Sepasang Manusia Bonsai 3
Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai Bagian 3
tertawa tergelak.
Keduanya melangkah seenaknya menuju pintu. Di situ Pendekar 212 sudah menunggu
sambil senyum-senyum menyaksikan apa yang telah dilakukan kedua manusia bonsai
itu terhadap si pemilik rumah makan.
Shogun penguasa tunggal di Jepang pada masa itu berkedudukan diKyoto. Di
beberapakotabesar dia memiliki istana, di antaranya yang terdapat diNara.
Sekitar sembilan tahun silam, Yasuaki Kiuchi diberi kedudukan tinggi oleh
shogun. Sejak itu dia meninggalkanOtsu, pindah keNara. Gapo, kepala prajuritnya
yang setia dan telah mengabdi sekian lama, ikut pindah dan diangkat menjadi
salah seorang pejabat tinggi diNara.
Malam itu Gapo datang ke tempat kediaman Yasuaki Kiuchi. " Tuan Kiuchi, turut
perhitunganku bulan ini tepat sekitar tujuhbelas tahun silam saya membawa dua
orok Yamada dan Yukawa itu ke pegunungan Shikoku . Sesuai pesan kita pada Nenek
Neko, dua anak itu akan dilepas guna menjalankan tugas..."
" Perhitunganmu tidak berbeda denganku Gapo, " kata Yasuaki Kiuchi sambil
mengusap mata kirinya yang picak.
"S etelah kau mendapat kedudukan sangat tinggi bahkan berkuasa penuh di Nara
ini, apakah rencana tempo hari akan tetap dijalankan tuan Kiuchi?"
" Tentu saja! Ada apa dalam otakmu Gapo" Sesudah kau sekarang jadi pejabat
tinggi di sini, kau melupakan rencana itu begitu saja" Sudah merasa puas
rupanya"!"
" Maafkan saya tuan Yasuaki. Bukan begitu maksud saya. "
" Aku tidak suka mendengar kau mendua hati Gapo! Ingat itu baik-baik! Dulu di
Otsu aku jadi orang penting. Sekarang di Nara ini aku jadi orang besar dan
berkuasa penuh, kau tetap jadi tangan kananku! Tapi tujuan dan cita-cita hidupku
bukan cuma sampai di sini. Apa yang kudapat sekarang hanya sebagai batu loncatan
ke kedudukan yang lebih tinggi. Jauh lebih tinggi! Aku ingin menjadi penguasa
tunggal di Nihon ini! Beberapa pejabat tinggi di Kyoto sudah kurembuki.
Mereka hanya menunggu kapan aku menjalankan rencana. Dan kalau dua anak itu
muncul berarti apa yang aku inginkan sudah di depan mata!"
" Saya tetap mengabdi padamu sampai kapan pun juga tuan Kiuchi! " kata Gapo
pula. Di luar ada orang mengetuk pintu. Gapo cepat berdiri. Begitu pintu dibuka,
kelihatan seorang pemuda berkepala gundul, bermuka jerawatan. Dia bukan lain
adalah pemuda yang pagi tadi kena dikerjai oleh Tsuki dan Taiyo di Otsu. Si
gundul ini membungkuk tiga kali di depan Gapo. Gapo bicara sebentar dengan
pemuda gundul itu lalu memberitahu pada Yasuaki Kiuchi. " Si botak Takuchi,
salah seorang mata-mata kita di Otsu datang untuk melaporkan sesuatu yang
penting." Page 40 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Suruh dia menghadapku! " kata Yasuaki Kiuchi.
Takuchi segera diperintahkan masuk. Setelah menjura berulang kali, Takuchi lalu
bersimpuh di hadapan Yasuaki Kiuchi. " Saya membawa kabar penting, " kata si
gundul ini. Lalu dia menceritakan kemunculan dua manusia bonsai diOtsu. Satu
lelaki satunya perempuan. Juga diceritakannya apa yang terjadi di kandang babi
milik Kukuno. Yasuaki Kiuchi berpaling pada Gapo. " Mereka akhirnya muncul Gapo. Rencana kita
bakal menjadi kenyataan... " Lalu dia bertanya pada mata-mata berkepala gundul
itu. " Ada lagi yang hendak kau terangkan?"
Takuchi mengangguk. " Dua manusia bonsai itu punya seorang kawan. Seorang pemuda
asing berambut gondrong. Agaknya dia bukan orang sembarangan. Ada dugaan keras
dia memiliki kepandaian tinggi dan aneh-aneh..."
Yasuaki Kiuchi bangkit dari duduknya. " Gapo, kau pernah tahu atau dengar
tentang orang asing itu" "
" Memang saya pernah mendengar tuan Kiuchi. Beberapa waktu lalu dia membuat
beberapa kali kegegeran di Kyoto . Dia bersahabat dengan murid-murid seorang
tokoh silat di Gunung Fuji . Juga mempunyai hubungan baik dengan orang-orang
perguruan Emerarudo pimpinan Shigero Momochi.
Bersahabat dengan nenek sakti bernama Teruko..."
" Tunggu! " Memotong Yasuaki Kiuchi. " Apa bukan dia pemuda asing yang mendapat
julukan Pendekar Gunung Fuji itu" "
" Saya yakin memang dia tuan Kiuchi, " jawab Gapo.
Yasuaki Kiuchi menggigit bibirnya. " Selama dia tidak tahu rencana kita, kita
akan aman. Tetapi sekali dia tahu... "
" Tak mungkin dia tahu. Si Nenek Neko mana berani berbuat macam-macam. Kecuali
kalau dia tidak mau lagi melihat kekasihnya yang kita sekap di pertambangan
tempat kerja paksa di utara kita keluarkan dari sana hidup-hidup..."
Yasuaki Kiuchi tertawa. " Aku memang tidak punya rencana untuk mengeluarkan
Shikero dari sana . Semua yang kukatakan pada nenek itu bohong belaka. Sekadar
untuk menjinakkan dirinya...."
Yasuaki Kiuchi hentikan ucapannya. Dia sadar telah terlalu banyak bicara di
depan Takuchi. " Kau bekerja bagus. Kau boleh pergi. Beberapa hari di muka
seseorang akan mengantarkan hadiah padamu. "
" Terima kasih tuan Kiuchi. Saya mohon diri. Tapi sebenarnya ada satu hal lagi
yang ingin saya sampaikan. Mungkin tidak ada gunanya. Saya pergi saja
sekarang... "
" Tunggu dulu! Apa yang hendak kau katakan Takuchi" " tanya Yasuaki Kiuchi. "
Sewaktu menghajar pedagang babi di Otsu itu, saya dengar dua manusia bonsai
menanyakan tuan Gapo.
Mereka ingin tahu di mana tuan Gapo bisa ditemui... "
Paras Yasuaki Kiuchi dan Gapo kontan berubah. " Tukang babi itu memberitahu..."
" Page 41 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Takuchi mengangguk. " Nyawanya terancam. Kukuno akhirnya memberitahu kalau tuan
Gapo sekarang berada di Nara, jadi pejabat penting Shogun... "
" Kurang ajar si Kukuno itu! Akan kujagal batang lehernya! " kata Gapo marah
sambil mengepalkan kedua tinjunya. Dia memberi isyarat pada Takuchi agar segera
meninggalkan tempat itu.
Begitu Takuchi berlalu, Yasuaki Kiuchi berkata. " Dari siapa manusia-manusia
bonsai itu tahu namamu" "
" Hanya satu orang yang saya curigai tuan Kiuchi. Si nenek muka kucing Neko! "
" Berarti dua manusia bonsai itu juga sudah tahu rencana kita. Kalau tidak,
mengapa mereka mencarimu" Padahal tugas yang aku perintahkan pada si nenek muka
kucing itu lain... "
Gapo terdiam. Akhirnya terdengar dia berkata dengan suara bergetar. " Saya
khawatir jangan-jangan mereka memang sudah tahu. Kalau begitu izinkan saya
pulang dulu. Saya harus mempersiapkan sesuatu untuk mencegah hal-hal yang tidak
diingini. "
Yasuaki Kiuchi mengangguk. " Sebelum kau pergi, atur penjagaan di tempat ini.
Lipat gandakan kekuatan para pengawal. "
" Akan saya lakukan tuan Kiuchi, " jawab Gapo lalu membungkuk dalam-dalam.
Hutan kecil di tepi jalan yang menghubungkan Nara di Selatan dan Otsu di Utara
berada dalam keadaaan gelap gulita. Namun di suatu tempat tersembunyi terlihat
ada nyala api. Ternyata itu adalah api unggun kecil. Di sekeliling api duduk
tiga sosok tubuh. Mereka bukan lain dua sosok bonsai Tsuki dan Taiyo bersama
pendekar 212 Wiro Sableng.
Di tangan kiri Taiyo saat itu ada secarik kertas yang sudah sangat lusuh. Di
atas tertera panjang tulisan kanji. " Ani, kau bisa membaca tulisan kanji" "
tanya Waiyo pada Wiro. Pendekar 212 geleng kepala.
" Kertas ini seumur umur kami..." kata Tsuki. " Di sini tertulis pesan-pesan yang
harus dilakukan oleh guru kami Nenek Neko. Siapa pemberi tugas tidak tertera.
Tapi menurut guru adalah Yasuaki Kiuchi, saudara Shogun di Kyoto..."
Wiro mulai tertarik penuturan sahabat cebolnya itu. Dia menggeser duduk dekat
Taiyo. " Surat ini dibawa oleh orang bernama Gapo..."
" Apa saja tugas guru kalian dalam kertas itu" " tanya Wiro kepada Taiyo.
" Pertama, sensei harus mengikat tangan kami dengan rantai karatan ini. Lalu
guru kami harus merawat hingga tujuh belas tahun. Lalu guru wajib mendidik kami
dalam kepandaian silat dan ilmu kesaktian. Pada hari kami dibebaskan, kami harus
pergi ke Kyoto untuk membunuh Shogun.
Shogun hanya bisa dibunuh dengan rantai hitam yang mengikat tanganku dan tangan
Tsuki. Setelah itu kami harus pergi ke danau di tepi desa Biwa . Desa itu
bernama Hikone. Di sana kami harus membunuh satu keluarga bernama Yukawa."
" Selesai" Hanya itu..." " tanya Wiro ketika Taiyo berhenti membaca tulisan di
atas kertas lusuh itu.
Taiyo mengangguk. " Itu tugas yang harus dikerjakan guru dan diturunkan kepada
kami. Tapi guru meminta kami melupakan segala kentut busuk yang tertera dalam
kertas ini. Sebagai Page 42
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
gantinya, ia meminta kami mencari orang yang bernama Gapo. Sebab dia satu-
satunya pembuka jalan siapa sebenarnnya kami ini. Waktu itu kedudukannya adalah
sebagai kepala prajurit Shogun, yang bertugas di bawah pemerintah Yasuaki
Kiuchi. Guru juga menugaskan kami mencari seorang bernama Shikero, yang kabarnya
disekap Yasuaki di suatu tempat dan baru dilepas tujuh belas tahun kemudian,
saat kami meninggalkan pegunungan Shikuko..."
" Tugas dari Yasuaki Kiuchi berlainan dengan tugas dari guru kalian. Kalau Gapo
orangnya Yasuaki Kiuchi berarti dia juga tahu asal usul kalian. Tapi aku tidak
mengerti mengapa kalian harus membunuh sekuarga Yukawa di Hikone..." ujar Wiro.
Dia menatap langit hitam di atasnya.
Tidak juga berhasil memecah teka-teki. " Jika saja kakek Segala Tahu ada di
tempat ini, pasti dia bisa menolong kita, " kata Wiro.
" Siapa pula orang itu, " tanya Tsuki. " Seorang tua berumur lebih dari delapan
puluh tahun. Matanya buta tapi lebih tajam penglihatannya dari kita ini. Dia pandai meramal
dan melihat yang bakal terjadi. Sayang dia tidak di sini..." kata Wiro.
Tiba-tiba terdengar suara gemeletak roda kereta ditimpali deru kaki kuda. Kedua
cebol itu cepat menginjak-injak perapian. Begitu api padam, tempat menjadi
gelap. Ketiganya meninggalkan hutan berlari menuju jalan kecil. " Aku harap yang
lewat ini dia, " bisik Taiyo. " Ingat Tsuki, orang ini harus kita dapat hidup-
hidup. Jika sampai mati, kita akan kehilangan jejak diri kita. Atau kita akan
berhadapan dengan Yasuaki Kiuchi. "
Suara kereta kuda semakin cepat. Dua manusia bonsai perpaling kepada Wiro. " Ani
Wiro. Kau sudah siap" " tanya Tsuki. Pendekar 212 menganggukkan kepala sambil
acungkan seutas tali. Ujung tali itu dikaitkan dengan ujung pohon yang sudah
dipotong lalu ditegakkan dan ditancapkan di ujung sungai.
Batang pohon besar jatuh. Kuda paling depan meringkik. Kedua binatang itu
langsung tersungkur begitu lelaki penunggangnya jatuh. Tidak ampun lagi
keretanya terbalik. Tiga dari empat pengawal yang berada di belakang tak sempat
lagi menghindar dan menabrak bagian belakang kereta.
" Tuan Gapo keluar dari kereta! Ada komplotan rampok menyerang kita," salah
seorang pengawal berteriak sambil melompat dari kuda dan membuka pintu kereta.
Seorang bertubuh besar dan gempal keluar dari kereta dengan susah payah. Begitu
menginjakkan tanah mulutnya langsung mengumpatkan kata kutukan serapah.
" Bangsat rendah dari mana yang berani merampok kita"! " Tangan kanan Gapo
bergerak dan "
Wutt" golok besarnya berkelebat. Saat itu dua sosok berkelebat ke udara. Lalu
menukik ke arah Gapo.
Seseorang berteriak memberi peringatan. Pengawal yang tadi terpental kini
melindungi majikannya sambil menyibatkan pedangnya ke atas.
" Meong!Meong! "
" Trang! Trang! " Dua pedang di tangan pengawal itu patah dan mental. Lalu
terdengar jeritan kedua.
Ternyata Tsuki dan Taiyo telah mempergunakan jari tangannya yang panjang untuk
meremas kedua muka pengawal itu.
Gapo berteriak marah. Bersama dua pengawal, dia hendak menyerang Tsuki dan
Taiyo. Tapi justru saat itu keluar suara suitan keras. Tiba-tiba ada puluhan
obor mendekat. Lalu jaring raksasa tidak kelihatan seolah jatuh dari langit.
" Tsuki! Taiyo! Awas! " teriak pendekar 212. Tangan kanannya dilibaskan untuk
melepas pukulan sakti Page 43
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Benteng Topan Melanda Samudera. Tapi terlambat. Ketika pukulan sampai, jaring
sudah menjerat manusia bonsai. Akibatnya, dalam keadaan terjerat, ia juga harus
menerima pukulan sakti Wiro.
" Celaka aku menyerang mereka, " seru Wiro dalam hati.
Dua manusia bonsai terguling dalam jeratan jaring tapi keduanya dapat bangkit
seperti tidak terjadi apa-apa. " Bret! Bret! " mereka pergunakan kuku untuk
melepas jaring yang melilit tubuhnya. Pukulan pendekar 212 tidak berbekas, murid
Sinto Gendeng itu heran.
Saat itu sambil tertawa bergelak, Gapo melompat ke depan jaring. Tangannya
melempar bola kecil. "
Dess! " Terdengar letupan halus disusul dengan menggebubunya asap hijau. Tsuki
dan Taiyo hilang dibungkus asap. Yang terdengar hanya suara mereka batuk-batuk.
" Kurang ajar, " teriak Wiro. Dia berkelebat ke arah Gapo tapi parasnya jadi
berubah. Di sekelilingnya saat itu ada sekitar selusin manusia berseragam
perwira balatentara shogun mengurungnya. Enam dari mereka membidikkan panah
beracun. Enam lagi menodong dengan ujung samurai berkilat. Tak ada kemungkinan
untuk meloloskan diri atau melawan.
" Sial dangkalan! " maki Wiro. Dia angkat tangan kananya hendak menggaruk
kepala, tapi dua buah ujung samurai segera menekan bahunya. Murid Sinto Gendeng
meringis kesakitan. Dua liang luka mengucurkan darah membasahi baju putihnya.
Lalu sebuah rantai besi dililitkan ke tubuhnya. Membuat pendekar 212 benar-benar
tidak bisa berkutik lagi!
Ketika Tsuki dan Taiyo sadar dari pengaruh asap hijau bola beracun yang
dilemparkan Gapo, mereka dapatkan diri tergeletak di sebuah ruangan yang lantai
serta dinding dan atapnya terbuat dari batu.
Bersama mereka ada enam orang perwira berseragam pasukan Shogun. Di situ juga
ada Gapo, manusia yang kini mereka anggap sebagai musuh besar pemegang kunci
rahasia kehidupan mereka.
" Ssstt..." berbisik Tsuki. " Kalau mereka mengurung kita di sini apa mereka
sangka kita tidak bisa berjibaku membunuh mereka semua..." "
" Aku juga sudah berpikir begitu, " sahut Taiyo. " Tapi lihat di depan sana .
