Buku Catatan Josephine 2
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie Bagian 2
kekayaan, dan benda-benda yang
kelihatan bagus, dan ketenangan - dan rumah tangga. Dia mengatakan bahwa dia
bersedia menukar itu semua
dengan membuat suaminya yang tua itu bahagia. Aku
bersimpati padanya. Tentu saja ketika aku berbicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengannya aku merasa bersimpati padanya... Tapi apakah aku tetap punya simpati
yang sama sekarang" Dua sisi dari sebuah pertanyaan - dua pandangan yang berbeda - manakah sisi yang
benar. . sisi yang benar. .
Aku hanya sempat tidur sebentar tadi malam. Dan harus bangun pagi-pagi untuk
ikut Taverner. Sekarang di dalam ruang keluarga Magda Leonides yang penuh harum
bunga, aku duduk santai dengan pelupuk mata terpejam. .
Sambil membayangkan Brenda, Sophia, dan lukisan
Leonides tua, pandanganku bertambah lama bertambah
kabur. Aku tertidur. . 10 AKU terjaga perlahan-lahan dan baru sadar bahwa
ketiduran setelah benar-benar membuka mata.
Harum bunga-bunga tercium olehku. Samar-samar aku
melihat bayangan bulat, putih mengambang di depanku.
Beberapa detik kemudian baru kusadari bahwa yang
kuhadapi adalah wajah seseorang - yang berada dekat di depanku. Perlahan-lahan
bayangan itu bertambah jelas.
Wajah bulat itu berambut hitam tersisir ke belakang dan terhias sepasang mata
kecil berwarna hitam. Wajah itu rupanya milik seorang anak kecil berbadan kurus.
Matanya memandangku dengan tajam.
"Halo," katanya.
"Halo," jawabku sambil mengedip-ngedipkan mata.
"Saya Josephine."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya dugaanku tepat. Adik Sophia ini berumur kira-kira sebelas atau dua belas
tahun. Wajahnya jelek sekali dan punya kesamaan yang khas dengan kakeknya.
Kelihatannya dia juga memiliki otak yang sama cemerlangnya. "Kau pacar Sophia," kata Josephine.
Aku membenarkan pernyataannya.
"Tapi kau datang kemari dengan Inspektur Taverner.
Mengapa?" "Dia temanku." "Benarkah" Aku tidak suka dia. Aku tidak akan
memberitahukan apa-apa kepadanya."
"Apa yang tidak ingin kauceritakan?"
"Apa-apa yang kuketahui. Aku tahu banyak hal. Dan aku senang mengetahui banyak
hal." Dia duduk di lengan kursi sambil terus memandangku.
Aku mulai merasa tidak enak.
"Kakek dibunuh orang. Kau tahu?"
"Ya," jawabku. "Aku tahu."
"Dia diracuni. Dengan es-er-in," katanya menyebutkan dengan hati-hati. "Sangat
menarik, bukan?" "Ya. aku rasa begitu."
"Eustace dan aku sangat tertarik. Kami suka cerita-cerita detekrif. Aku ingin
jadi detektif. Dan aku sekarang sedang jadi detekrif. Aku mengumpulkan petunjuk-
petunjuk." Aku merasa anak ini agak menyeramkan. Dia
membicarakan hal itu lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang yang datang dengan Inspektur Taverner itu juga detektif, kan" Di buku
dikatakan kita bisa tahu dari sepatu botnya. Tetapi orang itu memakai sepatu
kulit lembut." "Aturan yang lama telah berubah," kataku.
Josephine menangkap kata-kataku dengan interpretasinya sendiri. "Ya," katanya," akan banyak perubahan di sini. Kami
pasti pindah ke London. Ibu sudah lama ingin pindah ke sana. Dia akan senang
sekali. Aku rasa ayah juga tak keberaran membawa buku-bukunya ke sana. Dia tidak
bisa pindah sebelum itu. Dia rugi gara-gara Jezebel."
"Jezebel!" tanyaku.
"Ya. Kau belum melihat?"
"Oh, apa itu sandiwara" Belum. Aku belum melihat. Aku baru saja datang dari luar
negeri." "Bukan sandiwara yang panjang. Tapi benar-benar gagal total. Aku rasa Ibu tidak
cocok memainkan Jezebel."
Aku membayangkan Magda. Baik Magda yang pernah
kulihat dalam pakaian tidur, maupun Magda dalam jas
resmi - dan memang kurang sesuai untuk peran Jezebel.
Tapi barangkali aku belum melihat Magda-Magda yang lain.
"Barangkali kau benar," kataku hari-hati.
"Kakek selalu mengatakan bahwa pertunjukan itu akan
gagal. Dia bilang dia tidak akan mensponsori pertunjukan-pertunjukan sejarah dan
agama. Dia katakan pertunjukan begitu tidak akan laku. Tapi Ibu ingin sekali Aku
sendiri tidak suka. Sama sekali lain dengan cerita yang ada di Alkitab.
Maksudku, Jezebel tidak jahat seperti yang ada di Alkitab. Dia malahan seorang
patriot dan sangat baik. Itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membosankan. Tapi akhir pertunjukannya cukup bagus.
Mereka melempar Jezebel dari jendela. Tapi tidak ada anjing yang makan Jezebel.
Sayang, ya" Padahal aku paling suka bagian itu - waktu Jezebel dimakan anjing.
"Ibu bilang anjing tak bisa naik pentas, tapi aku rasa bisa kalau mau. Kan ada
anjing yang sudah dilatih untuk
bermain." Gadis cilik itu mengutip, "'Dan anjing-anjing itu memakan seluruh
tubuhnya, kecuali telapak tangannya.'
Mengapa mereka tidak memakan telapak tangannya?"
"Aku tidak tahu," jawabku.
"Anjing kan tidak memilih-milih. Anjing kami tidak
memilih kalau makan. Mereka makan apa saja."
Josephine mengomel sebentar tentang keanehan cerita
itu. "Sayang pertunjukan itu gagal," kataku.
"Ya. Ibu sedih sekali. Komentarnya juga tidak enak.
Ketika Ibu membaca komentar-komentar itu, dia menangis seharian dan melemparkan
sarapan paginya pada Gladys.
Lalu Gladys keluar. Wah, ramai."
"Kelihatannya kau suka drama, Josephine," kataku.
"Mereka memeriksa mayat kakek," katanya, "untuk
mengetahui sebab-sebab meninggalnya. Mereka menyebutnya post mortem - P. M. Tapi istilah itu agak membingungkan, ya" P. M.
kan bisa berarti Perdana Menteri juga?" "Apa kau tidak sedih kakekmu meninggal?"
"Tidak. Aku tidak terlalu suka padanya. Dia tidak
mengizinkan aku belajar tari balet."
"Apa kau ingin belajar tari balet?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Dan Ibu membolehkan. Ayah tidak keberatan, tapi kakek bilang aku tidak akan
bisa." Dia meluncur dari lengan kursi, berdiri, melemparkan sepatunya, dan berdiri
dengan ujung kakinya. "Tentu saja sepatunya harus sepatu balet," katanya.
"Dengan sepatu balet pun ujung jari kaki bisa bengkak."
Dia memakai sepatunya kembali sambil bertanya sambil lalu,
"Kau suka rumah ini?"
"Tidak tahu," jawabku
"Aku rasa rumah ini akan dijual. Kecuali kalau Brenda ingin tinggal di sini. Dan
aku kira Paman Roger dan Bibi Clemency belum akan pergi sekarang."
"Apa mereka akan pergi?" tanyaku tertarik.
"Ya. Rencananya mereka akan pergi hari Selasa. Ke luar negeri. Mereka akan naik
pesawat terbang. Bibi Clemency membeli sebuah koper ringan."
"Aku tidak tahu mereka akan pergi," kataku.
"Memang tak ada yang tahu. Ini rahasia. Mereka tidak akan memberitahu siapa pun
sampai mereka pergi. Mereka akan meninggalkan surat untuk Kakek."
Dia menambahkan. "Surat itu tidak akan ditempelkan di bantalan jarum.
Yang begitu itu hanya ada di buku-buku kuno. Itu biasa dilakukan istri-istri
yang meninggalkan suaminya. Tapi sekarang kan tidak ada bantalan jarum."
"Tentu saja tidak. Josephine, apa kau tahu mengapa
Paman Roger akan pergi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia melirikku dengan mata licik.
"Ya, aku tahu. Ada hubungannya dengan kantor Paman
Roger di London. Aku kira - tapi Aku tidak pasti - dia menggelapkan apa,
begitu." "Mengapa kau berpendapat begitu?"
Josephine mendekatkan mukanya ke wajahku.
"Pada hari Kakek meninggal, Paman Roger bicara
dengan Kakek - di kamarnya - lama sekali. Paman Roger bilang bahwa dia tidak
bisa apa-apa dan hanya akan
mengecewakan Kakek saja - bukan karena masalah uang -
tapi karena dia merasa tidak patut dipercaya lagi.
Keadaannya menyedihkan."
Aku memandang Josephine dengan perasaan campur
aduk. "Josephine," kataku. "Apa tidak ada yang memberitahu kamu bahwa tidak baik
mencuri-dengar percakapan orang lain?"
Josephine mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tentu saja ada. Tetapi kalau kita ingin mengetahui
sesuatu kita harus mencuri dengar. Aku berani bertaruh bahwa Inspektur Taverner
juga berbuat begitu."
Aku mempertimbangkan pendapatnya. Josephine meneruskan dengan sengit,
"Dan kalaupun dia tidak melakukannya, orang lainlah
yang akan melakukannya - orang yang memakai sepatu
kulit itu. Dan mereka melihat-lihat meja orang lain, membaca surat-surat orang
lain, dan mengorek rahasia orang lain. Tapi mereka tolol. Mereka tak tahu ke
mana mereka harus mencari!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Josephine bicara dengan angkuh. Dia melanjutkan,
"Eustace dan aku tahu banyak hal - tapi aku tahu lebih banyak daripada Eustace.
Dan aku tidak akanmemberitahu dia. Dia bilang perempaan tidak bisa jadi detekrif
ulung. Tapi aku bilang bisa. Aku akan menulis semuanya dalam buku catatanku. Lalu kalau
polisi-polisi sudah kebingungan, aku akan maju dan berkata, 'Aku tahu siapa yang
melakukannya'." "Apa kau membaca banyak cerita-cerita detektif?"
"Segudang." "Kalau begitu kau tahu siapa yang membunuh kakkmu?"
"Ya, aku rasa ya - tapi aku harus menemukan beberapa petunjuk lagi." Dia diam
dan menambahkan. "Inspektur Taverner mengira Brenda yang melakukannya, bukan" Atau Brenda dengan Laurence,
sebab mereka saling jatuh cinta?"
"Sebaiknya kau tidak bicara tentang hal itu, Josephine."
"Mengapa tidak" Mereka memang saling jatuh cinta."
"Kau belum tentu benar."
"Oh, aku tahu persis. Mereka saling menulis surat cinta."
"Josephine! Bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena aku membacanya. Benar-benar surat gombal.
Tapi surat Laurence benar-benar gombal. Dia ketakutan dan tak mau ikut perang.
Dia sembunyi di bawah tanah.
Ketika pesawat pembom melayang di atas, mukanya
berubah jadi hijau - hijau sekali. Eustace dan aku sampai terpingkal-pingkal
melihatnya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku tak tahu lagi apa yang akan kukatakan, karena tiba-tiba ada sebuah mobil
berhenti di halaman. Seperti kilat Josephine sudah berada di jendela.
"Siapa?" tanyaku.
"Mr. Gaitskill, pengacara Kakek. Aku rasa dia kemari untuk membicarakan
warisan." Dengan gembira dia keluar ruangan, tentunya untuk
melakukan penyelidikan dengan catanya yang khas.
Magda Leonides masuk ke dalam ruangan. Aku
tercengang ketika dia memegang kedua tanganku.
"Untunglah Anda masih di sini. Aku sungguh memerlukan kehadiran seorang pria."
Dia melepaskan tanganku, berjalan ke kursi bersandaran tinggi, menariknya
sedikit, melihat dirinya sekilas dalam kaca, kemudian mengambil kotak Battersea
kecil dari atas meja. Dia berdiri tenang, kedua tangannya membuka dan menutup
korak itu berulang kali. Sikapnya memang menarik. Sophia melongokkan kepalanya dari luar dan berkata
serengah berbisik, "Gaitskill!"
"Aku tahu," kata Magda.
Beberapa saat kemudian Sophia masuk diiringi oleh
seorang lelaki tua bertubuh kecil. Magda meletakkan
kotaknya dan berjalan menyambut mereka.
"Selamat pagi, Mrs. Philip. Saya akan ke atas.
Kelihatannya ada salah pengertian dengan surat wasiat itu.
Suami Anda menulis surat kepada saya, seolah-olah surat wasiat itu saya simpan.
Tapi Mr. Leonides memberitahukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa surat wasiat itu ada di lemari besinya. Anda tahu tentang hal itu?"
"Tentang surat wasiat Ayah?" kata Magda sambil
mempenontonkan mata yang melebar keheranan. "Tidak -
tentu saja tidak. Mudah-mudahan wanita jahat di atas tidak merobek-robek surat
wasiat itu." "Mrs. Philip," katanya sambil mengacungkan jari sebagai peringatan, "jangan
berprasangka buruk. Persoalannya adalah di mana mertua Anda menyimpan surat
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wasiat itu." "Tapi dia kan telah mengirimkannya pada Anda - dia
pasti sudah mengirimkannya - setelah menandatangani
surat wasiat itu. Dia bahkan memberitahu kami bahwa dia telah mengirimkannya."
"Saya rasa polisi telah memeriksa dokumen-dokumen
pribadi Mr. Leonides," kata Mr. Gaitskill. "Saya ingin bicara dengan Inspektur
Taverner." Dia keluar. "Pasti si Brenda yang memusnahkan surat wasiat itu.
Pasti dia. Aku berani bersumpah," teriak Magda.
"Tidak, Bu, dia tidak akan melakukan hal yang tolol
seperti itu." "Itu bukan hal yang tolol. Kalau surat wasiat itu tak ditemukan, dialah yang
akan menerima semua kekayaan."
"Ssh - Mr. Gaitskill ke sini."
Pengacara itu memasuki ruangan diikuti Taverner dan
Philip. "Saya dengar dari Mr. Leonides bahwa surat wasiat itu disimpan di Bank."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Taverner menggelengkan kepalanya.
"Saya telah menghubungi Bank. Mereka tidak menyimpan surat-surat pribadi milik Mr. Leonides, kecuali surat-surat berharga."
Philip berkata. "Barangkali Roger - atau Bibi Edith - coba, Sophia,
kaupanggil mereka kemari."
Tetapi ternyata Roger Leonides pun tidak bisa
membantu. "Ini benar-benar aneh-aneh sekali," katanya.
"Ayah menandatangani surat wasiat itu dan mengatakan dengan jelas bahwa dia akan
mengirimkannya pada Mr. Gaitskill esok paginya."
"Kalau tidak salah," kata Mr. Gaitskill sambil menyandarkan diri dan memejamkan mata, "saya
memberikan konsep terakhir pada tanggal 24 November
tahun lalu, sesuai dengan petunjuk Mr. Leonides. Dia menyetujui konsep itu, dan
mengembalikannya pada saya.
Tidak lama kemudian saya kirimkan surat wasiatnya untuk ditandatangani. Seminggu
kemudian, saya mengingatkan dia bahwa saya belum menerima kembali surat
wasiatnya dan bertanya apakah ada yang ingin diubah. Dia menjawab bahwa dia
telah puas dan mengatakan bahwa setelah
ditandatangani surat wasiat ini akan dikirim ke banknya."
"Itu benar," kata Roger bersungguh-sungguh. "Memang
waktu kira-kira akhir November tahun lalu. Kau ingat.
Philip" Ayah mengumpulkan kita semua dan membacakan
surat wasiat itu." Taverner membalikkan badan menghadap Philip
Leonides. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa benar demikian, Mr. Leonides?"
"Ya," kata Philip.
"Ya, seperti dalam sebuah cerita. Selalu ada hal-hal yang dramatis dengan surat
wasiat," desah Magda dengan
perasaan senang. "Miss Sophia?" "Ya," kata Sophia. "Saya ingat dengan jelas."
"Dan pembagian wasiat itu?" tanya Taverner.
Mr. Gaitskill akan berbicara, tetapi Roger Leonides
mendahului. "Surat wasiat itu sangat sederhana. Electra dan Joice sudah meninggal - karena
itu bagian mereka kembali
menjadi milik Ayah. Anak Joice, William, terbunuh dalam pertempuran di Birma,
dan warisan yang diterimanya
menjadi hak ayahnya. Philip, saya, dan anak-anak adalah keluarga yang masih
tersisa. Ayah menerangkan hal itu. Dia mewariskan lima puluh ribu pound bebas
pajak untuk Bibi Edith, seratus ribu pound bebas pajak untuk Brenda, atau sebuah
rumah yang senilai yang bisa dibeli di London untuknya. Dia bebas memilih yang
mana maunya. Sisa kekayaan dibagi tiga, satu bagian untuk saya, satu bagian untuk Philip, dan satu
bagian lagi dibagi tiga, untuk Sophia, Eustace, dan Josephine. Bagian Eustace
dan Josephine masih disimpan sampai mereka cukup umur untuk
menerimanya. Benar begitu, Mr. Gaitskill?"
"Ya - pada garis besarnya begitulah pembagian yang
tertulis dalam surat wasiat itu," kata Mr. Gaitskill masam, karena tidak bisa
bicara sendiri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah membacakannya di depan kami semua," kata
Roger. "Dia menanyakan apakah ada komentar dari kami.
Tentu saja tidak ada."
"Brenda memberi komentar," kata Miss de Haviland.
"Ya," kata Magda bersemangat. "Dia mengatakan tidak
tahan mendengar suaminya tercinta bicara tentang
kematian, karena itu membuat bulu kuduknya berdiri. Dan kalau dia meninggal
nanti Brenda tidak mau mendapatkan uangnya."
"Ah, itu sih basa-basi yang biasa disuguhkan orang-orang seperti dia," kata Miss
de Haviland. Kata-katanya terdengar tajam menyengat. Aku bertambah sadar betapa bencinya Edith de Haviland pada Brenda.
"Pembagian itu sangat adil," kata Mr. Gaitskill.
"Dan setelah membacakan surat wasiat itu, apa yang
terjadi?" tanya Inspektur Taverner.
"Setelah membaca, dia menandatangani wasiat itu," kata Roger.
Taverner membungkuk ke depan.
"Kapan dan bagaimana cara dia menandatanganinya?"
Roger mencari-cari istrinya dengan pandangan memohon. Clemency menjawab pertanyaan itu. Yang
lainnya kelihatan puas dengan apa yang dilakukannya.
"Anda ingin tahu dengan tepat apa yang terjadi?"
"Jika Anda bersedia menceritakannya."
"Mertua saya meletakkan surat wasiat itu di atas
mejanya dan meminta salah seorang dari kami - saya kira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roger - untuk membunyikan bel. Roger melakukannya.
Ketika Johnson masuk menjawab bunyi bel itu, mertua saya menyuruh dia memanggil
Janet Wolmer, pelayan kamar.
Ketika mereka berdua masuk, dia menandatangani surat wasiat itu dan menyuruh
mereka menandatangani di bawahnya." "Prosedur yang benar," kata Mr. Gaitskill. "Surat wasiat harus ditandatangani di
depan dua orang saksi yang juga ikut menandatangani pada saat dan tempat yang
sama." "Dan setelah itu?" tanya Taverner.
"Mertua saya mengucapkan terima kasih pada mereka,
dan mereka berdua keluar. Mertua saya mengambil surat wasiat itu, memasukkannya
ke dalam amplop yang panjang, dan berkata bahwa dia akan mengirimkannya
kepada Mr. Gaitskill besok paginya."
"Apa Anda semua setuju bahwa yang kita dengar tadi
adalah penjelasan yang tepat mengenai apa yang terjadi?"
tanya Inspektur Taverner.
Mereka berbisik-bisik serutu.
"Tadi dikatakan bahwa surat wasiat itu rergeletak di meja. Berapa jauhkah Anda
semua dari meja itu?"
"Tidak terlalu dekat. Kira-kira lima atau enam meter - itu yang paling dekat."
"Ketika Mr. Leunides membacakan urat wasiat itu,
apakah dia duduk sendirian di meja itu?"
"Ya." "Apakah dia berdiri atau meninggalkan mejanya, setelah dia membacakannya dan
sebelum menandatanganinya?"
"Tidak." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah para pembantu bisa membaca dokumen itu
ketika mereka menandatanganinya?"
'Tidak," kata Clemency. "Mertua saya menutupi bagian atas surat wasiat itu
dengan selembar kertas."
"Benar," kata Pliilip. "Isi dokumen itu bukan urusan para pelayan."
"Ah, begitu," kata Taverner. "Tapi saya tidak mengerti. "
Dengan cepat ia mengeluarkan sebuah amplop panjang
dan menyerahkannya pada pengacara.
"Coba Anda baca," katanya. "Dan ceritakan apa isinya."
Mr. Gaitskill menarik sebuah dokumen terlipat dari
dalam amplop itu. Wajahnya keheranan dan tangannya
membolak-balik kertas yang dipegangnya.
Dia berkata, "Ini aneh. Saya tidak mengerti sama sekali.
Di mana Anda temukan dokumen ini?"
"Di lemari besi. Di antara dokumen-dokumen Mr.
Leonides yang lain."
"Dokumen apa sih itu?" tanya Roger.
"Ini adalah surat wasiat yang saya siapkan untuk ayah Anda - untuk
ditandatangani. Tapi - aya tidak mengerti sama sekali mengingat apa yang Anda
ceritakan tadi. Surat wasiat ini tidak ditandatangani."
"Apa" Kalau begitu itu konsepnya?"
"Bukan," kata Mr. Gaitskill. "Mr. Leonides telah
mengembalikan konsep yang asli. Saya kemudian membuat surat wasiat itu - surat
ini -" Dia menyentil dokumen itu dengan jarinya-"dan mengirimkannya kemari untuk
ditandatangani. Tapi menurut cerita tadi dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menandatangani surat wasiat itu dengan disaksikan dua orang saksi yang
membubuhkan randa tangan mereka pula.
Tapi surat wasiat ini tidak ditandatangani. "
"Itu tidak mungkin," kata Philip Leonides dengan penuh semangat. Belum pernah
kudengar dia bicara dengan
menunjukkan emosi seperti itu.
Taverner bertanya, "Apa penglihatan ayah Anda cukup
baik?" "Dia menderita glaucoma. Dia memang memakai
kacamata tebal untuk membaca."
"Dia memakai kacamatanya malam itu?"
"Tentu saja. Dia tentu memakai kacamatanya sampai
surat wasiat itu selesai ditandatangani. Benar, katakan?"
"Benar," kata Clemency.
"Dan tak seorang pun mendekati mejanya sebelum dia
menandatangani?" "Saya tak ingat lagi," kata Magda sambil memandang
jauh. "Dapatkah kita mengulang kejadian itu?"
"Tidak seorang pun mendekati mejanya," kata Sophia.
"Dan Kakek duduk di situ terus."
"Posisi meja itu tetap seperti sekarang ini" Tidak
berdekatan dengan pintu, atau jendela, atau garden?"
"Ya, tetap seperti yang sekarang."
"Saya sedang membayangkan apakah mungkin terjadi
penggantian," kata Taverner. "Pasti ada suatu penggantian.
Mr. Leonides mengira dia menandatangani surat wasiat yang baru dibacanya."
"Apa tanda tangan itu bisa dihapus?" tanya Roger.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Mr. Leonides. Kalaupun dihapus pasti kelihatan bekasnya. Ada kemungkinan
yang lain. Yaitu bahwa dokumen ini bukanlah yang dikirim Mr. Gaitskill pada Mr.
Leonides dan bukan yang ditandatanganinya dengan
disaksikan Anda semua."
"Sebaliknya," kata Mr. Gaitskill, "saya berani bersumpah bahwa inilah dokumen
orisinil yang saya kirim. Ada sidikit kotoran di kertasnya - di bagian atas,
ujung kiri - bentuknya seperti bentuk pesawa terbang. Saya tahu dan ingat tanda itu."
Para anggota keluarga saling berpandangan dengan
wajah kosong. "Situasi yang sangat aneh," kata Mr. Gaitskill. "Belum pernah saya alami
sebelumnya." "Semua ini tidak mungkin," kata Roger. "Kami semua ada di ruangan waktu itu.
Aneh." Miss de Haviland terbaruk.
"Tak ada gunanya mengatakan apa yang sudah terjadi
tidak mungkin terjadi," katanya. "Sekarang bagaimana"
Itulah yang saya ingin tahu."
Dengan segera Gaitskill berubah sikap, menjadi sangat hati-hari.
"Hal ini harus diselidiki dengan teliti." katanya.
"Adanya dokumen ini memang bisa berarti membatalkan
semua dokumen atau surat wasiat sebelumnya. Ada banyak saksi yang melihat Mr.
Leonides menandatangani dokumen yang dianggapnya dokumen ini. Hm. Sangat
menarik. Suatu persoalan hukum yang cukup rumit."
Taverner melihat arlojinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, rupanya sudah waktunya makan siang."
"Apakah Anda bersedia makan siang dengan kami,
Inspektur?" tanya Philip.
"Terima kasih, Mr. Leonides, tapi saya akan menemui Dr.
Gray di Swimy Dean."
Philip bertanya pada si pengacara,
"Anda bersedia makan siang bersama kami, Gaitskill?"
"Terima kasih, Philip."
Setiap orang berdiri. Aku mendekari Sophia.
"Sebaiknya aku pergi atau tinggal?" bisikku. Pertayaan yang kedengaran aneh.
"Pergi saja," kata Sophia.
Aku menyelinap ke luar ruangan mengikuti Taverner.
Josephine sedang berayun-ayun di pintu yang menuju
bagian belakang. Kelihatannya dia sedang geli akan sesuatu.
"Polisi memang tolol," katanya.
Sophia keluar dari ruang keluarga.
"Apa yang sedang kaulakukan, Josephine?"
"Membantu Nannie."
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau pasti mencuri-dengar di balik pintu." Josephine menjawab dengan wajah
mencemooh, lalu pergi. "Anak itu memang nakal," kata Sophia.
11 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
AKU menemukan Taverner di kantornya sedang
membicarakan apa yang baru saja dialami.
"Sudah saya aduk-aduk semuanya - tapi apa yang saya
peroleh" Tidak ada! Tak ada motif Tak seorang pun
mengalami kesulitan keuangan. Dan bukti atas tuduhan yang kita lemparkan pada si
istri dan pacarnya hanyalah karena laki-laki itu memandang mesra pada Mrs.
Leonides ketika si Nyonya menuangkan kopi untuknya!"
"Tungu dulu, Taverner," padaku. "Saya mempunyai info-rmasl yang lebih menarik
lagi daripada itu." "He, Anda memang luar biasa, Mr. Charles. Sekarang
katakan apa yang Anda peroleh?"
Aku duduk, menyalakan rokok, dan menyandarkan
punggungku di kursi. Mereka menunggu kata-kataku.
"Roger Leonides dan istrinya punya rencana uutuk pergi ke luar negeri, Selasa
yang akan datang. Roger dan ayahnya bertengkar seru pada hari ayahnya meninggal.
Leonides Tua menemukan ada sesuatu yang tidak beres dan Roger mengakui bahwa dia
memang patut dipersalahkan."
Wajah Taverner berubah jadi ungu.
"Dari mana Anda mendapat keterangan seperti itu?"
tanyanya. "Kalau Anda mendengar itu dari para pelayan. . .
"Aku tidak mendengar hal ini dari mereka, tapi dari
detektif pribadi." "Apa maksud Anda?"
"Dan kalau kita perhatikan, seperti dalam cerita detektif, bisa dikatakan bahwa
polisi sudah kecolongan. Aku juga berpendapat bahwa masih banyak hal yang bisa
ditemukan oleh detektif pribadi ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Taverner membuka mulutnya tapi tidak jadi bicara. Dia ingin menanyakan banyak
hal sekaligus sehingga sulit untuk memulainya.
"Roger!" katanya. "Jadi dialah yang harus dicurigai."
Aku merasa segan ketika mengatakan apa yang
kuketahui. Aku menyukai Roger Leonides. Aku ingat
kamarnya yang hangat dan menyenangkan. Kalau
mengingat sikapnya yang ramah pula, aku sebenarnya
enggan untuk mulai menyelidiki dia. Memang keterangan Josephine mungkin
merupakan hal yang tidak dapat
dipercaya begitu saja, tapi aku tidak berpendapat demikian.
"Jadi anak itu yang menceritakannya pada Anda?" kata Taverner. "Kelihatannya dia
tahu banyak hal yang terjadi di rumah itu."
"Anak-anak memang biasanya begitu," kata Ayah datar.
Kalau informasi ini benar, maka semua asumsi pun
berubah. Apabila Roger memang menggelapkan uang
Associated Catering, seperti kata Josephine, dan apabila Leonides Tua menemukan
kecurangan itu, memang masuk
akal bila dia kemudian berbuat nekat, membungkam orang tua itu lalu lari ke Iuar
negeri sebelum semuanya tahu.
Barangkali Roger sudah memikirkan bahwa tindakan itu bisa membuatnya dituntut
atas tindakan kriminal. Polisi memutuskan untuk segera menyelidiki Associated Catering.
"Ini merupakan perkara besar karena menyangkut
angka jutaan," kata Ayah.
"Kalau memang ini yang terjadi." kata Taverner, "kira akan mendapatkan apa yang
kita cari. Si Ayah memanggil Roger. Roger mengaku. Brenda Leonides sedang pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nonton. Yang perlu dilakukan Roger hanyalah keluar dari kamar ayahnya, masuk ke
dalam kamar mandinya, menuang isi sebuah botol insulin dan menggantinya
dengan eserin, sudah. Atau mungkin istrinya yang
melakukannya. Dia pergi ke tempat mertuanya untuk
mengambil pipa Roger yang katanya ketinggalan. Tapi dia bisa terus masuk ke
kamar mandi dan mengganti isi botol insulin itu sebelum Brenda datang. Dia bisa
melakukannya dengan sikap tenang dan penuh keahlian."
Aku mengangguk. "Ya, aku bisa membayangkan dia
sebagai pelaku yang sebenarnya. Dia selalu bersikap tenang menghadapi apa saja!
Dan aku sebenarnya tlidak bisa
membayangkan Roger mau menggunakan racun atau yang
sejenisnya - penggantian isi botol insulin itu lebih bersifat feminin."
"Banyak laki-laki yang menjadi peracun," kata Ayah.
"Oh, saya mengerti, Tuan," kata Taverner. "Atau malahan tak tahu apa-apa?"
tambahnya penuh perasaan.
"Saya juga berpendapat bahwa Roger bukanlah tipe laki-laki pembunuh."
"Kau masih ingat Pritchard" Tak ada seorang pun yang mengira," kata Ayah
memperingatkan. "Baik. Kita anggap saja mereka berdua pelakunya."
"Dengan tekanan yang lebih kuat pada Lady Macbeth,"
kata Ayah memperingatkan. "Apa dia memang demikian,
Charles?" Aku membayangkan bentuk badan yang ramping dan
luwes di dekat jendela dalam ruangan yang menegangkan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak begitu persis, Yah," kataku. "Lady Macbeth adalah seorang wanita yang serakah. Aku rasa Clemency Leonides
bukan wanita seperti itu. Aku rasa dia tidak begitu peduli dengan apa yang
dimilikinya." "Tapi dia amat menaruh perhatian terhadap keselamatan suaminya, bukan?"
"Ya, itu benar. Dan dia tentu saja bisa berbuat kejam."
"Kekejaman yang berbeda. ." Itulah yang dikatakan Sophia.
Aku mendongak melihat Ayah yang sedang memandangku. "Apa yang kaupikirkan, Charles?"
Tapi aku tidak menjawab. -o0dw0o- Esok paginya aku dipanggil ke kantor polisi. Kutemukan Taverner dan Ayah di
sana. Taverner kelihatan puas dan agak gembira.
"Associated Catering memang sedang goyah," kata Ayah.
"Bisa bangkrut sewaktu-waktu," tambah Taverner.
"Penjualan saham menurun semalam," kataku. "Tapi
kelihatannya sudah membaik lagi tadi pagi."
"Kita harus menanganinya dengan sangat hati-hati," kata Taverner. "]angan
mengajukan pertanyaan langsung.
Jangan sampai menimbulkan panik. Kami telah mempunyai sumber informasi yang bisa
dipercaya. Mereka mengatakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa Associated Catering sedang goyah. Perusahaan itu tidak bisa memenuhi
kewajiban-kewajibannya. Yang
Menyebabkan kesulitan ini adalah manajemen yang tidak benar selama bertahun-
tahun." "Oleh Roger Leunides?"
"Ya. Dia memegang kedudukan paling tinggi."
"Dan uangnya berlimpah. ."
