Bayangan Berdarah 7
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen Bagian 7
dari pihak mereka. Sinar mata Siauw Ling segera berkilat.
"Hmm asal kena kutangkap basah jangan harap mereka
bisa lolos dalam keadaan hidup."
"Menurut pendapat budakmu," ujar Giok Lan dari samping.
"Sebelum kita menjumpai Looya serta Hujien lebih baik Sam
ya jangan melukai dulu orang perkampungan Pek Hoa San
cung." Siauw Ling merasa amat sedih tak terasa titik-titik air mata
jatuh berlinang ujarnya sambil mendongak.
"Sebelum aku Siauw Ling berbakti dihadapan mereka
berdua kini menyusahkan dulu beliau berdua. Dosa ini benar2
sangat mendalam." Mendadak Siauw Ling teringat kembali dengan kuil bobrok
yang pernah digunakan untuk melakukan Tiong Cho Siang Ku
serta menjumpai Tok So Yok Ong itu.
"Ayoh berangkat aku akan membawa kalian kesebuah
tempat baik untuk beristirahat."
Siauw Ling sangat hapal dengan jalanan disana dengan
membawa kedua orang dayang tersebut tidak sampai
sepertanak nasi kemudian mereka sudah tiba di dalam kuil
bobrok tadi. Siauw Ling berangkat menuju keruang belakang sebelah
Timur. "Sam ya budak pernah datang kemari untuk mencari Sam
ya tapi tidak ketemu," ujar Giok Lan tiba-tiba sambil hela
napas panjang. Sewaktu mereka sedang bercakap2 ruangan yang dituju
sudah ada didepan mata....
Sepasang pintu kayu tertutup rapat2 suasana sunyi tak
kedengaran sedikit suarapun.
Melihat pintu tertutup Siauw Ling merasa hatinya agak
bergerak. Karena curiga ia jadi berhenti.
"Sam ya mengapa kau berhenti?"
"Kalian berhati2 siapkan senjata," bisik Siauw Ling lirih.
Dalam ruangan kecuali beberapa buah peti mati tak
kelihatan benda apapun juga.
Perlahan lahan Siauw Ling melangkah masuk ke dalam
ruangan dan langsung menghampiri peti mati sebelah selatan,
penutup peti segera dibuka dengan sepenuh tenaga.
Dilihatnya sebuah sangkar burung terdapat di dalam peti
tadi, dalam sangkar terdapat seekor burung beo warna hijau
yang meloncat tiada henti kesana kemari.
Sangkar itu terbuat dari serat emas indah halus dan
menarik hati. "Sungguh indah burung itu," pujinya.
"Burung beo ini sudah ada banyak hari disimpan dalam peti
mati ini ...." serunya pula.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
Coba kau lihat bahan makanan yang ada disangkar sudah
habis, air telah mengering paling sedikit sudah dua hari dua
malam disini. Bicara sampai disitu ia merandek, sinar matanya perlahanlahan
dialihkan ke atas wajah kedua orang itu, sambungnya,
"Entah kalian berdua takut tidak?"
"Tidak takut." "Bagus sekali kita beristirahat satu malam disini."
Suara kicauan burung yang nyaring berkumandang keluar
dari balik peti mati memecahkan kesunyian yang makin
mencekam. "Aaaach.... burung itu pasti kelaparan lebih baik kita
lepaskan saja," ujar Giok Lan lirih.
Siauw Ling merasa ucapan itu sedikit tidak salah karenanya
ia bungkam. Giok Lan segera membuka sangkarnya seraya bergumam,
"Nah burung kelaparan pergilah selamatkan jiwamu."
Setelah burung beo itu terbang dari sangkarnya ia tidak
langsung pergi ia berputar dulu diatas kepala Giok Lan
kemudian baru melayang pergi.
Tak terasa ia menghela napas panjang, "Mengapa kalian
tidak menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengatur
pernapasan, besok pagi kemungkinan besar kita harus
mengalami suatu pertarungan sengit...."
JILID 10 "Budak sedang memikirkan suatu cara yang baik untuk
mengatasi persoalan ini" kata Kiem Lan. "Tapi setelah dipikir
bolak balik belum juga memperoleh suatu cara yang bagus."
"Urusan sudah jadi begini apa perlunya kalian murung tak
usah dipikirkan lagi besok pagi kita bertindak sesuai dengan
keadaan." Mendadak Giok Lan menegakkan badannya.
"Samya" serunya cemas. "Apakah kau punya pegangan
untuk menangkan Toa Cungcu?"
"Soal ini susah untuk dibicarakan Djen Bok Hong jadi orang
licik dan banyak akal. Dari luaran susah bagi kita untuk
meninjau keadaan sebenarnya cuma perduli kepandaian
silatnya seberapa lihay jadi orang seberapa licik aku Siauw
Ling sama sekali tidak takut."
"Samya, budak ada beberapa patah kata yang terasa tidak
seharusnya dikatakan kalau kami salah bicara harap Samya
jangan marah." "Katakan." "Walaupun kepandaian silat yang dimiliki Samya sangat
lihay keberanian susah ditandingi, tapi dengan kekuatan kau
seorang hendak menangkan kerubutan jago-jago lihay dari
perkampungan Pek Hoa San cung aku rasa bukan suatu
pekerjaan yang sangat mudah, aku rasa satu2nya jalan untuk
menghadapi kejadian besok kalau bisa bersabar2lah terus.
Kalau tak bisa bersabar dan harus bergebrak kita tak bisa
bertempur terlalu ngotot. Samyapun tak usah mengurusi
keselamatanku serta Kiem Lan. Usahakan dulu untuk
menerobos keluar dari kepungan...."
ooooo0ooooo Alis Siauw Ling langsung berkerut cepat-cepat ia menukas,
"Jadi putra manusia tidak bisa berbakti pada orang tuanya
sudah merupakan suatu dosa yang besar apalagi
menyebabkan orang tua menderita sekalipun mati susah
untuk mencuci bersih dosa2 ini."
"Samya maksud Djen Bok Hong menculik Looya serta
Hujien justru bertujuan hendak menaklukkan Samya asal
Samya bisa menjaga diri sebaik2nya maka usaha Djen Bok
Hong selama ini akan sia2 belaka."
Berhubung banyak persoalan yang merasa tidak leluasa
untuk diutarakan secara terus terang terpaksa budak ini
mengajak Siauw Ling berputar2 dulu kemudian baru
mengutarakan maksudnya yang sebenarnya.
Siauw Ling seorang pemuda yang cerdik sudah tentu ia
dapat menangkap maksud dayang ini yang mengharapkan ia
batalkan saja pertemuan besok siang alisnya berkerut.
"Untuk urusan ini kalian berdua tak usah merasa cemas aku
sudah punya rencana sendiri justru kalian berdualah yang
tidak perlu ikut aku menghadiri pertemuan besok siang
gunakanlah kesempatan ini untuk melarikan diri."
Giok Lan tertawa sedih. "Budak sekalian tak akan menyesal walaupun harus mati
justru Samya sendiri."
"Cukup kita tak usah membicarakan soal ini lagi" potong
Siauw Ling cept sambil goyangkan tangan berulang kali.
"Kalian berdua harus pergi beristirahat."
Giok Lan tak berani banyak bicara lagi sepasang mata
segera dipejamkan untuk atur pernapasan.
Semalam lewat dengan cepatnya dalam sekejap matahari
telah terang tanah. Siauw Ling menghembuska napas panjang sinar mata
perlahan-lahan menyapu sekejap suasana disekelilingnya
tampak Kiem Lan serta Giok Lanpun duduk berjejer belum
sadar dari semedinya. Melihat wajah yang sayu dari mereka berdua timbullah
suatu perasaan iba dalam hati Siauw Ling pikirnya,
"Aaaai....mungkin satu malaman hati mereka tidak tenang
jelas barusan saja pikiran mereka bisa tenang dan mulai
mengatur pernapasan...."
Karena kasihan ia tidak mau menyadarkan mereka diam2
pemuda ini bangun berdiri dan berjalan keluar maksudnya
hendak berlatih ilmu silat.
Mendadak.... Suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan
kesunyian dipagi hari mendengar suara itu Siauw Ling merasa
hatinya agak bergerak. "Mungkinkah siempunya burung telah kembali."
Braaak pikiran kedua belum berkelewat, lewat pintu ruang
sudah terbuka lebar. Kiem Lan serta Giok Lan sama2 meloncat bangun saking
kagetnya sikap mereka terkejut sedang mata terpelotot
bulat2. Sebaliknya Siauw Ling yang sudah mendengar dahulu suara
langkah kaki orang itu dalam keadaan begini sama sekali tidak
terperanjat sikapnya sangat tenang.
Seorang lelaki dengan mata melotot bulat dan seluruh
badan berlepotan darah berdiri tegak didepan pintu.
Bagaimanakah raut muka orang ini susah dibayangkan
karena seluruh wjaah maupun badannya ternoda oleh darah
kering hanya saja sepasang matanya jelas melotot penuh
kegusaran. Agaknya ia ingin mengucapkan sesuatu tapi badannya tidak
takut menahan diri lagi setelah bibirnya bergerak dan belum
sempat kata2nya meluncur keluar ia sudah roboh terjengkang
ke atas tanah. Kiem Lan dan Giok Lan berseru tertahan buru-buru mereka
lari menghampiri orang itu untuk membimbingnya bangun.
"Jangan pegang dia" teriak Siauw Ling tiba-tiba.
Mendengar suara bentakan kedua orang dayang itu
tertegun dan menghentikan langkahnya lalu mundur dua
langkah ke belakang. Perlahan-lahan Siauw Ling bangun berdiri berjalan kesisi
orang itu dan berjongkok untuk memeriksa keadaan lukanya.
"Ehmm....luka yang ia derita sangat parah" kata pemuda ini
sesaat kemudian. "Diseluruh badan ada enam tempat bekas
luka senjata isi perutpun menderita luka yang amat parah.
Aiii...." "Ia masih bisa ditolong?" tanya Kiem cepat.
"Soal ini susah untuk dibicarakan tapi kitapun tak boleh
berpeluk tangan meligat orang berada diambang kematian."
"Seluruh badannya berlepotan darah" kata Giok Lan dari
samping kalangan. "Untuk mengobati luka dibadannya kita
harus mencuci dulu darah yang menodai badannya."
"Tidak salah....cepat kalian berdua ambil air."
Sedang Siauw Ling segera mengeluarkan tangannya untuk
ditekankan diatas dadanya terasa jantung masih berdetak
walaupun amat lemah. Diam2 hawa murninya disalurkan keluar segulung aliran
panas dengan cepat keluar sudah masuk ke dalam tubuh
siluka itu melalui jalan darah Sian Khie Hiat.
Dengan tenaga kweekangnya yang amat sempurna setelah
menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh orang itu semula
denyutan jantungnya lemah kini berdebar kembali seperti
sedia kala sedang sepasang matapun perlahan-lahan dibuka.
Saat ini sinar matanya amat sayu ia memandang wajah
Siauw Ling beberapa saat kemudian memperdengarkan suara
helaan napas yang lemah. "Siapa kau?" tanyanya lirih.
"Cayhe Siauw Ling kalau luka Heng thay hanya terbatas
pada luka luar saja tanpa diberatkan oleh luka dalam rasanya
tidak susah bagiku untuk turun tangan menolong."
"Jangan goyangkan badanku" seru orang itu sambil
pejamkan kembali sepasang matanya. "Di dalam peti mati
sebelah selatan ada seekor burung beo."
Napasnya tersengkal2 setelah merandek sejenak
sambungnya lebih lanjut, "Lepaskan burung itu kemudian
masukkan badanku ke dalam peti mati itu asal aku bisa
bertahan dua belas jam maka aku...."
Jelas ia sudah kelelahan belum habis ucapannya diutarakan
mulut telah membungkam kembali.
Siauw Ling sendiripun tahu dalam keadaan seperti ini
banyak mengucapkan sepatah kata berarti mengurangi suatu
bagian harapan untuk hidup karena itu walaupun banyak
persoalan yang tidak ia ketahui terpaksa pemuda ini pendam
niatnya di dalam hati pemuda ini.
Pada waktu itu Kiem Lan serta Giok Lan dengan membawa
segentong air telah berjalan masuk ke dalam ruangan.
Dari dalam sakunya Giok lan mengambil keluar secarik sapu
tangan. Setelah dibasahi dengan air gentong perlahan-lahan
diusapkan ke atas wajah orang itu.
Setelah nona darah bersih, muncullah sebuah mulut luka
yang amat besar dan dalam diatas kening sebelah kirinya
memanjang ke atas batok kepala, darah segar mengucurkan
keluar tiada hentinya dari mulut luka tersebut.
Melihat luka itu sangat parah Giok Lan berpaling
memandang sekejap wajah Siauw Ling.
"Samya" katanya. "Luka yang ia derita sangat parah
mungkin sulit bagi kita untuk melakukan pertolongan...."
Mendadak sepasang mata orang itu yang semula terkatup
kini terpentang kembali. "Jangan ganggu diriku."
Karena harus menggerakkan matanya darah mengucur
keluar semakin deras dari mulut luka.
Giok Lan berhenti mengusap ia memandang sekejap wajah
Siauw Ling dan berseru, "Samya, kita tak punya obat2an
mungkin sulit bagi kita untuk menolong."
"Ehmmm....dia minta kita menggotong badannya dan
dimasikkan ke dalam peti mati itu kemudian lepaskan burung
beo hijau asalkan bisa bertahan selama dua belas jam maka
jiwanya bisa tertolong."
"Tidak salah" sambung orang yang terluka itu cemas.
"Cepat kalian masukkan aku ke dalam peti mati dua belas jam
kemudian kemari lagi."
Ia marandek sejenak untuk tukar napas lalu tambahnya,
"Tolong ambilkan sepucuk surat yang ada di dalam dadaku...."
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum habis ucapan itu diutarakan mendadak dia
membungkam jelas orang ini merasa terlanjur bicara.
"Heng thay berkata demikian aku duga tentu ada tujuan
tertentu" ujar Siauw Ling tidak mau mendesak tahu lagi
rahasia orang itu. "Akupun tak akan terlalu memaksakan diri
untuk menolong kau cuma da satu persoalan hendak cayhe
katakan kepadamu. Burung beo yang ada di dalam peti mati
itu sudah cayhe lepaskan berhubung makanan serta
minumannya sudah mengering cayhe tidak tega melihat
burungmu itu mati kelaparan."
"Sudah berapa lama kalian lepaskan burung itu?" seru
orang ini dengan nada cemas.
"Mungkin satu dua jam yang lalu" jawab Siauw Ling setelah
termenung sebentar. "Bagus sekali pada saat sang surya lenyap dibalik gunung
besok hari harap kalian datang lagi kemari sekarang cepatlah
masukkan aku ke dalam peti mati itu."
Walaupun dalam hati Siauw Ling merasa keheranan dengan
sikap orang ini dimana berulang kali minta dirinya dimasukkan
ke dalam peti mati. "Apa mungkin peti mati bisa membantu
dirimu untuk merawat luka yang demikian parahnya itu?"
Tetapi setelah dilihatnya ucapan orang itu begitu
bersungguh2 terpaksa ia menurut juga untuk memasukkan
badannya ke dalam peti mati.
"Heng thay apakah kau percaya penuh dalam dua belas
jam kemudian pasti orang yang datang memberi bantuan?"
"Kecuali burung beoku menemui peristiwa ditengah jalan."
Bicara sampai disitu ia tak tahan lagi sepasang matanya
dipejamkan kembali rapat2.
"Kalau besok cayhe masih bisa hidup dikolong langit tentu
akan kupenuhi janjimu ini dan datang menjenguk saudara"
kata Siauw Ling sambil menekan peti mati tersebut. "Kalau
tidak beruntung kami harus menemui ajalnya sudah tentu tak
bisa datang lagi." Sepasang mata yang semula telah terpejam mendadak
terpentang kembali. "Kenapa?" "Cayhe telah mengadakan suatu perjanjian dengan
seseorang bagaimana akhir pertemuan ini masih susah diduga
mulai sekarang." Sepasang mata yang sudah sayu dari orang itu
memandang wajah Siauw Ling tajam2 lama sekali ia baru
berkata kembali, "Bocah kau harus kembali kalau loohu masih
hidup dikolong kangit boleh pergi keujung langit mencari
dirimu kalau loohu tidak beruntung menemui ajalnya disini
bukankah...." Napasnya tersengal2 sehingga sulit baginya untuk
melanjutkan kembali kata2nya, "Baiklah asalkan cayhe
berhasil mempertahankan jiwaku aku pasti akan datang
kemari perlukah aku menutupi peti mati ini."
"Kalian harus mempertahankan diri bagaimanapun juga
jiwa kalian harus tetap dipertahankan" ujar orang itu lagi
dengan seluruh tenaga yang dimiliki.
Melihat orang itu sudah merasa sulit untuk bicara Siauw
Ling tidak membiarkan ia banyak bicara lagi.
"Aku pasti datang silahkan Heng thay baik2 beristirahat
disini...." Perlahan-lahan ia menutup peti mati itu dengan hanya
meninggalkan sedikit celah sebagai lubang pernapasan
kemudian putar badan keluar dari ruangan itu dan menutup
kembali pintu kayu tersebut.
"Samya agaknya orang itu menjumpai banyak persoalan
yang hendak dibicarakan dengan dirimu" bisik Kiem Lan
seraya diluar ruangan kuil.
"Mungkin ia minta aku membantu dirinya untuk
menyelesaikan upacara yang terakhir."
Ia mendongak untuk menghela napas tambahnya, "Jarak
saat ini dengan siang hari masih ada beberapa jam mari
meminjam kesempatan ini kita belajar beberapa macam ilmu
pukulan ikuti saja beberapa petunjukku untuk menghadapi
serangan lawan walaupun waktu sudah sangat mendesak
sehingga susah mendatangkan hasil yang memuaskan rasanya
masih bermanfaatkan pula untuk menambah pengetahuan
kalian di dalam menghadapi serangan lawan."
Tidak menunggu jawaban lagi ia membawa kedua orang
dayang itu memasuki sebua hutan diluar kuil ditempat itu ia
memberi petunjuk dua jurus serangan kepada mereka berdua
setelah itu barulah bersama2 berangkat menuju
keperkampungan Pek Hoa San cung.
Ditengah perjalanan mereka menjumpai sebuah kedai
mendadak Kiem Lan berhenti dan berbisik lirih, "Samya siang
hari masih ada satu jam bagaimana kalau kita bersantap dulu
dikedai ini?" "Tidak salah setelah memasuki perkampungan Pek Hoa San
cung kita tak boleh makan maupun minum barang2 mereka."
Mereka bertigapun bersantap di dalam kedai itu walaupun
yang disantap hanyalah nasi kasar dan teh pahit tapi bagi
ketiga orang ini sudah cukup lezat.
Selesai bersantap mereka segera berangkat menuju
keperkampungan Pek Hoa San cung.
Tjioe Tjau Liong sejak semula telah menantikan
kedatangan mereka diluar perkampungan begitu melihat
munculnya Siauw Ling disana dengan langkah lebar ia segera
menyambut. "Siauw heng masih mengira Samte telah lupa dengan janji
pertemuan kita ini hari?" tegurnya.
"Hubungan persaudaraan diantara kita sudah putus harap
Djie Tjung tju jangan menyebut aku dengan sebutan itu lagi"
tukas Siauw Ling dingin. "Empat samudra merupakan kawan ujung langit bagaikan
tetangga walaupun hubungan persaudaraan diantara kita
sudah putus. Apa salahnya kalau kita saling membahasai pihak
lawan dengan saudara" seorang lelaki sejati tidak suka
memandang rendah derajat lawan. Siauw heng apakah tidak
merasa caramu berpikir terlalu picik?"
Siauw Ling merasa gusar, tapi ia tekan rasa gusar tersebut
dalam rongga dadanya. "Kalau begitu aku harus merepotkan Tiioo heng untuk
membawa jalan...." jengkelnya sambil tertawa hambar.
Tjioe Tjau Liong tersenyum, sinar matanya beralih ke atas
wajah kedua orang budak itu.
"Bagaimana dengan kedua orang dayang ini?"
"Sudah tentu akan masuk ke dalam bersama2 aku Siauw
Ling." Suatu senyuman mengejek melintas diatas wajah manusia
she Tjioe ini. "Bagus sekali derajat kedua orang budak ini sudah
dinaikkan beberapa kali lipat oleh Siauw heng" ejeknya sinis.
"Djie Cungcu" seru Kiem Lan dingin. "Kita kakak beradik
sudah menjadi penghianat2 dari perkampungan Pek Hoa San
cung kalian kalau bicara harap Djie Cungcu sedikit tahu
kesopanan budak2 terus siapa yang kau maksudkan?"
"Bangsat kerparat" teriak Tjioe Tjau Liong mencak2.
"Berani betul kau budak laknat berani cari gara2 dengan aku?"
Sembari berteriak telapak tangannya melancarkan sebuah
pukulan ke arah budak2 itu.
Siauw Ling yang berdiri disisinya dengan cepat
menggerakkan tangan kanan mencengkeram pergelangan
kanan Tjioe Tjau Liong yang sedang melancarkan serangan.
"Tjioe heng kau ingin bergebrak pada saat ini juga?"
tantangnya. Tjioe Tjau Liong seketika itu juga merasakan seluruh tulang
belulangnya linu dan sakit walaupun semua tenaga sudah
dikeluarkanpun percuma saja akhirnya ia menghela napas
panjang. "Aku hanya ingin memberi sedikit pelajaran kepada budak2
ini aku tidak bermaksud menantang Siauw heng untuk
bergebrak." Sepasang mata Siauw Ling berkilat selapis hawa napsu
membunuh melintasi seluruh wajahnya.
"Djie Cungcu kau dengar baik2" ujarnya keren. "Apalagi
orang tua cayhe terluka barang seujung rambutpun aku Siauw
Ling tentu akan membasmi seluruh isi perkampungan Pek Hoa
San cung ini dan orang pertama yang akan menerima
kematian adalah Djie Cungcu pribadi."
Sembari berkata ia lepaskan cengkeramannya pada
pergelangan kanan Tjioe Tjau Liong.
Mendengar ucapan tersebut sang Djie Cungcu dari
perkampungan Pek Hoa San cung tertawa terbahak2.
"Haaa....haaa....kalau kupandang dari ucapanmu agaknya
Siauw heng merasa paling benci dengan diri cayhe?"
"Sedikitpun tidak salah...."
Setelah melihat hawa amarahnya yang berkobar2 dalam
dada Siauw Ling orang she Tjioe ini tidak berani mencari
gara2 lagi ia takut dirinya kena dikecudangi lagi oleh pemuda
tersebut. "Baiklah biar siauwte membawa jalan buru-buru."
Dengan langkah cepat ia segera berlalu.
Siauw Ling pun mengikuti dari belakangnya dengan
kencang ketika itulah Giok Lan mempercepat langkahnya
mendekati pemuda tersebut.
"Samya harap tenangkan hatimu jangan sampai membikin
pikiran jadi kawau balau."
Siauw Ling menghembuskan napas panjang ia tertunduk
sedih. "Aaaai....kedua orang tuaku sudah tua dan berbadan lemah
mana ia sanggup menahan siskaan ini?"
Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Beberapa saat kemudian mereka sudah tiba diruang tengah
perjamuan telah dimulai dengan Djen Bok Hong dikursi
pertama disamping itu terdapat pula seorang kakek tua kurus
kering berbaju hitam duduk saling berhadap2an dengan Toa
Cungcu. Kulit maupun badan orang ini kaku wajahnya kukoay susah
dilukiskan kalau bukan sepasang biji matanya berputar2
mungkin orang lain akan menganggapnya sebagai sesosok
mayat hidup. Terhadap orang ini Siauw Ling mempunyai suatu kenangan
yang sangat mendalam karena dia bukan lain adalah Tok so
Yok Ong yang ditemuinya sewaktu ada dikuil bobrok tempo
dulu. Halaman yang demikian luasnya hanya teratur sebuah meja
perjamuan kecuali dihadiri oleh Djen Bok Hong serta Tok So
Yok Ong tak kelihatan seorang manusiapun.
Ketika Tok So Yok Ong melihat munculnya Siauw Ling disitu
mendadak dari sepasang matanya memancarkan cahaya
tajam tiada hentinya ia perhatikan tubuh pemuda tersebut.
Menjumpai si raja obat bertangan keji terbayang kembali
dalam benak Siauw Ling akan peristiwa yang mengerikan
malam itu tak kuasa lagi hatinya merasa bergidik.
Djen Bok Hong tersenyum melihat kehadiran mereka
bertiga dengan cepat ia bangkit berdiri menjura.
"Mari....mari....kalian bertiga silahkan duduk" ujarnya
mempersilahkan. Jelas dari maksud ucapan itu memandang Kiem Lan, Giok
Lan sebagai tetamunya pula.
Dengan langkah lebar Siauw Ling berjalan mendekati meja
perjamuan cari kursi untuk duduk.
Kiem Lan, Giok Lan pun mengikuti jejak Siauw Ling duduk
dikedua belah sisinya. Sepanjang waktu kedua orang dayang ini menaruh rasa
hormat dan jeri yang luar biasa terhadap Djen Bok Hong kini
mengharuskan mereka duduk saling berhadapan sebagai
musuh hati mereka kebat kebit juga dibikinnya.
Kembali Djen Bok Hong tertawa hambar sembari angkat
cawan sendiri katanya, "Nona berdua sungguh beruntung
bagaikan sepasang mutiara yang bersinar Siauw heng bisa
memandang tinggi kalian membuat cayhepun harus
mengucapkan selamat kepada kamu berdua."
"Toa Cungcu terlalu memuji" sahut Giok Lan sambil
menjura. "Budak sekalian hormati watak Samya yang gagah
perkasa...." "Haaa....haaaa....jadi maksud kalian aku tidak sesuai untuk
menerima penghormatan kalian?" sindir Djen Bok Hong
tertawa terbahak2. Giok Lan kontan merasa jantungnya berdebar keras air
mukanya berubah merah padam.
"Budak tidak bermaksud demikian."
"Haaa....haaa....beberapa patah kata guyon jangan kalian
anggap sungguh2." Air mukanya mendadak berubah jadi keren sambungnya,
"Peraturan perkampungan Pek Hoa San cung kami selamanya
keras dan disiplin barang siapa yang berani berhianat
selamanya kami tidak kasih ampun kepada mereka ini hari aku
ingin mempertontonkan beberapa ornag penghianat
dihukum." Bicara sampai disitu ia ulapkan tangannya kemudian
bertepuk tangan dua kali.
Dari balik pepohonan serta bunga berkumandang suitan
panjang diikuti dari puncak loteng Wang Hoa Loo muncul
suara sautan. Jantung Siauw Ling berdebar semakin keras tak kuasa
iapun ikut mendongak ke atas.
Tambang bambu panjang perlahan-lahan muncul dari atap
loteng Wang Hoa Loo diujung bambu panjang itu terikatlah
seorang lelaki setengah telanjang yang hanya memakai celana
pendek. Jarak permukaan tanah dengan puncak loteng Wang Hoa
Loo sudah ada puluhan tombak tingginya, ditambah pula
orang itu digantung diatas bambu panjang yang dijalurkan
dari pucuk loteng keadaannya sangat mengerikan.
"Orang ini secara diam2 ada maksud menghianati diriku"
ujar Djen Bok Hong sambil memandang si orang yang
digantung diatas tiang. "Oleh karena itu ia berhak untuk
merasakan bagaimanakah rasanya kalau ditembusi dengan
berpuluh2 batang anak panah."
Ketika itulah mendadak suara desiran angin tajam
berkumandang memecahkan kesulitan sebatang anak panah
meluncur keluar dari loteng pertama tepat menghajar paha
orang itu.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suara jeritan bergema sangat menyayatkan hati butiran
darah muncrat keempat penjuru.
"Walaupun orang ini ada maksud berhianat tapi belum
melakukan sesuatu gerakan" sambung Djen Bok Hong lebih
lanjut. "Maka biarlah ia sedikit merasakan siksaan diatas tiang
penggantungan." Kembali ia ulapkan tangannya ke atas, seketika anak panah
berhamburan bagaikan hujan deras dari pelbagai tingkat
loteng mengarah tubuh orang itu.
Jeritan ngeri bergema sangat mengerikan darah muncrat
bagaikan hujan gerimis dalam sekejap mata seluruh badan
orang itu sudah dipenuhi dengan anak2 panah.
"Ooouw....sangat menarik. kematiannya sangat
memuaskan" seru Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa
San cung seraya melirik wajah Siauw Ling.
Suasana hening beberapa saat lamanya atau secara tibatiba
ia bersuitan kembali. Bambu panjang tadi perlahan-lahan ditarik kembali sebagai
gantinya dari loteng sebelah barat muncul kembali dua batang
bambu yang diatas masing-masing bambu terikat dua kursi
diatas kursi duduk seorang laki2 dan perempuan.
Setelah melihat dengan teliti siapa yang duduk diatas kursi
itu seketika itu juga Siauw Ling merasa nyawanya seperti
melayang diawang2. Matanya melotot keringat dingin
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Orang itu bukan lain adalah orang tuanya sendiri.
"Siauw heng sudah melihat jelas siapakah mereka" jengek
Djen Bok Hong tersenyum. Hawa bergidik muncul dari dasar hati Siauw Ling seluruh
badannya merinding keras.
"Sudah....sudah kulihat cepat turunkan" serunya cemas.
"Haaaaa....haaaaa....haaaaa....enteng sekali kau bicara
hubungan persaudaraan diantara kita sudah putus apakah kau
merasa ucapan ini tidak sedikit keterlaluan?"
Keringat dingin mengucur keluar semakin deras sambil
menyeka keringat kembali Siauw Ling berseru, "Apa yang
hendak kau katakan cepat diutarakan keluar...."
"Haaaa....haaaaa....haaa....tali yang mengikat kursi itu
diatas bambu walaupun kelihatan sangat tipis dan kecil tapi
kuatnya luar biasa Siauw heng tak perlu kuatir tali itu bisa
putus ditengah udara."
"Usia kedua orang tuaku sudah lanjut cukup digantung
ditempat tinggi sudah mengejutkan hati mereka mungkin
sekali perbuatanmu ini membuat mereka jadi ketakutan" kata
sang pemuda sedih. "Kalau Siauw heng belum memutuskan hubungan
persaudaraan dengan aku orang she Djen maka kedua orang
tuamu sama pula dengan kedua orang tuaku aku akan
menghormatinya sebagai seorang angkatan lebih tua...."
Siauw Ling merasakan setiap patah kata yang diucapkan
orang itu bagaikan sebuah palu besi yang menggodam hatinya
jantung berdebar keras keringat mengucur semakin deras
memikirkan kelamatan orang tuanya.
Lama sekali akhirnya ia berhasil juga menekan perasaan
tersebut ke dalam hati katanya tenang, "Peristiwa yang telah
berlalu tak akan balik kembali lebih baik kita bicarakan
persoalan yang terjadi didepan mata...."
"Baik" Djen Bok Hong tertawa hambar. "Siauw heng
bersiap sedia hendak menggunakan tindakan apa untuk
menolong aah ibumu?"