Sahabat kita terancam keselamatannya!"
Dua manusia bonsai itu bangkit berdiri. Tsuki usap-usap matanya yang masih
terasa perih. Paras gadis bonsai ini jadi berubah dan sekujur tubuhnya terasa
tegang. Di hadapan mereka ada sebaris jeruji besi sebesar betis manusia. Di
belakang jeruji besi itu ada sebuah ruangan di mana Pendekar 212 Wiro Sableng
berada dalam keadaan terikat kedua tangannya dan dikerek hingga sepasang kakinya
terjingkat ke atas.
Di atas kepalanya ada dua buah busur lengkap dengan anak panah beracun siap
lepas. Tali-tali busur dua buah panah itu tertahan oleh sebuah cantelan besi.
Jika Wiro bergerak sedikit saja atau merubah kedudukan kakinya maka cantelan
yang menahan tali busur akan lepas. Anak panah pertama akan melesat menghantam
batok kepalanya sendiri. Anak panah kedua yang akan lepas dalam waktu bersamaan,
akan melesat menghantam dada seorang perempuan tepat pada jantungnya yang
terikat pada sebuah tiang besi sejarak enam langkah dari hadapan Wiro.
Wiro tidak dapat melihat paras perempuan itu karena rambutnya yang panjang hitam
terjurai ke depan menutupi wajahnya. Perempuan ini mengenakan pakaian warna
biru. Bagian atas bajunya robek besar hingga dadanya tersingkap lebar.
Page 44 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Manusia bernama Gapo! " tiba-tiba Tsuki berteriak. " Aku bersumpah membunuhmu
dan semua orang yang ada di sini jika sahabatku itu menemui ajal karena
perbuatanmu ini! "
Gapo tertawa bergelak. " Kau mengawatirkan keselamatan kawanmu. Bagaimana dengan
calon korban yang perempuan"! "
" Kami tidak mengenal siapa dia! Tapi jika kau melibatkan orang lain untuk
tujuan busukmu, aku akan mencincang mayatmu sampai lumat! " Yang menjawab adalah
Taiyo. Gapo terus mengumbar tawa. " Perempuan itu seorang yang sangat berarti bagi
sahabatmu si pemuda asing. Jika kalian ingin mereka selamat, hanya ada satu
jalan. Kalian harus melakukan sesuatu seperti yang sudah dipesankan dan
ditugaskan pada guru kalian si nenek muka kucing!
Kalian punya waktu terbatas. Sampai berapa lama pemuda asing itu sanggup
bertahan berjingkat terus. Sekali dia menjejakkan tumitnya rata dengan lantai,
cantelan besi akan lepas dan dua anak panah akan merenggut nyawa mereka! "
Tsuki dan Taiyo berteriak-teriak mencaci maki Gapo habis-habisan. Gapo yang kini
menjadi pejabat penting diNaraitu kelihatannya seperti tidak acuh. Tapi tiba-
tiba kedua tangannya bergerak menghantam.
Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tsuki dan Taiyo terpekik. Tubuh keduanya terbanting ke dinding batu akibat
jotosan kiri kanan Gapo yang mendarat telak di wajah mereka. Tapi seperti tidak
merasakan sakit Tsuki dan Taiyo melompat lalu menyerang ke arah Gapo sambil
keluarkan suara mengeong keras!
Limaorang perwira Shogun berkelabat menghadang dengan samurai di tangan. Salah
seorang dari mereka mengancam. " Berani kalian bergerak sedikit saja, sebuah
alat rahasia akan membetot lepas cantelan penahan tali busur! Dua orang di
ruangan sana akan menemui ajal dalam sekejapan mata! Ayo silahkan berbuat
konyol!" " Bangsat! " maki Tsuki.
" Keparat busuk! " teriak Taiyo. Dua manusia bonsai itu tak bisa berbuat apa-apa
selain memandang ke arah Wiro dengan penuh tegang.
" Ani Wiro! " seru Tsuki. " Maafkan kami tak dapat menolongmu! Tapi kami
bersumpah untuk membunuh habis semua manusia setan di ruangan ini! "
Pendekar 212 Wiro Sableng hanya bisa berdiam diri dan tarik nafas dalam. Kalau
saja ada yang bisa menotok kedua kakinya, sampai kiamat pun dia sanggup
berjingkat. " Paling lama aku bisa bertahan satu setengah hari" membatin Wiro. "
Sialan! Selangkangan dan punggungku terasa gatal.
Bagaimana aku bisa menggaruk! Kalau sampai tubuh dan kakiku bergerak, tamat
riwayatku..."
Wiro memandang ke depan ke arah perempuan yang juga terancam keselamatannya. "
Aku merasa seperti mengenali walau tidak melihatnya. Jangan-jangan... Ya Tuhan!
Kuharap jangan dia yang ada di tiang itu! "
Dengan sebuah alat, Gapo menaikkan dua buah jeruji besi lalu masuk ke ruangan di
mana Wiro berada.
" Pemuda asing bergelar Pendekar Gunung Fuji ! Nama besarmu tak lama lagi akan
terkubur di bumi Nihon! Sayang jauh-jauh datang kau cuma mengantar nyawa. Itu
akibat ulahmu yang terlalu suka ikut campur urusan orang lain!"
" Kau manusia paling sialan di dunia ini Gapo! Jenis kadal penjilat yang mau
melakukan apa saja demi jabatan! "
Page 45 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Gapo ganda tertawa. Dia melangkah ke hadapan tiang di mana perempuan berpakaian
biru tegak terikat. " Srett! " Dia cabut golok besar yang tersisip di
pinggangnya. " Aku mau tahu apa kau masih bisa bicara besar dan keras setelah
melihat siapa adanya perempuan ini! " kata Gapo pula. Lalu dengan ujung
pedangnya disentakkannya rambut panjang menjurai yang menutupi wajah perempuan
itu. Begitu parasnya tersingkap terkejutlah murid Sinto Gendeng.
" Akiko Bessho! " teriak Wiro. " Ya Tuhan, memang dia rupanya! "
" Wiro..." ujar gadis berpakaian biru tersendat. Mukanya pucat walau dia berusaha
berlaku setenang mungkin. Gapo tertawa bergelak. " Bagus! Jadi kalian sudah
saling kenal satu sama lain! Ha... ha...
ha! " " Kenapa kau libatkan gadis yang tidak punya salah apa-apa itu"! " tanya Wiro.
Dia berusaha menekan hawa amarah yang menggelegak dalam tubuhnya. Gapo
menyeringai. Goloknya disarungkan kembali. (Mengenai gadis bernama Akiko Bessho
ini dapat diikuti kisahnya dalam dua serial Wiro Sableng berjudul "Pendekar
Gunung Fuji" dan Ninja Merah").
Saat itu pintu ruangan terbuka. Seorang lelaki berpakaian sangat mewah masuk
sambil berkipas-kipas.
Di belakangnya ada beberapa orang pengawal berseragam kimono merah. Orang ini
hanya memiliki satu mata. Mata kirinya yang agaknya cacat, disembunyikan di
balik sehelai kulit tipis warna hitam.
Gapo dan semua perwira shogun yang ada di ruangan itu segera membungkuk dalam-
dalam. Wiro maupun dua manusia bonsai sama bertanya-tanya dalam hati siapa
gerangan orang yang baru datang ini.
Mereka tidak menunggu lama. Jawaban segera didapat dari ucapan Gapo.
" Tuan Yasuaki Kiuchi, saya telah mengatur semua sesuai dengan petunjuk yang
mulia... "
" Yasuaki Kiuchi... " desis Tsuki sambil menyentakkan tangan kirinya sedikit
memberi tanda pada Taiyo.
" Jadi ini manusianya yang jadi pangkal bahala kesengsaraan kita! "
Yasuaki Kiuchi angguk-anggukkan kepala. Sikapnya pongah. Dia menyeruak di antara
jeruji besi yang tadinya dinaikkan ke atas oleh Gapo lalu masuk ke ruangan di
mana Wiro dan Akiko Bessho berada. "
Jadi ini manusia yang bergelar Pendekar Gunung Fuji itu! Kepalamu berharga
ratusan tail emas jika dapat kuserahkan pada kelompok tokoh-tokoh silat golongan
hitam di Jepang ini.
Keuntunganku berlipat ganda! Kau bisa kumanfaatkan lebih dulu, lalu mendapatkan
imbalan besar itu. Ha... ha... ha! "
" Pejabat busuk! Di mataku kau tak lebih dari seorang pelacur laki-laki! Manusia
kadal comberan! " Tubuh Yasuaki Kiuchi tersentak. Mata kanannya mendelik besar
mendengar kata-kata Wiro itu. Dia mengulurkan tangannya meminta golok pada Gapo.
Begitu golok dipegang, ujungnya ditempelkan ke pipi Pendekar 212.
" Aku kagum akan keberanianmu, Aku mau lihat apakah kau cukup kuat untuk tidak
menjerit! "
Lalu dengan ujung golok itu Yasuaki Kiuchi menggores pipi kanan Wiro. Pendekar
212 mengernyit kesakitan. Darah mengucur ke pipi dan berhenti di sudut bibirnya.
Yasuaki hendak menggores sekali lagi. Tapi Gapo buru-buru mendekati dan
berbisik. " Jangan terlalu keras, kalau tubuhnya bergerak karena kesakitan, dia
dan gadis itu akan menemui ajal. Berarti kita akan kehilangan sandera sebelum
rencana berhasil... "
Perlahan-lahan Yasuaki Kiuchi turunkan tangannya yang memegang golok. " Kau
betul... " katanya. "
Page 46 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kita tak perlu cepat-cepat membunuhnya.... " Golok diserahkannya pada Gapo
kembali lalu dia berpaling ke arah Akiko Bessho yang terikat di tiang. " Hemmm,
Dalam keadaan seperti ini pun dia tetap cantik. Aku benar-benar dibuat gila... "
Yasuaki Kiuchi lalu melangkah ke hadapan gadis itu dan berkata. " Nona Bessho,
permintaanku tempo hari masih berlaku. Aku bersedia memberi pengampunan bagimu jika kau mau kujadikan
salah satu gundikku... "
" Manusia iblis budak nafsu! " semprot Akiko Bessho. " Di Nara ini ada seribu
pelacur! Kau boleh mengambil semuanya menjadi gundikmu! " Yasuaki Kiuchi tertawa
lebar. Tangan kirinya tiba-tiba meluncur ke dada gadis itu, meremas liar kian
kemari. " Jahanam rendah! " maki Akiko lalu diludahinya muka lelaki itu. Yasuaki
Kiuchi mundur dua langkah. Matanya yang cuma satu memandang membelalak pada si
gadis. Semua orang mengira penguasakotaNaraitu akan menjadi marah dan menghajar
si gadis habis-habisan. Ternyata tidak. Ia usap ludah yang menempel di mukanya
dengan tangan kiri, lalu dijilatnya tangannya.
" Hah, ludahmu pun terasa nikmat... " katanya. Tiba-tiba dia melompat, merangkul
tubuh Akiko Bessho, mengecup muka, bibir dan leher gadis itu penuh nafsu. "
Manusia jahanam! Keparat busuk...! "
Setelah puas menciumi gadis itu, Yasuaki Kiuchi kembali ke ruangan di balik
jeruji besi. Dengan alat rahasianya, Gapo menurunkan dua buah jeruji besi
kembali. Yasuaki Kiuchi keluarkan kipasnya. Setelah berkipas-kipas sebentar, dia
berkata pada Tsuki dan Taiyo.
" Dua manusia cebol! Dengar baik-baik setiap ucapanku! Melalui gurumu si nenek
muka kucing aku memberi tugas agar kalian berdua membunuh shogun di Kyoto dengan
Besi hitam yang mengikat lengan kalian satu sama lain, itu satu-satunya senjata
yang sanggup membunuh shogun. Kalian tidak punya waktu banyak. Kawan kalian
pemuda asing itu kurasa hanya sanggup bertahan satu setengah hari. Mungkin dua
hari. Jika dalam dua hari kalian tidak kembali ke sini membawa kepala shogun,
berarti pemuda itu dan juga gadis itu akan menemui ajalnya. Kalian berdua
bertanggung jawab atas nyawa mereka. Mereka akan aku lepaskan jika kepala shogun
kalian serahkan padaku! "
" Enak saja kau ngomong! " teriak Tsuki. " Kenapa kau ingin membunuh shogun" "
" Betul, padahal kau masih saudara sepupunya. Dia juga yang memberi kedudukan
tinggi padamu di Nara ini!" menimpali Taiyo.
" Mengapa heran kawan-kawan! " tiba-tiba Wiro berseru. " Manusia jelek itu ingin
jadi shogun, tega membunuh saudaranya sendiri! Manusia tidak tahu diri! Mana ada
shogun matanya picak!
Ha... ha... ha...! "
" Huk... huk... huk...! Meong! " Taiyo tertawa bergelak.
" Hik... hik... hik..! Meong! " ikut tertawa Tsuki.
" Setan alas! " rutuk Yasuaki Kiuchi. " Gapo, lepaskan dua manusia katai sialan
itu! Kalian berdua harus kembali ke sini membawa kepala shogun. Paling tidak
lusa pagi. Dan ingat, aku benar-benar melepaskan dua sahabatmu itu kalau kau
juga sudah membunuh suami istri Yukawa di desa Hikone! "
" Mengapa" Mengapa kami harus membunuh mereka" Kenalpun tidak! " ujar Tsuki.
" Nanti kalian tahu sendiri apa jawabnya! " ujar Yasuaki Kiuchi lalu tinggalkan
tempat itu diikuti para Page 47
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
pengawalnya. Ketika Gapo melangkah untuk mengantar, Pendekar 212 berkata. " Gapo, kau telah
merampas senjata mustikaku. Kalau kau tidak mengembalikannya atau
mengembalikannya dalam keadaan rusak, kau tahu sendiri akibatnya! "
Gapo menyahut dengan dengusan keras dari hidungnya. Sewaktu sampai di pintu
luar, Yasuaki Kiuchi berbalik dan bertanya pada Gapo. " Senjata mustika apa yang
disebut-sebut pemuda asing itu tadi"
" Dalam hatinya Gapo merutuk. " Kalau pemuda sialan tadi tidak berkata apa-apa,
pasti Yasuaki Kiuchi tidak mengetahui perihal senjata mustika itu! Sialan!
Mungkin belum jodohku mendapatkannya! "
Dari balik pakaiannya Gapo keluarkan sebuah benda. Mata semua orang yang ada di
situ menjadi kesilauan oleh sinar yang keluar dari benda yang dipegang orang
kepercayaan Yasuaki Kiuchi itu. "
Kapak bermata dua! " seru Yasuaki dengan mata mendelik hampir tak percaya. " Ini
senjata mustika luar biasa! Senjata ini dulu yang pernah dicuri oleh satu
kelompok ninja hingga menimbulkan kegegeran di seantero negeri! Gila! Kini
senjata itu ada di hadapanku! Senjata ini jauh lebih hebat dari rantai hitam
yang mampu membunuh shogun itu! "
Lalu Yasuaki Kiuchi bertanya pada Gapo. " Kalau sekiranya pemuda itu tadi tidak
menyebut-nyebut benda ini di hadapanku, apakah kau akan menyerahkannya dengan
sukarela" "
Paras Gapo berubah merah. Tapi dia bisa berkilah. " Saya sengaja tidak
memberitahu Yang Mulia waktu di ruangan itu. Karena kalau terjadi apa-apa,
pemiliknya hanya tahu saya dan tidak akan mengganggu Yang Mulia. "
Yasuaki Kiuchi tersenyum. " Kau memang cerdik Gapo! Aku menghargai kecerdikanmu
itu! " " Terima kasih Yang Mulia, " ujar Gapo seraya membungkuk dalam-dalam.
" Hebat! Rezeki besar tak terduga! " seru Yasuaki Kiuchi gembira sekali. Cepat-
cepat senjata yang bukan lain adalah Kapak Maut Naga Geni 212 milik Wiro Sableng
itu diambilnya.
Tsuki dan Taiyo memperhitungkan, dengan lari cepat mereka menghabiskan sehari
semalam untuk bisa sampai keKyoto. Tapi keduanya ragu, apakah mungkin waktu yang
tersisa bisa untuk membunuh Shogun.
" Tsuki, aku merasa was-was. Memasuki kediaman Shogun saja bukan pekerjaan
mudah. Bagaimana kita bisa membunuh walau kita punya senjata yang katanya bisa
membunuhya. Apalagi badan kita cebol, pasti menarik perhatian orang. Agaknya kita tidak bisa
menolong sahabat kita dan gadis itu, kasihan...! "
" Diamlah Taiyo! jangan nyerocos terus. Aku berlari sambil berpikir. Harus ada
satu cara untuk menyelesaikan kasus ini. Shogun katanya berkuasa dengan cara
sewenang-wenang. Tapi siapa pun orangnya, kita tidak punya hak untuk
membunuhnya. Para pendekar samurai di Kyoto paling tidak ada seratus orang! Kita
jangan terpengaruh oleh keadaan yang diciptakan oleh manusia jahat Yasuaki dan
cecunguknya si Gapo itu."