"Tidak," kata Taverner. "Kami rasa tidak demikian. Terus terang saja, dia bisa
dikategorikan sebagai pembunuh, tapi bukan koruptor. Dia memang tolol.
Kelihatannya tidak bisa membuat keputusan dan tidak tahu apa yang seharusnya
dilakukan. Dia memberikan kepercavaan kepada orang
yang tidak bisa dipercaya. Memang dia mudah memercayai orang lain. Tapi dia
telah memercayai orang yang salah. Dia selalu membuat kesalahan."
"Memang ada orang yang begitu," kata Ayah.
"Sebenarnya mereka juga bukan orang bodoh. Mereka
hanya tidak bisa menilai orang lain. Dan mereka antusias pada saat yang tidak
tepat." "Orang seperti itu seharusnya tidak terjun dalam dunia bisnis," kata Taverner.
"Mungkin juga dia tidak ingin," kata Ayah. "Tapi
kebetulan dia adalah anak Aristide Leonides. "
"Usaha itu sedang berkembang ketika ayahnya memberi
kepercayaan kepadanya untuk mengembangkannya. Seharusnya bisa lebih berkembang lagi! Begitu bagus
perkembangannya pada waktu itu, seolah-olah orang cukup melihat saja."
"Tidak" kata Ayah. "Itu tidak benar. Tidak ada usaha yang berkembang sendiri
begitu saja. Selalu ada keputusan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keputusan yang harus dibuat - ada sinergi yang harus dijalankan. Dan
kelihatannya Roger Leonides selalu
membuat kesalahan." "Benar," kata Taverner menimpali. "Dalam hal ini Roger adalah orang yang terlalu
baik. Dia membiarkan orang-orang yang sebenarnya sudah harus dikeluarkan, karena
dia sayang pada mereka - atau karena mereka sudah lama di situ. Lalu kadang-
kadang dia punya ide yang tidak praktis dan aneh-aneh dan memaksakan ide itu
tanpa mempertimbangkan akibatnya."
"Tapi tak ada tindak kriminal?" tanya Ayah.
"Tidak, tak ada."
"Lalu kenapa dituduh membunuh?" tanyaku.
"Dia mungkin tolol, tapi tidak jahat," kata Taverner.
"Tapi akibatnya sama - atau hampir sama. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan
Associared Catering adalah
sejumlah besar uang yang harus dibayarkan pada. ." (dia melihat catatannya)
"pada hari Rabu nanti."
"Jumlah itu yang diharapkan akan diterima dari surat wasiat ayahnya?" .
"Tepat..." "Tapi dia tidak akan menerimanya dalam benruk uang
kontan." "Benar. Tapi dia bisa memperoleh kredit. Sama saja."
Ayah mengangguk. "Bukankah lebih mudah kalau Roger datang pada
ayahnya dan minta bantuan?" kata Ayah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya rasa dia memang melakukan hal itu," kata
Taverner. "Saya rasa itulah yang didengar anak itu.
Barangkali si Leonides Tua menolak mentah-mentah untuk membuang uangnya pada
usaha yang hampir bangkrut.
Orangnya kan begitu."
Aku setuju dengan pendapat Taverner. Aristide Leonides pernah menolak
mensponsori penunjukan Magda - dia
katakan bahwa pertunjukan itu tidak akan berhasiI. Dan dia ternyata benar.
Leonides Tua memang pemurah, tapi dia bukan orang yang mau membuang-buang uang
untuk usaha yang tak menguntungkan. Dan Associated Catering
memerlukan ribuan bahkan ratusan ribu pound. Dia menolak mentah-mentah dan satu-
satunya jalan bagi Roger untuk menghindari kebangkrutan adalah dngan kematian
ayahnya. Memang dari sudut itu kelihatannya jadi ada motif.
Ayah memandangi jam tangannya.
"Aku telah mengundang dia kemari," katanya. "Sebentar lagi dia pasti muncul."
"Roger?" "Ya." "Maukah kau masuk ke ruang tamuku, kata labah-labah
itu pada seekor lalat," aku bergumam.
Taverner memandangku dengan terkejut. "Kita akan
sangat berhati-hati," katanya tegas. Semuanya sudah
dipersiapkan, juga penulis steno. Akhirnya bel berbunyi dan beberapa menit
kemudian Roger Leonides masuk ke
dalam ruangan. Dia masuk dengan sikap kikuk - dan menakatak sebuah
kursi. Dia mengingatkan aku pada seorang anjing besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ramah. Pada saat itu juga aku yakin, pasti bukan dia yang mengganti isi
botol insulin. Dia akan memecahkan atau menumpahkan isinya, atau mengacaukan
rencana itu. Bukan, bukan Roger orangnya. Clemency akan lebih tepat bertindak sebagai pelaku.
Kata-kata mengalir dari mulutnya.
"Anda ingin bicara dengan saya" Ada yang sudah Anda
temukan" Halo, Charles, kau ada di sini rupanya. Coba Anda ceritakan pada
saya. ." Dia benar-benar baik - tapi banyak pembunuh yang
kelihatan seperti orang baik-baik - dan itu memang
mengejutkan teman-teman yang mengenal mereka. Aku
merasa seperti Judas ketika tersenyum membalas
sapaannya. Ayah bersikap tegas dan sangat resmi. Kalimat-
kalimatnya pendek-pendek. Pernyataan. . dicatata. . tak ada paksaan. . tak ada
pengacara. Roger Leonides mengeluarkan semuanya dengan sikap
tidak sabar. Aku sekilas melihat senyum sinis Inspektur Taverner
dan membaca apa yang ada di benaknya.
"Orang-orang seperti ini selalu kelihatan yakin pada dirinya sendiri. Mereka
tidak akan berbuat salah. Mereka terlalu pandai!"
Aku hanya duduk tenang di sebuah sudut sambil
mendengarkan. "Saya meminta Anda kemari bukan unntk memberi
informasi, Mr. Leonides, tetapi untuk mendapatkan
informasi dari Anda - informasi yang sebelumnya tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anda berikan," kata Ayah. Roger Leonides kelihatan
ketakutan. "Tidak saya berikan" Tapi saya telah mengatakan
semuanya - semuanya!"
"Saya rasa tidak. Anda sempat bicara dengan almarhum pada sore hari sebelum dia
meninggal?" "Ya, ya. Saya minum teh bersama Ayah. Saya sudah
mengatakan hal itu."
"Anda memang mengatakan itu. Tapi Anda tidak
mengatakan apa yang Anda bicarakan."
"Kami - hanya - bicara-bicara saja."
"Tentang apa?" "Kejadian sehari-hari - rumah, Sophia. ."
"Bagaimana tentang Associated Catering" Apa dibicarakan juga?" Sebenarnya aku berharap cerita Josephine hanyalah
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cerita kosong, tapi rupanya tidak. Wajah Roger berubah.
Wajah itu berubah menjadi wajah orang yang putus asa.
"Oh, Tuhan," katanya, menjatuhkan diri di kursi. Sambil menutup muka dengan
kedua tangannya. Taverner tersenyum seperti seekor kucing yang puas.
"Anda mengaku, Mr. Leonides, bahwa Anda tidak
berterus terang pada kami?"
"Bagaimana Anda tahu akan hal itu" Saya mengira tak
seorang pun tahu - saya tidak mengerti bagaimana orang bisa tahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami punya cara untuk mengetahui hal-hal semacam
itu, Mr. Leonides." Hening sesaat. "Saya rasa sebaiknya Anda ceritakan terus
terang kepada kami."
"Ya, ya, tentu saja. Saya akan menceritakannya. Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Benarkah bahwa Associared Catering sekarang ini
sedang goyah?" "Benar. Usaha itu tidak bisa bertahan lagi. Sebentar lagi akan hancur.
Seandainya saja Ayah meninggal tanpa
mengetahui apa yang terjadi. Saya merasa begitu malu -
begitu mencemarkan. ."
"Apa ada kemungkinan pemeriksaan kriminal?"
Roger duduk tegak. "Tentu saja tidak. Usaha itu memang bangkrut tapi
kebangkrutannya tetap dengan cara terhormat. Kreditor akan mendapatkan kembali
uang mereka bila saya memasukkan kekayaan saya. Ini memang akan saya
lakukan. Yang membuat saya sedih adalah karena saya
telah mengecewakan Ayah. Dia percaya pada saya. Dia
menyerahkan bagian usahanya yang paling besar itu
kepada saya. Dia tidak pernah ikut campur, tidak pernah bertanya apa yang saya
lakukan. Dia hanya percaya saja pada saya. . Saya telah mengecewakan dia."
Ayah berkata, "Anda katakan tidak akan ada pemeriksaan kriminalitas.
Tapi kenapa Anda dan istri Anda merencanakan untuk
pergi ke luar negeri tanpa memberitahu siapa pun?"
"Anda tahu hal itu juga?"
"Ya, Mr. Leonides."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi apa Anda tidak mengerti?" katanya sambil
membungkuk ke depan. "Saya tidak dapat menghadapinya dengan kenyataan seperti
itu. Saya akan kelihatan seperti minta bantuan uang. Seolah-olah saya meminta
bantuannya agar saya dapat berdiri lagi. Dia - dia memang sangat sayang pada
saya. Dia pasti akan membantu saya. Tapi saya tidak bisa - saya tidak bisa
begitu - karena itu berarti harus memulai segala sesuatu kembali. Dan saya tidak
mampu. Saya tidak bisa. Saya tidak seperti Ayah. Saya tahu betul hal itu. Saya telah
berusaha. Tapi tidak berhasil. Ini
menyedihkan saya - Tuhan! Saya benar-benar sedih. Saya berharap usaha itu bisa
baik kembali, saya berharap Ayah tidak perlu tahu akan hal itu. Tapi akhirnya
begitu juga. Tak ada harapan untuk menghindarkan kejatuhan itu. Clemency
- istri saya - dia mengerti. Dia setuju. Kami merencanakannya - untuk tidak mengatakan apa-apa pada orang lain. Pergi. Dan
kemudian membiarkan berita itu pecah. Saya akan meninggalkan surat untuk Ayah
dan menceritakan semuanya - memberitahu dia bahwa saya
malu dan minta maaf atas apa yang terjadi. Dia selalu baik pada saya. Tapi saat
itu akan terlambat baginya untuk berrtndak. Inilah yang ingin saya lakukan.
Tidak minta tolong dia - atau seolah-olah meminta tolong padanya. Saya akan
memulai lagi dengan bersih di tempat lain. Saya ingin hidup sederhana. Menanam
sesuatu - kopi, buah-buahan.
Hanya yang perlu-perlu saja untuk sehari-hari. Memang benar bagi Clemency. Tapi
dia bersumpah bahwa dia bisa menerima hal itu. Dia memang luar biasa."
"Hm, begitu," kata Ayah dingin. "Tapi apa yang
menyebabkan Anda berubah pendirian?"
"Berubah pendirian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Apa yang menyebabkan Anda datang pada ayah
Anda dan minta bantuan keuangan?"
Roger memandang heran. "Saya tidak melakukannya!"
"Katakan dengan terus terang. Mr. Leonides."
"Anda keliru. Saya tidak datang pada Ayah. Dia yang
menyuruh saya datang. Dia mendengar hal itu sendiri dari pihak lain. Tapi dia
memang selalu tahu apa yang terjadi.
Ada yang memberitahu dia. Dia menanyakan hal itu kepada saya. Dan tentu saja
saya menceritakan semuanya. Saya katakan bukan uang yang memberatkan saya - tapi
perasaan bahwa saya telah mengecewakan dia itulah."
Roger menelan ludah. "Ayah saya," kata Roger tersendat. "Anda tak bisa
membayangkan bagaimana baiknya dia. Tidak marah.
Tidak menyesal. Hanya kasih. Saya katakan bahwa saya tak perlu dibantu, bahkan
saya lebih baik pergi seperti yang sara rencanakan. Tapi dia tak mau mendengar.
Dia memaksa untuk menolong saya - menegakkan Associated
Catering lagi." Taverner berkata dengan tajam.
"Apa Anda ingin agar kami percaya bahwa ayah Anda
bermaksud memberi bantuan keuangan kepada Anda?"
"Tentu saja. Dia telah membuat surat pada perantaranya dan memberikan
instruksi." Kurasa Roger melihat keragu-raguan pada wajah kedua
orang tersebut. Mukanya berubah jadi merah.
"Baiklah kalau Anda tidak percaya," katanya. "Saya
masih menyimpan surat itu walaupun saya seharusnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengirimkannya. Dengan adanya kejadian ini, tentu saya bingung dan lupa.
Barangkali masih ada di saku saya sekarang."
Dia mengeluarkan dompetnya dan mencari-cari. Akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya. Dia menarik sebuah amplop yang lusuh
dengan perangko di atasnya.
Amplop itu dialamatkan kepada Messrs. Greatorex and Hanbury.
"Bacalah sendiri," katanya, "kalau Anda tak percaya pada saya."
Ayah menyobek amplopnya. Taverner berpindah ke
belakang Ayah. Aku membacanya setelah mereka selesai.
Surat itu berisi instruksi untuk Messrs. Greatorex and Hanbury untuk melakukan
investasi dan meminta agar
besok paginya, salah seorang wakil perusahaan tersebut dikirim ke Three Gables
untuk menerima instruksi sehubungan dengan hal-hal yang terjadi di Associared Catering. Ada beberapa hal
yang tidak begitu kupahami, tetapi maksud surat tersebut memang jelas. Aristide
Leonides bersiap untuk menegakkan Associated Catering kembali.
Taverner herkata, "Kami akan menyimpan surat ini untuk sementara dan
memberikan tanda terima pada Anda, Mr. Leonides."
Roger menerima tanda terima itu. Dia berdiri dan
berkata, "Anda mengerti apa yang sebenarnya terjadi bukan?"
Taverner berkata, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mr. Leonides memberikan surat ini kepada Anda lalu
Anda meninggalkan dia" Apa yang kemudian Anda
lakukan?" "Saya kembali ke tempat saya. Istri saya baru saja tiba.
Saya beri tahu dia apa yang telah dilakukan Ayah. Ayah memang luar biasa. Saya -
saya begitu bingung dan tidak tahu harus berbuat apa."
"Lalu ayah Anda sakit. Berapa lama sesudah kejadian itu berselang?"
"Kira-kira setengah jam sampat satu jam kemudian.
Brenda berlari-lari masuk. Dia ketakutan. Katanya Ayah kelihatan aneh. Saya -
saya lari bersama-sama Brenda. Saya sudah menceritakannya pada Anda."
"Pada waktu Anda ke sana sebelum itu, apakah Anda
masuk ke dalam kamar mandi ayah Anda?"
"Saya kira tidak. Tidak - tidak. Saya yakin saya tidak masuk ke dalam kamar
mandinya. Mengapa" Apa Anda kira bahwa saya. ."
Ayah mengakhiri kemarahan Roger yang tiba-tiba timbul dengan berdiri dan
mengulurkan tangannya. "Terima kasih, Mr. Leonides," katanya. "Anda sangat
membantu kami walaupun seharusnya Anda bisa melakukannya sejak semula."
Pintu ditutup Roger. Aku berdiri dan melihat surat yang tedetak di meja.
"Jangan-jangan ini surat palsu," kata Taverner penuh harap.
"Bisa saja," kata Ayah. "Tapi kurasa bukan. Kurasa kita harus menerima apa
adanya. Leonides tua itu bersiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat anaknya dari kesulitan. Dan ini bisa
dilakukannya dengan lebih efisien bila dia masih hidup danpada bila Roger
melakukannya sendiri setelah ayahnya meninggal.
Lebih-lebih lagi dengan kejadian menghilangnya surat warisan itu. Tidak ada kepastian lagi berapa banyak yang
akan diterima Roger. Itu berarti
kelambatan - dan kelambatan berarti kesulitan. Dalam keadaan seperti ini,
Associated Catering memang tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Tidak, Taverner,
Roger maupun istrinya tidak punya motif untuk menyingkirkan orang tua itu.
Sebaliknya. ." Ayah berhenti dan mmgulang-ulang kata terakhir itu
sambil berpikir seolah-olah dia mendapat inspirasi,
"Sebaliknya. ."
"Apa yang Tuan pikirkan?" tanya Taverner.
Ayah berkata perlahan, "Seandainya Aristide Leonides hidup dua puluh empat
jam lebih lama, Roger akan selamat. Tapi dia meninggal dengan mendadak dan
dengan dramatis, hanya dalam
waktu satu jam sesudah itu."
"Hm," kata Taverner. "Anda pikir ada orang yang
menginginkan agar Roger bangkrut" Orang dalam yang
menginginkan uangnya" Kelihatannya tak masuk akal."
"Bagaimana pembagian wasiat itu?" tanya Ayah.
"Siapa yang akan mendapatkan uang Leonides Tua?"
Taverner menarik napas dalam-dalam.
"Pengacara memang payah. Tidak bisa memberi jawaban
yang jelas. Dulu ada surat wasiat lama. Dibuat ketika Leonides menikah dengan
istri keduanya. Dalam surat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wasiat itu istrinya menerima jumlah yang sama, kurang sedikit dari yang akan
diterima Mis de Haviland, lalu sisanya untuk Roger dan Philip. Saya dulunya
mengira bahwa bila wasiat ini tidak ditanda- tangani, maka yang lamalah yang
akan berlaku. Tapi masalahnya tidaklah
sesederhana itu. Pertama-tama, pembuatan surat wasiat baru berarti pembatalan
surat wasiat yang lama. Lalu ada saksi-saksi yang ikut menandatangani dan
'maksud pemberi wasiat'. Memang membingungkan kalau ternyata surat wasiat yang terakhir
ini tidak ditandatangani.
Jandanyalah yang akan menerima semua warisan."
"Jadi kalau surat wasiat itu hilang, Brenda-lah yang paling beruntung?"
"Ya. Seandainya ada permainan, pasti dialah yang
mengaturnya. Dan kelihatannya memang ada permainan.
Tapi saya tidak mengerti bagaimana hal itu dilakukannya.
Aku pun tidak mengerti. Barangkali kami semua
memang orang-orang tolol. Tapi kami memang melihatnya dari sudut yang salah.
12 KAMI berdiam sejenak setelah Taverner keluar.
Kemudian aku berkata, "Ayah, biasanya pembunuh itu seperti apa sih?"
Ayah memandangku tenang-tenang. Kami memang
saling Mengerti dan Ayah tahu apa yang ada di kepalaku dengan pertanyaan seperti
itu. Dia menjawab dengan serius. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya," katanya. "Memang penting - sangat penting
untukmu. . Pembunuhan itu ada di dekatmu. Kau tidak bisa melihatnya hanya dari
luar saja." Aku memang senang dan tertarik pada kasus-kasus yang ditangani polisi, lebih-
lebih kasus-kasus yang spektakuler.
Tapi Ayah benar. Aku hanya tertarik melihat kasus ini dari luar, seperti orang
yang tertarik melihat benda-benda yang dipamerkan di etalase toko. Tapi sekarang
- karena Sophia lebih cepat melihat daripadaku, aku tidak bisa lagi
melihatnya dari luar begitu saja.
Ayah melanjutkan, "Aku tidak tahu apakah aku orang yang tepat untuk
meminta hal ini, tapi aku bisa meminta dua orang psikiater untuk menerangkannya
padamu. Mereka memang bekerja
untuk kami. Atau Taverner mungkin bisa menjelaskan. Tapi barangkali kau ingin
mendengar pendapatku sendiri
sebagai orang yang berpengalaman menangani hal-hal
semacam itu?" "Itu yang kuinginkan," kataku.
Ayah mengikuti sebuah lingkaran di meja dengan
jarinya. "Seperti apa sih pembunuh itu" Beberapa dari mereka" -
bibirnya tersenyum sedih-" adalah orang baik-baik"
Aku sedikit heran. "Ya, memang begitulah." katanya. "Orang baik-baik dan biasa seperti kau dan aku
- atau seperti orang yang baru keluar tadi - Roger Leonides. Pembunuhan adalah
suatu perbuatan kriminal yang amatir sifatnya. Tentu saja aku bicara tentang
jenis pembunuhan yang sedang kaupikirkan
- bukan jenis gangster. Orang sering merasa bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuh-pembunuh seperti itu adalah orang baik-baik yang tanpa senjata
melakukan pembunuhan. Mereka
berada dalam keadaan yang sangat sulit atau mereka
menginginkan sesuatu dengan amat sangat, misalnya uang.
atau wanita - dan mereka membunuh untuk mendapatkan
apa yang mereka inginkan. Rem atau kontrol diri yang biasanya ada pada kita
tidak lagi bisa menahan mereka.
Seorang anak kecil merealisasikan keinginan menjadi
perbuatan tanpa rasa sesal. Seorang anak yang marah pada kucingnya akan berkata,
'Kubunuh kau,' lalu memukul
kepala kucing itu dengan palu. Lalu dia sedih karena kucing itu tidak bisa hidup
lagi. Banyak. anak-anak kecil yang mencoba menyelamarkan adik mereka yang masih
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bayi, tetapi malahan 'menenggelamkannya', karena bayi itu telah merebut perhatian
orang - atau menghalangi kesenangan anak-anak itu. Mereka kemudian tahu bahwa
perbuatan mereka 'salah' - bahwa hal itu akan mendapat hukuman.
Pada tahap berikutnya mereka akan merasa bahwa hal itu salah. Tapi ada juga
orang-orang yang secara moral tidak bisa tumbuh dewasa. Mereka memang tahu bahwa
pembunuhan itu salah, tapi mereka tidak akan merasa
salah. Menurut pengalamanku, seorang pembunuh tidak
pernah merasa menyesal. Itu mungkin sudah diturunkan sejak zaman Kain dan Habil.
Pembunuh memang dipisahkan, mereka lain. Pembunuhan adalah tindakan
yang salah - tapi tidak untuk mereka. Bagi mereka
pembunuhan itu perlu. Mereka merasa si korbanlah yang
'menghendakinya' dan itulah 'satu- satunya jalan'."
"Seandainya," kataku, "ada orang yang sudah lama
membenci Leonides Tua itu, apakah hal tersebut bisa
menjadi suatu sebab?"
"Rasa benci yang murni" Kelihatannya tidak." Ayah
memandangku dengan rasa ingin tahu. "Yang kaumaksud
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benci adalah rasa tidak suka yang amat dalam, bukan"
Benci karena cemburu lain lagi. Itu merupakan campuran rasa cinta dan frustrasi.
Misalnya saja Constance Kent, setiap orang bilang, dia sangat sayang pada
adiknya yang masih bayi yang dibunuhnya. Tapi kurasa dia menginginkan cinta dan perhatian seperti yang diberikan pada adiknya itu. Kukira
lebih banyak orang yang membunuh orang-orang yang mereka cintai daripada yang mereka benci. Barangkali
karena hanya orang-orang yang kita cintai saja yang bisa membuat hidup ini tak
tertahankan. "Tapi ini semua tidak terlalu membantumu, bukan?" kata Ayah lagi, sambil
memandangiku penuh selidik "Kalau aku tak salah, yang kauinginkan adalah
mengetahui ciri-ciri umum seorang pembunuh yang mungkin berasal dari
lingkungan keluarga yang kelihatannya normal dan
menyenangkan, bukan?"
"Ya, benar." "Apakah ada pula persamaannya" Aku tidak terlalu
yakin." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Kalau tak ada, aku cenderung
menganggapnya sebagai suatu
kesombongan." "Kesombongan?" "Ya. Belum pernah aku menjumpai pembunuh yang tidak
sombong. . Kesombongan itulah yang menjatuhkan mereka.
Sembilan dari sepuluh kasus biasanya begitu. Memang
mereka juga punya rasa takut, tapi mereka tidak tahan untuk tidak menyomhongkan
diri, karena merasa begitu yakin bahwa mereka lebih pandai dan menganggap bahwa
mereka tak akan bisa tertangkap."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menambahkan, "Ada satu hal lagi. Seorang
pembunuh selalu ingin bicara."
"Bicara?" "Ya. Orang yang baru saja membunuh akan merasa ke-
sepian. Dia ingin menceritakannya pada orang lain - tapi tidak bisa. Dan hal itu
membuat keinginannya bertambah besar. Jadi - karena dia tidak bisa menceritakan
apa yang dilakukannya, dia akan bicara mengenai pembunuhan itu -
mendiskusikannya, mengajukan teori - dan bicara lagi."
"Aku rasa kau sebaiknya memerhatikan hal itu, Charles.
Pergilah ke sana lagi, tinggallah dengan mereka dan ajak mereka bicara. Tentu
saja semuanya tidak akan semudah itu. Baik bersalah atau tidak, mereka pasti
akan senang bicara dengan orang asing, karena mereka bisa membicarakan hal-hal yang tidak bisa dibicarakan di antara mereka sendiri. Tapi
dalam situasi demikian pun masih ada kesempatan bagimu untuk melihat perbedaan.
Seseorang yang menyembunyikan sesuatu tidak akan tahan untuk
bungkam terus-menerus. Orang-orang di dinas intelejen tahu hal itu pada waktu
perang. Kalau ada yang tertangkap, yang diakui hanyalah nama, pangkar dan nomor
saja - tidak lebih. Orang yang mencoba memberikan kererangan palsu biasanya akan
ketahuan. Coba ajak bicara orang-orang di rumah itu, Charles, dan perhatikan
kalau-ka!au ada keterangan yang terlepas tanpa sengaja atau mungkin ada yang membukakan
rahasianya sendiri."
Kuceritakan pada Ayah apa yang dikatakan Sophia
mengenai kekejaman di dalam keluarga itu - kekejaman yang mengambil bentuk yang
berbeda-beda. Ayah sangat tertarik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya," kata Ayah. "Pacarmu memang benar. Umumnya
setiap keluarga memiliki suatu kekurangan. Orang mungkin bisa mengatai
kelemahannya sendiri - tapi menghadapi dua macam kelemahan yang sangat berbeda,
mungkin dia akan gagal. Yang menarik di sini adalah faktor keturunan. Ambil
comoh misalnya kekejaman keluarga de Haviland, dan
kebejatan moral Leonides. Keluarga de Haviland bisa
dikatakan keluarga baik-baik karena moral mereka tidak rusak. Dan keluarga
Leonides pun tidak apa-apa, karena waIaupun moral mereka rusak, mereka penuh
kasih sayang. Tapi mereka berdua punya keturunan yang
mewarisi kedua karakter yang menonjol itu. Kau mengerti apa yang kumaksud?"
Aku memang tidak berpikir sejauh itu. Ayah berkata lagi,
"Seharusnya aku tak perlu membuatmu pusing dengan
soar keturunan ini. Itu terlalu rumit. Pergilah, Nak, dan ajak mereka bicara.
Sophia-mu itu benar. Kebenaran akan apa yang sudah terjadi memang perlu bagimu
dan baginya. Kau harus tahu."
Dia menambahkan lagi ketika aku keluar ruangan,
"Dan hati-hati dengan anak itu."
"Josephine" Maksud Ayah agar dia tidak tahu apa yang sedang kulakukan?"
"Bukan. Maksudku lindungi dia. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan padanya."
Aku memandang Ayah. "Sudahlah, Charles. Ada seorang pembunuh berdarah
dingin di rumah itu. Dan Josephine kelihatannya tahu banyak tentang apa yang
terjadi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia memang tahu banyak. tentang Roger - walaupun dia salah menyimpulkannya
sebagai seorang korupror. Tapi ceritanya tentang apa yang telah terjadi memang
tepat." "Ya, ya. Kesaksian seorang anak memang kesaksian yang paling baik. Aku biasanya
memercayainya. Tapi tentu saja tidak di ruang sidang. Anak-anak tidak tahan
dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan langsung. Mereka akan
kelihatan tolol atau tidak tahu apa-apa. Waktu terbaik untuk menghadapi mereka
adalah bila mereka ingin memamerkan sesuatu. Itulah yang telah dilakukan
Josephme padamu. Pamer. Kau akan bisa mengeruk lebih banyak keterangan darinya
dengan cara yang sama. Jangan menanyai dia secara langsung. Berpura-puralah
bersikap bahwa dia tak tahu apa."
Ayah menambahkan, "Jaga dia. Mungkin anak itu tahu terlalu banyak hal yang membahayakan
keselamatan orang lain."
13 AKU pergi ke Pondok Bobrok (kunamakan begitu dalam
hati) dengan perasaan agak bersalah. Walaupun aku telah memberitahu Taverner
rahasia Josephine tentang Roger, aku belum mengatakan padanya bahwa Brenda dan
Laurence Brown saling menulis surat cinta.
Aku membenarkan diri dengan berpura-pura menganggap bahwa hal itu hanyalah suatu fakta yang tak berarti
dan tak ada alasan untuk memercayai kebenarannya. Tapi sesungguhnya aku merasa enggan
untuk menumpukkan bukti-bukti lain yang memberatkan
Brenda Leonides. Aku telah terpengaruh oleh penderitaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang disebabkan oleh posisinya di rumah itu - dia harus menghadapi suatu
keluarga yang bersatu memusuhinya.
Kalau surat semacam itu memang ada, pasti Taverner dan anak buahnya akan
menemukannya. Aku tidak suka
menjadi perantara yang menimbulkan kecurigaan pada
seorang wanita yang berada dalam kedudukan yang sulit.
Lebih-lebih dia telah meyakinkan aku bahwa tidak ada hal-hal semacam itu antara
dia dan Laurence, dan aku
cenderung untuk lebih memercayainya daripada memercayai omongan Josephine yang bandel itu. Bukankah Brenda juga mengatakan
bahwa Josephine "agak aneh?"
Tapi aku sendiri melihat bahwa Josephine biasa-biasa saja. Aku teringat pada
matanya yang hitam dan cerdas itu.
Aku sudah menelepon Sophia dan bertanya apakah aku
boleh datang ke sana lagi. "Datanglah, Charles."
"Bagaimana keadaannya sekarang?"
''Tak tahu. Nggak apa-apa. Mereka masih menggeledah
rumah. Apa sih yang mereka cari?"
"Aku sendiri tak tahu."
"Kami semua jadi serba ketakutan. Datanglah secepat
mungkin. Aku bisa jadi gila kalau tidak bisa bicara dengan seseorang."
Kukatakan bahwa aku akan segera berangkat. Tak
seorang pun kulihat ketika aku sampai di pintu depan.
Setelah membayar uang taksi, aku menjadi ragu-ragu -
membunyikan bel di pintu, atau langsung masuk saja. Pintu depan itu terbuka.
Ketika sedang berdiri bingung, aku mendengar suara di belakangku. Cepat-cepat
aku menoleh. Kulihat Josephine memandangiku dari pagar tanaman,
wajahnya tertutup sebuah apel besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika aku menoleh, dia membuang muka.
"Halo, Josephine."
Dia tidak menjawab, tetapi menghilang di balik pagar tanaman. Aku membuntutinya.
Dia duduk di sebuah bangku yang sudah karatan, menghadap kolam berisi ikan emas.
Kakinya terjuntai dan diayun-ayunkannya, sementara
mulutnya sibuk mengunyah apel. Matanya memandangku
penuh sorot kebencian. "Aku datang lagi, Josephine," kataku. Perkataanku itu tidak
terlalu meyakinkan, tapi sorot mata dan kebenciannya kelihatan berkurang.
Anak itu memang memiliki taktik yang bagus. Dia tidak menjawab apa-apa.
"Enak ya apel itu?" tanyaku.
Kali ini Josephine menyerah. Jawabannya cuma saru
kata. "Empuk." "Sayang," kataku. "Aku nggak suka apel yang empuk."
Josephine berkata dengan ketus,
"Memang nggak ada orang yang suka."
"Kenapa kau diam saja ketika aku menyapa tadi?"
"Memang mauku begitu."
"Kenapa?" Josephine mengambil apel dari mulutnya agar dia bisa bicara dengan jelas.
"Kamu diam-diam cerita sama polisi," katanya.
"Oh!" aku agak terkejut. "Maksudmu - tentang. ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentang Paman Roger."
"Tapi tidak apa-apa, Josephine, tak apa-apa. Mereka tahu dia tak bersalah -
maksudku, dia tidak menggelapkan
uang." Josephine memandangku dengan rasa jengkel.
"Kau memang bodoh."
"Maaf." "Aku tidak kuatir tentang Paman Roger. Tapi yang
kaulakukan ini bukan cara yang baik dalam pekerjaan
detektif. Seharusnya kau tidak perlu memberitahu polisi sampai semuanya
selesai." "Oh, begitu," kataku. "Maafkan aku ya, Josephine."
"Padahal aku sudah memercayaimu," katanya dengan
suara masih kesal. Aku minta maaf untuk ketiga kalinya. Josephine
kelihatan senang. Dia menggigit apelnya lagi.
"Tapi akhirnya polisi akan tahu juga," kataku.
"Kamu dan aku tidak akan punya rahasia lagi."
"Maksudmu karena dia bangkrut?"
Seperti biasanya, Josephine selalu tahu banyak.
"Aku rasa begitu."
"Mereka akan membicarakan hal itu malam ini," katanya.
