Pembunuhan Abc 2
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie Bagian 2
minum jrang r** r utama melayani pengunjung untuk minum kopi pagi, dengan lima
jenis sajian teh (jenis Devonshire, Farmhouse, Carlton, dengan campuran buah,
atau 92 tanpa campuran). Tersedia juga hidangan makan siang untuk wanita, seperti telur
orak-arik, udang goreng serta macaroni au gratin.
Waktu minum pagi baru akan dimulai. Para pelayan bergegas mengantar kami ke
sebuah tempat terpisah yang agak berantakan.
"Miss er Merrion?" tanya Crome.
? ?Miss Merrion menjawab dengan nada suara tinggi, sedih, lembut, dan feminin,
"Itu nama saya. Sungguh urusan yang menyedihkan. Amat menyedihkan. Saya benar-
benar tidak dapat berpikir bagaimana nanti pengaruhnya terhadap usaha kami!"
Miss Merrion adalah seorang wanita kurus berumur empat puluh tahun dengan rambut
kering berwarna jingga (sungguh mengherankan bahwa seperti nama kafetarianya,
pribadinya juga mirip" seekor kucing). Dengan gugup ia mempermai kan renda dan
jumbai-jumbai yang menghiasi seragam kerjanya.
"Pengunjung pasti akan meledak," ujar Inspektur Kelsey membesarkan hati. "Anda
bisa buktikan kata-kata saya! Anda akan kewalahan menyajikan teh!"
"Menjijikkan," kata Miss Merrion. "Amat menjijikkan. Membuat orang putus asa."
Namun demikian, matanya berseri.
"Dapatkah Anda menceritakan pada kami mengenai gadis korban itu, Miss Merrion."
"Tidak," ujar Miss Merrion tegas. "Tidak ada yang bisa saya ceritakan!"
93 "Berapa lama ia bekerja di sini?" "Ini musim panas kedua sejak ia bekerja di
sini." "Apakah Anda puas dengan pekerjaannya?"
"Ia seorang pelayan yang baik cekatan dan penurut." *?"Ia cantik, bukan?" tanya Poirot.
Miss Merrion berbalik ke arahnya dengan pandangan 'Oh, dasar orang asing'.
"Ia gadis baik-baik dan berpenampilan rapi," katanya tak bersahabat.
"Pukul berapa ia bebas tugas semalam?" tanya Crome.
"Jam delapan malam. Kami tutup jam 20.00. Kami tidak menghidangkan makan malam.
Tak ada permintaan dari para langganan. Untuk telur orak-arik dan teh (Poirot
bergidik)-orang-datang sampai jam tujuh, kadang-kadang agak lebih malam, tetapi
setelah jam setengah tujuh kami sudah tidak begitu sibuk lagi."
' "Apakah ia mengatakan pada Anda tentang rencananya semalam?"
"Tentu tidak," ujar Miss Merrion, tidak senang, dengan pertanyaan itu. "Aku
tidak pernah ikut campur urusan orang."
"Tak ada yang datang dan mengajaknya pergi" Atau hal-hal semacam itu?"
"Tidak." "Apakah sikapnya biasa-biasa saja" Tidak terlalu bersemangat atau murung?"
94 "Benar-benar saya tidak tahu," ujar Miss Mer-riort dingin.
"Berapa jumlah pelayan yang Anda pekerjakan?"
"Biasanya dua, dan ada tambahan dua lagi setelah tanggal 20 Juli sampai akhir
Agustus." "Tetapi Elizabeth Barnard tidak termasuk yang tambahan?"
"Miss Barnard adalah pelayan tetap."
"Bagaimana dengan pelayan yang satu lagi?"
"Miss Higley" Ia seorang wanita muda yang menyenangkan."
"Apakah ia dan Miss Barnard berteman?" "Saya tidak tahu." "
"Mungkin lebih baik kita berbicara dengannya."
"Sekarangf" _ "Boleh juga, kalau Anda izinkan." "Saya akan memanggilnya ke sini," ujar Miss
Merrion sambil bangkit. "Tolong jangan terlalu lama. Ini waktu minum yang paling
sibuk." Miss Mei rion yang gayanya lembut tapi lincah , bagai kucing itu meninggalkan
mangan. "Dibuat-buat," komentar Inspektur Kelsey. Ia menirukan gaya ketus wanita itu.
"Benar-benar saya tidak tahu."
Seoi "ing gadis gendut datang dengan agak terengah-engah. Rambutnya berwarna
gelap, pipi - nya kemerahan, dan mata hitamnya membelalak penuh semangat.
95 "Miss Merrion meminta saya ke sini," ujarnya terengah.
"Miss Higley?" "Ya, betul."
"Anda kenal Elizabeth Barnard?"
"Oh, ya, saya kenal Betty. Mengerikan, bukan" Sangat mengerikan! Saya tidak
percaya itu benar-benar terjadi. Saya mengatakannya juga tadi pada teman-teman,
saya tak dapat mempercayainya! 'Kau tahu, Kawan,' kata saya. 'Rasanya bukan
suatu hal yang nyata.' Betty! Maksud saya Betty Barnard, yang sudah lama bekerja
di sini, dibunuhi 'Aku tak dapat mempercayainya,' kata saya. Saya cubit diri
saya sendiri lima atau enam kali, mungkin saya sedang bermimpi. Betty terbunuh....
Itu yah, Anda tahu maksud saya tidak seperti sebuah kenyataan."? ?"Anda mengenal korban dengan baik?" tanya Crome.
"Yah, ia bekerja di sini lebih lama daripada saya. Saya baru mulai bekerja bulan
Maret ini. Dia sudah sejak tahun lalu. Ia agak pendiam, bila Anda tahu maksud
saya. Dia tidak begitu suka bergurau atau tertawa-tawa. Maksud saya tidak benar-
benar diam ia juga pandai melucu dan amat menyenangkan tapi ia tak begitu
? ?pendiam yah tapi pendiam juga, jika Anda mengerti maksud saya."
?Kulihat Inspektur Crome terlalu bersikap sabar. Sebagai seorang saksi Miss
Higley yang gendut itu amat bersemangat. Setiap pernyataan ia
96 ulangi sampai enam kali. Hasilnya, informasi yang kami dapat amat minim.
Ia tidak berteman akrab dengan korban. Seperti yang dapat diduga, Elizabeth
Barnard menganggap dirinya lebih tinggi dari Miss Higley. Ia memang ramah pada
jam-jam kerja, tetapi ia tidak begitu sering terlihat bersama gadis-gadis yang
lain. Elizabeth Barnard punya seorang 'teman' yang bekerja pada agen perumahan
?dekat stasiun. Court dan Brunskill. Bukan, ia bukan Mr. Court atau Mr.
Brunskill. Ia hanya seorang pegawai biasa di sana. Ia tidak tahu siapa namanya.
Tetapi kalau melihatnya ia bisa mengenalinya. Tampan oh, amat tampan, dan
?selalu berpakaian rapi. Jelas ada nada iri dalam kata-kata Miss Higley.
Jadi, singkatnya begini. Elizabeth Barnard tidak menceritakan rencananya semalam
kepada siapa pun di Kafetaria, namun menurut Miss Higley ia pergi menemui
'teman'-nya. Ia memakai gaun putih, 'amat manis, dengan kerah model terbaru'.
Kami berbincang dengan kedua gadis lainnya tanpa hasil. Betty Barnard tidak
mengatakan apa pun mengenai rencananya dan tak seorang pun melihatnya di Bexhill
sepanjang malam itu. 97 10 Keluarga Barnard Orang tua Elizabeth Barnard tinggal di sebuah bungalow kecil, salah satu di
antara kira-kira lima puluh bungalow sejenis yang dikelola oleh sebuah
kontraktor vang spekulatif, di pinggiran kota. Namanya Llandudno.
Mr. Barnard, seorang pria kekar berwajah mantap dan berusia sekitar 55 tahun,
melihat kedatangan kami dan berdiri menunggu di ambang pintu.
"Silakan masuk, Tuan-tuan," ujarnya.
Tnspektur Kelsey masuk mendahului kami.
"Ini Inspektur Crome dari Scotland Yard, Pak," katanya. "Ia datang untuk
membantu kita menyelesaikan urusan ini." .
"Scotland Yard?" ujar Mr. Barnard penuh harapan. "Bagus sekali. Pembunuh
bajingan itu harus dihajar sampai habis. Putriku yang malang " Wajahnya berubah?jadi kaku karena sedih dan marah.
"Dan ini Mr. Hercule Poirot, juga dari London, dan hm "
?"Kapten Hastings," ujar Poirot.
"Senang bertemu Anda, Tuan-tuan," ujar Mr. Barnard seperti mesin. "Mari ke ruang
keluarga. 98 Saya tidak tahu apakah istri saya sudah siap menemui Anda. Ia amat terpukul."
Namun, begitu kami duduk di ruang keluarga, Mrs. Barnard muncul. Jelas bahwa ia
baru saja menangis getir, matanya merah dan ia berjalan dengan langkah gontai.
Jelas jiwanya terguncang hebat.
"Ah kau, Bu," ujar Mr. Barnard. "Kau tidak apa-apa, bukan?"
Ia menepuk bahu istrinya dan membantunya duduk di kursi.
"Inspektur polisi itu amat baik," kata Mr. Barnard. "Setelah mengabarkan
?kejadiannya kepada kami, ia mengatakan akan mengajukan perta-nvaan-pertanyaan
yang diperlukan, nanti setelah kami tenang."
?"Terlalu kejam. Benar-benar amat kejam," uja Mrs. Barnard berlinang air mata.
"Hal paling kejam yang pernah saya alami."
Suaranya sedikit berirama sehingga sejenak aku berpikir bahwa ia orang asing,
sampai aku ingat nama di depan pintu gerbang tadi baru aku sadar bahwa ia
?berbicara dengan aksen Wales, tempat asalnya.
"Memang menyakitkan, Nyonya, saya tahu," ujar Inspektur Crome. "Kami amat
bersimpati pada askisu tetapi kami ingin tahu semua fakta yang ada supaya kami
dapat bekerja secepat mungkin."
"Betul," kata Mr. Barnard, mengangguk setuju.
99 "Kalau tidak salah, putri Anda berusia 23 tahun. Ia tinggal bersama Anda di sini
dan bekerja di Kafetaria Ginger Cat, apakah betul begitu?"
"Betul." "Ini tempat baru, bukan" Di mana Anda tinggal sebelum ini?"
"Dulu saya bekerja di perusahaan penjualan barang-barang logam, di Kennington.
Saya pensiun dua tahun lalu. Saya selalu berangan-angan tinggal dekat laut."
"Anda punya dua putri?"
"Ya. Putri saya yang lebih tua bekerja di sebuah kantor di London, di kota."
"Apakah Anda tidak kuatir ketika putri Anda tidak pulang semalam?"
"Kami tidak tahu kalau dia tidak pulang," ujar Mrs. Barnard di tengah tangisnya.
"Suami saya dan saya selalu-tidur lebih awal. Jam sembilan malam paling lambat.
Kami tidak tahu bahwa Betty tidak pulang sampai perwira polisi itu datang dan
mengabarkan dan mengabarkan - "?Ia tidak dapat meneruskan kata-katanya.
"Apakah putri Anda biasa hm pulang larut malam?"
? ?"Anda tahu gadis-gadis zaman sekarang ini, Inspektur," ujar Barnard. "Bebas,
begitulah mereka. Selama malam-malam musim panas mereka tidak akan segera
pulang. Begitu pula Bewyc'Tapi biasanya ia pulang sebehjm jam sebelas."
"Bagaimana ia masuk ke rumah" Apakah pintu terbuka?"
100 "Kami menyimpan kunci di bawah pengesat kaki biasanya begitu."
?"Ada kabar angin bahwa putri Anda sudah bertunangan dan sebetulnya akan segera
menikah." "Sekarang ini mereka tidak memakai cara seresmi itu," kata Mr. Barnard.
"Namanya Donald Fraser, dan saya menyukainya. Saya amat menyukainya," ujar Mrs.
Barnard. "Sungguh malang kabar ini tentu amat mengejutkannya. Apakah ia sudah
?tahu?" "Saya dengar ia bekerja di Court & Brunskill?"
"Betul, sebuah agen perumahan."
"Apakah ia sering menemui putri Anda sepulang kerja di malam hari?"
"Tidak setiap malam. Rata-rata satu atau dua kali seminggu."
"Apakah Anda tahu bila putri Anda akan menemuinya kemarin?"
"Ia tidak mengatakannya. Betty tidak pernah mengutarakan apa yang akan ia
lakukan atau ke mana ia akan pergi. Namun, ia seorang gadis yang baik. Oh, saya
tak mempercayainya "
?Mrs.Barnard kembali terisak.