"Urusan sudah jadi begini Toa Cungcu pun tak perlu jual
maal lagi apa yang hendak kau suruh aku Siauw Ling lakukan
cepat diterangkan sejujur2nya."
Djen Bok Hong tersenyum. "Baik kita bicarakan secara blak2an saja asal kau bisa
mendapatkan batok kepala Hong tiang dari kuil Siauw limsi
maka ayahmu akan kami lepaskan."
"Hong tiang dari kuil Siauw lim si?" seru Siauw Ling
melengak. "Tidak salah dengan kepandaian silat yang dimiliki Siauw
heng rasanya tidak susah untuk mendapatka batok kepala
Hong tiang dari kuil Siauw lim si."
"Toa Cungcu" tiba-tiba Giok Lan menyela dari samping.
"Budak ada beberapa patah kata hendak diutarakan entah
sesuaikah kuucapkan?"
"Baik katakanlah."
"Toa Cungcu minta Samya mengambil batok kepala Hong
tiang dari kuil Siauw lim sie untuk melepaskan Looya seorang
rasanya untuk membebaskan Hujien masih ada syarat lain
pula." "Oooouw....sungguh teliti pendengaranmu."
Siauw Ling terkejut ia merasakan hawa mangkel menerjang
naik ke atas kerongkongan mendadak sambil bangun berdiri ia
berteriak gusar, "Kalau aku tidak setuju."
"Gampang sekali terpaksa aku harus menahan ayah ibumu
untuk selamanya di dalam perkampungan Pek Hoa San cung
ini." "Kepandaian silat Toa Cungcu sangat lihay sudah lama aku
Siauw Ling mendengarnya sungguh kebetulan ini hari aku
ingin minta pelajaran darimu."
"Haaa....haaa....aku percaya kau Siauw Ling bukan seorang
tukang pukul kasaran...."
Mendadak air mukanya berubah jadi keren dengan dingin
terusnya, "Sekalipun kau ada maksud untuk menantang aku
bergebrak itu merupakan urusan dikemudian hari saat ini jiwa
kedua orang tuamu masih berada dalam genggamanku
asalkan aku ulapkan tangan maka mereka berdua akan mati
tertembus oleh hujan anak panah."
Mendengar ancaman itu Siauw Ling mendongak
memandang ayah ibunya yang tergantung diangkasa
semangat jantannya seketika hancur luluh dengan sedih ia
menghela napas panjang. "Katakanlah masih ada syarat apalagi?"
"Dengan batok kepala Hong tiang kuil Siauw lim untuk
mengganti nyawa ayahmupun merupakan perbuatan satu
nyawa dibayar dengan satu nyawa aku rasa tidak saling
merugikan bukan" sedangkan mengenai ibumu urusan makin
gampang lagi." "Apa yang hendak kau lakukan?" seru Siauw Ling sambil
menekan pergolakan dalam dadanya.
"Haaaa....haaaa....haaa....gampang sekali asalkan kau suka
menyelundupkan masuk kegunung Bu tong san...."
"Membinasakan Boe Wie Tootiang agar orang2 Bu tong pay
membenci aku hingga merasup ketulang sumsum?" sambung
Siauw Ling dingin. "Kau mempunyai hutang budi dengan Boe Wie Tooiang
tentu mereka tak akan mencurigai dirimu asalkan kau bisa
turun tangan keji tanpa ia sadari bukankah urusan akan
berlangsung dengan sangat gampang?"
Siauw Ling mendongak menghembuskan napas panjang
saking sedihnya tak sepatah katapun bisa diutarakan lagi.
Sikap Djen bok Hong semakin dingin lagi sambungnya,
"Kita tetapkan saja perjanjian ini dnegan beberapa patah kata
tersebut kalau kau bisa memperoleh batok kepala Boe Wie
Tootiang, cayhe secara melepaskan ibumu. Kalau kau bisa
memperoleh batok kepala Tjiangbun tjiang dari Siauw lim sie
aku lepaskan ayahmu perkataan ini tak bisa diubah2 lagi."
Siauw Ling menunduk sedih, air mata jatuh bercucuran.
"Tidak ada cara lainnya lagi?" Djen Bok Hong segera
menggeleng. "Kita batasi waktu sampai tiga bulan, di dalam
tiga bulan ini cayhe bisa merawat ayah ibumu sebaik2nya."
Jelas dibalik ucapan tersebut ia mengartikan kalau dalam
tiga bulan Siauw Ling tidak dapat memperoleh batok kepala
Ciangbujien dari Siauw lim pay serta batok kepala dari Boe
Wie Tootiang maka ia akan mulai menyiksa kedua orang tua
Siauw Ling. Siauw Ling sendiripun tahu banyak bicara tak ada gunanya
perlahan-lahan ia bangun berdiri sambil menekan pergolakan
dalam dadanya. "Tiga bulan kemudian cayhe pasti akan muncul kembali
dalam perkampungan Pek Hoa San cung."
"Kau harus ingat usia orang tuamu sudah lanjut badannya
lemah sekali aku rasa ia tidak akan kuat menahan siksaan
badan" sambung Djen Bok Hong lebih lanjut. "Ketika Siauw
heng muncul kembali dalam perkampungan Pek Hoa San cung
cayhe berharap perkampungan Pek Hoa San cung cayhe
berharap kau telah berhasil memperoleh batok kepala
Ciangbunjien dari Siauw lim pay serta batok kepala dari Boe
Wie Tootiang." Siauw Ling merasakan beberapa patah kata dari Djen Bok
Hong ini bagaikan sebilah pisau belati yang menghujam dalam
dadanya seluruh badan gemetar keras tanpa bicara lagi ia
putar badan dan berlalu. Kiem Lan, Giok Lan saling bertukar pandangan merekapun
sama2 bangun berdiri. "Budak sekalian mohon diri" ujarnya berbareng.
"Haaa....haaa....nona berdua harus baik2 menjaga serta
merawat Siauw Ling jangan biarkan ia sakit karena
mendongkol bukan saja badannya akan rusak bahkan akan
mencelakai pula kedua orang tuanya."
"Toa Cungcu boleh berlega hati" seru Giok Lan dingin.
"Budak rasa masih sanggup untuk menasehati Samya."
"Bagus sekali maaf aku tak dapat menghantar kalian."
Kembali Kiem Lan, Giok Lan menjura lalu putar badan
mengejar Siauw Ling dan keluar dari perkampungan Pek Hoa
San cung. Pikiran pemuda she Siauw pada saat ini kacau balau tidak
karuan dadanya bergolak dan kebingungan dengan tiada arah
tujuan ia berjalan terus kedepan hingga akhirnya berhenti
ditepi sungai. Kiem Lan, Giok Lan pun tahu saat ini pikirannya sedang
kacau mereka tidak berani banyak bicara untuk memberi
nasehat karenanya selama ini selalu membungkam terus
sambil menguntil dari belakangnya.
Tapi sungai itu sangat sunyi dan liar ombak menggulung
saling berkejaran tak tampak sebuah sampanpun hilir mudik
diatas sungai. Memandang segulung ombak yang berkejaran Siauw Ling
berdiri termangu2 sepertanak nasi lamanya ia bungkam dalam
seribu bahasa. "Ssst....coba kau lihat agaknya kesadaran Samya sudah
mulai pudar" bisik Kiem Lan lirih kepada Giok Lan. "kita harus
mencari suatu akal untuk menyadarkan dirinya."
Belum sempat mereka melakukan sesuatu mendadak Siauw
Ling menghembuskan napas panjang dan berpaling.
"Aku sangat baik kalian tak usah repot ataupun
kebingungan." Giok Lan mengedipkan sepasang matanya.
"Dalam keadaan dan situasi semacam ini kita harus
menggunakan kecerdasan serta ketabahan untuk menghadapi
situasi yang kritis Samya kau harus baik2 berjaga diri untung
saja tiga bulan tidak terhitung pendek mungkin sekali dalam
jangka waktu selama ini kita berhasil mendapatkan suatu cara
untuk menolong Looya serta Hujien."
Siauw Ling menghela napas panjang.
"Aku sudah putus hubungan persaudaraan dengan Djen
Bok Hong serta Tjioe Tjau Liong lain kali tak usah menyebut
aku dengan sebutan Samya lagi."
"Budak sekalian sudah terbiasa memanggil dengan sebutan
Samya kalau tidak kami harus memanggil apa?" kata Kiem
Lan. "Panggil saja aku dengan Siauw Ling."
"Kalau sebutan ini budak tidak berani" buru-buru Giok Lan
menggeleng. "Kita sama2 manusia dari mana datangnya tingkat
terhormat dan tingkat bawah mengapa tidak boleh memanggil
aku sebutan Siauw Ling."
"Untuk memanggil dengan nama asli budak sekalian
kendati punya nyalipun tidak berani menyebut jikalau Siauw
ya memang begitu pandang kami enci dan adik, budak
memanggil diri Siauw ya dengan sebutan Siangkong saja...."
"Sesuka kalian mau panggil apa saja...." perlahan-lahan ia
duduk ke atas tanah. Giok Lan ikut berlutut disisinya sambil menghibur dengan
kata2 halus, "Budak sudah banyak menerima budi kebaikan
dari siangkong setiap hari ingin sekali kami balas budi
kebaikan ini dan kini Looya serta Hujien kena dikurung dalam
perkampungan Pek Hoa San cung tentu mereka tak ada orang
yang merawat maksud budak lebih baik aku kembali saja
keperkampungan mohon Djen Bok Hong suka mengijinkan
budak untuk merawat Looya serta Hujien Siangkong ada Kiem
Lan cici yang merawat rasanya sudah cukup."
"Apa" kau mau pulang keperkampungan pek Hoa San
cung?" seru Siauw Ling tertegun.
"Tidak salah aku mau merawat Looya serta Hujien."
"Sudahlah kau tak usah banyak buang pikiran Djen Bok
Hong tak akan setuju dengan permintaanmu ini."
"Kalau budak biarkan dia memusnahkan ilmu silatku dan
mengatakan kedatanganku karena mendapat perintah dari
Samya mungkin ia bisa menyetujuinya."
"Tidak bisa" seru Siauw Ling sambil menggeleng.
Mendadak terdengar suara gelak tertawa yang keras
memutuskan ucapan Siauw Ling yang belum selesai.
Pemuda itu segera berpaling kurang lebih satu tombak
dibelakangnya berdiri seorang lelaki kurus kering berbaju
hitam dengan angkernya orang itu bukan lain adalah Tok So
Yok Ong. Siauw Ling yang pada dasarnya sedang menekan hawa
mangkel di dalam dada melihat munculnya orang ini
meledaklah hawa amarahnya.
"Apa yang kau inginkan?" bentaknya sambil meloncat
bangun. "Sudah bocan hidup?"
Tok So Yok Ong tenang saja ia tertawa hambar.
"Aku ingin membicarakan soal jual beli dengan kau."
"Jual beli apa?"
"Bukankah kau iangain menolong orang tuamu yang
terkurung?" "Bisa menolong keluar kedua orang tua cayhe aku Siauw
Ling matipun rela." Si raja obat bertangan keji tertawa hambar.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tahukah kamu dikolong langit pada saat ini hanya Loohu
seorang yang bisa menolong sepasang orang tuamu?" ujarnya
kembali. "Baik katakan, apa syaratmu."
"Sekalipun Loohu tidak bicara, seharusnya dalam hati kau
paham sendiri bukan."
"Mengambil darah badanku untuk menolong jiwa putrimu."
"Tidak salah" si raja obat bertangan keji mengangguk.
"Cuma kali ini Loohu sudah mempersiapkan obat untuk
memulihkan kesehatanmu sembari melepaskan darah aku
kasih obat tambah darah untukmu dengan demikian walaupun
jiwa putri pun Loohu selamat, jiwamu pun tidak sampai
terancam, orang tuamupun bisa ditolong bukankah ini yang
dinamakan satu batu mendapat tiga hasil."
Loocianpwee" mendadak Giok Lan menimbrung dari
samping. "Budak ada beberapa patah kata rasanya tidak enak
kalau tidak diutarakan keluar."
"Cepat katakan."
"Sekalipun terhitung Loocianpwee berhasil menolong Siauw
Loo ya serta Siauw Hujien dengan lancar tindakanmu ini
bukankah akan mengakibatkan pencarian secara besar2an
oleh orang2 perkampungan Pek Hoa San cung...."
"Kita bisa mencari suatu tempat yang tersembunyi asal
tempat itu terpencil mereka tak bakal bisa menemukan diri
kita." "Bersembunyi untuk sementara sih bisa tapi selamanya aku
rasa tidak mungkin apalagi Loocianpwee sudah lama
bersahabat dengan Djen Bok Hong rasanya kau tahu bukan
bagaimanakah wataknya."
"Tentang soal ini Loohu sudah punya rencana."
"Kalau putrimu hanya ingin mengganti darah saja untuk
menyelamatkan jiwanya mengapa harus menggunakan darah
yang ada ditubuh Samya?" seru Giok Lan. "Budak rela
menyumbangkan seluruh darah yang ada ditubuhku untuk
menolong putrimu." "Budakpun rela menyumbangkan darahku untuk menolong
putrimu" sambung Kiem Lan cepat.
Si raja obat bertangan keji dengan cepat menggeleng.
"Kalau urusan ini demikian gampangnya Loohu setiap saat
dapat mencari sepuluh atau delapan orang untuk diambil
darahnya, apa perlunya membicarakan soal jual beli ini
dengan kalian" ujarnya dingin.
"Jika demikian adanya kau harus menggunakan darahnya
baru bisa?" "Sudah ada sepuluh tahun lamanya Loohu mencari diantara
seribu bahkan puluhan orang tapi hanya dua orang saja yang
bisa digunakan untuk mengganti darah putriku."
"Yang satu adalah cayhe, lalu siapa orang yang lain?" tanya
Siauw Ling tak tertahan. "Sekarang dikolong langit hanya tinggal kau seorang,
karena orang kedua sudah lama mati."
"Siapa." "Beritahu kepadamu pun tiada halangan tapi dengan
usiamu yang sedemikian kecil mana mungkin dengan orang
itu. Dia adalah Gak Im Kauw."
Seluruh badan Siauw Ling tergetar keras, buru-buru ia
menghembuskan napas panjang.
"Gak Im Kauw, nama besarnya sudah tersohor dimana2,
cayhe menaruh hormat kepadanya."
Si raja obat bertangan keji mendehem berat katanya tibatiba,
"Loohu tidak bisa lama berdiam diri kalau kau setuju
cepat ambil keputusan."
"Baik aku setuju" jawab Siauw Ling dengan wajah yang
kukuh. "Tapi cayhe harus melihat dulu kedua orang tuaku
sudah lolos dengan selamat...."
"Hal ini sudah tentu malam ini pada kentongan ketiga kita
berjumpa muka dalam kuil bobrok dimana kita pernah
berjumpa untuk pertama kalinya disana Loohu akan beritahu
kepadamu bagaimana caranya menolong ayah serta ibumu."
"Baik kita tetapkan demikian."
Sekali loncat Tok So Yok Ong berkelebat pergi lalu dalam
sekejap mata sudah lenyap dari pandangan.
Menanti bayangan punggung dari si raja oebat bertangan
keji sudah lenyap dari pandangan Giok Lan baru berpaling dan
memandang sekejap ke arah Siauw Ling.
"Siangkong kau benar2 setuju untuk melepaskan darah
buat menolong putrinya?"
"Sebagai manusia tidak bisa berbakti untuk orang tua hal
ini merupakan suatu tindakan yang salah apalagi sepasang
orang tuaku menderita disebabkan aku jangan dikata
melepaskan darah dibadanku sekalipun suruh aku hancur
leburkan badankupun tak akan kutolak."
"Tapi si raja obat bertangan keji bukan termasuk orang2
baik." "Aku tahu tapi demi menolong jiwa putrinya ia tak akan
melakukan siasat licik kitapun tak usah memikirkan persoalan
ini terlalu jauh." "Kalau si raja obat bertangan keji setelah melepaskan
darah Siangkong dan menolong jiwa putrinya lalu menangkap
kembali Looya serta Hujien untuk dijebolkan ke dalam
perkampungan Pek Hoa San cung bukankah Siangkong akan
tertipu mentah2?" "Aaaai....dalam keadaan seperti itu sekalipun tidak mati
seluruh kepandaian silatku akan punah kendati Djen Bok Hong
menangkap sepasang orang tuakupun percuma saja kalau
ilmu silatku sudah punah ia pasti tak mau mengurusi tentang
kedua orang tuaku lagi."
Giok Lan menghela napas panjang.
"Asal kau masih bisa bernapas Djen Bok Hong tak akan
melepaskan dirimu apalagi kalau Siangkong kehilangan ilmu
silatnya kau akan memperoleh hinaan cemohan serta siksaan
yang hebat orang2 kangouw memang dasarnya keji dan
bahaya Siangkong tak usah membicarakan soal kepercayaan
serta peraturan Bulim lagi dengan mereka."
"Menurut pendapatmu bagaimana baiknya?" tanya Siauw
Ling. "Maksud budak lebih baik kita menjanjikan suatu tempat
yang bersembunyi untuk bertemu kita turun tangan
bersamaan waktunya untuk menolong Looya serta Hujien
entah bagaimana maksud Siangkong?"
"Menggunakan tentara tidak bosan mengeluarkan siasat
makin licik siasat itu makin sempurna kita boleh saling
bermain siasat dengan Tok So Yok ong apa kau kira Tok So
Yok Ong sendiri tidak mengadakan persiapan?"
"Aaaai...." Kiem Lan menghela napas panjang. "Jumlah
tenaga kita tidak banyak sekalipun berhasil menolong Looya
serta hujien juga sulit untuk mengejar kita."
"Orang budiman selalu dilindungi Thian, Siangkong tidak
perlu terlalu murung akan soal ini" hibur Giok Lan cepat.
Siauw Ling mendongak dan menghembuskan napas
panjang. "Orang itu berjanji hendak menjumpai kita di dalam kuil
bobrok sore nanti sedang Tok So Yok Ong berjanji hendak
menjumpai kita pada kentongan ketiga ditempat yang sama
tidak kusangka kuil bobrok ini mempunyai jodoh dengan aku
Siauw Ling" "Siangkong" kata Giok Lan kemudian setelah memeriksa
sejenak suasana disekeliling perkampungan Pek Hoa San
cung. "Banyak tersebar pos2 pengintai yang mengawasi
semua gerak gerik kita maksud budak lebih baik kita berputar
dulu satu kalangan untuk mengacaukan perhatian mereka
setelah itu secara diam2 baru berusaha untuk telundup masuk
ke dalam kuil itu." "Baiklah aku ikuti saja pendapatmu."
Sembari berkata ia lari menuju ke arah selatan.
Demikianlah mereka dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dengan cepat berlari kedepan dalam
sekejap mata sepuluh li sudah dilewati.
Seperminum teh kemudian Siauw Ling sambil tersenyum
berhenti berlari sinar matanya menyapu sekejap
kesekelilingnya. Ditempat itu hanya terdapat sebuah rumah gubuk
disekelilingnya merupakan tanah ladang yang amat luas.
"Siangkong" seru Giok Lan sambil tersenyum. "Mari kita
beristirahat di dalam rumah gubuk itu sekeliling tempat ini
merupakan tanah ladang yang luas sekali pandang bisa
mengawasi pemandangan sejauh seratus tombak kalau para
pengintai dari perkampungan Pek Hoa San cung datang
mengawasi kita paling mudah bagi kita untuk
menemukannya." "Benar!" sambung Kiem Lan sambil mengangguk. "Lebih
baik lagi kalau kita berusaha menangkap seorang atau dua
orang pengintai mereka untuk paksa mengirim berita palsu
sehingga mengacaukan pengawasan mereka dengan demikian
gerakan kita akan lebih leluasa."
"Siauw moay pun punya maksud demikian."
Agaknya nyali kedua orang nona ini sudah bertambah
besar, sudah tentu saja tindakan mereka ini mendatangkan
rasa heran diatas Siauw Ling pikirannya, "Selamanya kedua
orang ini menaruh rasa hormat terhadap Djen Bok Hong.
Mengaoa sikap mereka saat ini bagaikan berobah dengan
orang yang lain...."
Karena berpikir demikian tanpa terasa ia sudah bertanya,
"Eeeeei....agaknya nyali kalian berdua sudah jauh lebih
besar?" Giok Lan tertawa lucu. "Apakah Siangkong merasa rada heran?" serunya.
"Kalian sudah lama hidup dibawah kekuasaan Djen Bok
Hong selamanya memandang dia sebagai dewa, mengapa
sekarang kalian punya nyali berani mencari gara2 dengan
dirinya." "Hal ini dikarenakan kami sudah memahami akan satu
persoalan." "Persoalan apa yang sudah kalian pahami?"
"Siangkong bersikap sangat baik kepada kami budak
sekalian bukan saja akan membantu Siauwya sekuat tenaga
sekalipun mai juga tidak menyesal inilah sebabnya mengapa
nyali budak berdua bertambah berani."
Ketika pembicaraan sedang berlangsung mereka sudah
mendekati rumah gubuk tersebut.
Diluar rumah gubuk yang terpencil ini bertumpuk2 gandum
disimpan disana kecuali itu tak tampak benda lainnya lagi.
Dengan langkah lebar Siauw Ling segera masuk kedalam.
"Aaaakh tempat ini tidak jelek" katanya memuji. "Kita bisa
beristirahat disini menanti sore hari sudah tiba baru kembali
kekuil bobrok tersebut."
Giok Lan tidak menjawab hanya secara tiba-tiba ia
mencabut keluar pedangnya sambil mengasi tumpukan
gandum disisinya. "Ayoh cepat menggelinding keluar kalau tidak akan kubakar
tumpukan gandum ini" teriaknya keras.
Siauw Ling mengerutkan dahi selagi mau bertanya
mendadak Giok Lan mengedipkan matanya terpaksa ia tahan
sabar. Kiem Lan pun menengus dingin.
"Enci mari kita keluar kita bakar saja tumpukan gandum
ini." Kedua orang ini satu tanya satu menjawab yang
dikatakanpun kata2 kosong belaka sedang dari balik tumpukan
gandum itu tidak kelihatan sesuatu gerakanpun.
"Beri aku korek api! kita bakar dari kedua belah pihak"
teriak Kiem Lan kembali. Baru saja ucapannya itu meluncur keluar tumpukan
gandum membelah dua dan meloncat keluarlah seorang
pengemis cilik berambut awut2an serta berkaki telanjang
sambil memandang kedua orang dayang itu ia tertawa
terbahak2. "Haaa....haaa....bagus2 sekali ternyata nona berdua
berhasil juga menipu keluar aku sipengemis dari tempat
persembunyian." Sinar mata Giok Lan berputar setelah memperhatikan
sekejap sipengemis cilik itu bentaknya, "siapa kau?"
"Seorang pengemis peminta2" jawab sipengemis sambil
tertawa. "Kuda dikolong langit dimanapun bisa menjumpai
bangsat apa perlunya kau keheranan."
"Hmm gerak gerikmu gesit jelas seorang jago Bulim yang
pandai bersilat." "Kalau benar gimana?"
"Sering kudengar ornag berkata dalam dunia persilatan ada
sebuah partai pengemis" tiba-tiba Kiem Lan menyela.
"Anggota dari partai ini kebanyakan kaum pengemis tetapi
kepandaian silat yang dimiliki sangat lihay apakah kau naggota
Kay pang?" "Dan kalian adalah anggota perkampungan Pek Hoa San
cung?" pengemis itu balik bertanya.
Selama ini Siauw Ling hanya membungkam terus sambil
berdiri disisi kalangan terhadap tanya jawab antara sipengemis
dengan kedua orang dayanganya ia tidak ambil gubris.
Oleh karena itu pengalamannya sangat cetek setelah
mendengar pertanyaan sipengemis segera jawabnya, Tidak
salah cuma sekarang kami sudah bukan anggota
perkampungan Pek Hoa San Cung lagi.
Walaupun watak sipengemis itu kukoay dan banyak akal
tapi ia dibikin melengak juga dengan jawaban sang dayang.
Mengapa" tanyanya. Sekarang kami sudah melepaskan diri dari ikatan
perkampungan Pek Hoa San Cung.
Mendadak ia merasa dirinya sudah terlanjur bicara, buruburu
sambungnya, "Apa maksudmu bertanya demikian
jelasnya?" Kalau apa yang kalian berdua ucapkan adalah kata
sejujurnya disini Cayhe memberikan ucapan selamat dulu
kepada kalian seru sipengemis sambil tertawa.
Apa yang kau tanyakan sudah kami jawab semua
sedangkan pertanyaan yang kami tanyakan seharusnya
kaupun memberi jawaban. "Sekalipun kalian adalah orang2 perkampungan Pek Hoa
San cung aku juga tidak takut tidak salah aku adalah anggota
Kay Pang seperti apa yang sering kau dengar."
Dari Cung San Pek yang sering bercerita Siauw Ling dapat
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahu bahwa partai Kay Pang merupakan partai terbesar
didaratan Tionggoan seratus tahun berselang, jumlah
anggotanya sangat banyak dan tersebar baik didaerah utara
maupun diselatan. Jago-jago lihay mereka sangat banyak mengungguli
kekuatan partai besar lainnya bahkan partai Siauw Lim yang
dianggap sebagai sumber dari segala ilmu silatpun tidak bisa
menandingi kekuatannya. Tiga puluh tahun berselang mendadak ditubuh Kay pang
terjadi suatu perubahan drastis. Para tianglo dari partai itu
saling berebut jadi ketua sehingga mengakibatkan terjadinya
suatu pembunuhan besar2an diantara sesama anggota.
Pihak yang kalah akhirnya bersekongkol dengan pihak luar
untuk menghantam pihak yang menang. Hal mana tentu saja
mengakibatkan pertarungan tersebut semakin mengerikan.
Di dalam pertempuran ini akhirnya kedelapan belas Orang
Tianglonya sama2 tewas. Ini mengakibatkan pula banyak ilmu
silat lihay dari partai mereka ikut dibawa kekubur.
Sejak kejadian itu pamor Kay Pang makin merosot kendati
begitu kalau dibicarakan dalam jumlah anak muridnya
perkumpulan mereka masih terhitung sebagai partai besar.
Perlahan-lahan sinar mata sipengemis itu dialihkan ke atas
tubuh Siauw Ling dan memperhatikan dari atas hingga
kebawah Ooooouw.... kiranya Sam Tjungtju dari perkampungan Pek
Hoa San tjung, sudah lama aku sipengemis cilik mendengar
nama besarmu serunya cepat.
Dari mulut Ih, Ouw, Siang, Kan, Tjung Piauw Pa Tju, aku
sipengemis cilik telah mendengar nama besar dari Siauw
heng. Saat ini Be Boen Hwie ada dimana" Ini hari Siauw te masih
banyak persoalan yang harus diselesaikan, besok siang
bagaimana kalau kita berjumpa lagi disini.
Peng Im termenung sejenak, akhirnya ia mengangguk.
Baik, kita berjanji begitu saja....
Ia merandek sejenak lalu sambungnya, Untuk sementara
aku mengalah dan berikan tempat ini untuk kalian bertiga.
Sekali loncat ia melayang keluar dari gubuk dalam sekejap
mata sudah lenyap dari pandangan.
Siauw Ling menghela napas panjang perlahan-lahan ia
melangkah keujung gubuk dan duduk bersila, ujarnya, Orang
yang hendak kita jumpai sore nanti masih sulit diduga
bagaimana keadaannya. Lebih baik kita duduk bersemedi
untuk mengatur pernapasan.
Tanpa buang banyak waktu Kiem Lan menuju kepojokan
gubuk dan mulai duduk bersemedi.
Mendadak.... Suara ringkikan kuda berkumandan dari tempat kejauhan
makin lama semakin mendekat, bahkan jumlah yang datang
tidak sedikit, Tampaklah dari tempat kejauhan meluncur datang kereta
kuda dengan cepatnya. Ditengah dataran yang sunyi dan terpencil secara tiba-tiba
muncul sebuah kereta kuda yang lari kencang2 kejadian ini
sudah tentu luar biasa sekali.
Sewaktu Giok Lan bermaksud menyadarkan Kiem Lan
mendadak horden kereta tersingkap dan meloncat keluar
seorang perempuan genit berbaju serba putih sebuah sulaman
bunga dari benang emas didadanya.
Terdengar perempuan muda itu tertawa terkekeh2 Eeei....
apakah Sam Cungcu ada disini" tegurnya lirih.
Orang ini bukan lain adalah Kiem Hoa Hujien yang memiliki
banyak benda beracun. Giok Lan tahu ia tak bakal sanggup menghadang dirinya
karena itu sengaja ia menegur dengan mempertinggi
suaranya. Hujien baik2kah selama ini"
Jelas meminjam kesempatan ini ia hendak memberikan
peringatan buat Siauw Ling serta Kiem Lan.
Bagaikan segulung angin taupan Kiem Hoa Hujien langsung
menerjang masuk ke dalam ruangan.
Waktu itu Siauw Ling sudah tersadar dari semedinya, diam2
iapun telah mengadakan persiapan.
Setibanya di dalam ruangan Kiem Hoa Hujien
mengeluarkan tangannya yang putih dan halus untuk
membereskan rambutnya lalu tertawa.
Haaa.... beruntung kau belum pergi terlalu jauh.
Terhadap Kiem Hoa Hujien ini Siauw Ling merasa bimbang
bercampur benci, segera jawabnya, Mengapa"
Saudara cilik urusan segampang ini masa kau tak bisa
berpikir" Kalau kau sudah pergi jauh mana aku bisa
menemukan dirimu sedemikian gampang"
Tiada tempat berteduh yang tepat, empat penjuru sebagai
tempat tinggal. Kau anggap Shen Bok Hong bisa melepaskan dirimu"
Aku tidak jeri terhadap dirinya....
Sudahlah jangan bicara begitu Kiem Hoa Hujien tertawa
bukankah kau setuju untuk membunuh Hong Tiang dari Siauw
Lim Sie" Selama ini kuil Siauw Lim sie dipandang jago-jago daratan
Tionggoan sebagai tulang punggung dunia persilatan, aku
duga penjagaan disana tentu sangat ketat. Dengan kekuatan
kau seorang mana mungkin berhasil membunuh mati sang
Ciangbun Hongtiang dari Siauw Lim Sie.
Siauw Ling dapat meresapi alasan2 yang benar dari ucapan
perempuan ini tak kuasa ia menunduk sedih dan menghela
napas panjang. Perkataan hujien sedikitpun tidak salah.
Kiem Hoa Hujien tertawa senang.
Sejak kita berkenalan baru untuk pertama kali ini kau
memuji diriku.... serunya.
Perlahan lahan Siauw Ling mendongak ke atas butiran air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Eeeei.... mengapa kau suka membantu diriku, tanya Siauw
Ling melengak. Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh2.
Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku. Baik2lah kalian
merawat dirinya jangan bertindak secara gegabah. Nah aku
pergi dulu.... Dalam sekali loncat ia sudah berada diluar ruangan.
