Pencarian

Sakit Hati Seorang Wanita 8

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


me layaninya tadi, ternyata kini me lawan dengan menggunakan pedang dan gerakan mereka cukup lihai! Ia
berdiri bingung karena tidak tahu mengapa rumah makan itu
diserbu perajurit. Ia tidak tahu urusannya dan tidak tahu pula
siapa yang bersalah sehingga ia t idak ingin menca mpuri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi belum la ma ia berdiri di luar pintu belakang
rumah ma kan itu, di bawah penerangan sebuah la mpu
gantung, tiba-tiba terdengar bentakan nyaring.
"Nah, itu dia Si Iblis Betina!" Lima orang berloncatan
mengepung Cu i Hong dan dua orang di antaranya adalah
Perwira Su Lok Bu dan Cia Kok Han! Cui Hong terkejut
mengetahui bahwa rahasianya telah diketahui musuh dan
keadaannya berbahaya sekali. Namun sedikit pun la tidak
merasa gentar. Ketika Su Lok Bu yang berada paling dekat
dengannya sudah menyerang dengan sepasang pedangnya,
Cui Hong melompat ke kiri di mana terdapat ruangan yang
lebih luas. Lima orang itu mengejar dan mengepungnya. Akan
tetapi Cui Hong sudah cepat menyambar sebuah sapu
bergagang panjang, mematahkan sapunya tinggal gagangnya
saja yang terbuat dari kayu dan menggunakan gagang sapu
sebagai senjata. Su Lok Bu menyerang dengan sepasang
pedangnya, disusul Cia Kok Han yang menggerakkan golok
besarnya menyerang pula, dibantu tiga orang perajur it yang
masing-masing bersenjatakan golok. Namun Cui Hong tidak
menjad i gentar. Ia mainkan senjata gagang sapu itu, diputar
cepat dengan pengerahan tenaga sakti, tubuhnya berkelebatan cepat sekali. Terdengar suara berdentangan dan
lima orang pengeroyokitu begitu tertangkis senjata mereka,
merasa terkejut karena tangan mereka tergetar hebat. Lebih
lagi tiga orang perajurit itu. Begitu terkena tangkisan, mereka
terhuyung ke belakang. Akan tetapi ketika para pelayan rumah penginapan Lok
Thian bersa ma ta munya sudah roboh se mua, terluka dan
tertawan, kini para perajurit ikut mengeroyok seh ingga Cui
Hong dikeroyok lebih dari dua puluh orang! Namun, sungguh
hebat sepak terjang Cui Hong. Senjatanya yang amat
sederhana itu menyambar-nya mbar dahsyat, berubah menjadi
gulungan s inar yang a mat dahsyat sehingga sebentar saja,
gulungan s inar tongkatnya itu telah berhasil merobohkan
enam orang pengeroyok! Hal ini tidak mengherankan karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia bersilat dengan ilmu silat aneh Toat-beng Koai-tung
(Tongkat Aneh Pencabut Nyawa), yaitu ilmu andalan yang
diwarisinya dari mendiang Toat-beng Hek-mo (Iblis Hitam
Pencabut Nyawa). Kebetulan Cui Hong me mbuat para pengeroyok menjadi
jerih dan kepungan, menjadi agak longgar. Hanya Su Lok Bu
dan Cia Kok Han yang masih mengeroyoknya dari jarak dekat,
namun hujan serangan dua orang itu selalu terpental kemba li
ketika berte mu dengan gulungan sinar tongkat gagang sapu!
Tiba-tiba terdengar suara tawa bergelak dan muncul ah
seorang kakek tinggi beijar yang me megang sebatang cambuk
hitu m, diikuti oleh delapan orang perajur it. Dia adalah Tung
Kok yang telah dimintai bantuan. Tung Kok cepat datang ke
rumah makan Lok Thian, diikuti de lapan orang perajur it yang
telah dia didik untuk men jadi pengawa l dan pe mbantunya.
Mendengar suara tawa ini, Su Lok Bu dan Cia Kok Han cepat
mundur dan me mberi isarat kepada para perajurit untuk
mundur me mbuat kepungan luas agar kakek andalan mereka
itu dengan leluasa dapat menangkap Kim Cui Hong. Gadis itu
kini berdiri berhadapan dengan Tung Ok, menata,1 tajam
wajah kakek yang rambut dan jenggot kumisnya sudah putih
semua itu. "He-he-he, Su-ciangkun, mana iblis betina cantik
yang kau maksudkan itu" Di sini hanya ada seorang pemuda
tampan!" kata Tung Ok.
"Lo-cian-pwe, pemuda itulah penyamaran Si Iblis Betina
Kim Cui Hong yang kejam dan jahat, dan kini menjadi mata-
mata pemberontak!" kata Su Lok Bu.
"Hati-hati, Lo-cian-pwe, ia lihai bukan main. Jangan sampai
ia lolos!" kata pula Cia Kok Han.
"Heh-heh-heh, lolos dari tanganku" Tidak mungkin! Nona,
engkau tentu, cantik sekali. Dala m pakaian pria pun engkau
tampak ta mpan luar biasa. Nama mu Kim Cu i Hong" Nama
yang indah, sesuai orangnya. Nah, Kim Cu i Hong, aku adalah
Tung Ok Si Racun Timur dan se mua orang di dunia kang-ouw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tunduk kepadaku. Maka, dengarlah, Kim Cui Hong, engkau
harus tunduk pula padaku! Menyerah dan ber lututlah!"
Cui Hong merasa betapa ada kekuatan aneh seolah
me ma kfcanya agar ia menjatuhkan diri berlutut kepada kakek
yang bernama Racun Timur itu. la sudah merasa betapa
kedua kakinya gemetar. Tiba-tiba ia teringat akan nasehat
gurunya, mendiang Toat-beng Hek-mo yang mengajarkan
kepadanya bagaimana untuk menolak pengaruh s ihir. Ia
teringat bahwa ini tentulah kekuatan sihir yang dipergunakan
kakek ra mbut putih itu kepadanya. Cepat ia lalu mengerahkan
tenaga batinnya ia membiarkan tenaga sakti dari tan-tiat
dibawah pusar bergulung ke atas dan me mperkuat perasaan
hati dan pikirannya. "Kakek s iluman! Siapa
mau menyerah kepadamu!"
bentaknya. Tung Ok menjad i marah sekali karena merasa malu. Di
depan dua orang perwira dan puluhan perajurit itu dia dibuat
ma lu karena sihirnya tidak dapat mempengaruhi gadis yang
menya mar sebagai pria itu.
"Tida k bisa menangkap hidup-hidup, aku akan menang kapmu dalam keadaan mati!" bentaknya dan cepat
kakek itu bergerak ke depan dan tongkat hitamnya
menya mbar dahsyat sekali.
Cui Hong mengenal serangan yang sangat bahaya itu,
maka ia cepat nenggunakan kecepatan gerakan dan
keringanan tubuhnya untuk menge lak ke kiri.
"Tar-tar-tarrr...!"
Cambuk itu me ledak-ledak dan menya mbar-nyambar ke arah kepala, disusul serangan ke
arah pinggang, lalu ke arah kaki secara bertubi. Hebat sekali
serangan cambuk itu. Akan tetapi Cui Hong me miliki ginkang
(ilmu meringankan tubuh) yang tinggi sehingga tubuhnya
berkelebatan sedikit, terhindar dari sambaran cambuk. Ketika
cambuk menyambar lagi ke arah lehernya, ia melompat ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanan, me mbalik dan menghanta m ca mbuk itu dengan
tongkat gagang sapu. "Wuuuttt... takkk!" Tung Ok berseru kaget dan melangkah
mundur. Dia terkejut sekali karena tangkisan gagang sapu itu
ma mpu menggetarkan tangannya yang memegang gagang
cambuk! Sulit dipercaya seorang wanita muda me miliki tenaga
sin-kang yang nma mpu mengimbangi tenaganya! Dia
menyerang se makin hebat, me ma inkan ilmu ca mbuknya yang
ia sendiri menganggap tidak ada lawan yang ma mpu
menand inginya. Akan tetapi Cui Hong tidak mau kalah. Ia
me ma inkan ilmu tongkat warisan gurunya, yaitu Toat-beng
Koai-tung dan terjadilah perkelahian yang a mat seru.
Gulungan sinar cambuk dan tongkat menyambar-nya mbar dan
terkadang tampak cambuk dan tongkat seolah berubah
menjad i banyak. Mereka yang menonton perkelahian itu
menjad i kagum dan juga gentar untuk maju me mbantu. Tung
Ok sendiri harus me ngakui bahwa baru sekali ini dia bertemu
seorang wanita muda yang sanggup melawannya tanpa
terdesak walaupun dia sudah mengerahkan tenaga dan
menge luarkan jurus-jurus simpanannya. Bahkan tadi ilmu
sihirnya juga tidak ma mpu me mpengaruhi Cui Hong. Baru
sekarang dia tahu mengapa dua orang tangguh seperti Su Lok
Bu murid Siauw-Iim-pai dan Cia Kok Han murid Bu-tong-pai
me muji-muji gadis ini dan merasa jer ih kepadanya. Sebutan
Iblis Betina bukan sebutan kosong.
Setelah perkelahian satu lawan satu itu ber langsung cu kup
la ma, sekitar lima-puluh jurus dan dia belum juga ma mpu
menang kap wanita itu, hidup atau mati seperti yang
dikatakannya, Tung Ok menjadi penasaran. Dari per kelahian
itu dia tahu bahwa dia pun tidak akan kalah oleh Kim Cui
Hong, akan tetapi untuk dapat merobohkan wanita itu pun
bukan hal mudah baginya. Kalau dibiarkan terlalu lama,
pandangan orang terhadapnya akan menurun. Maka dia
me mber i isarat kepada delapan orang perajurit yang menjadi
pembantu dan pengawalnya. Delapan orang yang sejak tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah siap siaga mengepung dalam lingkaran para perajurit
itu, tiba-tiba bergerak mengelilingi Cui Hong dan Tung Ok
yang masih bertanding seru. Mereka me lolos benda lunak
hitam dari ikat pinggang mereka. Benda itu ternyata adalah
semaca m jala ikan yang terbuat dari tali hitam yang halus.
Tiba-tiba mere ka menggerakkan tangan secara bergantian dan
jala berkembang menyambar ke arah Cui Hong. Wanita ini
menang kis dengan tongkatnya sambil men gerahkan tenaga,
namun ternyata tongkat yang mampu merusak senjata tajam
lawan itu, tidak ma mpu me mbikin putus tali-tali jala yang
terbuat dari bahan yang khas dan aneh, yang tidak akan putus
walaupun dibacok senjata tajam sekalipun! Cui Hong terkejut
dan mengelak. Ia berhasil menge lak dari sa mbaran jala-jala
itu sampai lima.... Ada halaman hilang mereka pun tidak ingin mengetahui dan ia merasa yakin
bahwa wanita itu tentu dibunuh oleh Perwira Su dan Perwira
Cia. Ruangan tertutup yang luas itu tidak terang ketika Su Lok
Bu dan Cia Kok an masu k pada hari kemar in dulu. Kalau pada
waktu pertama kali mereka berdua datang mene mui tiga
orang tengkorak hidup, yaitu Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan
Louw Ti, dalam ruangan itu dipasang lima buah la mpu besar
sehingga keadaan dala m ruangan itu terang benderang seperti
siang, kini yang dipasang hanya dua buah la mpu sehingga
remang-re mang menyera mkan! Agaknya tiga orang itu
me mang tidak ingin pekerjaan mere ka tampak jelas oleh
orang yang selalu mereka tunggu-tunggu untuk dihadapkan
mereka, maka mereka, atau lebih tepat Pui Ki Cong sebagai
tuan rumah, menyuruh para pelayan menyalakan dua buah
la mpu saja. Baru saja Pui Ki Cong menerima kabar dari Su Lok
Bu bahwa musuh besarnya, Kim Cu i Hong, tteah dapat
ditangkap hidup-hidup dan henda k diserahkan kepadanya!
Dengan girang sekali dia lalu mengajak Koo Cai Sun dan Lauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ti untuk menanti di dalam ruangan itu, sengaja me mbuat
cuaca di situ tidak terang sekali agar keburukan rupa mereka
tidak tampak nyata. Kemulian dengan perasaan hati berdebar-
debar penuh ketegangan, penuh dendam kebencian, mereka
duduk di atas kursi roda masing-mas ing dan menunggu.