" Lalu apa yang harus kita lakukan, "tanya Taiyo.
Page 48 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Tunggulah, aku pasti dapat akal, Taiyo! Aku dapat! " teriak Tsuki.
" Katakan padaku! "
" Ingat pelajaran dari sensei" Jika kita lemah dan lawan jauh lebih kuat, jangan
hadapi dengan kekerasan. Pergunakan akal, rangkul mereka dan jadikan teman
sampai ada kesempatan untuk memukul! "
" Itu ilmu filsafat Tsuki, dalam kenyataan pasti lain lagi, " ujar Taiyo.
Gadis cebol itu menggelang. " Kita lihat saja nanti. Kau masih menyimpan kertas
butut yang diberikan Gapo itu" "
Taiyo mengangguk. " Kalau begitu percepat larimu Taiyo! " kata Tsuki.
Shogun penguasa negeri benar-benar meledak amarahnya ketika seorang perwira
penghubung memberitahu ada sepasang cebol ingin menemuinya. " Sepasang cebol
ingin menemuiku, mereka gila.
Dan kau sebagai perwira lebih gila lagi! "
" Plaak! " Satu tamparan keras membuat perwira itu terpelanting dan mulutnya
mengeluarkan darah segar.
" Saya minta maaf Yang Mulia, " kata perwira itu sambil meraba pipinya yang
berdarah, mengembung bengkak. " Saya mana berani jika tidak menyangkut
keselamatan dan nyawa yang mulia.
Sepasang cebol itu mengatakan ada yang hendak membunuh Yang Mulia. Semula saya
juga menganggap sepasang manusia bonsai itu juga tidak waras. Saya melarang,
empat hulubalang mengepruknya! Eh, keempat pengawal tingkat tinggi itu roboh
dalam sekali gebrak saja! Untung keempatnya tidak dibunuh! "
Mendengar penjelasan perwiranya, Shogun yang berparas tinggi, berkumis dan
berjanggut putih itu berubah total. Maka diapun berkata. " Perwira bawa masuk
kedua bonsai itu dan siapkan selusin pengawal untuk mengikutinya. Aku akan
menerimanya di ruang kaca, " ujar Shogun. Sehabis itu shogun segera masuk ke
ruangan yang dibelah dua oleh dinding kaca. Keanehan diding ini, meski ada
pembatas, kedua orang yang terpisah masih bisa saling melihat dan mendengar, dan
lagi, tidak mempan senjata tajam.
Seusai mengantar kedua bonsai, selusin pengawal itu langsung membungkuk dan
meninggalkan shogun yang sudah berada di ruang kaca. Dalam ruang kaca, Shogun
menatap tajam ke arah Taiyo dan Tsuki yang tangan kanan dan kiri mereka terikat
oleh seuntai rantai karatan. " Rantai itu... " kata Shogun dalam hati dengan
nada berdebar. " Bagaimana bisa berada dan mengikat mereka! Agaknya mereka tidak membual ada
yang berusaha membunuhku. Hanya rantai itu yang sanggup mencabut nyawaku! "
" Dua manusia rantai, kalian berani-beraninya menemuiku sampai merobohkan empat
perwiraku. Kau memberi tahu pengawal penghubung ada yang hendak membunuhku" "
Taiyo membungkuk " Benar yang Mulia Shogun"
" Bagaimana aku mempercayai kalian" Kalian tidak saja cacat otak, tapi juga
cacat jasmani, Page 49
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
kalian kurasa tidak waras! "
" Kami tidak berani membantah keadaan kami, " ujar Taiyo. " Kami datang memberi
tahu pemimpin negeri kami bahwa nyawanya terancam. Dia hendak dibunuh orang! "
" Kalian tahu siapa pembunuhku" "
Kedua manusia cebol mengangguk. " Kami berdua Yang Mulia! " Mendengar jawaban
itu, dua belas pengawal Shogun langsung bergerak berusaha menyergap Taiyo dan
Tsuki. Tapi gerakan mereka berhenti saat melihat Shogun memberi isyarat.
" Manusia cebol, apa permusuhanmu denganku hingga kalian ingin membunuh" "
" Tidak ada Yang Mulia. Kami melaksanakan perintah seseorang yang tertulis dalam
pesan guru kami tujuh belas tahun lalu. "
" Siapa yang menyuruh kalian membunuhku" " tanya Shogun bergegas.
" Yang Mulia pasti tahu. Dia ada hubungan darah dengan Yang Mulia. Namanya
Yasuaki Kiuchi, orang yang Yang Mulia beri jabatan tinggi di Nara! "
" Kurang ajar! aku tidak percaya dengan keterangan kalian. Ingat, aku bisa
memerintahkan kepala kalian dicincang sekarang juga! "
Taiyo mengeluarkan secarik kertas lusuh berisi pesan-pesan yang ditulis Yasuaki
Kiuchi dalam huruf kanji, dan dibawa oleh Gapo kemudian dibawa kepada guru
mereka si Nenek Muka Kucing Neko. Lalu Tsuki menceritakan asal-usul mereka
sesuai dengan yang mereka dengar dari guru mereka. Tidak lupa menceritakan yang
terjadi diNarasaat ini.
" Kalau kami tidak membawa kepala Yang Mulia dan menunjukkan kepada Yasuaki dan
Gapo, paling lambat besok pagi, sahabat saya orang asing itu dan gadis Akikio
Bessho akan menemui ajal! "
Shogun terdiam lama. " Sulit mempercayai kedua manusia kate ini. Tapi rantai
Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
besi ini bukti keras bahwa mereka tidak berdusta. Selama tujuh belas tahun
mereka tidak bisa melepaskan diri dari ikatan rantai. "
Karena lama Shogun berdiam diri tidak bicara, maka seorang pengawal kemudian
angkat bicara. " Yang Mulia, apakah kami diizinkan meringkus dan menjagal kedua
manusia cebol ini sekarang juga" "
Jawaban yang keluar dari mulut Shogun mengherankan semua orang yang hadir. "
Salah seorang dari kalian lekas cari orang yang ahli membuat topeng kulit! "
Akiko Bessho semakin tegang dan cemas luar biasa ketika melihat tubuh Wiro mulai
bergetar. " Wiro!
Kuatkan dirimu! Bertahanlah! Kau dan aku tak mau mati konyol di tempat celaka
ini! " teriak si gadis.
Murid Sinto Gendeng memandang seperti sudah putus harapan. Suaranya terdengar
perlahan. "
Rasanya aku tak sanggup lagi Akiko. Mungkin sudah takdir kita berdua menemui
ajal di tempat ini... " Tubuh sang pendekar kembali bergetar. Kedua kakinya
sudah tidak terasa kaki lagi. Hilang rasa Page 50
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
dan beberapa kali tumitnya hampir bergerak jatuh ke bawah. Sekujur badannya
basah oleh keringat.
" Tidak! Jangan putus asa! Bertahanlah Wiro! Kau pasti bisa! Teman-temanmu itu
pasti datang! "
" Mereka tidak ingin membunuh shogun! Kau tahu barisan pengawal shogun berlapis-
lapis. Di istananya banyak peralatan rahasia. Tsuki dan Taiyo saat ini pasti
sudah menemui ajal... "
" Aku tidak mau berpikir seperti itu! Tidak! " teriak Akiko kembali.
Lalu Wiro melihat ada air mata menetes jatuh membasahi pipi gadis itu.
" Kau menangis Akiko... "
" Aku menangis bukan karena takut menghadapi kematian. " jawab Akiko Bessho. "
Aku... mungkin bisa puas menghadapi ajal mati bersamamu. Walau aku akan merasa lebih
bahagia kalau bisa hidup lebih lama di dekatmu... Mungkin ini cuma sebuah mimpi
yang tidak akan terlaksana sampai saat kematian datang. Lagipula aku tak pantas
berkata begitu, karena aku ingat Yori. Gadis itu mencintaimu... " (Mengenai
siapa adanya gadis bernama Yori, harap baca serial Wiro Sableng berjudul Ninja
Merah ). Wiro hanya bisa menelan ludah mendengar semua ucapan Akiko Bessho itu. Tiba-tiba
pintu di belakang jeruji besi terbuka. Sosok berpakaian mewah sambil berkipas-
kipas masuk. Dia bukan lain adalah Yasuaki Kiuchi penguasa tertinggi diNara.
Dengan matanya yang cuma satu, dia memandang ke arah Wiro lalu pada Akiko
Bessho. Sesaat kemudian Gapo muncul di sampingnya. Lalu menyusul beberapa orang
perwira shogun.
" Pemuda asing! " Yasuaki tiba-tiba berkata. " Apa kau masih sanggup bertahan"!
" Wiro memutar kepalanya sedikit. Memandang ke arah Yasuaki lalu meludah.
" Keparat! Berani kau menghina Yang Mulia! " teriak Gapo.
Yasuaki Kiuchi sendiri cuma menyeringai buruk. Dipegangnya bahu Gapo lalu
berbisik. " Aku tetap mau meniduri gadis itu dulu sebelum dia menemui ajal... "
" Tapi tuan Kiuchi... "
" Aku sudah menyuruh orang untuk memanggil dua pelayan perempuan. Gadis itu
harus dimandikan dulu, diberi wewangian dan pakaian bagus, didandani... "
Di luar tiba-tiba ada suara orang berlari. Lalu muncul seorang prajurit. " Yang
Mulia, dua orang cebol itu datang. Mereka membawa sebuah kantong kain berlumuran
darah! " Yasuaki Kiuchi dan semua orang yang ada di situ menjadi kaget. Dari luar
berkelebat masuk dua sosok tubuh katai. Ternyata memang Tsuki dan Taiyo! Di
tangan kirinya Taiyo memagang sebuah kantong kain basah oleh darah dan menebar
bau amis. " Kami datang membawa kepala shogun! " kata Taiyo.
" Tsuki! Taiyo! Kalian berhasil! " seru Wiro.
" Kau dan kawanmu akan selamat Ani Wiro! " ujar Tsuki.
Page 51 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Suasana jadi gempar! Serta merta saja Yasuaki Kiuchi diselubungi berbagai rasa.
Gembira, tidak percaya dan juga ngeri. " Aku mau lihat! " katanya.
" Tumpahkan isi kantong itu ke lantai! " perintah Gapo. Beberapa prajurit yang
ada di situ bersurut mundur.
Taiyo letakkan kantong berdarah di lantai. Lalu dipegangnya bagian bawahnya dan
ditunggingkan. Sebuah benda yang menyimpartakan darah menggelinding di lantai, berhenti di
depan kaki Yasuaki Kiuchi. Benda itu adalah potongan kepala manusia berambut,
berkumis dan berjanggut putih. Dari lehernya yang putus masih keluar darah. Bau
busuk menghampar di ruangan itu. Yasuaki Kiuchi keluarkan seruan tertahan.
" Tuan Kiuchi... " bisik Gapo. " Ini memang kepala shogun...! "
Mata kanan Yasuaki Kiuchi berputar ke arah rantai besi yang mengikat tangan
Tsuki dan Taiyo. Dia melihat ada noda-noda darah pada rantai. " Mereka benar-
benar menjagal shogun dengan rantai itu... "
" Kami telah melakukan apa yang diminta. Sekarang kalian harus melepaskan dua
orang itu! "
kata Taiyo. Yasuaki Kiuchi dan Gapo saling pandang. Lalu terdengar tawa bergelak keluar dari
mulut Yasuaki Kiuchi. " Aku dan para pengawal akan segera berangkat ke Kyoto
sekarang juga! Orang-orang kita di sana pasti sudah mengatur segala
sesuatunya..."
" Bagaimana dengan manusia-manusia bonsai ini Yang Mulia" " tanya Gapo.
" Mereka masih punya satu tugas. Membunuh suami istri Yukawa di Hikone... "
jawab Yasuaki Kiuchi lalu berpaling pada Tsuki dan Taiyo.
" Hikone cukup jauh di utara! Pemuda asing itu tak mungkin bisa bertahan lebih
lama! " ujar Taiyo.
" Itu urusan kalian! " jawab Kiuchi seenaknya.
Dari ruangan sebelah tiba-tiba terdengar teriakan Pendekar 212. " Tsuki! Taiyo!
manusia-manusia dajal itu tak akan membiarkan kalian hidup! Lekas larikan diri
cari selamat. Kami berdua di sini agaknya harus menerima takdir menemui
kematian! " Akiko Bessho tercekat dan membeliak besar mendengar teriakan Wiro
itu. Sedang Tsuki dan Taiyo tampak bergerak-gerak tenggorokan mereka.
Lalu keluar suara menggembor.
" Kami tidak akan lari Ani Wiro! " seru Taiyo. " Kami memilih mati sama-sama di
tempat ini! "
" Hik...hik! Meong! Enaknya mati sama-sama! " kata Tsuki lalu berjingkrak-
jingkrak beberapa kali.
Dua manusia bonsai ini melangkah ke hadapan Yasuaki Kiuchi sambil putar-putar
rantai besi yang mengikat tangan mereka. Semua orang yang ada di situ sesaat
jadi terkesiap ketika melihat bagaimana rantai karatan itu mengeluarkan sinar
hitam angker menggidikkan. Gapo hunus golok besarnya. Semua perwira yang ada di
situ juga cabut samurai masing-masing. Yasuaki Kiuchi buang kipas di tangan
kanannya. Tangannya bergerak ke balik pakaian mewahnya, Di lain kejap satu sinar
putih menyilaukan menerangi ruangan itu, membuat redup cahaya angker hitam dari
rantai besi itu.
Page 52 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kapak Maut Naga Geni 212 berada dalam genggaman Yasuaki Kiuchi. Sepasang manusia
bonsai jadi tertegun. Walau mereka merasa ngeri melihat senjata itu namun
keduanya sudah bertekad sama-sama mati. Tsuki dan Taiyo siap melompat sambil
menghantamkan besi hitam berkarat. Tapi pada saat itu pula dari luar melayang
tiga sosok tubuh yang kemudian jatuh saling tindih di lantai. Semua orang
keluarkan seruan tertahan. Yang bertumpukan di lantai adalah tiga perwira
berpakaian seragam pasukan shogun.
Mereka hancur terkoyak-koyak, tak bisa dikenali lagi.
Di saat yang sama terdengar suara kucing mengeong dua kali berturut-turut. Lalu
satu sosok berkelebat masuk. " Meong!Meong! "
" Biru! " seru Tsuki.
" Merah! " teriak Taiyo.
" Sensei! " pekik dua manusia boncel bersamaan.
Seorang nenek mengenakan mantel bulu beruang tegak di ruangan itu. Dia bukan
lain adalah si nenek muka kucing Nenek Neko, orang yang telah memelihara Tsuki
dan Taiyo selama tujuh belas tahun. Di pundaknya kiri kanan ada dua ekor kucing
es berbulu putih. Yang satu berkalung pita merah pada lehernya, satunya lagi
berpita biru. " Nenek muka kucing! " bentak Yasuaki Kiuchi keras walau diam-diam hatinya
tergetar. " Tadinya aku akan mengirim orang untuk menangkapmu. Kau telah
menyalahi tugas yang aku berikan lewat Gapo. Kau layak menerima hukuman! "
Nenek muka kucing menyeringai. " Aku bukan kacungmu, bukan juga budakmu! Mana
mungkin aku terus menerus harus patuh pada kekuasaanmu"! "
" Nenek keparat! " bentak Gapo. " Beraninya kau bicara kurang ajar pada Yang
Mulia"! "
" Yang Mulia"! " ujar si nenek lalu tertawa cekikikan. Dua muridnya ikut
tertawa. " Yasuaki Kiuchi, tadinya aku mengira kau adalah manusia paling bejat di dunia
ini. Ternyata lebih dari itu. Kau iblis paling durjana di muka bumi! "
" Nenek keparat! Apa kau lupa bahwa nyawa kekasihmu Shikero ada di tanganku"! "
Si nenek ganda tertawa. " Tadinya aku memang begitu mendambakan untuk dapat
bersama lelaki itu sebelum ajal menjemput. Tapi lama-lama aku merasa jengah
sendiri. Sudah tua bangka begini masih saja bercita-cita seperti seorang jaka
dan seorang gadis. Kau boleh membunuh Shikero sampai seribu kali! Hik... hik...
hik! " " Jahanam! " teriak Yasuaki Kiuchi.
" Eh kulihat kau memegang senjata luar biasa. Itu pasti bukan milikmu! Biru!
Merah! Lekas kalian rampas senjata mustika itu! "
" Meong! "
" Meong! "
Page 53 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Dua ekor kucing di bahu si nenek mengeong keras lalu melesat ke arah Yasuaki
Kiuchi. Penguasa tunggal diNaraini berusaha membabatkan Kapak Maut Naga Geni 212
ke arah kedua binatang itu.
Namun si merah dan si biru lebih dulu mencengekeram tangan kanan orang itu.
Yasuaki Kiuchi menjerit keras sewaktu tangannya habis koyak-koyak digigit dan
dicakar dua ekor kucing. Kapak Maut Naga Geni 212 terlepas dari genggamannya.