"Tahanlah dirimu, Bu. Cobalah untuk tenang, Bu," desak suaminya. "Kita harus
menyelesaikan urusan ini...."
"Saya yakin Donald .takkan pernah takkan pernah " isak Mrs. Barnard.
? ?Barnard berbalik ke arah kedua inspektur itu.
"Demi Tuhan, saya ingin membantu Anda namun nyatanya saya tidak tahu apa-?apa sama
?;esat 101 sekali tidak ada yang dapat membantu Anda menangkap-bangsat pengecut yang
melakukannya. Betty gadis yang periang dan bahagia dan sudah punya
?pacar seorang anak muda baik-baik, dengan siapa ia yah, kami menyebutnya jalan
? ?bersama, di masa muda saya. Mengapa ada orang yang punya maksud
membunuhnya saya amat terpukul tak masuk akal."
? ?"Anda hampir sampai pada inti masalah, Mr. Barnard," ujar Crome. "Saya perlu
memeriksa sesuatu kamar tidur Miss Barnard. Mungkin ada sesuatu surat-
? ?surat atau buku harian."
?"Silakan memeriksanya," ujar Mr. Barnard sambil bangkit.
Ia berjalan di depan. Crome mengikutinya, lalu Poirot, Kelsey serta aku di
belakang. Aku berhenti sejenak untuk mengikatkan kemudi tali sepatuk**s-Pcrcla saat itu
sebuah taksi berhenti di luar dan seorang gadis meloncat turun, sambil
menjinjing sebuah kopor kecil. Pada saat masuk ke pintu ia melihatku dan
berhenti tiba-tiba. Ada sesuatu dalam gayanya yang menarik, yang menggugah rasa ingin tahuku. "Siapa
Anda?" katanya. Aku maju beberapa langkah. Aku malu bagaimana harus menjawabnya. Haruskah aku
menyebutkan namaku" Atau menyatakan bahw-a aku datang bersama polisi" Tetapi,
gadis itu tidak memberi kesempatan padaku untuk berpikir lebih jauh.
102 "Yah," ujarnya, "saya bisa menduganya."
Dia membuka topi wol putihnya yang mungil dan melemparkannya ke lantai. Aku
dapat melihatnya lebih jelas kini, setelah ia sedikit menoleh dan cahaya lampu
meneranginya. Kesan pertama, terbayang di mataku boneka-boneka Belanda mainan saudara-saudara
perempuanku di masa kecil. Rambutnya hitam dan ditata lurus model bob, dengan
poni menutupi keningnya. Tulang pipinya tinggi dan secara keseluruhan bentuk
tubuhnya aneh, berkesan modern tetapi entah bagaimana, tidak kurang menariknya.
?Ia tidak cantik bahkan biasa saja namun ada sesuatu yang istimewa dalam
? ?dirinya, suatu daya tarik yang membuat orang tak dapat mengabaikannya begitu
saja. "Ari3a Miss Barnard?" ujarku. , , .
"Saya Megan Barnard. Saya rasa Anda dari kepolisian?"
"Hm," ujarku, "tidak tepat be "
?Ia memotong kata-kataku.
"Saya kira tidak ada hal yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Adik saya adalah
seorang gadis yang manis dan cerdas, tak punya teman laki-laki. Selamat pagi."
Sambil berbicara ia tertawa pendek dan meman-dangkirtfengan sikap menantang.
"Saya rasa itu ungkapan yang tepat, bukan?" katanya.
"Saya bukan wartawan, bila itu dugaan Anda."
103 "Jadi Anda siapa?" Ia melihat ke sekelilingnya. "Di mana Ayah dan Ibu?"
"Ayah Anda sedang mengantar polisi memeriksa kamar tidur adik Anda. Ibu Anda ada
di sana. Ia amat terpukul."
Gadis itu kelihatan mengambil suatu keputusan.
"Mari masuk," katanya.
Ia membuka sebuah pintu dan masuk. Aku mengikutinya ke dalam, ternyata kami
masuk sebuah dapur kecil yang rapi.
Aku baru saja akan menutup pintu di belakangku, tapi dengan tak terduga ada yang
menahanku. Lalu Poirot menyelinap masuk ke dalam dan menutup pintu.
"Ini Mr. Hercule Poirot," ujarku.
Megan Barnard memandangnya sejenak, penuh kekaguman.
"Saya telah mendengar tentang Anda," ujarnya. "Anda detektif swasta yang suka
mengikuti mode, bukan?"
"Bukan penggambaran yang manis, tapi cukuplah," kata Poirot.
Gadis itu duduk di tepi meja dapur. Ia meraba dalam tasnya, mencari rokok,
menyelipkannya di bibirnya, menyalakannya, lalu setelah dua isapan ,ia berkata,
"Saya tidak begitu mengerti apa a i, dilakukan Mr. Hercule Poirot dalam kasus
kriminal yang sepele ini."
"Mademoiselle" kata Poirot, "apa yang tidak
104 Anda ketahui dan apa yang tidak saya ketahui "mungkin merupakan sesuatu yang
penting. Tapi itu semua tidak penting dan tidak praktis. Dan yang penting justru
sesuatu yang takkan mudah kita peroleh."
"Apa maksud Anda?"
"Mademoiselle, sayangnya kematian selalu menimbulkan kecurigaan. Rasa curiga
demi kepentingan si mati. Saya mendengar apa yang baru saja Anda katakan kepada
teman saya. 'Seorang gadis yang manis dan cerdas, tanpa teman laki-laki'. Anda
mengatakan hal itu sebagai olok-olok terhadap surat kabar yang memuat berita
itu. Dan memang benar bila seorang gadis muda mati, ungkapan-ungkapan semacam itulah ? ?yang akan dikatakan orang. Ia cerdas. Ia bahagia. Sikapnya manis. Dia_tidak
mempunyai masalah di dunia ini. Tidak mempunyai musuh. Selalu hanya hal-hal yang
baik yang dibicarakan mengenai si mati.
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tahukah Anda keinginan saya saat ini" Untuk " bertemu seseorang yang mengenal
Elizabeth Barnard dan' yang tidak tahu bahwa ia sudah meninggal1. Dengan begitu
mungkin saya akan mendapatkan informasi yang berguna -sebuah kebenaran."
?Megan Barnard memandang Poirot selama beberapa menit sambil mengisap rokoknya.
Lalu, akhirnya, -ia berbicara. Kata-katanya membuatku terkejut.
Katanya, "Saya menganggap Betty gadis yang benar-benar dungu!"
105 11 Megan Barnard Seperti kataku, ucapan Megan Barnard, dalam nada singkat tapi kena, membuatku
terkejut. Namun Poirot hanya menundukkan kepalanya dengan muram.
"A la bonne heme bagus," ujarnya. "Anda amat cerdas, Mademoiselle."?Megan Barnard berkata, masih dalam nada dan sikap yahg sama,
"Saya sangat sayang pada Betty, namun perasaan ini tidak membuat saya buta dan
tidak melihat bahwa ia-gadis tolol bahkan sering saya berkata begitu padanya!
?Begitulah biasanya sesama saudara perempuan."
"Apakah ia menuruti nasihat Anda?"
"Mungkin tidak," kata Megan sinis.
"Mademoiselle., dapatkah Anda menerangkannya lebih terinci?"
Gadis itu ragu-ragu sejenak.
Sambil tersenyum kecil Poirot berkata,
"Saya akan membantu Anda. Saya mendengar apa yang Anda katakan pada Hastings-.
Bahwa adik Anda seorang gadis yang cerdas dan bahagia, tanpa teman laki-laki.
Itu un peu agak berlawanan dengan kenyataannya, bukan?"
? ?106 Kata Megan perlahan, "Tak ada yang jelek dalam diri Betty. Saya ingin Anda mengerti hal ini. Dia
hanya tak pernah berpikir panjang. Dia bukan tipe yang mau saja diajak berakhir
minggu. Bukan macam itu. Namun ia suka diajak berkencan dan berdansa dan yah,
?rayuan murahan. Ia juga senang dipuja-puja atau hal-hal semacam itu."
"Ia cantik, bukan?"
Sudah ketiga kalinya aku mendengar pertanyaan ini, dan kali ini pertanyaan itu
mendapat jawaban yang praktis.
Megan turun dari meja, menuju ke kopoinya, membukanya dan mengambil sesuatu yang
langsung diulurkannya kepada Poirot.
Dalam bingkai kulit terlihat gambar seorang gadis berambut pirang sebatas bahu.
Terlihat jelas bahwa rambutnya baru saja dikeriting. Skm.mia-nya menggoda dan
dibuat-buat. Sebetulnya wajahnya tidak bisa dikatakan cantik, bahkan justru
menimbulkan kesan murahan.
Poirot mengulurkannya kembali, dan berkata,
"Anda dan dia tidak mirip satu sama lain, Mademoiselle."
"Oh! Saya yang paling tidak menarik di keluarga. Saya selalu menyadari hal ini."
Ia seakan mengesampingkan kenyataan itu sebagai hal yang tidak penting.
"Dalam hal apa Anda menganggap adik Anda bersikap bodoh" Mungkin maksud Anda ada
hubungannya dengan Mr. Donald Fraser?"
107 "Betul. Don seorang lelaki yang amat pendiam namun ia yah, tentu saja ia ? ?tidak menyukai beberapa hal lalu "
? ?"Lalu apa, Mademoiselle}"
Matanya terus menatap gadis itu.
Mungkin ini hanya sekadar dugaanku saja, namun agaknya gadis itu bimbang sejenak
sebelum menjawab. "Saya kuatir ia akan meninggalkan adik saya. Sayang bila hal itu terjadi. Ia
seorang lelaki yang mantap dan suka bekerja keras dan akan menjadi seorang suami
yang baik bagi adik saya."
Poirot terus saja menatapnya. Gadis itu tidak merasa risi dengan tatapan Poirot,
bahkan balas menatapnya lurus-lurus dan ada sesuatu yang mengingatkanku akan
?sikapnya yang menantang dan meremehkan tadi.
"Jadi begitu rupanya," kata Poirot akhirnya. "Kita tidak lagi berbicara dengan
jujur." Ia mengangkat bahunya dan berbalik ke arah pintu.
"Yah," katanya, "saya hanya mencoba membantu Anda."
Suara Poirot menghentikan langkahnya.
"Tunggu, Mademoiselle. Ada sesuatu yang ingin saya utarakan pada Anda.
Kembalilah ke sini."
Kurasa dengan agak segan ia kembali Dengan heran kudapati Poirot tengah
mengungkapkan seluruh cerita mengenai surat-surat ABC, pembunuhan di Andover dan
buku pan - 108 duan kereta api yang ditemukan di dekat tu para korban.
Tidak ada alasan bagi Poirot untuk menegur gadis itu karena tidak
memperhatikannya. Bibirnya ternganga, matanya bercahaya, ia mendengarkan dengan
sungguh-sungguh setiap kata yang diucapkan Poirot. ^
"Betulkah semua ini, Mr. Poirot?"
"Ya, betul." "Anda benar-benar berpendapat bahwa adik saya dibunuh oleh seorang pembunuh
maniak yang mengerikan?"
"Benar." Ia menghirup napas dalam-dalam. "Oh, Betty Betty Sungguh sungguh
? ? ?mengerikan'." "Anda lihat, Mademoiselle, informasi yang saya dapat dari Anda bisa membantu,
dan kita u* perlu kuatir akan ada orang yang tersinggung."
"Ya, saya mengerti sekarang."
"Jadi, mari kita lanjutkan percakapan kita sekarang^ Saya menduga, mungkin
Donald Fraser seorang pria yang gemar menggunakan kekerasan dan pencemburu,
apakah betul begitu?"
Megan Barnard berkata perlahan,
"Kini saya mempercayai Anda, Mr. Poirot. Saya akan menceritakan hal yang
sebenar-benarnya. Seperti yang saya katakan tadi, Don amat pendiam seorang yang?tertutup, kalau Anda tahu maksud saya. Ia tidak selalu dapat mengungkapkan
perasaannya dengan kata-kata. Namun
109 pada dasarnya banyak hal vang tersembunyi dalam hatinya. Ia pencemburu. Ia
selalu cemburu pada Betty. Ia amat setia pada Betty dan tentu saja Betty juga
?amat sayang padanya, tetapi namanya bukan Betty kalau hanya menyayangi "satu
orang saja, dan tidak memperhatikan yang lain juga. Sifatnya memang begitu. Ia
selalu betusaha menarik perhatian laki-laki tampan yang kebetulan dilihatnya.