Akhirnya seorang pelayan me mbuka pintu ruangan itu dari
depan dan Su Lok Bu masu k mendorong Kim Cu i Hong yang
kaki tangannya terbelenggu kuat. Gadis itu
masih mengenakan pakaian pria, wajahnya agak pucat akan tetapi
sepasang matanya mencorong dalam keremangan cuaca
dalam ruangan itu. Setelah tidak berdaya dalam libatan dan
bungkusan delapan helai jaring yang kokoh kuat, Cui Hong
sama sekali tidak berdaya ketika ia ditotok oleh Su Lok Bu,
tidak ma mpu men gelak atau menangkis. Dala m keadaan tak
ma mpu bergerak karena tertotok dengan mudah Su Lok Bu
dan Cia Kok San me lepaskannya dari dalam libatan jaa-jala
dan me mbelenggu kedua pasang kaki tangannya.
"He mm, beginikah sikap dua orang laki-la ki yang mengaku
gagah perkasa ini" katanya dahulu adalah pende kar Sauw-lim
dan Bu-tong" Curang, main keroyokan dan tidak adil! " Cui
Hong mengejek, sama se kali tidak me mperliatkan rasa takut.
0ooodwooo0 Jilid 13 WAJAH kedua orang perwira itu terasa panas dan kalau
bukan di waktu malam ketika mereka menangkap gadis itu,
tentu akan tampak muka mereka berubah ke merahan.
"He mm, terhadap seorang wanita yang jahat dan kejam
me lebihi iblis betina, tidak perlu me makai peraturan orang
gagah! Yang jahat harus dibas mi, dengan cara apapun juga."
kata Su Lok Bu untuk menyembunyikan rasa tidak enak
mendengar teguran yang mengandung ejekan itu. Memang,
sebagai seorang pendekar murid Siauw-lim-pa i, amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me ma lukan kalau mengalahkan musuh dengan cara keroyokan. Akan tetapi musuhnya ini bukan sekedar pi-bu
(mengadu kepandaian silat) atau sekadar menguji, akan tetapi
sebagai usaha untuk me nyingkirkan seorang yang jahat dan
amat keja m sekali.. "Huh, kalian ini dulu men jadi anjing-anjing penjilat
pembesar Pui dan putera-nya yang jahat, masih dapat
mengatakan orang jahat seperti iblis! Tak tahu malu!" kata


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula Cui Hong marah. "Tida k perlu banyak cerewet! Rasakan pembalasan orang-
orang yang engkau siksa dengan kejam. Engkau me mang
bukan manusia lag i! Hayo!" Su Lok Bu dan Cia Kok Han lalu
me mbawa gadis itu dan setengah menyeretnya menuju ke
gedung tempat tinggal Pui Ki Cong. Kini mereka telah
menyeret Cui Hong me masuki ruangan re mang-re mang di
mana t iga orang tengkorak hidup itu sudah me nanti di atas
kursi roda masing-masing, seperti setan-setan yang keluar
dari neraka untu k me mba las dendam kepada Kim Cui Hong.
Cui Hong didorong masuk dan karena kedua kakinya
terbelenggu, ia pun terpelanting roboh dalam keadaan
terlentang, akan tetapi dengan kedua kakinya yang telah
terbebas dari totokan ia dapat mengangkat rubuhnya dan
duduk me nghadapi t iga orang di atas kursi roda itu. Matanya
mencorong dan terbayang kengerian melihat tiga orang yang
wajahnya seperti setan itu me mandang kepadanya. Ia merasa
ngeri melihat yang duduk di tengah kedua matanya telah
berlubang dan tidak ada biji matanya lagi. Ia teringat bahwa
orang itu adalah Pui Ki Cong. Yang duduk di sebelah kiri Ki
Cong, mata kirinya juga buta dan itu tentulah Lauw Ti yang
me mandang kepadanya dengan mata kanannya yang
berputar-putar aneh, bukan mata orang yang waras otaknya.
Yang duduk di sebelah kanan itu tentu Koo Cai Sun yang
biarpun kedua matanya tidak buta, namun mukanya juga
hancur dan kehilangan hidung, bibir dan telinga, seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengkorak hidup! melihat tiga orang itu, diam-dia m Cui Hong
bergidik dan baru ia me lihat sendiri dan merasa betapa
pembalasan sa kit hatinya dulu itu me mang tera mat kejam.
Dala m keadaan dendam sakit hati, ia seo lah bukan manusia
lagi, menyiksa tiga orang sampai sede mikian rupa sehingga
kalau ia me mbunuh mere ka bertiga, kiranya tidak sekeja m
penyiksaan yang dilakukannya itu. Mula ilah timbul perasaan
penyesalan dalam hatinya yang sekarang dua orang perwira
itu menyerahkannya kepada tiga orang manusia yang sudah
berubah mukanya seperti iblis Itu. Tahulah ia bahwa
nyawanya tidak mungkin tertolong lagi. Mereka mungkin akan
me mba las dan menyiksaku seperti aku menyiksa mereka, pikir
Cui Hong. Biarlah kalau demikian, me mang sudah sepantasnya
dan ia akan me mbunuh d iri begitu mendapat kesempatan! Ia
merasa heran mengapa tiga orang itu masih mau hidup dala m
keadaan seperti itu! Di antara tiga orang itu, hanya Koo Cai Sun yang kedua
matanya masih utuh dan masih awas. Dia menga mati pe muda
tampan yang terbelenggu kaki tangannya itu dan menegur.
"Su-ciangkun dan Cia-ciangkun, mana Kim Cui Hong yang
engkau janjikan akan dibawa ke sini itu" Ini seorang pe muda,
bukan Nona Kim Cui Hong!"
"Ya, ini seorang pe muda, bukan iblis betina!" kata Lauw Ti
yang me mandang dengan sebelah matanya yang berputar-
putar. "He mm, benarkah itu, Ji-wi Ciangkun (Kedua Perwira)?"
tanya Pui Ki Cong yang telah buta kedua matanya.
"Harap kalian pandang baik-baik! Ia adalah Kim Cui Hong
yang menya mar sebagai seorang pe muda!" kata Su Lok Bu.
"Mana kami bisa keliru?" kata Cia Kok Han. "Penyamarannya me mang bagus, akan tetapi ia betul seorang
gadis, yaitu Kim Cui Hong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong yang sudah bangkit duduk itu tiba-tiba
menggunakan lututnya untuk meloncat sehingga ia dapat
bangkit berd iri. Dengan sikap angkuh dan suara tegas ia
berkata. "Pui Ki Cong, Lauw Ti, dan Koo Cai Sun, aku benar
Kim Cui Hong. Aku telah ditangkap secara curang dan sudah
berada dalam kekuasaan kalian bertiga. Mau bunuh,
lakukan lah! Aku t idak takut mati!"
Mendengar suara ini, Pui Ki Cong berkata. "Benar, ia adalah
Kim Cu i Hong. Su-ciangkun dan Cia-ciangkun, tinggalkan ia di
sini dan ji-wi (ka lian berdua) datang lag i besok untuk
menerima apa yang aku janjikan."
Su Lok Bu dan Cia Kok Han mengangguk dan mereka lalu
pergi. Mereka merasa yakin bahwa gadis itu sudah tidak
berdaya. Tak mungkin dapat melepaskan diri dar i belenggu
kaki tangannya. Biarpun tiga orang itu sudah tidak me miliki
tenaga, namun mereka me mpunyai belasan orang pelayan
yang juga menjadi pengawal dengan kepandaian yang cukup.
Agaknya Pui Ki Cong me nyadari akan kele mahan dia dan
dua orang bekas pembantunya yang kini senasib dengannya,
menjad i manusia yang jasmaninya seperti setan. Maka setelah
dua perwira itu keluar, dia berseru me manggil dua orang
kepala pelayan yang juga kepala pengawalnya.
"Bong Can dan Bong Lim, ke sinilah kalian!"
Pintu sebelah dalam ruangan itu
terbuka cepat, menunjukkan bahwa dua orang itu sejak tadi memang siap
menanti panggilan di be lakang pintu. Mereka adalah dua
orang kakak beradik, Bong Can berus ia tiga puluh lima tahun
dan Bong Lim berusia tiga puluh tahun. Kakak berad ikini
keduanya bertubuh tinggi besar dan sikap mereka gagah,
wajah mereka juga cukup menarik. Hanya bedanya kalau
Bong Can berkulit hitam, Bong Kun berkulit agak putih.
Mereka adalah murid-murid Kun-lun-pai dan termasu k orang-
orang gagah berjiwa pendekar. Tadinya mereka datang ke
kota raja dari daerah selatan untuk me mbantu Kerajaan Beng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari ancaman orang Man-cu yang se makin berkembang.
Ketika mendengar akan adanya pe mberontakan rakyat
dipimpin oleh Li Cu Seng karena Kaisar dikuasai para Tha ikam
sehingga pemerintah tidak bija ksana dan para pembesar
sebagian besar lalim dan korupsi, kedua orang murid Kun-lun-
pai ini merasa ragu untuk me mbantu pe merintah. Maka ketika
Pui Ki Cong mengundang mereka untuk menjadi pengawal
pribadi dewi-kz, mereka menerima pekerjaan ini. Pertama,
karena menjadi pengawa l pribadi mer upakan pe kerjaan wajar
dan baik asalkan tidak mengha mbakan diri kepada pe mbesar
atau hartawan yang menyuruh mereka melakukan kejahatan.
Ke dua, mereka merasa iba sekali me lihat keadaan Pui Ki Cong
dan dua orang temannya yang harus mereka jaga. Tentu saja
mereka ingin mengetahui mengapa tiga orang itu menjadi
seperti itu dan Pui Ki Cong menceritakan bahwa mereka
bertiga dianiaya oleh seorang iblis betina berna ma Kim Cui
Hong. Dan dengan alasan takut kepada iblis betina itu kalau-
kalau datang mengganggu lagi, ma ka dia minta kepada dua
orang bersaudara itu menjadi pengawal pribadi yang
me lindungi keselamatan mereka bertiga. Pui Ki Cong tentu
saja merasa ma lu menceritakan sebab dari kemarahan Si Ib lis
Betina itu. Demikianlah, kedua saudara Bong ini menjadi
pengawal pribadi Pui Ki Cong dan sudah berada hampir satu
setengah tahun di gedung itu. Mereka merasa iba karena Pui
Ki Cong berada di gedung hanya bertiga dengan dua orang
senasib itu, tidak didekati keluarga karena keluarga tiga orang
itu agaknya tidak ada yang mau mende kati mereka. Kedua
orang bersaudara Bong menjad i kepala pengawal atau boleh
juga disebut kepala pelayan di gedung itu, mengepalai
delapan orang pelayan la in yang juga menjadi pengawal.
Ketika dua orang perwira, Su Lok Bu dan Cia Kok Han
menghadap tiga orang majikan mereka me mbawa seorang
teman, Bong Can dan Bong Lim sudah siap s iaga kalau-kalau
tenaga mereka diperlukan, maka mereka sudah bersiap di
belakang pintu. Begitu dipanggil, keduanya la lu me masu ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan itu. Melihat keadaan ruangan agak gelap, tanpa
diperintah Bong Can dan Bong Lim, segera mengha mpiri
la mpu-la mpu la in dan akan menyalakan nya.
"Bong Lim, jangan nyalakan lampu itu, biar begini saja!"
seru Pui Ki Cong karena biarpun dia tidak dapat me lihat,
pendengarannya menjadi taja m dan dia dapat mendengar
ketika Bong Lim me nghampiri meja la mpu. Bahkan langkah
kaki Bong Lim juga dia dapat me mbedakan dari langkah kaki
Bong Can atau orang lain.
"Mengapa, Pui Kong-cu?" Koo Cai Sun berkata, "Mengapa
harus merasa ma lu kalau ia melihat keadaan kita bertiga"
Biarlah ia me lihat betapa kejamnya Iblis Betina ini yang telah
me mbuat kita bertiga seperti ini! Bong Lim, nyalakan saja
semua la mpu itu!" Akan tetapi karena dia bekerja kepada Pui Ki Cong, Bong
Lim tidak me naati perintah Koo Cai Sun, sebaliknya dia
bertanya kepada Pui Ki Cong. "Bagaimana, Pui Kongcu"
Dinyalakan atau tidak lampu-la mpu ini?"
Pui Ki Cong me nghela napas panjang dan mengangguk.
"Benar juga pendapatmu, Koo-twako. Nyalakanlah semua
la mpu itu, Bong Lim."