Sebelum senjata itu menyentuh lantai, dua ekor kucing es bergerak cepat sekali,
menyambuti gagang senjata mustika dengan mulut mereka.
Di saat yang sama, Gapo ayunkan golok besarnya untuk membacok dua ekor kucing
itu. Namun dari samping, Tsuki dan Taiyo tidak dilihatnya melompat ke atas,
tahu-tahu rantai besi berkarat itu sudah menggelung lehernya.
Dua ekor kucing membawa Kapak Naga Geni 212 ke arah si nenek muka kucing.
Perempuan tua ini membungkuk, cepat mengambil senjata itu. " Senjata luar biasa!
Kurasa tak ada duanya di dunia ini!
" kata si nenek sambil sipitkan mata tak tahan sinar menyilaukan. Dia memandang
ke depan ketika mendengar suara " Kraak! " Gapo dilihatnya tertegak melotot.
Lidahnya terjulur keluar. Dari mulutnya keluar darah kental.
" Huk...huk! Meong! "
" Hik... hik! Meong! "
Tsuki dan Taiyo lepaskan jeratan rantai besi. Tubuh tanpa nyawa Gapo langsung
roboh tergeletak di lantai.Limaperwira tinggi shogun yang menjadi kaki tangan
Yasuaki Kiuchi, yang sudah sama-sama menggenggam samurai, tanpa tunggu lebih
lama segera menyerbu dua manusia bonsai. Di depan pintu, si nenek muka kucing
masih memandangi Kapak Maut Naga Geni 212 terkagum-kagum. " Senjata hebat!
Luar biasa! Kapan lagi mencobanya kalau tidak sekarang! "
Dari mulut si nenek keluar lengkingan keras seperti kucing mengeong. Tubuhnya
berkelebat ke depan.
Kapak maut berkiblat mengeluarkan suara menderu dahsyat serta menebar hawa panas
luar biasa. Terdengar suara berdentrangan riuh sekali, disusul dengan pekik jerit kematian.
Ketika si nenek kembali ke tempat tegaknya semula, di lantai ruangan berkaparan
tumpang tindih sosok tubuhlimaperwira tinggi tadi. Semua menemui kematian dengan
kening terbelah hangus!
" Senjata hebat! Benar-benar luar biasa! " kata si nenek lagi. Lalu dia
memandang ke depan.
Sepasang mata kucingnya membentur sosok Yasuaki Kiuchi yang tegak tersandar di
sudut ruangan sambil tangan kirinya pegangi tangan kanan yang hancur akibat
koyakan gigi dan cakar dua ekor kucing peliharaan si nenek.
" Yang Mulia! " seru si nenek. " Kau bisa memilih kematian yang kau sukai!
Kubelah keningmu dengan kapak sakti ini" Atau mampus dikoyak dua ekor kucing
peliharaanku" Atau dicekik dengan rantai besi sampai hancur lehermu oleh dua
anak manusia yang jadi korban kebuasanmu itu!" Atau mungkin kau lebih suka aku
sendiri yang menguliti sekujur tubuhmu!" "
Sesaat Yasuaki Kiuchi terdiam tak menjawab. Tiba-tiba dia melompat menyambar
golok milik Gapo yang tercampak di lantai dengan tangan kirinya. Orang ini
memang memiliki ilmu memainkan senjata yang hebat dan dia mampu memainkan
senjata dengan tangan kanan atau tangan kiri.
Serangan pertama Yasuaki Kuchi hanya mengenai tempat kosong karena si nenek
cepat menghindar.
Ketika lawan menyerang kedua kalinya, Nenek Neko hantamkan Kapak Naga Geni 212.
" Trang! "
Golok besar di tangan kiri Yasuaki mental patah dua. Si nenek menyeringai. " Kau
rupanya memilih Page 54
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
mati dengan kepala terbelah Yang Mulia! Hik... hik...hik! " tangan si Nenek Neko
bergerak. Tetapi tiba-tiba di luarsanaterdengar suara terompet, menyusul suara
orang berteriak. " Atas nama shogun di Kyoto, hentikan semua pertempuran di
dalam sana !"
Lalu tiga orang menerobos masuk. Yasuaki Kiuchi menjadi pucat ketika melihat
siapa yang berada di sebelah depan. Seorang tua bertubuh tinggi besar bermata
biru dan berkumis kelabu melintang. Dia adalah kepala balatentara shogun wilayah
selatan yang paling ditakuti. Begitu melihat Yasuaki Kiuchi, orang ini keluarkan
satu gulungan kertas berwarna merah. Kertas itu dibukanya lalu diperlihatkan
kepada Yasuaki. " Aku diperintahkan untuk menangkap dan membawamu ke Kyoto .
Para petinggi di istana shogun telah menyiapkan hukuman pancung untukmu!"
Yasuaki Kiuchi jatuh terhenyak di lantai, Kepala tentara bermata biru itu
memberi isyarat pada dua anak buahnya. Yasuaki segera diringkus. Ketika hendak
dibawa pergi, Tsuki dan Taiyo cepat menghadang. "
Kami minta kau mau menerangkan siapa itu suami istri Yukawa di Hikone... " kata
Taiyo. Yasuaki tidak menjawab. " Kau ingin menjawab pertanyaan orang atau tidak"! "
bentak kepala balatentara shogun.
Mata kanan Yasuaki menatap wajah Taiyo sejenak. Lalu dari mulutnya meluncur
kata-kata yang membuat Taiyo jadi merinding. " Mereka adalah orang tuamu. Kalau
aku tidak salah ingat, kau diberi nama Toshiro... "
" Kau menyuruh kami membunuh orang tuaku sendiri! Sungguh biadab! " Taiyo
menggembor keras lalu menyerang.
Kepala balatentara shogun cepat menghalang. " Hukuman untuknya sudah diatur
shogun. Jangan berani mengubah! "
Taiyo alias Toshiro tegak tersandar ke dinding. Matanya berkaca-kaca.
Di sebelahnya, Tsuki tegak meneteskan air mata. " Asal usul Taiyo sudah
diketahui. Bagaimana nasib diriku... " gadis bonsai ini seolah meratap dalam
hati. Yasuaki melangkah di hadapannya. Tsuki hanya bisa memandang, tak kuasa membuat
mulut untuk bertanya. Tiba-tiba Yasuaki Kiuchi hentikan langkah. Dia memandangi
paras Tsuki sesaat lalu berkata.
" Nak, namamu sebenarnya adalah Hatsuko, Kedua orang tuamu tadinya juga tinggal
di Hikone. Ibumu... " Yasuaki Kiuchi terdiam sejenak. " Ibumu sudah meninggal. Ayahmu
bernama Kano Yamada. Dia masih hidup. Ada di tempat kerja paksa di utara...
Kalian berdua sebenarnya sudah dijodohkan satu sama lain sejak masih bayi."
Tsuki alias Hatsuko menjerit lirih lalu menangis.
Sebelum melanjutkan langkahnya, Yasuaki berpaling pada potongan kepala manusia
yang tergeletak di lantai. Lalu dia menoleh kepada kepala balatentara shogun. "
Kau meneriakkan kedatanganmu atas nama shogun. Lalu kepala siapa itu!" "
" Kepala seorang rampok besar yang dipancung lalu diberi bertopeng wajah Yang
Mulia Shogun... " jawab kepala balatentara. " Ada lagi yang hendak kau
tanyakan?"
Page 55 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Aku tertipu... " desis Yasuaki lalu bergerak tinggalkan tempat itu.
" Hai! Bagaimana dengan kami"! " teriak Wiro dari ruangan di belakang jeruji
besi. Tsuki dan Taiyo melompat. Keduanya coba menggoyang jeruji-jeruji besi itu. Tapi
tidak bergeming sedikit pun. " Hanya Gapo dan Yasuaki yang tahu alat rahasia
untuk menaikkan dan menurunkan besi-besi ini! " kata Tsuki alias Hatsuko.
" Celaka! Rupanya kami benar-benar akan menemui ajal di sini! " ujar Wiro.
" Kalian tidak usah khawatir. Kurasa senjatamu ini bisa menjebol tiang-tiang
besi itu! " tiba-tiba si nenek Neko berkata sambil melangkah ke arah barisan
jalur-jalur besi. Tangan kanannya diangkat.
Kapak Maut Naga Geni 212 kelihatan bersinar terang benderang tanda si nenek
mengerahkan tenaga dalamnya. Lalu senjata sakti itu dibabatkannya menghantam dua
tiang besi sekaligus. " Trang! Trang! "
" Gila! Benar-benar luar biasa! " seru si nenek. Dua jeruji besi patah
berantakan. " Sekarang bagaimana kalian melepaskan ancaman dua panah beracun itu! " ujar
Akiko Bessho begitu Nenek Neko dan dua manusia bonsai masuk ke dalam ruangan. "
Sedikit saja cantelan besi itu bergerak, habislah kami berdua! "
Dua manusia bonsai memandang ke arah si nenek seolah minta tolong. " Anak-anak
lekas ke mari! " si nenek tiba-tiba berseru. Dua ekor kucing es berbulu putih
mengeong dan mendatangi. Si nenek berjongkok dan usap-usap punggung si biru dan
si merah. " Kalian lihat dua buah busur dan dua buah anak panah di atas
sana ...?"
" Meong...! "
" Meong...! "
" Lekas naik ke atas, gigit dan tahan dua anak panah itu. Jangan dilepas sebelum
aku beritahu. Ayo lekas lakukan! "
Dua ekor kucing lalu melompat ke atas tiang tempat Wiro diikat. Seperti yang
diperintahkan si nenek, binatang-binatang ini menggigit ekor dua anak panah. "
Kalian lekas lepaskan ikatan gadis itu. Aku akan melepaskan ikatan anak muda
ini! " kata nenek muka kucing kemudian.
Setelah Wiro dan Akiko Bessho diselamatkan dan semua orang keluar dari ruangan
itu, si nenek berteriak pada dua ekor kucingnya. " Lepaskan gigitan! Wuttt!
Wuttt! " Dua anak panah melesat deras begitu dua ekor kucing lepaskan gigitan
mereka. Panah pertama menancap di lantai batu. Panah kedua menembus tiang yang
terbuat dari besi! Wiro dan Akiko sama-sama berpandangan dan sama-sama menarik
nafas lega. " Sensei...! " tiba-tiba Tsuki alias Hatsuko berseru. " Senjata di tanganmu itu,
mungkinkah bisa menghancur lepas ikatan rantai besi ini" "
Si nenek berpaling pada Pendekar 212 Wiro Sableng. " Mungkinkah..." " si nenek
ikut bertanya. " Harus kita coba. Mudah-mudahan bisa., " jawab Wiro yang saat itu masih
keliangan dan terduduk di lantai.
Page 56 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Kalau begitu biar kau yang melakukan, " kata si nenek pula seraya melemparkan
Kapak Maut Naga Geni 212 pada Wiro. Murid Sinto Gendeng cepat sambut senjata
miliknya itu. Perlahan-lahan dia bangkit berdiri. Dia meminta dua manusia bonsai
tidur sama rata di lantai. Setelah memperhatikan sejenak, Wiro ayunkan senjata
sakti itu. Suara berdentrangan terdengar keras sekali ketika mata kapak menghantam
pinggiran japitan besi di tangan kiri Tsuki alias Hatsuko. Bunga api memercik
tinggi. "A ku bebas! " teriak Tsuki lalu melompat berjingkrak-jingkrak kegirangan.
" Hai! Bagaimana aku"! " teriak Taiyo alias Toshiro.
Sekali lagi kapak sakti itu dibacokkan. " Trangg! "
" Ani Wiro, terima kasih! " seru Taiyo. Tubuhnya melesat ke udara dan berjungkir
balik beberapa kali.
Seperti biasanya, udara di puncak pegununganShikokudingin bukan kepalang. Namun
semua yang ada di dalam gua itu merasa kehangatan di lubuk hati masing-masing.
Nenek muka kucing Neko menghela nafas panjang. " Aku dengar Yasuaki Kiuchi sudah
dijatuhi hukuman pancung oleh shogun... "
" Dan kami dengar kekasihmu Shikero atas perintah shogun juga telah dibebaskan
dari pertambangan kerja paksa di utara, bersama dengan Kano Yamada, ayah
Hatsuko... "
" Kami akan kembali ke Hikone, berkumpul lagi dengan orang tua kami... " kata
Toshiro. " Kau untung, ayah ibumu masih lengkap. Aku cuma punya ayah... " kata Hatsuko.
" Jangan sedih Hatsuko. Orang tua Toshiro akan jadi orang tuamu juga. Malah kau
akan punya dua ayah nantinya! " kata Wiro. Hatsuko memandang pada Wiro lalu
perlahan-lahan wajahnya memerah.
" Jangan lupa mengundang kami! " menggoda Akiko Bessho. Nenek muka kucing
tertawa tergelak-gelak.
Wiro memandang ke luar gua. " Matahari sudah tinggi. Orang yang ditunggu bisa
saja datang lebih cepat. Sebaiknya kita jangan jadi pengganggu. "
" Kau betul Wiro, " kata Akiko pula. Lalu dia berpaling pada si nenek lalu
berkata. " Nek, kami minta diri. Jika umur panjang kita bisa berkumpul lagi
sama-sama di tempat ini. "
" Ah, kalian seharusnya tak usah buru-buru pergi. Kalaupun Shikero datang,
kalian kurasa tidak akan mengganggu. "
Wiro dan Akiko tersenyum sementara Toshiro dan Hatsuko juga mulai tertawa-tawa.
Keempat orang ini berdiri saling berpegangan tangan. Keempatnya saat itu
mengenakan kasut kayu untuk meluncur di atas pegunungan salju.
" Kami minta diri Nek, " kata keempat orang itu berbarengan.
Lalu Wiro menyeletuk. " Kuharap kau jangan buru-buru punya anak Nek, biar bisa
berpuas-puas Page 57
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
berlama-lama! "
" Eh, tidak kusangka mulutmu begitu konyol anak muda! Siapa yang mau punya
anak"! " teriak si nenek.
Gua di puncak gunungShikokuitu laksana mau runtuh oleh tawa empat orang yang ada
di hadapan si nenek. Nenek Neko akhirnya mau tak mau ikut-ikutan tertawa, malah
paling keras. " Anak muda, kalau kau suka, lain waktu kau boleh datang ke mari.
Aku akan mengajarkan satu ilmu yang aku yakin tak ada di negerimu... Kurasa kau
berjodoh memiliki ilmu itu. "
" Nenek Neko, kau baik sekali. Ilmu apakah itu" " tanya Wiro.
" Koppo, ilmu mematahkan tulang, " jawab si nenek. " Kau mau lihat" "
" Saya pernah lihat Hatsuko dan Toshiro memperagakannya di Otsu tempo hari..."
" Kau mau lihat lagi" "
" Tentu saja! " jawab Wiro, karena tidak mengira apa yang akan dilakukan si
nenek. " Ulurkan tangan kananmu! " Murid Sinto Gendeng menurut saja. Secepat kilat
tangan kanan si nenek bergerak. " Krakk...! Krakk! " Wiro menjerit setinggi
langit. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya patah. Patahan tulang
mencuat keluar!
" Nek... Apa yang kau lakukan ini"! " teriak Wiro. Sekujur tubuhnya bergetar
menahan sakit. Akiko kelihatan pucat. Tapi Toshiro dan Hatsuko tampak tertawa
hu-hu hi-hi! " Kemarikan tanganmu! " kata si nenek.
" Hendak kau patahkan lagi!" " ujar Wiro sambil mengulurkan tangan tapi ragu-
ragu. Begitu tangan sang pendekar terulur, si nenek meremasnya dengan keras. Kembali
Wiro menjerit. Tetapi ketika diperhatikannya, ternyata tangannya sudah utuh
seperti semula. Sakitnya pun serta merta lenyap.
" Ilmu sihir! " kata Pendekar 212 pula.
Si nenek menggeleng. " Bukan, yang aku perlihatkan tadi adalah ilmu sungguhan.
Yang pertama mematahkan tangan orang. Yang kedua menyembuhkannya. Nah, kau mau
memiliki ilmu itu" "
Wiro mengangguk. " Tentu Nek. Tentu saja aku mau, tapi...tapi aku permisi dulu
nek... " " Eh, kau mau ke mana"! " tanya nenek muka kucing.
" Aku, aduh. Sudah tidak tahan! Aku mau kencing! " teriak Wiro lalu menghambur
keluar gua. Toshiro, Hatsuko, Akiko, dan si Nenek Neko tertawa terpingkal-pingkal.
" Aku diam-diam sudah menghitung. Seharian di sini, sudah duapuluh tiga kali dia
kencing. Rupanya tidak tahan dingin! " kata si nenek. Lalu semuanya kembali tertawa riuh.
Page 58 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Page 59 Pedang Angin Berbisik 16 Pendekar Kelana Sakti 5 Jago Jago Rogo Jembangan Bunga Ceplok Ungu 9
tertawa tergelak.
