Raja Lihai Langit Bumi. Sampai
dunia kiamat, hidupku tetap tak akan pernah tenang
bila mendengar manusia itu masih bercokol di muka
bumi ini!"
Usai membatin begitu, Dewi Karang Samudera se-
gera melesat ke arah larinya Marbone.
*** Bab 5 Ketika hari berubah kembali menjadi pagi, Mar-
bone masih terus berlari dengan mengerahkan segenap
sisa-sisa tenaganya. Kali ini tubuhnya semakin lim-
bung. Napasnya sudah terasa sesak sekali. Rasa te-
gang, sedih, dan marah bercampur menjadi satu, Yang
diinginkannya sebenarnya hanya istirahat sejenak. Tetapi dia pun tak ingin
seandainya Dewi Karang Samu-
dera berhasil menemukannya. ,
Tak mau ambil risiko yang mengerikan, Marbone
terus mengayun langkahnya yang terhuyung. Padahal,
seluruh persendian pada otot dan tulang penyangga
tubuhnya terasa mau patah. Namun gadis itu terus
memaksakan diri untuk berlari.
Namun, kejap kemudian....
"Oh...!" Marbone benar-benar sudah tak mampu berlari lagi. Tubuhnya tahu-tahu
ambruk di atas rumput di sebuah lembah. -
"Fatane... Liliane... maafkan aku...," desahnya pa-rau dengan tubuh benar-benar
tak kuasa untuk bang-
kit lagi. Terbayang bagaimana kematian Fatane yang
menyedihkan. Dan yang lebih menggiriskan hatinya,
Liliane berkorban demi keselamatan hidupnya. Tak te-
rasa air menggenang di sepasang matanya yang seka-
rang agak memerah.
Terbayang di benak Marbone bagaimana dirinya,
Fatane dan Liliane berguru pada Ratu Harimau Pu-
tih selama dua belas tahun. Saat itu usia mereka masing-masing lima tahun. Dalam
kehidupan itulah, Tiga
Pengiring Ratu yang kesemuanya tak memiliki orang
tua lagi saling membaur satu sama lain dalam kebaha-
giaan bersama. Tanpa sadar bibir Marbone tersenyum mengingat
kejadian itu. Sampai beberapa bulan lalu, Ratu Hari-
mau Putih memberi tugas pada mereka untuk menda-
patkan Kitab Pemanggil Mayat yang dimiliki adik seperguruannya yang berjuluk
Dewi Karang Samudera.
Tugas telah diterima. Namun kenyataan pahit di-
jumpai sekarang. Fatane dan Liliane kini telah tewas.
Air mata semakin banyak mengalir. Kepedihan be-
nar-benar membuat gadis itu merasa seperti sudah
mati. "Maafkan aku...," desisnya lemah.
Namun Marbone berusaha menguatkan dirinya
menghadapi semua ini. Terutama, keinginannya untuk
lebih lama hidup agar mampu menuntut balas atas
kematian dua saudaranya.
"Akan kucoba untuk membalas semua ini. Akan
kucoba...," desis si gadis.
Tetapi sebuah suara membuat seluruh niat Mar-
bone putus seketika. Dengan susah payah dia berusa-
ha bangkit menegakkan tubuhnya. Saat itu pula sepa-
sang biji matanya seperti hendak melompat keluar ke-
tika di depannya tahu-tahu telah berdiri perempuan
berbaju hijau lumut tipis pada jarak dua tombak. Wa-
jahnya penuh seringai dengan tatapan membunuh!
"Tiga Pengiring Ratu tak akan pernah kubiarkan
hidup karena hanya akan menjadi duri. Biar kukirim
pulang namamu ke Pulau Roti! Biar Ratu Harimau Pu-
tih sadar kalau ternyata hanya memiliki tiga orang bodoh sebagai murid! Dan
entah kenapa dia berdiam di
pulau yang sangat jauh itu!" kata perempuan yang tak lain Dewi Karang Samudera.
Kendati dalam keadaan tak berdaya, Marbone tak
mau mati sia-sia. Dia yakin, kalau menghadapi Dewi
Karang Samudera jelas-jelas tak akan sanggup. Ber-
sama dua saudaranya saja tak mampu. Apalagi bila
dia seorang diri. Bahkan dalam keadaan yang tak me-
mungkinkan seperti ini.
"Dewi.... Tanpa mengurangi rasa hormatku kepa-
damu, kau telah berada dalam jalan yang salah. Tak
sepatutnya kau melakukan semua tindakan bodoh
semacam ini. Aku yakin, seluruh orang rimba persila-
tan di tanah Jawa akan memburumu. Karena, kaulah
yang membangkitkan Iblis Kubur. Lebih baik, serah-
kan Kitab Pemanggil Mayat kepadaku untuk kuserah-
kan kepada Ratu. Agar semua...," ujar Marbone, mencoba tenang.
"Jahanaammm! Kusobek mulutmu yang berani bi-
cara lancang begitu!"
Begitu habis kata-katanya, perempuan baju hijau
lumut tipis itu melesat ke muka.
Marbone memekik. Jelas, dia tak akan mampu
Walet Emas Perak 8 Pendekar Mabuk 027 Keris Setan Kobra Pulau Kera 2
^