Bong Lim la lu menyalakan tiga la mpu yang lain sehingga
kini ruangan itu menjadi terang sekali. Kini Cui Hong berd iri
terbelalak me man dang bergantian kepada tiga orang itu
karena setelah kini cuaca a mat terang, ia me lihat betapa
wajah mereka benar-benar mengerikan sekali! Aih, bagaimana
mungkin ia dulu dapat sekejam itu" Teringatlah ia kepada Tan
Siong. Murid Kun-lun-pai, pendekar yang budiman dan
perkasa itu pernah menasehatinya bahwa me mbiarkan
dendam di hati sa ma dengan meracun i diri sendiri. Ternyata
kini ia melihat sendiri betapa racun dendam dalam batinnya itu
telah me mbuat ia ma mpu melakukan kekeja man yang tidak
manusiawi lagi! la merasa menyesal, sungguh menyesal!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bong Can Twako dan Bong Lim, periksa apakah kaki
tangan gadis itu sudah diikat kuat sehingga ia tidak mungkin
me lepaskan diri lag i?" tanya Pui Ki Cong kepada dua orang
pengawalnya. Kakak beradik Bong itu saling pandang.
"Gadis yang ma na, Kongcu?" tanya Bong Lim.
"Bodoh! Tentu saja gadis yang berpakaian pr ia ini!" bentak
Lauw Ti kepada Bong Lim. Dua orang kakak beradik ini dia m-
dia m tidak suka kepada Lauw Ti yang bersikap kasar kepada
mereka, seolah-olah dia itu yang berkuasa dan menjadi
maj ikan mere ka. "Ah, jadi inikah yang berna ma Kim Cu i Hong dan disebut
Iblis Betina yang telah bertindak kejam sekali terhadap
Kongcu bertiga?" Bong Can berkata dan bersa ma adiknya dia
mengha mpiri Cui Hong. Setelah melihat dari dekat baru
mereka yakin bahwa "pemuda tampan" itu me mang benar
seorang wanita yang menyamar dan dia m-dia m kedua orang
murid Kun-lun-pai ini merasa heran bagaima na ada gadis
secantik itu sudah sede mikian jahat dan kejamnya. Setelah
me mer iksa belenggu pada kaki tangan Cui Hong, Bong Lim
berkata. "Ikatannya cukup kuat dan ia tidak akan ma mpu
me mbebaskan diri, Kongcu."
"He mm, bagus! Kalau begitu, ikat tubuhnya di tihang sudut
ruangan itu!" per intah Pui Ki Cong.
Dua orang pengawal itu la lu me megang lengan Cui Hong
bagian siku dari kanan kiri, kemudian mereka mengangkat
tubuh gadis itu, dibawanya ke tihang tembok di sudut ruangan
dan mengikat kaki tangannya pada tihang itu. Semua ini, dari
cara mengangkat tubuh gadis, itu sa mpai ke sudut dan
mengikat kaki tangan yang sudah terbelenggu kepada tihang,
dilakukan dengan cara yang tidak melanggar kesusilaan
sehingga dia m-dia m Cu i Hong mencatat bahwa dua orang
pembantu Pui Ki Cong ini adalah orang-orang yang baik, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jahat atau kurang ajar seperti kebanyakan pengawal atau
tukang pukul, bertolak belakang dengan watak dua orang
bekas tukang pukul Pui Ko Cong yang kini juga duduk di kursi
roda seperti tengkorak hidup.
"Ia sudah terikat pada tihang, Kongcu." kata Bong Can.
"Dorong aku ke depannya!" kata Pui Ki Cong. Bong Lim lalu
mendorong kursi roda yang diduduki Ki Cong dan
mendorongnya sehingga laki-la ki buta itu kini duduk di kursi
roda, di depan Cui Hong yang tak ma mpu bergerak karena kini
kaki tangan yang terikat pada tihang. Koo Cai Sun dan Lauw
Ti juga menggerakkan roda kursi masing-mas ing mengikuti Pui
Ki Cong mendekati Cui Hong yang terikat pada tihang. Gadis
itu me mandang kepada mereka dan kembali ia merasa ngeri
me lihat keadaan mereka. "Can-twako dan Bong Lim, kalian harus menjaga dekat
karena gadis ini lihai se kali." kata Pui Ki Cong yang masih
merasa jerih, apalagi karena dia tidak dapat melihat
bagaimana keadaan Cui Hong pada saat itu. Berbeda dengan
Koo Cai Sun dan Lauw Ti yang me lihat bahwa gadis yang
ditakuti itu benar-benar tidak berdaya.
"Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti! Se karang aku
menyadari bahwa pe mbalasan sakit hatiku kepada kalian
me mang a mat kejam. Karena itu, bunuhlah aku untuk
menebus kekeja manku. Aku tidak takut mati, bahkan rela
menebus kekeja man ku terhadap kalian itu dengan nyawaku."
kata Kim Cui Hong sengaja menutup kedua matanya agar
tidak melihat muka yang mengerikan itu. Muka tanpa hidung,
tanpa bibir, tanpa telinga. Muka yang bagian hidungnya
berlubang besar, giginya tampak berderet-deret karena tidak
ada bibirnya lagi, sepasang daun telinga yang buntung, kaki
tangan yang bengkok! Apalag i Pui Ki Cong yang kedua
matanya juga hanya berbentuk dua buah lubang. Presis
tengkorak hidup, hanya tengkorakini berkulit dan bera mbut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bunuh mati begitu saja" Huh, enaknya!" kata Lauw Ti
dengan suaranya yang pelo. "Aku akan memba las siksaan-mu,
aku akan menghina mu dan me mbuatmu menderita sehingga
engkau akan merasa menyesal hidup sebagai manusia!"
Suaranya semakin kacau dan matanya yang tinggal satu itu
mencorong seperti mata iblis karena dia dibakar kemarahan
dan kebencian.

Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekarang, lebih dulu aku akan menelanjangimu!" Setelah berkata demikian, Lauw Ti
me loncat keluar dari kursinya, berdiri dengan kaki kirinya saja
karena kaki kanannya lumpuh, berloncatan mendekati Cui
Hong yang merasa ngeri. Tangan kiri Lau w Ti buntung sebatas
pergelangan, maka dia menggunakan tangan kanannya,
meraih baju Cui Hong dan menariknya sekuat tenaga karena
tenaga saktinya juga sudah tak dapat dikeluarkan lagi.
"Bretttt....!" baju itu robe k terlepas dari tubuh atas Cui Hong,
akan tetapi gadis itu tidak menjadi telanjang karena di bawah
baju pria itu ia masih mengenakan baju wanita. Pakaian
rangkap ini yang menyempurnakan penyamarannya karena
tubuhnya tampak lebih besar. Mata yang tinggal sebelah ituterbelalak dan Lauw Ti se makin marah melihat betapa tubuh
Cui Hong masih tertutup baju wanita yang rapi, maka dia
sudah menjulurkan tangan kanan hendak mereng gut lagi baju
wanita itu dari dada Cui Hong.
"Tahan, Lauw Ti!" teriak Pui Ki Cong. Melihat Lauw Ti tidak
menaati perintah Pui Ki Cong dan hendak tetap merenggut
baju Cui Hong, Bong Can lalu menangkap tangan Lauw Ti dan
mendorongnya duduk ke mbali ke atas kursi roda.
"berani kau....?" Lauw Ti me mbentak.
"Pui Kongcu melarangmu dan engkau harus menaatinya!"
kata Bong Can s ingkat. Mendengar suara Bong Can yang tegas ini, Lauw Ti t idak
berani rewel lagi, akan tetapi dia bersungut-sungut dan
matanya yang tinggal sebelah me mandang ke arah Cui Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan penuh kebencian, seolah dia hendak menyiksa dan
me mbunuh wanita itu dengan pandangi matanya.
"He mm, engkau me larang aku menyiksanya" Lalu apa yang
hendak kaulakukan kepada musuh besar kita ini, Pui Kong-
cu?" tanyanya dengan suara mengandungi penasaran dan
kemarahan. "He mm, kukira tidak perlu menyiksa dan menghinanya lagi.
Kesalahan kita se mbilan tahun la lu tidak kita ulangi lagi
sekarang. Lebih baik dia dibunuh saja dan impas sudah semua
perhitungan!" kata Pui Ki Cong.
Terharu rasa hati Cui Hong mendengar ucapan Pui Ki Cong
ini. Mungkin putera pembesar itu mata keranjang dani suka
me mper ma inkan wanita, akan tetapi ucapannya itu sedikitnya
menunjukkan bahwa dia menyadari akan kesalahan dirinya
sembilan tahun yang lalu.
"Ah, kalau aku tidak setuju ia disiksa dan tidak setuju ia
dibunuh. Leb ih ba ikia dibiarkan hidup saja!" kata Koo Cai Sun.
"Hee?" Apa maksudmu, Cai Sun" Membiarkan musuh kita
yang telah merusak kehidupan kita ini hidup" Maksudmu
me lepaskannya, begitu?" Lau w Ti me mbentak marah.
"Koo Cai Sun, bagaimana mungkin engkau me mpunyai
pendirian seperti itu" Selama dua tahun ini kita hidup tidak
mati pun bukan, mengandung dendam segunung tingginya
dan selaut dalamnya, dan sekarang setelah ia kita tangkap,
engkau bilang kita sebaiknya melepaskannya begitu saja?"
tanya pula Pui Ki Cong yang merasa terheran-heran. "Apakah
engkau... menaruh iba kepada orang yang telah me mbuat
mukamu me njadi seburuk setan begini?"
"Heh-heh, bukan begitu, Pui Kongcu. Aku tadi mendengar
suara Kim Cu i Hong ini de mikian penuh penyesalan setelah ia
me lihat betapa mengerikan keadaan kita akibat penyiksaannya
yang kejam dan buas seperti iblis. Nah, kalau ia mati berarti ia
akan berhenti menderita batin teringat akan kekejamannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tak mengenal batas. Kalau ia disiksa seperti yang
dikehendaki Lauw Ti, ia pun akan merasa sudah terbayar
perbuatannya yang di luar prikemanusiaan itu. Maka, kita
bebaskan ia dan biarkan ia hidup agar selama hidupnya ia
akan selalu me mbayangkan wajah kita dan disiksa oleh
penyesalan yang akan me mbuat
batinnya menderita selamanya!" Mendengar ini, Cui Hong me meja mkan kedua matanya dan
berkata lirih. "Ka lian bunuh saja aku... bunuh saja aku..."
suara tergetar karena ia benar-benar merasa menyesal. Ia
me mbayangkan pula apa yang terjadi dengan keluarga tiga
orang itu, betapa mereka itu, anak isteri mereka, ikut pula
mender ita karena keadaan suami mereka. Dan semua ini
terjadi karena ia terlalu menurut i nafsu mendenda m yang
me mbuat ia sekejam iblis!
"Tan-twako..." hatinya mengeluh, teringat akan Tan Siong
yang dulu pernah me mper ingatkan dan menasehatinya
bahwa dendam itu akan me mbakar dirinya sendiri, akan
mengakibatkan penderitaan dalam batinnya sendiri karena
nafsu dendam mendorong orang untuk me lakukan kekejaman
agar me muas kan denda mnya.
Dan kini, hanya penyesalan mendalam yang ia rasakan,
me lihat wajah tiga orang seperti itu.
Mendengar ucapan Koo Cai Sun yang disusul keluhan Kim
Cui Hong yang minta dibunuh, Pui Kongcu men gangguk-
angguk. "He mm, ada benarnya juga pendapatmu, Koo Cai
Sun. Akan tetapi, biarlah hal ini kupikirkan dulu sampa i besok.
Akan kua mbil keputusan besok."
"Can-ko (Kakak Can) dan Lim-te (Adik Lim), kalian berdua
jagalah tawanan ini, jangan sampai ia terlepas. Kami hendak
mengaso dulu dan besok akan kua mbil keputusan apa yang
akan kulakukan dengan Kim Cui Hong."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, Kongcu. Jangan khawatir, kami a kan menjaganya."
kata dua orang kakak beradik Bong itu. Tiga orang itu lalu
me mutar roda kurs i mereka dengan tangan dan kursi-kursi itu
mengge linding me masuki bagian dalam gedung melalui pintu
sebelah dalam yang dibuka pelayan dan kursi roda Pui Kl Cong
lalu didorong o leh seorang pelayan. Mereka menuju ke kamar
masing-masing untuk beristirahat karena pertemuan dengan
wanita yang me mbuat mereka kini me njadi seperti hantu itu
sungguh mendatangkan ketegangan luar biasa da la m hati
mereka seh ingga me mbuat tubuh mere ka yang kini a mat
le mah itu menjadi le mas.