Sambil memandang bayangan kereta yang makin menjauh
Giok Lan menghela napas. Pikiran Siauw Ling dipenuhi dengan persoalan, lama sekali
ia berusaha belum berhasil juga, perlahan-lahan ia bangun
berdiri dan mengalihkan sinar matanya keluar jendela.
Pemuda ini menemukan rerumputan diluar jendela sedikit
bergoyang walaupun waktu itu tidak ada angin berhembus.
Kurang lebih seperminum teh kemudian rumput tadi
kembali bergoyang lalu pulih lagi seperti sedia kala,
Kali ini rumput itu tersingkap lebih besar, jelas dibalik
semak seseorang yang sedang mengintai.
Kembali sepeminum teh berlalu mendadak rumput tadi
tersingkap lebar dan muncullah selembar wajah yang penuh
keseriusan dengan sepasang mata yang besar jeli melongok
ke dalam ruangan. Wajah orang ini sangat dikenali Siauw Ling, dalam sekali
pandang saja ia sudah mengetahui sebagai sinona berbaju
hijau yang dijumpai waktu membokong Cioe Cau Liong
dirumah makan kota Koei Cho.
Tampak sepasang mata yang besar jeli dilapisi hawa napsu
membunuh dengan tajam memandang keadaan dalam
ruangan. Disertai serentetan cahaya tajam dengan membawa desiran
perlahan meluncur masuk ke dalam ruangan langsung
mengancam dada Siauw Ling.
Tangan kanan Siauw Ling dengan cepat menyambut
datangnya senjata rahasia tersebut. Tanpa banyak bergerak ia
simpan senjata rahasia tersebut ke dalam saku dan tetap
duduk tak berkutik.... Tampak sepasang mata yang penuh dengan napsu dendam
itu muncul kembali dari balik jendela dengan mendelong ia
melototi wajah Siauw Ling lalu mengalihkan sinar matanya ke
arah kedua orang dayang itu....
Tampak selembar wajah yang mencuri lihat dari balik
jendela perlahan-lahan lenyap dari pandangan, jelas ia tidak
bermaksud membokong kedua orang dayang tersebut.
Hanya ada satu hal yang membuat Siauw Ling tidak
paham, badannya tidak terdapat luka. Badannya tidak
terdapat luka, badanpun tetap tak berkutik. Apakah gadis itu
tak dapat melihat kalau ia sedang berpura2.
Beberapa saat kemudia Giok Lan serta Kiem Lan berturut2
telah sadar dari semedinya. Gadis itu bangun berdiri membuka
pintu, setelah memeriksa cuaca katanya lagi,
Sang surya sudah hampir lenyap dibalik gunung. Paling
banyak setengah jam kemudian hari akan gelap, bagaimana
kalau sekarang juga kita berangkat"
Baik, ayoh berangkat kata Siauw Ling.
Setelah keluar dari gubug dengan ilmu meringankan tubuh
ia berlari menuju kekuil.
Siauw Ling langsung menuju keruang belakang dimana
terdapat peti mati, membuka penutup dan melongok kedalam,
Tapi peti mati itu kosong, orang yang terluka tadi sudah
lenyap dari sana. Ia sudah menipu kita, bisik Giok Lan lirih,
Sebelum ucapan itu selesai diutarakan, mendadak
terdengar suara terbangnya seekor burung melayang masuk
ke dalam ruangan. Seekor burung beo telah muncul dari balik
senja. Burung beo itu terbang mengelilingi ruangan satu kali
kemudian baru perlahan-lahan terbang keluar.
Di bawah bimbingan sang burung beo ketiga orang itu
dibikin lupa arah manakah mereka pergi.
Setelah berjalan kurang lebih tujuh delapan li sampailah
beberapa orang itu didepan sebuah rumah petani.
Dengan dipimpin oleh Siauw Ling, kedua dayang itu ikut
melangkah masuk kedalam. Malam hari sudah tiba hal mana menambah kegelapan
dalam ruangan tersebut sehingga sulit melihat lima jari
sendiri. Dengan dasar tenaga lweekang yang sempurna dari Siauw
Ling, sepasang matanya berhasil dilatih sangat tajam sehingga
dapat melihat ditempat kegelapan bagai ditempat terang saja.
Kurang lebih enam tujuh langkah didepan mereka berdirilah
sesosok bayangan perempuan.
Kalian bertiga silahkan ikut aku masuk kedalam,
Sembari berkata ia putar badan berlalu.
Dengan pedoman bayangan punggung sigadis itu Siauw
Ling melangkah kedepan diikuti Kiem Lan serta Giok Lan dari
belakang. Tampak gadis itu menerobos ruangan belakang membuka
pintu kecil dan berjalan terus kemuka melintasi sebuah jalanan
kecil yang sunyi dan terpencil....
JILID 11 Sambil memandang bintang yang bertaburan dilangit Siauw
Ling berpikir, "Orang kangouw paling suka merahasiakan
keadaan sendiri gubuk petani tadi sama sekali tiada sangkut
pautnya dengan mereka, apa maksud mereka memancing aku
memasuki dahulu ruangan gubuk tersebut .... sungguh
mengherankan..." Sewaktu ia masih berpikir perempuan sipembawa jalan
yang berada didepan sudah berhenti, sudah sampai harap
kalian bertiga suka menunggu sejenak disini katanya.
Melihat dirinya kembali disuruh menunggu dalam hati
Siauw Ling merasa gusar, "Hmm entah permainan apa lagi
yang sedang mereka lakukan" pikirnya dalam hati kalau sejak
tadi tahu begini aku tak sudi datang memenuhi janji ini."
Sekalipun dalam hati menggerutu diluar ia masih bersikap
sungkan. Giok Lan sebagai seorang gadis yang cerdik lagi teliti
mendadak menemukan suatu hal yang mencurigakan hatinya
ia merasa siperempuan pembawa jalan itu selalu berusaha
menghindari perjumpaan muka dengan mereka ia selalu
melengos bahkan waktu bicarapun membelakangi diri mereka
bertiga. Timbullah rasa ingin tahu dalam gadis cerdas ini pikirnya.
Apakah orang ini mempunyai hal2 yang malu diperlihatkan
kepada orang lain" mengapa ia selalu melengos dan
membelakangi kami" Karena curiga dan tak dapat menahan diri perlahan-lahan
Giok Lan mulai bergeser kesamping dan berputar ke arah
muka bermaksud melihat bagaimanakah wajah perempuan
itu. Siapa nyana gadis itu mempunyai kewaspadaan yang tinggi
baru saja Giok Lan bergeser selangkah ia sudah bergeser
kesamping menghindari pertemuan mata dengan Giok Lan.
Aku harap kalian bertiga suka menanti ditempat ini katanya
dingin, Jangan sembarang pergi atau berlalu sesuka hati anda.
Langkahnya dipercepat mendadak ia meloncat ke depan
dan melayang pergi loncatannya sungguh lihay sekali bergerak
satu tombak telah dilalui dengan enteng.
Ehmmm tidak jelek ilmu meringankan tubuh orang ini puji
Siauw Ling di dalam hati.
Tampak bayangan tubuh perempuan itu bergerak kedepan
di dalam beberapa kali kelebatan saja ia sudah lenyap dibalik
kegelapan. Memangdang hingga bayangan perempuan itu lenyap dari
pandangan Giok Lan baru berpaling ke arah Siauw Ling.
Siangkong apakah dalam hati kau menaruh curiga"
tanyanya setengah berbisik.
Ehmmm aku tidak begitu senang dengan tindak tanduk
mereka yang main sembunyi.
Banyak perguruan serta partai dalam dunia persilatan yang
sengaja bersikap misterius guna menambah kewibawaan
perkumpulannya, ini sudah sering kita dengar orang berkata.
Sedang orang ini telah terluka parah dan takut ada musuh
yang datang menyerang bisa saja mengatur persiapan seketat
dan secermat ini Tapi siperempuan pembawa jalan itu sangat
mencurigakan, setiap kali ia berusaha menghindari bentrokan
pandangan dengan kita orang, apakah Siangkong merasakan
hal ini".
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tidak salah setelah kau ungkap kembali aku baru teringat
hal ini sebenarnya beberapa kali ia berdiri dalam posisi saling
berhadapan muka dengan aku, tapi setiap kali pula kena
dihindari olehnya. Mungkinkah diatas wajahnya tumbuh suatu penyakit atau
cacad sehingga dia malu kalau sampai kita melihatnya" kata
Kiem Lan memberi pendapatnya.
Semoga saja apa yang enci katakan benar. akupun
berharap perbuatannya ini bukan disebabkan alasan yang lain.
Ehmm.... aku rasa persoalan ini tak akan segampang apa
yang kalian sayangkan. Sebaliknya Siauw Ling berpendapat
lain setelah ia termenung sejenak.
Budak menaruh curiga kalau orang ini pernah saling kenal
dengan kita sehingga ia tidak berani berhadap hadapan
dengan kita. takut kita mengenalinya kembali ujar Giok Lan.
Siauw Ling segera mengangguk.
Dugaan ini ada kemungkinannya benar,
Seembari berkata dia merogoh ke dalam sakunya meraba
senjata peluru kecil yang ditangkapnya sewaktu ada di dalam
rumah gubuk siang tadi pikirnya dalam hati, Apakah mungkin
dia" Yang dimaksudkan, Dia dalam benaknya adalah sinona
berbaju hijau yang selalu berada disisi sinaga sakti berlengan
delapan Toa Bok Ceng tapi pikirannya ini segera dipunahkan
setelah mengingat si orang yang menderita luka bukan Toa
Bok Ceng sendiri. Sewaktu ia masih berpikir mendadak terdengar suara yang
nyaring tadi kembali berkumandang datang, Saudara bertiga
silahkan datang kemari. Siauw Ling segera mendongak dilihatnya sesosok bayangan
perempuan berdiri kurang lebih dua tombak dari arah mereka
berdiri ditengah malam yang gelap sekalipun Siauw Ling
memiliki ketajaman mata melebihi siapapun gagal juga untuk
melihat jelas bagaimanakah raut mukanya dia hanya berhasil
meraba lekukan badannya serta tinggi badannya yang besar.
Giok Lan memang dalam hatinya menaruh curiga begitu
mendengar seruan tersebut ia segera menghampiri siapa
sangka lawan sudah sampai disitu
Baru saja Giok Lan bergerak sejauh satu tombak
perempuan itu sudah putar badan berjalan ke depan terlebih
dahulu. Maafkan aku terpaksa harus berjalan selangkah terlebih
dahulu serunya. Siauw Ling serta Kiem Lan cepat-cepat mengikuti jejak Giok
Lan lari kedepan tapi perempuan tadi sudah bergerak empat
lima depa lebih kedepan. Karena maksudnya gagal terpaksa ketiga orang iru
menguntil saja dibelakang perempuan itu.
Kembali mereka melakukan perjalanan sejauh setengah li
dan akhirnya tiba didepan sebuah halaman bangungan yang
tinggi dan besar Tampaknya gadis itu mendorong pintu
membuka jalan bagi tamunya untuk masuk ke dalam ruangan.
Saudara bertiga silahkan masuk, katanya mempersilahkan.
Walaupun diluaran kata2 ini diucapkan penuh kesopanan
tapi ia melangkah terlebih dulu kedalam,
Gerakannya kali ini cepat dan sebat sama sekali tak
memberi kesempatan bagi Siauw Ling sekalian untuk
memperhatikan keadaan ruang bangunan tersebut,
Setelah menerobosi dua buah halaman luas mereka
berputar dan masuk ke dalam sebuah serambi
Meminjam cahaya bintang yang remang2 kali ini Siauw Ling
dapat melihat bahwa perempuan sipembawa jalan itu
memakai baju warna serba biru hanya saja bagaimana raut
mukanya kembali pemuda ini gagal untuk melihat jelas.
Waktu itu perempuan berbaju biru tadi sudah berada
didepan sebuah bangunan rumah yang tinggi besar ia berhenti
seraya berkata, Saudara bertiga silahkan masuk.
Setelah membuka pintu kembali gadis itu makin besar rasa
ingin tahu yang bergelora dalam dada Siauw Ling bertiga tapi
selama ini tak ada sebuah kesempatanpun yang berhasil
mereka temui untuk melihat bagaimanakah raut muka orang
ini, Kali ini sebelum Siauw Ling melangkah masuk ke dalam
ruangan Kiem Lan telah mendahului meloncat kedepan.
Siauw Ling mengerti gadis ini tentu takut di dalam ruangan
telah dipasang alat2 jebakan karena itu berbuat membawa
jalan didepan. Dengan demikian asalkan didepan ada bahaya ataupun
serangan bo'ongan maka yang kena nomor satu bukan Siauw
Ling melainkan Kiem Lan yang ada didepan sudah tentu saja
dengan demikian banyak memberi kesempatan padanya untuk
mengadakan persiapan. Cahaya api berkelebat memenuhi ruangan suasana yang
gelap gulita itu segera diterangi dengan cahaya sebatang lilin.
Diatas sebuah pembaringan kayu yang luas dan besar
duduklah bersaudara seorang lelaki berbaju kuning yang batok
kepalanya dibalut kain putih,
Didepan pembaringan kayu berdiri seorang bocah lelaki
yang mencoreng pedang dipunggung dan membawa sebatang
lilin ditangan. Begitu mereka bertiga melangkah masuk ke dalam ruangan
si orang berbaju kuning itu segera menghela napas panjang.
Saudara bertiga harap suka memaafkan tindakan kami
yang keliwat hati2 ini demi menjaga keselamatan terpaksa
banyak penjagaan harus kuatur, aku rasa kalian bertiga tak
akan marah bukan" Tidak berani tidak berani bagaimana dengan luka Heng
thay" sudah lebih baik"
Keadaan luka sih sudah banyak baikan terima kasih atas
perhatian kalian bertiga.
Aaaai kalau cayhe sekalian sejak semula sudah tahu bahwa
Heng thay telah ditolong orang kami pun tak usah datang
kemari menepati janji lagi.
saudara dapat begitu pegang janji cayhe merasa sangat
kagum perjalanan Heng thay kali ini tentu tak akan kubiarkan
sia2 belaka ada sebuah benda berharga harap saudara suka
terima sebagai hadiah tanda terima kasih.
Mendengar ia hendak diberi hadiah Siauw Ling segera
tertawa dingin, Heng thay kau jangan salah sangka kedatangan kami
bukan untuk minta balas jasa kami hanya merasa kuatir buat
keselamatanmu tentang balas jasa apalagi barang berharga
cayhe merasa tidak sanggup untuk menerimanya,
Ia merandek sejenak lalu terusnya,
Cayhe masih ada urusan lain yang harus diselesaikan maaf
kami tak dapat berdiam disini terlalu lama dan selamat tinggal.
Ia putar badan segera hendak berlalu.
Heng thay harap tunggu sebentar seru orang berbaju
kuning iru buru-buru. Siauw Ling berhenti dan berpaling.
Saudara masih ada urusan apa"
Merepotkan Cuwi jauh2 datang kemari cayhe merasa
sangat tidak enak hati....
Hanya sedikit urusan kecil harap Heng thay jangan pikirkan
dalam hati.... Tolong tanya siapakah nama besar Heng thay" tanya si
orang berbaju kuning itu lagi lambat.
Cayhe Siauw Ling Bagaimana jantungnya digodam dengan sebuah martil
besar seluruh tubuh si orang berbaju kuning itu gemetar
sangat keras. Kau adalah anggota perkampungan Pek Hoa San cung"
serunya cemas Aaaai.... .... dua hari berselang cayhe memang masih
menjabat sebagai Sam Cungcu dari perkampungan Pek Hoa
San cung kata Siauw Ling sambil menghela napas panjang
Tapi sekarang aku sudah berubah jadi musuh bebuyutan
orang2 asal perkampungan Pek Hoa San cung
Apa maksud ucapanmu ini"
Alasan dibalik kejadian ini susah bagiku untuk diutarakan
hanya yang jelas ucapan dari cayhe ini muncul dari dasar
lubuk hatiku setiap patah kata adalah kata2 sejujurnya.
Si orang berbaju kuning itu termenung sejenak akhirnya ia
berkata, Perduli kau adalah anggota dari perkampungan Pek
Hoa San cung atau bukan yang jelas watakmu masih belum
kehilangan keperkasaan seorang lelaki sejati.
Bicara sampai disitu ia merandek dan berpaling ke arah
sibocah yang disisinya dan bisiknya lirih,
Bawa kesini bungkusan kuning yang ada disamping
bantalku dan berikan kepada Siauw heng ini.
Bocah itu menyahut dari bawah bantal si orang berbaju
kuning tadi diambilnya sebuah bungkusan kecilberwarna
kuning dan diserahkan ketangan Siauw Ling.
Pemuda she Siauw tidak langsung menerima bungkusan
kuning tadi sebaliknya dengan sepasang mata yang tajam
diperhatikannya benda itu dengan seksama.
Hey-thay dapatkah kau jelaskan dulu apa isi benda
bungkusan kuning itu. Tapi si orang berbaju kuning itu tidak menerangkan
sepasang matanya perlahan-lahan dipejamkan dan bersandar
ditepi dinding. Sudah cepatlah kau terima serunya lirih Loohu sudah tidak
tahan lagi segera harus beristirahat.
Selama mengadakan pembicaraan dengan Siauw Ling
ornag itu selalu membahasai diri sebagai saudara tapi kini
secara mendadak nada ucapannya berubah.
Terpaksa Siauw Ling menerima buntalan kain kuning itu
dan ditimang2nya ditangan ia merasa benda tersebut sangat
enteng. Belum sempat dibuka buntalan tadi mendadak si orang
berbaju kuning tadi sudah berkata lagi dengan suaranya yang
berat dan rendah. Jangan dilihat cepat bawa pergi.
Mendapat teguran Siauw Ling berhenti dan segera menjera.
Cayhe akan menurut perkataan saudara.
Ia merandak sejenak lalu ujarnya lagi.
Tolong tanya siapakah nama Heng thay bolehkan cayhe
mengetahui. Sudahlah tidak perlu dikemudian hari kau bisa tahu dengan
sendirinya kalian bertiga silahkan cepat cepat pergi berlalu
dari sini. Harap Heng thay suka baik2 jaga diri.
Sesudah menjura dengan langkah lebar Siauw Ling berjalan
keluar dari ruangan tersebut.
Kiem Lan Giok Lan menguntil dari belakang sang pemuda
berjalan keluar dari ruangan itu pula.
Belum saja mereka bertiga berlalu sejauh beberapa tombak
cahaya lilin yang menerangi ruangan itu sudah padam
sehingga suasana pulih kembali seperti sedia kala gelap gulita
susah melihat lima jari tangan sendiri.
Aaaai.... orang ini sungguh misterius seru Siauw Ling
menghela napas panjang. Giok Lan, Kiem Lan mau menjawab tapi pada saat itulah
mendadak terdengar suara yang nyaring dan berat
berkumandanga datang, Kalian bertiga harap suka datang
kemari. Siauw Ling tidak berkutik ia teliti dulu suara yang barusan
didengar setelah dikenalnya sebagai suara siperempuan
berbaju biru yang menghantar jalan buat mereka tadi pemuda
ini lantas berpaling sejenak kepada Kiem Lan.
Aku lihat urusan ini ada sedikit kukoay katanya lirih.
Agaknya orang yang berbaju kuning ini mempunyai
kedudukan tinggi tapi sudah kehilangan kebebasannya
disamping ia memperoleh perlindungan orang lain juga
mendapat pengawasan yang ketat dari orang2 itu.
sedikitpun tiak salah jawab Giok Lan seraya mengangguk
mari kita tengok kesana Demikian ketiga orang itu segera berjalan ke arah mana
suara tadi terdengar kurang lebih empat lima tombak
tempaklah si perempuan berambut panjang itu sedang berdiri
menantikan kedatangan mereka dibawah kerdipan cahaya
bintang. Angin malam berhembus lewat menggoyangkan rambutnya
yang panjang serta mengibarkan ujung gaunnyayang terurai
kebawah. Agaknya tidak mirip nona sipembawa jalan tadi bisik Giok
Lan kepada Kiem Lan. Yang dibisiki segera mengangguk.
Terdengar Siauw Ling mendehem perlahan lalu menegur,
Apakah nona sedang menyapa kami sekalian"
Panggil aku Hujien, tukas siperempuan berbaju biru itu
dingin iapun berdiri dengan membelakangi mereka bertiga.
Siauw Ling tertegun akhirnya menyapa juga, Hujien....
Tidak salah panggil aku Hujien
Hujien menyapa kami sekalian entah ada urusan apa"
tanya Siauw Ling kemudian
Kalian sudah jumpa dengan dia"
Hmmm.... ornag in bersikap sembunyi2 mendatangkan
perasaan misterius bagi orang lain entah apa maksudnya"
pikir sang pemuda dalam hati sedang diluaran ia menyahut,
Maksudnya si orang berbaju kuning itu"
Tidak salah dia adalah suamiku
Oooouw .... kiranya kau adalah ....
Mendadak pemuda she Siauw ini teringat bahwa ia sama
sekali tidak kenal siapakah nama si orang berbaju kuning itu
karenanya ucapan hanya diutarakan sampai setengah jalan
saja lalu membungkam Apakah suamiku pernah menyerahkan semacam benda
kepadamu" kembali siperempuan berbaju biru itu bertanya.
Ia menyerahkan sebuah bungkusan kain kuning kepadaku.
Bagus sekali letakkan bungkusan kuning itu ke atas tanah
dan kalian buru-buru berlalu dari sini.
Siauw Ling memandangn sejenak bungkusan warna kuning
itu dan mengikuti ucapannya meletakkan benda tadi ke atas
tanah pikirnya. Kalian adalah suami istri aku rasa berikan kepadamu pun
sama saja.... .... Karena berpikir demikian setelah meletakkan benda tadi ke
atas tanah ia segera putar badan bermaksud pergi dari sana
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atau secara mendadak teringat olehnya akan sesuatu hal.
Terbayang kembali oleh pemuda ini sewaktu si orang
berbaju kuning itu menyerahkan benda tersebut kepadanya
jelas air muka maupun nada ucapannya sangat serius dan
bermaksud menitipkan benda ini kepadanya, benarkah
perempuan ini adalah istri orang itu iapun tidak dapat
membuktikan jikalau sampai benda berharga ini dirampas
orang lain bagaimanakah pertanggungan jawabnya
dikemudian hari. Agaknya siperempuan berbaju biru itu merasa bahwa Siauw
Ling telah meletakkan bungkusan tadi ke atas tanah
mendadak pnggangnya menekuk tangan kanan secepat kilat
bergerak menyambar ke arah bungkusan tadi.
Pada saat siperempuan berbaju biru itu mengarahkan
tangannya untuk menyambar bungkusan tadi bersamaan
waktunya pula Siauw Ling menggerakkan tangan kanannya
untuk menyambar kembali bungkusannya.
Jarak Siauw Ling dengan benda itu jauh lebih dekat
karenanya sewaktu jari tangan perempuan berbaju biru tadi
menempel dengan kain bungkusan Siauw Ling sudah berhasil
merampas kembali benda itu ke dalam genggaman.
Melihat maksudnya gagal siperempuan berbaju biru itu jadi
gusar tangannya langsung menyerang pergelangan Siauw Ling
dengan sebuah serangan totokan yang gencar.
Buru-buru Siauw Ling menarik kembali pergelangannya
meloncat mundur lima depa ke belakang.
Perempuan berbaju biru itu sungguh, lihay dalam
gerakannya merebut bungkusan kunging serta menyerang
urat nadi diatas pergelangan sangan pemuda, ia sama sekali
tidak berpaling barang sekejap pun.
Setelah Siauw Ling berhasil merebut kembali buntalan kain
kuning itu, dengan nada berat segera ujarnya, Cayhe tidak
bisa membuktikan kalau kau adalah Hujien orang itu maaf
kalau aku tak dapat memberikan benda itu kepadamu.
Kalian tak bakal berhasil membawa pergi benda itu buat
apa kamu semua mencari kerepotan buat diri sendiri.
Melihat niat yang begitu besar dari siperempuan ini untuk
memperoleh bungkusan yang didapatkan dari si orang berbaju
kuning Siauw Ling jadi suriga pikirnya, Benda berharga apakah
yang ada di dalam bungkusan itu" agaknya suatu benda yang
sangat penting dan berharga.
Hujien jangan salah paham cayhe sama sekali tidak berniat
untuk mengangkangi benda ini hanya saja cayhe tak dapat
membuktikan kedudukan yang sebetulnya dari Hujien
sehingga susah bagiku untuk menghadiahkan benda itu
kepada orang lain dengan demikian gampang.
Secara bagaimana kau baru suka percaya aklau aku adalah
Hujiennya" akhirnya siperempuan berbaju biru ini bertanya.
Kalau kau benar2 adalah Hujiennya mengapa ia tidak suka
memberikan benda ini kepadamu sebaliknya diberikan kepada
seorang asing yang sama sekali tiada sangkut paut dengan
dirinya. Tahukah kamu orang benda apa yang berada di dalam
bungkusan kuning itu. Tidak tahu cayhe belum membukanya untuk diperiksa.
Kalau kau tidak mau berikan benda itu kepadaku lain kali
jangan menyesal ancam perempuan itu lagi.
Siauw Ling berpaling dan memandang sekejap wajah Kiem
Lan Giok Lan lalu menghela napas panjang.
Aaaai.... kalu sejak tadi tahu begini kita tidak seharusnya
datang memenuhi janji. Coba lihat bukankah ini yang
dinamakan mencari kerepotan sendiri"
Urusan sudah jadi begini Siangkong merasa murungpun
percuma saja mari kita pergi hibur Giok Lan.
Siauw Ling mengangguk setealh menyembunyikan
bungkusan tadi ke dalam saku ia putar badan dan berlalu.
Terdengar siperempuan berbaju biru yang ada
dibelakangnya tertawa dingin tiada hentinya.
Hmmm manusia goblok yang tak tahu diri ini yang
dinamakan mencari bencana buat diri sendiri.
- - - - - - - 9 Seorang lelaki sejati tak mau bertempur dengan kaum
wanita teriak Siauw Ling pula keras2. Cayhe tak sudi
bergebrak dengan perempuan macam kau.
Sembari berseru ia percepat larinya kedepan sedang dalam
hati berpikir keras, Apakah benda yang ada di dalam
bungkusan ini benar2 merupakan benda mustika yang sangat
berharga" mengapa ia tidak suka memberikan benda ini
kepada isterinya sebaliknya diberikan kepadaku seorang
manusia asing yang baru dijumpainya ke dua kali.
Rasa ingin tahu segera menyerang dalam benaknya ingin
sekali pada saat itu juga membuka bungkusan yang ada di
dalam sakunya untuk diperiksa apa sebenarnya benda yang
ada di dalam saku. Tapi akhirnya ia berhasil mempertahankan diri untuk tidak
membuka bungkusan tadi dalam sekejap mata tiga empat li
sudah dilalui dengan cepatnya.
Saat itu malam sudah kelam kabut dingin melayang dekat
permukaan mendatangkan rasa bergidik di dalam badan
empat penjuru terbungkus warna hitam pekat yang tak
tembus dipandang pemandangan terasa kabur susah melihat
benda yang ada beberapa tombak didepan mata.
Siauw ya agaknya perempuan berbaju biru itu hanya
menggertak kita belaka bisik Giok Lan lirih.
Belum selesai ia berkata mendadak terdengar suara
tertawa dingin berkumandang datang.
Kalau tahu diri cepat tinggalkan benda itu dan menyingkir
dari sini. Suara orang itu berat lagi kasar jelas berasal dari suara
seorang lelaki. Hati2 senjata rahasia.... bisik Siauw Ling kepada kedua
orang dayangnya sendan ia sendiri dengan kerahkan kekuatan
matanya menengok ke arah mana berasalnya suara tadi.
Tenaga Iweekang yang dimiliki Siauw Ling telah mencapai
puncak kesempurnaan ketajaman matanya melebihi siapapun
dalam sekali pandang ia dapat menemukan berdirinya
bayangan manusia di balik sebuah pohon kecil diarah sebelah
selatan. Ia segera tertawa dingin.
Heee heee sebatang pohon kecil mana bisa digunakan
sebagai tempat persembunyian tindak tanduk tersembunyi
bukan perbuatan seorang enghiong hoohan.
Suara tertawa dingin kembali bergema memecahkan
kesunyian. Sungguh lihay ketajaman matamu.
Sesosok bayangan manusia per lahan-lahan munculkan diri
dari balik pohon dan melangkah mendekat.
Diam2 Siauw Ling kumpulkan semua tenaga murni yang
dimilikinya untuk melindungi badan sedang diluar katanya,
Kita tidak saling mengenal apa maksudmu menghadang
jalan pergiku" .... Ketika itu bayangan hitam tadi sudah menghentikan
langkahnya pada jarak empat lima depa di hadapan ketiga
orang itu dengan demikian secara lapat2 Siauw Ling dapat
melihat bagaimanakah raut mukanya.
Orang itu adalah seorang lelaki kekar berjenggot sepanjang
dada, sebuah senjata tajam tersosen pada punggungnya dan
ia memakai seperangkat baju singsat warna hitam.
Tampak orang itu mencabut keluar senjatanya yang
tersoren dipunggung sebal ujarnya dingin, Keadaan kalian
sudah sangat berbahaya sekeliling kalian berdiri sudah
dikepung rapat2 lebih baik dengarkan nasehat baik cayhe dan
tinggalkan benda itu ke atas tanah, Siapa kau"
Soal ini kau tak perlu tahu.
Kalau begitu kitapun tak usah banyak bicara lagi.
Mendadak orang itu mendongak tertawa terbahak bahak
Kalian bertiga sudah terjerumus ke dalam kepungan yang
sangat kuat buat apa kita orang harus bergebrak macam
binatang berkelahi" Kalau seseorang harus mati muda
sekalipun dikolong langit ada semacam benda mustika yang
bagaimana berhargapun juga percuma saja.
Selama cayhe paling tidak suka mendengar gertak sambal
orang lain.... seru Siauw Ling dingin. Tidak salah, aku memang
membawa sebuah buntalan tapi benda ini bukan hasil mencuri
atau membegal dari tangan orang lain sedang kini saudara
mencekal senjata tajam sembari menggertak apakah kau ada
maksud membegalnya dengan kekerasan"
Hmm kau anggap aku sedang menggertak kalian" jengek
lelaki kekar itu dengan nada dingin silahkan kalian bertiga
memeriksa keadaan disekitar sini benarkah ucapan cayhe
hanya kosong belaka"
Sepasang mata Siauw Ling berputar keempat penjuru
sedikitpun tidak salah disekelilingnya telah berdiri puluhan
sosok bayangan manusia yang sedang berjalan mendekat
dengan langkah lambat. Kiem Lan Giok Lan segera mencabut keluar pedangnya siap
menyambut serangan pihak lawan.
Sebaliknya Siauw Lingpun dibikin gusar dengan kejadian ini
ujarnya dengan nada dingin.
Cayhe tidak bermaksud mengangkangi barang milik orang
lain tapi sebelum urusan ini dibikin terang cayhepun tak bisa
menyerahkan benda ini kepada Cuwi kalau seluruh orang
Bulim macam kalian semua urusan belum dibikin terang sudah
gerakkan senjata untuk berkelahi Hmm perbuatan ini sungguh
amat memalukan .... silelaki berjenggot itu mendongak tertawa terbahak bahak.