"Ayah dan Ibu dan Paman Roger dan Bibi Edith. Bibi Edith bersedia memberikan
uangnya - meskipun sekarang belum jadi miliknya - tapi Ayah tidak mau. Ayah
bilang bila Paman Roger mengalami kesulitan itu salahnya sendiri, dan tak ada
gunanya membuang uang untuk hal yang sia-sia. Lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula Ibu tidak akan seruju kalau Ayah memberi, karena dia ingin agar uang itu
dipakai untuk membiayai Edith
Thompson, Kau tahu tentang Edith Thompson" Dia punya suami, tetapi tidak suka
sama suaminya. Dia jatuh cinta pada laki-laki muda bernama Bywarers yang datang
dari kapal. Lelaki itu pulang dari teater lewar jalan sepi dan tiba-rtba ditikam
dari belakang." Aku mencoba mengevaluasi kebenaran dan kelengkapan
cerita Josephine, serta perasaan dramaris yang disajikannya.
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pertunjukan itu kelihatannya bolehlah," katanya.
"Tapi aku rasa tidak akan seperti itu. Pasti akan seperti Jezebel lagi." Dia
menarik napas. "Aku ingin tahu kenapa anjing-anjing itu tidak makan telapak
tangannya." "Josephine," kataku. "Kau mengatakan kau hampir tahu siapa pembunuhnya."
"Kenapa?" "Siapa dia?" Dia merengut memandangku.
"Baiklah." kataku. "Sampai semua selesai" Kau juga tak akan memberitahu,
walaupun aku berjanji tak akan
mengatakannya pada Inspektur Taverner?"
"Aku masih memerlukan beberapa petunjuk."
"Tapi," katanya menambahkan sambil membuang biji
apel ke dalam kolam. "Aku tidak akan memberi tahu kau.
Paling tidak kau bisa menjadi Watson."
Aku mencoba menelan penghinaan ini.
"Oke. Aku jadi Watson. Tapi Watson pun diberi data."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diberi apa?" "Fakta. Kemudian dia membuat kesimpulan yang keliru.
Bukankah akan menyenangkan kalau kau melihat aku
membuat kesimpulan yang keliru?"
Sesaat Josephine kelihatan tertarik. Tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Nggak ah," katanya, lalu menambahkan. "Aku tidak
terlalu senang pada Sherlock Holmes. Dia kuno. Mereka naik kereta berkuda."
"Bagaimana dengan surat-surat itu?" tanyaku.
"Surat apa?" "Kau bilang Brenda dan Laurence Brown saling menulis surat cinta."
"Aku mengarang cerita itu," kata Josephine.
"Aku tidak percaya."
"Betul. Aku sering mengarang cerita. Aku memang
senang." Aku memandang Josephine. Dia balas memandangku.
"Josephine, aku kenal seseorang yang bekerja di Brirish Museum. Dia mengerti
banyak hal yang ada di Alkitab.
Kalau aku bisa tahu dari dia mengapa anjing-anjing itu tidak memakan telapak
rangan Jezebel, maukah kau
memberitahu aku tentang surat- surat itu?"
Kali ini Josephine benar-benar bingung.
Tiba-tiba terdengar gemeretak suara ranting terinjak.
Josephine berkata dengan serius,
"Aku tidak mau."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuterima kekalahanku. Beberapa saat kemudian barulah aku teringat nasihat Ayah.
"Oh, tak apa." kataku. "Kita kan hanya main-main saja.
Tentu saja kau tidak tahu benar akan hal itu."
Mata Josephine memberomak marah, tapi dia tidak
menelan umpanku. . Aku berdiri. "Ayo masuk. Aku ingin bertemu Sophia.
Ayo." "Aku mau di sini saja." kata Josephine.
"Tidak. Kau ikut denganku."
Aku menyeretnya tanpa banyak cakap. Dia terkejut dan ingin protes, tapi akhirnya
menurut. Kurasa dia ingin melihat reaksi orang-orang di rumah kalau mereka
melihat kedatanganku. Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku begitu mema-
aksanya untuk ikut masuk. Aku baru menyadari hal itu setelah kami melewati pintu
depan. Sebabnya adalah suara gemererak ranting yang terinjak.
14 AKU mendengar suara-suara bergumam dari ruang
keluarga yang besar itu. Aku ragu-ragu tapi tidak masuk.
Aku hanya jalan-jalan di lorong saja, karena merasa ingin begitu. Aku membuka
sebuah pintu. Lorang di dalamnya gelap. Tiba-tiba pintu yang lain terbuka dan
terlihatlah dapur yang sangat terang di sebelah sana. Di tengah pintu berdiri
seorang wanita tua bertubuh besar. Dia mengenakan celemek putih bersih yang terikat di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinggangnya yang lebar. Pasti ini Nannie, pikirku. Begitu aku melihatnya, aku
tahu bahwa segala-galanya beres di sini. Perasaan itu memang perasaan yang biasa
ditimbulkan oleh seorang pembantu yang baik. Umurku sudah tiga
puluh lima, tapi aku merasa seperti anak empat tahun yang tenang hatinya begitu
melihat dia. Setahuku Nannie belum pernah bertemu denganku.
Tapi dia langsung berkata,
"Mr. Charles, bukan" Mari masuk ke dapur. Akan saya
sediakan teh." Dapur itu luas dan menyenangkan. Aku duduk di meja
tengah dan dia membawakan secangkir teh dengan dua
buah biskuit manis. Aku merasa menjadi seorang anak-
anak lagi. Semuanya beres - dan aku tak takut akan gelap serta segala hal yang
menakutkan. "Miss Sophia akan senang sekali melihat Anda datang,"
katanya, "Dia menjadi lebih mudah terkejut." Lalu
tambahnya dengan nada cemas, "Mereka semua begitu."
Aku menoleh ke belakang. "Mana Josephine" Dia tadi bersama-sama saya."
Nannie mendecakkan lidahnya dengan tidak senang.
"Mencuri-dengar pembicaraan orang di pintu dan
menuliskannya di buku kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana," katanya.
"Seharusnya dia pergi sekolah dan bermain dengan anak-anak seumurnya. Sudah saya
katakan pada Miss Edith dan beliau setuju - tapi Tuan Besar
mengatakan sebaiknya dia tinggal di rumah saja."
"Mungkin beliau sangat sayang padanya." kataku.
"Benar, Tuan. Beliau sangat sayang pada mereka semua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku sedikit heran, mengapa rasa sayang Philip pada
anak-anaknya perlu ditekankannya sedemikian tegas.
Nannie melihat kebingunganku, wajahnya merah, lalu
katanya, "Jika saya bilang Tuan Besar, yang saya maksudkan
adalah Mr. Leonides Tua."
Sebelum aku sempat berkomentar, tiba-tiba pintu
terbuka dan Sophia muncul.
"Oh, Charles," katanya, lalu disambung, "Oh, Nannie, aku senang dia datang."
"Ya" kata Nannie.
Dia mengumpulkan beberapa panci lalu membawanya
keluar. Dia menutup pintu dapur. Aku berdiri mendatangi Sophia dan memeluknya.
"Sayangku, kau gemetar. Kenapa?"
Sophia berkata, "Aku takut, Charles. Takut."
"Aku sayang padamu," bisikku. "Sandainya saja aku
boleh membawamu pergi. ."
Dia menjauhkan diri dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Itu tidak mungkin. Kita haru menyelesaikan ini dulu. Tapi aku tidak
menyukainya. Charles, aku tidak senang membayangkan bahwa seseorang - seseorang
yang ada di rumah ini - yang biasa kulihat dan kuajak bicara setiap hari adalah
seorang pembunuh berdarah dingin. ." .
Aku tidak tahu harus berkata apa. Orang seperti Sophia tidak bisa diberi
keyakinan yang asal-asalan saja.
Dia berkata, "Seandainya aku tahu. ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pasti menyakitkan sekali." sambungku.
"Tahukah kau apa yang menyebabkan aku ketakutan?"
bisiknya. "Kemungkinan bahwa kita takkan pernah tahu..."
Aku bisa membayangkan kesulitan itu. . Dan kelihatannya bukan suatu hal yang mustahil bila pembunuh Leonides Tua ini tidak
akan pernah ketahuan. Tapi hal ini justru mengingatkan aku pada pertanyaan yang akan kuajukan.
"Apa kau tahu siapa saja di rumah ini yang mengetahui tentang obat tetes eserine
itu - maksudku ialah bahwa kakekmu menyimpannya dan bahwa obat itu merupakan
racun dan berapa tinggi dosisnya yang bisa mematikan?"
"Aku mengerti apa yang kaumaksud, Charles. Tapi tak
ada gunanya. Kami semua tahu."
"Ya, benar, tapi secara spesifik. ."
"Kami semua tahu secara spesifik. Kami pernah
berkumpul pada suatu ketika - minum kopi sehabis makan siang. Dia senang
dikerumuni keluarganya. Waktu itu
matanya memang sudah sakit. Karena itu Brenda
meneteskan obat pada kedua matanya. Dan Josephine yang selalu usil bertanya ini-
itu berkata, 'Mengapa di botol selalu ditulis obat tetes - tidak untuk ditelan"'
Kakek tersenyum dan berkata, 'Seandainya Brenda membuat kekeliruan
dengan menyuntikkan obat tetes itu padaku dan bukannya insulin - rasanya aku
akan gelagapan, mukaku berubah jadi biru, lalu mati, karena jantungku tidak
terlalu kuat.' Dan Josephine berkata, 'Oo', dan Kakek melanjutkan, 'Jadi kita
harus hati-hati agar Brenda tidak memberiku suntikan eserine bukan"'" Sophia
diam, lalu berkata, "Kami semua di sana mendengarkan. Mengerti" Kami semua
tahu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku mengerti. Bisa kubayangkan bahwa yang diperlukan hanyalah sedikit
pengerahuan. Tapi rupanya Leonides Tua telah memberi peluang untuk pembunuhan
atas dirinya. Si pembunuh
tidak perlu lagi memikirkan skenario pembunuhan. Sebuah cara yang mudah dan sederhana
telah disediakan sendiri oleh si korban.
Aku menarik napas panjang. Sophia yang memperhatikanku sejak tadi, berkata. "Memang Mengerikan." "Sophia, ada satu hal yang sangat menarik," kataku
perlahan "Ya?" "Kau benar. Pasti bukan Brenda. Dia pasti tidak akan melakukan hal yang telah
kalian dengar semuan ya."
"Aku tak tahu. Dia kadang-kadang bodoh," katanya.
"Tapi dia tak akan sebodoh itu. Tidak, pasti bukan dia."
Sophia mundur, menjauhiku.
"Kau tidak ingin melihat bahwa Brenda-lah pelakunya, bukan?"
Apa yang bisa kukatakan" Aku tidak bisa - tidak bisa dengan mudah mengatakan
"Ya, mudah-mudahan Brendalah pelakunya." .
Mengapa demikian" Hanya karena Brenda berdiri
sendirian tanpa kawan menghadapi kekuatan keluarga
Leonides yang memusuhinya" Kesopanan" Rasa kasihan
pada yang lemah" Pada yang tak berdaya" Aku teringat ketika dia duduk di sofa
dalam gaun berkabung yang mahal, pada suaranya yang putus asa, dari matanya yang
ketakutan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untung Nannie datang pada saat yang tepat. Aku tak
tahu apakah dia merasakan ketegangan di antara kami
berdua. Dia berkata, "Membicarakan pembunuhan. Sudahlah, lupakan saja.
Biarkan polisi yang mengurusi. Itu urusan mereka, kita tak perlu ikut campur."
"Oh, Nannie, apa kau tidak mengerti kalau ada seorang pembunuh berkeliaran di
rumah ini." "Omong kosong, Miss Sophia. Saya jadi tidak sabar. Kan pintu depan selalu
terbuka lebar" Tak ada pintu yang dikunci - mengundang pencuri dan perampok,"
"Tapi tidak mungkin pencuri. Tak ada barang yang
diambil. Kecuali itu pencuri kan tidak meracuni orang?"
"Saya tidak mengatakan bahwa pelakunya adalah
pencuri, Miss Sophia. Saya katakan semua pintu terbuka.
Siapa saja bisa masuk. Kalau Nona tanya saya, jawabanya adalah komunis."
Nannie menganggukkan kepalanya dengan puas.
"Apa yang menyebabkan orang komunis ingin membunuh Kakek?" "Ah, semua orang kan bilang bahwa komunis
mendalangi segala kejadian. Tapi seandainya bukan
komunis, pasti orang Katolik. Wanita Merah dari Babilonia.
Itulah mereka." Dengan penuh keyakinan pada kata-katanya Nannie
keluar lagi. Sophia dan aku tertawa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Protestan Hitam yang baik," kataku.
"Ya, benar. Kita ke ruang keluarga saja, yuk. Ada
pertemuan keluarga di sana. Sebenarnya akan diadakan nanti malam - tapi rupanya
sudah dimulai sekarang."
"Sebaiknya aku tidak ikut campur, Sophia."
"Kalau kau ingin menikah dengan keluarga ini, sebaiknya kau juga melihat
bagaimana mereka dalam keadaaan yang sebenarnya."
"Mereka membicarakan apa sih?"
"Persoalan Roger. Kelihatannya kau juga sudah tahu.
Tapi benar-benar gila kalau kau menuduh dia yang
membunuh Kakek. Roger sangat mencintai kakek."
"Sebenarnya aku tidak menganggap dia pelakunya, tapi Clemency."
"Hanya karena aku telah menyuntikutu dengan
anggapan bahwa dia lebih keras dari Roger. Tapi
sebenarnya tidak demikian. Clemency tidak akan peduli bila Roger tak punya uang.
Aku rasa malahan dia senang.
Kelihatannya dia senang apabila tidak memiliki apa-apa.
Ayo." Pada waktu Sophia dan aku memasuki ruangan, suara-
suara ramai jadi terhenti. Semuanya memandang kami.
Mereka semua ada di situ. Philip duduk di kursi besar berwarna merah yang
terletak di antara dua jendela.
Wajahnya yang tampan kelihatan tegang dan kaku, seperti seorang hakim yang
hendak menjatuhkan hukuman. Roger duduk mengangkang di sebuah bantalan besar di
dekat perapian. Rambutnya kusut dan tegak karena sering
tersapu jari-jarinya. Kaki celana kirinya terlipat ke atas dan dasinya kusut.
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mukanya kelihatan merah. Clemency duduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di belakangnya. Badannya kelihatan sangat kurus dalam kursi yang begitu besar.
Dia menghadap ke dinding seolah-olah mempelajari kertas dinding di depannya
tanpa gairah. Edith duduk di kursi besar dengan sikap regak. Dia
merajut penuh semangat dengan bibir terkarup rapat. Yang paling enak dipandang
adalah Eustace dan Magda. Mereka seperti lukisan Gainsborough. Mereka duduk di
sofa. Anak tampan berkulit gelap itu keliharan sayu, dan di sebelahnya duduk
Magda, the Duchess of Three Cable, yang anggun dengan sebuah tangan terentang
sepanjang punggung sofa dan kaki terlipat menonjolkan sandal brokat. Gaunnya
terbuat dari taffera. Philip mengernyitkan kening.
"Sophia," katanya. "Kira sedang membicarakan persoalan keluarga yang sifatnya pribadi."
Jarum rajut Miss de Haviland berkeletik. Aku bersiap untuk minta maaf, tapi
Sophia mendahului. Suaranya jelas dan tegas.
"Charles dan aku berharap akan segera menikah. Aku
menginginkan agar Charles juga duduk di sini."
"Ya, kenapa tidak?" kata Roger spontan sambil berdiri dan bantalnya. "Aku telah
mengatakan kepadamu berkali-kali Philip, bahwa tak ada yang pribadi dalam soal
ini! Seluruh dunia akan tahu, besok atau lusa. Dan kau," katanya sambil meletakkan
tangannya ramah di atas bahuku, "kau sudah tahu soal ini. Kau ikut mendengar
tadi pagi." "Coba ceritakan," kata Magda membungkuk ke depan.
"Seperti apa sih Scorland Yard" Orang-orang selalu ingin tahu. Ada sebuah meja"
Kursi-kursi" Gorden macam apa"
Dan pasti tak ada bunga, kan" Sebuah dictaphone?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu kan sudah meminta kepada Vavasour Jones untuk
menghilangkan adegan Scotland Yard itu. Ibu bilang itu antiklimaks."
"'Ya, adegan itu membuat pertunjukan tersebut seperti cerita detektif," kata
Magda. "Edith Thompson lebih bersifat drama psikologis ataukah roman psikologis"
Mana yang lebih sesuai?"
"Kau ada di Scotland Yard tadi pagi?" tanya Philip tajam.
"Mengapa" Ah-ya-ayahmu. ." Dia masih mengernyitkan alis.
Aku merasa kehadiranku tidak dikehendaki, tapi tangan Sophia mencengkeram
lenganku dengan kuat. Clemency memindahkan sebuah kursi ke depan.
"Silakan duduk," katanya.
Aku memandangnya dengan ucapan terima kasih, lalu
duduk. "Kau boleh mengatakan apa saja yang kausukai," kata
Miss de Haviland melanjutkan pembicaraan sebelumnya.
"Tapi aku berpendapat bahwa kira harus menghormati
keinginan Aristide. Kalau soal surat wasiat itu sudah selesai, apa yang
kudapatkan boleh kauambil semua,
Roger." Roger menarik-narik rambutnya kebingungan.
"Tidak, Bibi. Tidak!" teriaknya.
"Aku pun ingin mengatakan hal yang sama," kata Philip.
"Tapi ada beberapa hal lain yang harus kupertimbangkan. ."
"Phil, apa kau tidak mengerti" Aku tidak menginginkan saru sen pun dari siapa
pun." "Tentu saja!" seru Clemency.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan lagi, Edith," kata Magda, "kalau soal surat warisan itu sudah beres, dia
kan akan mendapatkan bagiannya."
"Tapi sekarang kan belum beres?" kata Eustace.
"Kau tidak tahu apa-apa tentang hal itu, Eustace," kata Philip.
"Eustace benar," sela Roger. "Dia tahu persoalan yang sebenarnya. Tak ada yang
bisa menahan kebangkrutan itu.
Tak ada." Dia bicara dengan nada suara puas.
"Tak ada yang perlu dibicarakan lagi kalau begitu," kata Clemency.
"Dan," kata Roger, "sekarang itu bukan soal penting, kan?"
"Aku merasa hal itu merupakan soal penting," kata
Philip, merapatkan kedua bibirnya.
"Tidak," kata Roger. "Tidak! Apakah ada hal yang lebih penting lagi dibandingkan
dengan kematian Ayah" Ayah sudah meninggal! Dan kita duduk di sini hanya
membicarakan soal uang!"
Secercah warna merah meronai pipi Philip yang pucat.
"Kami hanya ingin mencoba membantu," katanya kaku.
"Aku tahu, Phil. Aku tahu. Tapi tak ada yang bisa
dilakukan oleh siapa pun untuk menyelesaikan soal itu. Jadi kita akhiri saja."
"Rasanya," kata Philip, "aku bisa mengumpulkan
sejumlah uang. Surat-surat berharga itu turun nilainya. Dan depositoku belum
jatuh tempo. Sedangkan Magda. ."
Magda menimpali dengan cepat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja kau tidak akan punya uang sebanyak itu Phil.
Memakai uang anak-anak aku rasa tidak pada tempatnya."
"Sudah kukatakan tadi bahwa aku tidak meminta apa pun dari kalian!" teriak
Roger. "Capek aku mengulang-ulang hal itu. Aku cukup puas semuanya berlalu
seperti apa adanya."
"Ini soal gengsi. Untuk Ayah. Dan kita," kata Philip.
"Ini bukan persoalan keluarga. Tapi persoalanku."
"Ya. Memang ini persoalanmu." kata Philip, sambil
memandang kakaknya. Edith de Haviland berdiri, katanya, "Aku rasa kita sudah cukup lama membicarakan
soal ini." Nada suaranya terdengar berwibawa.
Philip dan Magda berdiri. Eustace keluar ruangan. Aku melihat jalannya yang
kaku. Sebenarnya kakinya tidaklah terlalu pincang, tapi jalannya memang tidak
lurus. Roger melingkarkan lengannya di bahu Philip dan
berkata, "Terima aksih, Phil, kau memang baik." Keduanya keluar.
Magda menggerutu. "Menjengkelkan saja," katanya
sambil mengikuti mereka. Sophia berkata bahwa dia akan menyiapkan kamarku.
Edith de Haviland berdiri menggulung benangnya. Dia
memandangku seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian dia membatalkan
niatnya. Dia menarik napas
panjang, lalu keluar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Clemency berdiri dan berjalan ke jendela. Dia
memandang ke luar. Dan aku berdiri mendekatinya. Dia memalingkan kepalanya
kepadaku. "Syukurlah semuanya sudah lewat." katanya - lalu
menambahkan. "Ruangan ini - ah, aneh-aneh saja."
"Anda tidak suka?"
"Rasanya aku tak bisa bernapas di sini. Selalu tercium bau bunga setengah layu
dan debu." Aku tidak setuju dengan pernyataannya. Tapi aku tahu apa yang dimaksudkannya.
Pasti interiornya. Ruangan ini adalah ruangan seorang wanita. Eksotis,
hangat, jauh berbeda dengan cuaca di luar. Memang
ruangan ini bukan ruangan yang akan disukai laki-laki kalau dia harus berada di
dalanmya terlalu lama. Bukan ruangan di mana orang bisa bersantai, membaca koran
dan merokok sambil mengangkat kaki. Namun demikian, aku
lebih menyukainya daripada ruangan Clemency di atas.
Sambil melihat sekelilingnya dia berkata,
"Coba lihat. Ini kan seperti sebuah panggung. Tempat Magda memainkan perannya."
Dia memandangku. "Kau
tahu bukan apa yang baru saja kami katakan" Babak kedua
- pertemuan keluarga. Magda-lah yang mengaturnya. Tidak ada apa-apa. Tak ada
pembicaraan yang berarti. Tak ada hal yang perlu dibicarakan. Semuanya telah
diatur - lalu selesai."
Tak terdengar kegetiran dalam suaranya. Bahkan
kepuasan. Dia melihat aku meliriknya.
"Oh, apakah kau tidak mengerti?" tanyanya tidak sabar.
"Akhirnya kami bebas! Tidak mengertikah kau bahwa
sebenarnya Roger telah menderita - benar-benar menderita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- selama bertahun-tahun" Dia memang tidak ingin
terlibatdalam bisnis. Dia suka kuda, sapi dan desa. Tapi dia sangat mencintai
ayahnya - mereka semua mencintainya.
Itulah yang menjadi persoalan pokok di rumah ini - terlalu banyak orang. Aku
tidak mengatakan bahwa lelaki tua itu seorang tiran dan suka menindas mereka -
tidak. Dia memberi uang dan kebebasan pada mereka. Dia sangat
mencintai keluarganya dan sebaliknya."
"Kan tidak ada yang salah dengan hal itu?"
"Aku rasa ada. Bila anak-anak sudah tumbuh dewasa,
orangtua seharusnya melepas mereka, atau memaksa mereka untuk melupakan orangtua
mereka." "Memaksa mereka" Agak drastis menurut saya. Saya kira paksaan tidak dibenarkan."
"Kalau dia tidak membuat dirinya menjadi suatu pribadi yang demikian. ."
"Orang tidak bisa membuat dirinya menjadi pribadi
tertentu," kataku. "Leonides Tua sendiri memang suatu pribadi yang unik."
"Kepribadiannya terlalu kuat dan terlalu berpengaruh pada Roger. Roger
memujanya. Dia ingin melakukan apa saja yang diinginkan ayahnya. Dan dia ingin
menjadi anak seperti yang diinginkan ayahnya. Tapi tidak bisa. Ayahnya
memberikan Associated Carering padanya - milik yang
sangat dibanggakan oleh ayahnya. Roger berusaha keras melakukan tugasnya. Tapi
dia tidak mampu. Dalam dunia bisnis, Roger adalah - ya, bisa dikatakan - bodoh.
Dan hal ini menyedihkan hatinya. Dia menderita bertahun-tahun.
Makan hati melihat usaha itu semakin lama semakin
mundur. Kadang-kadang dia ingin mempraktikkan ide-
idenya, tapi selalu saja akibatnya makin parah. Merupakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal yang menyedihkan bila kita tahu bahwa tahun demi tahun kita gagal. Kau tidak
dapat merasakan betapa menderitanya Roger. Tapi aku tahu dan bisa merasakannya." Dia berbalik menatapku. "Kau mengira bahwa Roger membunuh ayahnya untuk
mendapat uang! Kau tidak tahu berapa - betapa anehnya tuduhan itu!"
"Saya sekarang tahu," jawabku merendah.
"Ketika Roger tahu bahwa dia tak bisa apa-apa lagi,
bahwa kehancuran itu pasti terjadi, sebenarnya dia merasa lega. Ya, dia benar-
benar lega. Dia memang kuatir kalau ketahuan ayahnya - tapi bukan karena sebab-
sebab yang lain. Dia bahkan mengharapkan bisa segera memulai suatu kehidupan
baru, sesuai dengan keinginan kami sendiri."
Bibirnya gemetar sedikit dan suaranya melembut.
"Anda mau ke mana?" tanyaku.
"Barbados. Aku punya saudara sepupu yang baru saja
meninggal dan memberikan warisan tanah untukku. Tidak banyak - tapi setidak-
tidaknya kami punya tujuan. Kami tidak punya uang banyak. Tapi kami bisa hidup
pas-pasan. Dan kami akan merasa senang hidup jauh dari mereka."
Dia menarik napas. "Roger memang lucu. Dia menguatirkan aku - kuatir aku dalam keadaan kurang. Aku
mengerti bahwa pengaruh sikap keluarga Leonides terhadap uang cukup besar
padanya. Ketika suamiku yang pertama masih hidup, kami memang miskin sekali. Dan
Roger menganggapku hebat karena aku bisa hidup sedemikian rupa. Dia tidak mengerti bahwa dalam keadaan
begitu pun aku bahagia - benar-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar bahagia! Sejak itu aku tidak pernah babagia seperti itu. Tapi aku sangat
mencintai Roger, jauh lebih
mencintainya dibandingkan dengan cintaku pada Richard."
Matanya setengah terpejam. Aku mengerti dia sedang
tenggelam dalam perasaannya.
Dia membuka matanya, memandangku dan berkata,
"Jadi sekarang kau tahu bahwa aku tak akan membunuh
seseorang hanya karena uang. Aku tidak suka uang."
Aku tahu bahwa apa yang dikatakannya itu benar.
Clemency Leonides adalah orang langka yang hatinya tak akan tersentuh oleh uang.
Dia tidak suka kemewahan tetapi menyukai kesederhanaan.
Namun demikian masih banyak orang yang walaupun
tidak tertarik pada uang, bisa tergoda oleh kekuatan yang ada pada benda itu.
Aku berkata, "Anda mungkin tidak menginginkan uang
untuk diri Anda sendiri - tapi bila digunakan dengan bijaksana, uang bisa
membawa banyak hal yang menarik.
Mungkin bisa digunakan untuk biaya riset, misalnya."
Aku mengira mungkin Clemency agak fanatik dengan
pekerjaannya, tapi dia hanya berkata,
"Aku tak tahu apa bisa begitu. Pada umumnya uang itu tidak digunakan dengan
semestinya. Hal-hal yang berharga biasanya dicapai oleh seseorang yang punya
antusiasme dan keinginan besar - dan dengan visi yang alamiah.
Perlengkapan mahal dan latihan serta eksperimen biasanya tidak mencapai sasaran
seperti yang kita bayangkan. Dan dana itu biasanya di kelola secara keliru."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa tidak sayang meninggalkan pekerjaan Anda
sekarang dan pergi ke Barbados?" tanyaku. "Anda masih tetap dengan rencana Anda,
bukan?" "Oh, ya. Segera setelah polisi memberi izin. Dan tidak apa-apa bila aku terpaksa
meninggalkan pekerjaanku. Aku memang tidak suka menganggur. Dan aku tidak akan
menganggur di Barbados."
Dia menambahkan dengan tidak sabar, "Seandainya saja semuanya bisa selesai
dengan cepat, kami bisa segera pergi."
"Clemency," kataku. "Apa Anda sama sekali tak punya
bayangan siapa yang melakukan hal itu" Dengan
menganggap bahwa Anda dan Roger tidak terlibat dalam soal ini, tentunya dengan
inteligensi Anda yang tinggi itu, paling tidak ada gambaran tentang pelaku dalam
kasus ini?" Dia memandangku dengan pandangan aneh. Lalu
berbicara dengan suara yang kehilangan spontanitas.
Suaranya terdengar kaku dan agak ragu.
"Menduga-duga itu tidak ilmiah," katanya. "Tapi Brenda dan Laurence merupakan
orang yang paling mudah dicurigai." "Jadi Anda menganggap merekalah pelakunya?"
Clemency hanya mengangkat bahunya.
Dia berdiri sejenak, seolah-olah mendengarkan sesuatu.
Kemudian dia melewati Edith de Haviland ke luar ruangan.
Edith berjalan mendekariku.
"Aku ingin bicara denganmu."
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kata-kata Ayah terngiang di telingaku. Apakah ini...
Tapi Edith de Haviland telah melanjutkan,
"Mudah-mudahan kami tidak memberikan kesan yang
keliru," katanya. "Maksudku tentang Philip. Philip memang agak sulit dimengerti.
Mungkin dia kelihatan tertutup dan dingin. Tapi sebenarnya tidak demikian. Hanya
sikapnya saja yang kelihatan begitu."
"Saya sebenarnya tidak berpikir bahwa..."' kataku
menimpali. Tapi dia terus memberondong,
"Sekarang - Roger. Sebenarnya dia tidak sakit hati. Dia tidak pernah terlalu
ketat dengan uang. Dia memang pantas dikasihani. Dia selalu begitu - tapi dia
membutuhkan pengertian."
Aku memandangnya dengan mata yang -mudah-
mudahan - menunjukkan bahwa aku mau mengerti. Dia
melanjutkan, "Mungkin karena dia adalah anak kedua. Biasanya selalu ada kesulitan pada anak
kedua. Roger sangat menyayangi ayahnya. Tentu saja semua anak Aristide sayang
pada Ayah mereka dan Aristide sendiri pun sayang pada anak-anaknya. Tapi Roger
merupakan anak kesayangan dan
kebanggaan hatinya. Dia anak laki-laki sulung. Dan kukira Philip merasakannya.
Dia menarik diri, menjadi tertutup.
Dia menyukai buku dan hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu, serta hal-hal
yang tidak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Aku rasa dia menderita. Anak-anak memang menderita. . .
Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang aku maksud ialah - dia iri pada Roger. Barangkali dia
sendiri tidak menyadarinya. Tapi kenyataan menunjukkan bahwa - segalanya jatuh ke tangan Roger -
ah, sebenarnya aku tak boleh mengatakan hal ini, karena Roger sendiri tidak
menyadarinya. Mungkin juga Philip tidak segetir itu perasaannya."
"Maksud Anda, Philip mungkin agak senang dengan
situasi Roger sekarang ini?"
"Ya." kata Miss de Haviland. "Itulah yang kumaksudkan."
Dia melanjutkan, "Sebenarnya aku merasa sedih karena dia tidak segera menawarkan bantuan pada
Roger." "Saya rasa Philip tidak harus berbuat begitu. Roger
sendiri sudah mengakibatkan banyak kesulitan bagi dirinya sendiri. Dia laki-laki
dewasa. Tidak punya tanggungan anak.
Kalau dia sakit atau benar-benar memerlukan pertolongan
- pasti keluarganya akan membantu. Tapi saya yakin Roger akan senang sekali
memulai kehidupan yang baru."
"Oh, pasti! Hanya Clemency-lah yang menjadi pertimbangannya. Dan Clemency memang luar biasa. Dia tidak senang memiliki
sesuatu terlalu banyak. Dia tidak punya cita rasa terhadap keindahan maupun hal-
hal yang telah lewat. Terlalu modern."
Aku merasakan matanya yang cerdas memandangiku
dari atas ke bawah. "Ini merupakan cobaan bagi Sophia," katanya. "Kasihan.
Dia begitu muda dan harus menghadapi hal-hal semacam ini. Aku sayang pada mereka
semua. Roger dan Philip. Sophia dan Eustace dan Josephine. Anak-anak yang
kukasihi. Anak-anak Marcia yang kusayangi. Ya, aku sayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka semua." Dia berhenti sebentar. Lalu menambahkan dengan tajam. "Ingat, ada
juga pemujaan yang berlebih-lebihan."
Dia membalik dengan cepat, lalu pergi. Aku merasa ada sesuatu yang
dimaksudkannya dengan ucapannya yang
terakhir itu. Tapi aku tak tahu apa.
15 "KAMARMU sudah siap," kata Sophia.
Dia berdiri di sampingku, memandang ke arah taman
yang kelihatan suram. Batang dan daun-daun pepohonan kelihatan bergoyang-goyang
tertiup angin. Sophia berkata, seolah-olah menyuarakan apa yang
kupikirkan, "Kelihatan begitu sepi dan terpencil."