Bong Can dan Bong Lim kini duduk di atas dua buah
bangku, agak jauh dari Cui Hong akan tetapi waspada
menga mati gerak-gerik wanita itu. Dia m-dia m dua orang
murid Kun-lun-pai ini merasa iba kepada gadis itu. Akan tetapi
mereka sudah mendengar bahwa wanita cantik ini yang telah
menyiksa Pui Ki Cong dan dua orang be kas pengawalnya
sehingga mereka pun mendapatkan kesan buruk atas diri Cui
Hong. Mereka berdua menganggap Cui Hong seorang wanita
yang teramat kejam, karena Pui Ki Cong tidak pernah
me mber itahu kepadanya mengapa Cui Hong bertindak
sekejam itu kepada mereka bertiga. Kini mereka melihat
betapa Cui Hong me meja mkan mata, tubuhnya lunglai dan
jelas gadis itu mengendurkan se mua urat syarafnya, bernapas
dengan panjang dan teratur.
Mereka berdua merasa kagum juga. Mereka mengena l cara
mengatur pernapasan yang dilakukan gadis itu untuk
mengumpulkan hawa murni dan dalam keadaan seperti itu,
selain dapat menghimpun kemba li tenaganya, gadis itu pun
dapat beristirahat menghilangkan se mua kele lahan. Biarpun
dalam keadaan terbelenggu kaki tangannya dan terikat pada
ti-hang, namun ternyata Cui Hong tetap tenang bahkan dapat
me lakukan s iu-lian (sa madhi) dan mengatur pernapasan
dengan santai dan baik. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
O0dwoO Su Lok Bu dan Cia Kok Han duduk di ruangan depan rumah
penginapan para pendekar yang mendukung Kerajaan Beng
untuk menghadapi pe mberontak, berhadapan dengan Tung
Ok. Pagi itu dua orang perwira ini sudah mengadakan
pembicaraan dengan Tung Ok dan mere ka merayakan
keberhasilan mereka menangkap Cu i Hong yang dianggap
wanita iblis jahat. Kalau Su Lok Bu dan Cia Kok Han merasa
gembira karena mereka telah menolong tiga orang yang
mender ita hebat itu dan menangkap seorang wanita iblis yang
amat kejam dan berbahaya bagi masyarakat, Tung Ok
gembira karena janji yang diberikan Pui Ki Cong untuk
menghadiahkan setengah dari kekayaannya kepada orang
yang dapat menangkap Kim Cui Hong, dan yang berhasil
menang kap gadis perkasa itu adalah dia, dibantu delapan
orang anak buahnya! Sambil minum arak dan men ikmat i makanan kecil, dua
orang perwira itu menceritakan kepada Tung Ok akan
kekeja man yang dilakukan Kim Cui Hong kepada Pui Ki Cong,
Koo Cai Sun, dan Lauw Ti yang kini menjadi tengkorak-
tengkorak hidup dan selalu mengurung diri dalam gedung
yang disediakan untuk mereka oleh keluarga Pui Ki Cong.
Bahkan selama di kota raja, Tung Ok sendiri belum pernah
me lihat mereka. "Ha-ha-ha-ha, aku akan me miliki sebuah gedung yang
lengkap dan mewah, dan akan mengumpulkan sedikitnya lima
orang isteri! Tinggal menanti imbalan jasa berupa pangkat
yang tinggi dan lengkaplah sudah apa yang kucitakan, ha-ha-
ha!" Su Lok Bu dan Cia Kok Han saling lirik dan mereka
mengerutkan alisnya. Timbul perasaan tidak puas dalam hati
mereka. Mereka adalah murid Siauw-lim-pai dan murid Bu-
tong-pai yang merasa diri mereka pendekar, dan sekarang
mereka terpaksa bekerja sa ma dengan orang seperti Tung Ok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang jelas melihat sikap dan mendengar ucapannya adalah
seorang datuk sesat yang hanya me mentingkan harta dan
pangkat, sama sekali bukan ingin me mbe la negara sebagai
seorang pahlawan. Su Lok Bu dan Cia Kok Han me ma ng bukan golongan
pendekar yang bijaksana, na mun mereka bukan orang jahat
dan perguruan mereka mengajarkan watak pendekar yang
menentang kejahatan dan berjiwa pahlawan pe mbela negara
dan bangsa. Mereka maklum bahwa sebagai manusia, mereka
harus me merangi nafsu mereka sendiri. Mereka maklum
bahwa yang me mbuat man usia lupa diri, bahkan me mbuat
seorang yang tadinya berwatak pendekar dapat menjadi
le mah dan jatuh ke dalam kesesatan, adalah nafsu sendiri,
nafsu yang selalu mengejar kesenangan dan yang paling kuat
adalah kesenangan yang didapatkan melalui tiga hal. Pertama
adalah kedudukan atau kekuasaan, ke dua ada lah harta
benda, dan ke tiga adalah wanita. Tiga ha l inilah yang
meruntuhkan hati seorang laki-la ki kalau dia t idak me miliki
batin yang kuat. Dan kini mere ka melihat Tung Ok adalah
orang yang seperti itu, yakni hanya mementingkan tiga hal itu.
Mereka merasa kecewa sekali dan dia m-dia m merasa muak
bahwa mereka harus bekerja sa ma dengan orang seperti itu
dalam perjuangan me mbela Kerajaan Beng.
Enam orang berjalan mengha mpiri ruangan depan itu.
Tung Ok yang berwatak angkuh me mandang acuh tak acuh
ketika mengena l bahwa yang datang adalah Liong-san Ngo-
eng dan seorang laki-la ki muda. Tung Ok me mang
me mandang rendah para pendekar, apalagi yang masih muda.
Dia tidak melihat mereka lagi dan melanjutkan minum
araknya. Akan tetapi Su Lok Bu dan Cia Kok Han segera tersenyum
ketika melihat Liong-san Ngo-eng yang menjadi sahabat
mereka. Lima pende kar Liong-san itu adalah murid-murid
Liong-san-pai yang gagah. Mereka seringkali bekerja sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Su Lok Bu dan Cia Kok Han, bahkan ketika hendak
menang kap Li Cu Seng mereka juga bekerja sama.
"Ah, Ngo-wi Eng-hiong (Lima Pendekar), silakan dud uk dan
mari minum bersama ka mi!" kata Su Lok Bu ramah.
"Terima kasih, Su-ciangkun!" kata Thio Ki, orang pertama
dan tertua dari Liong-san Ngo-eng. "Ka mi hanya ingin
mengundang Ji-wi ciangkun (Perwira berdua) me mbicarakan
urusan penting." Tiba-tiba Cia Kok Han menyentuh lengan Su Lok Bu dan dia
me mandang kepada laki-laki muda yang gagah perkasa itu. Su
Lok Bu juga me mandang dan mereka berdua segera
mengenalnya. Tan Siong! Pe muda berusia sekitar tiga puluh
dua tahun itu adalah Tan Siong, pemuda yang pernah
me mbe la Kim Cui Hong dan me miliki ilmu silat Kun-lun-pai
yang lihai. "Saudara ini.... siapakah?" tanya Su Lok Bu kepada Thio Ki.
"Ini Saudara Tan Siong, seorang sukarelawan baru yag
sudah diterima Jenderal Ciong. Kami berlima sudah la ma
mengenal dia sebagai seorang pendekar Kun-lun-pai yang
budiman dan bijaksana. Justru kami ingin bicara dengan ji-wi
bersama Tan-enghiong (Pendekar Tan)."
Su Lok Bu dan Cia Kok Han saling pandang dan melihat
sikap mereka itu, Tan Siong lalu berkata dengan suara lembut.
"Paman berdua tentu masih ingat kepada saya. Saya ingin
me mbicarakan sesuatu yang penting kepada ji-wi."
Su Lok Bu la lu berkata kepada Tung Ok. "Lo-cian-pwe,
maafkan kami. Kami me mpunyai urusan penting dengan
Saudara-saudara ini. Terpaksa kami me ninggalkan Lo-cian-
pwe minu m seorang diri." Dengan sikap angkuh kakek itu
berkata. "Pergilah, aku pun tidak ingin diganggu orang-orang
muda!" Dan dia kembali minum arak dar i cawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Su Lok Bu dan Cia Kok Han lalu mengikut i Liong-san Ngo-
eng dan Tan Siong me masu ki ta man di sebelah kiri gedung
itu. Di ta man yang cukup luas ini terdapat sebuah beranda di
mana terdapat bangku-bangku untuk beristirahat. Delapan
orang itu lalu duduk di atas bangku mengelilingi sebuah meja.
Mereka tidak khawatir akan ada orang lain mendengarkan
percakapan mereka karena dari beranda yang terbuka itu
mereka dapat melihat ke sekeliling seh ingga tidak mungkin
ada orang mendekati beranda itu tanpa mereka ketahui.
Setelah delapan orang itu menga mbil te mpat duduk, Su Lok
Bu yang sejak tadi menahan rasa penasarannya, berkata
kepada Tan Siong. "Engkau Tan S iong murid Kun-lun-pai yang dulu me mbantu


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Iblis Betina Kim Cui Hong itu, bukan" Hemm, biarpun
sekarang kita sa ma-sa ma hendak me mbela kerajaan dan
menjad i pe mbantu Jenderal Ciong, namun kami kira tidak ada
urusan apa pun di antara kita." Suaranya agak kasar karena
dia me mang merasa penasaran kepada Tan Siong yang
dianggap sesat karena dulu me mbantu gadis jahat dan kejam
itu. "Maaf, Paman Su Lok Bu dan Paman Cia Kok Han. Saya kira
dahulu itu kita saling bertentangan hanya karena salah
pengertian saja. Bagaimanapun juga, ji-wi (kalian berdua)
adalah murid Siauw-lim-pai dan murid Bu-tong-pai dan saya
sendiri adalah murid Kun-lun-pai. Saya merasa yakin bahwa
perguruan kita bertiga selalu mengajarkan kepada kita untuk
bertindak sebagai pendekar yang me mbe la kebenaran dan
keadilan. Maka, bentrokan antara kita dahulu itu tentu karena
salah paha m." "He mm, bagaimana mungkin salah paha m" Engkau dahulu
me mbe la Kim Cui Hong, iblis betina yang a mat kejam dan
jahat!" bentak Cia Kok Han dengan penasaran. "Apalagi yang
hendak dibicarakan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman, saya ingin me mbicarakan dengan ji-wi tentang
Nona Kim Cui Hong yang ji-wi tawan." kata Tan Siong.
Su Lok Bu mengerutkan alisnya dan me mandang marah.
"Engkau mau apa sekarang" Masih hendak me mbela
perempuan kejam itu" Tan Siong, kalau benar-benar engkau
seorang pendekar Kun-lun-pai, apakah engkau tidak melihat
kenyataan ataukah karena engkau tergila-gila akan kecantikan
Kim Cui Hong maka engkau hendak me mbelanya mati-matian"
Engkau tidak tahu kekeja man apa yang telah dila kukan iblis
betina itu terhadap Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti"
Tiga orang itu ia siksa sehingga kini mereka itu hidup bukan
mati pun t idak. Mereka men jadi seperti tengkorak-tengkorak
hidup dan tidak beran i me mper lihatkan diri kepada orang lain
yang tentu akan merasa ngeri dan jijik. Kami me mang telah
menang kap Iblis Betina yang amat kejam itu dan kami
menyerahkannya kepada mereka bertiga. Kalau engkau kini
masih hendak me mbelanya, berarti engkau juga seorang
pendekar yang menyeleweng dan sesat!"
Melihat Su Lok Bu menjadi marah, Thio Ki, orang pertama
dari Liong-san Ngo-eng la lu ber kata menyabarkan. "Su-
ciangkun, harap tenang dan suka bersabar. Kami ber lima
mengenal betul j i-wi ciang-kun (perw ira berdua) yang berjiwa
pahlawan dan pendekar, dan kami juga sudah la ma mengenal
Tan-enghiong sebagai seorang pendekar gagah perkasa dan
budiman. Ji-wi ciangkun adalah murid-murid Siauw-lim-pai
dan Bu-tong-pai sedangkan Tan-enghiong adalah murid Kun-
lun-pai. Tiga perguruan dan aliran s ilat yang terkenal me miliki
murid-murid pendekar. Kami tidak me mbela Tan-enghiong,
hanya ingin me mbikin terang persoalan di antara kalian.
Karena Itu kami mohon sukalah ji-wi ciang-kun mendengarkan
dulu penje lasan yang akan diberikan Tan-enghiong,"
Cia Kok Han kini bicara. "Ba iklah! Penjelasan apa lagi yang
hendak diberikan kepada kami" Bicaralah" Dia me mandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Tan S iong dengan s inar mata taja m penuh se lidik. Su
Lok Bu juga mengangguk, tanda menyetujui ucapan rekannya.