Haaaa haaaa kau anggap kami hendak mengadu jiwa
dengan kalian" Kalian menyebarkan diri dari empat penjuru mengepung
kami berdiri ditanganpun mencekal senjata tajam kalau tidak
bermaksud adu jiwa apakah kedatangan kalian hendak
membicarakan soal pelajaran agama"
Orang2 yang mengepung kalian dari empat penjuru adalah
jago-jago kelas wahid dari perguruan kami jikalau sampai
bergebrak cayhe percaya kalian tidak bakal tahan barang
sepuluh juruspun. Siauw Ling jadi gusar. Soal ini ak tidak percaya kalau Cuwi bersikeras hendak
mencoba Hmm jangan salahkan aku Siauw Ling akan turun
tangan melukai kalian....
Lelaki berjenggot itu jadi tertegun setelah mendengar
ucapan itu. Apakah kau adalah Siauw Ling yang tersohor dikolong
langit" tanyanya. Mungkin orang ini salah menganggap aku sebagai Lan Giok
Tong tersebut" .... pikir sang pemuda dalam hati.
Diluar ia mengangguk. Cayhe adalah Siauw Ling. Mendadak lelaki berjenggot itu menghela napas panjang
dan bergumam seorang diri.
Seharusnya sejak tadi dapat kuduga kalau orang yang
diserahi benda tersebut pasti buka mausia sembarangan.... ....
Sinar matanya dialihkan ke atas wajah Siauw Ling dan
sambungnya Walaupun sudah lama cayhe mendengar nama besar
saudara, tapi urusan ini menyangkut persoalan yang penting
bagi perguruan kami kalau Siauw Thay hiap tidak suka
menyerahkan benda tadi kepadaku terpaksa kita harus
melakukan suatu peraturan mati matian.
Kembali Siauw Ling keheranan pikirnya, Kalau betul benda
itu adalah benda berharga dari perguruan mereka mengapa si
orang berbaju kuning itu menyerahkan benda mustika
tersebut kepada aku sebagai orang luar" mengapa orang2 ini
tidak langsung memninta benda ini dari tangan oran gitu
sebaliknya justru menunggu setelah orang itu menyerahkan
barang tadi kepadaku mereka baru menghimpun jago-jagonya
untuk memaksa aku serahkan barang itu kepada mereka"
Semakin dipikir hatinya semakin curiga dan ia semakin berhati2
dalam melayani permintaan orang itu.
Terdengar silelaki berjenggot itu berkata kembali.
Dengan nama besar Siauw Thay hiap dalam dunia
persilatan aku rasa kau tak akan suka merebut barang milih
orang lain disini kami menanti penyerahan barang tersebut
kepada kami. Kalau Heng thay bisa membawa datang si orang berbaju
kuning itu dan mendapat pesan darinya cayhe segera akan
serahkan benda ini kepada kalian .... seru Siauw Ling keras.
Lukanya sangat parah dia tidak leluasa untuk bergerak
Baik kalau begitu mari kita sama2 balik menjumpai dirinya
setelah mendapatkan keputusannya bukankah urusan akan
segera jadi beres. Air muka silelaki berjenggot itu berubah hebat.
Jadi kalau begitu Siauw thay hiap memang ada maksud
mencari gara2 dengan kami.
Eeeei .... Saudara ini lucu benar ucapan cayhe yang mana
kau anggap salah" Siauw Ling keheranan.
Kembali orang itu tertawa dingin tiada hentinya.
Kalau ia rela memberikan benda tersebut kepada kami
sudah tentu tak perlu barang tadi diberikan kepada kau.
Ehmm .... ucapan ini sedikitpun tidak salah pikir sang
pemuda di dalam hati, si orang berbaju kuning itupun sangat
aneh ia tidak mau berikan benda tersebut kepada isteri atau
saudara seperguruannya tapi terhadap aku yang baru
dikenalnya satu kali sudah menaruh kepercayaan penuh ....
Aaaai sebenarnya apa toh isi buntalan ini sehingga memancing
perpecahan diantara suami isteri dan penghianatan dari
saudara seperguruan Ketika silelaki berjenggot itu melihat Siauw Ling tidak
menjawab tak sabar tanyanya kembali, Bagaimana pendapat
Siauw Thay hiap" Urusan apa" Kembalikan benda perguruan kami.
Sepasang mata Siauw Ling berputar memandang sekejap
keadaan disekelilingnya tampak lelaki kekar yang mengepung
dirinya dari empat penjuru pada melotot ke arahnya dengan
pandangan gusar, jelas mereka sudah berniat untuk turun
tangan asalkan mendapat komando dari lelaki berjenggot itu.
Dengan demikian iapun dapat menarik kesimpulan kalalu
barang yang disarhkan si orang berbaju kuning itu kepadanya
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mempunyai hubungan yang erat dengan mereka.
Agaknya silelaki berjenggot itu sudah tidak kan ti menahan
sabar lagi kembali ia berteriak,
Siauw Thay hiap sebetulnya kau rela menyerahkan benda
itu atau tidak" kami sudah tidak kan ti menahan sabar lagi
harap kau cepat-cepat ambil keputusan.
Siangkong bisik Giok Lan cepat kepada diri Siauw Ling
sambil menggoyangkan pedangnya. Sewaktu orang itu
menyerahkan bungkusan tadi kepada Siauw ya wajah maupun
sinar matanya penuh rasa memohon kalau Siangkong
serahkan benda ini kepada orang lain bukankah kau akan
menyia nyiakan harapan orang itu"
Ehmmm .... tidak salah .... sinar matanya segera dialihkan
ke atas wajah lelaki berjenggot itu katanya.
Bila saudara ingin cayhe menyerahkan benda ini kepada
kalian aku rasa satu-satunya jalan yang bisa kita tempuh
hanyalah mengundang sipemilik benda ini untuk minta sendiri
kepadaku. Kecuali berbuat demikian apakah tidak ada cara lain yang
bisa dirundingkan lagi"
Selamanya keputusan yang telah cayhe ambil tak pernah
diubah lagi. Hmmmm menurut pendapat cayhe aku rasa masih ada satu
jalan lagi bisa kita tempuh kata lelaki itu dengan nada yang
dingin. Ehmmmm .... benar kecuali kalian turun tangan merampas
dengan kekerasan. Tidak salah. turun tangan dengan kekerasan.
Kalau Saudara merasa punya kekuatan untuk merampas
barang ini dengan kekerasan. Nah, coba coba saja.
Kalau Siauw Thay hiap memang bersikeras tak mau
serahkan kembali benda mustika milih perguruan kami
terpaksa kami harus berbuat demikian.
Sambil menggerakkan senjataknya ia menerjang ke depan
terlebih dahulu. Sebelum Siauw Ling turun tangan mendadak sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat Kiem Lan telah
mendahului turun tangan pedangnya bekerja keras
menyambut datangnya serangan itu.
Terdengar suara bentakan gusar bergema dari empat
penjuru cahaya sembat lewat ber-sama2 menerjang kedepan.
Telapak kanan Siauw Ling segera bergerak melancarkan
sebuah babaran kedepan. Segulung tenaga pukulan menyambar lewat memaksa dua
orang yang menerjang terlebih dahulu kena didesak munduk
ke belakang. Pedang panjang Giok Lan mulai bergebrak menangkis
datangnya serangan musuh dari arah Barat sedang dimulut ia
berseru, Kiranya pada saat ini Siauw Ling masih memikirkan
haruskah ia mengembalikan benda yang berada dalam
sakunya kepada orang ini dan sama sekali tidak berniat untuk
turun tangan, setelah mendengar seruan Kiem Lan mendadak
pikirannya jadi tersadar kembali pikirnya, Sedikitpun tidak
salah sekalipun tidak serahkan kembali barang ini kepada
mereka kitapun tak ada harganya bergebrak dengan mereka.
Karena berpikir demikian sepasang telapaknya melancarkan
serangan berantai bentaknya gusar ;
Siapa berani menghadang perjalananku akan kubunuh mati
Segulung angin taupan menggulung keluar menerjang buka
sebuah jalan mundur. Pedang Giok Lan dengan menggunakan jurus Hu Teh Tui
Hog atau Bertiarap ditanah mengejar angin memaksa mundur
dari orang pengepung hingga terdesak ke belakang ia pertama2
meloncat terlebih dulu meloloskan diri dari kepungan.
Tangan Siauw Ling pun segera diayun dengan Thian Be
Heng Gong atau kuda langit terbang diangkasa memaksa
lelaki berkenggot itu menarik kembali senjatanya.
Kiem Lan cepat lari, seru pemuda itu cepat.
Dengan pedang melindungi badan Kiem Lan segera
enjotkan badan meloncat sejauh tujuh delapan depa kedepan.Sepasang telapak tangan Siauw Ling membabat berulang
kali menahan serangan gabungan iapun berkelebat lewat dari
sisi badan lelaki berjenggot itu.
Gerak geriknya sebat dan gesit menanti lelaki berjenggot
itu menggerakkan senjatanya kembali Siauw Ling sudah
berada beberapa tombak diluar kalangan.
Disebelah sini lelaki yang mengadakan pengepungan dari
empat penjuru sudah pada bubuaran untuk ber sama2
mengejar kedua orang dayang itu cahaya golok berkilauan
ditengah malam yang buta.
Melihat keganasan orang2 itu mengejar musuhnya timbul
suatu pikiran dalam benak Siauw Ling pikirnya, Kalau tidak
kuusahakan untuk melukai salah seorang diantaranya mereka
tak akan tahu diri dan mengejar terus menerus bila sampai
begini pertarungan ini akan berlangsung tiada hentinya.
Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuh Pat Poh Teng
Gong atau Delapan langkah mencapai dilangit dia berkelebat
kedepan mengejar kedua orang dayang tersebut sedang jari
tangannya secara diam2 melancarkan serangan dengan ilmu
jari Siauw Loo Sin Ci. Suara jeritan kesakitan bergema ditengah malam buta
seorang lelaki kekar yang mengejar terlalu dekat dengan
kedua orang dayang itu mendadak roboh ke atas tanah.
Menanti dia dapat melihat jelas siapakah kena dibabat
serangan goloknya tak sempat ditarik kembali sebuah lengan
kawan sendiri kena dibabat putus jadi dua bagian.
Karena kelambatan ini Siauw Ling berhasil mengejar kedua
orang dayang tersebut sepasang lengan bekerja keras satu
mencekal Kiem Lan yang lain mencekal Gak Lan dengan
mengepos napas berkelebat kedepan.
Walaupun ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua
orang dayang ini tidak sempurna tapi mereka memiliki dasar
yang baik ditambah pula Siauw Ling menyeret mereka berlari
kecepatannya makin keras lagi.
Dalam sekejap mata mereka bertiga sudah meninggalkan
para pengejar sangat jauh sekali.
Kembali ketiga orang itu berlari selama seperminum teh
lamanya kemudian Siauw Ling baru melepaskan kedua orang
dayang itu dan menghela napas panjang.
Aaai dimanapun di dalam dunia kangouw penuh dengan
persoalan2 walaupun diantara kita tidak saling mengenal
tanpa sebab berkelahi juga dengan orang lain.
Siangkong justru karena kau bersikap terlalu baik dengan
orang lain maka banyak kerepotan datang menempel pada
dirimu serunya. Mengapa justru orang baik yang banyak ditempel
kerepotan" Siauw Ling keheranan.
Urusan ini sangat gampang untuk dijawab kalau Siangkong
berwatak licik dan banyak akal maka sekalipun kita bisa
menjumpai si orang tua yang terluka parah, belum tentu kau
suka mengadakan janji dengan dirinya pada malam ini.
Ehmmmm .... ucapanmu amat cengli.
Setelah terluka parah iapun tahu kalau keadaannya sangat
berbahaya .... sambung Giok Lan lebih lanjut sambil
tersenyum. Wajah Siangkong ramah dan bersih hal ini
membuat orang itu segera dapat meraba apabila Siangkong
adalah seorang yang dapat dipercaya.
Aaaaaai sungguh aneh sekali orang orang yang kita jumpai
pada malam ini kalau bukan istrinya adalah anak buahnya
setelah berada di dalam lingkungan yang penuh dengan
perlindungan berlapis keselamatannya tentu terjamin sekali
tapi mengapa ia telah menyerahkan benda itu kepadamu
bukankah ucapannya ini mirip dengan sebuah benda terakhir"
tapi mirip pula ia sudah aturkan sebuah Pertempuran sengit
buat kita maksud orang itu sungguh membuat aku jadi
kebingungan. Justru maksudnya terletak dalam soal ini - kata Giok Lan -
ia tidak mau serahkan benda itu kepada istri maupun anak
buahnya hal ini disebabkan dua alasan yang kuat.
Ehmm tidak kusangka kau adalah seorang Cukhek
perempuan yang cerdik dan banyak akal apa yang kau
maksudkan" Siangkong jangan keburu memuji dahulu budak masih tak
tahu benarkah apa yang kau ucapkan
Ia tertawa manis dan sambungnya, Orang itu memberikan
benda tersebut kepada Siangkong kalau kita bicarakan dari
maksud yang pertama ia ingin mengalihkan bencana ini
kepada orang untuk menyelamatkan jiwa sendiri agar istri
serta anak buahnya tahu kalau benda itu sudah diserahkan
kepada orang lain akan membunuh dirinyapun tak ada
gunanya. Bagus sekali lalu bagaimana dengan alasanmu yang kedua"
Alasan yang kedua adalah si orang berbaju kuning itu tentu
sudah merasakan maksud2 jahat dari istri serta anak buahnya
maka di dalam keadaan jengkel ia berikan benda itu buat
Siangkong. Siauw Siangkong sela Kiem Lan dari samping benda apakah
yang ada di dalam buntalan tersebut mari kita buka untuk
memeriksanya. Tidak bisa jadi benda ini bukan milik kita apa gunanya kita
lihat benda milik orang lain"
Tapi orang itu sudah hadiahkan benda ini kepadamu ujar
Giok Lan sambil tertawa setiap saat Siangkong bisa
membukanya untuk diperiksa apa isi sebenarnya dari
bungkusan tersebut. Siauw Ling termenung beberapa saat kemudian ia
mengangguk. Tidak salah jika kutinjau dari nada ucapannya orang ini
memang bermaksud menghadiahkan benda ini kepadaku.
Tangannya segera merogoh saku mengambil keluar benda
itu dan diangkatnya ke atas tapi karena cuaca yang gelap tak
berkata kembali. Kabut terlalu tebal dan udara sangat gelap tidak jelas buat
kita untuk menelitinya mari kita cari tempat untuk berteduh
kemudian baru kita periksa lagi.
Setelah pergaulan yang akrap selama beberapa hari ini
terutama sekali menanggung sengsara bersama sama jarak
antara majikan dan budak diantara mereka bertiga sudah
semakin menipis. Budak segera membawa jalan kata Giok Lan cepat segera
melangkah terlebih dahulu kedepan.
Siauw Ling Kiem Lan mengikuti dari arah belakang.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian sampailah mereka
didepan dusun petani setelah memperhatikan sebentar
suasana disekeliling sama Giok Lan berputar kesebelah Barat
kembali mereka berjalan beberapa ia sehingga akhirnya tiba
didepan sebuah kuil. Heeei bagaimana kau bisa tahu kalau disini ada sebuah
kuil" tanya Siauw Ling kepada gadis itu sambil tertawa.
Giok Lan tersenyum. Menurut ingatan budak kebanyakan kuil terletak disebelah
barat dusun oleh karena itu budak dengan memberanikan diri
menjalankan dugaanku tersebut dan ternyata sedikitpun tidak
salah disini ada sebuah kuil.
Sungguh lihay ingatanmu benar2 cermat puji Siauw Ling
perlahan-lahan ia melangkah masuk di dalam kuil tersebut.
Kuil yang menyembah dewa bumi ini sangat kecil sebuah
rumah sederhana hanya bisa memuat empat lima orang saja.
Mari kita periksa apa isi bungkusan kuning itu seru Giok Lan
cepat ia segera membakar obor sebagai penerangan.
Siauw Ling menurut ia merogoh ke dalam saku mengambil
keluar bungkusan itu dan membuka kain kuning
pembungkusnya. Tampaklah di dalam bungkusan tadi terletak sebuah kotak
kayu yang terbuat dalam bentuk sangat indah diatas penutup
kotak kayu itu terukir seekor burung elang yang sedang
mementangkan sayapnya ukiran itu sangat hidup dan indah
luar biasa. Dibawah ukiran burung elang terukir pula beberapa patah
kata, Siapa yang mendapat benda ini ia akan menjadi
pemimpin yang mulia. Membaca beberapa patah tulisan yang kecil tapi indah itu
Siauw Ling segera berseru dalam hatinya.
Ooouw sungguh besar omongan orang itu.
Ia segera membuka kotak kayu tadi didasar kotak
beralaskan sutera diatas sutera terdapat sebuah kunci terbuat
dari tembaga. Dibawah sorotan cahaya obor tampaklah beberapa patah
kata terukir diatas kunci tembaga itu.
Kunci cadangan pembuka Istana terlarang.
Begitu membaca tulisan diatas tadi hati Siauw Ling tergetar
sangat keras pikirnya, Banyak orang dengan susah payah dan
sekuat tenaga berusaha mencari anak kunci Istana terlarang
siapa sangka tanpa membuang banyak tenaga aku Siauw Ling
berhasil mendapatkannya. Tapi sebuah ingatan kembali berkelebat dalam benaknya.
Aah....! tidak benar pikirnya kembali. Diatas kunci tembaga
ini bukankah terukir kata2! Anak kunci Cadangan Istana
Terlarang" ini mengartikan kalau disamping kunci ini masih
ada sebuah anak kunci yang asli.
Mendadak dari tempat kejauhan berkumandang datang
suara ringkikan kuda memutuskan jalanan pikiran Siauw Ling.
Dengan sebat Giok Lan memadamkan api obor yang ada
ditangan. Siauw Ling pun bersamaan waktunua menutup kembali
kotak kayu itu kemudian disembunyikan ke dalam saku.
Terdengar suara derapan kaki kuda makin lama semakin
mendekat dan akhirnya berhenti didepan kuil kecil ini.
Suara seorang lelaki yang kasar dan berat segera bergema
memecahkan kesunyian ditengah malam buta, aaaah .... disini
hanya terdapat sebuah kuil kecil
Benar. aku dapat melihat jelas cahaya api tadi berasal dari
tempat ini ujar seorang yang lain dengan suara yang nyaring
kekanak kanakan. Mungkin matamu sudah kabur. kenapa Loohu tidak
menemukan sesuatu apapun" kata seorang yang lin dengan
suara serak tua. Tidak. aku dapat melihat cahaya api itu dengan sangat
jelas sambung sibocah dengan cepat. Kalau kalian tidak
percaya yaa sudahlah aku tak bisa memaksa.
Sudah .... suah tak usah ribut2 lagi tukas si orang yang
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertama dengan suara berat dan kasar. Mari kita masuk ke
dalam untuk melakukan pemeriksaan!
Aduuuh celaka! diam2 pikir Siauw Ling di dalam hati. Kuil
ini hanya seluas beberapa depa saja mana bisa
digunakanuntuk bersembunyi" kelihatannya jejak kami bakal
konangan! Giok Lan dengan sebat menarik ujung baju Kiem Lan
mereka berdua secara terpencar suara langkah kaki manusia
berjalan mendekat seorang lelaki berbaju serba hitam muncul
didepan pintu. Ketika itu Siauw Ling masih belum mendapatkan suatu cara
yangbagus untuk menghadapi orang orang itu tapi iapun tidak
ingin membiarkan jejaknya diketahui orang lain sambil
mengepos napas badannya dengan mendatar segera
melayang naik ke atas wuwungan rumah.
Ternyata kewaspadaan lelaki kekar itu sangat tajam begitu
kakinya melangkah ke dalam pintu kuil mendadak ia berhenti
dan mencabut keluar goloknya yang terseoren dipunggung.
Siapa" bentaknya keras.
Kiranya gerak gerik Siauw Ling sewaktu melayang naik ke
atas wuwungan rumah dilakukan terlalu buru-buru ia tidak
memperhatikan kalau ujung bajunya bersuara sewaktu
terampok angin. Kiem Lan Giok Lan walaupun menempelkan seluruh
badannya diatas dinding tembok dan berusaha mengecilkan
badannya tapi berhubung ruangan kuil itu terlalu sempit
asalkan lelaki tadi mengalihkan sinar matanya kekiri kanan
maka ia akan menemukan kalau disitu berdiri dua orang
manusia yang sedang mengawasi dirinya.
Cuma sayang seluruh perhatiannya sudah terhisap oleh
bunyi ujung baju Siauw Ling yang tersampok angin barusan ia
alihkan sinar matanya ke atas patung dewa didepan meja
sembahyangan beserta kedua belah sisinya.
Pada saat ini hari belum terang tanah kabut masih sangat
gelap membuat suasana dalam ruangan kuil itu makin suram
untuk beberapa saat lamanya lelaki kekar itu tak sanggup
memandang elas pemandangan yang ada di dalam ruangan
kuil itu. Bagaimana" terdengar si orang tua dengan suaranya yang
serak itu menegur apakah dalam kuil benar benar ada orang"
Lelaki berbaju hitam itu mendehem perlahan. Agaknya aku
mendengar suara seseorang sedang bergerak jawabnya lirih.
Kuil ini sangat kecil tidak lebih dari luar sebuah ruangan
kamar. Kalau ada sesuatu benda seharusnya dapat dilihat
dengan jelas kata si orang tua itu lagi.
agaknya silelaki berbaju hitam itu merasa jengah, dengan
langkah lebar ia segera melangkah masuk ke dalam kuil.
Sejak permulaan Giok Lan sudah bikin persiapan, jari
tangannya dengan disertai tenaga penuh menyentuh kedepan
tepat mengarah jalan darah orang itu.
Sejak mendengar suara ujung baju tersampok angin dari
Siauw Ling tadi lelaki itu menyilangkan goloknya didepan dada
bersiap sedia terhadap bokongan musuh, ia tidak menyangka
kalau dari arah belakang ada seseorang yang mengancam.
Tidak bisa terhindar lagi badannya tertotok dan badannya
roboh ke atas tanah. Tapi sebelum ia sempat roboh Kiem Lan dengan sebat
sudah meloncat keluar tangan kanan mencengkeram badan
lelaki itu sedang tangan kiri menerima goloknya yang terjatuh
ketanah. Semua perbuatan ini dilakukan cepat tenang tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, bagi orang yang ada diluar
sama sekali tidak akan menduga kalau dibalik ruangan kuil
sudah terjadi suatu perubahan.
Ketika lama sekali tidak ada jawaban kedua orang yang ada
diluar kuil mulai menaruh curiga terdengar si orang tua itu
menegur dari ruangan kuil.
Eeeei .... bagaimana keadaan di dalam kuil
Tangan kirinya segera mencabut keluar goloknya yang
terseoren dipunggung sedangkan tangan kanannya
mengambil keluar sebatang Suo Cu Piauw dan disambit ke
arah pintu kuil tanpa menimbulkan sedikit suarapun.
Giok Lan yang waktu itu bersembunyi dibalik pintu kuil
karena lama tidak mendengar ada sedikit suarapun tak
sabaran ia melongok keluar.
Siapa nyana baru saja kepalanya melongok separuh
mendadak serentetan cahaya tajam berkelebat masuk
kedalam. Buru-buru Giok Lan menarik kembali badannya sambil
menempelkan badan ke atas dinding tiba-tiba senjata rahasia
tadi dengan cepat berdesir lewat dari depan wajahnya.
Traaang .... dengan menimbulkan suara nyaring senjata
rahasia tadi tepat menghajar diatas arca kuil.
Giok Lan meloloskan pedangnya siap meloncat keluar dari
kuil untuk menghadapi orang itu atau secara tiba-tiba sesosok
bayangan manusia menerobos keluar.
Gerakan orang itu sangat cepat luar biasa jelas dia adalah
Siauw Ling yang tak dapat menahan sabar lagi.
Segera teriaknya cemas, Siangkong jangan lepaskan
mereka barang seorangpun Dengan kencang badannya ikut meloncat keluar kuil.
Waktu itu Siauw Ling sudah bergebrak dengan orang itu
walaupun si kakek mencekal golok ditangan tapi pada saat ini
kena didesak hebat oleh serangan2 gencar Siauw Ling,
kekalahan hanya merupakan kejadian sekejap mata lagi.
Sinar mata Giok Lan berputar mendadak disuatu tempat
beberapa tombak dihadapannya tampak sesosok bayangan
manusia sedang meloncat naik ke atas kuda tunggangannya,
dengan cepat ia mengitari Siauw Ling mengejar kedepan.
Walaupun ia tidak tahu siapakah ketiga oran gini tapi dalam
hati gadis inipun tidak ingin ada seorangpun diantara mereka
yang berhasil meloloskan diri.
Ketika orang yang ada diatas kuda itu melihat Giok Lan
mengejar dtang buru-buru ia ceplak kudanya untuk melarikan
diri. Giok Lan tidak mau kalah, iapun mengepos tenaga
melakukan pengejaran dari belakang dalam sekejap mata ia
sudah mengejar sejauh lima tombak lebih.
Mendadak terdengar ujung tersampok angin melayang
lewat diatas kepalanya sesosok bayangan manusia, bagaikan
seekor burung elang menyambar lewat ke atas tubuh orang
itu dan mencengkeram orang tadi dari atas punggung kuda.
Dengan cepat Giok Lan memburu kedepan sekalian
melancarkan sebuah totokan menotok jalan darah orang tadi
ujarnya sambil tertawa: Siangkong ilmu gerakan apakah
demikian cepatnya" Ilmu langkah Leng Poo Poh!
Giok Lan segera cengkeram oran gitu ke atas dan diperiksa
wajahnya ternyata orang ini hanya seorang bocah berusia
empat lima belas tahunan ujarnya sambil tertawa.
Entah dari manakah datangnya ketiga orang ini kita harus
memeriksa keadaan mereka.
Dengan langkah lambat2 gadis ini kembali ke dalam kuil.
Waktu itu Kiem Lan sudah menyeret badan si orang yang
menggeletak diluar kuil masuk ke dalam ruangan Giok Lan pun
segera melemparkan badan bocah itu kesisi tubuh dua orang
lainnya. Siangkong silahkan kau mulai bertanya kepada mereka,
bisik Giok Lan lirih. Siauw Ling segera menggeleng.
Lebih baik kau saja menanyai dirinya.
Giok Lan segera ayunkan pedangnya ke atas wajahnya
ketiga orang itu kemudian membentak keren.
Aku berharap kalian suka menjawab semua pertanyaanku
dengan sejujurnya kalau ada sepatah kata saja merupakan
kata2 berbohong asal ketahuan kucabut nyawa kalian.
Sekali tabok ia bebaskan jalan darah yang tertotok ditubuh
lelaki berbaju hitam itu tapi sekalian kakinya melancarkan
sebuah totokan menghajar jalan darah Yong Sian Hiat nya.
Kau jawab terlebih dahulu serunya.
Lelaki berbaju hitam itu menghela napas panjang.
Kami sedang melakukan perjalanan malam sewaktu lewat
ditempat ini mendadak menjumpai cahaya lampu api di dalam
kuil dan berjumpa dengan kalian bertiga siapa nyana kena
ditangkap semua Kalau cuma segampang ini akupun tak perlu pertanyaan
kepada kalian - tukas Giok Lan cepat
Nona apa yang ingin kau ketahui
Baik aku bertanya satu pertanyaan kau jawab satu jawaban
kalian berasal dari partai mana"
Kami adalah jago-jago gelandangan dalam dunia persilatan
tidak punya partai tertentu
Tapi seharusnya mempunyai seorang pemimpin bukan"
kata Giok Lan sesudah berpikir sebentar
Untuk menjawab pertanyaan ini bagi kami sih tidak
mengapa, tapi terlebih dahulu cayhe harus menanyakan satu
persoalan dulu dengan diri nona!
Bagus sekali! bukannya aku yang bertanya kepada kalian
justru kalian yang ingin bertanya lebih dulu dengan kami
Cayhe harus mengetahui dahulu asal usul nona kata lelaki
berbaju hitam itu cepat Kalau kami merasa bahwa pertanyaan
tsb harus kami jawab tentu akan kami katakan seadanya kalau
tidak seharusnya bicara sekalipun nona banyak bertanya juga
percuma saja lebih baik sekali tusuk mencabut nyawa kami.
Bagus .... bagus. Nah, kau boleh bertanya!
Nona termasuk golongan mana"
Giok Lan termenung sebentar setelah itu sambil menuding
Siauw Ling katanya Dia adalah kongju kami, sedang kami kakak beradik
sengaja menemani kongju kita untuk berpesiar menikmati
pemandangan alam jarang sekali kam iberhubungan dengan
orang2 Bulim. Tolong tanya siapakah nama siangkong kalian ini"
Giok Lan menengok sekejap wajah Siauw Ling kemudian
jawabnya Siangkong kami she Siauw ....
Walaupun gadis ini adalh seorang yang cerdik tapi
bagaimana pun juga tidak berpengalaman dalam soal dunia
persilatan sehingga tanpa terasa ia sudah membuka rahasia
sendiri Siauw" siapa nama selanjutnya"
Giok Lan jadi serba salah teringat persoalan Siauw Ling
menggabungkan diri dengan perkampungan Pek Hoa San
cung sudah diketahui oleh seluruh jago yang ada dikolong
langit kalau mengutarakan nama Siauw Ling maka lelaki ini
pasti akan menganggap mereka sebagai orang2
perkampungan Pek Hoa San cung.
Oleh sebab itu untuk beberapa saat lamanya ia tak
sanggup untuk menjawab pertanyaan itu.
Cayhe Siauw Ling mendadak terdengar Siauw Ling
menjawab. Lelaki itu jadi kegirangan setelah mendengar nama tersebut
serunya Oooouw kiranya kau adalah Siauw Thay hiap cayhe sudah
lama mengenal namamu. Tidak berani tidak berani buru-buru Siauw Ling merendah
walaupun dengan alis berkerut.
Sudahlah kalian tak perlu pura2 bersikap kenal dengan
Siangkong kami cepat katakan asal usul kalian.
Terhadap apa yang dikatakan Giok Lan silelaki tersebut
tidak ambil gubris sembari memandang wajah Siauw Ling
ujarnya, Siauw Thay hiap sudah lama kami mencari kau tidak
disangka setelah berkelana hingga sepatu robek tak ketemu
kini berjumpa tanpa sengaja ....
Kalian mencari aku" tanya Siauw Ling tercengang
Bukankah kau Siauw Ling, Siauw Thay hiap"
Cayhe benar adalah Siauw Ling
Kalau begitu tak akan salah lagi
Mendadak Siauw Ling teringat kembali akan Lan Giok Tong
yang menyaru sebagai dirinya segera ia menggeleng
Mungkin kalian bukan mencari aku, yang kau cari adalah
Siauw Ling yang lain. Giok Lan mencegah pemuda ini berkata demikian, tapi
Lentera Maut 9 Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik Siasat Dewi Kasmaran 2
dari pihak mereka. Sinar mata Siauw Ling segera berkilat.