Keduanya melangkah seenaknya menuju pintu. Di situ Pendekar 212 sudah menunggu
sambil senyum-senyum menyaksikan apa yang telah dilakukan kedua manusia bonsai
itu terhadap si pemilik rumah makan.
Shogun penguasa tunggal di Jepang pada masa itu berkedudukan diKyoto. Di
beberapakotabesar dia memiliki istana, di antaranya yang terdapat diNara.
Sekitar sembilan tahun silam, Yasuaki Kiuchi diberi kedudukan tinggi oleh
shogun. Sejak itu dia meninggalkanOtsu, pindah keNara. Gapo, kepala prajuritnya
yang setia dan telah mengabdi sekian lama, ikut pindah dan diangkat menjadi
salah seorang pejabat tinggi diNara.
Malam itu Gapo datang ke tempat kediaman Yasuaki Kiuchi. " Tuan Kiuchi, turut
perhitunganku bulan ini tepat sekitar tujuhbelas tahun silam saya membawa dua
orok Yamada dan Yukawa itu ke pegunungan Shikoku . Sesuai pesan kita pada Nenek
Neko, dua anak itu akan dilepas guna menjalankan tugas..."
" Perhitunganmu tidak berbeda denganku Gapo, " kata Yasuaki Kiuchi sambil
mengusap mata kirinya yang picak.
"S etelah kau mendapat kedudukan sangat tinggi bahkan berkuasa penuh di Nara
ini, apakah rencana tempo hari akan tetap dijalankan tuan Kiuchi?"
" Tentu saja! Ada apa dalam otakmu Gapo" Sesudah kau sekarang jadi pejabat
tinggi di sini, kau melupakan rencana itu begitu saja" Sudah merasa puas
rupanya"!"
" Maafkan saya tuan Yasuaki. Bukan begitu maksud saya. "
" Aku tidak suka mendengar kau mendua hati Gapo! Ingat itu baik-baik! Dulu di
Otsu aku jadi orang penting. Sekarang di Nara ini aku jadi orang besar dan
berkuasa penuh, kau tetap jadi tangan kananku! Tapi tujuan dan cita-cita hidupku
bukan cuma sampai di sini. Apa yang kudapat sekarang hanya sebagai batu loncatan
ke kedudukan yang lebih tinggi. Jauh lebih tinggi! Aku ingin menjadi penguasa
tunggal di Nihon ini! Beberapa pejabat tinggi di Kyoto sudah kurembuki.
Mereka hanya menunggu kapan aku menjalankan rencana. Dan kalau dua anak itu
muncul berarti apa yang aku inginkan sudah di depan mata!"
" Saya tetap mengabdi padamu sampai kapan pun juga tuan Kiuchi! " kata Gapo
pula. Di luar ada orang mengetuk pintu. Gapo cepat berdiri. Begitu pintu dibuka,
kelihatan seorang pemuda berkepala gundul, bermuka jerawatan. Dia bukan lain
adalah pemuda yang pagi tadi kena dikerjai oleh Tsuki dan Taiyo di Otsu. Si
gundul ini membungkuk tiga kali di depan Gapo. Gapo bicara sebentar dengan
pemuda gundul itu lalu memberitahu pada Yasuaki Kiuchi. " Si botak Takuchi,
salah seorang mata-mata kita di Otsu datang untuk melaporkan sesuatu yang
penting." Page 40 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Suruh dia menghadapku! " kata Yasuaki Kiuchi.
Takuchi segera diperintahkan masuk. Setelah menjura berulang kali, Takuchi lalu
bersimpuh di hadapan Yasuaki Kiuchi. " Saya membawa kabar penting, " kata si
gundul ini. Lalu dia menceritakan kemunculan dua manusia bonsai diOtsu. Satu
lelaki satunya perempuan. Juga diceritakannya apa yang terjadi di kandang babi
milik Kukuno. Yasuaki Kiuchi berpaling pada Gapo. " Mereka akhirnya muncul Gapo. Rencana kita
bakal menjadi kenyataan... " Lalu dia bertanya pada mata-mata berkepala gundul
itu. " Ada lagi yang hendak kau terangkan?"
Takuchi mengangguk. " Dua manusia bonsai itu punya seorang kawan. Seorang pemuda
asing berambut gondrong. Agaknya dia bukan orang sembarangan. Ada dugaan keras
dia memiliki kepandaian tinggi dan aneh-aneh..."
Yasuaki Kiuchi bangkit dari duduknya. " Gapo, kau pernah tahu atau dengar
tentang orang asing itu" "
" Memang saya pernah mendengar tuan Kiuchi. Beberapa waktu lalu dia membuat
beberapa kali kegegeran di Kyoto . Dia bersahabat dengan murid-murid seorang
tokoh silat di Gunung Fuji . Juga mempunyai hubungan baik dengan orang-orang
perguruan Emerarudo pimpinan Shigero Momochi.
Bersahabat dengan nenek sakti bernama Teruko..."
" Tunggu! " Memotong Yasuaki Kiuchi. " Apa bukan dia pemuda asing yang mendapat
julukan Pendekar Gunung Fuji itu" "
" Saya yakin memang dia tuan Kiuchi, " jawab Gapo.
Yasuaki Kiuchi menggigit bibirnya. " Selama dia tidak tahu rencana kita, kita
akan aman. Tetapi sekali dia tahu... "
" Tak mungkin dia tahu. Si Nenek Neko mana berani berbuat macam-macam. Kecuali
kalau dia tidak mau lagi melihat kekasihnya yang kita sekap di pertambangan
tempat kerja paksa di utara kita keluarkan dari sana hidup-hidup..."
Yasuaki Kiuchi tertawa. " Aku memang tidak punya rencana untuk mengeluarkan
Shikero dari sana . Semua yang kukatakan pada nenek itu bohong belaka. Sekadar
untuk menjinakkan dirinya...."
Yasuaki Kiuchi hentikan ucapannya. Dia sadar telah terlalu banyak bicara di
depan Takuchi. " Kau bekerja bagus. Kau boleh pergi. Beberapa hari di muka
seseorang akan mengantarkan hadiah padamu. "
" Terima kasih tuan Kiuchi. Saya mohon diri. Tapi sebenarnya ada satu hal lagi
yang ingin saya sampaikan. Mungkin tidak ada gunanya. Saya pergi saja
sekarang... "
" Tunggu dulu! Apa yang hendak kau katakan Takuchi" " tanya Yasuaki Kiuchi. "
Sewaktu menghajar pedagang babi di Otsu itu, saya dengar dua manusia bonsai
menanyakan tuan Gapo.
Mereka ingin tahu di mana tuan Gapo bisa ditemui... "
Paras Yasuaki Kiuchi dan Gapo kontan berubah. " Tukang babi itu memberitahu..."
" Page 41 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Takuchi mengangguk. " Nyawanya terancam. Kukuno akhirnya memberitahu kalau tuan
Gapo sekarang berada di Nara, jadi pejabat penting Shogun... "
" Kurang ajar si Kukuno itu! Akan kujagal batang lehernya! " kata Gapo marah
sambil mengepalkan kedua tinjunya. Dia memberi isyarat pada Takuchi agar segera
meninggalkan tempat itu.
Begitu Takuchi berlalu, Yasuaki Kiuchi berkata. " Dari siapa manusia-manusia
bonsai itu tahu namamu" "
" Hanya satu orang yang saya curigai tuan Kiuchi. Si nenek muka kucing Neko! "
" Berarti dua manusia bonsai itu juga sudah tahu rencana kita. Kalau tidak,
mengapa mereka mencarimu" Padahal tugas yang aku perintahkan pada si nenek muka
kucing itu lain... "
Gapo terdiam. Akhirnya terdengar dia berkata dengan suara bergetar. " Saya
khawatir jangan-jangan mereka memang sudah tahu. Kalau begitu izinkan saya
pulang dulu. Saya harus mempersiapkan sesuatu untuk mencegah hal-hal yang tidak
diingini. "
Yasuaki Kiuchi mengangguk. " Sebelum kau pergi, atur penjagaan di tempat ini.
Lipat gandakan kekuatan para pengawal. "
" Akan saya lakukan tuan Kiuchi, " jawab Gapo lalu membungkuk dalam-dalam.
Hutan kecil di tepi jalan yang menghubungkan Nara di Selatan dan Otsu di Utara
berada dalam keadaaan gelap gulita. Namun di suatu tempat tersembunyi terlihat
ada nyala api. Ternyata itu adalah api unggun kecil. Di sekeliling api duduk
tiga sosok tubuh. Mereka bukan lain dua sosok bonsai Tsuki dan Taiyo bersama
pendekar 212 Wiro Sableng.
Di tangan kiri Taiyo saat itu ada secarik kertas yang sudah sangat lusuh. Di
atas tertera panjang tulisan kanji. " Ani, kau bisa membaca tulisan kanji" "
tanya Waiyo pada Wiro. Pendekar 212 geleng kepala.
" Kertas ini seumur umur kami..." kata Tsuki. " Di sini tertulis pesan-pesan yang
harus dilakukan oleh guru kami Nenek Neko. Siapa pemberi tugas tidak tertera.
Tapi menurut guru adalah Yasuaki Kiuchi, saudara Shogun di Kyoto..."
Wiro mulai tertarik penuturan sahabat cebolnya itu. Dia menggeser duduk dekat
Taiyo. " Surat ini dibawa oleh orang bernama Gapo..."
" Apa saja tugas guru kalian dalam kertas itu" " tanya Wiro kepada Taiyo.
" Pertama, sensei harus mengikat tangan kami dengan rantai karatan ini. Lalu
guru kami harus merawat hingga tujuh belas tahun. Lalu guru wajib mendidik kami
dalam kepandaian silat dan ilmu kesaktian. Pada hari kami dibebaskan, kami harus
pergi ke Kyoto untuk membunuh Shogun.
Shogun hanya bisa dibunuh dengan rantai hitam yang mengikat tanganku dan tangan
Tsuki. Setelah itu kami harus pergi ke danau di tepi desa Biwa . Desa itu
bernama Hikone. Di sana kami harus membunuh satu keluarga bernama Yukawa."
" Selesai" Hanya itu..." " tanya Wiro ketika Taiyo berhenti membaca tulisan di
atas kertas lusuh itu.
Taiyo mengangguk. " Itu tugas yang harus dikerjakan guru dan diturunkan kepada
kami. Tapi guru meminta kami melupakan segala kentut busuk yang tertera dalam
kertas ini. Sebagai Page 42
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
gantinya, ia meminta kami mencari orang yang bernama Gapo. Sebab dia satu-
satunya pembuka jalan siapa sebenarnnya kami ini. Waktu itu kedudukannya adalah
sebagai kepala prajurit Shogun, yang bertugas di bawah pemerintah Yasuaki
Kiuchi. Guru juga menugaskan kami mencari seorang bernama Shikero, yang kabarnya
disekap Yasuaki di suatu tempat dan baru dilepas tujuh belas tahun kemudian,
saat kami meninggalkan pegunungan Shikuko..."
" Tugas dari Yasuaki Kiuchi berlainan dengan tugas dari guru kalian. Kalau Gapo
orangnya Yasuaki Kiuchi berarti dia juga tahu asal usul kalian. Tapi aku tidak
mengerti mengapa kalian harus membunuh sekuarga Yukawa di Hikone..." ujar Wiro.
Dia menatap langit hitam di atasnya.
Tidak juga berhasil memecah teka-teki. " Jika saja kakek Segala Tahu ada di
tempat ini, pasti dia bisa menolong kita, " kata Wiro.
" Siapa pula orang itu, " tanya Tsuki. " Seorang tua berumur lebih dari delapan
puluh tahun. Matanya buta tapi lebih tajam penglihatannya dari kita ini. Dia pandai meramal
dan melihat yang bakal terjadi. Sayang dia tidak di sini..." kata Wiro.
Tiba-tiba terdengar suara gemeletak roda kereta ditimpali deru kaki kuda. Kedua
cebol itu cepat menginjak-injak perapian. Begitu api padam, tempat menjadi
gelap. Ketiganya meninggalkan hutan berlari menuju jalan kecil. " Aku harap yang
lewat ini dia, " bisik Taiyo. " Ingat Tsuki, orang ini harus kita dapat hidup-
hidup. Jika sampai mati, kita akan kehilangan jejak diri kita. Atau kita akan
berhadapan dengan Yasuaki Kiuchi. "
Suara kereta kuda semakin cepat. Dua manusia bonsai perpaling kepada Wiro. " Ani
Wiro. Kau sudah siap" " tanya Tsuki. Pendekar 212 menganggukkan kepala sambil
acungkan seutas tali. Ujung tali itu dikaitkan dengan ujung pohon yang sudah
dipotong lalu ditegakkan dan ditancapkan di ujung sungai.
Batang pohon besar jatuh. Kuda paling depan meringkik. Kedua binatang itu
langsung tersungkur begitu lelaki penunggangnya jatuh. Tidak ampun lagi
keretanya terbalik. Tiga dari empat pengawal yang berada di belakang tak sempat
lagi menghindar dan menabrak bagian belakang kereta.
" Tuan Gapo keluar dari kereta! Ada komplotan rampok menyerang kita," salah
seorang pengawal berteriak sambil melompat dari kuda dan membuka pintu kereta.
Seorang bertubuh besar dan gempal keluar dari kereta dengan susah payah. Begitu
menginjakkan tanah mulutnya langsung mengumpatkan kata kutukan serapah.
" Bangsat rendah dari mana yang berani merampok kita"! " Tangan kanan Gapo
bergerak dan "
Wutt" golok besarnya berkelebat. Saat itu dua sosok berkelebat ke udara. Lalu
menukik ke arah Gapo.
Seseorang berteriak memberi peringatan. Pengawal yang tadi terpental kini
melindungi majikannya sambil menyibatkan pedangnya ke atas.
" Meong!Meong! "
" Trang! Trang! " Dua pedang di tangan pengawal itu patah dan mental. Lalu
terdengar jeritan kedua.
Ternyata Tsuki dan Taiyo telah mempergunakan jari tangannya yang panjang untuk
meremas kedua muka pengawal itu.
Gapo berteriak marah. Bersama dua pengawal, dia hendak menyerang Tsuki dan
Taiyo. Tapi justru saat itu keluar suara suitan keras. Tiba-tiba ada puluhan
obor mendekat. Lalu jaring raksasa tidak kelihatan seolah jatuh dari langit.
" Tsuki! Taiyo! Awas! " teriak pendekar 212. Tangan kanannya dilibaskan untuk
melepas pukulan sakti Page 43
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Benteng Topan Melanda Samudera. Tapi terlambat. Ketika pukulan sampai, jaring
sudah menjerat manusia bonsai. Akibatnya, dalam keadaan terjerat, ia juga harus
menerima pukulan sakti Wiro.
" Celaka aku menyerang mereka, " seru Wiro dalam hati.
Dua manusia bonsai terguling dalam jeratan jaring tapi keduanya dapat bangkit
seperti tidak terjadi apa-apa. " Bret! Bret! " mereka pergunakan kuku untuk
melepas jaring yang melilit tubuhnya. Pukulan pendekar 212 tidak berbekas, murid
Sinto Gendeng itu heran.
Saat itu sambil tertawa bergelak, Gapo melompat ke depan jaring. Tangannya
melempar bola kecil. "
Dess! " Terdengar letupan halus disusul dengan menggebubunya asap hijau. Tsuki
dan Taiyo hilang dibungkus asap. Yang terdengar hanya suara mereka batuk-batuk.
" Kurang ajar, " teriak Wiro. Dia berkelebat ke arah Gapo tapi parasnya jadi
berubah. Di sekelilingnya saat itu ada sekitar selusin manusia berseragam
perwira balatentara shogun mengurungnya. Enam dari mereka membidikkan panah
beracun. Enam lagi menodong dengan ujung samurai berkilat. Tak ada kemungkinan
untuk meloloskan diri atau melawan.
" Sial dangkalan! " maki Wiro. Dia angkat tangan kananya hendak menggaruk
kepala, tapi dua buah ujung samurai segera menekan bahunya. Murid Sinto Gendeng
meringis kesakitan. Dua liang luka mengucurkan darah membasahi baju putihnya.
Lalu sebuah rantai besi dililitkan ke tubuhnya. Membuat pendekar 212 benar-benar
tidak bisa berkutik lagi!
Ketika Tsuki dan Taiyo sadar dari pengaruh asap hijau bola beracun yang
dilemparkan Gapo, mereka dapatkan diri tergeletak di sebuah ruangan yang lantai
serta dinding dan atapnya terbuat dari batu.
Bersama mereka ada enam orang perwira berseragam pasukan Shogun. Di situ juga
ada Gapo, manusia yang kini mereka anggap sebagai musuh besar pemegang kunci
rahasia kehidupan mereka.
" Ssstt..." berbisik Tsuki. " Kalau mereka mengurung kita di sini apa mereka
sangka kita tidak bisa berjibaku membunuh mereka semua..." "
" Aku juga sudah berpikir begitu, " sahut Taiyo. " Tapi lihat di depan sana .
Sahabat kita terancam keselamatannya!"