Dan tentu saja, dengan bekerja di Ginger Cat ia selalu saja berjumpa dengan
banyak laki-laki khususnya dalam liburan musim panas. Kata-katanya selalu
?lembut merayu dan bila mereka menggodanya, ia meladeninya. Lalu mungkin ia mau
diajak kencan, nonton film dan sebagainya. Tak pernah serius tak pernah
?sungguh-sungguh ia hanya suka iseng saja. Ia sering berkata, suatu hari nanti
?ia akan menikah dengan Don, jadi sekarang ia akan bersenang-senang dulu, selagi
masih bisa." Megan diam sejenak dan Poirot berkata,
"Saya mengerti. Teruskanlah."
"Don tidak dapat memahami pikirannya. Bila benar-benar serius dengannya, mengapa
Betty masih ingin pergi dengan orang lain. Dan satu atau dua kali mereka
bertengkar hebat tentang hal itu."
"Mr. Don, ia tidak lagi diam?"
"Seperti semua orang pendiam, sekali marah selalu diikuti kekerasan. Dan begitu
hebatnya sehingga membuat Betty takut."
"Kapan hal itu terjadi?"
110 "Hampir setahun yang lalu dan pertengkaran yang lebih parah terjadi kira-kira
lebih sebulan yang lalu. Saya pulang untuk berakhir minggu dan saya
?mendamaikan mereka kembali. Pada waktu itulah saya mencoba menasihati Betty
untuk berpikir sedikit dan saya katakan bahwa ia bodoh. Ia hanya berkata, tak
?ada salahnya berbuat demikian. Yah, itu memang benar, namun demikian ia mencari
kehancuran. Anda tahu, setelah cekcok tahun yang lalu ia mempunyai kebiasaan
berbohong dengan sebuah prinsip bahwa 'bila otak tidak tahu, hati tidak akan
bersedih. Keributan terakhir terjadi karena ia pamit pada Don akan pergi ke
Hastings untuk menemui temannya seorang gadis dan Don mendapatinya . pergi ke
Eastbourne dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu sudah berkeluarga, jadi
mereka selalu sembunyi-sembunyi dan itu membuat r^erscuiii* lebih parah lagi.
?Pertengkaran itu hebat sekali- Betty berkata bahwa ia belum kawin dengan
?Don dan ia berhak pergi dengan siapa saja yang disukainya, dan Don, pucat serta
?gemetar, mengancam bahwa satu hari nanti satu hari nanti "
? ?"Ya?" "Ia akan membunuh " kata Megan dengan suara rendah.
?Ia berhenti berbicara dan menatap Poirot.
Poirot menganggukkan kepala beberapa kali dengan wajah muram.
"Dan, tentunya Anda kuatir..."
"Saya tidak pernah berpikir bahwa ia akan be -
111 nar-benar melakukannya, tidak sedetik pun! Akan tetapi saya kuatir hal itu akan
diperkarakan pertengkaran itu, dan semua yang dia katakan beberapa orang ? ?mengetahuinya."
Lagi-lagi Poirot menganggukkan kepalanva, murung.
"Jadi begitu. Menurut saya, Mademoiselle, kalau bukan karena egoisme dan
kesombongan seorang pembunuh, hal itu tidak akan terjadi. Apabila Donald Fraser
tidak dicurigai sebagai tersangka, ia boleh berterima kasih kepada bualan si
ABC." Poirot diam selama satu atau dua menit, lalu katanya,
"Apakah Anda tahu adik Anda masih menjumpai laki-laki yang sudah berkeluarga itu
atau laki-laki lain akhir-akhir ini?"
Megan menggelengkan kepalanya.
"Sava tidak tahu. Seperti yang Anda ketahui, saya tidak tinggal di sini."
"Tetapi bagaimana dugaan Anda?"
"Mungkin ia tidak menjumpai laki-laki yang sudah berkeluarga itu. Mungkin Don
sengaja tidak menyinggung soal itu untuk menghindarkan pertengkaran, tetapi saya
tidak heran bila Betty hm, membohongi Don lagi. Anda tahu, ia amat suka dansa
?dan nonton film, dan tentu saja Don tidak mampu mengajaknya setiap saat."
"Bila demikian, mungkinkah ia menceritakan rahasianya pada seseorang" Gadis di
kafetaria itu misalnya?"
112 "Saya rasa tidak. Betty tidak cocok dengan gadis yang bernama Higley itu.
Menurut Betty gadis itu terlalu 'rendah'. Dan yang lain pegawai baru. Betty
bukan orang yang suka menceritakan rahasia pribadinya."
Sebuah bel listrik berdering keras di atas kepala gadis itu.
Ia pergi ke jendela dan menjenguk ke luar. Lalu cepat-cepat ia menarik kepalanva
ke dalam kembali. "Ada Don...." "Ajak dia kemari," ujar Poirot cepat. "Saya ingin berbicara dengannya sebelum
inspektur kita menahannya."
Secepat kilat Megan Barnard keluar dari dapur, dan dua detik kemudian ia kembali
sambil membimbing Donald Fraser masuk.
* 113 12 Donald Fraser Aku segera menaruh iba kepada laki-laki muda itu. Wajahnya yang pucat cekung dan
matanya yang kebingungan menunjukkan guncangan jiwanya.
Ia seorang pemuda atletis yang berwajah bersih, dengan tinggi sedang, tidak
tampan, namun wajahnya menyenangkan, berbintik-bintik, tulang pipinya tinggi dan
rambutnya merah menyala. "Apa maksudmu, Megan?" ujarnya. "Mengapa di dalam sini" Demi Tuhan,
katakanlah aku baru 'saia mendengar Betty..."? ?Suaranya bergetar.
Poirot menyorongkan kursi dan ia menjatuhkan dirinva di situ.
Kemudian sahabatku itu mengambil sebuah botol kecil dari sakunya, menuangkan
sedikit isinya ke dalam cangkir yang terdekat, yang tergantung pada lemari, lalu
katanya, "Minumlah sedikit, Mr. Fraser. Akan membuat Anda merasa enak."
Orang muda itu menurut. Brandy itu mcn'beri sedikit warna pada wajahnya. Ia
duduk agak lebih tegak dan menoleh sekali lagi ke arah Megan. Sikapnya sudah
agak tenang. 114 "Benarkah?" ujarnya. "Betty mati terbunuh?"
?"Benar, Don." Lalu ia bicara lagi, seperti otomatis saja, "Apakah kau baru datang dari
London?" "Ya. Ayahku meneleponku." "Dengan kereta api jam 09.20, kurasa," ujar
Donald Fraser. Otaknya segan menghadapi kenyataan, oleh karena itu ia menghindar dengan
percakapan basa-basi itu.
"Ya." Hening beberapa saat, lalu Fraser berkata, "Polisi" Apakah mereka telah
bertindak5" "Mereka di atas sekarang memeriksa barang-barang Betty mungkin."
?"Mereka tidak tahu siapa " Tahukah mereka ?" Ia berhenti berbicara. Ia amat
? ?peka dan seperti setiap orang pemalu, tidak suka mengutarakan fakta kekerasan
dengan kata-kata. Poirot maju sedikit dan menanyakan sesuatu. Ia berbicara dengan sikap dan suara
yang formal, seakan pertanyaannya merupakan detil yang tidak penting.
"ApakakMiss Barnard mengatakan pada Anda ke mana ia akan pergi semalam?"
Fraser menjawab pertanyaan itu seakan tanpa berpikir.
115 "Ia mengatakan pada saya akan pergi bersama seorang teman wanita ke St.
Leonards." "Percayakah Anda padanya?"
"Saya " Sekonyong-konyong mesin otomatis itu hidup. "Apa maksudmu, Setan?"
?Lalu wajahnya terlihat mengancam, bergetar karena nafsu amarah yang tiba-tiba
muncul. Hal ini membuatku mengerti mengapa seorang gadis menjadi takut untuk
membuatnya marah. Poirot cepat-cepat berkata, .. "Betty Barnard dibunuh oleh seorang pembunuh
berdarah dingin. Hanya dengan menceritakan kebenaran, Anda dapat membantu kami
mencari jejaknya." Sejenak tatapannya beralih pada Megan.
"Betul, Don," ujar Megan. "Ini bukan saatnya mempertimbangkan perasaan diri
sendiri ataupun perasaan orang lain. Kau harus bebas dari tuduhan."
Donald Fraser menatap curiga pada Poirot.
"Siapa Anda" Anda bukan dari Kepolisian?"
"Saya lebih baik daripada polisi," kata Poirot. Ia mengatakan hal itu tanpa
maksud menyombongkan diri. Baginya, itu hanyalah pernyataan sederhana mengenai
sebuah fakta. "Katakanlah padanya," ujar Megan.
Donald Fraser menyerah. "Saya tidak yakin," katanya. "Saya mempercayainya pada waktu ia mengatakannya. ?Tak per-'nah berpikir untuk berbuat sesuatu pun. Kemudi -
116 an mungkin karena ada yang janggal dalam sikapnya, saya saya, yah, saya mulai
? ?curiga." "Ya?" kata Poirot.
Ia duduk di depan Donald Fraser. Matanya mertatap mata orang muda itu lurus-
?lurus, seakan sedang menerapkan sebuah mantra sihir.
"Saya amat malu pada diri saya sendiri karena begitu curiga. Namun namun saya
?memang curiga.... Saya mempunyai gagasan untuk pergi ke depan kafetaria dan
memperhatikannya sewaktu meninggalkan tempat itu. Saya memang ke sana. Lalu saya
merasa seharusnya saya tidak melakukan hal itu. Betty akan melihat saya dan ia
akan marah. Ia pasti akan segera tahu bahwa saya menguntitnya. "
"Apa yang Anda lakukan?"
"Saya pergi ke St. Leonards. dan tiba di sana, sebelum jam delapan. Lalu saya
memperhatikan bis-bis yang lewat untuk melihat apakah ia ada di salah satu bis....
Namun tidak ada tanda-tanda ia berada di sekitar situ...."
"Lalu?" "Saya saya merasa kesal sekali. Saya yakin ia, pergi bersama seorang laki-laki.
?Dugaan saya, mungkin laki-laki itu membawanya dengan mobil ke Hastings. Saya
terus ke sana memperhatikan hotel-hotel dan restoran, menanti di sekitar gedung
?bioskop pergi ke dermaga. Sungguh perbuatan yang tolol. Walau mungkin ia memang
?ada di sana, tapi pasti sulit bagi saya untuk menemu- *-kannya, dan lagi ada
banyak tempat-tempat lain
117 ke mana laki-laki itu dapat membawanya selain ke Hastings."
Ia diam. Dalam nada suaranya yang pasti pada saat menggambarkan hal itu,
terpancar kepedihan dan amarah yang tertahan dalam dirinya.
"Akhirnya saya menyerah pulang."
?
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pukul berapa?"
"Saya tidak tahu. Saya berjalan. Mungkin tengah malam atau lewat tengah malam
waktu saya tiba di rumah...."
"Lalu "?Pintu dapur terbuka.
"Oh, rupanva Anda di sini," ujar Inspektur Kelsey.
Inspektur Crome mendesak melewatinya, melempar pandangan tajam' kepada Poirot,
lalu kepada dua orang asing yang berada di situ.
"Miss Megan-Barnard dan Mr. Donald Fraser," kata Poirot, memperkenalkan mereka.
"Ini Inspektur Crome dari London," ia menjelaskan.
Sambil berbalik kepada inspektur itu, ia berkata,
"Pada waktu Anda mengadakan pemeriksaan di atas, saya sempat bercakap-cakap
dengan Miss Barnard dan Mr. Fraser, mencoba kalau bisa, menggali informasi yang
dapat menerangi persoalan ini."
"Oh, ya?" kata Inspektur Crome, pikirannya tidak tertuju pada Poirot, tetapi
pada kedua pendatang baru itu.
118 Poirot pindah ke ruang tamu. Inspektur Kelsey berkata ramah waktu ia
melewatinya, "Berhasil mendapatkan sesuatu?"
Namun perhatian inspektur itu terganggu oleh teman sejawatnya dan ia memang
tidak menunggu jawaban Poirot.
Aku mengikuti Poirot ke ruang tamu.
"Adakah sesuatu yang meresahkanmu, Poirot?" tanyaku.
"Hanya keluhuran budi pembunuh kita yang hebat, Hastings."
Aku tidak berani mengatakan padanya bahwa sedikit pun aku tidak mengerti
maksudnya. 119 13 Pertemuan ii ?Pertemuan! Ingatanku akan kasus ABC lebih banyak dipenuhi pertemuan-pertemuan.