Tiba-tiba kami melihat sebuah sosok diikuti sosok
lainnya keluar dari pagar tanaman dari arah taman karang.
Keduanya kelihatan samar-samar dan tidak jelas dalam cahaya senja yang remang-
remang. Brenda Leonides adalah sosok yang pertama. Dia
mengenakan mantel bulu berwarna abu-abu. Caranya
berjalan yang mengendap-endap mengingatkan aku pada
seekor kucing. Aku bisa melihat wajahnya ketika dia melewati jendela.
Ada sebuah senyum licik di wajahnya - yang sebelumnya pernah kulihat. Beberapa
saat kemudian aku melihat Laurence Brown menyelinap dalam
keremangan. Tubuhnya kelihatan tinggi rapi layu. Yah, begitulah yang nampak
olehku. Mereka tidak kelihatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti dua orang yang sedang berjalan-jalan- bersantai.
Ada semacam kabut rahasia yang menyelimuti keduanya -
seperti hantu saja. Aku tidak tahu apakah kaki Brenda atau kaki Laurence yang telah menginjak
ranting. Tiba-tiba saja aku bertanya,
"Mana Josephine?"
"Barangkali dengan Eustace di ruang belajar. Aku agak kuatir mengenai Eustace,
Charles." "Mengapa?" "Dia kelihatan murung dan tak seperti biasanya. Dia
memang berubah sejak menderita kelumpuhan itu. Aku
tidak bisa membayangkan apa yang ada di dalam
pikirannya. Kadang-kadang dia kelihatannya membenci
kita semua." "Nanti kan hilang sendiri. Itu kan hanya fase dalam
pertumbuhan seseorang."
"Ya, mungkin juga. Tapi aku benar-benar cemas,
Charles." "Mengapa cemas, Sayang?"
"Barangkali karena Ayah dan Ibu tidak pernah khawatir.
Anak-anak memang tidak pernah bisa sependapat dengan Ayah dan Ibu."
"Barangkali itu juga baik. Lebih banyak anak-anak yang menderita
karena terlalu banyak campur tangan dibandingkan dengan yang dibiarkan berkembang bebas."
"Benar. Aku memang tak pernah memikirkan hal itu
sampai aku pulang kemari. Ayah dan Ibu memang pasangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang aneh. Ayah hidup dalam dunia sejarah yang remang-remang dan Ibu menikmati
dunianya dengan menciptakan adegan-adegan. Adegan tadi siang juga ciptaan Ibu.
Sebenarnya tidak ada gunanya. Dia hanya ingin memainkan adegan pertemuan
keluarga. Sebenarnya dia bosan harus diam di rumah terus, karena itu dia membuat
sebuah drama." Sesaat terbayang olehku ibu Sophia sedang meracuni
mertuanya dengan sikap santai untuk mempelajari drama pembunuhan dengan
menempatkan dirinya sebagai
pemegang peran utama. Pikiran yang tantastis! Aku mencoba melepaskan diri
dari bayangan itu, tapi ternyata tidak begitu mudah.
"Ibu memang harus dijaga. Kita tak pernah tahu apa yang ada dalam pikirannya'"
"Sudahlah, jangan terlalu memikirkan keluargamu,
Sophia," kataku tegas.
"Aku akan senang sekali. Tapi sulit melakukannya pada saat seperti ini. Tetapi
aku memang senang di Kairo, ketika aku tidak harus memikirkan mereka."
Aku ingat bahwa Sophia memang tidak pernah
menceritakan rumah maupun keluarganya.
"Itukah sebabnya engkau tidak pernah berbicara tentang mereka?" tanyaku. "Karena
engkau ingin melupakan mereka?" "Barangkali. Kami terlalu biasa hidup berdekatan. Kami -
kami terlalu saling menyayangi. Kami tidak seperti
keluarga lain yang bisa membenci anggota keluarga seperti musuh. Itu memang
jelek, tapi rasanya lebih jelek lagi kalau kira harus hidup dengan kasih sayang
yang ruwet." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menambahkan, "Aku rasa itulah yang kumadsudkan ketika aku berkata bahwa kami semua tinggal
dalam sebuah pondok yang bobrok. Maksudku bukan bobrok dalam arti rusak moral.
Yang kumaksud adalah kita belum bisa tumbuh mandiri, berdiri di atas kaki
sendiri. Kami semua saling terlibat dan melibat."
Aku membayangkan tumit Edith de Haviland menginjak
rumput yang melintang di jalan setapak, ketika Sophia menambahkan,
"Seperti rumput itu. ."
Dan-tiba-tiba Magda muncul membuka pintu sambil
berteriak, "Apa tidak sebaiknya kalian menyalakan lampu" Hari
telah gelap." Lalu dia menekan tombol-rombol dan lampu-lampu pun
menyala, lalu kami - dia, Sophia, dan aku menutup gorden-gorden yang berat itu.
Kami pun duduk di ruangan
berbunga. Sambil mengenyakkan diri di sofa, Magda
berteriak, "Adegan yang luar biasa, bukan" Eustace benar-benar
marah! Dia berkata padaku bahwa aku tadi tidak sopan. Ah, anak laki-laki memang
aneh!" Dia menarik napas. "Roger memang menyenangkan. Aku suka melihat dia
meremas-remas rambutnya dan menabrak barang-barang.
Dan Edith begitu baik mau mewariskan bagiannya untuk Roger. Dia serius, lho,
tidak main-main. Tapi hal itu menyebalkan juga. Philip jadi berpikir-pikir
apakah dia juga sebaiknya berbuat demikian. Tentu saja Edith akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan apa saja untuk keluarga. Ada sesuatu yang mengharukan dalam cinta
seorang perawan tua terhadap anak-anak kakaknya. Aku ingin suatu kali nanti
memainkan peranan bibi perawan tua seperti itu. Bawel, keras kepala, dan penuh
pengabdian." "Pasti berat peranan yang harus dihawakan Bibi Edith sesudah
kematian kakaknya," kataku meluruskan percakapan yang sudah membelok ke karier Magda.
"Maksud saya, karena dia tidak begitu suka pada Leonide Tua."
Magda menyela kata-kataku,
"Tidak suka kepadanya" Siapa bilang" Nonsens. Dia
malahan jatuh hati padanya."
"Ibu!" kata Sophia.
"Sophia, jangan coba menyangkal kata-kataku. Memang
pada umurmu, yang kauketahui tentang cinta adalah
sepasang anak muda berwajah menarik di bawah cahaya
bulan." "Dia berkata kepada saya bahwa dia tidak suka pada
Leonides Tua." kataku.
"Barangkali begitu ketika dia datang. Dia marah kepada kakaknya karena menikah
dengan Leonides. Memang ada
antagonisme - tapi dia cinta pada Leonides, titik! Aku tahu apa yang kukatakan!
Dan tentu saja Leonides tidak bisa menikahinya
karena dia adalah saudara istrinya. Barangkali juga Leonides tidak pernah berpikir akan hal itu
- dan mungkin Bibi Edith pun tidak. Dia bahagia menjadi ibu anak-anak. Tapi dia
tidak senang ketika Leonides menikah dengan Brenda. Sama sekali tidak suka!"
"Ibu dan Ayah juga tidak," kata Sophia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja tidak! Dengan sendirinya! Tapi Edith benar-benar benci dengan apa
yang terjadi. Aku pernah melihat bagaimana dia memandang Brenda!"
"Sudahlah, Bu," kata Sophia.
Magda memandang Sophia dengan rasa sayang dan rasa
bersalah, seperti seorang anak yang manja.
Dia melanjutkan bicara tentang hal yang sama sekali
lain, "Aku memutuskan untuk menyekolahkan Josephine."
"Josephine" Sekolah?"
"Ya. Di Swiss. Aku akan menanyakan hal itu besok. Aku rasa dia harus pergi
secepatnya. Tidak baik untuknya terlihat dalam sual seperti ini. Dia menjadi
tidak sehat lagi. Yang diperlukan adalah teman-teman sebaya. Pergaulan di sekolah."
"Kakek tidak ingin dia pergi ke sekolah," kata Sophia perlahan. "Dia tidak
setuju." "Sophia, kakekmu memang ingin agar kita semua selalu ada di dekatnya. Orang-
orang tua memang suka begitu.
Seorang anak harus berada di antara anak-anak. Dan Swiss sangat baik untuk
kesehatan - olahraga musim dingin.
hawa, dan makanannya - semua lebih baik dari apa yang ada di sini."
"Tapi dengan peraturan-peraturan yang baru, tidak
mudah untuk mengatur semua itu di Swiss," kataku.
"Tidak, Charles. Ada cara-cara lain - seperti pertukaran siswa. Rudolph Alstir
sekarang ada di Lausanne. Aku akan mengirim telegram untuknya besok, supaya dia
mengatur Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segalanya. Kita bisa mengirimkan Josephine akhir minggu ini."
Magda meninju sebuah bantalan kursi, tersenyum pada
kami, dan berjalan ke arah pintu, berdiri sejenak
memandang kami dengan sikap yang amat menarik.
"Hanya yang muda-muda yang perlu diperhatikan."katanya. Sebuah ungkapan yang manis
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mereka harus didahulukan. Dan - lihatlah bunga-bunga itu
- gentian biru, serta bunga narsis itu. ."
"Di bulan Oktober?" tanya Sophia. Tapi Magda telah
menghilang. Sophia menarik napas dalam-dalam.
"Ibu benar-benar keterlaluan," katanya. "Ide itu tiba-tiba saja muncul. Lalu dia
mengirim beribu-ribu telegram dan semuanya haru diatur dalam waktu singkat.
Kenapa Josephine harus pergi ke Swiss dengan tergesa-gesa?"
"Barangkali karena sekolah itulah. Aku rasa teman-
teman sebaya akan baik untuk Josephine."
"Tapi Kakek tidak berpendapat begitu," kata Sophia
keras kepala. Aku merasa sedikit jengkel
"Sophia, apakah kau memang yakin bahwa pendapat
seorang laki-laki berumur delapan puluh tahun lebih
tentang seorang anak adalah pendapat yang terbaik?"
"Pendapamya adalah yang terbaik dari pendapat orang-
orang lain di rumah ini," kata Sophia.
"Lebih baik dari Bibi Edith?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Barangkali tidak. Dia senang sekolah. Memang Josephine jadi menyulitkan
- dia jadi terbiasa mencuri-dengar pembicaraan orang. Tapi kelihatannya itu
karena dia senang main detektif."
Benarkah bahwa hanya demi kebaikan Josephine maka
Magda mengambil kepurusan yang tiba-tiba" Aku tidak
tahu. Josephine benar -benar tahu dengan baik segala sesuatu yang terjadi
sebelum peristiwa pembunuhan itu, dan itu semua bukanlah urusannya. Kehidupan
sekolah yang sehat dengan bermacam permainan mungkin lebih
baik untuknya. Tapi aku tidak bisa memahami keputusan Magda yang begitu tiba-
tiba. Swiss bukanlah tempat yang dekat.
16 AYAH mengatakan, "Biarkan mereka berbicara denganmu."
Ketika aku bercukur esok paginya, aku berpikir-pikir tentang apa yang telah
terjadi. Edith de Haviland telah berbicara padaku - dia
mencariku hanya untuk berbicara. Clemency juga telah berbicara denganku (atau
aku yang berbicara padanya").
Magda sudah bicara denganku - dalam arti aku adalah salah seorang pendengar
siarannya. Sophia tentu saja bicara denganku. Bahkan Nannie juga telah bicara
denganku. Apakah sekarang aku jadi lebih mengerti" Apakah ada kata-kata atau kalimat-
kalimat penting" Dan apakah ada
kesombongan yang luar biasa seperti yang dikatakan Ayah"
Aku belum bisa melihatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu-satunya orang yang kelihatannya tidak punya
keinginan untuk bicara denganku atau membicarakan
sesuatu denganku ada!ah Philip. Bukankah itu agak luar biasa" Tentunya dia tahu
bahwa aku ingin menikahi anaknya. Namun dia tetap bersikap seolah-olah aku tidak ada di rumah ini.
Barangkali dia tidak menyukai
kehadiranku di sini. Edith de Haviland telah minta maaf untuknya. Edith
mengatakan Philip memang begitu
sikapnya. Dan dia sendiri menunjukkan rasa prihatin
mengenai Philip. Mengapa"
Aku membayangkan ayah Sophia. Dia memang seorang
individu yang kelihatan tertekan. Pada waktu kecil dia anak agak yang iri hati
dan tidak bahagia. Dia telah dipaksa untuk melihat dirinya sendiri saja. Dan
melarikan diri pada buku-buku-sejarah masa lalu. . Sikapnya yang dingin dan
tertutup mungkin menyimpan suatu amarah. Adanya motif sehubungan dengan uang
yang akan diterimanya karena
kematian ayahnya adalah sangat tidak meyakinkan. Aku tidak percaya bahwa Philip
akan tega membunuh ayahnya karena dia tidak punya uang sebanyak yang
diinginkannya. Tetapi mungkin ada alasan-alasan psikologis yang
menyebabkannya melakukan pembunuhan. Philip kembali
ke rumah ayahnya dan kemudian Roger pun tinggal di sana karena rumahnya kena
bom. Dan Philip setiap hari
terpaksa melihat kenyataan bahwa Roger adalah anak
kesayangan ayahnya. . Mungkinkah kematian ayahnya
membuat dia merasa lega" Dan seandainya tuduhan itu
dilontarkan pada kakaknya" Roger tidak punya uang - dia hampir
bangkrut. Seandainya Philip mendengar percakapan terakhir ayahnya dengan Roger mengenai
bantuan keuangan itu. Dengan kematian ayahnya pasti
Roger yang akan dicurigai. Apakah keseimbangan mental
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Philip begitu rapuh sehingga dia akan terdorong untuk melakukan pembunuhan"
Daguku tergores pisau cukur dan keluarlah sumpah
serapah dari mulutku. Apa yang telah kulakukan" Mencoba menuduh ayah
Sophia" Sesuatu yang menyenangkan memang! Tapi bukan itu yang diinginkan Sophia
dengan kehadiranku di sini.
Atau justru itu" Ada sesuatu yang tersembunyi di balik permintaan Sophia.
Seandainya dia merasakan adanya
kecurigaan terhadap ayahnya, dia pasti tidak mau menikah denganku
- kalau-kalau memang demikianlah kenyataannya. Dan karena dia adalah Sophia - yang
berpandangan jernih dan berani, dia menginginkan
kebenaran, karena ketidakpastian akan menjadi penghalang abadi di antara kami. Bukankah permintaannya itu berani. "Buktikan
bahwa hal mengerikan yang
kubayangkan ini tidak benar - tetapi kalau hal itu benar, buktikanlah - sehingga
aku tahu apa yang paling buruk dan bisa menghadapinya!"
Apakah Edith de Haviland tahu, atau mencurigai Philip"
Apa maksudnya dengan ungkapan "pemujaan yang
berlebihan?" Dan apakah sebenarnya yang ada di balik pandangan
aneh Clemency ketika menjawab pertanyaanku dengan,
"Laurence dan Brenda patut dicurigai, bukan?"
Semua orang dari keluarga ini menuduh Brenda dan
Laurence. Mereka mengharapkan agar bukti-bukti memberatkan Brenda dan Laurence, tetapi sebenarnya
mereka tidak yakin bahwa Brenda dan Laurence-lah yang bersalah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan tentu saja, mereka semua salah, dan bisa jadi
memang Brenda dan Laurence-lah yang bersalah. Atau,
barangkali hanya Laurence, tanpa Brenda. Itu akan lebih mudah.
Aku selesai membereskan dagu yang tergores. Aku turun untuk makan pagi dengan
keinginan mewawancarai Laurence Brown secepat mungkin. Aku baru sadar setelah minum kopi dua cangkir,
bahwa Pondok Bobrok ini telah memengaruhiku. Aku sudah terpengaruh ingin mencari
pemecahan yang paling cocok dengan diriku, dan bukannya mencari kebenaran.
Setelah sarapan aku berjalan melewati lorong ke lantai atas. Sophia telah
memberitahu aku bahwa aku bisa
menemukan Laurence di ruang belajar Eustace dan
Josephine. Aku menjadi ragu-ragu ketika berdiri di depan pintu
Brenda. Apa sebaiknya aku membunyikan bel, atau
mengetuk pintu, atau masuk saja" Kuputuskan untuk
menganggap tempat Brenda sebagai bagian integral rumah Leonides dan bukan tempat
pribadi yang tersendiri. Aku membuka pintu dan masuk. Ruangan itu sunyi.
Kelihatannya tidak ada siapa-siapa. Di sebelah kiri, pintu yang menuju ruang
keluarga tertutup. Di sebelah kanan terdapat pintu terbuka yang memperlihatkan
ruang tidur dengan kamar mandi di dalam. Ini adalah kamar maudi
yang berdekatan dengan kamar tidur Aristide Leonides, dan yang dipakai untuk
menyimpan eserine dan insulin.
Polisi telah selesai memeriksanya. Aku membuka pintu dan masuk. Memang mudah
bagi siapa saja untuk menyelinap kemari tanpa terlihat orang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku berdiri di kamar mandi, melihat berkeliling. Bak mandinya bersih berkilauan.
Di satu sisi ada sederet peralaran listrik: piring pemanas dan panggangan, ketel
listrik - wajan kecil, toaster - segala macam alat yang diperlukan oleh pelayan
kamar untuk ruannya. Di dinding ada lemari berwarna putih. Kubuka lemari itu. Di
dalamnya ada peralatan medis, dua gelas obat, gelas pembersih mata, pipet untuk
tetes mata, dau beberapa botollain yang diberi label. Aspirin, bubuk boraks,
yodium, perban, dan sebagainya. Di sebuah rak yang lain ada seonggok
persediaan insulin, dua jarum sumik, dan sebotol alkohol.
Pada rak ketiga ada sebuah botol yang diberi label Tablet -
satu atau dua biji harus dimakan pada malam hari atau sesuai instruksi dokter,
Rupanya di sinilah obat tetes mata itu disimpan. Rak itu bersih dan reratur
rapi. Siapa pun bisa mengambil sesuatu dengan mudah dari situ, sama
mudahnya dengan mengambilnya untuk suatu pembunuhan. Aku bisa melakukan apa saja dengan botol-botol itu dan pergi ke luar tanpa
diketahui oleh seorang pun. Memang tak ada yang baru dalam hal ini. Aku hanya
membayangkan alangkah sulit tugas polisi. Hanya dari pihak yang memang bersalah
saja kita bisa menemukan apa yang kita perlukan.
"Gertak saja mereka," kata Taverner padaku - suatu saat.
"Biar mereka berpikir bahwa kita tahu sesuatu. Lama-
kdamaan akan ketahuan juga."
Yah, memang yang kami hadapi belum sampai pada taraf itu.
Aku keluar dari kamar mandi. Masih tidak ada orang.
Aku berjalan di koridor. Melewati ruang makan di sisi kiri, lalu kamar tidur dan
kamar mandi Brenda di sisi kanan. Di dalam kamar mandi aku melihat seorang
pelayan. Pintu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar makan tertutup. Dari sebuah kamar di belakangnya aku mendengar suara Edith
de Haviland sedang bicara di telepon. Sebuah tangga spiral membawaku ke atas.
Kamar Edith ada di atas. Lalu ada dua kamar mandi lagi. Sesudah itu kamar
Laurence Brown. Di belakangnya ada tangga
menurun ke ruang belajar yang besar di seberang kamar para pembantu.
Aku berhenti di depan pintu. Suara Laurence Brown
terdengar agak meninggi. Rupanya penyakit Josephine menular padaku. Tanpa
rasa malu aku bersandar di pintu dan mencuri-dengar.
Laurence menerangkan sejarah Prancis. Aku terkejut
mendengar suara Laurence Brown, karena ternyata dia
guru yang hebat. Aku tidak mengerti mengapa hal itu membuatku heran.
Bukankah Aristide Leonides adalah penilai karakrer yang sangat jeli. Di balik
sikapnya yang pengecut, Laurence punya kemampuan luar biasa untuk menghidupkan
antusiasme dan imajinasi muridnya. Drama Thermidor,
Robespierre, keagungan Barras, kecerdikan Fouche -
Napoleon, letnan tempur yang kelaparan - semuanya
memang pernah hidup dan kisahnya benar-benar terjadi.
Tiba-tiba Laurence berhenti. Dia mengajukan sebuah
pertanyaan pada Eustace dan Josephine. Dia membuat
mereka menempatkan diri menjadi tokoh sebuah drama.
Reaksi Josephine tidak terlalu baik, sedangkan Eustace kedengaran berbeda dari
sikapnya yang biasanya sedih. Dia memperlihatkan otak yang cemerlang dan
pengetahuan sejarah yang mendalam yang diwarisinya dari ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian aku mendengar kursi digeser. Aku mundur
beberapa langkah ke arah tangga, sehingga kelihatan
seolah-olah baru sampai ketika pintu terbuka.
Eustace dan Josephine keluar.
"Halo," sapaku.
Eustace kelihatan terkejut melihatku.
"Ada yang kauperlukan?" tanyanya sopan.
Tanpa menghiraukan aku, Josephine lewat.
"Aku hanya ingin melihat ruang belajar," kataku.
"Kan sudah pernah" Tempat itu seperti tempat main
anak-anak. Dulu juga tempat bermain untuk anak-anak
Masih banyak mainan di dalamnya."
Dia membukakan pintu dan aku masuk.
Laurence Brown berdiri di dekat meja. Dia mendongak, wajahnya berubah merah.
Lalu menggumamkan sesuatu
sebagai jawaban ucapan selamat pagiku. Dengan cepat dia keluar.
"Engkau membuatnya takut," kata Eustace. "Dia
gampang ketakutan." "Engkau suka padanya, Eustace?"
"Ah, biasa saja. Memang dia dungu."
"Tapi dia guru yang baik, bukan?"
"Ya. Caranya rnengajar sangat menarik. Dia tahu banyak hal. Dia membuat kita
bisa melihat dari sudut yang
berbeda. Aku tidak pernah tahu sebelumnya bahwa Henry VIII pernah menulis sajak
untuk Ann Boleyn, satu saja -
sajak yang sangat indah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kami berbicara tentang The Ancient Mariner, Chaucer, implikasi-implikasi
politik di balik Perang Salib, pandangan-pandangan orang di Abad Pertengahan,
dan fakta yang mengherankan di mana Oliver Cromwell
melarang perayaan Natal. Di balik sikap Eustace yang mudah marah dan tersinggung
itu, ternyata ada suatu kemampuan yang cemerlang.
Aku mulai mengerti hal-hal yang membuatnya cepat
marah. Kemarahannya bukan karena sifarnya yang
memang demikian, akan tetapi karena kekecewaan dan
kegetiran yang harus diterimanya pada saat dia ingin menikmati kehidupan.
"Aku akan naik kelas dua SMA kuartal depan. Dan aku
tidak suka tinggal dan belajar di rumah dengan seorang anak badung seperti
Josephine. Dia kan baru berumur dua belas tahun."
"Ya. Tapi kalian kan tidak mempelajari hal yang sama?"
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar. Dia memang belum belajar matematik dan
bahasa Latin lanjutan. Tapi kan nggak enak belajar dari guru yang sama dengan
seorang gadis kecil."
Aku mencoba menghiburnya dengan mengatakan bahwa
untuk anak seusia Josephine, dia termasuk gadis yang sangat cerdas.
"Benarkah begitu" Kurasa dia menyebalkan. Dia senang sekali memamerkan
kebolehannya sebagai detektif. Dia mengintip di mana-mana lalu menuliskan apa
yang dilihatnya di buku hitamnya, seolah-olah menemukan
banyak hal. Dia sih anak konyol," kata Eustace sebal.
"Aku rasa," kata Eustace lagi, "seorang gadsi tak bisa jadi detektif. Aku sudah
mengatakan hal itu padanya. Dan aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa Ibu memang benar. Lebih cepat dia ke Swiss, lebih baik."
"Apa kau tidak akan kangen padanya?"
"Kangen pada anak seperti dia?" kata Eustace sombong.
"Tentu saja tidak. Ya Tuhan-rumah ini benar-benar
keterlaluan! Ibu selalu bolak-balik ke London untuk
merayu penulis-penulis drama agar mau menulis sesuatu untuknya. Dan Ayah
mengunci diri dengan buku-bukunya.
Dia kadang-kadang tidak mendengar apa yang kita katakan.
Karena itu tidak ada gunanya merasa kehilangan orangtua aneh seperti mereka.
Lalu Paman Roger - begitu baik -
bahkan terlalu baik, sehingga kita malah merasa kasihan.
Bibi Clemency memang nggak apa-apa. Dia tidak suka ikut campur. Tapi kadang-
kadang pedas juga omongannya. Bibi Edith juga baik, tetapi dia sudah tua. Sejak
kedatangan Sophia, semuanya kelihatan lebih semarak - walaupun
kadang-kadang dia juga bisa mengeluarkan kata-kata
tajam. Tapi rumah ini secara keseluruhan aneh. Ada nenek tiri yang seumur dengan
bibi atau kakak perempuan.
Pokoknya semua membuatku merasa tolol."
Aku mengerti apa yang dirasakannya. Aku juga masih
ingat (walaupun hanya samar-samar) akan kepekaanku,
perasaanku yang mudah tersinggung ketika aku seumur
Eustace. Aku begitu takut kelihatan lain dari yang lain.
"Bagaimana dengan kakekmu'" tanyaku. "Apa kau
sayang padanya?" Sebuah ekspresi aneh terbayang di wajah Eustace.
"Kakek adalah seorang antisosial!"
"Maksudmu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pikirannya hanya berputar di sekitar mencari
keuntungan. Laurence mengatakan bahwa hal itu tidak
baik. Dan Kakek juga seorang yang sangat individualistis.
Padahal yang begitu itu seharusnya hilang dari kita.
Bukankah demikian?" "Yah, tapi dia sudah meninggal," kataku sedikit kasar.
"Aku rasa ibu baik untuknya," kata Eustace. "Bukannya aku tidak berperasaan,
tapi dengan umur seperti dia, aku rasa dia tidak bisa lagi menikmati hidup!"
"Benarkah?" "Pasti tidak. Sudahlah, dia kan sudah meninggal. Dia. ."
Eustace berhenti ketika Laurence Brown masuk ke
dalam ruangan. Laurence mencari-cari sebuah buku. Tapi aku merasa
dia memandangku dengan mencuri-curi.
Dia melihat jam tangannya dan berkata,
"Datanglah kembali jam sebelas tepat, Eustace. Kita
sudah membuang-buang banyak waktu beberapa hari ini."
"Baik, Pak." Eustace berjalan santai sambil bersiul. Laurence Brown melirik tajam ke arahku.
Dia membasahi bibirnya satu atau dua kali. Aku yakin bahwa dia kembali ke ruang
ini karena ingin bicara denganku.
Akhirnya, setelah mengambil dan mengembalikan buku,
dan berpura-pura mencari sebuah buku yang hilang, dia berkata,
"Bagaimana, sudah ada berita?"
"Dari mana?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Polisi." Hidungnya mengernyit. Seekor tikus di dalam
perangkap, pikirku. "Aku bukan orang kepercayaan mereka," jawabku.
"Tapi ayah Anda kan asisten Komisaris."
"Benar. Tapi kan dia tidak akan membocorkan rahasia-
rahasia dinas." Aku sengaja berkata dengan nada congkak.
"Kalau begitu Anda tidak tahu bagaimana - apa -
seandainya..." Suaranya menghilang. "Mereka, tidak akan menangkap orang kan?"
"Rasanya tidak. Tapi aku juga tidak terlalu tahu."
Biarkan mereka ketakutan, begitu kata Inspektur
Taverner. Nah, rupanya Laurence Brown sudah ketakutan.
Dia mulai bicara dengan cepat dan gugup,
"Anda tak bisa merasakan. . ketegangan. . tanpa
mengetahui apa-apa - maksud saya datang dan pergi begitu saja - mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. . yang tak ada hubungannya dengan kasus itu..."
Dia berhenti. Aku menunggu. Dia ingin bicara. Jadi
biarlah dia bicara. "Anda hadir bukan, ketika Inspektur melemparkan
tuduhan-tuduhan keji itu" Tentang Mrs. Leonides dan
saya. . Itu keji. Membuat orang tidak berdaya. Tak ada yang bisa membendung
orang lain untuk tidak berpikir yang bukan-bukan! Dan tujuan keji itu tidak
benar. Hanya karena dia jauh lebih muda dari suaminya. Orang memang punya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikiran yang mengerikan - mengerikan. Saya merasa -
bahwa semua itu memang direncanakan."
"Direncanakan" Menarik sekali.'
Memang agak menarik melihat cara berpikirnya.
"Keluarga itu - maksudku keluarga Leonides, tidak
berbaik-baik dengan saya. Mereka dingin. Saya selalu merasa bahwa mereka benci
pada saya." Tangannya mulai gemetar. "Hanya karena mereka kaya dan-berkuasa. Mereka
menghina saya. Saya tak berarti apa-apa bagi mereka.
Hanya seorang guru. Hanya seorang anti wajib militer. Dan keberatan saya memang
tidak asal-asalan!" Aku hanya diam. "Baik," katanya. "Kalaupun saya takut mau apa" Saya
memang takut membuat ini semua berantakan. Takut
menarik pelatuk. Bagaimana kita bisa yakin yang kita bunuh adalah seorang Nazi"
Barangkali saja dia seorang anak baik-baik - seorang anak desa - yang tak punya
pilihan politik apa pun, tapi hanya seorang yang terpanggil untuk berbakti pada
negaranya. Menurut saya perang itu salah, jahat. Mengertikah Anda" Saya yakin
perang itu suatu kesalahan." Aku masih berdiam diri. Aku yakin bahwa dengan
berdiam diri aku akan tahu lebih banyak. Laurence Brown sedang berdebat dengan
dirinya sendiri, dan dengan demikian dia memperlihatkan dirinya.
"Setiap orang menertawakan saya." Suaranya gemetar.
"Kelihatannya saya memang selalu membuat diri sendiri dicemooh. Saya bukannya
tak punya keberanian - tapi saya selalu melakukan kesalahan. Saya pernah masuk
ke dalam rumah yang sedang terbakar untuk menyelamatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang wanita. Dan orang
mengatakan bahwa saya terjebak. Padahal saya hanya salah jalan dan asap membuat saya pingsan. Dan
pemadam kebakaran mencari saya
dengan susah payah. Saya mendengar mereka bilang,
'Kenapa sih si tolol ini ikut-ikutan"' Tidak ada gunanya berusaha. Semua orang
memusuhi saya. Siapa pun pembunuh Mr. Leonides, dia mengaturnya sedemikian rupa sehingga tuduhan jatuh
pada saya. Seseorang membunuh dia supaya saya hancur."
"Bagaimana dengan Mrs. Leonides?" tanyaku.
Wajahnya merona. Dia kelihatan lebih seperti manusia dan bukan seperti tikus
lagi_ "Mrs. Leonides baik sekali," katanya. "Bidadari. Sikapnya yang manis dan baik
pada suaminya yang tua sungguh luar biasa. Lucu kalau ada orang menghubungkan
dia dengan peracunan. Dan inspektur itu tidak bisa melihat hal itu!"
"Dia memang berprasangka," kataku. "Karena kasus-
kasus yang ditanganinya menunjukkan banyaknya suami-
suami tua yang sering diracun istri muda mereka."
"Benar-benar tolol." kata Laurence Brown marah.
Dia berbalik ke arah lemari buku di sudut dan mutai
mencari-cari sesuatu di situ. Aku merasa tidak akan
mendapat lebih banyak informasi lagi darinya. Karena itu aku keluar perlahan-
lahan. Ketika aku sedang berjalan di lorong, sebuah pintu di sebelah kiri tiba-tiba
terbuka, dan Josephine hampir saja jatuh menimpaku. Wajahnya seperti setan dalam
pantomim kuno. Wajah dan tangannya sangat kotor dan sebuah jaring
labah-Iabah yang besar menempel di sebuah telinganya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari mana kamu, Josephine?"
Aku mengintip pintu yang setengah terbuka itu. Ada dua tangga pendek yang menuju
ke ruangan persegi seperti langit-langit. Aku bisa melihat samar-samar beberapa
tangki besar di atas. "Dari ruang tangki air."
"Apa yang kaulakukan?"
Josephine menjawab dengan singkat,
"Mengamat-amati."
"Apa yang kauamati di antara tangki-tangki itu?"
Josephine hanya menjawab,
"Aku harus rnencuci tangan."
"Tentu saja." Dia menghilang di sebuah pintu kamar mandi terdekat.
Dia melihat ke belakang sambil berkata,
"Kelihatannya sudah saatnya ada pembunuhan kedua.
Bukankah begitu?" "Apa maksudmu - pembunuhan berikutnya?"
"Ya. Di buku selalu ada pembunuhan kedua. Orang yang tahu sesuatu akan dibunuh
sebelum dia mengatakan apa yang diketahuinya."