"Hmm asal kena kutangkap basah jangan harap mereka
bisa lolos dalam keadaan hidup."
"Menurut pendapat budakmu," ujar Giok Lan dari samping.
"Sebelum kita menjumpai Looya serta Hujien lebih baik Sam
ya jangan melukai dulu orang perkampungan Pek Hoa San
cung." Siauw Ling merasa amat sedih tak terasa titik-titik air mata
jatuh berlinang ujarnya sambil mendongak.
"Sebelum aku Siauw Ling berbakti dihadapan mereka
berdua kini menyusahkan dulu beliau berdua. Dosa ini benar2
sangat mendalam." Mendadak Siauw Ling teringat kembali dengan kuil bobrok
yang pernah digunakan untuk melakukan Tiong Cho Siang Ku
serta menjumpai Tok So Yok Ong itu.
"Ayoh berangkat aku akan membawa kalian kesebuah
tempat baik untuk beristirahat."
Siauw Ling sangat hapal dengan jalanan disana dengan
membawa kedua orang dayang tersebut tidak sampai
sepertanak nasi kemudian mereka sudah tiba di dalam kuil
bobrok tadi. Siauw Ling berangkat menuju keruang belakang sebelah
Timur. "Sam ya budak pernah datang kemari untuk mencari Sam
ya tapi tidak ketemu," ujar Giok Lan tiba-tiba sambil hela
napas panjang. Sewaktu mereka sedang bercakap2 ruangan yang dituju
sudah ada didepan mata....
Sepasang pintu kayu tertutup rapat2 suasana sunyi tak
kedengaran sedikit suarapun.
Melihat pintu tertutup Siauw Ling merasa hatinya agak
bergerak. Karena curiga ia jadi berhenti.
"Sam ya mengapa kau berhenti?"
"Kalian berhati2 siapkan senjata," bisik Siauw Ling lirih.
Dalam ruangan kecuali beberapa buah peti mati tak
kelihatan benda apapun juga.
Perlahan lahan Siauw Ling melangkah masuk ke dalam
ruangan dan langsung menghampiri peti mati sebelah selatan,
penutup peti segera dibuka dengan sepenuh tenaga.
Dilihatnya sebuah sangkar burung terdapat di dalam peti
tadi, dalam sangkar terdapat seekor burung beo warna hijau
yang meloncat tiada henti kesana kemari.
Sangkar itu terbuat dari serat emas indah halus dan
menarik hati. "Sungguh indah burung itu," pujinya.
"Burung beo ini sudah ada banyak hari disimpan dalam peti
mati ini ...." serunya pula.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
Coba kau lihat bahan makanan yang ada disangkar sudah
habis, air telah mengering paling sedikit sudah dua hari dua
malam disini. Bicara sampai disitu ia merandek, sinar matanya perlahanlahan
dialihkan ke atas wajah kedua orang itu, sambungnya,
"Entah kalian berdua takut tidak?"
"Tidak takut." "Bagus sekali kita beristirahat satu malam disini."
Suara kicauan burung yang nyaring berkumandang keluar
dari balik peti mati memecahkan kesunyian yang makin
mencekam. "Aaaach.... burung itu pasti kelaparan lebih baik kita
lepaskan saja," ujar Giok Lan lirih.
Siauw Ling merasa ucapan itu sedikit tidak salah karenanya
ia bungkam. Giok Lan segera membuka sangkarnya seraya bergumam,
"Nah burung kelaparan pergilah selamatkan jiwamu."
Setelah burung beo itu terbang dari sangkarnya ia tidak
langsung pergi ia berputar dulu diatas kepala Giok Lan
kemudian baru melayang pergi.
Tak terasa ia menghela napas panjang, "Mengapa kalian
tidak menggunakan kesempatan yang baik ini untuk mengatur
pernapasan, besok pagi kemungkinan besar kita harus
mengalami suatu pertarungan sengit...."
JILID 10 "Budak sedang memikirkan suatu cara yang baik untuk
mengatasi persoalan ini" kata Kiem Lan. "Tapi setelah dipikir
bolak balik belum juga memperoleh suatu cara yang bagus."
"Urusan sudah jadi begini apa perlunya kalian murung tak
usah dipikirkan lagi besok pagi kita bertindak sesuai dengan
keadaan." Mendadak Giok Lan menegakkan badannya.
"Samya" serunya cemas. "Apakah kau punya pegangan
untuk menangkan Toa Cungcu?"
"Soal ini susah untuk dibicarakan Djen Bok Hong jadi orang
licik dan banyak akal. Dari luaran susah bagi kita untuk
meninjau keadaan sebenarnya cuma perduli kepandaian
silatnya seberapa lihay jadi orang seberapa licik aku Siauw
Ling sama sekali tidak takut."
"Samya, budak ada beberapa patah kata yang terasa tidak
seharusnya dikatakan kalau kami salah bicara harap Samya
jangan marah." "Katakan." "Walaupun kepandaian silat yang dimiliki Samya sangat
lihay keberanian susah ditandingi, tapi dengan kekuatan kau
seorang hendak menangkan kerubutan jago-jago lihay dari
perkampungan Pek Hoa San cung aku rasa bukan suatu
pekerjaan yang sangat mudah, aku rasa satu2nya jalan untuk
menghadapi kejadian besok kalau bisa bersabar2lah terus.
Kalau tak bisa bersabar dan harus bergebrak kita tak bisa
bertempur terlalu ngotot. Samyapun tak usah mengurusi
keselamatanku serta Kiem Lan. Usahakan dulu untuk
menerobos keluar dari kepungan...."
ooooo0ooooo Alis Siauw Ling langsung berkerut cepat-cepat ia menukas,
"Jadi putra manusia tidak bisa berbakti pada orang tuanya
sudah merupakan suatu dosa yang besar apalagi
menyebabkan orang tua menderita sekalipun mati susah
untuk mencuci bersih dosa2 ini."
"Samya maksud Djen Bok Hong menculik Looya serta
Hujien justru bertujuan hendak menaklukkan Samya asal
Samya bisa menjaga diri sebaik2nya maka usaha Djen Bok
Hong selama ini akan sia2 belaka."
Berhubung banyak persoalan yang merasa tidak leluasa
untuk diutarakan secara terus terang terpaksa budak ini
mengajak Siauw Ling berputar2 dulu kemudian baru
mengutarakan maksudnya yang sebenarnya.
Siauw Ling seorang pemuda yang cerdik sudah tentu ia
dapat menangkap maksud dayang ini yang mengharapkan ia
batalkan saja pertemuan besok siang alisnya berkerut.
"Untuk urusan ini kalian berdua tak usah merasa cemas aku
sudah punya rencana sendiri justru kalian berdualah yang
tidak perlu ikut aku menghadiri pertemuan besok siang
gunakanlah kesempatan ini untuk melarikan diri."
Giok Lan tertawa sedih. "Budak sekalian tak akan menyesal walaupun harus mati
justru Samya sendiri."
"Cukup kita tak usah membicarakan soal ini lagi" potong
Siauw Ling cept sambil goyangkan tangan berulang kali.
"Kalian berdua harus pergi beristirahat."
Giok Lan tak berani banyak bicara lagi sepasang mata
segera dipejamkan untuk atur pernapasan.
Semalam lewat dengan cepatnya dalam sekejap matahari
telah terang tanah. Siauw Ling menghembuska napas panjang sinar mata
perlahan-lahan menyapu sekejap suasana disekelilingnya
tampak Kiem Lan serta Giok Lanpun duduk berjejer belum
sadar dari semedinya. Melihat wajah yang sayu dari mereka berdua timbullah
suatu perasaan iba dalam hati Siauw Ling pikirnya,
"Aaaai....mungkin satu malaman hati mereka tidak tenang
jelas barusan saja pikiran mereka bisa tenang dan mulai
mengatur pernapasan...."
Karena kasihan ia tidak mau menyadarkan mereka diam2
pemuda ini bangun berdiri dan berjalan keluar maksudnya
hendak berlatih ilmu silat.
Mendadak.... Suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan
kesunyian dipagi hari mendengar suara itu Siauw Ling merasa
hatinya agak bergerak. "Mungkinkah siempunya burung telah kembali."
Braaak pikiran kedua belum berkelewat, lewat pintu ruang
sudah terbuka lebar. Kiem Lan serta Giok Lan sama2 meloncat bangun saking
kagetnya sikap mereka terkejut sedang mata terpelotot
bulat2. Sebaliknya Siauw Ling yang sudah mendengar dahulu suara
langkah kaki orang itu dalam keadaan begini sama sekali tidak
terperanjat sikapnya sangat tenang.
Seorang lelaki dengan mata melotot bulat dan seluruh
badan berlepotan darah berdiri tegak didepan pintu.
Bagaimanakah raut muka orang ini susah dibayangkan
karena seluruh wjaah maupun badannya ternoda oleh darah
kering hanya saja sepasang matanya jelas melotot penuh
kegusaran. Agaknya ia ingin mengucapkan sesuatu tapi badannya tidak
takut menahan diri lagi setelah bibirnya bergerak dan belum
sempat kata2nya meluncur keluar ia sudah roboh terjengkang
ke atas tanah. Kiem Lan dan Giok Lan berseru tertahan buru-buru mereka
lari menghampiri orang itu untuk membimbingnya bangun.
"Jangan pegang dia" teriak Siauw Ling tiba-tiba.
Mendengar suara bentakan kedua orang dayang itu
tertegun dan menghentikan langkahnya lalu mundur dua
langkah ke belakang. Perlahan-lahan Siauw Ling bangun berdiri berjalan kesisi
orang itu dan berjongkok untuk memeriksa keadaan lukanya.
"Ehmm....luka yang ia derita sangat parah" kata pemuda ini
sesaat kemudian. "Diseluruh badan ada enam tempat bekas
luka senjata isi perutpun menderita luka yang amat parah.
Aiii...." "Ia masih bisa ditolong?" tanya Kiem cepat.
"Soal ini susah untuk dibicarakan tapi kitapun tak boleh
berpeluk tangan meligat orang berada diambang kematian."
"Seluruh badannya berlepotan darah" kata Giok Lan dari
samping kalangan. "Untuk mengobati luka dibadannya kita
harus mencuci dulu darah yang menodai badannya."
"Tidak salah....cepat kalian berdua ambil air."
Sedang Siauw Ling segera mengeluarkan tangannya untuk
ditekankan diatas dadanya terasa jantung masih berdetak
walaupun amat lemah. Diam2 hawa murninya disalurkan keluar segulung aliran
panas dengan cepat keluar sudah masuk ke dalam tubuh
siluka itu melalui jalan darah Sian Khie Hiat.
Dengan tenaga kweekangnya yang amat sempurna setelah
menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuh orang itu semula
denyutan jantungnya lemah kini berdebar kembali seperti
sedia kala sedang sepasang matapun perlahan-lahan dibuka.
Saat ini sinar matanya amat sayu ia memandang wajah
Siauw Ling beberapa saat kemudian memperdengarkan suara
helaan napas yang lemah. "Siapa kau?" tanyanya lirih.
"Cayhe Siauw Ling kalau luka Heng thay hanya terbatas
pada luka luar saja tanpa diberatkan oleh luka dalam rasanya
tidak susah bagiku untuk turun tangan menolong."
"Jangan goyangkan badanku" seru orang itu sambil
pejamkan kembali sepasang matanya. "Di dalam peti mati
sebelah selatan ada seekor burung beo."
Napasnya tersengkal2 setelah merandek sejenak
sambungnya lebih lanjut, "Lepaskan burung itu kemudian
masukkan badanku ke dalam peti mati itu asal aku bisa
bertahan dua belas jam maka aku...."
Jelas ia sudah kelelahan belum habis ucapannya diutarakan
mulut telah membungkam kembali.
Siauw Ling sendiripun tahu dalam keadaan seperti ini
banyak mengucapkan sepatah kata berarti mengurangi suatu
bagian harapan untuk hidup karena itu walaupun banyak
persoalan yang tidak ia ketahui terpaksa pemuda ini pendam
niatnya di dalam hati pemuda ini.
Pada waktu itu Kiem Lan serta Giok Lan dengan membawa
segentong air telah berjalan masuk ke dalam ruangan.
Dari dalam sakunya Giok lan mengambil keluar secarik sapu
tangan. Setelah dibasahi dengan air gentong perlahan-lahan
diusapkan ke atas wajah orang itu.
Setelah nona darah bersih, muncullah sebuah mulut luka
yang amat besar dan dalam diatas kening sebelah kirinya
memanjang ke atas batok kepala, darah segar mengucurkan
keluar tiada hentinya dari mulut luka tersebut.
Melihat luka itu sangat parah Giok Lan berpaling
memandang sekejap wajah Siauw Ling.
"Samya" katanya. "Luka yang ia derita sangat parah
mungkin sulit bagi kita untuk melakukan pertolongan...."
Mendadak sepasang mata orang itu yang semula terkatup
kini terpentang kembali. "Jangan ganggu diriku."
Karena harus menggerakkan matanya darah mengucur
keluar semakin deras dari mulut luka.
Giok Lan berhenti mengusap ia memandang sekejap wajah
Siauw Ling dan berseru, "Samya, kita tak punya obat2an
mungkin sulit bagi kita untuk menolong."
"Ehmmm....dia minta kita menggotong badannya dan
dimasikkan ke dalam peti mati itu kemudian lepaskan burung
beo hijau asalkan bisa bertahan selama dua belas jam maka
jiwanya bisa tertolong."
"Tidak salah" sambung orang yang terluka itu cemas.
"Cepat kalian masukkan aku ke dalam peti mati dua belas jam
kemudian kemari lagi."
Ia marandek sejenak untuk tukar napas lalu tambahnya,
"Tolong ambilkan sepucuk surat yang ada di dalam dadaku...."
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum habis ucapan itu diutarakan mendadak dia
membungkam jelas orang ini merasa terlanjur bicara.
"Heng thay berkata demikian aku duga tentu ada tujuan
tertentu" ujar Siauw Ling tidak mau mendesak tahu lagi
rahasia orang itu. "Akupun tak akan terlalu memaksakan diri
untuk menolong kau cuma da satu persoalan hendak cayhe
katakan kepadamu. Burung beo yang ada di dalam peti mati
itu sudah cayhe lepaskan berhubung makanan serta
minumannya sudah mengering cayhe tidak tega melihat
burungmu itu mati kelaparan."
"Sudah berapa lama kalian lepaskan burung itu?" seru
orang ini dengan nada cemas.
"Mungkin satu dua jam yang lalu" jawab Siauw Ling setelah
termenung sebentar. "Bagus sekali pada saat sang surya lenyap dibalik gunung
besok hari harap kalian datang lagi kemari sekarang cepatlah
masukkan aku ke dalam peti mati itu."
Walaupun dalam hati Siauw Ling merasa keheranan dengan
sikap orang ini dimana berulang kali minta dirinya dimasukkan
ke dalam peti mati. "Apa mungkin peti mati bisa membantu
dirimu untuk merawat luka yang demikian parahnya itu?"
Tetapi setelah dilihatnya ucapan orang itu begitu
bersungguh2 terpaksa ia menurut juga untuk memasukkan
badannya ke dalam peti mati.
"Heng thay apakah kau percaya penuh dalam dua belas
jam kemudian pasti orang yang datang memberi bantuan?"
"Kecuali burung beoku menemui peristiwa ditengah jalan."
Bicara sampai disitu ia tak tahan lagi sepasang matanya
dipejamkan kembali rapat2.
"Kalau besok cayhe masih bisa hidup dikolong langit tentu
akan kupenuhi janjimu ini dan datang menjenguk saudara"
kata Siauw Ling sambil menekan peti mati tersebut. "Kalau
tidak beruntung kami harus menemui ajalnya sudah tentu tak
bisa datang lagi." Sepasang mata yang semula telah terpejam mendadak
terpentang kembali. "Kenapa?" "Cayhe telah mengadakan suatu perjanjian dengan
seseorang bagaimana akhir pertemuan ini masih susah diduga
mulai sekarang." Sepasang mata yang sudah sayu dari orang itu
memandang wajah Siauw Ling tajam2 lama sekali ia baru
berkata kembali, "Bocah kau harus kembali kalau loohu masih
hidup dikolong kangit boleh pergi keujung langit mencari
dirimu kalau loohu tidak beruntung menemui ajalnya disini
bukankah...." Napasnya tersengal2 sehingga sulit baginya untuk
melanjutkan kembali kata2nya, "Baiklah asalkan cayhe
berhasil mempertahankan jiwaku aku pasti akan datang
kemari perlukah aku menutupi peti mati ini."
"Kalian harus mempertahankan diri bagaimanapun juga
jiwa kalian harus tetap dipertahankan" ujar orang itu lagi
dengan seluruh tenaga yang dimiliki.
Melihat orang itu sudah merasa sulit untuk bicara Siauw
Ling tidak membiarkan ia banyak bicara lagi.
"Aku pasti datang silahkan Heng thay baik2 beristirahat
disini...." Perlahan-lahan ia menutup peti mati itu dengan hanya
meninggalkan sedikit celah sebagai lubang pernapasan
kemudian putar badan keluar dari ruangan itu dan menutup
kembali pintu kayu tersebut.
"Samya agaknya orang itu menjumpai banyak persoalan
yang hendak dibicarakan dengan dirimu" bisik Kiem Lan
seraya diluar ruangan kuil.
"Mungkin ia minta aku membantu dirinya untuk
menyelesaikan upacara yang terakhir."
Ia mendongak untuk menghela napas tambahnya, "Jarak
saat ini dengan siang hari masih ada beberapa jam mari
meminjam kesempatan ini kita belajar beberapa macam ilmu
pukulan ikuti saja beberapa petunjukku untuk menghadapi
serangan lawan walaupun waktu sudah sangat mendesak
sehingga susah mendatangkan hasil yang memuaskan rasanya
masih bermanfaatkan pula untuk menambah pengetahuan
kalian di dalam menghadapi serangan lawan."
Tidak menunggu jawaban lagi ia membawa kedua orang
dayang itu memasuki sebua hutan diluar kuil ditempat itu ia
memberi petunjuk dua jurus serangan kepada mereka berdua
setelah itu barulah bersama2 berangkat menuju
keperkampungan Pek Hoa San cung.
Ditengah perjalanan mereka menjumpai sebuah kedai
mendadak Kiem Lan berhenti dan berbisik lirih, "Samya siang
hari masih ada satu jam bagaimana kalau kita bersantap dulu
dikedai ini?" "Tidak salah setelah memasuki perkampungan Pek Hoa San
cung kita tak boleh makan maupun minum barang2 mereka."
Mereka bertigapun bersantap di dalam kedai itu walaupun
yang disantap hanyalah nasi kasar dan teh pahit tapi bagi
ketiga orang ini sudah cukup lezat.
Selesai bersantap mereka segera berangkat menuju
keperkampungan Pek Hoa San cung.
Tjioe Tjau Liong sejak semula telah menantikan
kedatangan mereka diluar perkampungan begitu melihat
munculnya Siauw Ling disana dengan langkah lebar ia segera
menyambut. "Siauw heng masih mengira Samte telah lupa dengan janji
pertemuan kita ini hari?" tegurnya.
"Hubungan persaudaraan diantara kita sudah putus harap
Djie Tjung tju jangan menyebut aku dengan sebutan itu lagi"
tukas Siauw Ling dingin. "Empat samudra merupakan kawan ujung langit bagaikan
tetangga walaupun hubungan persaudaraan diantara kita
sudah putus. Apa salahnya kalau kita saling membahasai pihak
lawan dengan saudara" seorang lelaki sejati tidak suka
memandang rendah derajat lawan. Siauw heng apakah tidak
merasa caramu berpikir terlalu picik?"
Siauw Ling merasa gusar, tapi ia tekan rasa gusar tersebut
dalam rongga dadanya. "Kalau begitu aku harus merepotkan Tiioo heng untuk
membawa jalan...." jengkelnya sambil tertawa hambar.
Tjioe Tjau Liong tersenyum, sinar matanya beralih ke atas
wajah kedua orang budak itu.
"Bagaimana dengan kedua orang dayang ini?"
"Sudah tentu akan masuk ke dalam bersama2 aku Siauw
Ling." Suatu senyuman mengejek melintas diatas wajah manusia
she Tjioe ini. "Bagus sekali derajat kedua orang budak ini sudah
dinaikkan beberapa kali lipat oleh Siauw heng" ejeknya sinis.
"Djie Cungcu" seru Kiem Lan dingin. "Kita kakak beradik
sudah menjadi penghianat2 dari perkampungan Pek Hoa San
cung kalian kalau bicara harap Djie Cungcu sedikit tahu
kesopanan budak2 terus siapa yang kau maksudkan?"
"Bangsat kerparat" teriak Tjioe Tjau Liong mencak2.
"Berani betul kau budak laknat berani cari gara2 dengan aku?"
Sembari berteriak telapak tangannya melancarkan sebuah
pukulan ke arah budak2 itu.
Siauw Ling yang berdiri disisinya dengan cepat
menggerakkan tangan kanan mencengkeram pergelangan
kanan Tjioe Tjau Liong yang sedang melancarkan serangan.
"Tjioe heng kau ingin bergebrak pada saat ini juga?"
tantangnya. Tjioe Tjau Liong seketika itu juga merasakan seluruh tulang
belulangnya linu dan sakit walaupun semua tenaga sudah
dikeluarkanpun percuma saja akhirnya ia menghela napas
panjang. "Aku hanya ingin memberi sedikit pelajaran kepada budak2
ini aku tidak bermaksud menantang Siauw heng untuk
bergebrak." Sepasang mata Siauw Ling berkilat selapis hawa napsu
membunuh melintasi seluruh wajahnya.
"Djie Cungcu kau dengar baik2" ujarnya keren. "Apalagi
orang tua cayhe terluka barang seujung rambutpun aku Siauw
Ling tentu akan membasmi seluruh isi perkampungan Pek Hoa
San cung ini dan orang pertama yang akan menerima
kematian adalah Djie Cungcu pribadi."
Sembari berkata ia lepaskan cengkeramannya pada
pergelangan kanan Tjioe Tjau Liong.
Mendengar ucapan tersebut sang Djie Cungcu dari
perkampungan Pek Hoa San cung tertawa terbahak2.
"Haaa....haaa....kalau kupandang dari ucapanmu agaknya
Siauw heng merasa paling benci dengan diri cayhe?"
"Sedikitpun tidak salah...."
Setelah melihat hawa amarahnya yang berkobar2 dalam
dada Siauw Ling orang she Tjioe ini tidak berani mencari
gara2 lagi ia takut dirinya kena dikecudangi lagi oleh pemuda
tersebut. "Baiklah biar siauwte membawa jalan buru-buru."
Dengan langkah cepat ia segera berlalu.
Siauw Ling pun mengikuti dari belakangnya dengan
kencang ketika itulah Giok Lan mempercepat langkahnya
mendekati pemuda tersebut.
"Samya harap tenangkan hatimu jangan sampai membikin
pikiran jadi kawau balau."
Siauw Ling menghembuskan napas panjang ia tertunduk
sedih. "Aaaai....kedua orang tuaku sudah tua dan berbadan lemah
mana ia sanggup menahan siskaan ini?"
Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Beberapa saat kemudian mereka sudah tiba diruang tengah
perjamuan telah dimulai dengan Djen Bok Hong dikursi
pertama disamping itu terdapat pula seorang kakek tua kurus
kering berbaju hitam duduk saling berhadap2an dengan Toa
Cungcu. Kulit maupun badan orang ini kaku wajahnya kukoay susah
dilukiskan kalau bukan sepasang biji matanya berputar2
mungkin orang lain akan menganggapnya sebagai sesosok
mayat hidup. Terhadap orang ini Siauw Ling mempunyai suatu kenangan
yang sangat mendalam karena dia bukan lain adalah Tok so
Yok Ong yang ditemuinya sewaktu ada dikuil bobrok tempo
dulu. Halaman yang demikian luasnya hanya teratur sebuah meja
perjamuan kecuali dihadiri oleh Djen Bok Hong serta Tok So
Yok Ong tak kelihatan seorang manusiapun.
Ketika Tok So Yok Ong melihat munculnya Siauw Ling disitu
mendadak dari sepasang matanya memancarkan cahaya
tajam tiada hentinya ia perhatikan tubuh pemuda tersebut.
Menjumpai si raja obat bertangan keji terbayang kembali
dalam benak Siauw Ling akan peristiwa yang mengerikan
malam itu tak kuasa lagi hatinya merasa bergidik.
Djen Bok Hong tersenyum melihat kehadiran mereka
bertiga dengan cepat ia bangkit berdiri menjura.
"Mari....mari....kalian bertiga silahkan duduk" ujarnya
mempersilahkan. Jelas dari maksud ucapan itu memandang Kiem Lan, Giok
Lan sebagai tetamunya pula.
Dengan langkah lebar Siauw Ling berjalan mendekati meja
perjamuan cari kursi untuk duduk.
Kiem Lan, Giok Lan pun mengikuti jejak Siauw Ling duduk
dikedua belah sisinya. Sepanjang waktu kedua orang dayang ini menaruh rasa
hormat dan jeri yang luar biasa terhadap Djen Bok Hong kini
mengharuskan mereka duduk saling berhadapan sebagai
musuh hati mereka kebat kebit juga dibikinnya.
Kembali Djen Bok Hong tertawa hambar sembari angkat
cawan sendiri katanya, "Nona berdua sungguh beruntung
bagaikan sepasang mutiara yang bersinar Siauw heng bisa
memandang tinggi kalian membuat cayhepun harus
mengucapkan selamat kepada kamu berdua."
"Toa Cungcu terlalu memuji" sahut Giok Lan sambil
menjura. "Budak sekalian hormati watak Samya yang gagah
perkasa...." "Haaa....haaaa....jadi maksud kalian aku tidak sesuai untuk
menerima penghormatan kalian?" sindir Djen Bok Hong
tertawa terbahak2. Giok Lan kontan merasa jantungnya berdebar keras air
mukanya berubah merah padam.
"Budak tidak bermaksud demikian."
"Haaa....haaa....beberapa patah kata guyon jangan kalian
anggap sungguh2." Air mukanya mendadak berubah jadi keren sambungnya,
"Peraturan perkampungan Pek Hoa San cung kami selamanya
keras dan disiplin barang siapa yang berani berhianat
selamanya kami tidak kasih ampun kepada mereka ini hari aku
ingin mempertontonkan beberapa ornag penghianat
dihukum." Bicara sampai disitu ia ulapkan tangannya kemudian
bertepuk tangan dua kali.
Dari balik pepohonan serta bunga berkumandang suitan
panjang diikuti dari puncak loteng Wang Hoa Loo muncul
suara sautan. Jantung Siauw Ling berdebar semakin keras tak kuasa
iapun ikut mendongak ke atas.
Tambang bambu panjang perlahan-lahan muncul dari atap
loteng Wang Hoa Loo diujung bambu panjang itu terikatlah
seorang lelaki setengah telanjang yang hanya memakai celana
pendek. Jarak permukaan tanah dengan puncak loteng Wang Hoa
Loo sudah ada puluhan tombak tingginya, ditambah pula
orang itu digantung diatas bambu panjang yang dijalurkan
dari pucuk loteng keadaannya sangat mengerikan.
"Orang ini secara diam2 ada maksud menghianati diriku"
ujar Djen Bok Hong sambil memandang si orang yang
digantung diatas tiang. "Oleh karena itu ia berhak untuk
merasakan bagaimanakah rasanya kalau ditembusi dengan
berpuluh2 batang anak panah."
Ketika itulah mendadak suara desiran angin tajam
berkumandang memecahkan kesulitan sebatang anak panah
meluncur keluar dari loteng pertama tepat menghajar paha
orang itu.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suara jeritan bergema sangat menyayatkan hati butiran
darah muncrat keempat penjuru.
"Walaupun orang ini ada maksud berhianat tapi belum
melakukan sesuatu gerakan" sambung Djen Bok Hong lebih
lanjut. "Maka biarlah ia sedikit merasakan siksaan diatas tiang
penggantungan." Kembali ia ulapkan tangannya ke atas, seketika anak panah
berhamburan bagaikan hujan deras dari pelbagai tingkat
loteng mengarah tubuh orang itu.
Jeritan ngeri bergema sangat mengerikan darah muncrat
bagaikan hujan gerimis dalam sekejap mata seluruh badan
orang itu sudah dipenuhi dengan anak2 panah.
"Ooouw....sangat menarik. kematiannya sangat
memuaskan" seru Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa
San cung seraya melirik wajah Siauw Ling.
Suasana hening beberapa saat lamanya atau secara tibatiba
ia bersuitan kembali. Bambu panjang tadi perlahan-lahan ditarik kembali sebagai
gantinya dari loteng sebelah barat muncul kembali dua batang
bambu yang diatas masing-masing bambu terikat dua kursi
diatas kursi duduk seorang laki2 dan perempuan.
Setelah melihat dengan teliti siapa yang duduk diatas kursi
itu seketika itu juga Siauw Ling merasa nyawanya seperti
melayang diawang2. Matanya melotot keringat dingin
mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Orang itu bukan lain adalah orang tuanya sendiri.
"Siauw heng sudah melihat jelas siapakah mereka" jengek
Djen Bok Hong tersenyum. Hawa bergidik muncul dari dasar hati Siauw Ling seluruh
badannya merinding keras.
"Sudah....sudah kulihat cepat turunkan" serunya cemas.
"Haaaaa....haaaaa....haaaaa....enteng sekali kau bicara
hubungan persaudaraan diantara kita sudah putus apakah kau
merasa ucapan ini tidak sedikit keterlaluan?"
Keringat dingin mengucur keluar semakin deras sambil
menyeka keringat kembali Siauw Ling berseru, "Apa yang
hendak kau katakan cepat diutarakan keluar...."
"Haaaa....haaaaa....haaa....tali yang mengikat kursi itu
diatas bambu walaupun kelihatan sangat tipis dan kecil tapi
kuatnya luar biasa Siauw heng tak perlu kuatir tali itu bisa
putus ditengah udara."
"Usia kedua orang tuaku sudah lanjut cukup digantung
ditempat tinggi sudah mengejutkan hati mereka mungkin
sekali perbuatanmu ini membuat mereka jadi ketakutan" kata
sang pemuda sedih. "Kalau Siauw heng belum memutuskan hubungan
persaudaraan dengan aku orang she Djen maka kedua orang
tuamu sama pula dengan kedua orang tuaku aku akan
menghormatinya sebagai seorang angkatan lebih tua...."
Siauw Ling merasakan setiap patah kata yang diucapkan
orang itu bagaikan sebuah palu besi yang menggodam hatinya
jantung berdebar keras keringat mengucur semakin deras
memikirkan kelamatan orang tuanya.
Lama sekali akhirnya ia berhasil juga menekan perasaan
tersebut ke dalam hati katanya tenang, "Peristiwa yang telah
berlalu tak akan balik kembali lebih baik kita bicarakan
persoalan yang terjadi didepan mata...."
"Baik" Djen Bok Hong tertawa hambar. "Siauw heng
bersiap sedia hendak menggunakan tindakan apa untuk
menolong aah ibumu?"