Pertemuan di Scotland Yard. Di kamar Poirot. Pertemuan resmi. Pertemuan tidak
resmi. Pertemuan kali ini diadakan untuk memutuskan apakah fakta-fakta sehubungan
dengan surat-surat kaleng itu perlu dipublikasikan lewat pers atau tidak.
Pembunuhan di Bexhill lebih menarik perhatian daripada kasus Andover.
Tentunya karena dalam kasus ini lebih banyak faktor-faktor popularitasnya. Si
korban adalah seorang gadis muda berwajah menarik, ini baru permulaannya. Dan
pula, tempat kejadian merupakan daerah peristirahatan tepi pantai.
Seluruh detil kejahatan itu dilaporkan secara lengkap dan setiap hari ada
pengulangan laporan yang agak tersamar. Panduan kereta api ABC juga mendapat
perhatian. Teori yang paling digemari adalah bahwa buku panduan ABC dibeli-di
daerah setempat oleh si pelaku dan merupakan petunjuk berharga untuk mencari
identitasnya. Hal itu juga menunjukkan bahwa ia datang ke tempat itu
120 dengan kereta api dan bermaksud meneruskan perjalanannya ke London.
Buku panduan itu sama sekali tidak diperhitungkan dalam pemberitaan kecil
mengenai kasus Andover, oleh sebab itu di mata umum kedua %jahatan itu tidak ada
hubungannya satu sama lain.
"Kita harus mengambil sebuah kebijaksanaan tertentu," ujar Asisten Komisaris.
"Masalahnya yang bagaimanakah yang akan memberikan hasil terbaik" Apakah kita ?akan mengungkapkan fakta-faktanya kepada umum mengajak mereka bekerja
?sama bagaimanapun juga, bantuan beberapa ribu orang akan kita peroleh, untuk
?mencari satu orang gila "
?"Ia takkan menyerupai orang gila," Dr. Thompson menyela.
" mencari tempat-tempat penjualan ABC dan sebagainya. Sebaliknya, saya rasa
? ?ada untungnya bekerja dalam gelap tidak memberi informasi mengenai apa yang
?kita lakukan, namun nyatanya orang itu tahu betul bahwa kita sudah tahu. Dengan
sengaja ia menarik perhatian kita lewat surat-suratnya. Hei, Crome, bagaimana
pendapatmu ?" "Saya melihatnya dari sudut ini, Pak. Bila Anda membuat publikasi mengenai hal
itu, artinya Anda terlibat dalam permainan ABC. Itulah yang dia
inginkan publikasi jadi terkenal. Itu yang ingin dia peroleh. Saya benar
? ?bukan, Dokter" Ia ingin menimbulkan kegemparan.\
121 t Thompson mengangguk. Asisten Komisaris berkata sambil berpikir-pikir,
"Jadi Anda tidak menyetujuinya. Menolak publikasi yang ia kejar. Bagaimana
dengan Anda, Mr. Poirot?"
Poirot tidak mengucapkan sepatah kata pun beberapa saat lamanya. Waktu kemudian
ia membuka suara, ia amat berhati-hati dalam memilih kata-katanya.
"Sulit bagi saya, Sir Lionel," ujarnya. "Saya termasuk orang yang, seperti Anda
ketahui, tertarik pada kasus ini. Tantangan itu ditujukan pada saya. Bila saya
mengatakan, 'Rahasiakan semua fakta jangan dipublikasikan,' apakah nanti tidak
?disalahartikan bahwa saya haus akan pujian" Atau saya takut reputasi saya_akan
jatuh" Sulit! Tapi dengan mengumumkannya mengungkapkan semuanya ada pula segi-
? ?segi yang menguntungkan. Paling sedikit bisa merupakan suatu peringatan..,. Di
lain pihak, saya sama yakinnya dengan Inspektur Crome, bahwa itulah yang
diinginkan si pembunuh untuk kita lakukan."
"Hm!" kata Asisten Komisaris sambil mengusap dagunya. Pandangannya tertuju pada
Dr. Thompson. "Misalnya kita menolak memuaskan nafsu orang gila itu untuk
memperolelrptsblikasi, apa yang akan dia perbuat?"
"Membunuh lagi," ujar dokter itu cepat. "Menantang kita."
122 "Dan bila kita memuatnya sebagai berita utama, apa reaksinya?"
"Jawabannya sama. Di satu sisi Anda memuaskan si gila hormat, di sisi lain Anda
menolaknya. Akibatnya sama. Satu pembunuhan lagi."
"Bagaimana pendapat Anda, Mr. Poiiot?" "Saya setuju dengan pendapat Dokter
Thompson." "Tongkat patah istilahnya eh" Tak ada gunanya. Menuiut Anda berapa banyak ?kejahatan yang ada dalam lencana orang gila itu?"
Dr, Thompson memandang ke arah Poirot.
"Sepertinya dari A sampai Z," katanya dengan nada liang.
"Tentu saja ia takkan sampai ke sana," lanjutnya. "Masih jauh. Anda pasti sudah
berhasil menumpasnya lama sebelum itu. Sungguh rik seandainya kita tahu apa yang
akan dilakukannya kalau ia sampai pada huruf X." Ia berhenti bicara, merasa
bersalah, karena telah mengutarakan spekulasi tadi semata-mata untuk kesenangan
belaka. "Tetapi Anda pasti dapat menangkapnya lama sebelum itu. Taruhlah G atau
H." Asisten Komisaris memukul meja dengan tinjunya.
"Ya Tuhan, maksud Anda kita akan menghadapi lima pembunuhan lagi?"
"Tak akan sebanyak itu, Pak," ujar Inspektur Crome. "Percayalah pada saya."
Ia mengatakannya dengan yakin.
123 "Sampai pada huruf apa menurut Anda, Inspektur?" tanya Poirot.
Ada sedikit nada ironis dalam suaranya. Menurutku, Crome menatapnya dengan sikap
tidak senang, walaupun hal ini tertutup oleh sikap tenangnya yang menonjol.
"Kita pasti dapat menangkapnya, Mr. Poirot. Bagaimanapun juga saya jamin kita
akan menangkapnya sebelum sampai pada huruf F."
Ia menoleh ke arah Asisten Komisaris.
"Saya rasa saya tahu keadaan psikologis kasus ini dengan jelas. Dokter Thompson
akan mengoreksi bila saya salah. Dugaan saya, setiap kali ia berhasil melakukan
kejahatan, keyakinannya akan diri sendiri bertambah kira-kira * seratus persen.
Setiap kali ia akan berpikir, 'Aku cerdik mereka takkan dapat menangkapku!'
?Keyakinan dirinya akui menjadi terlalu kuat, sehingga ia justru menjadi teledor.
Ia melebih-lebihkan kecerdikannya dan ketololan orang lain. Tak lama lagi ia
bahkan tidak akan peduli untuk berhati-hati. Betul bukan, Dokter?"
Thompson mengangguk. "Biasanya kasusnya begitu. Bila digambarkan dengan istilah nonmedis tidak akan
bisa sejelas itu. Anda tahu hal-hal seperti itu, Mr. Poirot. Setujukah Anda?"
Kurasa Crome tidak menyukai pendekatan Dr. Thompson kepada Poirot. Menurut Crome
hanya dia, dan dia sajalah yang ahli di bidang itu.
124 "Betul seperti yang dikatakan Inspektur Crome," ujar Poirot memberikan
persetujuannya. "Paranoia," gumam dokter itu.
Poirot berbalik ke arah Crome.
"Adakah fakta-fakta untuk dipertimbangkan dalam kasus Bexhill?"
"Tak ada yang pasti. Seorang pelayan di Restoran Splendide, Eastbourne,
mengenali foto korban sebagai gadis yang makan malam di sana bersama seorang
laki-laki setengah baya yang memakai kaca mata. Juga dikenali di sebuah
penginapan pinggir jalan di luar kota, yang bernama Scarlet Runner, antara
Bexhill dan London. Di sana mereka melihatnya bersama seorang laki-laki yang
penampilannya seperti seorang perwira Angkatan Laut. Keduanya belum tentu benar,
namun salah satunya mungkin juga benar. Tentu saja ada banyak identifikasi,
namun sebagian bes,a" tidak berguna. Kita belum menemukan jejak ABC."
"Yah, Anda rupanya sudah melakukan apa yang dapat dilakukan, Crome," kata
Asisten Komisaris. "Bagaimana, Mr. Poirot" Apakah ada jalur penyelidikan yang
memberi petunjuk kepada Anda?"
Poirot berkata perlahan, "Menurut saya ada satu petunjuk penting motifnya hsrus ditemukan."?"Bukankah sudah jelas" Kelainan jiwa yang berhubungan dengan abjad. Bukankah itu
istilah yang Anda pakai, Dokter?"
125 ~**-Ca, oui ya, memang," ujar Poirot. "Ada kelainan jiwa sepeiti yang
?disebutkan tadi. Orang, gila selalu punya alasan kuat untuk setiap kejahatan
yang dilakukannya." '
"Sebaiknya, Mr. Poirot," ujar. Crome. "Lihat kasus Stoneman di tahun 1929. Ia
mengakhirinya dengan mencoba membinasakan semua orang yang menjengkelkannya."
Poirot menoleh padanya. "Betul begitu. Namun apabila Anda orang yang cukup berkedudukan dan penting,
Anda tidak mungkin terhindar dari kejengkelan-kejengkelan kecil. Bila seekor
lalat hinggap di kening Anda berkali-kali, menjengkelkan Anda dengan geliti-
kannya apa yang akan Anda perbuat" Anda berusaha membunuhnya. Anda tidak
?menyesalinya. Anda orang penting lalat itu tidak. Anda membunuh lalat-rtu-dan
?kejengkelan sirna. Bagi Anda perbuatan itu waras dan dapat dibenarkan. Anda juga
membunuh lalat kalau Anda mengutamakan kesehatan. Lalat merupakan sumber bahaya
yang .potensial yang mengancam masyarakat lalat itu harus diusir. Begitulah
?kerja otak para kriminal yang berpenyakit jiwa. Tetapi pertimbangkanlah hal
ini apabila para korban dipilih secara alfabetis, mereka tidak disingkirkan
?karena mereka merupakan sumber kejengkelan bagi diri si pembunuh. Terlalu banyak
hal-hal yang kebetulan bila kita menggabungkan keduanya."
"Satu point lagi," ujar Dr. Thompson. "Saya ingat satu kasus di mana suami
seorang wanita 126 dihukum mati. Wanita itu lalu membunuh para anggota juri, satu demi satu. Cukup
lama sebelum pembunuhan-pembunuhan itu ditemukan hubungannya. Kelihatannya
pembunuhan itu dilakukan dengan serarnpangan. Tetapi, seperti kata Mr. Poirot,
tidak ada seorang pembunuh pun yang akan melakukan pembunuhan secara
serarnpangan. Ia akan menyingkirkan orang yang menghalanginya (walaupun tidak
begitu penting), atau karena suatu keyakinan pribadi. Ia menyingkirkan para
pendeta, atau polisi, atau pelacur, karena ia benar-benar yakin bahwa mereka
harus dibunuh. Sejauh penglihatan saya, teori ini tidak dapat diterapkan dalam
kasus ini. Nyonya Ascher dan Betty Barnard tidak dapat dihubungkan sebagai
anggota satu kelas yang sama. Tentu saja ada kemungkinan kelainan jiwa itu dalam
hal sex. Kedua korban adalah wanita. Kita akan icbili mengerti setelah terjadi
pembunuhan berikutnya *?"Demi Tuhan, Thompson. Jangan terlalu ngawur berbicara tentang pembunuhan
beiikutnya," kata Sir Lionel gusar. "Kami akan melakukan apa saja untuk
menghindarkan terjadinya pembunuh-* *an berikutnya."
Dr. Thompson terdiam dan membuang ingusnya ajengan keras.
"Terserah," bunyinya seakan berkata demikian. "Bila kau tak mau menghadapi
kenyataan " Asisten Komisaris menoleh pada Poirot.
?127 "Saya tahu arah pemikiran Anda, tetapi bagi saya belum jelas benar."