Kemelut Blambangan 13 Pendekar Bloon 1 Neraka Gunung Bromo Rahasia Bunga Cubung Biru 1
kekayaan, dan benda-benda yang
kelihatan bagus, dan ketenangan - dan rumah tangga. Dia mengatakan bahwa dia
bersedia menukar itu semua
dengan membuat suaminya yang tua itu bahagia. Aku
bersimpati padanya. Tentu saja ketika aku berbicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengannya aku merasa bersimpati padanya... Tapi apakah aku tetap punya simpati
yang sama sekarang" Dua sisi dari sebuah pertanyaan - dua pandangan yang berbeda - manakah sisi yang
benar. . sisi yang benar. .
Aku hanya sempat tidur sebentar tadi malam. Dan harus bangun pagi-pagi untuk
ikut Taverner. Sekarang di dalam ruang keluarga Magda Leonides yang penuh harum
bunga, aku duduk santai dengan pelupuk mata terpejam. .
Sambil membayangkan Brenda, Sophia, dan lukisan
Leonides tua, pandanganku bertambah lama bertambah
kabur. Aku tertidur. . 10 AKU terjaga perlahan-lahan dan baru sadar bahwa
ketiduran setelah benar-benar membuka mata.
Harum bunga-bunga tercium olehku. Samar-samar aku
melihat bayangan bulat, putih mengambang di depanku.
Beberapa detik kemudian baru kusadari bahwa yang
kuhadapi adalah wajah seseorang - yang berada dekat di depanku. Perlahan-lahan
bayangan itu bertambah jelas.
Wajah bulat itu berambut hitam tersisir ke belakang dan terhias sepasang mata
kecil berwarna hitam. Wajah itu rupanya milik seorang anak kecil berbadan kurus.
Matanya memandangku dengan tajam.
"Halo," katanya.
"Halo," jawabku sambil mengedip-ngedipkan mata.
"Saya Josephine."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya dugaanku tepat. Adik Sophia ini berumur kira-kira sebelas atau dua belas
tahun. Wajahnya jelek sekali dan punya kesamaan yang khas dengan kakeknya.
Kelihatannya dia juga memiliki otak yang sama cemerlangnya. "Kau pacar Sophia," kata Josephine.
Aku membenarkan pernyataannya.
"Tapi kau datang kemari dengan Inspektur Taverner.
Mengapa?" "Dia temanku." "Benarkah" Aku tidak suka dia. Aku tidak akan
memberitahukan apa-apa kepadanya."
"Apa yang tidak ingin kauceritakan?"
"Apa-apa yang kuketahui. Aku tahu banyak hal. Dan aku senang mengetahui banyak
hal." Dia duduk di lengan kursi sambil terus memandangku.
Aku mulai merasa tidak enak.
"Kakek dibunuh orang. Kau tahu?"
"Ya," jawabku. "Aku tahu."
"Dia diracuni. Dengan es-er-in," katanya menyebutkan dengan hati-hati. "Sangat
menarik, bukan?" "Ya. aku rasa begitu."
"Eustace dan aku sangat tertarik. Kami suka cerita-cerita detekrif. Aku ingin
jadi detektif. Dan aku sekarang sedang jadi detekrif. Aku mengumpulkan petunjuk-
petunjuk." Aku merasa anak ini agak menyeramkan. Dia
membicarakan hal itu lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang yang datang dengan Inspektur Taverner itu juga detektif, kan" Di buku
dikatakan kita bisa tahu dari sepatu botnya. Tetapi orang itu memakai sepatu
kulit lembut." "Aturan yang lama telah berubah," kataku.
Josephine menangkap kata-kataku dengan interpretasinya sendiri. "Ya," katanya," akan banyak perubahan di sini. Kami
pasti pindah ke London. Ibu sudah lama ingin pindah ke sana. Dia akan senang
sekali. Aku rasa ayah juga tak keberaran membawa buku-bukunya ke sana. Dia tidak
bisa pindah sebelum itu. Dia rugi gara-gara Jezebel."
"Jezebel!" tanyaku.
"Ya. Kau belum melihat?"
"Oh, apa itu sandiwara" Belum. Aku belum melihat. Aku baru saja datang dari luar
negeri." "Bukan sandiwara yang panjang. Tapi benar-benar gagal total. Aku rasa Ibu tidak
cocok memainkan Jezebel."
Aku membayangkan Magda. Baik Magda yang pernah
kulihat dalam pakaian tidur, maupun Magda dalam jas
resmi - dan memang kurang sesuai untuk peran Jezebel.
Tapi barangkali aku belum melihat Magda-Magda yang lain.
"Barangkali kau benar," kataku hari-hati.
"Kakek selalu mengatakan bahwa pertunjukan itu akan
gagal. Dia bilang dia tidak akan mensponsori pertunjukan-pertunjukan sejarah dan
agama. Dia katakan pertunjukan begitu tidak akan laku. Tapi Ibu ingin sekali Aku
sendiri tidak suka. Sama sekali lain dengan cerita yang ada di Alkitab.
Maksudku, Jezebel tidak jahat seperti yang ada di Alkitab. Dia malahan seorang
patriot dan sangat baik. Itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membosankan. Tapi akhir pertunjukannya cukup bagus.
Mereka melempar Jezebel dari jendela. Tapi tidak ada anjing yang makan Jezebel.
Sayang, ya" Padahal aku paling suka bagian itu - waktu Jezebel dimakan anjing.
"Ibu bilang anjing tak bisa naik pentas, tapi aku rasa bisa kalau mau. Kan ada
anjing yang sudah dilatih untuk
bermain." Gadis cilik itu mengutip, "'Dan anjing-anjing itu memakan seluruh
tubuhnya, kecuali telapak tangannya.'
Mengapa mereka tidak memakan telapak tangannya?"
"Aku tidak tahu," jawabku.
"Anjing kan tidak memilih-milih. Anjing kami tidak
memilih kalau makan. Mereka makan apa saja."
Josephine mengomel sebentar tentang keanehan cerita
itu. "Sayang pertunjukan itu gagal," kataku.
"Ya. Ibu sedih sekali. Komentarnya juga tidak enak.
Ketika Ibu membaca komentar-komentar itu, dia menangis seharian dan melemparkan
sarapan paginya pada Gladys.
Lalu Gladys keluar. Wah, ramai."
"Kelihatannya kau suka drama, Josephine," kataku.
"Mereka memeriksa mayat kakek," katanya, "untuk
mengetahui sebab-sebab meninggalnya. Mereka menyebutnya post mortem - P. M. Tapi istilah itu agak membingungkan, ya" P. M.
kan bisa berarti Perdana Menteri juga?" "Apa kau tidak sedih kakekmu meninggal?"
"Tidak. Aku tidak terlalu suka padanya. Dia tidak
mengizinkan aku belajar tari balet."
"Apa kau ingin belajar tari balet?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Dan Ibu membolehkan. Ayah tidak keberatan, tapi kakek bilang aku tidak akan
bisa." Dia meluncur dari lengan kursi, berdiri, melemparkan sepatunya, dan berdiri
dengan ujung kakinya. "Tentu saja sepatunya harus sepatu balet," katanya.
"Dengan sepatu balet pun ujung jari kaki bisa bengkak."
Dia memakai sepatunya kembali sambil bertanya sambil lalu,
"Kau suka rumah ini?"
"Tidak tahu," jawabku
"Aku rasa rumah ini akan dijual. Kecuali kalau Brenda ingin tinggal di sini. Dan
aku kira Paman Roger dan Bibi Clemency belum akan pergi sekarang."
"Apa mereka akan pergi?" tanyaku tertarik.
"Ya. Rencananya mereka akan pergi hari Selasa. Ke luar negeri. Mereka akan naik
pesawat terbang. Bibi Clemency membeli sebuah koper ringan."
"Aku tidak tahu mereka akan pergi," kataku.
"Memang tak ada yang tahu. Ini rahasia. Mereka tidak akan memberitahu siapa pun
sampai mereka pergi. Mereka akan meninggalkan surat untuk Kakek."
Dia menambahkan. "Surat itu tidak akan ditempelkan di bantalan jarum.
Yang begitu itu hanya ada di buku-buku kuno. Itu biasa dilakukan istri-istri
yang meninggalkan suaminya. Tapi sekarang kan tidak ada bantalan jarum."
"Tentu saja tidak. Josephine, apa kau tahu mengapa
Paman Roger akan pergi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia melirikku dengan mata licik.
"Ya, aku tahu. Ada hubungannya dengan kantor Paman
Roger di London. Aku kira - tapi Aku tidak pasti - dia menggelapkan apa,
begitu." "Mengapa kau berpendapat begitu?"
Josephine mendekatkan mukanya ke wajahku.
"Pada hari Kakek meninggal, Paman Roger bicara
dengan Kakek - di kamarnya - lama sekali. Paman Roger bilang bahwa dia tidak
bisa apa-apa dan hanya akan
mengecewakan Kakek saja - bukan karena masalah uang -
tapi karena dia merasa tidak patut dipercaya lagi.
Keadaannya menyedihkan."
Aku memandang Josephine dengan perasaan campur
aduk. "Josephine," kataku. "Apa tidak ada yang memberitahu kamu bahwa tidak baik
mencuri-dengar percakapan orang lain?"
Josephine mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tentu saja ada. Tetapi kalau kita ingin mengetahui
sesuatu kita harus mencuri dengar. Aku berani bertaruh bahwa Inspektur Taverner
juga berbuat begitu."
Aku mempertimbangkan pendapatnya. Josephine meneruskan dengan sengit,
"Dan kalaupun dia tidak melakukannya, orang lainlah
yang akan melakukannya - orang yang memakai sepatu
kulit itu. Dan mereka melihat-lihat meja orang lain, membaca surat-surat orang
lain, dan mengorek rahasia orang lain. Tapi mereka tolol. Mereka tak tahu ke
mana mereka harus mencari!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Josephine bicara dengan angkuh. Dia melanjutkan,
"Eustace dan aku tahu banyak hal - tapi aku tahu lebih banyak daripada Eustace.
Dan aku tidak akanmemberitahu dia. Dia bilang perempaan tidak bisa jadi detekrif
ulung. Tapi aku bilang bisa. Aku akan menulis semuanya dalam buku catatanku. Lalu kalau
polisi-polisi sudah kebingungan, aku akan maju dan berkata, 'Aku tahu siapa yang
melakukannya'." "Apa kau membaca banyak cerita-cerita detektif?"
"Segudang." "Kalau begitu kau tahu siapa yang membunuh kakkmu?"
"Ya, aku rasa ya - tapi aku harus menemukan beberapa petunjuk lagi." Dia diam
dan menambahkan. "Inspektur Taverner mengira Brenda yang melakukannya, bukan" Atau Brenda dengan Laurence,
sebab mereka saling jatuh cinta?"
"Sebaiknya kau tidak bicara tentang hal itu, Josephine."
"Mengapa tidak" Mereka memang saling jatuh cinta."
"Kau belum tentu benar."
"Oh, aku tahu persis. Mereka saling menulis surat cinta."
"Josephine! Bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena aku membacanya. Benar-benar surat gombal.
Tapi surat Laurence benar-benar gombal. Dia ketakutan dan tak mau ikut perang.
Dia sembunyi di bawah tanah.
Ketika pesawat pembom melayang di atas, mukanya
berubah jadi hijau - hijau sekali. Eustace dan aku sampai terpingkal-pingkal
melihatnya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku tak tahu lagi apa yang akan kukatakan, karena tiba-tiba ada sebuah mobil
berhenti di halaman. Seperti kilat Josephine sudah berada di jendela.
"Siapa?" tanyaku.
"Mr. Gaitskill, pengacara Kakek. Aku rasa dia kemari untuk membicarakan
warisan." Dengan gembira dia keluar ruangan, tentunya untuk
melakukan penyelidikan dengan catanya yang khas.
Magda Leonides masuk ke dalam ruangan. Aku
tercengang ketika dia memegang kedua tanganku.
"Untunglah Anda masih di sini. Aku sungguh memerlukan kehadiran seorang pria."
Dia melepaskan tanganku, berjalan ke kursi bersandaran tinggi, menariknya
sedikit, melihat dirinya sekilas dalam kaca, kemudian mengambil kotak Battersea
kecil dari atas meja. Dia berdiri tenang, kedua tangannya membuka dan menutup
korak itu berulang kali. Sikapnya memang menarik. Sophia melongokkan kepalanya dari luar dan berkata
serengah berbisik, "Gaitskill!"
"Aku tahu," kata Magda.
Beberapa saat kemudian Sophia masuk diiringi oleh
seorang lelaki tua bertubuh kecil. Magda meletakkan
kotaknya dan berjalan menyambut mereka.
"Selamat pagi, Mrs. Philip. Saya akan ke atas.
Kelihatannya ada salah pengertian dengan surat wasiat itu.
Suami Anda menulis surat kepada saya, seolah-olah surat wasiat itu saya simpan.
Tapi Mr. Leonides memberitahukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa surat wasiat itu ada di lemari besinya. Anda tahu tentang hal itu?"
"Tentang surat wasiat Ayah?" kata Magda sambil
mempenontonkan mata yang melebar keheranan. "Tidak -
tentu saja tidak. Mudah-mudahan wanita jahat di atas tidak merobek-robek surat
wasiat itu." "Mrs. Philip," katanya sambil mengacungkan jari sebagai peringatan, "jangan
berprasangka buruk. Persoalannya adalah di mana mertua Anda menyimpan surat
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wasiat itu." "Tapi dia kan telah mengirimkannya pada Anda - dia
pasti sudah mengirimkannya - setelah menandatangani
surat wasiat itu. Dia bahkan memberitahu kami bahwa dia telah mengirimkannya."
"Saya rasa polisi telah memeriksa dokumen-dokumen
pribadi Mr. Leonides," kata Mr. Gaitskill. "Saya ingin bicara dengan Inspektur
Taverner." Dia keluar. "Pasti si Brenda yang memusnahkan surat wasiat itu.
Pasti dia. Aku berani bersumpah," teriak Magda.
"Tidak, Bu, dia tidak akan melakukan hal yang tolol
seperti itu." "Itu bukan hal yang tolol. Kalau surat wasiat itu tak ditemukan, dialah yang
akan menerima semua kekayaan."
"Ssh - Mr. Gaitskill ke sini."
Pengacara itu memasuki ruangan diikuti Taverner dan
Philip. "Saya dengar dari Mr. Leonides bahwa surat wasiat itu disimpan di Bank."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Taverner menggelengkan kepalanya.
"Saya telah menghubungi Bank. Mereka tidak menyimpan surat-surat pribadi milik Mr. Leonides, kecuali surat-surat berharga."
Philip berkata. "Barangkali Roger - atau Bibi Edith - coba, Sophia,
kaupanggil mereka kemari."
Tetapi ternyata Roger Leonides pun tidak bisa
membantu. "Ini benar-benar aneh-aneh sekali," katanya.
"Ayah menandatangani surat wasiat itu dan mengatakan dengan jelas bahwa dia akan
mengirimkannya pada Mr. Gaitskill esok paginya."
"Kalau tidak salah," kata Mr. Gaitskill sambil menyandarkan diri dan memejamkan mata, "saya
memberikan konsep terakhir pada tanggal 24 November
tahun lalu, sesuai dengan petunjuk Mr. Leonides. Dia menyetujui konsep itu, dan
mengembalikannya pada saya.
Tidak lama kemudian saya kirimkan surat wasiatnya untuk ditandatangani. Seminggu
kemudian, saya mengingatkan dia bahwa saya belum menerima kembali surat
wasiatnya dan bertanya apakah ada yang ingin diubah. Dia menjawab bahwa dia
telah puas dan mengatakan bahwa setelah
ditandatangani surat wasiat ini akan dikirim ke banknya."
"Itu benar," kata Roger bersungguh-sungguh. "Memang
waktu kira-kira akhir November tahun lalu. Kau ingat.
Philip" Ayah mengumpulkan kita semua dan membacakan
surat wasiat itu." Taverner membalikkan badan menghadap Philip
Leonides. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa benar demikian, Mr. Leonides?"
"Ya," kata Philip.
"Ya, seperti dalam sebuah cerita. Selalu ada hal-hal yang dramatis dengan surat
wasiat," desah Magda dengan
perasaan senang. "Miss Sophia?" "Ya," kata Sophia. "Saya ingat dengan jelas."
"Dan pembagian wasiat itu?" tanya Taverner.
Mr. Gaitskill akan berbicara, tetapi Roger Leonides
mendahului. "Surat wasiat itu sangat sederhana. Electra dan Joice sudah meninggal - karena
itu bagian mereka kembali
menjadi milik Ayah. Anak Joice, William, terbunuh dalam pertempuran di Birma,
dan warisan yang diterimanya
menjadi hak ayahnya. Philip, saya, dan anak-anak adalah keluarga yang masih
tersisa. Ayah menerangkan hal itu. Dia mewariskan lima puluh ribu pound bebas
pajak untuk Bibi Edith, seratus ribu pound bebas pajak untuk Brenda, atau sebuah
rumah yang senilai yang bisa dibeli di London untuknya. Dia bebas memilih yang
mana maunya. Sisa kekayaan dibagi tiga, satu bagian untuk saya, satu bagian untuk Philip, dan satu
bagian lagi dibagi tiga, untuk Sophia, Eustace, dan Josephine. Bagian Eustace
dan Josephine masih disimpan sampai mereka cukup umur untuk
menerimanya. Benar begitu, Mr. Gaitskill?"
"Ya - pada garis besarnya begitulah pembagian yang
tertulis dalam surat wasiat itu," kata Mr. Gaitskill masam, karena tidak bisa
bicara sendiri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah membacakannya di depan kami semua," kata
Roger. "Dia menanyakan apakah ada komentar dari kami.
Tentu saja tidak ada."
"Brenda memberi komentar," kata Miss de Haviland.
"Ya," kata Magda bersemangat. "Dia mengatakan tidak
tahan mendengar suaminya tercinta bicara tentang
kematian, karena itu membuat bulu kuduknya berdiri. Dan kalau dia meninggal
nanti Brenda tidak mau mendapatkan uangnya."
"Ah, itu sih basa-basi yang biasa disuguhkan orang-orang seperti dia," kata Miss
de Haviland. Kata-katanya terdengar tajam menyengat. Aku bertambah sadar betapa bencinya Edith de Haviland pada Brenda.
"Pembagian itu sangat adil," kata Mr. Gaitskill.
"Dan setelah membacakan surat wasiat itu, apa yang
terjadi?" tanya Inspektur Taverner.
"Setelah membaca, dia menandatangani wasiat itu," kata Roger.
Taverner membungkuk ke depan.
"Kapan dan bagaimana cara dia menandatanganinya?"
Roger mencari-cari istrinya dengan pandangan memohon. Clemency menjawab pertanyaan itu. Yang
lainnya kelihatan puas dengan apa yang dilakukannya.
"Anda ingin tahu dengan tepat apa yang terjadi?"
"Jika Anda bersedia menceritakannya."
"Mertua saya meletakkan surat wasiat itu di atas
mejanya dan meminta salah seorang dari kami - saya kira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roger - untuk membunyikan bel. Roger melakukannya.
Ketika Johnson masuk menjawab bunyi bel itu, mertua saya menyuruh dia memanggil
Janet Wolmer, pelayan kamar.
Ketika mereka berdua masuk, dia menandatangani surat wasiat itu dan menyuruh
mereka menandatangani di bawahnya." "Prosedur yang benar," kata Mr. Gaitskill. "Surat wasiat harus ditandatangani di
depan dua orang saksi yang juga ikut menandatangani pada saat dan tempat yang
sama." "Dan setelah itu?" tanya Taverner.
"Mertua saya mengucapkan terima kasih pada mereka,
dan mereka berdua keluar. Mertua saya mengambil surat wasiat itu, memasukkannya
ke dalam amplop yang panjang, dan berkata bahwa dia akan mengirimkannya
kepada Mr. Gaitskill besok paginya."
"Apa Anda semua setuju bahwa yang kita dengar tadi
adalah penjelasan yang tepat mengenai apa yang terjadi?"
tanya Inspektur Taverner.
Mereka berbisik-bisik serutu.
"Tadi dikatakan bahwa surat wasiat itu rergeletak di meja. Berapa jauhkah Anda
semua dari meja itu?"
"Tidak terlalu dekat. Kira-kira lima atau enam meter - itu yang paling dekat."
"Ketika Mr. Leunides membacakan urat wasiat itu,
apakah dia duduk sendirian di meja itu?"
"Ya." "Apakah dia berdiri atau meninggalkan mejanya, setelah dia membacakannya dan
sebelum menandatanganinya?"
"Tidak." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah para pembantu bisa membaca dokumen itu
ketika mereka menandatanganinya?"
'Tidak," kata Clemency. "Mertua saya menutupi bagian atas surat wasiat itu
dengan selembar kertas."
"Benar," kata Pliilip. "Isi dokumen itu bukan urusan para pelayan."
"Ah, begitu," kata Taverner. "Tapi saya tidak mengerti. "
Dengan cepat ia mengeluarkan sebuah amplop panjang
dan menyerahkannya pada pengacara.
"Coba Anda baca," katanya. "Dan ceritakan apa isinya."
Mr. Gaitskill menarik sebuah dokumen terlipat dari
dalam amplop itu. Wajahnya keheranan dan tangannya
membolak-balik kertas yang dipegangnya.
Dia berkata, "Ini aneh. Saya tidak mengerti sama sekali.
Di mana Anda temukan dokumen ini?"
"Di lemari besi. Di antara dokumen-dokumen Mr.
Leonides yang lain."
"Dokumen apa sih itu?" tanya Roger.
"Ini adalah surat wasiat yang saya siapkan untuk ayah Anda - untuk
ditandatangani. Tapi - aya tidak mengerti sama sekali mengingat apa yang Anda
ceritakan tadi. Surat wasiat ini tidak ditandatangani."
"Apa" Kalau begitu itu konsepnya?"
"Bukan," kata Mr. Gaitskill. "Mr. Leonides telah
mengembalikan konsep yang asli. Saya kemudian membuat surat wasiat itu - surat
ini -" Dia menyentil dokumen itu dengan jarinya-"dan mengirimkannya kemari untuk
ditandatangani. Tapi menurut cerita tadi dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menandatangani surat wasiat itu dengan disaksikan dua orang saksi yang
membubuhkan randa tangan mereka pula.
Tapi surat wasiat ini tidak ditandatangani. "
"Itu tidak mungkin," kata Philip Leonides dengan penuh semangat. Belum pernah
kudengar dia bicara dengan
menunjukkan emosi seperti itu.
Taverner bertanya, "Apa penglihatan ayah Anda cukup
baik?" "Dia menderita glaucoma. Dia memang memakai
kacamata tebal untuk membaca."
"Dia memakai kacamatanya malam itu?"
"Tentu saja. Dia tentu memakai kacamatanya sampai
surat wasiat itu selesai ditandatangani. Benar, katakan?"
"Benar," kata Clemency.
"Dan tak seorang pun mendekati mejanya sebelum dia
menandatangani?" "Saya tak ingat lagi," kata Magda sambil memandang
jauh. "Dapatkah kita mengulang kejadian itu?"
"Tidak seorang pun mendekati mejanya," kata Sophia.
"Dan Kakek duduk di situ terus."
"Posisi meja itu tetap seperti sekarang ini" Tidak
berdekatan dengan pintu, atau jendela, atau garden?"
"Ya, tetap seperti yang sekarang."
"Saya sedang membayangkan apakah mungkin terjadi
penggantian," kata Taverner. "Pasti ada suatu penggantian.
Mr. Leonides mengira dia menandatangani surat wasiat yang baru dibacanya."
"Apa tanda tangan itu bisa dihapus?" tanya Roger.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Mr. Leonides. Kalaupun dihapus pasti kelihatan bekasnya. Ada kemungkinan
yang lain. Yaitu bahwa dokumen ini bukanlah yang dikirim Mr. Gaitskill pada Mr.
Leonides dan bukan yang ditandatanganinya dengan
disaksikan Anda semua."
"Sebaliknya," kata Mr. Gaitskill, "saya berani bersumpah bahwa inilah dokumen
orisinil yang saya kirim. Ada sidikit kotoran di kertasnya - di bagian atas,
ujung kiri - bentuknya seperti bentuk pesawa terbang. Saya tahu dan ingat tanda itu."
Para anggota keluarga saling berpandangan dengan
wajah kosong. "Situasi yang sangat aneh," kata Mr. Gaitskill. "Belum pernah saya alami
sebelumnya." "Semua ini tidak mungkin," kata Roger. "Kami semua ada di ruangan waktu itu.
Aneh." Miss de Haviland terbaruk.
"Tak ada gunanya mengatakan apa yang sudah terjadi
tidak mungkin terjadi," katanya. "Sekarang bagaimana"
Itulah yang saya ingin tahu."
Dengan segera Gaitskill berubah sikap, menjadi sangat hati-hari.
"Hal ini harus diselidiki dengan teliti." katanya.
"Adanya dokumen ini memang bisa berarti membatalkan
semua dokumen atau surat wasiat sebelumnya. Ada banyak saksi yang melihat Mr.
Leonides menandatangani dokumen yang dianggapnya dokumen ini. Hm. Sangat
menarik. Suatu persoalan hukum yang cukup rumit."
Taverner melihat arlojinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, rupanya sudah waktunya makan siang."
"Apakah Anda bersedia makan siang dengan kami,
Inspektur?" tanya Philip.
"Terima kasih, Mr. Leonides, tapi saya akan menemui Dr.
Gray di Swimy Dean."
Philip bertanya pada si pengacara,
"Anda bersedia makan siang bersama kami, Gaitskill?"
"Terima kasih, Philip."
Setiap orang berdiri. Aku mendekari Sophia.
"Sebaiknya aku pergi atau tinggal?" bisikku. Pertayaan yang kedengaran aneh.
"Pergi saja," kata Sophia.
Aku menyelinap ke luar ruangan mengikuti Taverner.
Josephine sedang berayun-ayun di pintu yang menuju
bagian belakang. Kelihatannya dia sedang geli akan sesuatu.
"Polisi memang tolol," katanya.
Sophia keluar dari ruang keluarga.
"Apa yang sedang kaulakukan, Josephine?"
"Membantu Nannie."
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau pasti mencuri-dengar di balik pintu." Josephine menjawab dengan wajah
mencemooh, lalu pergi. "Anak itu memang nakal," kata Sophia.
11 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
AKU menemukan Taverner di kantornya sedang
membicarakan apa yang baru saja dialami.
"Sudah saya aduk-aduk semuanya - tapi apa yang saya
peroleh" Tidak ada! Tak ada motif Tak seorang pun
mengalami kesulitan keuangan. Dan bukti atas tuduhan yang kita lemparkan pada si
istri dan pacarnya hanyalah karena laki-laki itu memandang mesra pada Mrs.
Leonides ketika si Nyonya menuangkan kopi untuknya!"
"Tungu dulu, Taverner," padaku. "Saya mempunyai info-rmasl yang lebih menarik
lagi daripada itu." "He, Anda memang luar biasa, Mr. Charles. Sekarang
katakan apa yang Anda peroleh?"
Aku duduk, menyalakan rokok, dan menyandarkan
punggungku di kursi. Mereka menunggu kata-kataku.
"Roger Leonides dan istrinya punya rencana uutuk pergi ke luar negeri, Selasa
yang akan datang. Roger dan ayahnya bertengkar seru pada hari ayahnya meninggal.
Leonides Tua menemukan ada sesuatu yang tidak beres dan Roger mengakui bahwa dia
memang patut dipersalahkan."
Wajah Taverner berubah jadi ungu.
"Dari mana Anda mendapat keterangan seperti itu?"
tanyanya. "Kalau Anda mendengar itu dari para pelayan. . .
"Aku tidak mendengar hal ini dari mereka, tapi dari
detektif pribadi." "Apa maksud Anda?"
"Dan kalau kita perhatikan, seperti dalam cerita detektif, bisa dikatakan bahwa
polisi sudah kecolongan. Aku juga berpendapat bahwa masih banyak hal yang bisa
ditemukan oleh detektif pribadi ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Taverner membuka mulutnya tapi tidak jadi bicara. Dia ingin menanyakan banyak
hal sekaligus sehingga sulit untuk memulainya.
"Roger!" katanya. "Jadi dialah yang harus dicurigai."
Aku merasa segan ketika mengatakan apa yang
kuketahui. Aku menyukai Roger Leonides. Aku ingat
kamarnya yang hangat dan menyenangkan. Kalau
mengingat sikapnya yang ramah pula, aku sebenarnya
enggan untuk mulai menyelidiki dia. Memang keterangan Josephine mungkin
merupakan hal yang tidak dapat
dipercaya begitu saja, tapi aku tidak berpendapat demikian.
"Jadi anak itu yang menceritakannya pada Anda?" kata Taverner. "Kelihatannya dia
tahu banyak hal yang terjadi di rumah itu."
"Anak-anak memang biasanya begitu," kata Ayah datar.
Kalau informasi ini benar, maka semua asumsi pun
berubah. Apabila Roger memang menggelapkan uang
Associated Catering, seperti kata Josephine, dan apabila Leonides Tua menemukan
kecurangan itu, memang masuk
akal bila dia kemudian berbuat nekat, membungkam orang tua itu lalu lari ke Iuar
negeri sebelum semuanya tahu.
Barangkali Roger sudah memikirkan bahwa tindakan itu bisa membuatnya dituntut
atas tindakan kriminal. Polisi memutuskan untuk segera menyelidiki Associated Catering.
"Ini merupakan perkara besar karena menyangkut
angka jutaan," kata Ayah.
"Kalau memang ini yang terjadi." kata Taverner, "kira akan mendapatkan apa yang
kita cari. Si Ayah memanggil Roger. Roger mengaku. Brenda Leonides sedang pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nonton. Yang perlu dilakukan Roger hanyalah keluar dari kamar ayahnya, masuk ke
dalam kamar mandinya, menuang isi sebuah botol insulin dan menggantinya
dengan eserin, sudah. Atau mungkin istrinya yang
melakukannya. Dia pergi ke tempat mertuanya untuk
mengambil pipa Roger yang katanya ketinggalan. Tapi dia bisa terus masuk ke
kamar mandi dan mengganti isi botol insulin itu sebelum Brenda datang. Dia bisa
melakukannya dengan sikap tenang dan penuh keahlian."
Aku mengangguk. "Ya, aku bisa membayangkan dia
sebagai pelaku yang sebenarnya. Dia selalu bersikap tenang menghadapi apa saja!
Dan aku sebenarnya tlidak bisa
membayangkan Roger mau menggunakan racun atau yang
sejenisnya - penggantian isi botol insulin itu lebih bersifat feminin."
"Banyak laki-laki yang menjadi peracun," kata Ayah.
"Oh, saya mengerti, Tuan," kata Taverner. "Atau malahan tak tahu apa-apa?"
tambahnya penuh perasaan.
"Saya juga berpendapat bahwa Roger bukanlah tipe laki-laki pembunuh."
"Kau masih ingat Pritchard" Tak ada seorang pun yang mengira," kata Ayah
memperingatkan. "Baik. Kita anggap saja mereka berdua pelakunya."
"Dengan tekanan yang lebih kuat pada Lady Macbeth,"
kata Ayah memperingatkan. "Apa dia memang demikian,
Charles?" Aku membayangkan bentuk badan yang ramping dan
luwes di dekat jendela dalam ruangan yang menegangkan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak begitu persis, Yah," kataku. "Lady Macbeth adalah seorang wanita yang serakah. Aku rasa Clemency Leonides
bukan wanita seperti itu. Aku rasa dia tidak begitu peduli dengan apa yang
dimilikinya." "Tapi dia amat menaruh perhatian terhadap keselamatan suaminya, bukan?"
"Ya, itu benar. Dan dia tentu saja bisa berbuat kejam."
"Kekejaman yang berbeda. ." Itulah yang dikatakan Sophia.
Aku mendongak melihat Ayah yang sedang memandangku. "Apa yang kaupikirkan, Charles?"
Tapi aku tidak menjawab. -o0dw0o- Esok paginya aku dipanggil ke kantor polisi. Kutemukan Taverner dan Ayah di
sana. Taverner kelihatan puas dan agak gembira.
"Associated Catering memang sedang goyah," kata Ayah.
"Bisa bangkrut sewaktu-waktu," tambah Taverner.
"Penjualan saham menurun semalam," kataku. "Tapi
kelihatannya sudah membaik lagi tadi pagi."
"Kita harus menanganinya dengan sangat hati-hati," kata Taverner. "]angan
mengajukan pertanyaan langsung.
Jangan sampai menimbulkan panik. Kami telah mempunyai sumber informasi yang bisa
dipercaya. Mereka mengatakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa Associated Catering sedang goyah. Perusahaan itu tidak bisa memenuhi
kewajiban-kewajibannya. Yang
Menyebabkan kesulitan ini adalah manajemen yang tidak benar selama bertahun-
tahun." "Oleh Roger Leunides?"
"Ya. Dia memegang kedudukan paling tinggi."
"Dan uangnya berlimpah. ."
"Tidak," kata Taverner. "Kami rasa tidak demikian. Terus terang saja, dia bisa
dikategorikan sebagai pembunuh, tapi bukan koruptor. Dia memang tolol.