"Urusan sudah jadi begini Toa Cungcu pun tak perlu jual
maal lagi apa yang hendak kau suruh aku Siauw Ling lakukan
cepat diterangkan sejujur2nya."
Djen Bok Hong tersenyum. "Baik kita bicarakan secara blak2an saja asal kau bisa
mendapatkan batok kepala Hong tiang dari kuil Siauw limsi
maka ayahmu akan kami lepaskan."
"Hong tiang dari kuil Siauw lim si?" seru Siauw Ling
melengak. "Tidak salah dengan kepandaian silat yang dimiliki Siauw
heng rasanya tidak susah untuk mendapatka batok kepala
Hong tiang dari kuil Siauw lim si."
"Toa Cungcu" tiba-tiba Giok Lan menyela dari samping.
"Budak ada beberapa patah kata hendak diutarakan entah
sesuaikah kuucapkan?"
"Baik katakanlah."
"Toa Cungcu minta Samya mengambil batok kepala Hong
tiang dari kuil Siauw lim sie untuk melepaskan Looya seorang
rasanya untuk membebaskan Hujien masih ada syarat lain
pula." "Oooouw....sungguh teliti pendengaranmu."
Siauw Ling terkejut ia merasakan hawa mangkel menerjang
naik ke atas kerongkongan mendadak sambil bangun berdiri ia
berteriak gusar, "Kalau aku tidak setuju."
"Gampang sekali terpaksa aku harus menahan ayah ibumu
untuk selamanya di dalam perkampungan Pek Hoa San cung
ini." "Kepandaian silat Toa Cungcu sangat lihay sudah lama aku
Siauw Ling mendengarnya sungguh kebetulan ini hari aku
ingin minta pelajaran darimu."
"Haaa....haaa....aku percaya kau Siauw Ling bukan seorang
tukang pukul kasaran...."
Mendadak air mukanya berubah jadi keren dengan dingin
terusnya, "Sekalipun kau ada maksud untuk menantang aku
bergebrak itu merupakan urusan dikemudian hari saat ini jiwa
kedua orang tuamu masih berada dalam genggamanku
asalkan aku ulapkan tangan maka mereka berdua akan mati
tertembus oleh hujan anak panah."
Mendengar ancaman itu Siauw Ling mendongak
memandang ayah ibunya yang tergantung diangkasa
semangat jantannya seketika hancur luluh dengan sedih ia
menghela napas panjang. "Katakanlah masih ada syarat apalagi?"
"Dengan batok kepala Hong tiang kuil Siauw lim untuk
mengganti nyawa ayahmupun merupakan perbuatan satu
nyawa dibayar dengan satu nyawa aku rasa tidak saling
merugikan bukan" sedangkan mengenai ibumu urusan makin
gampang lagi." "Apa yang hendak kau lakukan?" seru Siauw Ling sambil
menekan pergolakan dalam dadanya.
"Haaaa....haaaa....haaa....gampang sekali asalkan kau suka
menyelundupkan masuk kegunung Bu tong san...."
"Membinasakan Boe Wie Tootiang agar orang2 Bu tong pay
membenci aku hingga merasup ketulang sumsum?" sambung
Siauw Ling dingin. "Kau mempunyai hutang budi dengan Boe Wie Tooiang
tentu mereka tak akan mencurigai dirimu asalkan kau bisa
turun tangan keji tanpa ia sadari bukankah urusan akan
berlangsung dengan sangat gampang?"
Siauw Ling mendongak menghembuskan napas panjang
saking sedihnya tak sepatah katapun bisa diutarakan lagi.
Sikap Djen bok Hong semakin dingin lagi sambungnya,
"Kita tetapkan saja perjanjian ini dnegan beberapa patah kata
tersebut kalau kau bisa memperoleh batok kepala Boe Wie
Tootiang, cayhe secara melepaskan ibumu. Kalau kau bisa
memperoleh batok kepala Tjiangbun tjiang dari Siauw lim sie
aku lepaskan ayahmu perkataan ini tak bisa diubah2 lagi."
Siauw Ling menunduk sedih, air mata jatuh bercucuran.
"Tidak ada cara lainnya lagi?" Djen Bok Hong segera
menggeleng. "Kita batasi waktu sampai tiga bulan, di dalam
tiga bulan ini cayhe bisa merawat ayah ibumu sebaik2nya."
Jelas dibalik ucapan tersebut ia mengartikan kalau dalam
tiga bulan Siauw Ling tidak dapat memperoleh batok kepala
Ciangbujien dari Siauw lim pay serta batok kepala dari Boe
Wie Tootiang maka ia akan mulai menyiksa kedua orang tua
Siauw Ling. Siauw Ling sendiripun tahu banyak bicara tak ada gunanya
perlahan-lahan ia bangun berdiri sambil menekan pergolakan
dalam dadanya. "Tiga bulan kemudian cayhe pasti akan muncul kembali
dalam perkampungan Pek Hoa San cung."
"Kau harus ingat usia orang tuamu sudah lanjut badannya
lemah sekali aku rasa ia tidak akan kuat menahan siksaan
badan" sambung Djen Bok Hong lebih lanjut. "Ketika Siauw
heng muncul kembali dalam perkampungan Pek Hoa San cung
cayhe berharap perkampungan Pek Hoa San cung cayhe
berharap kau telah berhasil memperoleh batok kepala
Ciangbunjien dari Siauw lim pay serta batok kepala dari Boe
Wie Tootiang." Siauw Ling merasakan beberapa patah kata dari Djen Bok
Hong ini bagaikan sebilah pisau belati yang menghujam dalam
dadanya seluruh badan gemetar keras tanpa bicara lagi ia
putar badan dan berlalu. Kiem Lan, Giok Lan saling bertukar pandangan merekapun
sama2 bangun berdiri. "Budak sekalian mohon diri" ujarnya berbareng.
"Haaa....haaa....nona berdua harus baik2 menjaga serta
merawat Siauw Ling jangan biarkan ia sakit karena
mendongkol bukan saja badannya akan rusak bahkan akan
mencelakai pula kedua orang tuanya."
"Toa Cungcu boleh berlega hati" seru Giok Lan dingin.
"Budak rasa masih sanggup untuk menasehati Samya."
"Bagus sekali maaf aku tak dapat menghantar kalian."
Kembali Kiem Lan, Giok Lan menjura lalu putar badan
mengejar Siauw Ling dan keluar dari perkampungan Pek Hoa
San cung. Pikiran pemuda she Siauw pada saat ini kacau balau tidak
karuan dadanya bergolak dan kebingungan dengan tiada arah
tujuan ia berjalan terus kedepan hingga akhirnya berhenti
ditepi sungai. Kiem Lan, Giok Lan pun tahu saat ini pikirannya sedang
kacau mereka tidak berani banyak bicara untuk memberi
nasehat karenanya selama ini selalu membungkam terus
sambil menguntil dari belakangnya.
Tapi sungai itu sangat sunyi dan liar ombak menggulung
saling berkejaran tak tampak sebuah sampanpun hilir mudik
diatas sungai. Memandang segulung ombak yang berkejaran Siauw Ling
berdiri termangu2 sepertanak nasi lamanya ia bungkam dalam
seribu bahasa. "Ssst....coba kau lihat agaknya kesadaran Samya sudah
mulai pudar" bisik Kiem Lan lirih kepada Giok Lan. "kita harus
mencari suatu akal untuk menyadarkan dirinya."
Belum sempat mereka melakukan sesuatu mendadak Siauw
Ling menghembuskan napas panjang dan berpaling.
"Aku sangat baik kalian tak usah repot ataupun
kebingungan." Giok Lan mengedipkan sepasang matanya.
"Dalam keadaan dan situasi semacam ini kita harus
menggunakan kecerdasan serta ketabahan untuk menghadapi
situasi yang kritis Samya kau harus baik2 berjaga diri untung
saja tiga bulan tidak terhitung pendek mungkin sekali dalam
jangka waktu selama ini kita berhasil mendapatkan suatu cara
untuk menolong Looya serta Hujien."
Siauw Ling menghela napas panjang.
"Aku sudah putus hubungan persaudaraan dengan Djen
Bok Hong serta Tjioe Tjau Liong lain kali tak usah menyebut
aku dengan sebutan Samya lagi."
"Budak sekalian sudah terbiasa memanggil dengan sebutan
Samya kalau tidak kami harus memanggil apa?" kata Kiem
Lan. "Panggil saja aku dengan Siauw Ling."
"Kalau sebutan ini budak tidak berani" buru-buru Giok Lan
menggeleng. "Kita sama2 manusia dari mana datangnya tingkat
terhormat dan tingkat bawah mengapa tidak boleh memanggil
aku sebutan Siauw Ling."
"Untuk memanggil dengan nama asli budak sekalian
kendati punya nyalipun tidak berani menyebut jikalau Siauw
ya memang begitu pandang kami enci dan adik, budak
memanggil diri Siauw ya dengan sebutan Siangkong saja...."
"Sesuka kalian mau panggil apa saja...." perlahan-lahan ia
duduk ke atas tanah. Giok Lan ikut berlutut disisinya sambil menghibur dengan
kata2 halus, "Budak sudah banyak menerima budi kebaikan
dari siangkong setiap hari ingin sekali kami balas budi
kebaikan ini dan kini Looya serta Hujien kena dikurung dalam
perkampungan Pek Hoa San cung tentu mereka tak ada orang
yang merawat maksud budak lebih baik aku kembali saja
keperkampungan mohon Djen Bok Hong suka mengijinkan
budak untuk merawat Looya serta Hujien Siangkong ada Kiem
Lan cici yang merawat rasanya sudah cukup."
"Apa" kau mau pulang keperkampungan pek Hoa San
cung?" seru Siauw Ling tertegun.
"Tidak salah aku mau merawat Looya serta Hujien."
"Sudahlah kau tak usah banyak buang pikiran Djen Bok
Hong tak akan setuju dengan permintaanmu ini."
"Kalau budak biarkan dia memusnahkan ilmu silatku dan
mengatakan kedatanganku karena mendapat perintah dari
Samya mungkin ia bisa menyetujuinya."
"Tidak bisa" seru Siauw Ling sambil menggeleng.
Mendadak terdengar suara gelak tertawa yang keras
memutuskan ucapan Siauw Ling yang belum selesai.
Pemuda itu segera berpaling kurang lebih satu tombak
dibelakangnya berdiri seorang lelaki kurus kering berbaju
hitam dengan angkernya orang itu bukan lain adalah Tok So
Yok Ong. Siauw Ling yang pada dasarnya sedang menekan hawa
mangkel di dalam dada melihat munculnya orang ini
meledaklah hawa amarahnya.
"Apa yang kau inginkan?" bentaknya sambil meloncat
bangun. "Sudah bocan hidup?"
Tok So Yok Ong tenang saja ia tertawa hambar.
"Aku ingin membicarakan soal jual beli dengan kau."
"Jual beli apa?"
"Bukankah kau iangain menolong orang tuamu yang
terkurung?" "Bisa menolong keluar kedua orang tua cayhe aku Siauw
Ling matipun rela." Si raja obat bertangan keji tertawa hambar.
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tahukah kamu dikolong langit pada saat ini hanya Loohu
seorang yang bisa menolong sepasang orang tuamu?" ujarnya
kembali. "Baik katakan, apa syaratmu."
"Sekalipun Loohu tidak bicara, seharusnya dalam hati kau
paham sendiri bukan."
"Mengambil darah badanku untuk menolong jiwa putrimu."
"Tidak salah" si raja obat bertangan keji mengangguk.
"Cuma kali ini Loohu sudah mempersiapkan obat untuk
memulihkan kesehatanmu sembari melepaskan darah aku
kasih obat tambah darah untukmu dengan demikian walaupun
jiwa putri pun Loohu selamat, jiwamu pun tidak sampai
terancam, orang tuamupun bisa ditolong bukankah ini yang
dinamakan satu batu mendapat tiga hasil."
Loocianpwee" mendadak Giok Lan menimbrung dari
samping. "Budak ada beberapa patah kata rasanya tidak enak
kalau tidak diutarakan keluar."
"Cepat katakan."
"Sekalipun terhitung Loocianpwee berhasil menolong Siauw
Loo ya serta Siauw Hujien dengan lancar tindakanmu ini
bukankah akan mengakibatkan pencarian secara besar2an
oleh orang2 perkampungan Pek Hoa San cung...."
"Kita bisa mencari suatu tempat yang tersembunyi asal
tempat itu terpencil mereka tak bakal bisa menemukan diri
kita." "Bersembunyi untuk sementara sih bisa tapi selamanya aku
rasa tidak mungkin apalagi Loocianpwee sudah lama
bersahabat dengan Djen Bok Hong rasanya kau tahu bukan
bagaimanakah wataknya."
"Tentang soal ini Loohu sudah punya rencana."
"Kalau putrimu hanya ingin mengganti darah saja untuk
menyelamatkan jiwanya mengapa harus menggunakan darah
yang ada ditubuh Samya?" seru Giok Lan. "Budak rela
menyumbangkan seluruh darah yang ada ditubuhku untuk
menolong putrimu." "Budakpun rela menyumbangkan darahku untuk menolong
putrimu" sambung Kiem Lan cepat.
Si raja obat bertangan keji dengan cepat menggeleng.
"Kalau urusan ini demikian gampangnya Loohu setiap saat
dapat mencari sepuluh atau delapan orang untuk diambil
darahnya, apa perlunya membicarakan soal jual beli ini
dengan kalian" ujarnya dingin.
"Jika demikian adanya kau harus menggunakan darahnya
baru bisa?" "Sudah ada sepuluh tahun lamanya Loohu mencari diantara
seribu bahkan puluhan orang tapi hanya dua orang saja yang
bisa digunakan untuk mengganti darah putriku."
"Yang satu adalah cayhe, lalu siapa orang yang lain?" tanya
Siauw Ling tak tertahan. "Sekarang dikolong langit hanya tinggal kau seorang,
karena orang kedua sudah lama mati."
"Siapa." "Beritahu kepadamu pun tiada halangan tapi dengan
usiamu yang sedemikian kecil mana mungkin dengan orang
itu. Dia adalah Gak Im Kauw."
Seluruh badan Siauw Ling tergetar keras, buru-buru ia
menghembuskan napas panjang.
"Gak Im Kauw, nama besarnya sudah tersohor dimana2,
cayhe menaruh hormat kepadanya."
Si raja obat bertangan keji mendehem berat katanya tibatiba,
"Loohu tidak bisa lama berdiam diri kalau kau setuju
cepat ambil keputusan."
"Baik aku setuju" jawab Siauw Ling dengan wajah yang
kukuh. "Tapi cayhe harus melihat dulu kedua orang tuaku
sudah lolos dengan selamat...."
"Hal ini sudah tentu malam ini pada kentongan ketiga kita
berjumpa muka dalam kuil bobrok dimana kita pernah
berjumpa untuk pertama kalinya disana Loohu akan beritahu
kepadamu bagaimana caranya menolong ayah serta ibumu."
"Baik kita tetapkan demikian."
Sekali loncat Tok So Yok Ong berkelebat pergi lalu dalam
sekejap mata sudah lenyap dari pandangan.
Menanti bayangan punggung dari si raja oebat bertangan
keji sudah lenyap dari pandangan Giok Lan baru berpaling dan
memandang sekejap ke arah Siauw Ling.
"Siangkong kau benar2 setuju untuk melepaskan darah
buat menolong putrinya?"
"Sebagai manusia tidak bisa berbakti untuk orang tua hal
ini merupakan suatu tindakan yang salah apalagi sepasang
orang tuaku menderita disebabkan aku jangan dikata
melepaskan darah dibadanku sekalipun suruh aku hancur
leburkan badankupun tak akan kutolak."
"Tapi si raja obat bertangan keji bukan termasuk orang2
baik." "Aku tahu tapi demi menolong jiwa putrinya ia tak akan
melakukan siasat licik kitapun tak usah memikirkan persoalan
ini terlalu jauh." "Kalau si raja obat bertangan keji setelah melepaskan
darah Siangkong dan menolong jiwa putrinya lalu menangkap
kembali Looya serta Hujien untuk dijebolkan ke dalam
perkampungan Pek Hoa San cung bukankah Siangkong akan
tertipu mentah2?" "Aaaai....dalam keadaan seperti itu sekalipun tidak mati
seluruh kepandaian silatku akan punah kendati Djen Bok Hong
menangkap sepasang orang tuakupun percuma saja kalau
ilmu silatku sudah punah ia pasti tak mau mengurusi tentang
kedua orang tuaku lagi."
Giok Lan menghela napas panjang.
"Asal kau masih bisa bernapas Djen Bok Hong tak akan
melepaskan dirimu apalagi kalau Siangkong kehilangan ilmu
silatnya kau akan memperoleh hinaan cemohan serta siksaan
yang hebat orang2 kangouw memang dasarnya keji dan
bahaya Siangkong tak usah membicarakan soal kepercayaan
serta peraturan Bulim lagi dengan mereka."
"Menurut pendapatmu bagaimana baiknya?" tanya Siauw
Ling. "Maksud budak lebih baik kita menjanjikan suatu tempat
yang bersembunyi untuk bertemu kita turun tangan
bersamaan waktunya untuk menolong Looya serta Hujien
entah bagaimana maksud Siangkong?"
"Menggunakan tentara tidak bosan mengeluarkan siasat
makin licik siasat itu makin sempurna kita boleh saling
bermain siasat dengan Tok So Yok ong apa kau kira Tok So
Yok Ong sendiri tidak mengadakan persiapan?"
"Aaaai...." Kiem Lan menghela napas panjang. "Jumlah
tenaga kita tidak banyak sekalipun berhasil menolong Looya
serta hujien juga sulit untuk mengejar kita."
"Orang budiman selalu dilindungi Thian, Siangkong tidak
perlu terlalu murung akan soal ini" hibur Giok Lan cepat.
Siauw Ling mendongak dan menghembuskan napas
panjang. "Orang itu berjanji hendak menjumpai kita di dalam kuil
bobrok sore nanti sedang Tok So Yok Ong berjanji hendak
menjumpai kita pada kentongan ketiga ditempat yang sama
tidak kusangka kuil bobrok ini mempunyai jodoh dengan aku
Siauw Ling" "Siangkong" kata Giok Lan kemudian setelah memeriksa
sejenak suasana disekeliling perkampungan Pek Hoa San
cung. "Banyak tersebar pos2 pengintai yang mengawasi
semua gerak gerik kita maksud budak lebih baik kita berputar
dulu satu kalangan untuk mengacaukan perhatian mereka
setelah itu secara diam2 baru berusaha untuk telundup masuk
ke dalam kuil itu." "Baiklah aku ikuti saja pendapatmu."
Sembari berkata ia lari menuju ke arah selatan.
Demikianlah mereka dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dengan cepat berlari kedepan dalam
sekejap mata sepuluh li sudah dilewati.
Seperminum teh kemudian Siauw Ling sambil tersenyum
berhenti berlari sinar matanya menyapu sekejap
kesekelilingnya. Ditempat itu hanya terdapat sebuah rumah gubuk
disekelilingnya merupakan tanah ladang yang amat luas.
"Siangkong" seru Giok Lan sambil tersenyum. "Mari kita
beristirahat di dalam rumah gubuk itu sekeliling tempat ini
merupakan tanah ladang yang luas sekali pandang bisa
mengawasi pemandangan sejauh seratus tombak kalau para
pengintai dari perkampungan Pek Hoa San cung datang
mengawasi kita paling mudah bagi kita untuk
menemukannya." "Benar!" sambung Kiem Lan sambil mengangguk. "Lebih
baik lagi kalau kita berusaha menangkap seorang atau dua
orang pengintai mereka untuk paksa mengirim berita palsu
sehingga mengacaukan pengawasan mereka dengan demikian
gerakan kita akan lebih leluasa."
"Siauw moay pun punya maksud demikian."
Agaknya nyali kedua orang nona ini sudah bertambah
besar, sudah tentu saja tindakan mereka ini mendatangkan
rasa heran diatas Siauw Ling pikirannya, "Selamanya kedua
orang ini menaruh rasa hormat terhadap Djen Bok Hong.
Mengaoa sikap mereka saat ini bagaikan berobah dengan
orang yang lain...."
Karena berpikir demikian tanpa terasa ia sudah bertanya,
"Eeeeei....agaknya nyali kalian berdua sudah jauh lebih
besar?" Giok Lan tertawa lucu. "Apakah Siangkong merasa rada heran?" serunya.
"Kalian sudah lama hidup dibawah kekuasaan Djen Bok
Hong selamanya memandang dia sebagai dewa, mengapa
sekarang kalian punya nyali berani mencari gara2 dengan
dirinya." "Hal ini dikarenakan kami sudah memahami akan satu
persoalan." "Persoalan apa yang sudah kalian pahami?"
"Siangkong bersikap sangat baik kepada kami budak
sekalian bukan saja akan membantu Siauwya sekuat tenaga
sekalipun mai juga tidak menyesal inilah sebabnya mengapa
nyali budak berdua bertambah berani."
Ketika pembicaraan sedang berlangsung mereka sudah
mendekati rumah gubuk tersebut.
Diluar rumah gubuk yang terpencil ini bertumpuk2 gandum
disimpan disana kecuali itu tak tampak benda lainnya lagi.
Dengan langkah lebar Siauw Ling segera masuk kedalam.
"Aaaakh tempat ini tidak jelek" katanya memuji. "Kita bisa
beristirahat disini menanti sore hari sudah tiba baru kembali
kekuil bobrok tersebut."
Giok Lan tidak menjawab hanya secara tiba-tiba ia
mencabut keluar pedangnya sambil mengasi tumpukan
gandum disisinya. "Ayoh cepat menggelinding keluar kalau tidak akan kubakar
tumpukan gandum ini" teriaknya keras.
Siauw Ling mengerutkan dahi selagi mau bertanya
mendadak Giok Lan mengedipkan matanya terpaksa ia tahan
sabar. Kiem Lan pun menengus dingin.
"Enci mari kita keluar kita bakar saja tumpukan gandum
ini." Kedua orang ini satu tanya satu menjawab yang
dikatakanpun kata2 kosong belaka sedang dari balik tumpukan
gandum itu tidak kelihatan sesuatu gerakanpun.
"Beri aku korek api! kita bakar dari kedua belah pihak"
teriak Kiem Lan kembali. Baru saja ucapannya itu meluncur keluar tumpukan
gandum membelah dua dan meloncat keluarlah seorang
pengemis cilik berambut awut2an serta berkaki telanjang
sambil memandang kedua orang dayang itu ia tertawa
terbahak2. "Haaa....haaa....bagus2 sekali ternyata nona berdua
berhasil juga menipu keluar aku sipengemis dari tempat
persembunyian." Sinar mata Giok Lan berputar setelah memperhatikan
sekejap sipengemis cilik itu bentaknya, "siapa kau?"
"Seorang pengemis peminta2" jawab sipengemis sambil
tertawa. "Kuda dikolong langit dimanapun bisa menjumpai
bangsat apa perlunya kau keheranan."
"Hmm gerak gerikmu gesit jelas seorang jago Bulim yang
pandai bersilat." "Kalau benar gimana?"
"Sering kudengar ornag berkata dalam dunia persilatan ada
sebuah partai pengemis" tiba-tiba Kiem Lan menyela.
"Anggota dari partai ini kebanyakan kaum pengemis tetapi
kepandaian silat yang dimiliki sangat lihay apakah kau naggota
Kay pang?" "Dan kalian adalah anggota perkampungan Pek Hoa San
cung?" pengemis itu balik bertanya.
Selama ini Siauw Ling hanya membungkam terus sambil
berdiri disisi kalangan terhadap tanya jawab antara sipengemis
dengan kedua orang dayanganya ia tidak ambil gubris.
Oleh karena itu pengalamannya sangat cetek setelah
mendengar pertanyaan sipengemis segera jawabnya, Tidak
salah cuma sekarang kami sudah bukan anggota
perkampungan Pek Hoa San Cung lagi.
Walaupun watak sipengemis itu kukoay dan banyak akal
tapi ia dibikin melengak juga dengan jawaban sang dayang.
Mengapa" tanyanya. Sekarang kami sudah melepaskan diri dari ikatan
perkampungan Pek Hoa San Cung.
Mendadak ia merasa dirinya sudah terlanjur bicara, buruburu
sambungnya, "Apa maksudmu bertanya demikian
jelasnya?" Kalau apa yang kalian berdua ucapkan adalah kata
sejujurnya disini Cayhe memberikan ucapan selamat dulu
kepada kalian seru sipengemis sambil tertawa.
Apa yang kau tanyakan sudah kami jawab semua
sedangkan pertanyaan yang kami tanyakan seharusnya
kaupun memberi jawaban. "Sekalipun kalian adalah orang2 perkampungan Pek Hoa
San cung aku juga tidak takut tidak salah aku adalah anggota
Kay Pang seperti apa yang sering kau dengar."
Dari Cung San Pek yang sering bercerita Siauw Ling dapat
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahu bahwa partai Kay Pang merupakan partai terbesar
didaratan Tionggoan seratus tahun berselang, jumlah
anggotanya sangat banyak dan tersebar baik didaerah utara
maupun diselatan. Jago-jago lihay mereka sangat banyak mengungguli
kekuatan partai besar lainnya bahkan partai Siauw Lim yang
dianggap sebagai sumber dari segala ilmu silatpun tidak bisa
menandingi kekuatannya. Tiga puluh tahun berselang mendadak ditubuh Kay pang
terjadi suatu perubahan drastis. Para tianglo dari partai itu
saling berebut jadi ketua sehingga mengakibatkan terjadinya
suatu pembunuhan besar2an diantara sesama anggota.
Pihak yang kalah akhirnya bersekongkol dengan pihak luar
untuk menghantam pihak yang menang. Hal mana tentu saja
mengakibatkan pertarungan tersebut semakin mengerikan.
Di dalam pertempuran ini akhirnya kedelapan belas Orang
Tianglonya sama2 tewas. Ini mengakibatkan pula banyak ilmu
silat lihay dari partai mereka ikut dibawa kekubur.
Sejak kejadian itu pamor Kay Pang makin merosot kendati
begitu kalau dibicarakan dalam jumlah anak muridnya
perkumpulan mereka masih terhitung sebagai partai besar.
Perlahan-lahan sinar mata sipengemis itu dialihkan ke atas
tubuh Siauw Ling dan memperhatikan dari atas hingga
kebawah Ooooouw.... kiranya Sam Tjungtju dari perkampungan Pek
Hoa San tjung, sudah lama aku sipengemis cilik mendengar
nama besarmu serunya cepat.
Dari mulut Ih, Ouw, Siang, Kan, Tjung Piauw Pa Tju, aku
sipengemis cilik telah mendengar nama besar dari Siauw
heng. Saat ini Be Boen Hwie ada dimana" Ini hari Siauw te masih
banyak persoalan yang harus diselesaikan, besok siang
bagaimana kalau kita berjumpa lagi disini.
Peng Im termenung sejenak, akhirnya ia mengangguk.
Baik, kita berjanji begitu saja....
Ia merandek sejenak lalu sambungnya, Untuk sementara
aku mengalah dan berikan tempat ini untuk kalian bertiga.
Sekali loncat ia melayang keluar dari gubuk dalam sekejap
mata sudah lenyap dari pandangan.
Siauw Ling menghela napas panjang perlahan-lahan ia
melangkah keujung gubuk dan duduk bersila, ujarnya, Orang
yang hendak kita jumpai sore nanti masih sulit diduga
bagaimana keadaannya. Lebih baik kita duduk bersemedi
untuk mengatur pernapasan.
Tanpa buang banyak waktu Kiem Lan menuju kepojokan
gubuk dan mulai duduk bersemedi.
Mendadak.... Suara ringkikan kuda berkumandan dari tempat kejauhan
makin lama semakin mendekat, bahkan jumlah yang datang
tidak sedikit, Tampaklah dari tempat kejauhan meluncur datang kereta
kuda dengan cepatnya. Ditengah dataran yang sunyi dan terpencil secara tiba-tiba
muncul sebuah kereta kuda yang lari kencang2 kejadian ini
sudah tentu luar biasa sekali.
Sewaktu Giok Lan bermaksud menyadarkan Kiem Lan
mendadak horden kereta tersingkap dan meloncat keluar
seorang perempuan genit berbaju serba putih sebuah sulaman
bunga dari benang emas didadanya.
Terdengar perempuan muda itu tertawa terkekeh2 Eeei....
apakah Sam Cungcu ada disini" tegurnya lirih.
Orang ini bukan lain adalah Kiem Hoa Hujien yang memiliki
banyak benda beracun. Giok Lan tahu ia tak bakal sanggup menghadang dirinya
karena itu sengaja ia menegur dengan mempertinggi
suaranya. Hujien baik2kah selama ini"
Jelas meminjam kesempatan ini ia hendak memberikan
peringatan buat Siauw Ling serta Kiem Lan.
Bagaikan segulung angin taupan Kiem Hoa Hujien langsung
menerjang masuk ke dalam ruangan.
Waktu itu Siauw Ling sudah tersadar dari semedinya, diam2
iapun telah mengadakan persiapan.
Setibanya di dalam ruangan Kiem Hoa Hujien
mengeluarkan tangannya yang putih dan halus untuk
membereskan rambutnya lalu tertawa.
Haaa.... beruntung kau belum pergi terlalu jauh.
Terhadap Kiem Hoa Hujien ini Siauw Ling merasa bimbang
bercampur benci, segera jawabnya, Mengapa"
Saudara cilik urusan segampang ini masa kau tak bisa
berpikir" Kalau kau sudah pergi jauh mana aku bisa
menemukan dirimu sedemikian gampang"
Tiada tempat berteduh yang tepat, empat penjuru sebagai
tempat tinggal. Kau anggap Shen Bok Hong bisa melepaskan dirimu"
Aku tidak jeri terhadap dirinya....
Sudahlah jangan bicara begitu Kiem Hoa Hujien tertawa
bukankah kau setuju untuk membunuh Hong Tiang dari Siauw
Lim Sie" Selama ini kuil Siauw Lim sie dipandang jago-jago daratan
Tionggoan sebagai tulang punggung dunia persilatan, aku
duga penjagaan disana tentu sangat ketat. Dengan kekuatan
kau seorang mana mungkin berhasil membunuh mati sang
Ciangbun Hongtiang dari Siauw Lim Sie.
Siauw Ling dapat meresapi alasan2 yang benar dari ucapan
perempuan ini tak kuasa ia menunduk sedih dan menghela
napas panjang. Perkataan hujien sedikitpun tidak salah.
Kiem Hoa Hujien tertawa senang.
Sejak kita berkenalan baru untuk pertama kali ini kau
memuji diriku.... serunya.
Perlahan lahan Siauw Ling mendongak ke atas butiran air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Eeeei.... mengapa kau suka membantu diriku, tanya Siauw
Ling melengak. Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh2.
Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku. Baik2lah kalian
merawat dirinya jangan bertindak secara gegabah. Nah aku
pergi dulu.... Dalam sekali loncat ia sudah berada diluar ruangan.
Sambil memandang bayangan kereta yang makin menjauh
Giok Lan menghela napas. Pikiran Siauw Ling dipenuhi dengan persoalan, lama sekali
ia berusaha belum berhasil juga, perlahan-lahan ia bangun
berdiri dan mengalihkan sinar matanya keluar jendela.