"Paman Su Lok Bu dan Pa man Cia Kok Han, harap maafkan
saya. Sama sekali saya tidak ingin me mbela Kim Cu i Hong
secara me mbuta. Dahulu saya sudah mencoba untuk
mencegah dan menegurnya, namun sia-sia. Sekarang saya
ingin bertanya, apakah ji-wi (ka lian berdua) mengetahui
mengapa Kim Cui Hong bertindak sede mikian kejamnya
terhadap tiga orang itu?"
Dua orang perwira itu saling pandang lalu me nggeleng
kepala. "Pui Ki Cong hanya me mberitahu kepada kami bahwa
Kim Cui Hong ada lah musuh besarnya."
"Baiklah, sekarang saya hendak menceritakan mengapa
Kim Cui Hong bertindak sede mikian kejamnya terhadap
mereka. Se mbilan tahun yang la lu, Kim Cu i Hong adalah
seorang gadis re maja berusia ena m belas tahun, puteri dari
guru silat Kim Siok di dusun Ang-ke-bun. Kim Siok adalah
seorang murid Siauw-lim-pa i juga, seperti Paman Su Lok Bu."
Su Lok Bu merasa tidak enak mendengar bahwa Iblis
Betina itu puteri orang murid Siauw-lim-pai, berarti saudara
seperguruan dengannya. "Ah, aku tidak mengenalnya sama
sekali. Kalau dia benar murid Siauw-lim-pai, mengapa dia
me mbiarkan puterinya menjadi jahat seperti itu?"
"Maaf, Paman Su Lok Bu, agaknya Paman belum mengenal
benar orang-orang maca m apa Pui Ki Cong dan dua orang
bekas tukang pukulnya itu, dan perbuatan apa yang mereka
lakukan terhadap Kim Cui Hong."
"Ka mi berdua sudah mendengar bahwa mereka pernah
berbuat jahat terhadap Kim Cui Hong. Akan tetapi apa yang
dilakukan oleh gadis itu untuk me mba las dendam sungguh di
luar prike manusiaan. la me mbuat tiga orang itu menjadi
manusia- manusia cacat dan tidak berguna, hidup tidak mati
pun bukan. Tan Siong, kalau engkau seorang murid Kun-lun-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pai yang berjiwa pendekar, apakah engkau menganggap
tindakan Kim Cu i Hong itu benar" Ia menjadi begitu kejam
seperti iblis, apakah pantas orang seperti itu dibela?" kata Cia
Kok Han. "Itu masih belum seberapa! Ia bahkan kini menjad i seorang
pemberontak dan antek pe mberontak Li Cu Seng! Dosanya
benar-benar tak terampunkan!" ta mbah Su Lok Bu.
"Harap Pa man berdua bersabar dan me ndengarkan cer ita
saya. Sembilan tahun yang lalu, ketika Kim Cui Hong berusia
enam be las tahun, ia menar ik perhatian Pui Ki Cong yang
kemudian me minangnya. Akan tetapi pinangan itu ditolak oleh
Paman Kim Siok, ayah Cui Hong karena pertama, dia tidak
suka puterinya dijadikan se lir. Kedua, karena pada waktu itu
Cui Hong sudah ditunangkan dengan seorang suhengnya
bernama Can Lu San, murid Ayahnya sendiri. Penolakan ini
me mbuat Pui Ki Cong dan Ayahnya marah, dan menggunakan
kekerasan. Akan tetapi para tukang pukul mereka dikalahkan
oleh Kim Cui Hong, Can Lu San dan Kim Siok. Keluarga yang
maklum bahwa urusan akan menjadi besar itu lalu me larikan
diri dari dusun Ang-ke-bun. Ketika mere ka tiba di kaki
Pegunungan Tai-hang-san, mereka dapat dikejar oleh Thian-
cin Bu-tek Sa m-eng (Tiga Pendekar Tanpa Tanding dari Thian-
cin) yang dibayar keluarga Pui Ki Cong untuk menang kap Cui
Hong. Dala m perkelahian itu, Kim Siok dan Can Lu San
tertawan. Kim Cui Hong ditang kap dan diserahkan kepada Pui
Ki Cong. Paman tahu apa yang terjadi" Apa yang dialami oleh
Cui Hong, gadis remaja berusia enam belas tahun yang tidak
berdosa itu" la diperkosa oleh Pui Ki Cong di depan Ayah dan
tunangannya sebelum mereka berdua mati dibunuh! Bukan
hanya oleh Pui Ki Cong. Setelah puteri jaksa ini me mper kosa
dan menghinanya sampai bosan, lalu Cui Hong diserahkan
kepada Thian-cin Bu-tek Sa m-eng yang terdiri dari Gan Tek
Un, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti. Tiga orang yang mengaku
pendekar ini pun secara buas melebihi iblis sendiri bergantian
me mper kosa Cui Hong sekehendak dan sepuas hati mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mereka se mua merasa bosan, mereka me mbawa
tubuh Cui Hong yang sudah seperti mayat hidup itu ke tengah
hutan dan meninggalkannya di hutan begitu saja! Nah, ji-wi
(Anda berdua) dapat membayangkan apakah ada siksaan bagi
seorang wanita yang lebih menger ikan daripada apa yang
dilakukan e mpat orang itu?"
Wajah Su Lok Bu dan Cia Kok Han berubah pucat. Mereka
terbelalak saling pandang dan merasa benar-benar terkejut
dan ngeri. Tak pernah mereka me mbayangkan bahwa Pui Ki
Cong dan anak buahnya itu melakukan kebiadaban sehebat
itu! Saking terkejut, bingung dan menyesal mereka tidak
dapat mengeluarkan kata apa pun.
"Paman berdua, dalam keadaan ha mpir mati lahir batinnya
itu, muncul Toat-beng Hek-mo dan orang tua yang sakti itu
meno long Kini Cui Hong dan menga mbilnya sebagai murid.
Setelah belajar selama tujuh tahun, Cui Hong lalu pergi dan
me lakukan ba las dendam kepada empat orang yang telah
menghancurkan hidupnya itu. Nah, sekarang Paman berdua
dapat menilai apakah balas dendam yang dilakukan Cui Hong
itu lebih kejam daripada apa yang la derita dari empat orang
itu?" Su Lok Bu menghela napas panjang. "He mm, sama sekali
tidak pernah kusangka mereka me lakukan perbuatan biadab
sekejam itu. Akan tetapi, engkau tentu hanya mendengar
cerita itu dari Kim Cui Hong. Bagaimana kami dapat yakin
bahwa cerita itu tidak bohong?"
"Sa ma sekali tidak bohong, Paman Su, karena saya
mendengar cer ita itu sejelasnya dari seorang di antara e mpat
orang yang telah melakukan kebiadaban itu. Seorang diantara
Thian-cin Bu-tek Sa m-eng itu adalah Gan Tek Un, Pa man saya
sendiri. Dialah yang bercerita kepada saya sebelum dia
men inggal dunia." "Sungguh biadab! Mereka me mang pantas dihukum, akan
tetapi mengapa Cui Hong tidak me mbunuh saja mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lainkan menyiksa mereka" Bukankah itu merupakan
perbuatan yang kejam sekali?" kata Cia Kok Han.
"Cui Hong tidak me mbunuh mereka karena ia sudah
berjanji kepada gurunya bahwa da la m me mba las denda m ia
tidak boleh me mbunuh. Ia menaati pesan gurunya itu. Adapun
tentang kekejaman itu, kita dapat me maklumi, Paman.
Dendam sakit hati yang sedemikian hebat itu me mbuat ia
menjad i mata gelap dan ingin me mbalas penderitaan yang ia
rasakan selama hidupnya! Bahkan sampai sekarang Cui Hong
masih menderita akibat kebiadaban mereka. Gadis itu tidak
berani men ikah karena merasa dirinya kotor. Pamanku sendiri,
Gan Tek Un menghibur diri menjad i pendeta karena menyesali
perbuatannya terhadap Cui Hong. Akhirnya, ketika Cui Hong
datang, dia me mbunuh diri sebagai penebus dosanya
terhadap Cui Hong. Sikap Pamanku ini masih baik karena dia
mau bertanggung jawab dan menyesali perbuatannya. Akan
tetapi, Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti tidak menyesali
kebiadaban mereka, bahkan berusaha untuk menang kap Cui
Hong. Kini, Pa man berdua menyerahkan Cui Hong kepada
mereka. Dapat Paman bayangkan kekeja man yang lebih
biadab lag i tentu akan mereka la kukan terhadap Cui Hong!"
Dua orang perwira itu terbelalak!
"Celaka, kalau begitu kita harus menolongnya!" kata Su Lok
Bu. "Nanti du lu!" kata Cia Kok Han. "Da la m urusan ini me mang
kita harus men cegah Pui Ki Cong dan dua orang anak buahnya
menyiksa Kim Cu i Hong. Akan tetapi ada satu hai yang
menyakit kan hatiku. Mengapa gadis itu menjad i antek atau
pembela pe mberontak Li Cu Seng?"
Tan Siong me ngerutkan alisnya. "Untuk pertanyaan itu,
Paman Cia, terus terang saja saya tidak dapat menjawabnya
karena saya sendiri pun tidak atau beium mengerti.
Bagaimana kalau sekarang kita tanyakan sendiri kepada Cui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong untuk me mastikan apakah Pa man berdua tidak salah
tangkap?" "Ji-wi Ciang-kun (Saudara Perwira Berdua), inilah saatnya
kita semua mengetahui hal sebenarnya tentang Kim Cui Hong.
Kalau benar-benar kita keliru me musuhinya dan ji-wi salah
tangkap, sungguh kami berlima juga merasa bersalah karena
kami pernah pula me mbantu ji-wi me musuhinya. Mari kita
mene muinya dan mencegah tiga orang itu menyiksanya."
Dua orang perwira yang sudah mulai merasa menyesal dan
meragu akan urusan yang menyangkut Kim Cui Hong,
menurut saja dan mereka semua, yaitu Liong-san Ngo-eng, Su
Lok Bu, Cia Kok Han, dan Tan S iong pergi menuju ke gedung
tempat tinggal Pui Ki Cong.
Ketika delapan orang itu tiba di gedung itu, para pelayan
yang sudah mengenal Su Lok Bu dan Cia Kok Han karena dua
orang perwira itu pernah datang mengantarkan gadis
tawanan, tidak mencegah mereka sungguhpun mereka
terkejut dan juga takut sekali.
Mendengar suara orang-orang datang di gedung itu, Bong
Can dan Bong Lim yang ditugasi menjaga Kim Cu i Hong yang
kini telah dipindahkan di atas sebuah dipan dan terikat kaki
tangannya, segera meninggalkan ruangan itu dan keluar.
Mereka melihat delapan orang perwira dan sudah mengenai
Su Lok Bu dan Cia Kok Han yang tadi datang mengantarkan
gadis tawanan itu. Ketika mereka me lihat Tan S iong d i antara
delapan orang itu, Bong Can dan Bong Lim terkejut dan
girang. "Tan-suheng...!" kata mereka sambil maju mengha mpiri.
Biarpun Bong Can tiga tahun lebih tua daripada Tan Siong,
namun dalam perguruan Kun-lun-pa i Tan Siong merupakan
suheng (Kakak Seperguruan) karena tingkatnya lebih tinggi.
Dua orang kakak beradik ini a mat mengagumi Tan S iong yang
telah mengharumkan na ma Kun-lun-pai dengan sepak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjangnya sebagai seorang pendekar budiman yang gagah
perkasa. "Eh" Kalian berdua berada di sini, Sute" Apakah kalian
bekerja kepada Pui Ki Cong itu?" tanya Tan Siong dengan a lis
berkerut, heran dan tidak senang.
Wajah kakak berad ik Bong itu berubah merah. Mereka
me mang akhir-akhir ini merasa curiga kepada majikan
mereka, terutama melihat sikap Lauw Ti dan kecurigaan
mereka se ma kin hebat ketika mereka me lihat Kim Cui Hong
menjad i tawanan di situ. Mereka melihat sikap yang gagah
perkasa dari gadis itu, sebaliknya mereka melihat sikap yang
keras dan penuh kebencian dari t iga orang penghuni gedung.
"Mengapa, Suheng?" Bong Lim bertanya. "Salahkah kami
kalau bekerja di sini, sebagai pengawal Pui Kongcu yang cacat
dan le mah itu?" "He mm, mereka itu orang-orang jahat, Sute." Tan Siong
lalu mencer itakan se mua perbuatan mereka terhadap Kim Cui
Hong. Mendengar ini, Bong Can dan Bong Lim merasa
menyesal seka li. "Ah, kami pun sudah curiga ketika melihat gadis tawanan
itu. Kalau begitu, mar i kita te mui Nona Kim." kata Bong Can.