Dua manusia bonsai itu bangkit berdiri. Tsuki usap-usap matanya yang masih
terasa perih. Paras gadis bonsai ini jadi berubah dan sekujur tubuhnya terasa
tegang. Di hadapan mereka ada sebaris jeruji besi sebesar betis manusia. Di
belakang jeruji besi itu ada sebuah ruangan di mana Pendekar 212 Wiro Sableng
berada dalam keadaan terikat kedua tangannya dan dikerek hingga sepasang kakinya
terjingkat ke atas.
Di atas kepalanya ada dua buah busur lengkap dengan anak panah beracun siap
lepas. Tali-tali busur dua buah panah itu tertahan oleh sebuah cantelan besi.
Jika Wiro bergerak sedikit saja atau merubah kedudukan kakinya maka cantelan
yang menahan tali busur akan lepas. Anak panah pertama akan melesat menghantam
batok kepalanya sendiri. Anak panah kedua yang akan lepas dalam waktu bersamaan,
akan melesat menghantam dada seorang perempuan tepat pada jantungnya yang
terikat pada sebuah tiang besi sejarak enam langkah dari hadapan Wiro.
Wiro tidak dapat melihat paras perempuan itu karena rambutnya yang panjang hitam
terjurai ke depan menutupi wajahnya. Perempuan ini mengenakan pakaian warna
biru. Bagian atas bajunya robek besar hingga dadanya tersingkap lebar.
Page 44 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Manusia bernama Gapo! " tiba-tiba Tsuki berteriak. " Aku bersumpah membunuhmu
dan semua orang yang ada di sini jika sahabatku itu menemui ajal karena
perbuatanmu ini! "
Gapo tertawa bergelak. " Kau mengawatirkan keselamatan kawanmu. Bagaimana dengan
calon korban yang perempuan"! "
" Kami tidak mengenal siapa dia! Tapi jika kau melibatkan orang lain untuk
tujuan busukmu, aku akan mencincang mayatmu sampai lumat! " Yang menjawab adalah
Taiyo. Gapo terus mengumbar tawa. " Perempuan itu seorang yang sangat berarti bagi
sahabatmu si pemuda asing. Jika kalian ingin mereka selamat, hanya ada satu
jalan. Kalian harus melakukan sesuatu seperti yang sudah dipesankan dan
ditugaskan pada guru kalian si nenek muka kucing!
Kalian punya waktu terbatas. Sampai berapa lama pemuda asing itu sanggup
bertahan berjingkat terus. Sekali dia menjejakkan tumitnya rata dengan lantai,
cantelan besi akan lepas dan dua anak panah akan merenggut nyawa mereka! "
Tsuki dan Taiyo berteriak-teriak mencaci maki Gapo habis-habisan. Gapo yang kini
menjadi pejabat penting diNaraitu kelihatannya seperti tidak acuh. Tapi tiba-
tiba kedua tangannya bergerak menghantam.
Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tsuki dan Taiyo terpekik. Tubuh keduanya terbanting ke dinding batu akibat
jotosan kiri kanan Gapo yang mendarat telak di wajah mereka. Tapi seperti tidak
merasakan sakit Tsuki dan Taiyo melompat lalu menyerang ke arah Gapo sambil
keluarkan suara mengeong keras!
Limaorang perwira Shogun berkelabat menghadang dengan samurai di tangan. Salah
seorang dari mereka mengancam. " Berani kalian bergerak sedikit saja, sebuah
alat rahasia akan membetot lepas cantelan penahan tali busur! Dua orang di
ruangan sana akan menemui ajal dalam sekejapan mata! Ayo silahkan berbuat
konyol!" " Bangsat! " maki Tsuki.
" Keparat busuk! " teriak Taiyo. Dua manusia bonsai itu tak bisa berbuat apa-apa
selain memandang ke arah Wiro dengan penuh tegang.
" Ani Wiro! " seru Tsuki. " Maafkan kami tak dapat menolongmu! Tapi kami
bersumpah untuk membunuh habis semua manusia setan di ruangan ini! "
Pendekar 212 Wiro Sableng hanya bisa berdiam diri dan tarik nafas dalam. Kalau
saja ada yang bisa menotok kedua kakinya, sampai kiamat pun dia sanggup
berjingkat. " Paling lama aku bisa bertahan satu setengah hari" membatin Wiro. "
Sialan! Selangkangan dan punggungku terasa gatal.
Bagaimana aku bisa menggaruk! Kalau sampai tubuh dan kakiku bergerak, tamat
riwayatku..."
Wiro memandang ke depan ke arah perempuan yang juga terancam keselamatannya. "
Aku merasa seperti mengenali walau tidak melihatnya. Jangan-jangan... Ya Tuhan!
Kuharap jangan dia yang ada di tiang itu! "
Dengan sebuah alat, Gapo menaikkan dua buah jeruji besi lalu masuk ke ruangan di
mana Wiro berada.
" Pemuda asing bergelar Pendekar Gunung Fuji ! Nama besarmu tak lama lagi akan
terkubur di bumi Nihon! Sayang jauh-jauh datang kau cuma mengantar nyawa. Itu
akibat ulahmu yang terlalu suka ikut campur urusan orang lain!"
" Kau manusia paling sialan di dunia ini Gapo! Jenis kadal penjilat yang mau
melakukan apa saja demi jabatan! "
Page 45 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Gapo ganda tertawa. Dia melangkah ke hadapan tiang di mana perempuan berpakaian
biru tegak terikat. " Srett! " Dia cabut golok besar yang tersisip di
pinggangnya. " Aku mau tahu apa kau masih bisa bicara besar dan keras setelah
melihat siapa adanya perempuan ini! " kata Gapo pula. Lalu dengan ujung
pedangnya disentakkannya rambut panjang menjurai yang menutupi wajah perempuan
itu. Begitu parasnya tersingkap terkejutlah murid Sinto Gendeng.
" Akiko Bessho! " teriak Wiro. " Ya Tuhan, memang dia rupanya! "
" Wiro..." ujar gadis berpakaian biru tersendat. Mukanya pucat walau dia berusaha
berlaku setenang mungkin. Gapo tertawa bergelak. " Bagus! Jadi kalian sudah
saling kenal satu sama lain! Ha... ha...
ha! " " Kenapa kau libatkan gadis yang tidak punya salah apa-apa itu"! " tanya Wiro.
Dia berusaha menekan hawa amarah yang menggelegak dalam tubuhnya. Gapo
menyeringai. Goloknya disarungkan kembali. (Mengenai gadis bernama Akiko Bessho
ini dapat diikuti kisahnya dalam dua serial Wiro Sableng berjudul "Pendekar
Gunung Fuji" dan Ninja Merah").
Saat itu pintu ruangan terbuka. Seorang lelaki berpakaian sangat mewah masuk
sambil berkipas-kipas.
Di belakangnya ada beberapa orang pengawal berseragam kimono merah. Orang ini
hanya memiliki satu mata. Mata kirinya yang agaknya cacat, disembunyikan di
balik sehelai kulit tipis warna hitam.
Gapo dan semua perwira shogun yang ada di ruangan itu segera membungkuk dalam-
dalam. Wiro maupun dua manusia bonsai sama bertanya-tanya dalam hati siapa
gerangan orang yang baru datang ini.
Mereka tidak menunggu lama. Jawaban segera didapat dari ucapan Gapo.
" Tuan Yasuaki Kiuchi, saya telah mengatur semua sesuai dengan petunjuk yang
mulia... "
" Yasuaki Kiuchi... " desis Tsuki sambil menyentakkan tangan kirinya sedikit
memberi tanda pada Taiyo.
" Jadi ini manusianya yang jadi pangkal bahala kesengsaraan kita! "
Yasuaki Kiuchi angguk-anggukkan kepala. Sikapnya pongah. Dia menyeruak di antara
jeruji besi yang tadinya dinaikkan ke atas oleh Gapo lalu masuk ke ruangan di
mana Wiro dan Akiko Bessho berada. "
Jadi ini manusia yang bergelar Pendekar Gunung Fuji itu! Kepalamu berharga
ratusan tail emas jika dapat kuserahkan pada kelompok tokoh-tokoh silat golongan
hitam di Jepang ini.
Keuntunganku berlipat ganda! Kau bisa kumanfaatkan lebih dulu, lalu mendapatkan
imbalan besar itu. Ha... ha... ha! "
" Pejabat busuk! Di mataku kau tak lebih dari seorang pelacur laki-laki! Manusia
kadal comberan! " Tubuh Yasuaki Kiuchi tersentak. Mata kanannya mendelik besar
mendengar kata-kata Wiro itu. Dia mengulurkan tangannya meminta golok pada Gapo.
Begitu golok dipegang, ujungnya ditempelkan ke pipi Pendekar 212.
" Aku kagum akan keberanianmu, Aku mau lihat apakah kau cukup kuat untuk tidak
menjerit! "
Lalu dengan ujung golok itu Yasuaki Kiuchi menggores pipi kanan Wiro. Pendekar
212 mengernyit kesakitan. Darah mengucur ke pipi dan berhenti di sudut bibirnya.
Yasuaki hendak menggores sekali lagi. Tapi Gapo buru-buru mendekati dan
berbisik. " Jangan terlalu keras, kalau tubuhnya bergerak karena kesakitan, dia
dan gadis itu akan menemui ajal. Berarti kita akan kehilangan sandera sebelum
rencana berhasil... "
Perlahan-lahan Yasuaki Kiuchi turunkan tangannya yang memegang golok. " Kau
betul... " katanya. "
Page 46 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kita tak perlu cepat-cepat membunuhnya.... " Golok diserahkannya pada Gapo
kembali lalu dia berpaling ke arah Akiko Bessho yang terikat di tiang. " Hemmm,
Dalam keadaan seperti ini pun dia tetap cantik. Aku benar-benar dibuat gila... "
Yasuaki Kiuchi lalu melangkah ke hadapan gadis itu dan berkata. " Nona Bessho,
permintaanku tempo hari masih berlaku. Aku bersedia memberi pengampunan bagimu jika kau mau kujadikan
salah satu gundikku... "
" Manusia iblis budak nafsu! " semprot Akiko Bessho. " Di Nara ini ada seribu
pelacur! Kau boleh mengambil semuanya menjadi gundikmu! " Yasuaki Kiuchi tertawa
lebar. Tangan kirinya tiba-tiba meluncur ke dada gadis itu, meremas liar kian
kemari. " Jahanam rendah! " maki Akiko lalu diludahinya muka lelaki itu. Yasuaki
Kiuchi mundur dua langkah. Matanya yang cuma satu memandang membelalak pada si
gadis. Semua orang mengira penguasakotaNaraitu akan menjadi marah dan menghajar
si gadis habis-habisan. Ternyata tidak. Ia usap ludah yang menempel di mukanya
dengan tangan kiri, lalu dijilatnya tangannya.
" Hah, ludahmu pun terasa nikmat... " katanya. Tiba-tiba dia melompat, merangkul
tubuh Akiko Bessho, mengecup muka, bibir dan leher gadis itu penuh nafsu. "
Manusia jahanam! Keparat busuk...! "
Setelah puas menciumi gadis itu, Yasuaki Kiuchi kembali ke ruangan di balik
jeruji besi. Dengan alat rahasianya, Gapo menurunkan dua buah jeruji besi
kembali. Yasuaki Kiuchi keluarkan kipasnya. Setelah berkipas-kipas sebentar, dia
berkata pada Tsuki dan Taiyo.
" Dua manusia cebol! Dengar baik-baik setiap ucapanku! Melalui gurumu si nenek
muka kucing aku memberi tugas agar kalian berdua membunuh shogun di Kyoto dengan
Besi hitam yang mengikat lengan kalian satu sama lain, itu satu-satunya senjata
yang sanggup membunuh shogun. Kalian tidak punya waktu banyak. Kawan kalian
pemuda asing itu kurasa hanya sanggup bertahan satu setengah hari. Mungkin dua
hari. Jika dalam dua hari kalian tidak kembali ke sini membawa kepala shogun,
berarti pemuda itu dan juga gadis itu akan menemui ajalnya. Kalian berdua
bertanggung jawab atas nyawa mereka. Mereka akan aku lepaskan jika kepala shogun
kalian serahkan padaku! "
" Enak saja kau ngomong! " teriak Tsuki. " Kenapa kau ingin membunuh shogun" "
" Betul, padahal kau masih saudara sepupunya. Dia juga yang memberi kedudukan
tinggi padamu di Nara ini!" menimpali Taiyo.
" Mengapa heran kawan-kawan! " tiba-tiba Wiro berseru. " Manusia jelek itu ingin
jadi shogun, tega membunuh saudaranya sendiri! Manusia tidak tahu diri! Mana ada
shogun matanya picak!
Ha... ha... ha...! "
" Huk... huk... huk...! Meong! " Taiyo tertawa bergelak.
" Hik... hik... hik..! Meong! " ikut tertawa Tsuki.
" Setan alas! " rutuk Yasuaki Kiuchi. " Gapo, lepaskan dua manusia katai sialan
itu! Kalian berdua harus kembali ke sini membawa kepala shogun. Paling tidak
lusa pagi. Dan ingat, aku benar-benar melepaskan dua sahabatmu itu kalau kau
juga sudah membunuh suami istri Yukawa di desa Hikone! "
" Mengapa" Mengapa kami harus membunuh mereka" Kenalpun tidak! " ujar Tsuki.
" Nanti kalian tahu sendiri apa jawabnya! " ujar Yasuaki Kiuchi lalu tinggalkan
tempat itu diikuti para Page 47
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
pengawalnya. Ketika Gapo melangkah untuk mengantar, Pendekar 212 berkata. " Gapo, kau telah
merampas senjata mustikaku. Kalau kau tidak mengembalikannya atau
mengembalikannya dalam keadaan rusak, kau tahu sendiri akibatnya! "
Gapo menyahut dengan dengusan keras dari hidungnya. Sewaktu sampai di pintu
luar, Yasuaki Kiuchi berbalik dan bertanya pada Gapo. " Senjata mustika apa yang
disebut-sebut pemuda asing itu tadi"
" Dalam hatinya Gapo merutuk. " Kalau pemuda sialan tadi tidak berkata apa-apa,
pasti Yasuaki Kiuchi tidak mengetahui perihal senjata mustika itu! Sialan!
Mungkin belum jodohku mendapatkannya! "
Dari balik pakaiannya Gapo keluarkan sebuah benda. Mata semua orang yang ada di
situ menjadi kesilauan oleh sinar yang keluar dari benda yang dipegang orang
kepercayaan Yasuaki Kiuchi itu. "
Kapak bermata dua! " seru Yasuaki dengan mata mendelik hampir tak percaya. " Ini
senjata mustika luar biasa! Senjata ini dulu yang pernah dicuri oleh satu
kelompok ninja hingga menimbulkan kegegeran di seantero negeri! Gila! Kini
senjata itu ada di hadapanku! Senjata ini jauh lebih hebat dari rantai hitam
yang mampu membunuh shogun itu! "
Lalu Yasuaki Kiuchi bertanya pada Gapo. " Kalau sekiranya pemuda itu tadi tidak
menyebut-nyebut benda ini di hadapanku, apakah kau akan menyerahkannya dengan
sukarela" "
Paras Gapo berubah merah. Tapi dia bisa berkilah. " Saya sengaja tidak
memberitahu Yang Mulia waktu di ruangan itu. Karena kalau terjadi apa-apa,
pemiliknya hanya tahu saya dan tidak akan mengganggu Yang Mulia. "
Yasuaki Kiuchi tersenyum. " Kau memang cerdik Gapo! Aku menghargai kecerdikanmu
itu! " " Terima kasih Yang Mulia, " ujar Gapo seraya membungkuk dalam-dalam.
" Hebat! Rezeki besar tak terduga! " seru Yasuaki Kiuchi gembira sekali. Cepat-
cepat senjata yang bukan lain adalah Kapak Maut Naga Geni 212 milik Wiro Sableng
itu diambilnya.
Tsuki dan Taiyo memperhitungkan, dengan lari cepat mereka menghabiskan sehari
semalam untuk bisa sampai keKyoto. Tapi keduanya ragu, apakah mungkin waktu yang
tersisa bisa untuk membunuh Shogun.
" Tsuki, aku merasa was-was. Memasuki kediaman Shogun saja bukan pekerjaan
mudah. Bagaimana kita bisa membunuh walau kita punya senjata yang katanya bisa
membunuhya. Apalagi badan kita cebol, pasti menarik perhatian orang. Agaknya kita tidak bisa
menolong sahabat kita dan gadis itu, kasihan...! "
" Diamlah Taiyo! jangan nyerocos terus. Aku berlari sambil berpikir. Harus ada
satu cara untuk menyelesaikan kasus ini. Shogun katanya berkuasa dengan cara
sewenang-wenang. Tapi siapa pun orangnya, kita tidak punya hak untuk
membunuhnya. Para pendekar samurai di Kyoto paling tidak ada seratus orang! Kita
jangan terpengaruh oleh keadaan yang diciptakan oleh manusia jahat Yasuaki dan
cecunguknya si Gapo itu."