Kelihatannya tidak bisa membuat keputusan dan tidak tahu apa yang seharusnya
dilakukan. Dia memberikan kepercavaan kepada orang
yang tidak bisa dipercaya. Memang dia mudah memercayai orang lain. Tapi dia
telah memercayai orang yang salah. Dia selalu membuat kesalahan."
"Memang ada orang yang begitu," kata Ayah.
"Sebenarnya mereka juga bukan orang bodoh. Mereka
hanya tidak bisa menilai orang lain. Dan mereka antusias pada saat yang tidak
tepat." "Orang seperti itu seharusnya tidak terjun dalam dunia bisnis," kata Taverner.
"Mungkin juga dia tidak ingin," kata Ayah. "Tapi
kebetulan dia adalah anak Aristide Leonides. "
"Usaha itu sedang berkembang ketika ayahnya memberi
kepercayaan kepadanya untuk mengembangkannya. Seharusnya bisa lebih berkembang lagi! Begitu bagus
perkembangannya pada waktu itu, seolah-olah orang cukup melihat saja."
"Tidak" kata Ayah. "Itu tidak benar. Tidak ada usaha yang berkembang sendiri
begitu saja. Selalu ada keputusan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keputusan yang harus dibuat - ada sinergi yang harus dijalankan. Dan
kelihatannya Roger Leonides selalu
membuat kesalahan." "Benar," kata Taverner menimpali. "Dalam hal ini Roger adalah orang yang terlalu
baik. Dia membiarkan orang-orang yang sebenarnya sudah harus dikeluarkan, karena
dia sayang pada mereka - atau karena mereka sudah lama di situ. Lalu kadang-
kadang dia punya ide yang tidak praktis dan aneh-aneh dan memaksakan ide itu
tanpa mempertimbangkan akibatnya."
"Tapi tak ada tindak kriminal?" tanya Ayah.
"Tidak, tak ada."
"Lalu kenapa dituduh membunuh?" tanyaku.
"Dia mungkin tolol, tapi tidak jahat," kata Taverner.
"Tapi akibatnya sama - atau hampir sama. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan
Associared Catering adalah
sejumlah besar uang yang harus dibayarkan pada. ." (dia melihat catatannya)
"pada hari Rabu nanti."
"Jumlah itu yang diharapkan akan diterima dari surat wasiat ayahnya?" .
"Tepat..." "Tapi dia tidak akan menerimanya dalam benruk uang
kontan." "Benar. Tapi dia bisa memperoleh kredit. Sama saja."
Ayah mengangguk. "Bukankah lebih mudah kalau Roger datang pada
ayahnya dan minta bantuan?" kata Ayah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya rasa dia memang melakukan hal itu," kata
Taverner. "Saya rasa itulah yang didengar anak itu.
Barangkali si Leonides Tua menolak mentah-mentah untuk membuang uangnya pada
usaha yang hampir bangkrut.
Orangnya kan begitu."
Aku setuju dengan pendapat Taverner. Aristide Leonides pernah menolak
mensponsori penunjukan Magda - dia
katakan bahwa pertunjukan itu tidak akan berhasiI. Dan dia ternyata benar.
Leonides Tua memang pemurah, tapi dia bukan orang yang mau membuang-buang uang
untuk usaha yang tak menguntungkan. Dan Associated Catering
memerlukan ribuan bahkan ratusan ribu pound. Dia menolak mentah-mentah dan satu-
satunya jalan bagi Roger untuk menghindari kebangkrutan adalah dngan kematian
ayahnya. Memang dari sudut itu kelihatannya jadi ada motif.
Ayah memandangi jam tangannya.
"Aku telah mengundang dia kemari," katanya. "Sebentar lagi dia pasti muncul."
"Roger?" "Ya." "Maukah kau masuk ke ruang tamuku, kata labah-labah
itu pada seekor lalat," aku bergumam.
Taverner memandangku dengan terkejut. "Kita akan
sangat berhati-hati," katanya tegas. Semuanya sudah
dipersiapkan, juga penulis steno. Akhirnya bel berbunyi dan beberapa menit
kemudian Roger Leonides masuk ke
dalam ruangan. Dia masuk dengan sikap kikuk - dan menakatak sebuah
kursi. Dia mengingatkan aku pada seorang anjing besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ramah. Pada saat itu juga aku yakin, pasti bukan dia yang mengganti isi
botol insulin. Dia akan memecahkan atau menumpahkan isinya, atau mengacaukan
rencana itu. Bukan, bukan Roger orangnya. Clemency akan lebih tepat bertindak sebagai pelaku.
Kata-kata mengalir dari mulutnya.
"Anda ingin bicara dengan saya" Ada yang sudah Anda
temukan" Halo, Charles, kau ada di sini rupanya. Coba Anda ceritakan pada
saya. ." Dia benar-benar baik - tapi banyak pembunuh yang
kelihatan seperti orang baik-baik - dan itu memang
mengejutkan teman-teman yang mengenal mereka. Aku
merasa seperti Judas ketika tersenyum membalas
sapaannya. Ayah bersikap tegas dan sangat resmi. Kalimat-
kalimatnya pendek-pendek. Pernyataan. . dicatata. . tak ada paksaan. . tak ada
pengacara. Roger Leonides mengeluarkan semuanya dengan sikap
tidak sabar. Aku sekilas melihat senyum sinis Inspektur Taverner
dan membaca apa yang ada di benaknya.
"Orang-orang seperti ini selalu kelihatan yakin pada dirinya sendiri. Mereka
tidak akan berbuat salah. Mereka terlalu pandai!"
Aku hanya duduk tenang di sebuah sudut sambil
mendengarkan. "Saya meminta Anda kemari bukan unntk memberi
informasi, Mr. Leonides, tetapi untuk mendapatkan
informasi dari Anda - informasi yang sebelumnya tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anda berikan," kata Ayah. Roger Leonides kelihatan
ketakutan. "Tidak saya berikan" Tapi saya telah mengatakan
semuanya - semuanya!"
"Saya rasa tidak. Anda sempat bicara dengan almarhum pada sore hari sebelum dia
meninggal?" "Ya, ya. Saya minum teh bersama Ayah. Saya sudah
mengatakan hal itu."
"Anda memang mengatakan itu. Tapi Anda tidak
mengatakan apa yang Anda bicarakan."
"Kami - hanya - bicara-bicara saja."
"Tentang apa?" "Kejadian sehari-hari - rumah, Sophia. ."
"Bagaimana tentang Associated Catering" Apa dibicarakan juga?" Sebenarnya aku berharap cerita Josephine hanyalah
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cerita kosong, tapi rupanya tidak. Wajah Roger berubah.
Wajah itu berubah menjadi wajah orang yang putus asa.
"Oh, Tuhan," katanya, menjatuhkan diri di kursi. Sambil menutup muka dengan
kedua tangannya. Taverner tersenyum seperti seekor kucing yang puas.
"Anda mengaku, Mr. Leonides, bahwa Anda tidak
berterus terang pada kami?"
"Bagaimana Anda tahu akan hal itu" Saya mengira tak
seorang pun tahu - saya tidak mengerti bagaimana orang bisa tahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami punya cara untuk mengetahui hal-hal semacam
itu, Mr. Leonides." Hening sesaat. "Saya rasa sebaiknya Anda ceritakan terus
terang kepada kami."
"Ya, ya, tentu saja. Saya akan menceritakannya. Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Benarkah bahwa Associared Catering sekarang ini
sedang goyah?" "Benar. Usaha itu tidak bisa bertahan lagi. Sebentar lagi akan hancur.
Seandainya saja Ayah meninggal tanpa
mengetahui apa yang terjadi. Saya merasa begitu malu -
begitu mencemarkan. ."
"Apa ada kemungkinan pemeriksaan kriminal?"
Roger duduk tegak. "Tentu saja tidak. Usaha itu memang bangkrut tapi
kebangkrutannya tetap dengan cara terhormat. Kreditor akan mendapatkan kembali
uang mereka bila saya memasukkan kekayaan saya. Ini memang akan saya
lakukan. Yang membuat saya sedih adalah karena saya
telah mengecewakan Ayah. Dia percaya pada saya. Dia
menyerahkan bagian usahanya yang paling besar itu
kepada saya. Dia tidak pernah ikut campur, tidak pernah bertanya apa yang saya
lakukan. Dia hanya percaya saja pada saya. . Saya telah mengecewakan dia."
Ayah berkata, "Anda katakan tidak akan ada pemeriksaan kriminalitas.
Tapi kenapa Anda dan istri Anda merencanakan untuk
pergi ke luar negeri tanpa memberitahu siapa pun?"
"Anda tahu hal itu juga?"
"Ya, Mr. Leonides."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi apa Anda tidak mengerti?" katanya sambil
membungkuk ke depan. "Saya tidak dapat menghadapinya dengan kenyataan seperti
itu. Saya akan kelihatan seperti minta bantuan uang. Seolah-olah saya meminta
bantuannya agar saya dapat berdiri lagi. Dia - dia memang sangat sayang pada
saya. Dia pasti akan membantu saya. Tapi saya tidak bisa - saya tidak bisa
begitu - karena itu berarti harus memulai segala sesuatu kembali. Dan saya tidak
mampu. Saya tidak bisa. Saya tidak seperti Ayah. Saya tahu betul hal itu. Saya telah
berusaha. Tapi tidak berhasil. Ini
menyedihkan saya - Tuhan! Saya benar-benar sedih. Saya berharap usaha itu bisa
baik kembali, saya berharap Ayah tidak perlu tahu akan hal itu. Tapi akhirnya
begitu juga. Tak ada harapan untuk menghindarkan kejatuhan itu. Clemency
- istri saya - dia mengerti. Dia setuju. Kami merencanakannya - untuk tidak mengatakan apa-apa pada orang lain. Pergi. Dan
kemudian membiarkan berita itu pecah. Saya akan meninggalkan surat untuk Ayah
dan menceritakan semuanya - memberitahu dia bahwa saya
malu dan minta maaf atas apa yang terjadi. Dia selalu baik pada saya. Tapi saat
itu akan terlambat baginya untuk berrtndak. Inilah yang ingin saya lakukan.
Tidak minta tolong dia - atau seolah-olah meminta tolong padanya. Saya akan
memulai lagi dengan bersih di tempat lain. Saya ingin hidup sederhana. Menanam
sesuatu - kopi, buah-buahan.
Hanya yang perlu-perlu saja untuk sehari-hari. Memang benar bagi Clemency. Tapi
dia bersumpah bahwa dia bisa menerima hal itu. Dia memang luar biasa."
"Hm, begitu," kata Ayah dingin. "Tapi apa yang
menyebabkan Anda berubah pendirian?"
"Berubah pendirian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Apa yang menyebabkan Anda datang pada ayah
Anda dan minta bantuan keuangan?"
Roger memandang heran. "Saya tidak melakukannya!"
"Katakan dengan terus terang. Mr. Leonides."
"Anda keliru. Saya tidak datang pada Ayah. Dia yang
menyuruh saya datang. Dia mendengar hal itu sendiri dari pihak lain. Tapi dia
memang selalu tahu apa yang terjadi.
Ada yang memberitahu dia. Dia menanyakan hal itu kepada saya. Dan tentu saja
saya menceritakan semuanya. Saya katakan bukan uang yang memberatkan saya - tapi
perasaan bahwa saya telah mengecewakan dia itulah."
Roger menelan ludah. "Ayah saya," kata Roger tersendat. "Anda tak bisa
membayangkan bagaimana baiknya dia. Tidak marah.
Tidak menyesal. Hanya kasih. Saya katakan bahwa saya tak perlu dibantu, bahkan
saya lebih baik pergi seperti yang sara rencanakan. Tapi dia tak mau mendengar.
Dia memaksa untuk menolong saya - menegakkan Associated
Catering lagi." Taverner berkata dengan tajam.
"Apa Anda ingin agar kami percaya bahwa ayah Anda
bermaksud memberi bantuan keuangan kepada Anda?"
"Tentu saja. Dia telah membuat surat pada perantaranya dan memberikan
instruksi." Kurasa Roger melihat keragu-raguan pada wajah kedua
orang tersebut. Mukanya berubah jadi merah.
"Baiklah kalau Anda tidak percaya," katanya. "Saya
masih menyimpan surat itu walaupun saya seharusnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengirimkannya. Dengan adanya kejadian ini, tentu saya bingung dan lupa.
Barangkali masih ada di saku saya sekarang."
Dia mengeluarkan dompetnya dan mencari-cari. Akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya. Dia menarik sebuah amplop yang lusuh
dengan perangko di atasnya.
Amplop itu dialamatkan kepada Messrs. Greatorex and Hanbury.
"Bacalah sendiri," katanya, "kalau Anda tak percaya pada saya."
Ayah menyobek amplopnya. Taverner berpindah ke
belakang Ayah. Aku membacanya setelah mereka selesai.
Surat itu berisi instruksi untuk Messrs. Greatorex and Hanbury untuk melakukan
investasi dan meminta agar
besok paginya, salah seorang wakil perusahaan tersebut dikirim ke Three Gables
untuk menerima instruksi sehubungan dengan hal-hal yang terjadi di Associared Catering. Ada beberapa hal
yang tidak begitu kupahami, tetapi maksud surat tersebut memang jelas. Aristide
Leonides bersiap untuk menegakkan Associated Catering kembali.
Taverner herkata, "Kami akan menyimpan surat ini untuk sementara dan
memberikan tanda terima pada Anda, Mr. Leonides."
Roger menerima tanda terima itu. Dia berdiri dan
berkata, "Anda mengerti apa yang sebenarnya terjadi bukan?"
Taverner berkata, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mr. Leonides memberikan surat ini kepada Anda lalu
Anda meninggalkan dia" Apa yang kemudian Anda
lakukan?" "Saya kembali ke tempat saya. Istri saya baru saja tiba.
Saya beri tahu dia apa yang telah dilakukan Ayah. Ayah memang luar biasa. Saya -
saya begitu bingung dan tidak tahu harus berbuat apa."
"Lalu ayah Anda sakit. Berapa lama sesudah kejadian itu berselang?"
"Kira-kira setengah jam sampat satu jam kemudian.
Brenda berlari-lari masuk. Dia ketakutan. Katanya Ayah kelihatan aneh. Saya -
saya lari bersama-sama Brenda. Saya sudah menceritakannya pada Anda."
"Pada waktu Anda ke sana sebelum itu, apakah Anda
masuk ke dalam kamar mandi ayah Anda?"
"Saya kira tidak. Tidak - tidak. Saya yakin saya tidak masuk ke dalam kamar
mandinya. Mengapa" Apa Anda kira bahwa saya. ."
Ayah mengakhiri kemarahan Roger yang tiba-tiba timbul dengan berdiri dan
mengulurkan tangannya. "Terima kasih, Mr. Leonides," katanya. "Anda sangat
membantu kami walaupun seharusnya Anda bisa melakukannya sejak semula."
Pintu ditutup Roger. Aku berdiri dan melihat surat yang tedetak di meja.
"Jangan-jangan ini surat palsu," kata Taverner penuh harap.
"Bisa saja," kata Ayah. "Tapi kurasa bukan. Kurasa kita harus menerima apa
adanya. Leonides tua itu bersiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangkat anaknya dari kesulitan. Dan ini bisa
dilakukannya dengan lebih efisien bila dia masih hidup danpada bila Roger
melakukannya sendiri setelah ayahnya meninggal.
Lebih-lebih lagi dengan kejadian menghilangnya surat warisan itu. Tidak ada kepastian lagi berapa banyak yang
akan diterima Roger. Itu berarti
kelambatan - dan kelambatan berarti kesulitan. Dalam keadaan seperti ini,
Associated Catering memang tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Tidak, Taverner,
Roger maupun istrinya tidak punya motif untuk menyingkirkan orang tua itu.
Sebaliknya. ." Ayah berhenti dan mmgulang-ulang kata terakhir itu
sambil berpikir seolah-olah dia mendapat inspirasi,
"Sebaliknya. ."
"Apa yang Tuan pikirkan?" tanya Taverner.
Ayah berkata perlahan, "Seandainya Aristide Leonides hidup dua puluh empat
jam lebih lama, Roger akan selamat. Tapi dia meninggal dengan mendadak dan
dengan dramatis, hanya dalam
waktu satu jam sesudah itu."
"Hm," kata Taverner. "Anda pikir ada orang yang
menginginkan agar Roger bangkrut" Orang dalam yang
menginginkan uangnya" Kelihatannya tak masuk akal."
"Bagaimana pembagian wasiat itu?" tanya Ayah.
"Siapa yang akan mendapatkan uang Leonides Tua?"
Taverner menarik napas dalam-dalam.
"Pengacara memang payah. Tidak bisa memberi jawaban
yang jelas. Dulu ada surat wasiat lama. Dibuat ketika Leonides menikah dengan
istri keduanya. Dalam surat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wasiat itu istrinya menerima jumlah yang sama, kurang sedikit dari yang akan
diterima Mis de Haviland, lalu sisanya untuk Roger dan Philip. Saya dulunya
mengira bahwa bila wasiat ini tidak ditanda- tangani, maka yang lamalah yang
akan berlaku. Tapi masalahnya tidaklah
sesederhana itu. Pertama-tama, pembuatan surat wasiat baru berarti pembatalan
surat wasiat yang lama. Lalu ada saksi-saksi yang ikut menandatangani dan
'maksud pemberi wasiat'. Memang membingungkan kalau ternyata surat wasiat yang terakhir
ini tidak ditandatangani.
Jandanyalah yang akan menerima semua warisan."
"Jadi kalau surat wasiat itu hilang, Brenda-lah yang paling beruntung?"
"Ya. Seandainya ada permainan, pasti dialah yang
mengaturnya. Dan kelihatannya memang ada permainan.
Tapi saya tidak mengerti bagaimana hal itu dilakukannya.
Aku pun tidak mengerti. Barangkali kami semua
memang orang-orang tolol. Tapi kami memang melihatnya dari sudut yang salah.
12 KAMI berdiam sejenak setelah Taverner keluar.
Kemudian aku berkata, "Ayah, biasanya pembunuh itu seperti apa sih?"
Ayah memandangku tenang-tenang. Kami memang
saling Mengerti dan Ayah tahu apa yang ada di kepalaku dengan pertanyaan seperti
itu. Dia menjawab dengan serius. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya," katanya. "Memang penting - sangat penting
untukmu. . Pembunuhan itu ada di dekatmu. Kau tidak bisa melihatnya hanya dari
luar saja." Aku memang senang dan tertarik pada kasus-kasus yang ditangani polisi, lebih-
lebih kasus-kasus yang spektakuler.
Tapi Ayah benar. Aku hanya tertarik melihat kasus ini dari luar, seperti orang
yang tertarik melihat benda-benda yang dipamerkan di etalase toko. Tapi sekarang
- karena Sophia lebih cepat melihat daripadaku, aku tidak bisa lagi
melihatnya dari luar begitu saja.
Ayah melanjutkan, "Aku tidak tahu apakah aku orang yang tepat untuk
meminta hal ini, tapi aku bisa meminta dua orang psikiater untuk menerangkannya
padamu. Mereka memang bekerja
untuk kami. Atau Taverner mungkin bisa menjelaskan. Tapi barangkali kau ingin
mendengar pendapatku sendiri
sebagai orang yang berpengalaman menangani hal-hal
semacam itu?" "Itu yang kuinginkan," kataku.
Ayah mengikuti sebuah lingkaran di meja dengan
jarinya. "Seperti apa sih pembunuh itu" Beberapa dari mereka" -
bibirnya tersenyum sedih-" adalah orang baik-baik"
Aku sedikit heran. "Ya, memang begitulah." katanya. "Orang baik-baik dan biasa seperti kau dan aku
- atau seperti orang yang baru keluar tadi - Roger Leonides. Pembunuhan adalah
suatu perbuatan kriminal yang amatir sifatnya. Tentu saja aku bicara tentang
jenis pembunuhan yang sedang kaupikirkan
- bukan jenis gangster. Orang sering merasa bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuh-pembunuh seperti itu adalah orang baik-baik yang tanpa senjata
melakukan pembunuhan. Mereka
berada dalam keadaan yang sangat sulit atau mereka
menginginkan sesuatu dengan amat sangat, misalnya uang.
atau wanita - dan mereka membunuh untuk mendapatkan
apa yang mereka inginkan. Rem atau kontrol diri yang biasanya ada pada kita
tidak lagi bisa menahan mereka.
Seorang anak kecil merealisasikan keinginan menjadi
perbuatan tanpa rasa sesal. Seorang anak yang marah pada kucingnya akan berkata,
'Kubunuh kau,' lalu memukul
kepala kucing itu dengan palu. Lalu dia sedih karena kucing itu tidak bisa hidup
lagi. Banyak. anak-anak kecil yang mencoba menyelamarkan adik mereka yang masih
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bayi, tetapi malahan 'menenggelamkannya', karena bayi itu telah merebut perhatian
orang - atau menghalangi kesenangan anak-anak itu. Mereka kemudian tahu bahwa
perbuatan mereka 'salah' - bahwa hal itu akan mendapat hukuman.
Pada tahap berikutnya mereka akan merasa bahwa hal itu salah. Tapi ada juga
orang-orang yang secara moral tidak bisa tumbuh dewasa. Mereka memang tahu bahwa
pembunuhan itu salah, tapi mereka tidak akan merasa
salah. Menurut pengalamanku, seorang pembunuh tidak
pernah merasa menyesal. Itu mungkin sudah diturunkan sejak zaman Kain dan Habil.
Pembunuh memang dipisahkan, mereka lain. Pembunuhan adalah tindakan
yang salah - tapi tidak untuk mereka. Bagi mereka
pembunuhan itu perlu. Mereka merasa si korbanlah yang
'menghendakinya' dan itulah 'satu- satunya jalan'."
"Seandainya," kataku, "ada orang yang sudah lama
membenci Leonides Tua itu, apakah hal tersebut bisa
menjadi suatu sebab?"
"Rasa benci yang murni" Kelihatannya tidak." Ayah
memandangku dengan rasa ingin tahu. "Yang kaumaksud
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benci adalah rasa tidak suka yang amat dalam, bukan"
Benci karena cemburu lain lagi. Itu merupakan campuran rasa cinta dan frustrasi.
Misalnya saja Constance Kent, setiap orang bilang, dia sangat sayang pada
adiknya yang masih bayi yang dibunuhnya. Tapi kurasa dia menginginkan cinta dan perhatian seperti yang diberikan pada adiknya itu. Kukira
lebih banyak orang yang membunuh orang-orang yang mereka cintai daripada yang mereka benci. Barangkali
karena hanya orang-orang yang kita cintai saja yang bisa membuat hidup ini tak
tertahankan. "Tapi ini semua tidak terlalu membantumu, bukan?" kata Ayah lagi, sambil
memandangiku penuh selidik "Kalau aku tak salah, yang kauinginkan adalah
mengetahui ciri-ciri umum seorang pembunuh yang mungkin berasal dari
lingkungan keluarga yang kelihatannya normal dan
menyenangkan, bukan?"
"Ya, benar." "Apakah ada pula persamaannya" Aku tidak terlalu
yakin." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Kalau tak ada, aku cenderung
menganggapnya sebagai suatu
kesombongan." "Kesombongan?" "Ya. Belum pernah aku menjumpai pembunuh yang tidak
sombong. . Kesombongan itulah yang menjatuhkan mereka.
Sembilan dari sepuluh kasus biasanya begitu. Memang
mereka juga punya rasa takut, tapi mereka tidak tahan untuk tidak menyomhongkan
diri, karena merasa begitu yakin bahwa mereka lebih pandai dan menganggap bahwa
mereka tak akan bisa tertangkap."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menambahkan, "Ada satu hal lagi. Seorang
pembunuh selalu ingin bicara."
"Bicara?" "Ya. Orang yang baru saja membunuh akan merasa ke-
sepian. Dia ingin menceritakannya pada orang lain - tapi tidak bisa. Dan hal itu
membuat keinginannya bertambah besar. Jadi - karena dia tidak bisa menceritakan
apa yang dilakukannya, dia akan bicara mengenai pembunuhan itu -
mendiskusikannya, mengajukan teori - dan bicara lagi."
"Aku rasa kau sebaiknya memerhatikan hal itu, Charles.
Pergilah ke sana lagi, tinggallah dengan mereka dan ajak mereka bicara. Tentu
saja semuanya tidak akan semudah itu. Baik bersalah atau tidak, mereka pasti
akan senang bicara dengan orang asing, karena mereka bisa membicarakan hal-hal yang tidak bisa dibicarakan di antara mereka sendiri. Tapi
dalam situasi demikian pun masih ada kesempatan bagimu untuk melihat perbedaan.
Seseorang yang menyembunyikan sesuatu tidak akan tahan untuk
bungkam terus-menerus. Orang-orang di dinas intelejen tahu hal itu pada waktu
perang. Kalau ada yang tertangkap, yang diakui hanyalah nama, pangkar dan nomor
saja - tidak lebih. Orang yang mencoba memberikan kererangan palsu biasanya akan
ketahuan. Coba ajak bicara orang-orang di rumah itu, Charles, dan perhatikan
kalau-ka!au ada keterangan yang terlepas tanpa sengaja atau mungkin ada yang membukakan
rahasianya sendiri."
Kuceritakan pada Ayah apa yang dikatakan Sophia
mengenai kekejaman di dalam keluarga itu - kekejaman yang mengambil bentuk yang
berbeda-beda. Ayah sangat tertarik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya," kata Ayah. "Pacarmu memang benar. Umumnya
setiap keluarga memiliki suatu kekurangan. Orang mungkin bisa mengatai
kelemahannya sendiri - tapi menghadapi dua macam kelemahan yang sangat berbeda,
mungkin dia akan gagal. Yang menarik di sini adalah faktor keturunan. Ambil
comoh misalnya kekejaman keluarga de Haviland, dan
kebejatan moral Leonides. Keluarga de Haviland bisa
dikatakan keluarga baik-baik karena moral mereka tidak rusak. Dan keluarga
Leonides pun tidak apa-apa, karena waIaupun moral mereka rusak, mereka penuh
kasih sayang. Tapi mereka berdua punya keturunan yang
mewarisi kedua karakter yang menonjol itu. Kau mengerti apa yang kumaksud?"
Aku memang tidak berpikir sejauh itu. Ayah berkata lagi,
"Seharusnya aku tak perlu membuatmu pusing dengan
soar keturunan ini. Itu terlalu rumit. Pergilah, Nak, dan ajak mereka bicara.
Sophia-mu itu benar. Kebenaran akan apa yang sudah terjadi memang perlu bagimu
dan baginya. Kau harus tahu."
Dia menambahkan lagi ketika aku keluar ruangan,
"Dan hati-hati dengan anak itu."
"Josephine" Maksud Ayah agar dia tidak tahu apa yang sedang kulakukan?"
"Bukan. Maksudku lindungi dia. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan padanya."
Aku memandang Ayah. "Sudahlah, Charles. Ada seorang pembunuh berdarah
dingin di rumah itu. Dan Josephine kelihatannya tahu banyak tentang apa yang
terjadi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia memang tahu banyak. tentang Roger - walaupun dia salah menyimpulkannya
sebagai seorang korupror. Tapi ceritanya tentang apa yang telah terjadi memang
tepat." "Ya, ya. Kesaksian seorang anak memang kesaksian yang paling baik. Aku biasanya
memercayainya. Tapi tentu saja tidak di ruang sidang. Anak-anak tidak tahan
dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan langsung. Mereka akan
kelihatan tolol atau tidak tahu apa-apa. Waktu terbaik untuk menghadapi mereka
adalah bila mereka ingin memamerkan sesuatu. Itulah yang telah dilakukan
Josephme padamu. Pamer. Kau akan bisa mengeruk lebih banyak keterangan darinya
dengan cara yang sama. Jangan menanyai dia secara langsung. Berpura-puralah
bersikap bahwa dia tak tahu apa."
Ayah menambahkan, "Jaga dia. Mungkin anak itu tahu terlalu banyak hal yang membahayakan
keselamatan orang lain."
13 AKU pergi ke Pondok Bobrok (kunamakan begitu dalam
hati) dengan perasaan agak bersalah. Walaupun aku telah memberitahu Taverner
rahasia Josephine tentang Roger, aku belum mengatakan padanya bahwa Brenda dan
Laurence Brown saling menulis surat cinta.
Aku membenarkan diri dengan berpura-pura menganggap bahwa hal itu hanyalah suatu fakta yang tak berarti
dan tak ada alasan untuk memercayai kebenarannya. Tapi sesungguhnya aku merasa enggan
untuk menumpukkan bukti-bukti lain yang memberatkan
Brenda Leonides. Aku telah terpengaruh oleh penderitaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang disebabkan oleh posisinya di rumah itu - dia harus menghadapi suatu
keluarga yang bersatu memusuhinya.
Kalau surat semacam itu memang ada, pasti Taverner dan anak buahnya akan
menemukannya. Aku tidak suka
menjadi perantara yang menimbulkan kecurigaan pada
seorang wanita yang berada dalam kedudukan yang sulit.
Lebih-lebih dia telah meyakinkan aku bahwa tidak ada hal-hal semacam itu antara
dia dan Laurence, dan aku
cenderung untuk lebih memercayainya daripada memercayai omongan Josephine yang bandel itu. Bukankah Brenda juga mengatakan
bahwa Josephine "agak aneh?"
Tapi aku sendiri melihat bahwa Josephine biasa-biasa saja. Aku teringat pada
matanya yang hitam dan cerdas itu.
Aku sudah menelepon Sophia dan bertanya apakah aku
boleh datang ke sana lagi. "Datanglah, Charles."
"Bagaimana keadaannya sekarang?"
''Tak tahu. Nggak apa-apa. Mereka masih menggeledah
rumah. Apa sih yang mereka cari?"
"Aku sendiri tak tahu."
"Kami semua jadi serba ketakutan. Datanglah secepat
mungkin. Aku bisa jadi gila kalau tidak bisa bicara dengan seseorang."
Kukatakan bahwa aku akan segera berangkat. Tak
seorang pun kulihat ketika aku sampai di pintu depan.
Setelah membayar uang taksi, aku menjadi ragu-ragu -
membunyikan bel di pintu, atau langsung masuk saja. Pintu depan itu terbuka.
Ketika sedang berdiri bingung, aku mendengar suara di belakangku. Cepat-cepat
aku menoleh. Kulihat Josephine memandangiku dari pagar tanaman,
wajahnya tertutup sebuah apel besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika aku menoleh, dia membuang muka.
"Halo, Josephine."
Dia tidak menjawab, tetapi menghilang di balik pagar tanaman. Aku membuntutinya.
Dia duduk di sebuah bangku yang sudah karatan, menghadap kolam berisi ikan emas.
Kakinya terjuntai dan diayun-ayunkannya, sementara
mulutnya sibuk mengunyah apel. Matanya memandangku
penuh sorot kebencian. "Aku datang lagi, Josephine," kataku. Perkataanku itu tidak
terlalu meyakinkan, tapi sorot mata dan kebenciannya kelihatan berkurang.
Anak itu memang memiliki taktik yang bagus. Dia tidak menjawab apa-apa.
"Enak ya apel itu?" tanyaku.
Kali ini Josephine menyerah. Jawabannya cuma saru
kata. "Empuk." "Sayang," kataku. "Aku nggak suka apel yang empuk."
Josephine berkata dengan ketus,
"Memang nggak ada orang yang suka."
"Kenapa kau diam saja ketika aku menyapa tadi?"
"Memang mauku begitu."
"Kenapa?" Josephine mengambil apel dari mulutnya agar dia bisa bicara dengan jelas.
"Kamu diam-diam cerita sama polisi," katanya.
"Oh!" aku agak terkejut. "Maksudmu - tentang. ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentang Paman Roger."
"Tapi tidak apa-apa, Josephine, tak apa-apa. Mereka tahu dia tak bersalah -
maksudku, dia tidak menggelapkan
uang." Josephine memandangku dengan rasa jengkel.
"Kau memang bodoh."
"Maaf." "Aku tidak kuatir tentang Paman Roger. Tapi yang
kaulakukan ini bukan cara yang baik dalam pekerjaan
detektif. Seharusnya kau tidak perlu memberitahu polisi sampai semuanya
selesai." "Oh, begitu," kataku. "Maafkan aku ya, Josephine."
"Padahal aku sudah memercayaimu," katanya dengan
suara masih kesal. Aku minta maaf untuk ketiga kalinya. Josephine
kelihatan senang. Dia menggigit apelnya lagi.
"Tapi akhirnya polisi akan tahu juga," kataku.
"Kamu dan aku tidak akan punya rahasia lagi."
"Maksudmu karena dia bangkrut?"
Seperti biasanya, Josephine selalu tahu banyak.
"Aku rasa begitu."
"Mereka akan membicarakan hal itu malam ini," katanya.