"Saya bertanya pada diri saya sendiri," ujar Poirot, "apa yang terlintas dalam
pikiran si pembunuh" Dilihat dari surat-suratnya, ia membunuh semata-mata pour
le sport, untuk berolahraga untuk kesenangan pribadi. Apakah ini benar" Dan
?bila benar demikian, atas dasaT apa ia memilih korbannya, selain yang
berdasarkan urutan abjad} Apabila ia membunuh untuk kesenangan pribadi, ia tidak
akan mengiklankan kenyataan tersebut, karena, sebaliknya, sekarang saja ia dapat
membunuh dengan sesuka hati tanpa diancam hukuman. Tetapi tidak begitu. Seperti
yang kita ketahui bersama, ternyata ia sengaja -membuat kegemparan di depan
umum aintuk menonjolkan dirinya. Dalam hal apa kepribadi-annva merasa ditekan
?sehingga orang dapat menarik hubungan antara kedua korban yang dipilihnya sampai
saat ini" Dugaan terakhir apakah motifnya berhubungan langsung dengan dendam
?pribadi terhadap diri saya, terhadap Hercule Poirot" Apakah ia menantang saya di
depan umum karena saya telah (tanpa sepengetahuan saya) menundukkannya pada
suatu waktu dalam tugas saya" Atau apakah dendamnya tidak terhadap orang
tertentu tetapi ditujukan kepada seorang asing" Dan bila demikian, lagi-lagi
?karus dipertanyakan apa yang menyebabkannya" Apa yang dideritanya yang
disebabkan oleh seorang asing?"
128 "Semua itu pertanyaan yang merupakan kemungkinan-kemungkinan," kata Dr.
Thompson*-. Inspektur Crome menelan ludah.
"Oh, ya" Mungkin saat ini agak sulit dijawab."
"Namun demikian, Kawan," ujar Poirot sambil menatap langsung padanya, "apakah
pemecahannya terletak pada pertanyaan-pertanyaan itu. Seandainya kita tahu
alasan, yang tepat yang mungkin fantastis buat kita tetapi yang juga harus
? ?masuk akal baginya yaitu mengapa orang gila itu melakukan pembunuhan-pembunuhan
?ini, mungkin kita harus tahu, siapa kira-kira yang akan menjadi korban
berikutnya." Crome menggelengkan kepala.
"Ia asal-asalan memilih korbannya itu pendapat saya."
?"Si pembunuh yang murah hati," tukas Poirot. "Apa kata Anda?"
"Si pembunuh yang murah hati! Franz Ascher bisa ditahan karena tuduhan membunuh
istrinya Donald Fraser bisa ditahan karena tuduhan membunuh Betty ?Barnard bila saja tidak ada surat-surat peringatan ABC. Lalu apakah ia begitu
?lembut hati sehingga tidak tega melihat orang lain menderita untuk sesuatu yang
tidak mereka lakukan?"
"Saya tahu hal-hal yang lebih aneh yang pernah terjadi," ujar Dr. Thompson.
"Saya tahu ada orang-orang yang telah membunuh setengah lusin korbannya tapi
lalu berhenti, karena salah satu korbannya tidak langsung mati dan harus mende-
129 rita kesakitan. Namun saya rasa itu bukan alasan tok kita. Ia ingin mendapatkan
pujian melalui kejahatan-kejahatannya. Itulah penjelasan yang paling cocok."
?"Kita belum sampai pada keputusan mengenai publikasi," ujar Asisten Komisaris.
"Bila saya boleh mengusulkan, Pak," ujar Crome. "Mengapa tidak menunggu sampai
surat berikutnya diterima" Publikasikan pada saat itu edisi khusus, dan
?sebagainya. Memang akan membuat panik penduduk kota yang disebutkan, tetapi
setiap orang yang namanya dimulai dengan huruf C akan waspada, dan hal ini akan
membuat ABC makin bersemangat. Ia pasti amat ingin berhasil. Pada saat itulah
kita akan menyergapnya."
Manusia tidak berdaya dan tidak tahu apa yang akan terjadi esok.
0 - 130 14 Surat Ketiga Aku ingat sekali akan kedatangan surat ABC yang ketiga. Boleh dikatakan bahwa
semua tindakan pencegahan telah dilaksanakan, sehingga bila ABC beraksi lagi,
takkan perlu ada penundaan untuk segera bertindak. Seorang sersan muda dari
Scotland Yard berjaga di rumah, dan bila Poirot dan aku tidak ada, tugasnyalah
membuka surat-surat yang datang, sehingga ia dapat segera mengkomunikasikannya
ke markas besar tanpa banyak membuang waktu.
Hari-hari silih berganti dan kami semakin bertambah gelisah. Sikap Inspektur
Crome menjadi semakin angkuh dan tertutup setelah satu per satu petunjuk yang
diharapkannya memudar. -Penjelasan vang kabur mengenai para lelaki yang terlihat
bersama Betty Barnard ternyata tidak berguna. Bermacam-macam mobil yang dikenali
di sekitar Bexhill dan Cooden tidak memberikan keterangan yang memuaskan atau
tidak diketemukan jejaknya. Penyelidikan mengenai pembelian buku panduan kereta
api ABC mengakibatkan kegelisahan dan kecemasan bagi banyak orang yang tak
bersalah.
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
131 Bagi kami sendiri, setiap kali dering bel sepeda tukang pos yang amat kami kenal
itu terdengar di depan pintu, jantung kami berdebar lebih kencang karena rasa
was-was. Paling tidak aku merasakan hal itu, dan aku yakin Poirot pun mengalami
hal yang sama. Aku tahu ia sangat prihatin menghadapi kasus ini. Ia menolak untuk meninggalkan
London, dan lebih suka berada di tempat kalau-kalau sewaktu-waktu ada hal-hal
?darurat. Di hari-hari yang begitu panas, kumisnya pun terkulai baru kali ini
?diabaikan oleh pemiliknya.
Surat ABC yang ketiga datang pada hari Jumat. Pos malam tiba sekitar pukul
22.00. . Begitu mendengar langkah dan dering bel yang tidak asing itu, aku
langsung bangkit dan menuju "ke kotak surat. Ada empat atau lima surat seingatku. Alamat suiat yang
terakhir ditulis dengan huruf cetak.
"Poirot," teriakku... Suaraku lenyap dari pendengaran.
"Sudah datang" Bukalah, Hastings. Cepat. Setiap detik amat berharga. Kita hams
membuat rencana." - *
Aku menyobek sampulnya (baru kali itu Poirot tidak mencela kecerobohanku) dan
mengeluarkan suratnya. "Bacalah," ujar Poirot.
Aku membacanya dengan suara keras,
Mr. Poirot yang malang Tidak begitu hebat dalam soal-soal kriminal sepele ini ?seperti yang
132 Anda pikir, bukan" Masa jaya Anda sudah agak memudar mungkin" Mari kita lihat
apakah kali ini Anda berhasil. Mudah saja kali ini. Churston pada tanggal 30.
Cobalah lakukan sesuatu untuk mengatasinya! Agak membosankan bila segalanya
dilakukan dengan cara saya! Selamat berburu.
Hormat saya, ABC "Churston," kataku sambil meloncat mengambil buku ABC. "Mari kita lihat di mana
letaknya." "Hastings," suara Poirot begitu tajam menyela. "Kapan surat itu ditulis, adakah
tanggal yang tertera?"
?"Ditulis tanggal 27," tukasku.
"Betulkah pendengaranku, Hastings" Apakah ia menyebut tanggal 30 sebagai
tanggal-pmrtiw-nuhan?"
"Betul. Coba kulihat, tanggal "
?"Bon Dieu, ya Tuhan, Hastings sadarkah kau" Hari ini tanggal 30."
?Tangannya menunjuk kalender di dinding. Aku mengambil surat kabar hari itu untuk
meyakinkan diri. "Akan tetapi mengapa bagaimana ?" aku tergagap.
? ?Poirot memungut sampul surat yang sobek itu dari lantai. Sesuatu yang aneh pada
surat itu samar-samar memenuhi benakku, namun karena aku terlalu ingin cepat-
cepat mengetahui isi surat -
133 nya, maka hanya sekilas saja aku memperhatikannya.
Pada saat itu Poirot tinggal di Whitehaven Mansions. Alamat yang tertulis pada
surat itu berbunyi: M. Hercule Poirot, Whiteborse Mansions. Di sudut tertulis:
"Tidak dikenal di Wbiteborse Mansions, E.Cl, atau Whitehourse Court Coba
?Whitehaven Mansions."
"Mon Dieul" gumam Poirot. "Orang gila ini tak memberi kesempatan sama sekali"
Vite vite cepat, kita harus segera menghubungi Scotland .Yard."
? ?Beberapa saat kemudian kami telah berbicara Jengan Crome lewat telepon.
Inspektur yang pandai menahan diri itu tidak segera memberi jawaban. "Oh, ya?"
Malahan bibirnya segera menggumamkan kutukan. Ia mendengar penjelasan kami, lara
memutuskan hubungan untuk secepat mungkin memperoleh sambungan telepon ke
Churston. "C'est trop tard sangat terlambat," gumam Poirot.?"Kau yakin akan hal itu?" bantahku, walaupun rasanya tipis harapan.
Ia menengok jam dinding. "Jam sepuluh lewat dua puluh menit" Satu jam empat puluh menit perjalanan.
Apakah ABC dapat ditahan dalam waktu begitu lama?"
Aku membuka panduan kereta api yang tadi kuambil dari rak buku.
"Churston, Devon," aku membaca, "dari Pady
134 dington 204 3/4 mil. Populasi 544. Agaknya daei rah kecil. Pasti tokoh kita akan
terkurung dan mudah dikenali."
"Walaupun demikian, satu nyawa pasti sudah berhasil direnggut," gumam Poirot.
"Ada kereta api apa" Kurasa kereta api bisa lebih cepat daripada mobil."
"Ada kereta api tengah malam lengkap dengan kabin bertempat tidur ke Newton
?Abbot tiba di sana jam 06.08 pagi, dan di Churston jam 07.15."
?"Dari Paddington?"
"Betul, Paddington."
"Kita naik kereta api itu, Hastings."
"Tidak ada waktu untuk mendapat informasi sebelum kita berangkat."
"Bila kabar buruk itu kita terima malam ini atau besok, apa bedanva?"
"Pasti ada bedanya."
Aku mengatur barang-barang kami di dalam satu kopor, sementara Poirot menelepon
Scotland Yard sekali lagi.
Beberapa menit kemudian ia kembali ke kamar tidur dan memprotes,
"Mais qu'est-ce que vousfaites ld"i Kau sedang apa?"
?"Aku membantumu berbenah. Kupikir akan menghemat waktu."
"Vous eprouvez trop d'emotion, Hastings kau terlalu emosional. Memerlukan
?keterampilan dan kecerdikan tersendiri. Begitukah caranya melipat
135 jas" Dan lihatlah apa yang kaulakukan dengan piyamaku. Bila botol cat rambutku
pecah, apa jadinya?"
"Masya Allah, Poirot," teriakku, "ini soal hidup dan mati. Apa artinya pakaian
kita?" "Kau tak bisa memperhitungkan sesuatu, Hastings. Kita tidak dapat berangkat
dengan kereta api itu sebelum waktu keberangkatannya, dan * membuat kusut
?pakaian juga tidak akan mencegah terjadinya suatu pembunuhan."
Ia memaksa mengambil alih kopor itu dan membenahinya.
Ia menjelaskan bahwa kami akan membawa surat dan sampulnya ke Paddington.
Seorang pe- tugas Scotland Yard akan menemui kami di sana.?Pada waktu kami tiba di peron, orang pertama yang kami lihat adalah Inspektur
Crome. * Ia menjawab pandangan Poirot yang penuh tanda'tanya.
"Belum ada berita. Semua petugas yang ada siap siaga. Semua orang yang namanya
dimulai dengan huruf C telah mendapat peringatan sebisa mungkin melalui telepon.
Hanya tinggal soal kesempatan saja. Mana suratnya?"
Poirot memberikan surat itu padanya.
Ia memperhatikannya, sambil mengutuk pelan.
"Tinggal nasib saja. Semua kekuatan sudah di "Tidakkah Anda berpikir bahwa peringatan ini dilakukan dengan sengaja?" tanyaku.
Crome menggelengkan kepala.
136 "Tidak. Ia punya aturan permainan aturan gila dan ia mematuhinya. Ia
? ?menekankan bahwa peringatan harus diberikan supaya adil. Dengan begitu ia dapat
menyombongkan diri. Tapi sekarang saya tidak yakin saya hampir saja bertaruh
?bahwa laki-laki itu minum whisky cap White Horse."
"Ah, c'est ingenieux ca. Sungguh pintar!" ujar Poirot tak seperti
?biasanya penuh kagum. "Ia menulis surat itu dan botolnya ada di hadapannya."
?"Biasanya begitu," kata Crome. "Kita semua sesekali pasti pernah mengalami hal
yang sama: secara tidak sadar menyalin sesuatu yang terlihat di depan mata. Ia
mulai menulis White, lalu yang seharusnya haven ia tulis horse...."
Kami baru tahu, inspektur itu ternyata juga akan naik kereta api.