" Lalu apa yang harus kita lakukan, "tanya Taiyo.
Page 48 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Tunggulah, aku pasti dapat akal, Taiyo! Aku dapat! " teriak Tsuki.
" Katakan padaku! "
" Ingat pelajaran dari sensei" Jika kita lemah dan lawan jauh lebih kuat, jangan
hadapi dengan kekerasan. Pergunakan akal, rangkul mereka dan jadikan teman
sampai ada kesempatan untuk memukul! "
" Itu ilmu filsafat Tsuki, dalam kenyataan pasti lain lagi, " ujar Taiyo.
Gadis cebol itu menggelang. " Kita lihat saja nanti. Kau masih menyimpan kertas
butut yang diberikan Gapo itu" "
Taiyo mengangguk. " Kalau begitu percepat larimu Taiyo! " kata Tsuki.
Shogun penguasa negeri benar-benar meledak amarahnya ketika seorang perwira
penghubung memberitahu ada sepasang cebol ingin menemuinya. " Sepasang cebol
ingin menemuiku, mereka gila.
Dan kau sebagai perwira lebih gila lagi! "
" Plaak! " Satu tamparan keras membuat perwira itu terpelanting dan mulutnya
mengeluarkan darah segar.
" Saya minta maaf Yang Mulia, " kata perwira itu sambil meraba pipinya yang
berdarah, mengembung bengkak. " Saya mana berani jika tidak menyangkut
keselamatan dan nyawa yang mulia.
Sepasang cebol itu mengatakan ada yang hendak membunuh Yang Mulia. Semula saya
juga menganggap sepasang manusia bonsai itu juga tidak waras. Saya melarang,
empat hulubalang mengepruknya! Eh, keempat pengawal tingkat tinggi itu roboh
dalam sekali gebrak saja! Untung keempatnya tidak dibunuh! "
Mendengar penjelasan perwiranya, Shogun yang berparas tinggi, berkumis dan
berjanggut putih itu berubah total. Maka diapun berkata. " Perwira bawa masuk
kedua bonsai itu dan siapkan selusin pengawal untuk mengikutinya. Aku akan
menerimanya di ruang kaca, " ujar Shogun. Sehabis itu shogun segera masuk ke
ruangan yang dibelah dua oleh dinding kaca. Keanehan diding ini, meski ada
pembatas, kedua orang yang terpisah masih bisa saling melihat dan mendengar, dan
lagi, tidak mempan senjata tajam.
Seusai mengantar kedua bonsai, selusin pengawal itu langsung membungkuk dan
meninggalkan shogun yang sudah berada di ruang kaca. Dalam ruang kaca, Shogun
menatap tajam ke arah Taiyo dan Tsuki yang tangan kanan dan kiri mereka terikat
oleh seuntai rantai karatan. " Rantai itu... " kata Shogun dalam hati dengan
nada berdebar. " Bagaimana bisa berada dan mengikat mereka! Agaknya mereka tidak membual ada
yang berusaha membunuhku. Hanya rantai itu yang sanggup mencabut nyawaku! "
" Dua manusia rantai, kalian berani-beraninya menemuiku sampai merobohkan empat
perwiraku. Kau memberi tahu pengawal penghubung ada yang hendak membunuhku" "
Taiyo membungkuk " Benar yang Mulia Shogun"
" Bagaimana aku mempercayai kalian" Kalian tidak saja cacat otak, tapi juga
cacat jasmani, Page 49
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
kalian kurasa tidak waras! "
" Kami tidak berani membantah keadaan kami, " ujar Taiyo. " Kami datang memberi
tahu pemimpin negeri kami bahwa nyawanya terancam. Dia hendak dibunuh orang! "
" Kalian tahu siapa pembunuhku" "
Kedua manusia cebol mengangguk. " Kami berdua Yang Mulia! " Mendengar jawaban
itu, dua belas pengawal Shogun langsung bergerak berusaha menyergap Taiyo dan
Tsuki. Tapi gerakan mereka berhenti saat melihat Shogun memberi isyarat.
" Manusia cebol, apa permusuhanmu denganku hingga kalian ingin membunuh" "
" Tidak ada Yang Mulia. Kami melaksanakan perintah seseorang yang tertulis dalam
pesan guru kami tujuh belas tahun lalu. "
" Siapa yang menyuruh kalian membunuhku" " tanya Shogun bergegas.
" Yang Mulia pasti tahu. Dia ada hubungan darah dengan Yang Mulia. Namanya
Yasuaki Kiuchi, orang yang Yang Mulia beri jabatan tinggi di Nara! "
" Kurang ajar! aku tidak percaya dengan keterangan kalian. Ingat, aku bisa
memerintahkan kepala kalian dicincang sekarang juga! "
Taiyo mengeluarkan secarik kertas lusuh berisi pesan-pesan yang ditulis Yasuaki
Kiuchi dalam huruf kanji, dan dibawa oleh Gapo kemudian dibawa kepada guru
mereka si Nenek Muka Kucing Neko. Lalu Tsuki menceritakan asal-usul mereka
sesuai dengan yang mereka dengar dari guru mereka. Tidak lupa menceritakan yang
terjadi diNarasaat ini.
" Kalau kami tidak membawa kepala Yang Mulia dan menunjukkan kepada Yasuaki dan
Gapo, paling lambat besok pagi, sahabat saya orang asing itu dan gadis Akikio
Bessho akan menemui ajal! "
Shogun terdiam lama. " Sulit mempercayai kedua manusia kate ini. Tapi rantai
Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
besi ini bukti keras bahwa mereka tidak berdusta. Selama tujuh belas tahun
mereka tidak bisa melepaskan diri dari ikatan rantai. "
Karena lama Shogun berdiam diri tidak bicara, maka seorang pengawal kemudian
angkat bicara. " Yang Mulia, apakah kami diizinkan meringkus dan menjagal kedua
manusia cebol ini sekarang juga" "
Jawaban yang keluar dari mulut Shogun mengherankan semua orang yang hadir. "
Salah seorang dari kalian lekas cari orang yang ahli membuat topeng kulit! "
Akiko Bessho semakin tegang dan cemas luar biasa ketika melihat tubuh Wiro mulai
bergetar. " Wiro!
Kuatkan dirimu! Bertahanlah! Kau dan aku tak mau mati konyol di tempat celaka
ini! " teriak si gadis.
Murid Sinto Gendeng memandang seperti sudah putus harapan. Suaranya terdengar
perlahan. "
Rasanya aku tak sanggup lagi Akiko. Mungkin sudah takdir kita berdua menemui
ajal di tempat ini... " Tubuh sang pendekar kembali bergetar. Kedua kakinya
sudah tidak terasa kaki lagi. Hilang rasa Page 50
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
dan beberapa kali tumitnya hampir bergerak jatuh ke bawah. Sekujur badannya
basah oleh keringat.
" Tidak! Jangan putus asa! Bertahanlah Wiro! Kau pasti bisa! Teman-temanmu itu
pasti datang! "
" Mereka tidak ingin membunuh shogun! Kau tahu barisan pengawal shogun berlapis-
lapis. Di istananya banyak peralatan rahasia. Tsuki dan Taiyo saat ini pasti
sudah menemui ajal... "
" Aku tidak mau berpikir seperti itu! Tidak! " teriak Akiko kembali.
Lalu Wiro melihat ada air mata menetes jatuh membasahi pipi gadis itu.
" Kau menangis Akiko... "
" Aku menangis bukan karena takut menghadapi kematian. " jawab Akiko Bessho. "
Aku... mungkin bisa puas menghadapi ajal mati bersamamu. Walau aku akan merasa lebih
bahagia kalau bisa hidup lebih lama di dekatmu... Mungkin ini cuma sebuah mimpi
yang tidak akan terlaksana sampai saat kematian datang. Lagipula aku tak pantas
berkata begitu, karena aku ingat Yori. Gadis itu mencintaimu... " (Mengenai
siapa adanya gadis bernama Yori, harap baca serial Wiro Sableng berjudul Ninja
Merah ). Wiro hanya bisa menelan ludah mendengar semua ucapan Akiko Bessho itu. Tiba-tiba
pintu di belakang jeruji besi terbuka. Sosok berpakaian mewah sambil berkipas-
kipas masuk. Dia bukan lain adalah Yasuaki Kiuchi penguasa tertinggi diNara.
Dengan matanya yang cuma satu, dia memandang ke arah Wiro lalu pada Akiko
Bessho. Sesaat kemudian Gapo muncul di sampingnya. Lalu menyusul beberapa orang
perwira shogun.
" Pemuda asing! " Yasuaki tiba-tiba berkata. " Apa kau masih sanggup bertahan"!
" Wiro memutar kepalanya sedikit. Memandang ke arah Yasuaki lalu meludah.
" Keparat! Berani kau menghina Yang Mulia! " teriak Gapo.
Yasuaki Kiuchi sendiri cuma menyeringai buruk. Dipegangnya bahu Gapo lalu
berbisik. " Aku tetap mau meniduri gadis itu dulu sebelum dia menemui ajal... "
" Tapi tuan Kiuchi... "
" Aku sudah menyuruh orang untuk memanggil dua pelayan perempuan. Gadis itu
harus dimandikan dulu, diberi wewangian dan pakaian bagus, didandani... "
Di luar tiba-tiba ada suara orang berlari. Lalu muncul seorang prajurit. " Yang
Mulia, dua orang cebol itu datang. Mereka membawa sebuah kantong kain berlumuran
darah! " Yasuaki Kiuchi dan semua orang yang ada di situ menjadi kaget. Dari luar
berkelebat masuk dua sosok tubuh katai. Ternyata memang Tsuki dan Taiyo! Di
tangan kirinya Taiyo memagang sebuah kantong kain basah oleh darah dan menebar
bau amis. " Kami datang membawa kepala shogun! " kata Taiyo.
" Tsuki! Taiyo! Kalian berhasil! " seru Wiro.
" Kau dan kawanmu akan selamat Ani Wiro! " ujar Tsuki.
Page 51 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Suasana jadi gempar! Serta merta saja Yasuaki Kiuchi diselubungi berbagai rasa.
Gembira, tidak percaya dan juga ngeri. " Aku mau lihat! " katanya.
" Tumpahkan isi kantong itu ke lantai! " perintah Gapo. Beberapa prajurit yang
ada di situ bersurut mundur.
Taiyo letakkan kantong berdarah di lantai. Lalu dipegangnya bagian bawahnya dan
ditunggingkan. Sebuah benda yang menyimpartakan darah menggelinding di lantai, berhenti di
depan kaki Yasuaki Kiuchi. Benda itu adalah potongan kepala manusia berambut,
berkumis dan berjanggut putih. Dari lehernya yang putus masih keluar darah. Bau
busuk menghampar di ruangan itu. Yasuaki Kiuchi keluarkan seruan tertahan.
" Tuan Kiuchi... " bisik Gapo. " Ini memang kepala shogun...! "
Mata kanan Yasuaki Kiuchi berputar ke arah rantai besi yang mengikat tangan
Tsuki dan Taiyo. Dia melihat ada noda-noda darah pada rantai. " Mereka benar-
benar menjagal shogun dengan rantai itu... "
" Kami telah melakukan apa yang diminta. Sekarang kalian harus melepaskan dua
orang itu! "
kata Taiyo. Yasuaki Kiuchi dan Gapo saling pandang. Lalu terdengar tawa bergelak keluar dari
mulut Yasuaki Kiuchi. " Aku dan para pengawal akan segera berangkat ke Kyoto
sekarang juga! Orang-orang kita di sana pasti sudah mengatur segala
sesuatunya..."
" Bagaimana dengan manusia-manusia bonsai ini Yang Mulia" " tanya Gapo.
" Mereka masih punya satu tugas. Membunuh suami istri Yukawa di Hikone... "
jawab Yasuaki Kiuchi lalu berpaling pada Tsuki dan Taiyo.
" Hikone cukup jauh di utara! Pemuda asing itu tak mungkin bisa bertahan lebih
lama! " ujar Taiyo.
" Itu urusan kalian! " jawab Kiuchi seenaknya.
Dari ruangan sebelah tiba-tiba terdengar teriakan Pendekar 212. " Tsuki! Taiyo!
manusia-manusia dajal itu tak akan membiarkan kalian hidup! Lekas larikan diri
cari selamat. Kami berdua di sini agaknya harus menerima takdir menemui
kematian! " Akiko Bessho tercekat dan membeliak besar mendengar teriakan Wiro
itu. Sedang Tsuki dan Taiyo tampak bergerak-gerak tenggorokan mereka.
Lalu keluar suara menggembor.
" Kami tidak akan lari Ani Wiro! " seru Taiyo. " Kami memilih mati sama-sama di
tempat ini! "
" Hik...hik! Meong! Enaknya mati sama-sama! " kata Tsuki lalu berjingkrak-
jingkrak beberapa kali.
Dua manusia bonsai ini melangkah ke hadapan Yasuaki Kiuchi sambil putar-putar
rantai besi yang mengikat tangan mereka. Semua orang yang ada di situ sesaat
jadi terkesiap ketika melihat bagaimana rantai karatan itu mengeluarkan sinar
hitam angker menggidikkan. Gapo hunus golok besarnya. Semua perwira yang ada di
situ juga cabut samurai masing-masing. Yasuaki Kiuchi buang kipas di tangan
kanannya. Tangannya bergerak ke balik pakaian mewahnya, Di lain kejap satu sinar
putih menyilaukan menerangi ruangan itu, membuat redup cahaya angker hitam dari
rantai besi itu.
Page 52 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Kapak Maut Naga Geni 212 berada dalam genggaman Yasuaki Kiuchi. Sepasang manusia
bonsai jadi tertegun. Walau mereka merasa ngeri melihat senjata itu namun
keduanya sudah bertekad sama-sama mati. Tsuki dan Taiyo siap melompat sambil
menghantamkan besi hitam berkarat. Tapi pada saat itu pula dari luar melayang
tiga sosok tubuh yang kemudian jatuh saling tindih di lantai. Semua orang
keluarkan seruan tertahan. Yang bertumpukan di lantai adalah tiga perwira
berpakaian seragam pasukan shogun.
Mereka hancur terkoyak-koyak, tak bisa dikenali lagi.
Di saat yang sama terdengar suara kucing mengeong dua kali berturut-turut. Lalu
satu sosok berkelebat masuk. " Meong!Meong! "
" Biru! " seru Tsuki.
" Merah! " teriak Taiyo.
" Sensei! " pekik dua manusia boncel bersamaan.
Seorang nenek mengenakan mantel bulu beruang tegak di ruangan itu. Dia bukan
lain adalah si nenek muka kucing Nenek Neko, orang yang telah memelihara Tsuki
dan Taiyo selama tujuh belas tahun. Di pundaknya kiri kanan ada dua ekor kucing
es berbulu putih. Yang satu berkalung pita merah pada lehernya, satunya lagi
berpita biru. " Nenek muka kucing! " bentak Yasuaki Kiuchi keras walau diam-diam hatinya
tergetar. " Tadinya aku akan mengirim orang untuk menangkapmu. Kau telah
menyalahi tugas yang aku berikan lewat Gapo. Kau layak menerima hukuman! "
Nenek muka kucing menyeringai. " Aku bukan kacungmu, bukan juga budakmu! Mana
mungkin aku terus menerus harus patuh pada kekuasaanmu"! "
" Nenek keparat! " bentak Gapo. " Beraninya kau bicara kurang ajar pada Yang
Mulia"! "
" Yang Mulia"! " ujar si nenek lalu tertawa cekikikan. Dua muridnya ikut
tertawa. " Yasuaki Kiuchi, tadinya aku mengira kau adalah manusia paling bejat di dunia
ini. Ternyata lebih dari itu. Kau iblis paling durjana di muka bumi! "
" Nenek keparat! Apa kau lupa bahwa nyawa kekasihmu Shikero ada di tanganku"! "
Si nenek ganda tertawa. " Tadinya aku memang begitu mendambakan untuk dapat
bersama lelaki itu sebelum ajal menjemput. Tapi lama-lama aku merasa jengah
sendiri. Sudah tua bangka begini masih saja bercita-cita seperti seorang jaka
dan seorang gadis. Kau boleh membunuh Shikero sampai seribu kali! Hik... hik...
hik! " " Jahanam! " teriak Yasuaki Kiuchi.
" Eh kulihat kau memegang senjata luar biasa. Itu pasti bukan milikmu! Biru!
Merah! Lekas kalian rampas senjata mustika itu! "
" Meong! "
" Meong! "
Page 53 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Dua ekor kucing di bahu si nenek mengeong keras lalu melesat ke arah Yasuaki
Kiuchi. Penguasa tunggal diNaraini berusaha membabatkan Kapak Maut Naga Geni 212
ke arah kedua binatang itu.
Namun si merah dan si biru lebih dulu mencengekeram tangan kanan orang itu.
Yasuaki Kiuchi menjerit keras sewaktu tangannya habis koyak-koyak digigit dan
dicakar dua ekor kucing. Kapak Maut Naga Geni 212 terlepas dari genggamannya.