"Ayah dan Ibu dan Paman Roger dan Bibi Edith. Bibi Edith bersedia memberikan
uangnya - meskipun sekarang belum jadi miliknya - tapi Ayah tidak mau. Ayah
bilang bila Paman Roger mengalami kesulitan itu salahnya sendiri, dan tak ada
gunanya membuang uang untuk hal yang sia-sia. Lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula Ibu tidak akan seruju kalau Ayah memberi, karena dia ingin agar uang itu
dipakai untuk membiayai Edith
Thompson, Kau tahu tentang Edith Thompson" Dia punya suami, tetapi tidak suka
sama suaminya. Dia jatuh cinta pada laki-laki muda bernama Bywarers yang datang
dari kapal. Lelaki itu pulang dari teater lewar jalan sepi dan tiba-rtba ditikam
dari belakang." Aku mencoba mengevaluasi kebenaran dan kelengkapan
cerita Josephine, serta perasaan dramaris yang disajikannya.
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pertunjukan itu kelihatannya bolehlah," katanya.
"Tapi aku rasa tidak akan seperti itu. Pasti akan seperti Jezebel lagi." Dia
menarik napas. "Aku ingin tahu kenapa anjing-anjing itu tidak makan telapak
tangannya." "Josephine," kataku. "Kau mengatakan kau hampir tahu siapa pembunuhnya."
"Kenapa?" "Siapa dia?" Dia merengut memandangku.
"Baiklah." kataku. "Sampai semua selesai" Kau juga tak akan memberitahu,
walaupun aku berjanji tak akan
mengatakannya pada Inspektur Taverner?"
"Aku masih memerlukan beberapa petunjuk."
"Tapi," katanya menambahkan sambil membuang biji
apel ke dalam kolam. "Aku tidak akan memberi tahu kau.
Paling tidak kau bisa menjadi Watson."
Aku mencoba menelan penghinaan ini.
"Oke. Aku jadi Watson. Tapi Watson pun diberi data."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diberi apa?" "Fakta. Kemudian dia membuat kesimpulan yang keliru.
Bukankah akan menyenangkan kalau kau melihat aku
membuat kesimpulan yang keliru?"
Sesaat Josephine kelihatan tertarik. Tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Nggak ah," katanya, lalu menambahkan. "Aku tidak
terlalu senang pada Sherlock Holmes. Dia kuno. Mereka naik kereta berkuda."
"Bagaimana dengan surat-surat itu?" tanyaku.
"Surat apa?" "Kau bilang Brenda dan Laurence Brown saling menulis surat cinta."
"Aku mengarang cerita itu," kata Josephine.
"Aku tidak percaya."
"Betul. Aku sering mengarang cerita. Aku memang
senang." Aku memandang Josephine. Dia balas memandangku.
"Josephine, aku kenal seseorang yang bekerja di Brirish Museum. Dia mengerti
banyak hal yang ada di Alkitab.
Kalau aku bisa tahu dari dia mengapa anjing-anjing itu tidak memakan telapak
rangan Jezebel, maukah kau
memberitahu aku tentang surat- surat itu?"
Kali ini Josephine benar-benar bingung.
Tiba-tiba terdengar gemeretak suara ranting terinjak.
Josephine berkata dengan serius,
"Aku tidak mau."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kuterima kekalahanku. Beberapa saat kemudian barulah aku teringat nasihat Ayah.
"Oh, tak apa." kataku. "Kita kan hanya main-main saja.
Tentu saja kau tidak tahu benar akan hal itu."
Mata Josephine memberomak marah, tapi dia tidak
menelan umpanku. . Aku berdiri. "Ayo masuk. Aku ingin bertemu Sophia.
Ayo." "Aku mau di sini saja." kata Josephine.
"Tidak. Kau ikut denganku."
Aku menyeretnya tanpa banyak cakap. Dia terkejut dan ingin protes, tapi akhirnya
menurut. Kurasa dia ingin melihat reaksi orang-orang di rumah kalau mereka
melihat kedatanganku. Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku begitu mema-
aksanya untuk ikut masuk. Aku baru menyadari hal itu setelah kami melewati pintu
depan. Sebabnya adalah suara gemererak ranting yang terinjak.
14 AKU mendengar suara-suara bergumam dari ruang
keluarga yang besar itu. Aku ragu-ragu tapi tidak masuk.
Aku hanya jalan-jalan di lorong saja, karena merasa ingin begitu. Aku membuka
sebuah pintu. Lorang di dalamnya gelap. Tiba-tiba pintu yang lain terbuka dan
terlihatlah dapur yang sangat terang di sebelah sana. Di tengah pintu berdiri
seorang wanita tua bertubuh besar. Dia mengenakan celemek putih bersih yang terikat di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinggangnya yang lebar. Pasti ini Nannie, pikirku. Begitu aku melihatnya, aku
tahu bahwa segala-galanya beres di sini. Perasaan itu memang perasaan yang biasa
ditimbulkan oleh seorang pembantu yang baik. Umurku sudah tiga
puluh lima, tapi aku merasa seperti anak empat tahun yang tenang hatinya begitu
melihat dia. Setahuku Nannie belum pernah bertemu denganku.
Tapi dia langsung berkata,
"Mr. Charles, bukan" Mari masuk ke dapur. Akan saya
sediakan teh." Dapur itu luas dan menyenangkan. Aku duduk di meja
tengah dan dia membawakan secangkir teh dengan dua
buah biskuit manis. Aku merasa menjadi seorang anak-
anak lagi. Semuanya beres - dan aku tak takut akan gelap serta segala hal yang
menakutkan. "Miss Sophia akan senang sekali melihat Anda datang,"
katanya, "Dia menjadi lebih mudah terkejut." Lalu
tambahnya dengan nada cemas, "Mereka semua begitu."
Aku menoleh ke belakang. "Mana Josephine" Dia tadi bersama-sama saya."
Nannie mendecakkan lidahnya dengan tidak senang.
"Mencuri-dengar pembicaraan orang di pintu dan
menuliskannya di buku kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana," katanya.
"Seharusnya dia pergi sekolah dan bermain dengan anak-anak seumurnya. Sudah saya
katakan pada Miss Edith dan beliau setuju - tapi Tuan Besar
mengatakan sebaiknya dia tinggal di rumah saja."
"Mungkin beliau sangat sayang padanya." kataku.
"Benar, Tuan. Beliau sangat sayang pada mereka semua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku sedikit heran, mengapa rasa sayang Philip pada
anak-anaknya perlu ditekankannya sedemikian tegas.
Nannie melihat kebingunganku, wajahnya merah, lalu
katanya, "Jika saya bilang Tuan Besar, yang saya maksudkan
adalah Mr. Leonides Tua."
Sebelum aku sempat berkomentar, tiba-tiba pintu
terbuka dan Sophia muncul.
"Oh, Charles," katanya, lalu disambung, "Oh, Nannie, aku senang dia datang."
"Ya" kata Nannie.
Dia mengumpulkan beberapa panci lalu membawanya
keluar. Dia menutup pintu dapur. Aku berdiri mendatangi Sophia dan memeluknya.
"Sayangku, kau gemetar. Kenapa?"
Sophia berkata, "Aku takut, Charles. Takut."
"Aku sayang padamu," bisikku. "Sandainya saja aku
boleh membawamu pergi. ."
Dia menjauhkan diri dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Itu tidak mungkin. Kita haru menyelesaikan ini dulu. Tapi aku tidak
menyukainya. Charles, aku tidak senang membayangkan bahwa seseorang - seseorang
yang ada di rumah ini - yang biasa kulihat dan kuajak bicara setiap hari adalah
seorang pembunuh berdarah dingin. ." .
Aku tidak tahu harus berkata apa. Orang seperti Sophia tidak bisa diberi
keyakinan yang asal-asalan saja.
Dia berkata, "Seandainya aku tahu. ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pasti menyakitkan sekali." sambungku.
"Tahukah kau apa yang menyebabkan aku ketakutan?"
bisiknya. "Kemungkinan bahwa kita takkan pernah tahu..."
Aku bisa membayangkan kesulitan itu. . Dan kelihatannya bukan suatu hal yang mustahil bila pembunuh Leonides Tua ini tidak
akan pernah ketahuan. Tapi hal ini justru mengingatkan aku pada pertanyaan yang akan kuajukan.
"Apa kau tahu siapa saja di rumah ini yang mengetahui tentang obat tetes eserine
itu - maksudku ialah bahwa kakekmu menyimpannya dan bahwa obat itu merupakan
racun dan berapa tinggi dosisnya yang bisa mematikan?"
"Aku mengerti apa yang kaumaksud, Charles. Tapi tak
ada gunanya. Kami semua tahu."
"Ya, benar, tapi secara spesifik. ."
"Kami semua tahu secara spesifik. Kami pernah
berkumpul pada suatu ketika - minum kopi sehabis makan siang. Dia senang
dikerumuni keluarganya. Waktu itu
matanya memang sudah sakit. Karena itu Brenda
meneteskan obat pada kedua matanya. Dan Josephine yang selalu usil bertanya ini-
itu berkata, 'Mengapa di botol selalu ditulis obat tetes - tidak untuk ditelan"'
Kakek tersenyum dan berkata, 'Seandainya Brenda membuat kekeliruan
dengan menyuntikkan obat tetes itu padaku dan bukannya insulin - rasanya aku
akan gelagapan, mukaku berubah jadi biru, lalu mati, karena jantungku tidak
terlalu kuat.' Dan Josephine berkata, 'Oo', dan Kakek melanjutkan, 'Jadi kita
harus hati-hati agar Brenda tidak memberiku suntikan eserine bukan"'" Sophia
diam, lalu berkata, "Kami semua di sana mendengarkan. Mengerti" Kami semua
tahu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku mengerti. Bisa kubayangkan bahwa yang diperlukan hanyalah sedikit
pengerahuan. Tapi rupanya Leonides Tua telah memberi peluang untuk pembunuhan
atas dirinya. Si pembunuh
tidak perlu lagi memikirkan skenario pembunuhan. Sebuah cara yang mudah dan sederhana
telah disediakan sendiri oleh si korban.
Aku menarik napas panjang. Sophia yang memperhatikanku sejak tadi, berkata. "Memang Mengerikan." "Sophia, ada satu hal yang sangat menarik," kataku
perlahan "Ya?" "Kau benar. Pasti bukan Brenda. Dia pasti tidak akan melakukan hal yang telah
kalian dengar semuan ya."
"Aku tak tahu. Dia kadang-kadang bodoh," katanya.
"Tapi dia tak akan sebodoh itu. Tidak, pasti bukan dia."
Sophia mundur, menjauhiku.
"Kau tidak ingin melihat bahwa Brenda-lah pelakunya, bukan?"
Apa yang bisa kukatakan" Aku tidak bisa - tidak bisa dengan mudah mengatakan
"Ya, mudah-mudahan Brendalah pelakunya." .
Mengapa demikian" Hanya karena Brenda berdiri
sendirian tanpa kawan menghadapi kekuatan keluarga
Leonides yang memusuhinya" Kesopanan" Rasa kasihan
pada yang lemah" Pada yang tak berdaya" Aku teringat ketika dia duduk di sofa
dalam gaun berkabung yang mahal, pada suaranya yang putus asa, dari matanya yang
ketakutan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untung Nannie datang pada saat yang tepat. Aku tak
tahu apakah dia merasakan ketegangan di antara kami
berdua. Dia berkata, "Membicarakan pembunuhan. Sudahlah, lupakan saja.
Biarkan polisi yang mengurusi. Itu urusan mereka, kita tak perlu ikut campur."
"Oh, Nannie, apa kau tidak mengerti kalau ada seorang pembunuh berkeliaran di
rumah ini." "Omong kosong, Miss Sophia. Saya jadi tidak sabar. Kan pintu depan selalu
terbuka lebar" Tak ada pintu yang dikunci - mengundang pencuri dan perampok,"
"Tapi tidak mungkin pencuri. Tak ada barang yang
diambil. Kecuali itu pencuri kan tidak meracuni orang?"
"Saya tidak mengatakan bahwa pelakunya adalah
pencuri, Miss Sophia. Saya katakan semua pintu terbuka.
Siapa saja bisa masuk. Kalau Nona tanya saya, jawabanya adalah komunis."
Nannie menganggukkan kepalanya dengan puas.
"Apa yang menyebabkan orang komunis ingin membunuh Kakek?" "Ah, semua orang kan bilang bahwa komunis
mendalangi segala kejadian. Tapi seandainya bukan
komunis, pasti orang Katolik. Wanita Merah dari Babilonia.
Itulah mereka." Dengan penuh keyakinan pada kata-katanya Nannie
keluar lagi. Sophia dan aku tertawa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Protestan Hitam yang baik," kataku.
"Ya, benar. Kita ke ruang keluarga saja, yuk. Ada
pertemuan keluarga di sana. Sebenarnya akan diadakan nanti malam - tapi rupanya
sudah dimulai sekarang."
"Sebaiknya aku tidak ikut campur, Sophia."
"Kalau kau ingin menikah dengan keluarga ini, sebaiknya kau juga melihat
bagaimana mereka dalam keadaaan yang sebenarnya."
"Mereka membicarakan apa sih?"
"Persoalan Roger. Kelihatannya kau juga sudah tahu.
Tapi benar-benar gila kalau kau menuduh dia yang
membunuh Kakek. Roger sangat mencintai kakek."
"Sebenarnya aku tidak menganggap dia pelakunya, tapi Clemency."
"Hanya karena aku telah menyuntikutu dengan
anggapan bahwa dia lebih keras dari Roger. Tapi
sebenarnya tidak demikian. Clemency tidak akan peduli bila Roger tak punya uang.
Aku rasa malahan dia senang.
Kelihatannya dia senang apabila tidak memiliki apa-apa.
Ayo." Pada waktu Sophia dan aku memasuki ruangan, suara-
suara ramai jadi terhenti. Semuanya memandang kami.
Mereka semua ada di situ. Philip duduk di kursi besar berwarna merah yang
terletak di antara dua jendela.
Wajahnya yang tampan kelihatan tegang dan kaku, seperti seorang hakim yang
hendak menjatuhkan hukuman. Roger duduk mengangkang di sebuah bantalan besar di
dekat perapian. Rambutnya kusut dan tegak karena sering
tersapu jari-jarinya. Kaki celana kirinya terlipat ke atas dan dasinya kusut.
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mukanya kelihatan merah. Clemency duduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di belakangnya. Badannya kelihatan sangat kurus dalam kursi yang begitu besar.
Dia menghadap ke dinding seolah-olah mempelajari kertas dinding di depannya
tanpa gairah. Edith duduk di kursi besar dengan sikap regak. Dia
merajut penuh semangat dengan bibir terkarup rapat. Yang paling enak dipandang
adalah Eustace dan Magda. Mereka seperti lukisan Gainsborough. Mereka duduk di
sofa. Anak tampan berkulit gelap itu keliharan sayu, dan di sebelahnya duduk
Magda, the Duchess of Three Cable, yang anggun dengan sebuah tangan terentang
sepanjang punggung sofa dan kaki terlipat menonjolkan sandal brokat. Gaunnya
terbuat dari taffera. Philip mengernyitkan kening.
"Sophia," katanya. "Kira sedang membicarakan persoalan keluarga yang sifatnya pribadi."
Jarum rajut Miss de Haviland berkeletik. Aku bersiap untuk minta maaf, tapi
Sophia mendahului. Suaranya jelas dan tegas.
"Charles dan aku berharap akan segera menikah. Aku
menginginkan agar Charles juga duduk di sini."
"Ya, kenapa tidak?" kata Roger spontan sambil berdiri dan bantalnya. "Aku telah
mengatakan kepadamu berkali-kali Philip, bahwa tak ada yang pribadi dalam soal
ini! Seluruh dunia akan tahu, besok atau lusa. Dan kau," katanya sambil meletakkan
tangannya ramah di atas bahuku, "kau sudah tahu soal ini. Kau ikut mendengar
tadi pagi." "Coba ceritakan," kata Magda membungkuk ke depan.
"Seperti apa sih Scorland Yard" Orang-orang selalu ingin tahu. Ada sebuah meja"
Kursi-kursi" Gorden macam apa"
Dan pasti tak ada bunga, kan" Sebuah dictaphone?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu kan sudah meminta kepada Vavasour Jones untuk
menghilangkan adegan Scotland Yard itu. Ibu bilang itu antiklimaks."
"'Ya, adegan itu membuat pertunjukan tersebut seperti cerita detektif," kata
Magda. "Edith Thompson lebih bersifat drama psikologis ataukah roman psikologis"
Mana yang lebih sesuai?"
"Kau ada di Scotland Yard tadi pagi?" tanya Philip tajam.
"Mengapa" Ah-ya-ayahmu. ." Dia masih mengernyitkan alis.
Aku merasa kehadiranku tidak dikehendaki, tapi tangan Sophia mencengkeram
lenganku dengan kuat. Clemency memindahkan sebuah kursi ke depan.
"Silakan duduk," katanya.
Aku memandangnya dengan ucapan terima kasih, lalu
duduk. "Kau boleh mengatakan apa saja yang kausukai," kata
Miss de Haviland melanjutkan pembicaraan sebelumnya.
"Tapi aku berpendapat bahwa kira harus menghormati
keinginan Aristide. Kalau soal surat wasiat itu sudah selesai, apa yang
kudapatkan boleh kauambil semua,
Roger." Roger menarik-narik rambutnya kebingungan.
"Tidak, Bibi. Tidak!" teriaknya.
"Aku pun ingin mengatakan hal yang sama," kata Philip.
"Tapi ada beberapa hal lain yang harus kupertimbangkan. ."
"Phil, apa kau tidak mengerti" Aku tidak menginginkan saru sen pun dari siapa
pun." "Tentu saja!" seru Clemency.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan lagi, Edith," kata Magda, "kalau soal surat warisan itu sudah beres, dia
kan akan mendapatkan bagiannya."
"Tapi sekarang kan belum beres?" kata Eustace.
"Kau tidak tahu apa-apa tentang hal itu, Eustace," kata Philip.
"Eustace benar," sela Roger. "Dia tahu persoalan yang sebenarnya. Tak ada yang
bisa menahan kebangkrutan itu.
Tak ada." Dia bicara dengan nada suara puas.
"Tak ada yang perlu dibicarakan lagi kalau begitu," kata Clemency.
"Dan," kata Roger, "sekarang itu bukan soal penting, kan?"
"Aku merasa hal itu merupakan soal penting," kata
Philip, merapatkan kedua bibirnya.
"Tidak," kata Roger. "Tidak! Apakah ada hal yang lebih penting lagi dibandingkan
dengan kematian Ayah" Ayah sudah meninggal! Dan kita duduk di sini hanya
membicarakan soal uang!"
Secercah warna merah meronai pipi Philip yang pucat.
"Kami hanya ingin mencoba membantu," katanya kaku.
"Aku tahu, Phil. Aku tahu. Tapi tak ada yang bisa
dilakukan oleh siapa pun untuk menyelesaikan soal itu. Jadi kita akhiri saja."
"Rasanya," kata Philip, "aku bisa mengumpulkan
sejumlah uang. Surat-surat berharga itu turun nilainya. Dan depositoku belum
jatuh tempo. Sedangkan Magda. ."
Magda menimpali dengan cepat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja kau tidak akan punya uang sebanyak itu Phil.
Memakai uang anak-anak aku rasa tidak pada tempatnya."
"Sudah kukatakan tadi bahwa aku tidak meminta apa pun dari kalian!" teriak
Roger. "Capek aku mengulang-ulang hal itu. Aku cukup puas semuanya berlalu
seperti apa adanya."
"Ini soal gengsi. Untuk Ayah. Dan kita," kata Philip.
"Ini bukan persoalan keluarga. Tapi persoalanku."
"Ya. Memang ini persoalanmu." kata Philip, sambil
memandang kakaknya. Edith de Haviland berdiri, katanya, "Aku rasa kita sudah cukup lama membicarakan
soal ini." Nada suaranya terdengar berwibawa.
Philip dan Magda berdiri. Eustace keluar ruangan. Aku melihat jalannya yang
kaku. Sebenarnya kakinya tidaklah terlalu pincang, tapi jalannya memang tidak
lurus. Roger melingkarkan lengannya di bahu Philip dan
berkata, "Terima aksih, Phil, kau memang baik." Keduanya keluar.
Magda menggerutu. "Menjengkelkan saja," katanya
sambil mengikuti mereka. Sophia berkata bahwa dia akan menyiapkan kamarku.
Edith de Haviland berdiri menggulung benangnya. Dia
memandangku seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian dia membatalkan
niatnya. Dia menarik napas
panjang, lalu keluar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Clemency berdiri dan berjalan ke jendela. Dia
memandang ke luar. Dan aku berdiri mendekatinya. Dia memalingkan kepalanya
kepadaku. "Syukurlah semuanya sudah lewat." katanya - lalu
menambahkan. "Ruangan ini - ah, aneh-aneh saja."
"Anda tidak suka?"
"Rasanya aku tak bisa bernapas di sini. Selalu tercium bau bunga setengah layu
dan debu." Aku tidak setuju dengan pernyataannya. Tapi aku tahu apa yang dimaksudkannya.
Pasti interiornya. Ruangan ini adalah ruangan seorang wanita. Eksotis,
hangat, jauh berbeda dengan cuaca di luar. Memang
ruangan ini bukan ruangan yang akan disukai laki-laki kalau dia harus berada di
dalanmya terlalu lama. Bukan ruangan di mana orang bisa bersantai, membaca koran
dan merokok sambil mengangkat kaki. Namun demikian, aku
lebih menyukainya daripada ruangan Clemency di atas.
Sambil melihat sekelilingnya dia berkata,
"Coba lihat. Ini kan seperti sebuah panggung. Tempat Magda memainkan perannya."
Dia memandangku. "Kau
tahu bukan apa yang baru saja kami katakan" Babak kedua
- pertemuan keluarga. Magda-lah yang mengaturnya. Tidak ada apa-apa. Tak ada
pembicaraan yang berarti. Tak ada hal yang perlu dibicarakan. Semuanya telah
diatur - lalu selesai."
Tak terdengar kegetiran dalam suaranya. Bahkan
kepuasan. Dia melihat aku meliriknya.
"Oh, apakah kau tidak mengerti?" tanyanya tidak sabar.
"Akhirnya kami bebas! Tidak mengertikah kau bahwa
sebenarnya Roger telah menderita - benar-benar menderita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
- selama bertahun-tahun" Dia memang tidak ingin
terlibatdalam bisnis. Dia suka kuda, sapi dan desa. Tapi dia sangat mencintai
ayahnya - mereka semua mencintainya.
Itulah yang menjadi persoalan pokok di rumah ini - terlalu banyak orang. Aku
tidak mengatakan bahwa lelaki tua itu seorang tiran dan suka menindas mereka -
tidak. Dia memberi uang dan kebebasan pada mereka. Dia sangat
mencintai keluarganya dan sebaliknya."
"Kan tidak ada yang salah dengan hal itu?"
"Aku rasa ada. Bila anak-anak sudah tumbuh dewasa,
orangtua seharusnya melepas mereka, atau memaksa mereka untuk melupakan orangtua
mereka." "Memaksa mereka" Agak drastis menurut saya. Saya kira paksaan tidak dibenarkan."
"Kalau dia tidak membuat dirinya menjadi suatu pribadi yang demikian. ."
"Orang tidak bisa membuat dirinya menjadi pribadi
tertentu," kataku. "Leonides Tua sendiri memang suatu pribadi yang unik."
"Kepribadiannya terlalu kuat dan terlalu berpengaruh pada Roger. Roger
memujanya. Dia ingin melakukan apa saja yang diinginkan ayahnya. Dan dia ingin
menjadi anak seperti yang diinginkan ayahnya. Tapi tidak bisa. Ayahnya
memberikan Associated Carering padanya - milik yang
sangat dibanggakan oleh ayahnya. Roger berusaha keras melakukan tugasnya. Tapi
dia tidak mampu. Dalam dunia bisnis, Roger adalah - ya, bisa dikatakan - bodoh.
Dan hal ini menyedihkan hatinya. Dia menderita bertahun-tahun.
Makan hati melihat usaha itu semakin lama semakin
mundur. Kadang-kadang dia ingin mempraktikkan ide-
idenya, tapi selalu saja akibatnya makin parah. Merupakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal yang menyedihkan bila kita tahu bahwa tahun demi tahun kita gagal. Kau tidak
dapat merasakan betapa menderitanya Roger. Tapi aku tahu dan bisa merasakannya." Dia berbalik menatapku. "Kau mengira bahwa Roger membunuh ayahnya untuk
mendapat uang! Kau tidak tahu berapa - betapa anehnya tuduhan itu!"
"Saya sekarang tahu," jawabku merendah.
"Ketika Roger tahu bahwa dia tak bisa apa-apa lagi,
bahwa kehancuran itu pasti terjadi, sebenarnya dia merasa lega. Ya, dia benar-
benar lega. Dia memang kuatir kalau ketahuan ayahnya - tapi bukan karena sebab-
sebab yang lain. Dia bahkan mengharapkan bisa segera memulai suatu kehidupan
baru, sesuai dengan keinginan kami sendiri."
Bibirnya gemetar sedikit dan suaranya melembut.
"Anda mau ke mana?" tanyaku.
"Barbados. Aku punya saudara sepupu yang baru saja
meninggal dan memberikan warisan tanah untukku. Tidak banyak - tapi setidak-
tidaknya kami punya tujuan. Kami tidak punya uang banyak. Tapi kami bisa hidup
pas-pasan. Dan kami akan merasa senang hidup jauh dari mereka."
Dia menarik napas. "Roger memang lucu. Dia menguatirkan aku - kuatir aku dalam keadaan kurang. Aku
mengerti bahwa pengaruh sikap keluarga Leonides terhadap uang cukup besar
padanya. Ketika suamiku yang pertama masih hidup, kami memang miskin sekali. Dan
Roger menganggapku hebat karena aku bisa hidup sedemikian rupa. Dia tidak mengerti bahwa dalam keadaan
begitu pun aku bahagia - benar-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar bahagia! Sejak itu aku tidak pernah babagia seperti itu. Tapi aku sangat
mencintai Roger, jauh lebih
mencintainya dibandingkan dengan cintaku pada Richard."
Matanya setengah terpejam. Aku mengerti dia sedang
tenggelam dalam perasaannya.
Dia membuka matanya, memandangku dan berkata,
"Jadi sekarang kau tahu bahwa aku tak akan membunuh
seseorang hanya karena uang. Aku tidak suka uang."
Aku tahu bahwa apa yang dikatakannya itu benar.
Clemency Leonides adalah orang langka yang hatinya tak akan tersentuh oleh uang.
Dia tidak suka kemewahan tetapi menyukai kesederhanaan.
Namun demikian masih banyak orang yang walaupun
tidak tertarik pada uang, bisa tergoda oleh kekuatan yang ada pada benda itu.
Aku berkata, "Anda mungkin tidak menginginkan uang
untuk diri Anda sendiri - tapi bila digunakan dengan bijaksana, uang bisa
membawa banyak hal yang menarik.
Mungkin bisa digunakan untuk biaya riset, misalnya."
Aku mengira mungkin Clemency agak fanatik dengan
pekerjaannya, tapi dia hanya berkata,
"Aku tak tahu apa bisa begitu. Pada umumnya uang itu tidak digunakan dengan
semestinya. Hal-hal yang berharga biasanya dicapai oleh seseorang yang punya
antusiasme dan keinginan besar - dan dengan visi yang alamiah.
Perlengkapan mahal dan latihan serta eksperimen biasanya tidak mencapai sasaran
seperti yang kita bayangkan. Dan dana itu biasanya di kelola secara keliru."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa tidak sayang meninggalkan pekerjaan Anda
sekarang dan pergi ke Barbados?" tanyaku. "Anda masih tetap dengan rencana Anda,
bukan?" "Oh, ya. Segera setelah polisi memberi izin. Dan tidak apa-apa bila aku terpaksa
meninggalkan pekerjaanku. Aku memang tidak suka menganggur. Dan aku tidak akan
menganggur di Barbados."
Dia menambahkan dengan tidak sabar, "Seandainya saja semuanya bisa selesai
dengan cepat, kami bisa segera pergi."
"Clemency," kataku. "Apa Anda sama sekali tak punya
bayangan siapa yang melakukan hal itu" Dengan
menganggap bahwa Anda dan Roger tidak terlibat dalam soal ini, tentunya dengan
inteligensi Anda yang tinggi itu, paling tidak ada gambaran tentang pelaku dalam
kasus ini?" Dia memandangku dengan pandangan aneh. Lalu
berbicara dengan suara yang kehilangan spontanitas.
Suaranya terdengar kaku dan agak ragu.
"Menduga-duga itu tidak ilmiah," katanya. "Tapi Brenda dan Laurence merupakan
orang yang paling mudah dicurigai." "Jadi Anda menganggap merekalah pelakunya?"
Clemency hanya mengangkat bahunya.
Dia berdiri sejenak, seolah-olah mendengarkan sesuatu.
Kemudian dia melewati Edith de Haviland ke luar ruangan.
Edith berjalan mendekariku.
"Aku ingin bicara denganmu."
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kata-kata Ayah terngiang di telingaku. Apakah ini...
Tapi Edith de Haviland telah melanjutkan,
"Mudah-mudahan kami tidak memberikan kesan yang
keliru," katanya. "Maksudku tentang Philip. Philip memang agak sulit dimengerti.
Mungkin dia kelihatan tertutup dan dingin. Tapi sebenarnya tidak demikian. Hanya
sikapnya saja yang kelihatan begitu."
"Saya sebenarnya tidak berpikir bahwa..."' kataku
menimpali. Tapi dia terus memberondong,
"Sekarang - Roger. Sebenarnya dia tidak sakit hati. Dia tidak pernah terlalu
ketat dengan uang. Dia memang pantas dikasihani. Dia selalu begitu - tapi dia
membutuhkan pengertian."
Aku memandangnya dengan mata yang -mudah-
mudahan - menunjukkan bahwa aku mau mengerti. Dia
melanjutkan, "Mungkin karena dia adalah anak kedua. Biasanya selalu ada kesulitan pada anak
kedua. Roger sangat menyayangi ayahnya. Tentu saja semua anak Aristide sayang
pada Ayah mereka dan Aristide sendiri pun sayang pada anak-anaknya. Tapi Roger
merupakan anak kesayangan dan
kebanggaan hatinya. Dia anak laki-laki sulung. Dan kukira Philip merasakannya.
Dia menarik diri, menjadi tertutup.
Dia menyukai buku dan hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu, serta hal-hal
yang tidak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Aku rasa dia menderita. Anak-anak memang menderita. . .
Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang aku maksud ialah - dia iri pada Roger. Barangkali dia
sendiri tidak menyadarinya. Tapi kenyataan menunjukkan bahwa - segalanya jatuh ke tangan Roger -
ah, sebenarnya aku tak boleh mengatakan hal ini, karena Roger sendiri tidak
menyadarinya. Mungkin juga Philip tidak segetir itu perasaannya."
"Maksud Anda, Philip mungkin agak senang dengan
situasi Roger sekarang ini?"
"Ya." kata Miss de Haviland. "Itulah yang kumaksudkan."
Dia melanjutkan, "Sebenarnya aku merasa sedih karena dia tidak segera menawarkan bantuan pada
Roger." "Saya rasa Philip tidak harus berbuat begitu. Roger
sendiri sudah mengakibatkan banyak kesulitan bagi dirinya sendiri. Dia laki-laki
dewasa. Tidak punya tanggungan anak.
Kalau dia sakit atau benar-benar memerlukan pertolongan
- pasti keluarganya akan membantu. Tapi saya yakin Roger akan senang sekali
memulai kehidupan yang baru."
"Oh, pasti! Hanya Clemency-lah yang menjadi pertimbangannya. Dan Clemency memang luar biasa. Dia tidak senang memiliki
sesuatu terlalu banyak. Dia tidak punya cita rasa terhadap keindahan maupun hal-
hal yang telah lewat. Terlalu modern."
Aku merasakan matanya yang cerdas memandangiku
dari atas ke bawah. "Ini merupakan cobaan bagi Sophia," katanya. "Kasihan.
Dia begitu muda dan harus menghadapi hal-hal semacam ini. Aku sayang pada mereka
semua. Roger dan Philip. Sophia dan Eustace dan Josephine. Anak-anak yang
kukasihi. Anak-anak Marcia yang kusayangi. Ya, aku sayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka semua." Dia berhenti sebentar. Lalu menambahkan dengan tajam. "Ingat, ada
juga pemujaan yang berlebih-lebihan."
Dia membalik dengan cepat, lalu pergi. Aku merasa ada sesuatu yang
dimaksudkannya dengan ucapannya yang
terakhir itu. Tapi aku tak tahu apa.
15 "KAMARMU sudah siap," kata Sophia.
Dia berdiri di sampingku, memandang ke arah taman
yang kelihatan suram. Batang dan daun-daun pepohonan kelihatan bergoyang-goyang
tertiup angin. Sophia berkata, seolah-olah menyuarakan apa yang
kupikirkan, "Kelihatan begitu sepi dan terpencil."
Tiba-tiba kami melihat sebuah sosok diikuti sosok
lainnya keluar dari pagar tanaman dari arah taman karang.