Pemuda ini menemukan rerumputan diluar jendela sedikit
bergoyang walaupun waktu itu tidak ada angin berhembus.
Kurang lebih seperminum teh kemudian rumput tadi
kembali bergoyang lalu pulih lagi seperti sedia kala,
Kali ini rumput itu tersingkap lebih besar, jelas dibalik
semak seseorang yang sedang mengintai.
Kembali sepeminum teh berlalu mendadak rumput tadi
tersingkap lebar dan muncullah selembar wajah yang penuh
keseriusan dengan sepasang mata yang besar jeli melongok
ke dalam ruangan. Wajah orang ini sangat dikenali Siauw Ling, dalam sekali
pandang saja ia sudah mengetahui sebagai sinona berbaju
hijau yang dijumpai waktu membokong Cioe Cau Liong
dirumah makan kota Koei Cho.
Tampak sepasang mata yang besar jeli dilapisi hawa napsu
membunuh dengan tajam memandang keadaan dalam
ruangan. Disertai serentetan cahaya tajam dengan membawa desiran
perlahan meluncur masuk ke dalam ruangan langsung
mengancam dada Siauw Ling.
Tangan kanan Siauw Ling dengan cepat menyambut
datangnya senjata rahasia tersebut. Tanpa banyak bergerak ia
simpan senjata rahasia tersebut ke dalam saku dan tetap
duduk tak berkutik.... Tampak sepasang mata yang penuh dengan napsu dendam
itu muncul kembali dari balik jendela dengan mendelong ia
melototi wajah Siauw Ling lalu mengalihkan sinar matanya ke
arah kedua orang dayang itu....
Tampak selembar wajah yang mencuri lihat dari balik
jendela perlahan-lahan lenyap dari pandangan, jelas ia tidak
bermaksud membokong kedua orang dayang tersebut.
Hanya ada satu hal yang membuat Siauw Ling tidak
paham, badannya tidak terdapat luka. Badannya tidak
terdapat luka, badanpun tetap tak berkutik. Apakah gadis itu
tak dapat melihat kalau ia sedang berpura2.
Beberapa saat kemudia Giok Lan serta Kiem Lan berturut2
telah sadar dari semedinya. Gadis itu bangun berdiri membuka
pintu, setelah memeriksa cuaca katanya lagi,
Sang surya sudah hampir lenyap dibalik gunung. Paling
banyak setengah jam kemudian hari akan gelap, bagaimana
kalau sekarang juga kita berangkat"
Baik, ayoh berangkat kata Siauw Ling.
Setelah keluar dari gubug dengan ilmu meringankan tubuh
ia berlari menuju kekuil.
Siauw Ling langsung menuju keruang belakang dimana
terdapat peti mati, membuka penutup dan melongok kedalam,
Tapi peti mati itu kosong, orang yang terluka tadi sudah
lenyap dari sana. Ia sudah menipu kita, bisik Giok Lan lirih,
Sebelum ucapan itu selesai diutarakan, mendadak
terdengar suara terbangnya seekor burung melayang masuk
ke dalam ruangan. Seekor burung beo telah muncul dari balik
senja. Burung beo itu terbang mengelilingi ruangan satu kali
kemudian baru perlahan-lahan terbang keluar.
Di bawah bimbingan sang burung beo ketiga orang itu
dibikin lupa arah manakah mereka pergi.
Setelah berjalan kurang lebih tujuh delapan li sampailah
beberapa orang itu didepan sebuah rumah petani.
Dengan dipimpin oleh Siauw Ling, kedua dayang itu ikut
melangkah masuk kedalam. Malam hari sudah tiba hal mana menambah kegelapan
dalam ruangan tersebut sehingga sulit melihat lima jari
sendiri. Dengan dasar tenaga lweekang yang sempurna dari Siauw
Ling, sepasang matanya berhasil dilatih sangat tajam sehingga
dapat melihat ditempat kegelapan bagai ditempat terang saja.
Kurang lebih enam tujuh langkah didepan mereka berdirilah
sesosok bayangan perempuan.
Kalian bertiga silahkan ikut aku masuk kedalam,
Sembari berkata ia putar badan berlalu.
Dengan pedoman bayangan punggung sigadis itu Siauw
Ling melangkah kedepan diikuti Kiem Lan serta Giok Lan dari
belakang. Tampak gadis itu menerobos ruangan belakang membuka
pintu kecil dan berjalan terus kemuka melintasi sebuah jalanan
kecil yang sunyi dan terpencil....
JILID 11 Sambil memandang bintang yang bertaburan dilangit Siauw
Ling berpikir, "Orang kangouw paling suka merahasiakan
keadaan sendiri gubuk petani tadi sama sekali tiada sangkut
pautnya dengan mereka, apa maksud mereka memancing aku
memasuki dahulu ruangan gubuk tersebut .... sungguh
mengherankan..." Sewaktu ia masih berpikir perempuan sipembawa jalan
yang berada didepan sudah berhenti, sudah sampai harap
kalian bertiga suka menunggu sejenak disini katanya.
Melihat dirinya kembali disuruh menunggu dalam hati
Siauw Ling merasa gusar, "Hmm entah permainan apa lagi
yang sedang mereka lakukan" pikirnya dalam hati kalau sejak
tadi tahu begini aku tak sudi datang memenuhi janji ini."
Sekalipun dalam hati menggerutu diluar ia masih bersikap
sungkan. Giok Lan sebagai seorang gadis yang cerdik lagi teliti
mendadak menemukan suatu hal yang mencurigakan hatinya
ia merasa siperempuan pembawa jalan itu selalu berusaha
menghindari perjumpaan muka dengan mereka ia selalu
melengos bahkan waktu bicarapun membelakangi diri mereka
bertiga. Timbullah rasa ingin tahu dalam gadis cerdas ini pikirnya.
Apakah orang ini mempunyai hal2 yang malu diperlihatkan
kepada orang lain" mengapa ia selalu melengos dan
membelakangi kami" Karena curiga dan tak dapat menahan diri perlahan-lahan
Giok Lan mulai bergeser kesamping dan berputar ke arah
muka bermaksud melihat bagaimanakah wajah perempuan
itu. Siapa nyana gadis itu mempunyai kewaspadaan yang tinggi
baru saja Giok Lan bergeser selangkah ia sudah bergeser
kesamping menghindari pertemuan mata dengan Giok Lan.
Aku harap kalian bertiga suka menanti ditempat ini katanya
dingin, Jangan sembarang pergi atau berlalu sesuka hati anda.
Langkahnya dipercepat mendadak ia meloncat ke depan
dan melayang pergi loncatannya sungguh lihay sekali bergerak
satu tombak telah dilalui dengan enteng.
Ehmmm tidak jelek ilmu meringankan tubuh orang ini puji
Siauw Ling di dalam hati.
Tampak bayangan tubuh perempuan itu bergerak kedepan
di dalam beberapa kali kelebatan saja ia sudah lenyap dibalik
kegelapan. Memangdang hingga bayangan perempuan itu lenyap dari
pandangan Giok Lan baru berpaling ke arah Siauw Ling.
Siangkong apakah dalam hati kau menaruh curiga"
tanyanya setengah berbisik.
Ehmmm aku tidak begitu senang dengan tindak tanduk
mereka yang main sembunyi.
Banyak perguruan serta partai dalam dunia persilatan yang
sengaja bersikap misterius guna menambah kewibawaan
perkumpulannya, ini sudah sering kita dengar orang berkata.
Sedang orang ini telah terluka parah dan takut ada musuh
yang datang menyerang bisa saja mengatur persiapan seketat
dan secermat ini Tapi siperempuan pembawa jalan itu sangat
mencurigakan, setiap kali ia berusaha menghindari bentrokan
pandangan dengan kita orang, apakah Siangkong merasakan
hal ini".
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tidak salah setelah kau ungkap kembali aku baru teringat
hal ini sebenarnya beberapa kali ia berdiri dalam posisi saling
berhadapan muka dengan aku, tapi setiap kali pula kena
dihindari olehnya. Mungkinkah diatas wajahnya tumbuh suatu penyakit atau
cacad sehingga dia malu kalau sampai kita melihatnya" kata
Kiem Lan memberi pendapatnya.
Semoga saja apa yang enci katakan benar. akupun
berharap perbuatannya ini bukan disebabkan alasan yang lain.
Ehmm.... aku rasa persoalan ini tak akan segampang apa
yang kalian sayangkan. Sebaliknya Siauw Ling berpendapat
lain setelah ia termenung sejenak.
Budak menaruh curiga kalau orang ini pernah saling kenal
dengan kita sehingga ia tidak berani berhadap hadapan
dengan kita. takut kita mengenalinya kembali ujar Giok Lan.
Siauw Ling segera mengangguk.
Dugaan ini ada kemungkinannya benar,
Seembari berkata dia merogoh ke dalam sakunya meraba
senjata peluru kecil yang ditangkapnya sewaktu ada di dalam
rumah gubuk siang tadi pikirnya dalam hati, Apakah mungkin
dia" Yang dimaksudkan, Dia dalam benaknya adalah sinona
berbaju hijau yang selalu berada disisi sinaga sakti berlengan
delapan Toa Bok Ceng tapi pikirannya ini segera dipunahkan
setelah mengingat si orang yang menderita luka bukan Toa
Bok Ceng sendiri. Sewaktu ia masih berpikir mendadak terdengar suara yang
nyaring tadi kembali berkumandang datang, Saudara bertiga
silahkan datang kemari. Siauw Ling segera mendongak dilihatnya sesosok bayangan
perempuan berdiri kurang lebih dua tombak dari arah mereka
berdiri ditengah malam yang gelap sekalipun Siauw Ling
memiliki ketajaman mata melebihi siapapun gagal juga untuk
melihat jelas bagaimanakah raut mukanya dia hanya berhasil
meraba lekukan badannya serta tinggi badannya yang besar.
Giok Lan memang dalam hatinya menaruh curiga begitu
mendengar seruan tersebut ia segera menghampiri siapa
sangka lawan sudah sampai disitu
Baru saja Giok Lan bergerak sejauh satu tombak
perempuan itu sudah putar badan berjalan ke depan terlebih
dahulu. Maafkan aku terpaksa harus berjalan selangkah terlebih
dahulu serunya. Siauw Ling serta Kiem Lan cepat-cepat mengikuti jejak Giok
Lan lari kedepan tapi perempuan tadi sudah bergerak empat
lima depa lebih kedepan. Karena maksudnya gagal terpaksa ketiga orang iru
menguntil saja dibelakang perempuan itu.
Kembali mereka melakukan perjalanan sejauh setengah li
dan akhirnya tiba didepan sebuah halaman bangungan yang
tinggi dan besar Tampaknya gadis itu mendorong pintu
membuka jalan bagi tamunya untuk masuk ke dalam ruangan.
Saudara bertiga silahkan masuk, katanya mempersilahkan.
Walaupun diluaran kata2 ini diucapkan penuh kesopanan
tapi ia melangkah terlebih dulu kedalam,
Gerakannya kali ini cepat dan sebat sama sekali tak
memberi kesempatan bagi Siauw Ling sekalian untuk
memperhatikan keadaan ruang bangunan tersebut,
Setelah menerobosi dua buah halaman luas mereka
berputar dan masuk ke dalam sebuah serambi
Meminjam cahaya bintang yang remang2 kali ini Siauw Ling
dapat melihat bahwa perempuan sipembawa jalan itu
memakai baju warna serba biru hanya saja bagaimana raut
mukanya kembali pemuda ini gagal untuk melihat jelas.
Waktu itu perempuan berbaju biru tadi sudah berada
didepan sebuah bangunan rumah yang tinggi besar ia berhenti
seraya berkata, Saudara bertiga silahkan masuk.
Setelah membuka pintu kembali gadis itu makin besar rasa
ingin tahu yang bergelora dalam dada Siauw Ling bertiga tapi
selama ini tak ada sebuah kesempatanpun yang berhasil
mereka temui untuk melihat bagaimanakah raut muka orang
ini, Kali ini sebelum Siauw Ling melangkah masuk ke dalam
ruangan Kiem Lan telah mendahului meloncat kedepan.
Siauw Ling mengerti gadis ini tentu takut di dalam ruangan
telah dipasang alat2 jebakan karena itu berbuat membawa
jalan didepan. Dengan demikian asalkan didepan ada bahaya ataupun
serangan bo'ongan maka yang kena nomor satu bukan Siauw
Ling melainkan Kiem Lan yang ada didepan sudah tentu saja
dengan demikian banyak memberi kesempatan padanya untuk
mengadakan persiapan. Cahaya api berkelebat memenuhi ruangan suasana yang
gelap gulita itu segera diterangi dengan cahaya sebatang lilin.
Diatas sebuah pembaringan kayu yang luas dan besar
duduklah bersaudara seorang lelaki berbaju kuning yang batok
kepalanya dibalut kain putih,
Didepan pembaringan kayu berdiri seorang bocah lelaki
yang mencoreng pedang dipunggung dan membawa sebatang
lilin ditangan. Begitu mereka bertiga melangkah masuk ke dalam ruangan
si orang berbaju kuning itu segera menghela napas panjang.
Saudara bertiga harap suka memaafkan tindakan kami
yang keliwat hati2 ini demi menjaga keselamatan terpaksa
banyak penjagaan harus kuatur, aku rasa kalian bertiga tak
akan marah bukan" Tidak berani tidak berani bagaimana dengan luka Heng
thay" sudah lebih baik"
Keadaan luka sih sudah banyak baikan terima kasih atas
perhatian kalian bertiga.
Aaaai kalau cayhe sekalian sejak semula sudah tahu bahwa
Heng thay telah ditolong orang kami pun tak usah datang
kemari menepati janji lagi.
saudara dapat begitu pegang janji cayhe merasa sangat
kagum perjalanan Heng thay kali ini tentu tak akan kubiarkan
sia2 belaka ada sebuah benda berharga harap saudara suka
terima sebagai hadiah tanda terima kasih.
Mendengar ia hendak diberi hadiah Siauw Ling segera
tertawa dingin, Heng thay kau jangan salah sangka kedatangan kami
bukan untuk minta balas jasa kami hanya merasa kuatir buat
keselamatanmu tentang balas jasa apalagi barang berharga
cayhe merasa tidak sanggup untuk menerimanya,
Ia merandek sejenak lalu terusnya,
Cayhe masih ada urusan lain yang harus diselesaikan maaf
kami tak dapat berdiam disini terlalu lama dan selamat tinggal.
Ia putar badan segera hendak berlalu.
Heng thay harap tunggu sebentar seru orang berbaju
kuning iru buru-buru. Siauw Ling berhenti dan berpaling.
Saudara masih ada urusan apa"
Merepotkan Cuwi jauh2 datang kemari cayhe merasa
sangat tidak enak hati....
Hanya sedikit urusan kecil harap Heng thay jangan pikirkan
dalam hati.... Tolong tanya siapakah nama besar Heng thay" tanya si
orang berbaju kuning itu lagi lambat.
Cayhe Siauw Ling Bagaimana jantungnya digodam dengan sebuah martil
besar seluruh tubuh si orang berbaju kuning itu gemetar
sangat keras. Kau adalah anggota perkampungan Pek Hoa San cung"
serunya cemas Aaaai.... .... dua hari berselang cayhe memang masih
menjabat sebagai Sam Cungcu dari perkampungan Pek Hoa
San cung kata Siauw Ling sambil menghela napas panjang
Tapi sekarang aku sudah berubah jadi musuh bebuyutan
orang2 asal perkampungan Pek Hoa San cung
Apa maksud ucapanmu ini"
Alasan dibalik kejadian ini susah bagiku untuk diutarakan
hanya yang jelas ucapan dari cayhe ini muncul dari dasar
lubuk hatiku setiap patah kata adalah kata2 sejujurnya.
Si orang berbaju kuning itu termenung sejenak akhirnya ia
berkata, Perduli kau adalah anggota dari perkampungan Pek
Hoa San cung atau bukan yang jelas watakmu masih belum
kehilangan keperkasaan seorang lelaki sejati.
Bicara sampai disitu ia merandek dan berpaling ke arah
sibocah yang disisinya dan bisiknya lirih,
Bawa kesini bungkusan kuning yang ada disamping
bantalku dan berikan kepada Siauw heng ini.
Bocah itu menyahut dari bawah bantal si orang berbaju
kuning tadi diambilnya sebuah bungkusan kecilberwarna
kuning dan diserahkan ketangan Siauw Ling.
Pemuda she Siauw tidak langsung menerima bungkusan
kuning tadi sebaliknya dengan sepasang mata yang tajam
diperhatikannya benda itu dengan seksama.
Hey-thay dapatkah kau jelaskan dulu apa isi benda
bungkusan kuning itu. Tapi si orang berbaju kuning itu tidak menerangkan
sepasang matanya perlahan-lahan dipejamkan dan bersandar
ditepi dinding. Sudah cepatlah kau terima serunya lirih Loohu sudah tidak
tahan lagi segera harus beristirahat.
Selama mengadakan pembicaraan dengan Siauw Ling
ornag itu selalu membahasai diri sebagai saudara tapi kini
secara mendadak nada ucapannya berubah.
Terpaksa Siauw Ling menerima buntalan kain kuning itu
dan ditimang2nya ditangan ia merasa benda tersebut sangat
enteng. Belum sempat dibuka buntalan tadi mendadak si orang
berbaju kuning tadi sudah berkata lagi dengan suaranya yang
berat dan rendah. Jangan dilihat cepat bawa pergi.
Mendapat teguran Siauw Ling berhenti dan segera menjera.
Cayhe akan menurut perkataan saudara.
Ia merandak sejenak lalu ujarnya lagi.
Tolong tanya siapakah nama Heng thay bolehkan cayhe
mengetahui. Sudahlah tidak perlu dikemudian hari kau bisa tahu dengan
sendirinya kalian bertiga silahkan cepat cepat pergi berlalu
dari sini. Harap Heng thay suka baik2 jaga diri.
Sesudah menjura dengan langkah lebar Siauw Ling berjalan
keluar dari ruangan tersebut.
Kiem Lan Giok Lan menguntil dari belakang sang pemuda
berjalan keluar dari ruangan itu pula.
Belum saja mereka bertiga berlalu sejauh beberapa tombak
cahaya lilin yang menerangi ruangan itu sudah padam
sehingga suasana pulih kembali seperti sedia kala gelap gulita
susah melihat lima jari tangan sendiri.
Aaaai.... orang ini sungguh misterius seru Siauw Ling
menghela napas panjang. Giok Lan, Kiem Lan mau menjawab tapi pada saat itulah
mendadak terdengar suara yang nyaring dan berat
berkumandanga datang, Kalian bertiga harap suka datang
kemari. Siauw Ling tidak berkutik ia teliti dulu suara yang barusan
didengar setelah dikenalnya sebagai suara siperempuan
berbaju biru yang menghantar jalan buat mereka tadi pemuda
ini lantas berpaling sejenak kepada Kiem Lan.
Aku lihat urusan ini ada sedikit kukoay katanya lirih.
Agaknya orang yang berbaju kuning ini mempunyai
kedudukan tinggi tapi sudah kehilangan kebebasannya
disamping ia memperoleh perlindungan orang lain juga
mendapat pengawasan yang ketat dari orang2 itu.
sedikitpun tiak salah jawab Giok Lan seraya mengangguk
mari kita tengok kesana Demikian ketiga orang itu segera berjalan ke arah mana
suara tadi terdengar kurang lebih empat lima tombak
tempaklah si perempuan berambut panjang itu sedang berdiri
menantikan kedatangan mereka dibawah kerdipan cahaya
bintang. Angin malam berhembus lewat menggoyangkan rambutnya
yang panjang serta mengibarkan ujung gaunnyayang terurai
kebawah. Agaknya tidak mirip nona sipembawa jalan tadi bisik Giok
Lan kepada Kiem Lan. Yang dibisiki segera mengangguk.
Terdengar Siauw Ling mendehem perlahan lalu menegur,
Apakah nona sedang menyapa kami sekalian"
Panggil aku Hujien, tukas siperempuan berbaju biru itu
dingin iapun berdiri dengan membelakangi mereka bertiga.
Siauw Ling tertegun akhirnya menyapa juga, Hujien....
Tidak salah panggil aku Hujien
Hujien menyapa kami sekalian entah ada urusan apa"
tanya Siauw Ling kemudian
Kalian sudah jumpa dengan dia"
Hmmm.... ornag in bersikap sembunyi2 mendatangkan
perasaan misterius bagi orang lain entah apa maksudnya"
pikir sang pemuda dalam hati sedang diluaran ia menyahut,
Maksudnya si orang berbaju kuning itu"
Tidak salah dia adalah suamiku
Oooouw .... kiranya kau adalah ....
Mendadak pemuda she Siauw ini teringat bahwa ia sama
sekali tidak kenal siapakah nama si orang berbaju kuning itu
karenanya ucapan hanya diutarakan sampai setengah jalan
saja lalu membungkam Apakah suamiku pernah menyerahkan semacam benda
kepadamu" kembali siperempuan berbaju biru itu bertanya.
Ia menyerahkan sebuah bungkusan kain kuning kepadaku.
Bagus sekali letakkan bungkusan kuning itu ke atas tanah
dan kalian buru-buru berlalu dari sini.
Siauw Ling memandangn sejenak bungkusan warna kuning
itu dan mengikuti ucapannya meletakkan benda tadi ke atas
tanah pikirnya. Kalian adalah suami istri aku rasa berikan kepadamu pun
sama saja.... .... Karena berpikir demikian setelah meletakkan benda tadi ke
atas tanah ia segera putar badan bermaksud pergi dari sana
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atau secara mendadak teringat olehnya akan sesuatu hal.
Terbayang kembali oleh pemuda ini sewaktu si orang
berbaju kuning itu menyerahkan benda tersebut kepadanya
jelas air muka maupun nada ucapannya sangat serius dan
bermaksud menitipkan benda ini kepadanya, benarkah
perempuan ini adalah istri orang itu iapun tidak dapat
membuktikan jikalau sampai benda berharga ini dirampas
orang lain bagaimanakah pertanggungan jawabnya
dikemudian hari. Agaknya siperempuan berbaju biru itu merasa bahwa Siauw
Ling telah meletakkan bungkusan tadi ke atas tanah
mendadak pnggangnya menekuk tangan kanan secepat kilat
bergerak menyambar ke arah bungkusan tadi.
Pada saat siperempuan berbaju biru itu mengarahkan
tangannya untuk menyambar bungkusan tadi bersamaan
waktunya pula Siauw Ling menggerakkan tangan kanannya
untuk menyambar kembali bungkusannya.
Jarak Siauw Ling dengan benda itu jauh lebih dekat
karenanya sewaktu jari tangan perempuan berbaju biru tadi
menempel dengan kain bungkusan Siauw Ling sudah berhasil
merampas kembali benda itu ke dalam genggaman.
Melihat maksudnya gagal siperempuan berbaju biru itu jadi
gusar tangannya langsung menyerang pergelangan Siauw Ling
dengan sebuah serangan totokan yang gencar.
Buru-buru Siauw Ling menarik kembali pergelangannya
meloncat mundur lima depa ke belakang.
Perempuan berbaju biru itu sungguh, lihay dalam
gerakannya merebut bungkusan kunging serta menyerang
urat nadi diatas pergelangan sangan pemuda, ia sama sekali
tidak berpaling barang sekejap pun.
Setelah Siauw Ling berhasil merebut kembali buntalan kain
kuning itu, dengan nada berat segera ujarnya, Cayhe tidak
bisa membuktikan kalau kau adalah Hujien orang itu maaf
kalau aku tak dapat memberikan benda itu kepadamu.
Kalian tak bakal berhasil membawa pergi benda itu buat
apa kamu semua mencari kerepotan buat diri sendiri.
Melihat niat yang begitu besar dari siperempuan ini untuk
memperoleh bungkusan yang didapatkan dari si orang berbaju
kuning Siauw Ling jadi suriga pikirnya, Benda berharga apakah
yang ada di dalam bungkusan itu" agaknya suatu benda yang
sangat penting dan berharga.
Hujien jangan salah paham cayhe sama sekali tidak berniat
untuk mengangkangi benda ini hanya saja cayhe tak dapat
membuktikan kedudukan yang sebetulnya dari Hujien
sehingga susah bagiku untuk menghadiahkan benda itu
kepada orang lain dengan demikian gampang.
Secara bagaimana kau baru suka percaya aklau aku adalah
Hujiennya" akhirnya siperempuan berbaju biru ini bertanya.
Kalau kau benar2 adalah Hujiennya mengapa ia tidak suka
memberikan benda ini kepadamu sebaliknya diberikan kepada
seorang asing yang sama sekali tiada sangkut paut dengan
dirinya. Tahukah kamu orang benda apa yang berada di dalam
bungkusan kuning itu. Tidak tahu cayhe belum membukanya untuk diperiksa.
Kalau kau tidak mau berikan benda itu kepadaku lain kali
jangan menyesal ancam perempuan itu lagi.
Siauw Ling berpaling dan memandang sekejap wajah Kiem
Lan Giok Lan lalu menghela napas panjang.
Aaaai.... kalu sejak tadi tahu begini kita tidak seharusnya
datang memenuhi janji. Coba lihat bukankah ini yang
dinamakan mencari kerepotan sendiri"
Urusan sudah jadi begini Siangkong merasa murungpun
percuma saja mari kita pergi hibur Giok Lan.
Siauw Ling mengangguk setealh menyembunyikan
bungkusan tadi ke dalam saku ia putar badan dan berlalu.
Terdengar siperempuan berbaju biru yang ada
dibelakangnya tertawa dingin tiada hentinya.
Hmmm manusia goblok yang tak tahu diri ini yang
dinamakan mencari bencana buat diri sendiri.
- - - - - - - 9 Seorang lelaki sejati tak mau bertempur dengan kaum
wanita teriak Siauw Ling pula keras2. Cayhe tak sudi
bergebrak dengan perempuan macam kau.
Sembari berseru ia percepat larinya kedepan sedang dalam
hati berpikir keras, Apakah benda yang ada di dalam
bungkusan ini benar2 merupakan benda mustika yang sangat
berharga" mengapa ia tidak suka memberikan benda ini
kepada isterinya sebaliknya diberikan kepadaku seorang
manusia asing yang baru dijumpainya ke dua kali.
Rasa ingin tahu segera menyerang dalam benaknya ingin
sekali pada saat itu juga membuka bungkusan yang ada di
dalam sakunya untuk diperiksa apa sebenarnya benda yang
ada di dalam saku. Tapi akhirnya ia berhasil mempertahankan diri untuk tidak
membuka bungkusan tadi dalam sekejap mata tiga empat li
sudah dilalui dengan cepatnya.
Saat itu malam sudah kelam kabut dingin melayang dekat
permukaan mendatangkan rasa bergidik di dalam badan
empat penjuru terbungkus warna hitam pekat yang tak
tembus dipandang pemandangan terasa kabur susah melihat
benda yang ada beberapa tombak didepan mata.
Siauw ya agaknya perempuan berbaju biru itu hanya
menggertak kita belaka bisik Giok Lan lirih.
Belum selesai ia berkata mendadak terdengar suara
tertawa dingin berkumandang datang.
Kalau tahu diri cepat tinggalkan benda itu dan menyingkir
dari sini. Suara orang itu berat lagi kasar jelas berasal dari suara
seorang lelaki. Hati2 senjata rahasia.... bisik Siauw Ling kepada kedua
orang dayangnya sendan ia sendiri dengan kerahkan kekuatan
matanya menengok ke arah mana berasalnya suara tadi.
Tenaga Iweekang yang dimiliki Siauw Ling telah mencapai
puncak kesempurnaan ketajaman matanya melebihi siapapun
dalam sekali pandang ia dapat menemukan berdirinya
bayangan manusia di balik sebuah pohon kecil diarah sebelah
selatan. Ia segera tertawa dingin.
Heee heee sebatang pohon kecil mana bisa digunakan
sebagai tempat persembunyian tindak tanduk tersembunyi
bukan perbuatan seorang enghiong hoohan.
Suara tertawa dingin kembali bergema memecahkan
kesunyian. Sungguh lihay ketajaman matamu.
Sesosok bayangan manusia per lahan-lahan munculkan diri
dari balik pohon dan melangkah mendekat.
Diam2 Siauw Ling kumpulkan semua tenaga murni yang
dimilikinya untuk melindungi badan sedang diluar katanya,
Kita tidak saling mengenal apa maksudmu menghadang
jalan pergiku" .... Ketika itu bayangan hitam tadi sudah menghentikan
langkahnya pada jarak empat lima depa di hadapan ketiga
orang itu dengan demikian secara lapat2 Siauw Ling dapat
melihat bagaimanakah raut mukanya.
Orang itu adalah seorang lelaki kekar berjenggot sepanjang
dada, sebuah senjata tajam tersosen pada punggungnya dan
ia memakai seperangkat baju singsat warna hitam.
Tampak orang itu mencabut keluar senjatanya yang
tersoren dipunggung sebal ujarnya dingin, Keadaan kalian
sudah sangat berbahaya sekeliling kalian berdiri sudah
dikepung rapat2 lebih baik dengarkan nasehat baik cayhe dan
tinggalkan benda itu ke atas tanah, Siapa kau"
Soal ini kau tak perlu tahu.
Kalau begitu kitapun tak usah banyak bicara lagi.
Mendadak orang itu mendongak tertawa terbahak bahak
Kalian bertiga sudah terjerumus ke dalam kepungan yang
sangat kuat buat apa kita orang harus bergebrak macam
binatang berkelahi" Kalau seseorang harus mati muda
sekalipun dikolong langit ada semacam benda mustika yang
bagaimana berhargapun juga percuma saja.
Selama cayhe paling tidak suka mendengar gertak sambal
orang lain.... seru Siauw Ling dingin. Tidak salah, aku memang
membawa sebuah buntalan tapi benda ini bukan hasil mencuri
atau membegal dari tangan orang lain sedang kini saudara
mencekal senjata tajam sembari menggertak apakah kau ada
maksud membegalnya dengan kekerasan"
Hmm kau anggap aku sedang menggertak kalian" jengek
lelaki kekar itu dengan nada dingin silahkan kalian bertiga
memeriksa keadaan disekitar sini benarkah ucapan cayhe
hanya kosong belaka"
Sepasang mata Siauw Ling berputar keempat penjuru
sedikitpun tidak salah disekelilingnya telah berdiri puluhan
sosok bayangan manusia yang sedang berjalan mendekat
dengan langkah lambat. Kiem Lan Giok Lan segera mencabut keluar pedangnya siap
menyambut serangan pihak lawan.
Sebaliknya Siauw Lingpun dibikin gusar dengan kejadian ini
ujarnya dengan nada dingin.
Cayhe tidak bermaksud mengangkangi barang milik orang
lain tapi sebelum urusan ini dibikin terang cayhepun tak bisa
menyerahkan benda ini kepada Cuwi kalau seluruh orang
Bulim macam kalian semua urusan belum dibikin terang sudah
gerakkan senjata untuk berkelahi Hmm perbuatan ini sungguh
amat memalukan .... silelaki berjenggot itu mendongak tertawa terbahak bahak.