Bong Can dan Eong Lim menjadi penunjuk jalan, mereka


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langsung menuju ke ruangan di mana Kim Cui Hong ditahan.
Mereka berdelapan melihat gadis itu dibe lenggu di atas
sebuah dipan. Kaki tangannya terikat dan bajunya terkoyak,
hanya mengenakan pakaian dalam. Akan tetapi gadis itu
tampak tenang dan me lihat keadaannya, agaknya dia tidak
diganggu, mungkin hanya dicaci-maki saja. Akan tetapi
me lihat kedatangan orang-orang itu, Cui Hong terbelalak,
apalagi ketika melihat munculnya Tan Siong bersa ma mereka.
Ia sama sekali tidak mengerti mengapa pe muda itu datang
bersama orang-orang yang berpakaian perwira itu. Bahkan
Tan Siong juga mengenakan pa kaian perwira!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi....!!" kata Tan Siong dan suaranya mengandung
kekhawatiran. "Siong-ko, mengapa engkau datang bersama mereka yang
me musuhi aku?" Cui Hong bertanya ketika ia mengena i tujuh
orang itu sebagai perwira-perwira yang pernah menyerang Li
Cu Seng yang dibantunya karena ia melihat saudara
sepupunya, Kim Lan Hwa, terancam bahaya. "Jangan engkau
menca mpuri urusanku, Siong-ko, agar engkau tidak dianggap
jahat. Biarkan mereka me mbunuhku, aku t idak takut mati!"
"Hong-moi...." Tan Siong berkata terharu.
"Nona Kim Cui Hong, kami sudah mendengar akan
riwayatmu. Akan tetapi sebelum kami me mutus kan apakah
engkau ini kawan ataukah lawan, katakan kepada kami
mengapa engkau me mbela Pe mberontak Li Cu Seng. Apakah
engkau menjadi anggauta pe mberontak, anak buah Li Cu
Seng?" tanya Su Lok Bu dan tujuh orang perwira itu menatap
wajah Kim Cui Hong dengan taja m penuh selidik.
"He mm, siapa me mbantu Li Cu Seng" Aku tidak peduli akan
semua perebutan kekuasaan antara sesama bangsa ini!"
jawab Kim Cui Hong. "Akan tetapi, Nona Kim Cu i Hong, mengapa ketika pasukan
menyerang Li Cu Seng, engkau me mbantunya?" tanya pula
Cia Kok Han, penasaran. "Bukan Li Cu Seng yang kubantu, melainkan Enci Kim Lan
Hwa. Selir Panglima Bu Sa m Kwi itu adalah Kakak sepupuku.
Ia terancam, tentu saja aku me mbantunya. Sekarang
terserah, kalian sudah menyerahkan aku kepada iblis-iblis itu.
Aku tidak minta dikasihani!"
Tiba-tiba terdengar suara bergedebugan di luar ruangan
itu, disusul jeritan-jeritan kesakitan. Delapan orang itu terkejut
dan mereka cepat berlari keluar dari ruangan itu. Suara gaduh
itu datang dari ruangan dalam. Ketika tiba di luar ruangan
mereka melihat beberapa orang pelayan berlarian keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketakutan dan terdengar suara cambuk meledak-ledak, disusul
suara tawa bergelak. Mereka cepat menuju ke ruangan itu dan
mereka melihat pemandangan yang mengerikan.
Pui Ki Cong dan Koo Cai S un terkapar di atas lantai. Kursi-
kursi roda mereka berantakan dan tubuh kedua orang itu
hancur tersayat-sayat. Muka mereka hancur, bahkan perut
Koo Cai Sun yang gendut itu terkoyak sehingga isi perutnya
berhamburan. Darah me mbanjir mengerikan.
Lauw Ti berd iri dengan senjata cambuknya di tangan.
Senjata cambuk ini berwarna hitam, ujungnya dipasangi ka itan
baja dan cambuk ini yang menghancurkan tubuh kedua orang
itu. Lauw Ti mas ih terus menghanta mkan ca mbuknya pada
dua tubuh rekannya yang sudah hancur itu, sambil tertawa
bergelak dan dia berloncatan dengan sebelah kakinya, lengan
kirinya yang buntung bergerak-gerak seperti menari dan yang
kanan mengayunkan dan me mukulkan ca mbuknya sekuat
tenaga sehingga terdengar bunyi meledak-ledak dan ta mpak
daging dan darah muncrat berhamburan!
"Ha-ha-ha, siapa berani melarangku" Ha-ha-ha, aku akan
me mper kosa Kim Cui Hong sepuasku, baru akan kusayat-sayat
dagingnya sedikit de mi sedikit sampa i ia lebih cacat daripada
aku. Kalian menghalangiku, harus ma mpus!" Lauw Ti tertawa-
tawa dan memaki-maki. Kemudian dia melompat-lompat
dengan sebelah kaki men uju ke ruangan di mana Kim Cui
Hong terikat di atas dipan. Dia seolah tidak melihat adanya
sepuluh orang yang muncul itu dan me lewati mereka begitu
saja. Sepuluh orang itu melihat betapa mata Lauw Ti
berputaran, dan segala gerak-geriknya jelas menunjukkan
bahwa dia benar-benar menjadi iblis, bukan saja wajahnya
me lainkan juga p ikirannya. Tidak waras dan telah kemasukan
iblis. Sepuluh orang itu mengikut inya, hendak melihat apa yang
akan dilakukan Lauw Ti yang kumat gilanya itu. Keadaannya
benar-benar menyeramkan. Muka yang menyeramkan itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga kedua tangan dan pakaiannya bagian depan, berlepotan
darah! "Ha-ha-ha, sekarang engkau akan membayar lunas semua
perbuatanmu, Kim Cui Hong!" Dia melepaskan ca mbuknya lalu
menubruk maju, tangan kanannya me mbentu k cakar hendak
mencengkeram dan merengg ut pakaian Cui Hong.
"Piak! Desss....!" Su Lok Bu yang tak dapat menahan
kesabarannya lagi sudah bergerak maju, menangkis tangan
Lauw Ti yang hendak men cengkera m gadis itu, lalu
mendorong sehingga tubuh Lauw Ti jatuh terjengkang. Lauw
Ti menggereng seperti binatang buas. Matanya terbelalak dan
liar, lalu dia menga mbil ca mbuknya dan me lompat bangun,
kemudian dengan kaki sebelah ber loncat-loncatan dia
menga muk, menyerang ke arah sepuluh orang itu. Akan tetapi
sepuluh orang Itu adalah ahli-ahli silat yang tangguh, maka
dengan mudah mereka menghindarkan diri dengan elakan.
Lauw Ti lalu me mba lik dan cambuknya menyambar ke arah
kepala Kim Cui Hong! Bong Lim yang merasa bertanggung jawab sebagai
pengawal Pui Ki Cong dan maj ikannya itu terbunuh tanpa dia
ketahui, marah sekali kepada Lauw Ti yang menjadi
pembunuhnya. Maka melihat Lauw TI hendak me mbunuh Kim
Cui Hong, dia bergerak ke depan dan pedangnya telah
mene mbus dada Lauw Ti. Lauw Ti mengeluarkan jerit menyeramkan dan roboh
terguling, tewas seketika. Agaknya nyawanya keluar bersama
teriakannya tadi. Tan Siong lalu mengha mpiri dipan dan
me mbebaskan Kim Cui Hong dari ikatan kaki tangannya.
"Cu-wi Ciang-kun (Para Perwira Se-kalian), saya minta
persetujuan cu-wi (kaiian semua) untuk mengajak pergi Nona
Kim Cui Hong keluar kota raja. Kepada Liong-san Ngo-eng
saya minta tolong agar menyampa ikan hormat dan maafku
kepada Ciong Goanswe karena saya terpaksa meninggalkan
benteng." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baik Liong-san Ngo-eng, kakak beradik Bong, dan dua
orang perwira Su Lok Bu dan Cia Kok Han, mengangguk dan
tidak ada yang merasa keberatan. Mereka semua kini yakin
bahwa tiga orang itu me mang benar merupakan orang-orang
berwatak jahat sekali dan Kim Cui Hong menjadi korban
kebiadaban mereka. "Hong-moi, mari kita pergi!" kata Tan Siong sa mbil
me mbuka jubahnya dan me mberikannya kepada Cui Hong
untuk dipakai. Cui Hong mengangkat kedua tangan, dirangkapkan di
depan dada me mberi hormat kepada sembilan orang itu dan
berkata, "Terima kasih atas kepercayaan dan kebaikan budi
Cu-wi (Anda Seka lian) kepada saya."
Tan Siong dan Kim Cui Hong la lu keluar dari gedung itu.
Sembilan orang gagah itu lalu berunding apa yang akan
mereka lakukan selanjutnya. Su Lok Bu yang dianggap
sebagai yang tertua berkata, "Biarlah mayat-mayat ini diurus
oleh para pelayan di sini. Aku akan me laporkan kepada
pejabat yang berwenang mengurusnya. Urusan mengenai Kim
Cui Hong kita rahasiakan saja karena kita pun ikut merasa
ma lu bahwa kita pernah me musuhi ia yang sesungguhnya
tidak jahat dan kita bahkan me mbantu orang-orang maca m
Pui Ki Cong dan anak buahnya yang amat kejam itu. Adapun
Saudara Bong Can dan Bong Lim, kalau kalian hendak berbakti
kepada kerajaan, mari kuhadapkan Ciong Goan-swe yang
pasti dengan senang hati mere ka akan mener ima kalian
sebagai perwira. Juga tentang mundurnya Tan Siong akan
kulaporkan kepadanya."
Kakak beradik Bong itu setuju dan sembilan orang itu lalu
keluar dari gedung te mpat tinggal mendiang Pui Ki Cong.
Jenderal Ciong mener ima dua saudara Bong sebagai perwira
dan sembilan orang ini menjad i rekan-rekan yang sepaham
dan akrab. Akan tetapi tak lama kemudian, mereka merasa
kecewa sekali setelah melihat keadaan pemerintahan Kerajaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng yang semakin rusak dan le mah. Kaisar Beng yang
terakhir itu, yaitu Kaisar Cung Ceng, adalah seorang laki-la ki
yang lemah dan menjad i boneka dala m tangan para Tha ikam
(Laki-laki Kebiri atau Sida-sida) yang menguasai pe mer intahan
bersama para pejabat tertinggi. Boleh dibilang se mua pejabat
pemerintah, dari yang paling tinggi kedudukannya sampai
yang paling rendah, dari yang bertugas di pusat sa mpai yang
bertugas di daerah-daerah paling terpenc il, se mua melakukan
korupsi besar-besaran dan menindas rakyat, berlumba
mengumpulkan uang hara m untuk me me nuhi gudang uang
mereka sendiri mas ing-masing. Mereka berlumba untuk
bermewah- mewahan, bersenang-senang, menari-nari di atas
penderitaan rakyat jelata. Hal-hai seperti ini diketahui oleh
para pendekar sehingga mereka yang tadinya penuh
semangat me mbela pe merintah Kerajaan Beng untuk
menghadap i pemberontakan, mulai ragu dan penasaran.
Sesungguhnya, keadaan brengsek dari Kaisar dan para
pejabat itulah yang akhirnya akan menghancurkan Kerajaan
Beng. Pemer intahan di negara manapun juga, pasti menjadi
le mah dan akan runtuh kalau tidak mendapat dukungan dari
rakyatnya. Cara tunggal untuk mendapatkan dukungan rakyat
sepenuhnya, bukan dukungan karena anca man atau suapan,
hanyalah mengkikis habis korupsi, menindak dan menghukum
petugas pemerintahan yang melakukan korupsi, menyejahterakan rakyat dan para pejabatnya me mberi
tauladan yang baik dengan bekerja keras dan bersih dari
tindakan man ipulasi dan korupsi. Kalau begini keadaannya,
rakyat pasti juga akan bekerja keras, bersemangat
me mbangun negara, yakin bahwa cucuran keringatnya akan
me mbawa has il bagi keluarga seluruh rakyat. Bukan
bersemangat karena takut dihukum, karena hendak menjilat
mengharapkan jasa dan sejuta keadaan timpang dan
kepalsuan lagi. Li Cu Seng adalah seorang pemimpin rakyat yang gagah
dan jujur. Dia me mimpin rakyat dengan penuh semangat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semata-mata didasari keprihatinan me lihat nasib rakyat yang
semakin menderita di bawah pe merintahan Kaisar Cung Ceng,
yaitu kaisar terakhir Dinasti Beng.