Keduanya kelihatan samar-samar dan tidak jelas dalam cahaya senja yang remang-
remang. Brenda Leonides adalah sosok yang pertama. Dia
mengenakan mantel bulu berwarna abu-abu. Caranya
berjalan yang mengendap-endap mengingatkan aku pada
seekor kucing. Aku bisa melihat wajahnya ketika dia melewati jendela.
Ada sebuah senyum licik di wajahnya - yang sebelumnya pernah kulihat. Beberapa
saat kemudian aku melihat Laurence Brown menyelinap dalam
keremangan. Tubuhnya kelihatan tinggi rapi layu. Yah, begitulah yang nampak
olehku. Mereka tidak kelihatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti dua orang yang sedang berjalan-jalan- bersantai.
Ada semacam kabut rahasia yang menyelimuti keduanya -
seperti hantu saja. Aku tidak tahu apakah kaki Brenda atau kaki Laurence yang telah menginjak
ranting. Tiba-tiba saja aku bertanya,
"Mana Josephine?"
"Barangkali dengan Eustace di ruang belajar. Aku agak kuatir mengenai Eustace,
Charles." "Mengapa?" "Dia kelihatan murung dan tak seperti biasanya. Dia
memang berubah sejak menderita kelumpuhan itu. Aku
tidak bisa membayangkan apa yang ada di dalam
pikirannya. Kadang-kadang dia kelihatannya membenci
kita semua." "Nanti kan hilang sendiri. Itu kan hanya fase dalam
pertumbuhan seseorang."
"Ya, mungkin juga. Tapi aku benar-benar cemas,
Charles." "Mengapa cemas, Sayang?"
"Barangkali karena Ayah dan Ibu tidak pernah khawatir.
Anak-anak memang tidak pernah bisa sependapat dengan Ayah dan Ibu."
"Barangkali itu juga baik. Lebih banyak anak-anak yang menderita
karena terlalu banyak campur tangan dibandingkan dengan yang dibiarkan berkembang bebas."
"Benar. Aku memang tak pernah memikirkan hal itu
sampai aku pulang kemari. Ayah dan Ibu memang pasangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang aneh. Ayah hidup dalam dunia sejarah yang remang-remang dan Ibu menikmati
dunianya dengan menciptakan adegan-adegan. Adegan tadi siang juga ciptaan Ibu.
Sebenarnya tidak ada gunanya. Dia hanya ingin memainkan adegan pertemuan
keluarga. Sebenarnya dia bosan harus diam di rumah terus, karena itu dia membuat
sebuah drama." Sesaat terbayang olehku ibu Sophia sedang meracuni
mertuanya dengan sikap santai untuk mempelajari drama pembunuhan dengan
menempatkan dirinya sebagai
pemegang peran utama. Pikiran yang tantastis! Aku mencoba melepaskan diri
dari bayangan itu, tapi ternyata tidak begitu mudah.
"Ibu memang harus dijaga. Kita tak pernah tahu apa yang ada dalam pikirannya'"
"Sudahlah, jangan terlalu memikirkan keluargamu,
Sophia," kataku tegas.
"Aku akan senang sekali. Tapi sulit melakukannya pada saat seperti ini. Tetapi
aku memang senang di Kairo, ketika aku tidak harus memikirkan mereka."
Aku ingat bahwa Sophia memang tidak pernah
menceritakan rumah maupun keluarganya.
"Itukah sebabnya engkau tidak pernah berbicara tentang mereka?" tanyaku. "Karena
engkau ingin melupakan mereka?" "Barangkali. Kami terlalu biasa hidup berdekatan. Kami -
kami terlalu saling menyayangi. Kami tidak seperti
keluarga lain yang bisa membenci anggota keluarga seperti musuh. Itu memang
jelek, tapi rasanya lebih jelek lagi kalau kira harus hidup dengan kasih sayang
yang ruwet." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menambahkan, "Aku rasa itulah yang kumadsudkan ketika aku berkata bahwa kami semua tinggal
dalam sebuah pondok yang bobrok. Maksudku bukan bobrok dalam arti rusak moral.
Yang kumaksud adalah kita belum bisa tumbuh mandiri, berdiri di atas kaki
sendiri. Kami semua saling terlibat dan melibat."
Aku membayangkan tumit Edith de Haviland menginjak
rumput yang melintang di jalan setapak, ketika Sophia menambahkan,
"Seperti rumput itu. ."
Dan-tiba-tiba Magda muncul membuka pintu sambil
berteriak, "Apa tidak sebaiknya kalian menyalakan lampu" Hari
telah gelap." Lalu dia menekan tombol-rombol dan lampu-lampu pun
menyala, lalu kami - dia, Sophia, dan aku menutup gorden-gorden yang berat itu.
Kami pun duduk di ruangan
berbunga. Sambil mengenyakkan diri di sofa, Magda
berteriak, "Adegan yang luar biasa, bukan" Eustace benar-benar
marah! Dia berkata padaku bahwa aku tadi tidak sopan. Ah, anak laki-laki memang
aneh!" Dia menarik napas. "Roger memang menyenangkan. Aku suka melihat dia
meremas-remas rambutnya dan menabrak barang-barang.
Dan Edith begitu baik mau mewariskan bagiannya untuk Roger. Dia serius, lho,
tidak main-main. Tapi hal itu menyebalkan juga. Philip jadi berpikir-pikir
apakah dia juga sebaiknya berbuat demikian. Tentu saja Edith akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan apa saja untuk keluarga. Ada sesuatu yang mengharukan dalam cinta
seorang perawan tua terhadap anak-anak kakaknya. Aku ingin suatu kali nanti
memainkan peranan bibi perawan tua seperti itu. Bawel, keras kepala, dan penuh
pengabdian." "Pasti berat peranan yang harus dihawakan Bibi Edith sesudah
kematian kakaknya," kataku meluruskan percakapan yang sudah membelok ke karier Magda.
"Maksud saya, karena dia tidak begitu suka pada Leonide Tua."
Magda menyela kata-kataku,
"Tidak suka kepadanya" Siapa bilang" Nonsens. Dia
malahan jatuh hati padanya."
"Ibu!" kata Sophia.
"Sophia, jangan coba menyangkal kata-kataku. Memang
pada umurmu, yang kauketahui tentang cinta adalah
sepasang anak muda berwajah menarik di bawah cahaya
bulan." "Dia berkata kepada saya bahwa dia tidak suka pada
Leonides Tua." kataku.
"Barangkali begitu ketika dia datang. Dia marah kepada kakaknya karena menikah
dengan Leonides. Memang ada
antagonisme - tapi dia cinta pada Leonides, titik! Aku tahu apa yang kukatakan!
Dan tentu saja Leonides tidak bisa menikahinya
karena dia adalah saudara istrinya. Barangkali juga Leonides tidak pernah berpikir akan hal itu
- dan mungkin Bibi Edith pun tidak. Dia bahagia menjadi ibu anak-anak. Tapi dia
tidak senang ketika Leonides menikah dengan Brenda. Sama sekali tidak suka!"
"Ibu dan Ayah juga tidak," kata Sophia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja tidak! Dengan sendirinya! Tapi Edith benar-benar benci dengan apa
yang terjadi. Aku pernah melihat bagaimana dia memandang Brenda!"
"Sudahlah, Bu," kata Sophia.
Magda memandang Sophia dengan rasa sayang dan rasa
bersalah, seperti seorang anak yang manja.
Dia melanjutkan bicara tentang hal yang sama sekali
lain, "Aku memutuskan untuk menyekolahkan Josephine."
"Josephine" Sekolah?"
"Ya. Di Swiss. Aku akan menanyakan hal itu besok. Aku rasa dia harus pergi
secepatnya. Tidak baik untuknya terlihat dalam sual seperti ini. Dia menjadi
tidak sehat lagi. Yang diperlukan adalah teman-teman sebaya. Pergaulan di sekolah."
"Kakek tidak ingin dia pergi ke sekolah," kata Sophia perlahan. "Dia tidak
setuju." "Sophia, kakekmu memang ingin agar kita semua selalu ada di dekatnya. Orang-
orang tua memang suka begitu.
Seorang anak harus berada di antara anak-anak. Dan Swiss sangat baik untuk
kesehatan - olahraga musim dingin.
hawa, dan makanannya - semua lebih baik dari apa yang ada di sini."
"Tapi dengan peraturan-peraturan yang baru, tidak
mudah untuk mengatur semua itu di Swiss," kataku.
"Tidak, Charles. Ada cara-cara lain - seperti pertukaran siswa. Rudolph Alstir
sekarang ada di Lausanne. Aku akan mengirim telegram untuknya besok, supaya dia
mengatur Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segalanya. Kita bisa mengirimkan Josephine akhir minggu ini."
Magda meninju sebuah bantalan kursi, tersenyum pada
kami, dan berjalan ke arah pintu, berdiri sejenak
memandang kami dengan sikap yang amat menarik.
"Hanya yang muda-muda yang perlu diperhatikan."katanya. Sebuah ungkapan yang manis
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mereka harus didahulukan. Dan - lihatlah bunga-bunga itu
- gentian biru, serta bunga narsis itu. ."
"Di bulan Oktober?" tanya Sophia. Tapi Magda telah
menghilang. Sophia menarik napas dalam-dalam.
"Ibu benar-benar keterlaluan," katanya. "Ide itu tiba-tiba saja muncul. Lalu dia
mengirim beribu-ribu telegram dan semuanya haru diatur dalam waktu singkat.
Kenapa Josephine harus pergi ke Swiss dengan tergesa-gesa?"
"Barangkali karena sekolah itulah. Aku rasa teman-
teman sebaya akan baik untuk Josephine."
"Tapi Kakek tidak berpendapat begitu," kata Sophia
keras kepala. Aku merasa sedikit jengkel
"Sophia, apakah kau memang yakin bahwa pendapat
seorang laki-laki berumur delapan puluh tahun lebih
tentang seorang anak adalah pendapat yang terbaik?"
"Pendapamya adalah yang terbaik dari pendapat orang-
orang lain di rumah ini," kata Sophia.
"Lebih baik dari Bibi Edith?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Barangkali tidak. Dia senang sekolah. Memang Josephine jadi menyulitkan
- dia jadi terbiasa mencuri-dengar pembicaraan orang. Tapi kelihatannya itu
karena dia senang main detektif."
Benarkah bahwa hanya demi kebaikan Josephine maka
Magda mengambil kepurusan yang tiba-tiba" Aku tidak
tahu. Josephine benar -benar tahu dengan baik segala sesuatu yang terjadi
sebelum peristiwa pembunuhan itu, dan itu semua bukanlah urusannya. Kehidupan
sekolah yang sehat dengan bermacam permainan mungkin lebih
baik untuknya. Tapi aku tidak bisa memahami keputusan Magda yang begitu tiba-
tiba. Swiss bukanlah tempat yang dekat.
16 AYAH mengatakan, "Biarkan mereka berbicara denganmu."
Ketika aku bercukur esok paginya, aku berpikir-pikir tentang apa yang telah
terjadi. Edith de Haviland telah berbicara padaku - dia
mencariku hanya untuk berbicara. Clemency juga telah berbicara denganku (atau
aku yang berbicara padanya").
Magda sudah bicara denganku - dalam arti aku adalah salah seorang pendengar
siarannya. Sophia tentu saja bicara denganku. Bahkan Nannie juga telah bicara
denganku. Apakah sekarang aku jadi lebih mengerti" Apakah ada kata-kata atau kalimat-
kalimat penting" Dan apakah ada
kesombongan yang luar biasa seperti yang dikatakan Ayah"
Aku belum bisa melihatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu-satunya orang yang kelihatannya tidak punya
keinginan untuk bicara denganku atau membicarakan
sesuatu denganku ada!ah Philip. Bukankah itu agak luar biasa" Tentunya dia tahu
bahwa aku ingin menikahi anaknya. Namun dia tetap bersikap seolah-olah aku tidak ada di rumah ini.
Barangkali dia tidak menyukai
kehadiranku di sini. Edith de Haviland telah minta maaf untuknya. Edith
mengatakan Philip memang begitu
sikapnya. Dan dia sendiri menunjukkan rasa prihatin
mengenai Philip. Mengapa"
Aku membayangkan ayah Sophia. Dia memang seorang
individu yang kelihatan tertekan. Pada waktu kecil dia anak agak yang iri hati
dan tidak bahagia. Dia telah dipaksa untuk melihat dirinya sendiri saja. Dan
melarikan diri pada buku-buku-sejarah masa lalu. . Sikapnya yang dingin dan
tertutup mungkin menyimpan suatu amarah. Adanya motif sehubungan dengan uang
yang akan diterimanya karena
kematian ayahnya adalah sangat tidak meyakinkan. Aku tidak percaya bahwa Philip
akan tega membunuh ayahnya karena dia tidak punya uang sebanyak yang
diinginkannya. Tetapi mungkin ada alasan-alasan psikologis yang
menyebabkannya melakukan pembunuhan. Philip kembali
ke rumah ayahnya dan kemudian Roger pun tinggal di sana karena rumahnya kena
bom. Dan Philip setiap hari
terpaksa melihat kenyataan bahwa Roger adalah anak
kesayangan ayahnya. . Mungkinkah kematian ayahnya
membuat dia merasa lega" Dan seandainya tuduhan itu
dilontarkan pada kakaknya" Roger tidak punya uang - dia hampir
bangkrut. Seandainya Philip mendengar percakapan terakhir ayahnya dengan Roger mengenai
bantuan keuangan itu. Dengan kematian ayahnya pasti
Roger yang akan dicurigai. Apakah keseimbangan mental
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Philip begitu rapuh sehingga dia akan terdorong untuk melakukan pembunuhan"
Daguku tergores pisau cukur dan keluarlah sumpah
serapah dari mulutku. Apa yang telah kulakukan" Mencoba menuduh ayah
Sophia" Sesuatu yang menyenangkan memang! Tapi bukan itu yang diinginkan Sophia
dengan kehadiranku di sini.
Atau justru itu" Ada sesuatu yang tersembunyi di balik permintaan Sophia.
Seandainya dia merasakan adanya
kecurigaan terhadap ayahnya, dia pasti tidak mau menikah denganku
- kalau-kalau memang demikianlah kenyataannya. Dan karena dia adalah Sophia - yang
berpandangan jernih dan berani, dia menginginkan
kebenaran, karena ketidakpastian akan menjadi penghalang abadi di antara kami. Bukankah permintaannya itu berani. "Buktikan
bahwa hal mengerikan yang
kubayangkan ini tidak benar - tetapi kalau hal itu benar, buktikanlah - sehingga
aku tahu apa yang paling buruk dan bisa menghadapinya!"
Apakah Edith de Haviland tahu, atau mencurigai Philip"
Apa maksudnya dengan ungkapan "pemujaan yang
berlebihan?" Dan apakah sebenarnya yang ada di balik pandangan
aneh Clemency ketika menjawab pertanyaanku dengan,
"Laurence dan Brenda patut dicurigai, bukan?"
Semua orang dari keluarga ini menuduh Brenda dan
Laurence. Mereka mengharapkan agar bukti-bukti memberatkan Brenda dan Laurence, tetapi sebenarnya
mereka tidak yakin bahwa Brenda dan Laurence-lah yang bersalah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan tentu saja, mereka semua salah, dan bisa jadi
memang Brenda dan Laurence-lah yang bersalah. Atau,
barangkali hanya Laurence, tanpa Brenda. Itu akan lebih mudah.
Aku selesai membereskan dagu yang tergores. Aku turun untuk makan pagi dengan
keinginan mewawancarai Laurence Brown secepat mungkin. Aku baru sadar setelah minum kopi dua cangkir,
bahwa Pondok Bobrok ini telah memengaruhiku. Aku sudah terpengaruh ingin mencari
pemecahan yang paling cocok dengan diriku, dan bukannya mencari kebenaran.
Setelah sarapan aku berjalan melewati lorong ke lantai atas. Sophia telah
memberitahu aku bahwa aku bisa
menemukan Laurence di ruang belajar Eustace dan
Josephine. Aku menjadi ragu-ragu ketika berdiri di depan pintu
Brenda. Apa sebaiknya aku membunyikan bel, atau
mengetuk pintu, atau masuk saja" Kuputuskan untuk
menganggap tempat Brenda sebagai bagian integral rumah Leonides dan bukan tempat
pribadi yang tersendiri. Aku membuka pintu dan masuk. Ruangan itu sunyi.
Kelihatannya tidak ada siapa-siapa. Di sebelah kiri, pintu yang menuju ruang
keluarga tertutup. Di sebelah kanan terdapat pintu terbuka yang memperlihatkan
ruang tidur dengan kamar mandi di dalam. Ini adalah kamar maudi
yang berdekatan dengan kamar tidur Aristide Leonides, dan yang dipakai untuk
menyimpan eserine dan insulin.
Polisi telah selesai memeriksanya. Aku membuka pintu dan masuk. Memang mudah
bagi siapa saja untuk menyelinap kemari tanpa terlihat orang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku berdiri di kamar mandi, melihat berkeliling. Bak mandinya bersih berkilauan.
Di satu sisi ada sederet peralaran listrik: piring pemanas dan panggangan, ketel
listrik - wajan kecil, toaster - segala macam alat yang diperlukan oleh pelayan
kamar untuk ruannya. Di dinding ada lemari berwarna putih. Kubuka lemari itu. Di
dalamnya ada peralatan medis, dua gelas obat, gelas pembersih mata, pipet untuk
tetes mata, dau beberapa botollain yang diberi label. Aspirin, bubuk boraks,
yodium, perban, dan sebagainya. Di sebuah rak yang lain ada seonggok
persediaan insulin, dua jarum sumik, dan sebotol alkohol.
Pada rak ketiga ada sebuah botol yang diberi label Tablet -
satu atau dua biji harus dimakan pada malam hari atau sesuai instruksi dokter,
Rupanya di sinilah obat tetes mata itu disimpan. Rak itu bersih dan reratur
rapi. Siapa pun bisa mengambil sesuatu dengan mudah dari situ, sama
mudahnya dengan mengambilnya untuk suatu pembunuhan. Aku bisa melakukan apa saja dengan botol-botol itu dan pergi ke luar tanpa
diketahui oleh seorang pun. Memang tak ada yang baru dalam hal ini. Aku hanya
membayangkan alangkah sulit tugas polisi. Hanya dari pihak yang memang bersalah
saja kita bisa menemukan apa yang kita perlukan.
"Gertak saja mereka," kata Taverner padaku - suatu saat.
"Biar mereka berpikir bahwa kita tahu sesuatu. Lama-
kdamaan akan ketahuan juga."
Yah, memang yang kami hadapi belum sampai pada taraf itu.
Aku keluar dari kamar mandi. Masih tidak ada orang.
Aku berjalan di koridor. Melewati ruang makan di sisi kiri, lalu kamar tidur dan
kamar mandi Brenda di sisi kanan. Di dalam kamar mandi aku melihat seorang
pelayan. Pintu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar makan tertutup. Dari sebuah kamar di belakangnya aku mendengar suara Edith
de Haviland sedang bicara di telepon. Sebuah tangga spiral membawaku ke atas.
Kamar Edith ada di atas. Lalu ada dua kamar mandi lagi. Sesudah itu kamar
Laurence Brown. Di belakangnya ada tangga
menurun ke ruang belajar yang besar di seberang kamar para pembantu.
Aku berhenti di depan pintu. Suara Laurence Brown
terdengar agak meninggi. Rupanya penyakit Josephine menular padaku. Tanpa
rasa malu aku bersandar di pintu dan mencuri-dengar.
Laurence menerangkan sejarah Prancis. Aku terkejut
mendengar suara Laurence Brown, karena ternyata dia
guru yang hebat. Aku tidak mengerti mengapa hal itu membuatku heran.
Bukankah Aristide Leonides adalah penilai karakrer yang sangat jeli. Di balik
sikapnya yang pengecut, Laurence punya kemampuan luar biasa untuk menghidupkan
antusiasme dan imajinasi muridnya. Drama Thermidor,
Robespierre, keagungan Barras, kecerdikan Fouche -
Napoleon, letnan tempur yang kelaparan - semuanya
memang pernah hidup dan kisahnya benar-benar terjadi.
Tiba-tiba Laurence berhenti. Dia mengajukan sebuah
pertanyaan pada Eustace dan Josephine. Dia membuat
mereka menempatkan diri menjadi tokoh sebuah drama.
Reaksi Josephine tidak terlalu baik, sedangkan Eustace kedengaran berbeda dari
sikapnya yang biasanya sedih. Dia memperlihatkan otak yang cemerlang dan
pengetahuan sejarah yang mendalam yang diwarisinya dari ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian aku mendengar kursi digeser. Aku mundur
beberapa langkah ke arah tangga, sehingga kelihatan
seolah-olah baru sampai ketika pintu terbuka.
Eustace dan Josephine keluar.
"Halo," sapaku.
Eustace kelihatan terkejut melihatku.
"Ada yang kauperlukan?" tanyanya sopan.
Tanpa menghiraukan aku, Josephine lewat.
"Aku hanya ingin melihat ruang belajar," kataku.
"Kan sudah pernah" Tempat itu seperti tempat main
anak-anak. Dulu juga tempat bermain untuk anak-anak
Masih banyak mainan di dalamnya."
Dia membukakan pintu dan aku masuk.
Laurence Brown berdiri di dekat meja. Dia mendongak, wajahnya berubah merah.
Lalu menggumamkan sesuatu
sebagai jawaban ucapan selamat pagiku. Dengan cepat dia keluar.
"Engkau membuatnya takut," kata Eustace. "Dia
gampang ketakutan." "Engkau suka padanya, Eustace?"
"Ah, biasa saja. Memang dia dungu."
"Tapi dia guru yang baik, bukan?"
"Ya. Caranya rnengajar sangat menarik. Dia tahu banyak hal. Dia membuat kita
bisa melihat dari sudut yang
berbeda. Aku tidak pernah tahu sebelumnya bahwa Henry VIII pernah menulis sajak
untuk Ann Boleyn, satu saja -
sajak yang sangat indah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kami berbicara tentang The Ancient Mariner, Chaucer, implikasi-implikasi
politik di balik Perang Salib, pandangan-pandangan orang di Abad Pertengahan,
dan fakta yang mengherankan di mana Oliver Cromwell
melarang perayaan Natal. Di balik sikap Eustace yang mudah marah dan tersinggung
itu, ternyata ada suatu kemampuan yang cemerlang.
Aku mulai mengerti hal-hal yang membuatnya cepat
marah. Kemarahannya bukan karena sifarnya yang
memang demikian, akan tetapi karena kekecewaan dan
kegetiran yang harus diterimanya pada saat dia ingin menikmati kehidupan.
"Aku akan naik kelas dua SMA kuartal depan. Dan aku
tidak suka tinggal dan belajar di rumah dengan seorang anak badung seperti
Josephine. Dia kan baru berumur dua belas tahun."
"Ya. Tapi kalian kan tidak mempelajari hal yang sama?"
Buku Catatan Josephine Crocked House Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar. Dia memang belum belajar matematik dan
bahasa Latin lanjutan. Tapi kan nggak enak belajar dari guru yang sama dengan
seorang gadis kecil."
Aku mencoba menghiburnya dengan mengatakan bahwa
untuk anak seusia Josephine, dia termasuk gadis yang sangat cerdas.
"Benarkah begitu" Kurasa dia menyebalkan. Dia senang sekali memamerkan
kebolehannya sebagai detektif. Dia mengintip di mana-mana lalu menuliskan apa
yang dilihatnya di buku hitamnya, seolah-olah menemukan
banyak hal. Dia sih anak konyol," kata Eustace sebal.
"Aku rasa," kata Eustace lagi, "seorang gadsi tak bisa jadi detektif. Aku sudah
mengatakan hal itu padanya. Dan aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa Ibu memang benar. Lebih cepat dia ke Swiss, lebih baik."
"Apa kau tidak akan kangen padanya?"
"Kangen pada anak seperti dia?" kata Eustace sombong.
"Tentu saja tidak. Ya Tuhan-rumah ini benar-benar
keterlaluan! Ibu selalu bolak-balik ke London untuk
merayu penulis-penulis drama agar mau menulis sesuatu untuknya. Dan Ayah
mengunci diri dengan buku-bukunya.
Dia kadang-kadang tidak mendengar apa yang kita katakan.
Karena itu tidak ada gunanya merasa kehilangan orangtua aneh seperti mereka.
Lalu Paman Roger - begitu baik -
bahkan terlalu baik, sehingga kita malah merasa kasihan.
Bibi Clemency memang nggak apa-apa. Dia tidak suka ikut campur. Tapi kadang-
kadang pedas juga omongannya. Bibi Edith juga baik, tetapi dia sudah tua. Sejak
kedatangan Sophia, semuanya kelihatan lebih semarak - walaupun
kadang-kadang dia juga bisa mengeluarkan kata-kata
tajam. Tapi rumah ini secara keseluruhan aneh. Ada nenek tiri yang seumur dengan
bibi atau kakak perempuan.
Pokoknya semua membuatku merasa tolol."
Aku mengerti apa yang dirasakannya. Aku juga masih
ingat (walaupun hanya samar-samar) akan kepekaanku,
perasaanku yang mudah tersinggung ketika aku seumur
Eustace. Aku begitu takut kelihatan lain dari yang lain.
"Bagaimana dengan kakekmu'" tanyaku. "Apa kau
sayang padanya?" Sebuah ekspresi aneh terbayang di wajah Eustace.
"Kakek adalah seorang antisosial!"
"Maksudmu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pikirannya hanya berputar di sekitar mencari
keuntungan. Laurence mengatakan bahwa hal itu tidak
baik. Dan Kakek juga seorang yang sangat individualistis.
Padahal yang begitu itu seharusnya hilang dari kita.
Bukankah demikian?" "Yah, tapi dia sudah meninggal," kataku sedikit kasar.
"Aku rasa ibu baik untuknya," kata Eustace. "Bukannya aku tidak berperasaan,
tapi dengan umur seperti dia, aku rasa dia tidak bisa lagi menikmati hidup!"
"Benarkah?" "Pasti tidak. Sudahlah, dia kan sudah meninggal. Dia. ."
Eustace berhenti ketika Laurence Brown masuk ke
dalam ruangan. Laurence mencari-cari sebuah buku. Tapi aku merasa
dia memandangku dengan mencuri-curi.
Dia melihat jam tangannya dan berkata,
"Datanglah kembali jam sebelas tepat, Eustace. Kita
sudah membuang-buang banyak waktu beberapa hari ini."
"Baik, Pak." Eustace berjalan santai sambil bersiul. Laurence Brown melirik tajam ke arahku.
Dia membasahi bibirnya satu atau dua kali. Aku yakin bahwa dia kembali ke ruang
ini karena ingin bicara denganku.
Akhirnya, setelah mengambil dan mengembalikan buku,
dan berpura-pura mencari sebuah buku yang hilang, dia berkata,
"Bagaimana, sudah ada berita?"
"Dari mana?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Polisi." Hidungnya mengernyit. Seekor tikus di dalam
perangkap, pikirku. "Aku bukan orang kepercayaan mereka," jawabku.
"Tapi ayah Anda kan asisten Komisaris."
"Benar. Tapi kan dia tidak akan membocorkan rahasia-
rahasia dinas." Aku sengaja berkata dengan nada congkak.
"Kalau begitu Anda tidak tahu bagaimana - apa -
seandainya..." Suaranya menghilang. "Mereka, tidak akan menangkap orang kan?"
"Rasanya tidak. Tapi aku juga tidak terlalu tahu."
Biarkan mereka ketakutan, begitu kata Inspektur
Taverner. Nah, rupanya Laurence Brown sudah ketakutan.
Dia mulai bicara dengan cepat dan gugup,
"Anda tak bisa merasakan. . ketegangan. . tanpa
mengetahui apa-apa - maksud saya datang dan pergi begitu saja - mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. . yang tak ada hubungannya dengan kasus itu..."
Dia berhenti. Aku menunggu. Dia ingin bicara. Jadi
biarlah dia bicara. "Anda hadir bukan, ketika Inspektur melemparkan
tuduhan-tuduhan keji itu" Tentang Mrs. Leonides dan
saya. . Itu keji. Membuat orang tidak berdaya. Tak ada yang bisa membendung
orang lain untuk tidak berpikir yang bukan-bukan! Dan tujuan keji itu tidak
benar. Hanya karena dia jauh lebih muda dari suaminya. Orang memang punya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikiran yang mengerikan - mengerikan. Saya merasa -
bahwa semua itu memang direncanakan."
"Direncanakan" Menarik sekali.'
Memang agak menarik melihat cara berpikirnya.
"Keluarga itu - maksudku keluarga Leonides, tidak
berbaik-baik dengan saya. Mereka dingin. Saya selalu merasa bahwa mereka benci
pada saya." Tangannya mulai gemetar. "Hanya karena mereka kaya dan-berkuasa. Mereka
menghina saya. Saya tak berarti apa-apa bagi mereka.
Hanya seorang guru. Hanya seorang anti wajib militer. Dan keberatan saya memang
tidak asal-asalan!" Aku hanya diam. "Baik," katanya. "Kalaupun saya takut mau apa" Saya
memang takut membuat ini semua berantakan. Takut
menarik pelatuk. Bagaimana kita bisa yakin yang kita bunuh adalah seorang Nazi"
Barangkali saja dia seorang anak baik-baik - seorang anak desa - yang tak punya
pilihan politik apa pun, tapi hanya seorang yang terpanggil untuk berbakti pada
negaranya. Menurut saya perang itu salah, jahat. Mengertikah Anda" Saya yakin
perang itu suatu kesalahan." Aku masih berdiam diri. Aku yakin bahwa dengan
berdiam diri aku akan tahu lebih banyak. Laurence Brown sedang berdebat dengan
dirinya sendiri, dan dengan demikian dia memperlihatkan dirinya.
"Setiap orang menertawakan saya." Suaranya gemetar.
"Kelihatannya saya memang selalu membuat diri sendiri dicemooh. Saya bukannya
tak punya keberanian - tapi saya selalu melakukan kesalahan. Saya pernah masuk
ke dalam rumah yang sedang terbakar untuk menyelamatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang wanita. Dan orang
mengatakan bahwa saya terjebak. Padahal saya hanya salah jalan dan asap membuat saya pingsan. Dan
pemadam kebakaran mencari saya
dengan susah payah. Saya mendengar mereka bilang,
'Kenapa sih si tolol ini ikut-ikutan"' Tidak ada gunanya berusaha. Semua orang
memusuhi saya. Siapa pun pembunuh Mr. Leonides, dia mengaturnya sedemikian rupa sehingga tuduhan jatuh
pada saya. Seseorang membunuh dia supaya saya hancur."
"Bagaimana dengan Mrs. Leonides?" tanyaku.
Wajahnya merona. Dia kelihatan lebih seperti manusia dan bukan seperti tikus
lagi_ "Mrs. Leonides baik sekali," katanya. "Bidadari. Sikapnya yang manis dan baik
pada suaminya yang tua sungguh luar biasa. Lucu kalau ada orang menghubungkan
dia dengan peracunan. Dan inspektur itu tidak bisa melihat hal itu!"
"Dia memang berprasangka," kataku. "Karena kasus-
kasus yang ditanganinya menunjukkan banyaknya suami-
suami tua yang sering diracun istri muda mereka."
"Benar-benar tolol." kata Laurence Brown marah.
Dia berbalik ke arah lemari buku di sudut dan mutai
mencari-cari sesuatu di situ. Aku merasa tidak akan
mendapat lebih banyak informasi lagi darinya. Karena itu aku keluar perlahan-
lahan. Ketika aku sedang berjalan di lorong, sebuah pintu di sebelah kiri tiba-tiba
terbuka, dan Josephine hampir saja jatuh menimpaku. Wajahnya seperti setan dalam
pantomim kuno. Wajah dan tangannya sangat kotor dan sebuah jaring
labah-Iabah yang besar menempel di sebuah telinganya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari mana kamu, Josephine?"
Aku mengintip pintu yang setengah terbuka itu. Ada dua tangga pendek yang menuju
ke ruangan persegi seperti langit-langit. Aku bisa melihat samar-samar beberapa
tangki besar di atas. "Dari ruang tangki air."
"Apa yang kaulakukan?"
Josephine menjawab dengan singkat,
"Mengamat-amati."
"Apa yang kauamati di antara tangki-tangki itu?"
Josephine hanya menjawab,
"Aku harus rnencuci tangan."
"Tentu saja." Dia menghilang di sebuah pintu kamar mandi terdekat.
Dia melihat ke belakang sambil berkata,
"Kelihatannya sudah saatnya ada pembunuhan kedua.
Bukankah begitu?" "Apa maksudmu - pembunuhan berikutnya?"
"Ya. Di buku selalu ada pembunuhan kedua. Orang yang tahu sesuatu akan dibunuh
sebelum dia mengatakan apa yang diketahuinya."
Kemelut Blambangan 13 Pendekar Bloon 1 Neraka Gunung Bromo Rahasia Bunga Cubung Biru 1