, "Kalaupun kita mujur dan tidak terjadi apa-apa, Churston telah dicanangkan
sebagai tempat kejadian. Pembunuh kita berada di sana, atau telah pergi ke sana
hari ini. Salah satu anak buah saya berjaga terus di telepon, kalau-kalau ada
berita masuk." Persis sebelum kereta api meninggalkan stasiun, kami melihat seorang laki-laki
berlari-lari di peron Ia menuju ke jendela inspektur itu dan memanggilnya.
Pada waktu kereta api mulai meninggalkan stasiun, Poirot dan aku bergegas jalan
di sepan - 137 jang koridor dan mengetuk pintu kabin inspektur itu.
"Anda sudah mendapat kabar?" tanya Poirot.
Crome berkata perlahan, "Seburuk dugaan kita. Sir Carmichael Claike ditemukan dengan kepala hancur
dipukul." Walaupun nama Sir Carmichael Clarke tidak begitu dikenal umum, ia adalah orang
yang berpengaruh. Pada zamannya ia seorang dokter spesialis tenggorokan yang
punya nama. Setelah pensiun dari profesinya, ia dapat menekuni hobi
utamanya koleksi barang-barang pecah-belah dan porselen Cina. Beberapa tahun ?kemudian, ia mewarisi kekayaan pamannya yang sudah lanjut, dan dengan demikian
bisa lebih menekuni hobinya. Kini ia menjadi pemilik koleksi karya seni Cina
yang paling terkenal. Ia sudah berkeluarga, rrtapi ridak-mempunyai keturunan dan
tinggal di sebuah rumah yang ia bangun sendiri di dekat Pantai Devon. Ia hanya
pergi ke London sesekali, misalnya kalau ada lelang besar.
Mudah dibayangkan bahwa kematiannya, setelah kematian Betty Barnard yang muda
dart menarik itu, pasti akan menjadi sensasi terbesar tahun itu, terutama karena
saat itu bulan Agustus, dan bahwa surat kabar mendapat kesulitan untuk mencari
topik-topik yang menarik.
"Eh bien," ujar Poirot. "Kemungkinan -publikasi akan berhasil melakukan apa yang
gagal dilakukan oleh usaha-usaha kita sendiri. Seluruh negeri kini akan mencari
ABC." 138 "Sialnya," kataku, "itulah yang ia inginkan.
"Betul. Namun demikian mungkin tidak ada usaha apa-apa yang dilakukannya.
Setelah puas dengan keberhasilannya ia menjadi kurang berhati-hati.... Itu harapan
saya bahwa ia akan mabuk oleh kecerdikannya sendiri."
?"Aneh sekali, Poirot," seruku, tiba-tiba ada sesuatu yang terpikir. "Tahukah
kau, untuk kejahatan jenis ini, inilah pertama yang kita tangani bersama" Semua
pembunuhan biasanya boleh dikatakan pembunuhan karena persoalan pribadi."
?"Kau benar, Kawan. Sampai kini kita selalu bekerja dari dalam. Biasanya sejarah
kehidupan si korbanlah yang penting. Termasuk faktor-faktor vang penting adalah:
'Siapa yang beruntung dengan kematiannya" Kesempatan yang bagaimana yang ada
pada orang-orang di sekitarnya, b mereka yang melakukan pembunuhan itu"' Selalu
merupakan crime intime kejahatan pribadi. Di sini, untuk pertama kalinya dalam
?kerja sama kita, kita bertemu dengan seorang pembunuh berdarah dingin dan kejam.
Pembunuh dari luar."
Aku bergidik. "Mengerikan...."
"Ya. Sejak semula, pada waktu aku membaca surat pertamanya, aku merasa ada
sesuatu yang aneh sttatu penyimpangan____"
?Ia memberi isyarat tak sabar.
"Orang harus bisa menahan diri.... Ini tidak lebih buruk dari kejahatan biasa...."
139 "Ini... Ini..."
"Apakah lebih kejam merenggut kehidupan seseorang atau orang-orang yang tidak
kita kenal daripada seseorang yang dekat dan kita kasihi seseorang yang
?mempercayai kita, mungkin?"
"Lebih kejam karena itu perbuatan gila____"
"Tidak Hastings. Tidak lebih kejam. Hanya lebih sulit."
"Tidak, tidak. Aku tidak setuju denganmu. Ini benar-benar sangat menakutkan."
Hercule Poirot berkata sambil berpikir-pikir,
"Seharusnya perbuatan orang gila lebih mudah dilacak. Suatu kejahatan yang
dilakukan oleh orang yang licin dan waras akan jauh lebih rumit. Bila saja
seseorang bisa menemukan idenya.... Soal abjad ini ada sesuatu yang keliru. Kalau?saja aku bisa menemukan idenya... segalanya akan menjadi jelas dan mudah...."
?Ia mendesah dan menggelengkan kepalanya.
"Kejahatan ini tidak boleh diteruskan. Aku harus segera menemukan keadaan yang
sebenarnya.... Ayolah, Hastings. Tidurlah. Banyak yang harus kita lakukan esok."
140 15 Di antara Brixham di satu sisi dan Paignton serta Torquay di sisi lain, letak
Churston kira-kira di tengah tikungan Torbay. Kira-kira sepuluh tahun yang lalu
tempat ini masih merupakan lapangan golf dan di bawah lapangan ada ladang-ladang
menghijau yang mengarah ke laut, dengan satu-dua rumah pertanian yang dihuni
penduduk. Namun tahun-tahun terakhir ini ada kemajuan pesat dalam pembangunan
antara Churston dan Paignton dan-sepanjang pantai kini penuh dengan rumah-rumah
kecil, bungalow, jalan-jalan baru, dan sebagainya.
Sir Caimichael Clarke membeli tanah seluas kira-kira dua are dengan pemandangan
ke laut yang sama sekali tidak terhalang dai i tempat itu. Rumah yang dibelinya
bergava modern berben-tuk empat persegi panjang dan warnanya putih serta sedap
?dipandang mata. Selain daripada dua galeri besar di mana koleksinya tersimpan,
rumahny*a~sendiri tiHak luas.
Kami tiba di sana jam 08.00 pagi. Seorang perwira polisi setempat menemui kami
di stasiun dan TAMAN BACAAN
?".oS** 141 Sir Carmichael Clarke membuat kami au courant tidak ketinggalan berita mengenai keadaannya.
? ?Rupanya Sir Carmichael Clarke mempunyai kebiasaan berjalan-jalan setelah makan
malam tiap-tiap hari. Pada waktu polisi menelepon kira-kira pukul
?23.00 mereka telah mendapat kepastian bahwa Sir Carmichael Clarke belum
?kembali. Oleh karena ia selalu menyusuri jalan yang sama, regu pencari tidak
membutuhkan waktu lama untuk menemukan tubuhnya. Kematiannya disebabkan oleh
pukulan keras dengan sesuatu yang berat di belakang kepala. Sebuah ABC yang
terbuka diletakkan menelungkup pada tubuh korban.
Kami tiba di Combeside (sebutan bagi rumah itu) kira-kira pukul delapan. Pintu
dibukakan oleh seorang pelayan tua. Tangannya yang gemetar dan wajahnya yang
teilihat bingung menunjukkan bagaimana pengaruh tragedi itu pada dirinya.
"Selamat pagi, Deveril," kata perwira polisi setempat.
"Selamat pagi, Mr. Wells."
"Ini Tuan-tuan yang dari London, Deveril."
"Silakan, Tuan." Ia mengantarkan kami ke sebuah ruang makan panjang, di mana
makan pagi sudah terhidang. "Saya akan memanggil Tuan Franklin, Tuan."
Beberapa saat kemudian seorang laki-laki bertubuh besar dengan rambut pirang dan
wajah terbakar matahari memasuki ruangan.
Inilah Franklin Clarke, satu-satunya saudara laki-laki korban.
Sikapnya mantap dan meyakinkan, seakan terbiasa menghadapi keadaan darurat.
"Selamat pagi, Tuan-tuan."
Inspektur Wells membuka perkenalan.
"Ini Inspektur Crome dari C.I.D., Mr. Hercule Poirot, dan hm Kapten Hayter."? ?"Hastings," aku mengoreksi dengan sikap dingin.
Franklin Clarke bersalaman dengan kami satu per satu dan setiap kali diikuti
dengan tatapannva yang tajam.
"Saya ingin mengajak Anda semua maka*r^pagi bersama saya," ujarnya. "Kita dapat
membicarakan situasinya sambil makan."
Tidak terdengar suara yang menyatakan keberatan dan kami segera dihadapkan pada
pilihan hidangan telur, daging babi asap, dan kopi yang nikmat.
"Sekarang mengenai pokok persoalannya," ujar Franklin Clarke. "Inspektur Wells
telah memberikan gambaran kasar tentang situasi semalam. Yah, rasanya seperti
salah satu cerita paling buruk yang pernah saya dengar. Inspektur Crome,
betuikah saudara saya yang malang telah menjadi korban seorang-pembunuh berdarah
dingin, bahwa ini merupakan pembunuhan ketiga yang dilakukannya dan bahwa dalam
setiap kasus, panduan kereta api ABC diletakkan di sisi tubuh korban}"
143 "Pada pokoknya, begitulah situasinya, Mr. Clarke."
"Tetapi mengapa} Keuntungan apa yang diperoleh dari kejahatan semacam
itu walaupun dengan imajinasi abnormal sekalipun?"
?Poirot menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Anda langsung pada pokok persoalannya, Mr. Franklin," katanya.
"Pada tahap ini tidak banyak yang diketahui mengenai motifnya, Mr. Clarke," ujar
Inspektur Crome. "Itu soal yang harus ditangani ahli ilmu jiwa walaupun
?sebenarnya saya punya pengalaman dengan kasus-kasus kriminal yang pelakunya
mempunyai kelainan jiwa, dan biasanya motifnya amat tidak memadai. Ada suatu
dorongan untuk menonjolkan diri, untuk membuat kegemparan di muka umum bahkan,
?ingin mendapat pengakuankarena takut menjadi orang yang tak berarti."
"Benarkah itu, Mr. Poirot?"
Clarke seakan meragukan hal itu. Pendekatannya pada lelaki yang lebih tua itu
tidak begitu dapat diterima oleh Inspektur Crome yang bermuka masam.
"Betul sekali," jawab sahabatku.
"Bagaimanapun juga, orang semacam itu akan tercium kejahatannya dalam waktu
singkat," ujar Clarke sambil merenung.
"Vous croyez} Anda yakin" Ah, tetapi mereka amat licin ces gens la\ Ya,
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
? ? ?mereka memang begitu. Dan Anda harus ingat, orang semacam itu
144 biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda yang berarti yang kelihatan dari luar ia
?termasuk orang dari kelas yang biasanya diremehkan, diabaikan, atau bahkan
ditertawakan!" "Dapatkah Anda menceritakan beberapa fakta, Mr. Clarke?" ujar Crome, memutuskan
percakapan. "Tentu." "Saya dengar saudara Anda dalam keadaan sehat dan kondisinya baik-baik saja
kemarin" Ia . tidak menerima surat-surat yang tidak diharapkan" Tak ada yang
membuatnya kesal?" "Tidak. Rasanya ia dalam keadaan seperti biasa saja."
"Tidak kesal atau ada yang dikuatirkan?"
"Maaf, Inspektur. Saya tidak mengatakan demikian. Kesal dan kuatir itu sudah
menjadi hal yang biasa bagi saudara saya."
"Mengapa begitu?"
"Mungkin Anda tidak tahu bahwa ipar saya, Lady Clarke, keadaan kesehatannya amat
buruk. Terus terang, ini hanya saya kemukakan pada Anda saja. Ia menderita
kanker yang tak tersembuhkan, dan tidak akan bisa bertahan lama. Penyakitnya
amat menyiksa pikiran saudara saya. Saya sendiri baru kembali dari Timur belum
lama ini dan juga kaget melihat perubahan dalam diri saudara raya itu."
Poirot menyela dengan satu pertanyaan.
"Seandainya, Mr. Clarke, saudara Anda ditemukan tertembak di kaki tebing atau ?tertembak
145 dengan revolver yang ditemukan di sampingnya, apa yang pertama-tama Anda
pikirkan?" "Terus terang, saya pasti akan menduga bahwa ia bunuh diri," ujar Clarke.
"Encorel Begitulah," kata Poirot.
"Apa maksud Anda?"
"Fakta yang berulang. Tidak apa-apa."
"Namun demikian, itu bukan bunuh diri," potong Crome ketus. "Lalu, setahu saya,
Mr. Clarke, sudah menjadi kebiasaan saudara Anda untuk berjalan-jalan setiap
malam?" "Benar. Itulah kebiasaannya."
"Setiap malam?"