Karena itu, dia didukung banyak rakyat dan dengan cepat
dia menguasai daerah-daerah. Setelah dia berhasil menyelundup ke dalam kota raja dan melihat keadaan kota
raja, mendengar dari para mata-mata bahwa pertahanan
pemerintahan kerajaan di kota raja amat lemah, juga tidak
ada bantuan dari Jenderal Bu Sam Kwi, panglima besar yang
berjaga dan bertugas di utara, Li Cu Seng mengerahkan
barisannya dan terus menyerbu sa mpai akhirnya me masu ki
kota raja Peking! Pasukan yang tadinya setia kepada Kaisar Cung Ceng,
akhir-akhir ini berkurang kesetiaannya setelah melihat dengan
jelas betapa yang berkuasa di istana sesungguhnya adalah
para Thaika m yang korup dan sewenang-wenang mengumpulkan harta kekayaan untuk diri mereka sendiri.
Maka, ketika pasukan rakyat pimpinan Li Cu Seng datang
menyerbu, perlawanan pasukan kerajaan tidak sepenuh hati.
Sebagian besar dari mere ka bahkan melarikan diri mencari
selamat keluar kota raja. Memang ada yang berjiwa patriot,
me mpertahankan kota raja sampai tit ik darah penghabisan. Di
antara mereka terdapat pula Su Lok Bu, Cia Kok Han, kelima
Liong-san Ngo-eng, dua saudara Bong Can dan Bong Lim.
Bersama sejumlah pende kar patriot, terutama para murid
perguruan silat yang besar, mereka me mpertahankan kota
raja sampai akhirnya mereka gugur sebagai pahlawan-
pahlawan yang gagah perkasa.
Memang benarkah pendapat para bijaksana bahwa
terdapat tiga hal yang bisa meruntuhkan seorang laki-la ki
yang bagaimana gagah perkasa dan cerdik pandai sekalipun.
Tiga hal itu adalah pertama kekuasaan, kedua harta-benda,
dan ketiga wanita. Tiga hal ini dapat me mbuat hati seorang
laki-laki yang tadinya sekuat baja menjad i ca ir dan le mah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbuat dia menjadi mabok. Mabok kuasa, mabok harta, dan
mabo k wanita me mbuat seorang laki-laki dapat melakukan
hal-hal yang tadinya merupa kan pantangan baginya.
Satu di antara kele mahan-kele mahan pria itu hinggap pula
dalam hati Li Cu Seng. Dia tergila-gila kepada Kim Lan Hwa
yang me mang cantik jelita wajahnya, indah menggairahkan
tubuhnya, lemah le mbut tutur sapanya, dan pandai membawa
diri. Seorang wanita muda, berusia dua puluh lima tahun dan
sedang masak-masaknya, dengan seribu satu macam daya
tarik yang me mpesona. Setelah me mbantu wanita ini
me larikan diri dari kota raja, Li Cu Seng tidak mengirimkan
wanita itu kepada suaminya, yaitu Panglima Bu Sa m Kwi yang
berada di utara menjaga tapal batas membendung gerakan
bangsa Mancu yang mulai berkembang dan kuat. Akan tetapi


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia sengaja me mbujuk Kim Lan Hwa agar mau menjadi
isterinya! Ketika barisan ra kyat yang dipimpin Li Cu Seng berhasil
menyerbu kota raja, Kaisar Cung Ceng yang putus asa dan
baru menyadari kesalahannya bahwa selama ini dia hanya
menurut i se mua kehendak para Thaika m dan hanya
bersenang-senang tanpa me mpedulikan urusan pe merintahan,
lalu me lakukan bunuh diri dengan cara me nggantung diri
sampai mati! Li Cu Seng menguasai kota raja dan dia pun lupa diri,
hanya sibuk ingin me mbahagiakan Kim Lan Hwa yang tidak
dapat menolak untuk menjadi isterinya. Para panglima dan
perwira pengikutnya, merasa kecewa melihat betapa Li Cu
Seng bersenang-senang saja dengan Kim Lan Hwa dan tidak
menge mba likan selir Panglima Bu Sa m Kwi kepada sua minya.
Para pengikut itu condong kagum kepada Bu Sa m Kwi yang
tidak mau dipanggil Kaisar untuk me mpertahankan kota raja.
Bahkan sebagian besar dari mereka menghendaki agar kelak
Bu Sa m Kwi yang me mimpin rakyat menjadi Kaisar baru.
Bukan Li Cu Seng yang tidak berpendidikan tinggi dan bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang ahli pe merintahan. Apalagi kini melihat Li Cu Seng
bahkan tergila-gila kepada selir Bu Sa m Kwi dan
menga mbilnya sebagai isteri, berarti mera mpas selir orang.
Dia m-dia m mereka merasa penasaran.
Li Cu Seng yang tadinya hanya seorang sederhana, kini
tiba-tiba berada dalam keadaan yang serba gemerlapan,
mewah, di puncak kekuasaan, dibuai kecantikan yang
me mabo kkan dar i Kini Lan Hwa, benar-benar menjadi lupa
diri. Dia tidak ma mpu me mbangun sebuah pemer intahan baru
dan tidak mendapat banyak dukungan dar i para ahli dan
cendekiawan. Sementara itu, tadinya Panglima Besar Bu Sa m Kwi dengan
sengaja membiarkan kota raja diancam pe mberontakan Li Cu
Seng. Sudah lama Jenderal Bu Sa m Kwi merasa tidak senang
dengan Kaisar Cun Ceng yang lemah. Sudah beberapa kali dia
me mper ingatkan dan menasihati Kaisar, dan akibatnya malah
dia diper intahkan u ntuk me mimpin pasukan men jaga di timur
laut untuk menahan serbuan bangsa Mancu. Dia seolah
diasingkan oleh kaisar. Dia m-dia m dia merasa sakit hati dan
dia pun bersimpati dengan gerakan Li Cu Seng yang
me mimpin barisan rakyat. Dia bahkan me mpunyai maksud
untuk bekerja sama dengan Li Cu Seng me mbangun kemba li
pemerintahan yang baik dan me mbas mi se mua bentuk
kemunafikan dan korupsi. Akan tetapi, ketika Bu Sa m Kwi mendengar bahwa selirnya
tersayang, Kim Lan Hwa direbut Li Cu Seng dan diperisteri, dia
menjad i marah bukan main. Sebetulnya hal ini hanyalah
persoalan pribadi yang kecil, me mperebutkan seorang wanita
cantik sehingga tidak diketahui orang lain. Sebagai seorang
panglima besar, Bu Sam Kwi sendiri juga merahasiakan
perasaan cemburu dan marah karena selirnya direbut ini.
Bahkan para perwira pembantunya juga tidak tahu bahwa
sikap Bu Sa m Kwi yang berbalik me mbenci dan me musuhi Li
Cu Seng sesungguhnya terutama sekali disebab kan karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selirnya direbut. Dia melakukan pendekatan dan persekutuan
dengan musuh besar bangsanya, yaitu dengan bangsa Mancu.
Diajaknya bangsa Mancu bergabung untuk menyerbu dan
merebut kota raja Peking dari tangan pe mberontak Li Cu
Seng! Li Cu Seng belum se mpat me mbentuk sebuah pemerintahan yang kuat ketika pasu kan Jenderal Bu Sa m Kwi
yang bergabung dengan pasukan bangsa Mancu datang
menyerbu. Biarpun para pengikut Li Cu Seng melakukan
perlawanan mati-matian, akhirnya mereka terpaksa melarikan
diri ke barat setelah mera mpok kota raja hab is-habisan.
Peristiwa jatuhnya Kerajaan Beng yang disusul dengan
kalahnya pasukan Li Cu Seng ini terjadi dalam tahun 16 yang
merupakan berakhirnya Kerajaan Beng-tiauw d i tangan Ka isar
Cung Ceng yang lemah dan menjadi hamba nafsu
kesenangannya sendiri sehingga kekuasaan terjatuh kepada
para pejabat korup dan kepentingan rakyat terabaikan.
Jenderal Bu Sa m Kwi yang juga me ment ingkan diri sendiri,
ketika melihat bahwa selirnya tercinta, Kim Lan Hwa, ikut
dibawa lari Li Cu Seng, segera mengerahkan pasukannya
untuk melakukan pengejaran ke barat. Dia sama sekali tidak
me mpedulikan lag i kota raja Peking yang sudah didudukinya
dengan bantuan bangsa Mancu. Tentu saja kesempatan baik
ini dima nfaatkan bangsa Mancu yang cepat menguasai kota
raja Peking dan menyusun kekuatan di situ. Peking menjadi
benteng pertama yang amat kuat bagi bangsa Mancu dan dari
sanalah kemudian mereka me mperluas sayap mereka sehingga dapat menjajah seluruh daratan Cina.
Sementara itu, Li Cu Seng dan sisa pasukannya, melarikan
diri ke barat, dikejar-kejar pasukan Bu Sam Kwi. Jenderal Bu
ini bers ikeras untuk mera mpas kembali selirnya dari tangan Li
Cu Seng. Para pengikut Li Cu Seng mulai merasa kecewa
sekali akan sikap Li Cu Seng yang ternyata hanya pandai
me mimpin pemberontakan namun tidak pandai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mpertahankan kota raja. Bahkan agaknya yang dipentingkan adalah menyelamatkan Kim Lan Hwa yang cantik
agar jangan sampai dira mpas kembali oleh Jenderal Bu Sa m
Kwi. Banyak perajurit mulai meninggalkannya ketika melihat
bahwa mereka hanya diajak melarikan diri dan dikejar-kejar
sehingga seringkali kehabisan dan kekurangan ransum.
Mulailah mereka me nyalahkan Kim Lan Hwa dan menuntut
agar Kim Lan Hwa dikembalikan kepada Jenderal Bu Sam Kwi,
atau dibunuh saja karena wanita itu agaknya yang menjadi
gara-gara sehingga mereka dapat terpukul dan terusir dari
kota raja. Akhirnya, karena Li Cu Seng t idak ma u me menuhi
kehendak para perwira dan perajur it, dia malah mati dikeroyok
para perajuritnya sendiri dan Kim Lan Hwa juga tewas
me mbunuh diri. Maka habislah sudah pasukan Li Cu Seng
yang tadinya merupakan pasukan rakyat terkuat yang mampu
menggulingkan Kaisar Cung Ceng. Sebagian dari mereka
menakluk kepada Bu Sa m Kwi dan me mper kuat pasukan
pimpinan Jenderal Bu ini.
Akan tetapi, baru Jenderal Bu Sa m Kwi menyadari
kesalahannya ketika dia disambut dengan serbuan oleh
pasukan bangsa Mancu ketika hendak kembali ke kota raja
Peking setelah mendapatkan Li Cu Seng dan Kim Lan Hwa
tewas. Pasukan Jenderal Bu Sam Kwi yang sudah kelelahan itu
tidak kuat me lawan pasukan Mancu dan terpaksa Jenderal Bu
Sam Kwi me mbawa pasukannya melarikan diri jauh ke barat,
sampai di daerah Se-cuan di mana dia menyusun kekuatan
dan mendirikan pe merintah darurat. Di Se-cuan Jenderal Bu
Sam Kwi menjad i seorang raja kecil yang berdaulatan dan
bahkan sa mpai ha mpir t iga puluh tahun dia me mpertahankan
kerajaan kecil ini dan selalu menentang pemer intahan
Kerajaan Ceng (Mancu) sampai t iba saat ke matiannya.