Sebelum senjata itu menyentuh lantai, dua ekor kucing es bergerak cepat sekali,
menyambuti gagang senjata mustika dengan mulut mereka.
Di saat yang sama, Gapo ayunkan golok besarnya untuk membacok dua ekor kucing
itu. Namun dari samping, Tsuki dan Taiyo tidak dilihatnya melompat ke atas,
tahu-tahu rantai besi berkarat itu sudah menggelung lehernya.
Dua ekor kucing membawa Kapak Naga Geni 212 ke arah si nenek muka kucing.
Perempuan tua ini membungkuk, cepat mengambil senjata itu. " Senjata luar biasa!
Kurasa tak ada duanya di dunia ini!
" kata si nenek sambil sipitkan mata tak tahan sinar menyilaukan. Dia memandang
ke depan ketika mendengar suara " Kraak! " Gapo dilihatnya tertegak melotot.
Lidahnya terjulur keluar. Dari mulutnya keluar darah kental.
" Huk...huk! Meong! "
" Hik... hik! Meong! "
Tsuki dan Taiyo lepaskan jeratan rantai besi. Tubuh tanpa nyawa Gapo langsung
roboh tergeletak di lantai.Limaperwira tinggi shogun yang menjadi kaki tangan
Yasuaki Kiuchi, yang sudah sama-sama menggenggam samurai, tanpa tunggu lebih
lama segera menyerbu dua manusia bonsai. Di depan pintu, si nenek muka kucing
masih memandangi Kapak Maut Naga Geni 212 terkagum-kagum. " Senjata hebat!
Luar biasa! Kapan lagi mencobanya kalau tidak sekarang! "
Dari mulut si nenek keluar lengkingan keras seperti kucing mengeong. Tubuhnya
berkelebat ke depan.
Kapak maut berkiblat mengeluarkan suara menderu dahsyat serta menebar hawa panas
luar biasa. Terdengar suara berdentrangan riuh sekali, disusul dengan pekik jerit kematian.
Ketika si nenek kembali ke tempat tegaknya semula, di lantai ruangan berkaparan
tumpang tindih sosok tubuhlimaperwira tinggi tadi. Semua menemui kematian dengan
kening terbelah hangus!
" Senjata hebat! Benar-benar luar biasa! " kata si nenek lagi. Lalu dia
memandang ke depan.
Sepasang mata kucingnya membentur sosok Yasuaki Kiuchi yang tegak tersandar di
sudut ruangan sambil tangan kirinya pegangi tangan kanan yang hancur akibat
koyakan gigi dan cakar dua ekor kucing peliharaan si nenek.
" Yang Mulia! " seru si nenek. " Kau bisa memilih kematian yang kau sukai!
Kubelah keningmu dengan kapak sakti ini" Atau mampus dikoyak dua ekor kucing
peliharaanku" Atau dicekik dengan rantai besi sampai hancur lehermu oleh dua
anak manusia yang jadi korban kebuasanmu itu!" Atau mungkin kau lebih suka aku
sendiri yang menguliti sekujur tubuhmu!" "
Sesaat Yasuaki Kiuchi terdiam tak menjawab. Tiba-tiba dia melompat menyambar
golok milik Gapo yang tercampak di lantai dengan tangan kirinya. Orang ini
memang memiliki ilmu memainkan senjata yang hebat dan dia mampu memainkan
senjata dengan tangan kanan atau tangan kiri.
Serangan pertama Yasuaki Kuchi hanya mengenai tempat kosong karena si nenek
cepat menghindar.
Ketika lawan menyerang kedua kalinya, Nenek Neko hantamkan Kapak Naga Geni 212.
" Trang! "
Golok besar di tangan kiri Yasuaki mental patah dua. Si nenek menyeringai. " Kau
rupanya memilih Page 54
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
mati dengan kepala terbelah Yang Mulia! Hik... hik...hik! " tangan si Nenek Neko
bergerak. Tetapi tiba-tiba di luarsanaterdengar suara terompet, menyusul suara
orang berteriak. " Atas nama shogun di Kyoto, hentikan semua pertempuran di
dalam sana !"
Lalu tiga orang menerobos masuk. Yasuaki Kiuchi menjadi pucat ketika melihat
siapa yang berada di sebelah depan. Seorang tua bertubuh tinggi besar bermata
biru dan berkumis kelabu melintang. Dia adalah kepala balatentara shogun wilayah
selatan yang paling ditakuti. Begitu melihat Yasuaki Kiuchi, orang ini keluarkan
satu gulungan kertas berwarna merah. Kertas itu dibukanya lalu diperlihatkan
kepada Yasuaki. " Aku diperintahkan untuk menangkap dan membawamu ke Kyoto .
Para petinggi di istana shogun telah menyiapkan hukuman pancung untukmu!"
Yasuaki Kiuchi jatuh terhenyak di lantai, Kepala tentara bermata biru itu
memberi isyarat pada dua anak buahnya. Yasuaki segera diringkus. Ketika hendak
dibawa pergi, Tsuki dan Taiyo cepat menghadang. "
Kami minta kau mau menerangkan siapa itu suami istri Yukawa di Hikone... " kata
Taiyo. Yasuaki tidak menjawab. " Kau ingin menjawab pertanyaan orang atau tidak"! "
bentak kepala balatentara shogun.
Mata kanan Yasuaki menatap wajah Taiyo sejenak. Lalu dari mulutnya meluncur
kata-kata yang membuat Taiyo jadi merinding. " Mereka adalah orang tuamu. Kalau
aku tidak salah ingat, kau diberi nama Toshiro... "
" Kau menyuruh kami membunuh orang tuaku sendiri! Sungguh biadab! " Taiyo
menggembor keras lalu menyerang.
Kepala balatentara shogun cepat menghalang. " Hukuman untuknya sudah diatur
shogun. Jangan berani mengubah! "
Taiyo alias Toshiro tegak tersandar ke dinding. Matanya berkaca-kaca.
Di sebelahnya, Tsuki tegak meneteskan air mata. " Asal usul Taiyo sudah
diketahui. Bagaimana nasib diriku... " gadis bonsai ini seolah meratap dalam
hati. Yasuaki melangkah di hadapannya. Tsuki hanya bisa memandang, tak kuasa membuat
mulut untuk bertanya. Tiba-tiba Yasuaki Kiuchi hentikan langkah. Dia memandangi
paras Tsuki sesaat lalu berkata.
" Nak, namamu sebenarnya adalah Hatsuko, Kedua orang tuamu tadinya juga tinggal
di Hikone. Ibumu... " Yasuaki Kiuchi terdiam sejenak. " Ibumu sudah meninggal. Ayahmu
bernama Kano Yamada. Dia masih hidup. Ada di tempat kerja paksa di utara...
Kalian berdua sebenarnya sudah dijodohkan satu sama lain sejak masih bayi."
Tsuki alias Hatsuko menjerit lirih lalu menangis.
Sebelum melanjutkan langkahnya, Yasuaki berpaling pada potongan kepala manusia
yang tergeletak di lantai. Lalu dia menoleh kepada kepala balatentara shogun. "
Kau meneriakkan kedatanganmu atas nama shogun. Lalu kepala siapa itu!" "
" Kepala seorang rampok besar yang dipancung lalu diberi bertopeng wajah Yang
Mulia Shogun... " jawab kepala balatentara. " Ada lagi yang hendak kau
tanyakan?"
Page 55 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Wiro Sableng 080 Sepasang Manusia Bonsai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Aku tertipu... " desis Yasuaki lalu bergerak tinggalkan tempat itu.
" Hai! Bagaimana dengan kami"! " teriak Wiro dari ruangan di belakang jeruji
besi. Tsuki dan Taiyo melompat. Keduanya coba menggoyang jeruji-jeruji besi itu. Tapi
tidak bergeming sedikit pun. " Hanya Gapo dan Yasuaki yang tahu alat rahasia
untuk menaikkan dan menurunkan besi-besi ini! " kata Tsuki alias Hatsuko.
" Celaka! Rupanya kami benar-benar akan menemui ajal di sini! " ujar Wiro.
" Kalian tidak usah khawatir. Kurasa senjatamu ini bisa menjebol tiang-tiang
besi itu! " tiba-tiba si nenek Neko berkata sambil melangkah ke arah barisan
jalur-jalur besi. Tangan kanannya diangkat.
Kapak Maut Naga Geni 212 kelihatan bersinar terang benderang tanda si nenek
mengerahkan tenaga dalamnya. Lalu senjata sakti itu dibabatkannya menghantam dua
tiang besi sekaligus. " Trang! Trang! "
" Gila! Benar-benar luar biasa! " seru si nenek. Dua jeruji besi patah
berantakan. " Sekarang bagaimana kalian melepaskan ancaman dua panah beracun itu! " ujar
Akiko Bessho begitu Nenek Neko dan dua manusia bonsai masuk ke dalam ruangan. "
Sedikit saja cantelan besi itu bergerak, habislah kami berdua! "
Dua manusia bonsai memandang ke arah si nenek seolah minta tolong. " Anak-anak
lekas ke mari! " si nenek tiba-tiba berseru. Dua ekor kucing es berbulu putih
mengeong dan mendatangi. Si nenek berjongkok dan usap-usap punggung si biru dan
si merah. " Kalian lihat dua buah busur dan dua buah anak panah di atas
sana ...?"
" Meong...! "
" Meong...! "
" Lekas naik ke atas, gigit dan tahan dua anak panah itu. Jangan dilepas sebelum
aku beritahu. Ayo lekas lakukan! "
Dua ekor kucing lalu melompat ke atas tiang tempat Wiro diikat. Seperti yang
diperintahkan si nenek, binatang-binatang ini menggigit ekor dua anak panah. "
Kalian lekas lepaskan ikatan gadis itu. Aku akan melepaskan ikatan anak muda
ini! " kata nenek muka kucing kemudian.
Setelah Wiro dan Akiko Bessho diselamatkan dan semua orang keluar dari ruangan
itu, si nenek berteriak pada dua ekor kucingnya. " Lepaskan gigitan! Wuttt!
Wuttt! " Dua anak panah melesat deras begitu dua ekor kucing lepaskan gigitan
mereka. Panah pertama menancap di lantai batu. Panah kedua menembus tiang yang
terbuat dari besi! Wiro dan Akiko sama-sama berpandangan dan sama-sama menarik
nafas lega. " Sensei...! " tiba-tiba Tsuki alias Hatsuko berseru. " Senjata di tanganmu itu,
mungkinkah bisa menghancur lepas ikatan rantai besi ini" "
Si nenek berpaling pada Pendekar 212 Wiro Sableng. " Mungkinkah..." " si nenek
ikut bertanya. " Harus kita coba. Mudah-mudahan bisa., " jawab Wiro yang saat itu masih
keliangan dan terduduk di lantai.
Page 56 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
" Kalau begitu biar kau yang melakukan, " kata si nenek pula seraya melemparkan
Kapak Maut Naga Geni 212 pada Wiro. Murid Sinto Gendeng cepat sambut senjata
miliknya itu. Perlahan-lahan dia bangkit berdiri. Dia meminta dua manusia bonsai
tidur sama rata di lantai. Setelah memperhatikan sejenak, Wiro ayunkan senjata
sakti itu. Suara berdentrangan terdengar keras sekali ketika mata kapak menghantam
pinggiran japitan besi di tangan kiri Tsuki alias Hatsuko. Bunga api memercik
tinggi. "A ku bebas! " teriak Tsuki lalu melompat berjingkrak-jingkrak kegirangan.
" Hai! Bagaimana aku"! " teriak Taiyo alias Toshiro.
Sekali lagi kapak sakti itu dibacokkan. " Trangg! "
" Ani Wiro, terima kasih! " seru Taiyo. Tubuhnya melesat ke udara dan berjungkir
balik beberapa kali.
Seperti biasanya, udara di puncak pegununganShikokudingin bukan kepalang. Namun
semua yang ada di dalam gua itu merasa kehangatan di lubuk hati masing-masing.
Nenek muka kucing Neko menghela nafas panjang. " Aku dengar Yasuaki Kiuchi sudah
dijatuhi hukuman pancung oleh shogun... "
" Dan kami dengar kekasihmu Shikero atas perintah shogun juga telah dibebaskan
dari pertambangan kerja paksa di utara, bersama dengan Kano Yamada, ayah
Hatsuko... "
" Kami akan kembali ke Hikone, berkumpul lagi dengan orang tua kami... " kata
Toshiro. " Kau untung, ayah ibumu masih lengkap. Aku cuma punya ayah... " kata Hatsuko.
" Jangan sedih Hatsuko. Orang tua Toshiro akan jadi orang tuamu juga. Malah kau
akan punya dua ayah nantinya! " kata Wiro. Hatsuko memandang pada Wiro lalu
perlahan-lahan wajahnya memerah.
" Jangan lupa mengundang kami! " menggoda Akiko Bessho. Nenek muka kucing
tertawa tergelak-gelak.
Wiro memandang ke luar gua. " Matahari sudah tinggi. Orang yang ditunggu bisa
saja datang lebih cepat. Sebaiknya kita jangan jadi pengganggu. "
" Kau betul Wiro, " kata Akiko pula. Lalu dia berpaling pada si nenek lalu
berkata. " Nek, kami minta diri. Jika umur panjang kita bisa berkumpul lagi
sama-sama di tempat ini. "
" Ah, kalian seharusnya tak usah buru-buru pergi. Kalaupun Shikero datang,
kalian kurasa tidak akan mengganggu. "
Wiro dan Akiko tersenyum sementara Toshiro dan Hatsuko juga mulai tertawa-tawa.
Keempat orang ini berdiri saling berpegangan tangan. Keempatnya saat itu
mengenakan kasut kayu untuk meluncur di atas pegunungan salju.
" Kami minta diri Nek, " kata keempat orang itu berbarengan.
Lalu Wiro menyeletuk. " Kuharap kau jangan buru-buru punya anak Nek, biar bisa
berpuas-puas Page 57
Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
berlama-lama! "
" Eh, tidak kusangka mulutmu begitu konyol anak muda! Siapa yang mau punya
anak"! " teriak si nenek.
Gua di puncak gunungShikokuitu laksana mau runtuh oleh tawa empat orang yang ada
di hadapan si nenek. Nenek Neko akhirnya mau tak mau ikut-ikutan tertawa, malah
paling keras. " Anak muda, kalau kau suka, lain waktu kau boleh datang ke mari.
Aku akan mengajarkan satu ilmu yang aku yakin tak ada di negerimu... Kurasa kau
berjodoh memiliki ilmu itu. "
" Nenek Neko, kau baik sekali. Ilmu apakah itu" " tanya Wiro.
" Koppo, ilmu mematahkan tulang, " jawab si nenek. " Kau mau lihat" "
" Saya pernah lihat Hatsuko dan Toshiro memperagakannya di Otsu tempo hari..."
" Kau mau lihat lagi" "
" Tentu saja! " jawab Wiro, karena tidak mengira apa yang akan dilakukan si
nenek. " Ulurkan tangan kananmu! " Murid Sinto Gendeng menurut saja. Secepat kilat
tangan kanan si nenek bergerak. " Krakk...! Krakk! " Wiro menjerit setinggi
langit. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya patah. Patahan tulang
mencuat keluar!
" Nek... Apa yang kau lakukan ini"! " teriak Wiro. Sekujur tubuhnya bergetar
menahan sakit. Akiko kelihatan pucat. Tapi Toshiro dan Hatsuko tampak tertawa
hu-hu hi-hi! " Kemarikan tanganmu! " kata si nenek.
" Hendak kau patahkan lagi!" " ujar Wiro sambil mengulurkan tangan tapi ragu-
ragu. Begitu tangan sang pendekar terulur, si nenek meremasnya dengan keras. Kembali
Wiro menjerit. Tetapi ketika diperhatikannya, ternyata tangannya sudah utuh
seperti semula. Sakitnya pun serta merta lenyap.
" Ilmu sihir! " kata Pendekar 212 pula.
Si nenek menggeleng. " Bukan, yang aku perlihatkan tadi adalah ilmu sungguhan.
Yang pertama mematahkan tangan orang. Yang kedua menyembuhkannya. Nah, kau mau
memiliki ilmu itu" "
Wiro mengangguk. " Tentu Nek. Tentu saja aku mau, tapi...tapi aku permisi dulu
nek... " " Eh, kau mau ke mana"! " tanya nenek muka kucing.
" Aku, aduh. Sudah tidak tahan! Aku mau kencing! " teriak Wiro lalu menghambur
keluar gua. Toshiro, Hatsuko, Akiko, dan si Nenek Neko tertawa terpingkal-pingkal.
" Aku diam-diam sudah menghitung. Seharian di sini, sudah duapuluh tiga kali dia
kencing. Rupanya tidak tahan dingin! " kata si nenek. Lalu semuanya kembali tertawa riuh.
Page 58 Generated by ABC Amber LIT Converter, http://www.processtext.com/abclit.html
Page 59 Pedang Angin Berbisik 16 Pendekar Kelana Sakti 5 Jago Jago Rogo Jembangan Bunga Ceplok Ungu 9