Haaaa haaaa kau anggap kami hendak mengadu jiwa
dengan kalian" Kalian menyebarkan diri dari empat penjuru mengepung
kami berdiri ditanganpun mencekal senjata tajam kalau tidak
bermaksud adu jiwa apakah kedatangan kalian hendak
membicarakan soal pelajaran agama"
Orang2 yang mengepung kalian dari empat penjuru adalah
jago-jago kelas wahid dari perguruan kami jikalau sampai
bergebrak cayhe percaya kalian tidak bakal tahan barang
sepuluh juruspun. Siauw Ling jadi gusar. Soal ini ak tidak percaya kalau Cuwi bersikeras hendak
mencoba Hmm jangan salahkan aku Siauw Ling akan turun
tangan melukai kalian....
Lelaki berjenggot itu jadi tertegun setelah mendengar
ucapan itu. Apakah kau adalah Siauw Ling yang tersohor dikolong
langit" tanyanya. Mungkin orang ini salah menganggap aku sebagai Lan Giok
Tong tersebut" .... pikir sang pemuda dalam hati.
Diluar ia mengangguk. Cayhe adalah Siauw Ling. Mendadak lelaki berjenggot itu menghela napas panjang
dan bergumam seorang diri.
Seharusnya sejak tadi dapat kuduga kalau orang yang
diserahi benda tersebut pasti buka mausia sembarangan.... ....
Sinar matanya dialihkan ke atas wajah Siauw Ling dan
sambungnya Walaupun sudah lama cayhe mendengar nama besar
saudara, tapi urusan ini menyangkut persoalan yang penting
bagi perguruan kami kalau Siauw Thay hiap tidak suka
menyerahkan benda tadi kepadaku terpaksa kita harus
melakukan suatu peraturan mati matian.
Kembali Siauw Ling keheranan pikirnya, Kalau betul benda
itu adalah benda berharga dari perguruan mereka mengapa si
orang berbaju kuning itu menyerahkan benda mustika
tersebut kepada aku sebagai orang luar" mengapa orang2 ini
tidak langsung memninta benda ini dari tangan oran gitu
sebaliknya justru menunggu setelah orang itu menyerahkan
barang tadi kepadaku mereka baru menghimpun jago-jagonya
untuk memaksa aku serahkan barang itu kepada mereka"
Semakin dipikir hatinya semakin curiga dan ia semakin berhati2
dalam melayani permintaan orang itu.
Terdengar silelaki berjenggot itu berkata kembali.
Dengan nama besar Siauw Thay hiap dalam dunia
persilatan aku rasa kau tak akan suka merebut barang milih
orang lain disini kami menanti penyerahan barang tersebut
kepada kami. Kalau Heng thay bisa membawa datang si orang berbaju
kuning itu dan mendapat pesan darinya cayhe segera akan
serahkan benda ini kepada kalian .... seru Siauw Ling keras.
Lukanya sangat parah dia tidak leluasa untuk bergerak
Baik kalau begitu mari kita sama2 balik menjumpai dirinya
setelah mendapatkan keputusannya bukankah urusan akan
segera jadi beres. Air muka silelaki berjenggot itu berubah hebat.
Jadi kalau begitu Siauw thay hiap memang ada maksud
mencari gara2 dengan kami.
Eeeei .... Saudara ini lucu benar ucapan cayhe yang mana
kau anggap salah" Siauw Ling keheranan.
Kembali orang itu tertawa dingin tiada hentinya.
Kalau ia rela memberikan benda tersebut kepada kami
sudah tentu tak perlu barang tadi diberikan kepada kau.
Ehmm .... ucapan ini sedikitpun tidak salah pikir sang
pemuda di dalam hati, si orang berbaju kuning itupun sangat
aneh ia tidak mau berikan benda tersebut kepada isteri atau
saudara seperguruannya tapi terhadap aku yang baru
dikenalnya satu kali sudah menaruh kepercayaan penuh ....
Aaaai sebenarnya apa toh isi buntalan ini sehingga memancing
perpecahan diantara suami isteri dan penghianatan dari
saudara seperguruan Ketika silelaki berjenggot itu melihat Siauw Ling tidak
menjawab tak sabar tanyanya kembali, Bagaimana pendapat
Siauw Thay hiap" Urusan apa" Kembalikan benda perguruan kami.
Sepasang mata Siauw Ling berputar memandang sekejap
keadaan disekelilingnya tampak lelaki kekar yang mengepung
dirinya dari empat penjuru pada melotot ke arahnya dengan
pandangan gusar, jelas mereka sudah berniat untuk turun
tangan asalkan mendapat komando dari lelaki berjenggot itu.
Dengan demikian iapun dapat menarik kesimpulan kalalu
barang yang disarhkan si orang berbaju kuning itu kepadanya
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mempunyai hubungan yang erat dengan mereka.
Agaknya silelaki berjenggot itu sudah tidak kan ti menahan
sabar lagi kembali ia berteriak,
Siauw Thay hiap sebetulnya kau rela menyerahkan benda
itu atau tidak" kami sudah tidak kan ti menahan sabar lagi
harap kau cepat-cepat ambil keputusan.
Siangkong bisik Giok Lan cepat kepada diri Siauw Ling
sambil menggoyangkan pedangnya. Sewaktu orang itu
menyerahkan bungkusan tadi kepada Siauw ya wajah maupun
sinar matanya penuh rasa memohon kalau Siangkong
serahkan benda ini kepada orang lain bukankah kau akan
menyia nyiakan harapan orang itu"
Ehmmm .... tidak salah .... sinar matanya segera dialihkan
ke atas wajah lelaki berjenggot itu katanya.
Bila saudara ingin cayhe menyerahkan benda ini kepada
kalian aku rasa satu-satunya jalan yang bisa kita tempuh
hanyalah mengundang sipemilik benda ini untuk minta sendiri
kepadaku. Kecuali berbuat demikian apakah tidak ada cara lain yang
bisa dirundingkan lagi"
Selamanya keputusan yang telah cayhe ambil tak pernah
diubah lagi. Hmmmm menurut pendapat cayhe aku rasa masih ada satu
jalan lagi bisa kita tempuh kata lelaki itu dengan nada yang
dingin. Ehmmmm .... benar kecuali kalian turun tangan merampas
dengan kekerasan. Tidak salah. turun tangan dengan kekerasan.
Kalau Saudara merasa punya kekuatan untuk merampas
barang ini dengan kekerasan. Nah, coba coba saja.
Kalau Siauw Thay hiap memang bersikeras tak mau
serahkan kembali benda mustika milih perguruan kami
terpaksa kami harus berbuat demikian.
Sambil menggerakkan senjataknya ia menerjang ke depan
terlebih dahulu. Sebelum Siauw Ling turun tangan mendadak sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat Kiem Lan telah
mendahului turun tangan pedangnya bekerja keras
menyambut datangnya serangan itu.
Terdengar suara bentakan gusar bergema dari empat
penjuru cahaya sembat lewat ber-sama2 menerjang kedepan.
Telapak kanan Siauw Ling segera bergerak melancarkan
sebuah babaran kedepan. Segulung tenaga pukulan menyambar lewat memaksa dua
orang yang menerjang terlebih dahulu kena didesak munduk
ke belakang. Pedang panjang Giok Lan mulai bergebrak menangkis
datangnya serangan musuh dari arah Barat sedang dimulut ia
berseru, Kiranya pada saat ini Siauw Ling masih memikirkan
haruskah ia mengembalikan benda yang berada dalam
sakunya kepada orang ini dan sama sekali tidak berniat untuk
turun tangan, setelah mendengar seruan Kiem Lan mendadak
pikirannya jadi tersadar kembali pikirnya, Sedikitpun tidak
salah sekalipun tidak serahkan kembali barang ini kepada
mereka kitapun tak ada harganya bergebrak dengan mereka.
Karena berpikir demikian sepasang telapaknya melancarkan
serangan berantai bentaknya gusar ;
Siapa berani menghadang perjalananku akan kubunuh mati
Segulung angin taupan menggulung keluar menerjang buka
sebuah jalan mundur. Pedang Giok Lan dengan menggunakan jurus Hu Teh Tui
Hog atau Bertiarap ditanah mengejar angin memaksa mundur
dari orang pengepung hingga terdesak ke belakang ia pertama2
meloncat terlebih dulu meloloskan diri dari kepungan.
Tangan Siauw Ling pun segera diayun dengan Thian Be
Heng Gong atau kuda langit terbang diangkasa memaksa
lelaki berkenggot itu menarik kembali senjatanya.
Kiem Lan cepat lari, seru pemuda itu cepat.
Dengan pedang melindungi badan Kiem Lan segera
enjotkan badan meloncat sejauh tujuh delapan depa kedepan.Sepasang telapak tangan Siauw Ling membabat berulang
kali menahan serangan gabungan iapun berkelebat lewat dari
sisi badan lelaki berjenggot itu.
Gerak geriknya sebat dan gesit menanti lelaki berjenggot
itu menggerakkan senjatanya kembali Siauw Ling sudah
berada beberapa tombak diluar kalangan.
Disebelah sini lelaki yang mengadakan pengepungan dari
empat penjuru sudah pada bubuaran untuk ber sama2
mengejar kedua orang dayang itu cahaya golok berkilauan
ditengah malam yang buta.
Melihat keganasan orang2 itu mengejar musuhnya timbul
suatu pikiran dalam benak Siauw Ling pikirnya, Kalau tidak
kuusahakan untuk melukai salah seorang diantaranya mereka
tak akan tahu diri dan mengejar terus menerus bila sampai
begini pertarungan ini akan berlangsung tiada hentinya.
Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuh Pat Poh Teng
Gong atau Delapan langkah mencapai dilangit dia berkelebat
kedepan mengejar kedua orang dayang tersebut sedang jari
tangannya secara diam2 melancarkan serangan dengan ilmu
jari Siauw Loo Sin Ci. Suara jeritan kesakitan bergema ditengah malam buta
seorang lelaki kekar yang mengejar terlalu dekat dengan
kedua orang dayang itu mendadak roboh ke atas tanah.
Menanti dia dapat melihat jelas siapakah kena dibabat
serangan goloknya tak sempat ditarik kembali sebuah lengan
kawan sendiri kena dibabat putus jadi dua bagian.
Karena kelambatan ini Siauw Ling berhasil mengejar kedua
orang dayang tersebut sepasang lengan bekerja keras satu
mencekal Kiem Lan yang lain mencekal Gak Lan dengan
mengepos napas berkelebat kedepan.
Walaupun ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua
orang dayang ini tidak sempurna tapi mereka memiliki dasar
yang baik ditambah pula Siauw Ling menyeret mereka berlari
kecepatannya makin keras lagi.
Dalam sekejap mata mereka bertiga sudah meninggalkan
para pengejar sangat jauh sekali.
Kembali ketiga orang itu berlari selama seperminum teh
lamanya kemudian Siauw Ling baru melepaskan kedua orang
dayang itu dan menghela napas panjang.
Aaai dimanapun di dalam dunia kangouw penuh dengan
persoalan2 walaupun diantara kita tidak saling mengenal
tanpa sebab berkelahi juga dengan orang lain.
Siangkong justru karena kau bersikap terlalu baik dengan
orang lain maka banyak kerepotan datang menempel pada
dirimu serunya. Mengapa justru orang baik yang banyak ditempel
kerepotan" Siauw Ling keheranan.
Urusan ini sangat gampang untuk dijawab kalau Siangkong
berwatak licik dan banyak akal maka sekalipun kita bisa
menjumpai si orang tua yang terluka parah, belum tentu kau
suka mengadakan janji dengan dirinya pada malam ini.
Ehmmmm .... ucapanmu amat cengli.
Setelah terluka parah iapun tahu kalau keadaannya sangat
berbahaya .... sambung Giok Lan lebih lanjut sambil
tersenyum. Wajah Siangkong ramah dan bersih hal ini
membuat orang itu segera dapat meraba apabila Siangkong
adalah seorang yang dapat dipercaya.
Aaaaaai sungguh aneh sekali orang orang yang kita jumpai
pada malam ini kalau bukan istrinya adalah anak buahnya
setelah berada di dalam lingkungan yang penuh dengan
perlindungan berlapis keselamatannya tentu terjamin sekali
tapi mengapa ia telah menyerahkan benda itu kepadamu
bukankah ucapannya ini mirip dengan sebuah benda terakhir"
tapi mirip pula ia sudah aturkan sebuah Pertempuran sengit
buat kita maksud orang itu sungguh membuat aku jadi
kebingungan. Justru maksudnya terletak dalam soal ini - kata Giok Lan -
ia tidak mau serahkan benda itu kepada istri maupun anak
buahnya hal ini disebabkan dua alasan yang kuat.
Ehmm tidak kusangka kau adalah seorang Cukhek
perempuan yang cerdik dan banyak akal apa yang kau
maksudkan" Siangkong jangan keburu memuji dahulu budak masih tak
tahu benarkah apa yang kau ucapkan
Ia tertawa manis dan sambungnya, Orang itu memberikan
benda tersebut kepada Siangkong kalau kita bicarakan dari
maksud yang pertama ia ingin mengalihkan bencana ini
kepada orang untuk menyelamatkan jiwa sendiri agar istri
serta anak buahnya tahu kalau benda itu sudah diserahkan
kepada orang lain akan membunuh dirinyapun tak ada
gunanya. Bagus sekali lalu bagaimana dengan alasanmu yang kedua"
Alasan yang kedua adalah si orang berbaju kuning itu tentu
sudah merasakan maksud2 jahat dari istri serta anak buahnya
maka di dalam keadaan jengkel ia berikan benda itu buat
Siangkong. Siauw Siangkong sela Kiem Lan dari samping benda apakah
yang ada di dalam buntalan tersebut mari kita buka untuk
memeriksanya. Tidak bisa jadi benda ini bukan milik kita apa gunanya kita
lihat benda milik orang lain"
Tapi orang itu sudah hadiahkan benda ini kepadamu ujar
Giok Lan sambil tertawa setiap saat Siangkong bisa
membukanya untuk diperiksa apa isi sebenarnya dari
bungkusan tersebut. Siauw Ling termenung beberapa saat kemudian ia
mengangguk. Tidak salah jika kutinjau dari nada ucapannya orang ini
memang bermaksud menghadiahkan benda ini kepadaku.
Tangannya segera merogoh saku mengambil keluar benda
itu dan diangkatnya ke atas tapi karena cuaca yang gelap tak
berkata kembali. Kabut terlalu tebal dan udara sangat gelap tidak jelas buat
kita untuk menelitinya mari kita cari tempat untuk berteduh
kemudian baru kita periksa lagi.
Setelah pergaulan yang akrap selama beberapa hari ini
terutama sekali menanggung sengsara bersama sama jarak
antara majikan dan budak diantara mereka bertiga sudah
semakin menipis. Budak segera membawa jalan kata Giok Lan cepat segera
melangkah terlebih dahulu kedepan.
Siauw Ling Kiem Lan mengikuti dari arah belakang.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian sampailah mereka
didepan dusun petani setelah memperhatikan sebentar
suasana disekeliling sama Giok Lan berputar kesebelah Barat
kembali mereka berjalan beberapa ia sehingga akhirnya tiba
didepan sebuah kuil. Heeei bagaimana kau bisa tahu kalau disini ada sebuah
kuil" tanya Siauw Ling kepada gadis itu sambil tertawa.
Giok Lan tersenyum. Menurut ingatan budak kebanyakan kuil terletak disebelah
barat dusun oleh karena itu budak dengan memberanikan diri
menjalankan dugaanku tersebut dan ternyata sedikitpun tidak
salah disini ada sebuah kuil.
Sungguh lihay ingatanmu benar2 cermat puji Siauw Ling
perlahan-lahan ia melangkah masuk di dalam kuil tersebut.
Kuil yang menyembah dewa bumi ini sangat kecil sebuah
rumah sederhana hanya bisa memuat empat lima orang saja.
Mari kita periksa apa isi bungkusan kuning itu seru Giok Lan
cepat ia segera membakar obor sebagai penerangan.
Siauw Ling menurut ia merogoh ke dalam saku mengambil
keluar bungkusan itu dan membuka kain kuning
pembungkusnya. Tampaklah di dalam bungkusan tadi terletak sebuah kotak
kayu yang terbuat dalam bentuk sangat indah diatas penutup
kotak kayu itu terukir seekor burung elang yang sedang
mementangkan sayapnya ukiran itu sangat hidup dan indah
luar biasa. Dibawah ukiran burung elang terukir pula beberapa patah
kata, Siapa yang mendapat benda ini ia akan menjadi
pemimpin yang mulia. Membaca beberapa patah tulisan yang kecil tapi indah itu
Siauw Ling segera berseru dalam hatinya.
Ooouw sungguh besar omongan orang itu.
Ia segera membuka kotak kayu tadi didasar kotak
beralaskan sutera diatas sutera terdapat sebuah kunci terbuat
dari tembaga. Dibawah sorotan cahaya obor tampaklah beberapa patah
kata terukir diatas kunci tembaga itu.
Kunci cadangan pembuka Istana terlarang.
Begitu membaca tulisan diatas tadi hati Siauw Ling tergetar
sangat keras pikirnya, Banyak orang dengan susah payah dan
sekuat tenaga berusaha mencari anak kunci Istana terlarang
siapa sangka tanpa membuang banyak tenaga aku Siauw Ling
berhasil mendapatkannya. Tapi sebuah ingatan kembali berkelebat dalam benaknya.
Aah....! tidak benar pikirnya kembali. Diatas kunci tembaga
ini bukankah terukir kata2! Anak kunci Cadangan Istana
Terlarang" ini mengartikan kalau disamping kunci ini masih
ada sebuah anak kunci yang asli.
Mendadak dari tempat kejauhan berkumandang datang
suara ringkikan kuda memutuskan jalanan pikiran Siauw Ling.
Dengan sebat Giok Lan memadamkan api obor yang ada
ditangan. Siauw Ling pun bersamaan waktunua menutup kembali
kotak kayu itu kemudian disembunyikan ke dalam saku.
Terdengar suara derapan kaki kuda makin lama semakin
mendekat dan akhirnya berhenti didepan kuil kecil ini.
Suara seorang lelaki yang kasar dan berat segera bergema
memecahkan kesunyian ditengah malam buta, aaaah .... disini
hanya terdapat sebuah kuil kecil
Benar. aku dapat melihat jelas cahaya api tadi berasal dari
tempat ini ujar seorang yang lain dengan suara yang nyaring
kekanak kanakan. Mungkin matamu sudah kabur. kenapa Loohu tidak
menemukan sesuatu apapun" kata seorang yang lin dengan
suara serak tua. Tidak. aku dapat melihat cahaya api itu dengan sangat
jelas sambung sibocah dengan cepat. Kalau kalian tidak
percaya yaa sudahlah aku tak bisa memaksa.
Sudah .... suah tak usah ribut2 lagi tukas si orang yang
Bayangan Berdarah Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertama dengan suara berat dan kasar. Mari kita masuk ke
dalam untuk melakukan pemeriksaan!
Aduuuh celaka! diam2 pikir Siauw Ling di dalam hati. Kuil
ini hanya seluas beberapa depa saja mana bisa
digunakanuntuk bersembunyi" kelihatannya jejak kami bakal
konangan! Giok Lan dengan sebat menarik ujung baju Kiem Lan
mereka berdua secara terpencar suara langkah kaki manusia
berjalan mendekat seorang lelaki berbaju serba hitam muncul
didepan pintu. Ketika itu Siauw Ling masih belum mendapatkan suatu cara
yangbagus untuk menghadapi orang orang itu tapi iapun tidak
ingin membiarkan jejaknya diketahui orang lain sambil
mengepos napas badannya dengan mendatar segera
melayang naik ke atas wuwungan rumah.
Ternyata kewaspadaan lelaki kekar itu sangat tajam begitu
kakinya melangkah ke dalam pintu kuil mendadak ia berhenti
dan mencabut keluar goloknya yang terseoren dipunggung.
Siapa" bentaknya keras.
Kiranya gerak gerik Siauw Ling sewaktu melayang naik ke
atas wuwungan rumah dilakukan terlalu buru-buru ia tidak
memperhatikan kalau ujung bajunya bersuara sewaktu
terampok angin. Kiem Lan Giok Lan walaupun menempelkan seluruh
badannya diatas dinding tembok dan berusaha mengecilkan
badannya tapi berhubung ruangan kuil itu terlalu sempit
asalkan lelaki tadi mengalihkan sinar matanya kekiri kanan
maka ia akan menemukan kalau disitu berdiri dua orang
manusia yang sedang mengawasi dirinya.
Cuma sayang seluruh perhatiannya sudah terhisap oleh
bunyi ujung baju Siauw Ling yang tersampok angin barusan ia
alihkan sinar matanya ke atas patung dewa didepan meja
sembahyangan beserta kedua belah sisinya.
Pada saat ini hari belum terang tanah kabut masih sangat
gelap membuat suasana dalam ruangan kuil itu makin suram
untuk beberapa saat lamanya lelaki kekar itu tak sanggup
memandang elas pemandangan yang ada di dalam ruangan
kuil itu. Bagaimana" terdengar si orang tua dengan suaranya yang
serak itu menegur apakah dalam kuil benar benar ada orang"
Lelaki berbaju hitam itu mendehem perlahan. Agaknya aku
mendengar suara seseorang sedang bergerak jawabnya lirih.
Kuil ini sangat kecil tidak lebih dari luar sebuah ruangan
kamar. Kalau ada sesuatu benda seharusnya dapat dilihat
dengan jelas kata si orang tua itu lagi.
agaknya silelaki berbaju hitam itu merasa jengah, dengan
langkah lebar ia segera melangkah masuk ke dalam kuil.
Sejak permulaan Giok Lan sudah bikin persiapan, jari
tangannya dengan disertai tenaga penuh menyentuh kedepan
tepat mengarah jalan darah orang itu.
Sejak mendengar suara ujung baju tersampok angin dari
Siauw Ling tadi lelaki itu menyilangkan goloknya didepan dada
bersiap sedia terhadap bokongan musuh, ia tidak menyangka
kalau dari arah belakang ada seseorang yang mengancam.
Tidak bisa terhindar lagi badannya tertotok dan badannya
roboh ke atas tanah. Tapi sebelum ia sempat roboh Kiem Lan dengan sebat
sudah meloncat keluar tangan kanan mencengkeram badan
lelaki itu sedang tangan kiri menerima goloknya yang terjatuh
ketanah. Semua perbuatan ini dilakukan cepat tenang tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, bagi orang yang ada diluar
sama sekali tidak akan menduga kalau dibalik ruangan kuil
sudah terjadi suatu perubahan.
Ketika lama sekali tidak ada jawaban kedua orang yang ada
diluar kuil mulai menaruh curiga terdengar si orang tua itu
menegur dari ruangan kuil.
Eeeei .... bagaimana keadaan di dalam kuil
Tangan kirinya segera mencabut keluar goloknya yang
terseoren dipunggung sedangkan tangan kanannya
mengambil keluar sebatang Suo Cu Piauw dan disambit ke
arah pintu kuil tanpa menimbulkan sedikit suarapun.
Giok Lan yang waktu itu bersembunyi dibalik pintu kuil
karena lama tidak mendengar ada sedikit suarapun tak
sabaran ia melongok keluar.
Siapa nyana baru saja kepalanya melongok separuh
mendadak serentetan cahaya tajam berkelebat masuk
kedalam. Buru-buru Giok Lan menarik kembali badannya sambil
menempelkan badan ke atas dinding tiba-tiba senjata rahasia
tadi dengan cepat berdesir lewat dari depan wajahnya.
Traaang .... dengan menimbulkan suara nyaring senjata
rahasia tadi tepat menghajar diatas arca kuil.
Giok Lan meloloskan pedangnya siap meloncat keluar dari
kuil untuk menghadapi orang itu atau secara tiba-tiba sesosok
bayangan manusia menerobos keluar.
Gerakan orang itu sangat cepat luar biasa jelas dia adalah
Siauw Ling yang tak dapat menahan sabar lagi.
Segera teriaknya cemas, Siangkong jangan lepaskan
mereka barang seorangpun Dengan kencang badannya ikut meloncat keluar kuil.
Waktu itu Siauw Ling sudah bergebrak dengan orang itu
walaupun si kakek mencekal golok ditangan tapi pada saat ini
kena didesak hebat oleh serangan2 gencar Siauw Ling,
kekalahan hanya merupakan kejadian sekejap mata lagi.
Sinar mata Giok Lan berputar mendadak disuatu tempat
beberapa tombak dihadapannya tampak sesosok bayangan
manusia sedang meloncat naik ke atas kuda tunggangannya,
dengan cepat ia mengitari Siauw Ling mengejar kedepan.
Walaupun ia tidak tahu siapakah ketiga oran gini tapi dalam
hati gadis inipun tidak ingin ada seorangpun diantara mereka
yang berhasil meloloskan diri.
Ketika orang yang ada diatas kuda itu melihat Giok Lan
mengejar dtang buru-buru ia ceplak kudanya untuk melarikan
diri. Giok Lan tidak mau kalah, iapun mengepos tenaga
melakukan pengejaran dari belakang dalam sekejap mata ia
sudah mengejar sejauh lima tombak lebih.
Mendadak terdengar ujung tersampok angin melayang
lewat diatas kepalanya sesosok bayangan manusia, bagaikan
seekor burung elang menyambar lewat ke atas tubuh orang
itu dan mencengkeram orang tadi dari atas punggung kuda.
Dengan cepat Giok Lan memburu kedepan sekalian
melancarkan sebuah totokan menotok jalan darah orang tadi
ujarnya sambil tertawa: Siangkong ilmu gerakan apakah
demikian cepatnya" Ilmu langkah Leng Poo Poh!
Giok Lan segera cengkeram oran gitu ke atas dan diperiksa
wajahnya ternyata orang ini hanya seorang bocah berusia
empat lima belas tahunan ujarnya sambil tertawa.
Entah dari manakah datangnya ketiga orang ini kita harus
memeriksa keadaan mereka.
Dengan langkah lambat2 gadis ini kembali ke dalam kuil.
Waktu itu Kiem Lan sudah menyeret badan si orang yang
menggeletak diluar kuil masuk ke dalam ruangan Giok Lan pun
segera melemparkan badan bocah itu kesisi tubuh dua orang
lainnya. Siangkong silahkan kau mulai bertanya kepada mereka,
bisik Giok Lan lirih. Siauw Ling segera menggeleng.
Lebih baik kau saja menanyai dirinya.
Giok Lan segera ayunkan pedangnya ke atas wajahnya
ketiga orang itu kemudian membentak keren.
Aku berharap kalian suka menjawab semua pertanyaanku
dengan sejujurnya kalau ada sepatah kata saja merupakan
kata2 berbohong asal ketahuan kucabut nyawa kalian.
Sekali tabok ia bebaskan jalan darah yang tertotok ditubuh
lelaki berbaju hitam itu tapi sekalian kakinya melancarkan
sebuah totokan menghajar jalan darah Yong Sian Hiat nya.
Kau jawab terlebih dahulu serunya.
Lelaki berbaju hitam itu menghela napas panjang.
Kami sedang melakukan perjalanan malam sewaktu lewat
ditempat ini mendadak menjumpai cahaya lampu api di dalam
kuil dan berjumpa dengan kalian bertiga siapa nyana kena
ditangkap semua Kalau cuma segampang ini akupun tak perlu pertanyaan
kepada kalian - tukas Giok Lan cepat
Nona apa yang ingin kau ketahui
Baik aku bertanya satu pertanyaan kau jawab satu jawaban
kalian berasal dari partai mana"
Kami adalah jago-jago gelandangan dalam dunia persilatan
tidak punya partai tertentu
Tapi seharusnya mempunyai seorang pemimpin bukan"
kata Giok Lan sesudah berpikir sebentar
Untuk menjawab pertanyaan ini bagi kami sih tidak
mengapa, tapi terlebih dahulu cayhe harus menanyakan satu
persoalan dulu dengan diri nona!
Bagus sekali! bukannya aku yang bertanya kepada kalian
justru kalian yang ingin bertanya lebih dulu dengan kami
Cayhe harus mengetahui dahulu asal usul nona kata lelaki
berbaju hitam itu cepat Kalau kami merasa bahwa pertanyaan
tsb harus kami jawab tentu akan kami katakan seadanya kalau
tidak seharusnya bicara sekalipun nona banyak bertanya juga
percuma saja lebih baik sekali tusuk mencabut nyawa kami.
Bagus .... bagus. Nah, kau boleh bertanya!
Nona termasuk golongan mana"
Giok Lan termenung sebentar setelah itu sambil menuding
Siauw Ling katanya Dia adalah kongju kami, sedang kami kakak beradik
sengaja menemani kongju kita untuk berpesiar menikmati
pemandangan alam jarang sekali kam iberhubungan dengan
orang2 Bulim. Tolong tanya siapakah nama siangkong kalian ini"
Giok Lan menengok sekejap wajah Siauw Ling kemudian
jawabnya Siangkong kami she Siauw ....
Walaupun gadis ini adalh seorang yang cerdik tapi
bagaimana pun juga tidak berpengalaman dalam soal dunia
persilatan sehingga tanpa terasa ia sudah membuka rahasia
sendiri Siauw" siapa nama selanjutnya"
Giok Lan jadi serba salah teringat persoalan Siauw Ling
menggabungkan diri dengan perkampungan Pek Hoa San
cung sudah diketahui oleh seluruh jago yang ada dikolong
langit kalau mengutarakan nama Siauw Ling maka lelaki ini
pasti akan menganggap mereka sebagai orang2
perkampungan Pek Hoa San cung.
Oleh sebab itu untuk beberapa saat lamanya ia tak
sanggup untuk menjawab pertanyaan itu.
Cayhe Siauw Ling mendadak terdengar Siauw Ling
menjawab. Lelaki itu jadi kegirangan setelah mendengar nama tersebut
serunya Oooouw kiranya kau adalah Siauw Thay hiap cayhe sudah
lama mengenal namamu. Tidak berani tidak berani buru-buru Siauw Ling merendah
walaupun dengan alis berkerut.
Sudahlah kalian tak perlu pura2 bersikap kenal dengan
Siangkong kami cepat katakan asal usul kalian.
Terhadap apa yang dikatakan Giok Lan silelaki tersebut
tidak ambil gubris sembari memandang wajah Siauw Ling
ujarnya, Siauw Thay hiap sudah lama kami mencari kau tidak
disangka setelah berkelana hingga sepatu robek tak ketemu
kini berjumpa tanpa sengaja ....
Kalian mencari aku" tanya Siauw Ling tercengang
Bukankah kau Siauw Ling, Siauw Thay hiap"
Cayhe benar adalah Siauw Ling
Kalau begitu tak akan salah lagi
Mendadak Siauw Ling teringat kembali akan Lan Giok Tong
yang menyaru sebagai dirinya segera ia menggeleng
Mungkin kalian bukan mencari aku, yang kau cari adalah
Siauw Ling yang lain. Giok Lan mencegah pemuda ini berkata demikian, tapi
Lentera Maut 9 Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik Siasat Dewi Kasmaran 2