0odwo0 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu berwajah pucat, rambutnya terurai awut-awutan,
pakaiannya kotor dan kusut, tubuhnya le mah lunglai. Sudah
berhari-hari ia tidak makan tidak minum, sudah lima hari ia
berjalan seperti orang kehilangan se mangat. Kim Cui Hong kini
bagaikan seorang mayat berjalan, tanpa tujuan, tanpa
harapan, masa depannya gelap pekat, tidak ada sinar sedikit
pun. Berbulan-bulan ia melarikan diri dar i Tan Siong. Ketika
dia diajak Tan Siong ke luar dari kota raja, ia bagaikan seorang
yang tidak sadar, ia hanya menurut saja, sampai mereka tiba
jauh dari kota raja. Akan tetapi, kemudian ia menyadari
keadaannya, la teringat akan semua pengalamannya,
terutama sekali terbayang di depan matanya keadaan tiga
orang korban penganiayaannya itu, tiga orang manusia yang
menger ikan, la menyesali dirinya dan baru ia me nyadari
betapa kejamnya ketika ia me mbalas denda m. Perbuatannya
itu bukan lag i merupa kan kekejaman biasa, melainkan
kekeja man iblis. Pantaslah kalau ia dianggap iblis betina! la
jahat sekali, ia kejam, melebihi kekeja man e mpat orang yang
dulu me mper kosa dan menganiayanya. Ia merasa malu seka li
me lakukan perja lanan bersama Tan Siong, walaupun pria itu
tidak pernah menyinggung masalah itu. Dan ia melihat betapa
Tan Siong bersikap penuh kasih, penuh sikap menghibur dan
berusaha membahag iakannya. Sikap Tan Siong ini sema kin
menghancurkan hatinya. Ia merasa tidak layak menerima
perlakuan sedemikian baiknya, la tidak pantas dihormati, tidak
pantas dicinta, apalagi oleh seorang pria seperti Tan Siong,
seorang pendekar yang gagah perkasa dan budiman. Tidak,
kedekatan mereka hanya akan mengotori nama baik Tan
Siong. Karena itulah ma ka ketika pada suatu malam mereka
bermalam dala m sebuah rumah penginapan dan seperti biasa
Tan Siong menyewa dua buah ka mar, dia m-dia m ia me larikan
diri! Cui Hong ma klum bahwa tentu Tan Siong melakukan
pengejaran dan pencarian, maka ia melarikan diri dan
menge mbara tanpa tujuan sampai sekitar sepuluh bulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
la manya sejakia pergi meninggalkan Tan Siong. Karena
selama beberapa bulan itu terjadi perang, pertama perang
antara barisan pemberontak Li Cu Seng melawan barisan
Kerajaan Beng, kemudian dilanjutkan perang antara barisan Li
Cu Seng melawan barisan Jenderal Bu Sa m Kwi yang
bergabung dengan pasukan orang Mancu sehingga keadaan,
menjad i gempar, ma ka Tan Siong mengalami kesulitan untuk
dapat mene mukan wanita yang amat dicintanya itu.
Hari itu, Cui Hong berjalan mendaki bukit gersang itu. la
hanya menurut saja ke mana kedua kakinya me mbawanya, la
sudah merasa lelah dan tidak ada gairah hidup lagi. la melihat
puncak bukit itu seolah menggapainya. Ia ingin ke sana dan
tidak ingin ke mba li lagi.
"Hong-moi!" Cui Hong tersentak kaget sampai terhuyung karena kakinya
tiba-tiba menggigil dan tubuhnya yang sudah lemah lunglai itu
seperti terdorong angin. Suara itu!
"Hong-moi.... tungguuuu....!!"
Tan Siong! Itu suara Tan Siong! Jantung Cui Hong
berdegup keras seolah hendak me loncat keluar dari rongga
dadanya. Ia mendengar langkah kaki ber lari di belakangnya.
Ia mencoba untuk lari, akan tetapi terkulai jatuh dan ia tentu
akan terbanting ke atas tanah kalau saja tidak ada dua buah
lengan yang menangkap dan merang kulnya.
"Hong-moi!" Cu i Hong pingsan dalam rangkulan Tan Siong!
Cui Hong merasa seolah ia melayang-layang diantara awan
putih. Senang sekali melayang-layang seperti itu, seorang diri,
bebas dari segala sesuatu.
"Hong-moi.... ah, Hong-moi....!"
Suara ini seolah menyeretnya kembali ke bawah, la
me mbuka mata dan melihat Tan Siong berlutut di dekatnya
dan laki-laki itu me nangis! Menangis sesenggukan sa mbil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyebut-nyebut namanya. Cui Hong merasa betapa
mulutnya dan mukanya basah, terkena air yang sejuk. Ia
sadar kembali dan teringat akan keadaannya, la tersusul oleh
Tan Siong dan tadi ia tentu roboh pingsan. Kini ia rebah
telentang di bawah pohon. Mukanya tentu dibasahi Tan Siong
dan laki-laki itu tentu telah merawatnya, mungkin menyalurkan tenaga saktinya untuk me mbantunya me mper kuat tubuhnya yang le mah.
"Hong-moi.... Ya Tuhan, sukur engkau dapat sadar
kembali! Hong-moi, aih, Hong-moi, mengapa keadaanmu
sampai seperti ini" Mengapa engkau menyiksa diri sa mpai
begini" Hong-moi, selama berbulan-bulan ini t iada hentinya
aku mencarimu dan sukur saat ini Thian (Tuhan) men untunku
ke sini seh ingga dapat mene mukanmu."
"Siong-ko...." Cui Hong berbisik la lu bangkit duduk. Cepat
Tan Siong me mbantunya. Mereka saling berpandangan. Cui
Hong melihat betapa Tan Siong berwajah kurus dan pucat.
Duga paka iannya kusut tak terawat. Mukanya ditu mbuhi kumis
dan jenggot yang awut-awutan pula.
"Siong-ko.... mengapa engkau mengejar dan mencariku...."
Mengapa, Siong-ko...?"
"Engkau bertanya mengapa, Hong-moi" Karena engkau
adalah satu-satunya orang yang kupunyai, satu-satunya orang
yang kucinta, satu-satunya harapanku dan kebahagiaanku.
Aku cinta pada mu, Hong-moi, aku tidak mungkin dapat hidup
tanpa engkau...l" Cui Hong menatap wajah Tan Siong. Matanya yang sembab
dan menjadi sipit me mbengkak karena kebanyakan tangis itu
dilebar-lebarkan karena hampir ia tidak dapat percaya akan
kata-kata yang keluar dari mulut pria satu-satunya di dunia ini
yang dikaguminya dan dihormatinya.
"Tapi.... aku.... bukan perawan lagi.... aku... aku telah
ternoda..., kehormatanku telah diinjak-injak e mpat orang...."


Sakit Hati Seorang Wanita Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi, sudahlah jangan bicara lagi tentang hal itu. Aku
cinta padamu, Hong-moi, aku mencinta pribadimu, lah ir dan
batinmu. Aku bukan sekedar mencinta keperawananmu atau
kecantikan mu. Tida k peduli engkau perawan atau bukan, hal
itu tidak penting bagiku. Apalagi aku tahu betul bahwa apa
yang terjadi padamu itu bukan atas kehendakmu. Apakah
engkau tidak percaya kepadaku, Hong-moi?"
Pandang mata Cui Hong mulai ada sinar, walaupun masih
redup. "Akan tetapi aku... aku seorang yang penuh dosa,
penuh kekeja man... aku kejam dan buas seperti iblis!" Ia
teringat akan penyiksaan-penyiksaan terhadap
musuh- musuhnya, terbayang akan keadaan tubuh dan wajah tiga
orang yang telah disiksanya. Ia tahu bahwa Tan Siong sama
sekali tidak menyetujui dan menyukai batas dendam seperti
itu. "Sudahlah, Hong-moi. Yang lewat biarlah lewat. Engkau
me lakukan se mua Itu karena ketika itu engkau dibikin buta
oleh denda m. Yang terpenting adalah sekarang ini. Aku yakin
bahwa sekarang engkau telah insaf, telah sadar dan menyesali
perbuatanmu. Penyesalan menuntun kepada pertaubatan dan
orang yang menyesal dan bertaubat pasti akan diampuni oleh
Tuhan. Sekarang aku mengulangi pernyataanku tempo hari.
Aku cinta pada mu, Hong- moi. Sudikah engkau me nerimanya
dan mau kah engkau me lanjutkan sisa hidup ini di sa mpingku"
Aku hanya seorang laki-laki yang bodoh dan mis kin."
"Toako (Kanda), benarkah semua kata katamu Itu"
Benarkah engkau masih mencintaku dan engkau tidak akan
me mandang rendah kepadaku?"
"Me mandang rendah" Sa ma sekali tidak, Moi-moi. Aku
mencinta mu, aku menghormatimu, aku memujamu, engkau...
kalau engkau sudi menerimanya, engkau adalah calon isteriku,
teman hidupku..." "Tan-toako... (Kanda Tan)...." Cul Hong menang is akan
tetapi la tidak menolak ketika Tan Slong merang kul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pundaknya. "Aku... aku tadinya seperti tenggelam ke dalam
kegelapan... aku bingung, putus asa.... tidak tahu ke mana
harus pergi, tak tahu apa yang harus kuperbuat selanjutnya,
aku sebatang kara dan... setelah tugas balas dendamku habis,
kukira... habis pula kehidupanku. Akan tetapi engkau...
engkau me mbawa pelita dan aku... aku hanya pasrah, aku
hanya ikut, ke manapun engkau me mbawaku.... aku... aku...
ahhh...." Tan Siong merang kulnya dan dalam dekapannya itu
tercurah semua kasih sayangnya kepada wanita itu. Sejenak
mereka berangkulan dan bertangisan, tangis haru dan
bahagia. Setelah tangis itu mereda, Tan Siong berbisik di de kat
telinga calon isterinya. "Kita akan menghadapi tantangan
hidup bersa ma Moi-moi. Kita kubur se mua masa lalu karena
yang penting adalah sekarang ini. Kita akan pergi jauh
men inggalkan semua kenangan la ma, me mulai hidup baru,
jauh di dusun yang bersih, dengan penduduk dusun di
pegunungan yang sunyi, di antara rakyat yang bodoh dan
lugu, di mana tidak ada terjadi kejahatan, pertentangan dan
kebencian. Sekali lagi, jawablah, setelah engkau sudi
menerima cintaku, maukah engkau menjadi isteriku, Kim Cui
Hong?" Cui Hong mengangkat mukanya me mandang. Muka mereka
yang basah air mata saling berdekatan dan Cui Hong lalu
menunduk dengan muka merah, menye mbunyikan mukanya
di dada Tan Siong dan jawabannya lirih se kali.
"Sejak engkau mengaku cinta, aku sudah ser ingkali
me mbayangkan dan mengharapkan hal ini terjadi, Toako... tak
kusangka sekarang menjad i kenyataan ya, aku bersedia
menjad i isterimu yang bodoh"
Kedua orang muda itu tenggela m ke dala m kemesraan dua
hati yang saling mene mukan dan hanya mereka berdualah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ma mpu mengga mbarkan bagaimana kebahagiaan yang
dirasakan pada saat seindah itu.
Tak la ma kemudian, keduanya saling bergandeng tangan
men inggalkan bukit itu, menuruni lereng dengan wajah yang
cerah penuh sinar bahagia, penuh harapan dan penuh cinta
kasih menyongsong keh idupan baru.
Hidup adalah SEKARANG, bukan kemar in dan bukan esok.
Hidup adalah saat demi saat, saat ini, sekarang, detik demi
detik. Mengenang masa lalu hanya menimbulkan duka,
kebencian, kekecewaan. Membayangkan masa depan hanya
men imbulkan rasa kekhawatiran atau khayalan-khayalan
muluk yang akhirnya mendatangkan kecewa kalau tidak
terlaksana. Yang penting adalah SEKARANG, saat ini, detik
demi detik. Saat ini selalu waspada, saat ini selalu sadar,
penuh kewaspadaan dan perhatian terhadap segala sesuatu
yang berada di luar dan di dalam diri kita, saat ini bersin, saat
ini benar dan saat ini bahagia. Perlu apa menyesali dan
menang isi masa lalu" Perlu apa pula mengharapkan masa
depan" Hanya lamunan dan khayalan kosong belaka, bukan
kenyataan. Apa yang belum terjadi, kita serahkan dengan
sepenuh kepercayaan, sepenuh kepasrahan, kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Apa pun yang datang terjadi pada kita, kita
terima dengan penuh kewaspadaan, tanpa penilaian untung
rugi. Semua kejadian pasti ada sebabnya dan semua sebab
berada di tangan kita sendiri. Tuhan itu Maha Adil, kalau
tangan kita menana m yang buruk, pasti kita akan me metik
buahnya yang buruk pula. Yang terjadi adalah kenyataan, dan
sudah dikehendaki Tuhan, ma ka apa pun penilaian kita, manis
atau pahit, menyenangkan atau menyusahkan, kenyataan
yang sudah dikehendaki Tuhan itu sudah pasti benar dan ad il
karena Tuhan Maha Benar dan Maha Adil!
Sampa i di sini pengarang menyudahi kisah ini, kisah
pembalasan denda m sakit hati seorang wanita, dengan
harapan semoga para pe mbaca dapat men ikmatinya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik pelajaran bahwa dendam men imbulkan kebencian
dan kemudian melahirkan perbuatan yang amat kejam. Sekian
dan sampa i jumpa dalam kisah-kisah la in
Lereng Lawu, akhir 1991 Tamat Rahasia Kampung Setan 2 Rajawali Emas 09 Keranda Maut Perenggut Nyawa Dendam Orang Orang Sakti 2
^