"Yah, tetapi tentu tidak kalau hujan." "Dan semua orang di rumah ini tahu
tentang kebiasaannya ini?" "Tentu saja." "T^an df luar?"
"Saya tidak begitu mengerti dengan maksud Anda di luar. Saya tidak yakin apakah
tukang kebun mengetahuinya atau tidak."
"Dan di desa?" "Sebenarnya di sini tidak ada desa. Ada kantor pos dan beberapa penginapan di
Churston Ferrers tetapi tidak ada desa atau toko-toko."
?"Saya rasa orang asing yang berkeliaran di sekitar tempat ini akan mudah
dikenali?" "Sebaliknya. Dalam bulan Agustus dagrah ini ramai dikunjungi pelancong. Setiap
hari mereka datang dari Brixham dan Torquay serta Paignton dengan mobil, bis,
atau berjalan kaki. Broadsands,
146 terletak di bawah sana (ia menunjuk), .merupakan pantai yang populer, demikian
juga Elbury Cove merupakan sebuah daerah indah yang terkenal dan orang-orang ?datang ke sana untuk berekreasi. Saya lebih senang kalau mereka tidak ke sana!
Anda belum tahu bagaimana indah dan tenangnya tempat ini di bulan Juni dan awal
Juli." "Jadi menurut Anda seorang pendatang tidak akan cepat dikenali?"
"Tidak, kecuali jika ia kelihatan hm, miring otaknya."
?"Orang ini tidak kelihatan gila," ujar Crome pasti. "Anda tahu maksud saya, Mr.
Clarke. Orang ini pasti telah mempelajari situasi sebelumnya dan tahu mengenai
kebiasaan saudara Anda berjalan-jalan- di malam hari. Saya rasa kemarin tidak
ada orang asing yang datang ke rumah dan ingin menemui Sir Carmichael?"
"Setahu saya tidak tetapi sebaiknya kita tanya Deveril."
?Ia membunyikan bel dan menanyakan hal itu pada pelayan itu.
"Tidak, Tuan, tidak ada yang datang untuk bertemu dengan Tuan Carmichael. Dan
saya juga tidak melihat orang yang mondar-mandir di sekitar rumah. Pembantu-
pembantu wanita juga tidakr"saya_sudah menanyai mereka."
Pelayan itu menunggu sebentar, lalu bertanya, "Sudah cukup, Tuan?"
"Ya, Deveril, kau boleh pergi."
147 Pelayan itu pergi, di pintu ia menyisih dan membiarkan seorang wanita muda
lewat. Franklin Clarke bangkit pada waktu wanita itu datang.
"Ini Miss Grey, Tuan-tuan. Sekretaris saudara saya."
Perhatianku segera tertuju pada kulit gadis itu, yang amat putih seperti kulit
orang Skandinavia. Rambutnya abu-abu, hampir putih matanya berwarna abu-abu
?muda wajahnya berwarna pucat jernih, seperti orang-orang Norwegia dan Swedia.
?Umurnya kira-kira dua puluh tujuh tahun dan agaknya ia juga efisien, selain
pandai berhias. "Apa yang dapat saya bantu?" tanyanya setelah ia duduk.
Clarke mengulurkan secangkir kopi untuknya, tetapi gadis itu menolak untuk
makan. "Apakah Anda yang menangani korespondensi Sir Carmichael?" tanya Crome. "Ya,
semuanya." "Saya rasa ia tidak pernah menerima surat yang bertanda tangan ABC?"
"ABC?" Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Saya yakin tidak."
"Tidakkah ia menyebut-nyebut seseorang yang berkeliaran di sekitar tempat ini
hjja-wr sedang berjalan-jalan akhir-akhir ini?"
-"Tidak. Ia tidak pernah mengatakan apa-apa tentang itu."
148 "Dan Anda sendiri tidak melihat orang yang asing?" ~
"Kalaupun ada, tidak dapat dikatakan berkeliaran. Tentu saja ada banyak orang
yang bisa dibilang mondar-mandir pada bulan-bulan ini. Kami sering bertemu
mereka yang sedang berjalan-jalan tanpa tujuan, menyeberangi lapangan golf atau
di jalan-jalan setapak yang mengarah ke laut. Secara ringkas boleh dikatakan
bahwa setiap orang yang kami temui di musim ini adalah orang asing."
Poirot mengangguk sambil merenung.
Inspektur Crome minta ditunjukkan tempat Sir Carmichael berjalan-jalan setiap
malam. Franklin Clarke mengantar kami melewati sebuah pintu berlapis kaca, dap
Miss Grey menemani kami. Ia dan aku agak tertinggal di belakang yang lain.
"Sulit' dipercaya. Saya sudah naik ke tempat tidur semalam, waktu polisi
menelepon. Saya mendengar suara ribut di bawah dan akhirnya Saya keluar dan
menanyakan apa yang terjadi. Deveril dan Mr. Clarke sedang akan pergi sambil
membawa lentera." "Jam berapa biasanya Sir Carmichael kembali dari jalan-jalan?"
"Kira-kira jam sepuluh kurang seperempat. Biasanya ia masuk sendiri me alui
pintu samping, tetapi kadang-kadang ia langsung naik ke t^kpat-tidur, atau ke
galeri di mana koleksinya Kusimpan. Oleh sebab itu kalau polisi tidak menelepon,
149 pasti tidak ada orang yang tahu bahwa ia tidak kembali sebelum mereka
meneleponnya pagi ini."
"Istrinya pasti amat shock?"
"Lady Clarke diberi morfin dosis tinggi. Saya kira dalam keadaan demikian ia
tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."
Kami keluar melewati pintu kebun, ke lapangan golf. Setelah menyeberangi salah
satu sudut lapangan itu, kami melompati pagar kayu, dan sampai ke jalan setapak
yang curam dan berkelok-kelok.
"Jalan ini menuju Elbury Cove," Franklin Clarke menjelaskan. "Tetapi dua tahun
yang lalu mereka membuat jalan baru menyimpang dari jalan utama ke Broadsands, ?terus ke Elbury, jadi praktis kini jalur ini jarang dilewati orang."
Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak itu. TTi ujurrg^cla sebuah jalan
tikus di antara semak-semak berduri dan pakis yang menuju ke laut. Tiba-tiba
kami sampai ke tempat terbuka, di atas tebing yang ditumbuhi rerumputan dan
menghadap ke laut serta pantai yang berhiaskan batu-batu putih yang berkilauan.
Di sekeliling kami pohon-pohon berwarna hijau tua tumbuh sampai ke tepi laut.
Sebuah tempat y^ijj^mempe-sona putih, hijau tua dan biru safir.
? ?"Sungguh indah!" seruku.
Clarke menolah padaku dengan penuh sema-
"Memang indah, bukan" Mengapa orang ingin ke luar negeri, ke Riviera, bila kita
memiliki tem - 150 pat seperti ini! Saya telah berkeliling ke seluruh dunia di masa lalu dan, terus
terang saja, saya belum pernah melihat tempat seindah ini."
Lalu, seakan malu akan sikapnya yang terlalu bersemangat, ia berbicara dengan
nada yang lebih datar. "Ini tempat jalan-jalan saudara saya. Ia selalu berjalan-jalan sampai ke sini,
lalu kembali ke jalan semula tapi tidak membelok ke kiri melainkan ke kanan,
melewati tanah pertanian dan padang rumput, lalu kembali ke rumah."
Kami terus berjalan sampai tiba di sebuah tempat-dekat pagar hidup di tengah
padang rumput di mana tubuh korban ditemukan.?Crome mengangguk.
"Cukup mudah. Laki-laki itu berdiri di sini -terlindung bayang-bayang. Saudara
Anda pasti tidak melihat apa-apa sampai pukulan itu-jceng-han tamnya."
Gadis di sampingku bergidik.
Franklin Clarke berkata, "Tahan dirimu, Thora. Memang biadab, tetapi tak ada gunanya mengelakkan
kenyataan." Thora Grey nama yang cocok buatnya.
?Kami kembali ke rumah di mana tubuh korban telah diangkut, setelah dibuat
fotonya. Pada saat kami menaiki tangga rumah yang lebar itu. dokter keluar dari sebuah
kamar dengan tas hitam di tangan.
"Ada yang dafSat Anda informasikan, Dokter?" tanya Clarke.
151 Dokter itu menggelengkan kepalanya.
"Kasusnya amat-sederhana. Saya akan menvim-pan hal-hal teknisnya untuk
pemeriksaan. Namun ia tidak menderita. Kematian rupanya terjadi seketika."
Ia beranjak pergi. "Saya akan masuk dan menengok Lady Clarke."
Seorang perawat rumah sakit keluar dari kamar di ujung lorong dan dokter itu
mengikutinya. Kami masuk ke kamar yang baru djtiiggalkan dokter itu.
Aku segera ke luar lagi. Thora Grey masih berdiri di ujung tangga.
Ekspresi wajahnya agak aneh dan ketakutan. "Miss Grey " aku berhenti, "apa yang
?ter-"adP" Ia memandangku. "Saya sedang berpikir," ujarnya "mengenai huruf D."
?"Huruf D?" aku menatapnya dungu.
"Ya. Pembunuhan berikutnya. Sesuatu harus dilakukan. Kejahatan ini harus
dihentikan." Clarke keluar dari kamar di belakangku.
Katanya, "Apa yang harus dihentikan, Thora?" "Pembunuh yang kejam itu." 4 "Betul." Rahang
Clarke terlihat kaku dan menantang. "Saya ingin berbicara dengan Mr. Poirot
152 nanti.... Apakah Crome cukup baik?" Ia mengucapkan kata-kata itu secara cak
terduga-duga. Aku menjawab bahwa ia diakui sebagai seorang perwira yang cerdik, i
Mungkin suaraku terdengar tidak begitu antusias seperti yang seharusnya.
"Sikapnya amat kasar," ujar Clarke. "Sepertinya ia tahu segala-galanya namun ?apa sebenarnya yang diketahuinya" Setahu saya, tidak ada."
Ia diam beberapa saat. Lalu katanya lagi, "Saya bersedia mengeluarkan uang
berapa saja untuk Mr. Poirot. Saya punya sebuah rencana.
Tetapi sebaiknya nanti saja kita bicarakan." Ia berjalan di lorong dan mengetuk
pintu yang sama, yang tadi dimasuki dokter itu.
Aku ragu-ragu sejenak. Gadis itu memandang lurus ke depan seperti tersihir.
?"Apa yang Anda pikirkan, Miss Grey?"
Ia menoleh memandangku. "Saya terus bertanya-tanya, di mana ia sekarang... pembunuh itu maksud saya. Belum
lagi dua belas jam sejak kejadiannya.... Oh! Tak adakah ahli tenung yang benar-
benar pandai melihat di mana ia kini dan apa vang sedang dilakukannya...?"
"Polisi sedang mencarf^* ujarku. Kata-kataku memecahkan lamunannya. Thora Grey
kembali ke dunia nyata. "Ya," ujarnya. "Tentu saja."
153 Ia menuruni tangga. Aku berdiri di sana agak lebih lama, merenungkan kata-
katanya dalam pikiranku. ABC... 16 155 (Bukan dari Cerita Pribadi Kapten Hastings)
Mr. Alexander Bonaparte cust keluar bersama-sama dengan penonton lain dari
Torquay Pavillion, setelah selesai menonton sebuah film yang amat emosional,
berjudul Not A Sparrow....
Ia mengerjapkan matanya sesaat karena silau oleh cahaya matahari sore dan
memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan sikap linglung, yang sudah jadi ciri
khasnya. Ia bergumam sendiri, "Sebuah gagasan..."
Beberapa tukang koran lewat sambil berteriak,
"Berita terakhir.... Pembunuh berdarah dingin, di Churston...."
Mereka membawa poster-poster bertuliskan: PEMBUNUHAN CHURSTON. BERITA TERAKHIR.
Mr. Cust meraba-raba sakunya, menemukan koin dan membeli surat kabar. Ia tidak
segera-membukanya. Ia memasuki Princess Gardens dan perlahan berjalan ke tempat yang teduh yang
menghadap ke pelabuhan Torquay. Ia duduk, lalu membuka surat kabar itu.
Berita-berita utama ditulis dengan huruf besar:
SIR CARMICHAEL CLARKE TERBUNUH
TRAGEDI MENGERIKAN DI CHURSTON
ULAH SEORANG PEMBUNUH BERDARAH DINGIN
Dan di bawahnya: Hanya sebulan yang lalu Inggris dikejutkan dan diguncangkan oleh pembunuhan
seorang gadis muda, Elizabeth Barnard di Bexhill. Mungkin Anda masih ingat,
bahwa sebuah buku panduan kereta api ABC dikemukakan dalam kasus itu. Sebuah ABC
juga ditemukan di dekat tubuh Sir Carmichael Clarke, dan polisi cenderung punya
dugaan bahwa kedua pembunuhan itu dilakukan-oleh orang yang sama. Mungkinkah
seorang pembunuh berdarah dingin sedang mengintai di daerah-daerah wisata di
tepi pantai"... Seorang pemuda bercelana flanel dan berbaju biru cerah yang duduk di samping Mr.
Cust ber-komerftar, "Perbuatan kejam hm?"?Mr. Cust terkejut.
"Oh, sangat sangat kejam "
? ?Pemuda itu melihat antgan Mr. Cust gemetar sehingga ia hampir tidak dapat
memegangi surat kabar itu.
"Anda takkan bisa memahami orang-orang sakit jiwa," kata pemuda itu, yang
?kelihatan ber - 156 gairah untuk mengobrol. "Mereka tidak selalu kelihatan gila. Sering kali mereka
terlihat sama saja seperti Anda atau saya...."
"Betul," ujar Mr. Cust. "Memang benar. Kadang-kadang perang yang
?menyebabkannya dan sejak itu mereka tidak pernah pulih."
?"Saya rasa Anda benar.",-
"Saya tidak setuju adanya perang," kata pemuda itu.
Teman ngobrolnya menoleh memandangnya.
"Saya tidak suka adanya wabah penyakit, " penyakit tidur dan kelaparan serta
kanker... namun semuanya toh terjadi juga!"
"Perang dapat dicegah," tukas pemuda itu yakin.
Mr. Cust tertawa. Ia terus tertawa beberapa saat lamanya.
Pemuda itu jadi sedikit ngeri.
"Rupanya ia sendiri agak gila," pikirnya.
Lalu ia berkata agak keras,
"Maaf, Pak, saya rasa Anda pernah terlibat dalam perang."
"Betul," kata Mr. Cust. "Perang telah telah mengguncangkan saya. Sejak itu ? ?kepala saya tidak pernah baik. Sering sakit. Amat sakit."
"Olr! Saya bersimpati pada Anda," kata pemuda itu canggung.
"Kadang-kadang saya tidak tahu apa yang saya lakukan____"
157
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benarkah" Wah, saya harus pergi," ujar pemuda itu dan bergegas beranjak dari
situ. Ia tahu bagaimana seseorang yang mulai berbicara mengenai kesehatannya.
Mr. Cust duduk sambil memegangi surat kabarnya.
Ia membaca dan mengulanginya.... Orang-orang lalu-lalang di depannya. Kebanyakan
mereka memperbincangkan pembunuhan itu____
"Mengerikan... apakah menurutmu ada sangkut-pautnya dengan orang Cina" Bukankah
pelayan itu bekerja di kafetaria Cina"..." "Kejadiannya di lapangan golf...."
"Kudengar di pantai...." " tetapi, Sayang, baru kemarin kita minum teh di El
?bury...." " polisiyakin akan dapat menangkapnya...." " mungkin ia akan segera
? ?tertangkap...." " kemungkinan besar ia ada di Torquay... wanita yang satu lagi yang
?terbunuh, siapa namanya..."
Mr. Cust melipat surat kabar itu dengan rapi dan meletakkannya di tempat duduk.
Kemudian ia bangkit dan berjalan linglung menuju ke kota.
Gadis-gadis melewatinya, mereka memakai gaun putih, merah muda, dan biru, gaun-
gaun musim panas, celana panjang atau celana pendek. Mereka tertawa-tawa riang.
Mata mereka memperhatikan laki-laki yang berpapasan dengan mereka.
158 Tidak sekali pun mata mereka memandang Mr. Cust.
Ia duduk pada sebuah meja kecil dan minta disediakan teh dan krim Devonshire____
159 17 Mencatat Waktu Dengan terbunuhnya Sir Carmichael Clarke, misteri ABC jadi buah bibir
masyarakat. Surat kabar-surat kabar hanya dipenuhi kasus ini. Segala macam "petunjuk"
dilaporkan telah diketemukan. Diumumkan bahwa penahanan beberapa orang segera
dilakukan. Foto setiap orang atau tempat yang sedikit saja dapat dihubungkan
dengan pembunuhan itu, dipublikasikan. Wawancara-wawancara dilaksanakan dengan
siapa saja yang mau dimintai keterangannya. Pertanyaan-pertanyaan diajukan di
Parlemen. Pembunuhan Andover kini dihubungkan dengan kedua pembunuhan lainnya.
Scotland Yard berpendapat bahwa publikasi besar-besaran akan memberikan
kesempatan pada mereka untuk menjebak si pembunuh. Penduduk Inggris telah
berubah menjadi pasukan mata-mata amatir.
Surat kabar Daily Flicker mendapatkan inspirasi besar untuk memakai judul:
Siapa tahu ia ada di kota Andal
Poirot, tentu saja, terlibat penuh dalam segala kesibukan itu. Surat-surat yang
dikirimkan kepa - 160 danya dipublikasikan dan direproduksi. Ia dituduh secara gencar karena dianggap
tidak mencoba mencegah pembunuhan-pembunuhan yang terjadi. Pembelaan Poirot
didasarkan pada kenyataan bahwa dia pun sedang memburu pembunuh itu.
Para wartawan tak putus-putus mendesaknya untuk sebuah wawancara.
Apa Kata M. Poirot Hari Ini. ' Yang biasanya diikuti dengan setengah kolom
laporan omong kosong. M. Poirot Membeberkan Pandangan-pandangannya Mengenai Situasi Ini.
M. Poirot di Ambang Sukses.
Kapten Hastings,*sahabat karib M. Poirot, mengatakan kepada reporter kami...
"Poirot," seruku. "Percayalah padaku. Aku tak pernah mengatakan hal-hal-semacam
itu." Sahabatku akan menjawab dengan sabar
"Aku tahu, Hastings aku tahu. Kata-kata lisan dan tertulis ada jurang pemisah? ?yang mencengangkan di antara keduanya. Ada saja caranya untuk membalikkan
kalimat-kalimat dari maksud yang sebenarnya."
"Aku tak ingin kau menganggapku telah mengatakan "
?"Jangan kuatir. Semua itu tidak penting. Semua omong kosong itu mungkin justru
dapat membantu. "Dalam hal apa?"
"Eh bien," ujar Poirot muram. "Bila si gila itu membaca apa yang seharusnya
kukatakan pada 161 Daily Flicker hari ini, ia pasti tidak mau lagi menghargaiku sebagai musuhnya!"
Mungkin aku memberikan kesan bahwa tak ada hal-hal praktis yang dilakukan
dalam'pemeriksaan. Sebaliknya, Scotland Yard dan polisi setempat dari berbagai
distrik mengikuti jejak setiap petunjuk sekecil apa pun, tanpa kenal lelah.
Hotel-hotel, orang-orang yang mengelola penginapan, tempat-tempat kos semua
?yang termasuk dalam radius luas kejahatan itu dipersoalkan setiap menit.
Beratus-ratus kisah yang diceritakan orang-orang dengan penuh imajinasi, bahwa
mereka telah "melihat seorang laki-laki yang sikapnya amat aneh dan matanya
gelisah memandang ke sana kemari," atau "melihat seorang laki-laki de-^anaangan
mengancam menyelinap pergi," semuanya diselidiki panjang-lebar. Tak ada satu ?informasi pun yang diabaikan, walaupun sifatnya amat samar-samar. Buruh kereta
api, bis, trem, kondektur, pemilik kios buku, toko buku semuanya mendapat
?giliran untuk ditanyai dan dimintai penjelasan, tanpa kenal lelah.
Paling sedikit sejumlah orang ditahan dan diperiksa sampai mereka dapat
mengemukakan penjelasan yang memuaskan polisi akan apa yang mereka lakukan di
malam terjadinya pembunuhan.
Hasil keseluruhannya tidak sama sekali sia-sia. Beberapa pernyataan tertentu
terus diingat dan dicatat sebagai petunjuk berharga, tetapi bila tidak
162 i nyata, pernyataan-pernyataan tersebut tidak ada gunanya.
Apabila Crome dan sejawatnya bekerja tanpa mengenal lelah, menurutku Poirot
justru enggan bergerak dart ini agak mengherankan. Kadang-kadang kami berdebat.
?"Tetapi apa yang kaukehendaki kulakukan, " Sahabat" Pemeriksaan-pemeriksaan
rutin, poiisi lebih mahir daripadaku. Selalu selalu saja kau ingin aku pontang-
?panting seperti seekor anjing."
"Jadi kau lebih suka duduk-dijduk di rumah seperti seperti "
? ?"Orang yang bijaksana! Kekuatanku, Hastings, ada pada otakku, tidak pada kakikul
Setiap waktu, ketika aku pada hematmu terlihat seakan bermalas-malasan,
sebenarnya aku sedang merenung."
"Merenung?" teriakku. "Apakah ini saat urvu merenung?"
"Betul, betul sekali."
"Tetapi kemungkinan apa yang kauperoleh dengan merenung" Kau sudah hafal fakta
ketiga kasus itu dalam hati."
"Bukan fakta itu yang kurenungkan namun jalan pikiran si pembunuh."
?"Pikiran orang gila!"
"Persis. Dan dengan demikian tidak dapat segera ditemukan. Bila aku tahu
bagaimana jalan pikiran si pembunuh, aku akan bisa mengetahui siapa dia. Dan
setiap kali aku makin bisa memahaminya. Setelah kasus pembunuhan Andover,
163 apa yang kita ketahui tentang pembunuh itu" Hampir tidak ada sama sekali.
Setelah pembunuhan Bexhill" Hanya sedikit. Setelah pembunuhan Churston" Agak
lebih banyak lagi. Aku :mulai melihat bukan seperti apa yang ingin
?kaulihat kerangka wajah dan bentuk tetapi kerangka pemikiran. Otak yang
? ?bergerak dan bekerja ke satu arah yang pasti. Setelah kejahatan berikutnya "
?"Poirot!" Sahabatku memandangku dengan tenang.
"Betul, Hastings, kurasa sudah hampir pasti akan ada kejahatan berikutnya, yang
banyak bergantung kepada la chance kesempatan. Sampai saat ini
?inconnu pembunuh yang misterius ini masih mujur. Kali ini, bisa jadi
? ?keberuntungan berbalik memusuhinya. Namun demikian, setelah kejahatan-
berikutnya, kita mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang tak terhingga banyaknya.
Kejahatannya akan benar-benar terungkap. Coba bervariasilah dengan cara, selera,
kebiasaan dan sikap pemikiranmu, dan isi hatimu akan terungkap dari tingkah
lakumu. Ada petunjuk-petunjuk yang membingungkan kadang-kadang seakan ada dua
? otak yang sedang bekerja namun kerangkanya akan segera jelas terbentuk, dan aku?pasti tahu."
"Siapa dia?" "Bukan begitu maksudku, Hastings. Aku tidak akan mengetahui nama dan alamatnya,
tetapi akan mengetahui orang macam apa dia..."
164 "Lak?" "Et alors, je vais a lapeche dan kemudian, aku akan memancingnya."
?Karena aku kelihatan bingung, ia melanjutkan,
"Kau mengerti, Hastings, seorang nelayan yang ahli tahu dengan pasti umpan apa
yang disukai ikan. Aku akan memberikan umpan yang paling disukainya."
"Lalu?" "Lalu" Lalu apa" Kau sama saja dengan si angkuh Crome yang selalu saja
berkomentar, 'Oh, ya"' Eh bien, lalu ia akan mencaplok umpan dan kailnya dan
kita akan menarik tali kail dan menggulungnya____"
"Sementara itu orang-orang terbunuh di mana-mana. "
"Tiga orang. Dan ingat, berapa kira-kira 140 kematian di jalan setiap
? ?minggu?" "Itu lain sama sekali."
"Mungkin sama saja bagi mereka yang mati. Bagi orang-orang lain, relasi, teman-
teman yah, ada perbedaan, namun paling tidak satu hal dalam kasu^ini
?menggembirakan." "Memang, sebaiknya kita menyimak segala sesuatu dengan hati gembira."
"Inutile tak ada gunanya bersikap begitu sarkastik. Aku senang karena di sini
?tidak ada bayang-bayang dosa yang menyusahkan orang-orang yang tak bersalah."
"Apakah ini justru tidak lebih buruk?"
"Tidak, tidak, sekali-kali tidak! Tidak ada yang
165 lebih mengerikan daripada hidup dalam situasi penuh kecurigaan melihat
?semua'mata memperhatikan dirimu dan cinta di dalamnya berubah menjadi
kengerian tak ada yang lebih buruk daripada mencurigai mereka yang dekat dan
?kau-cintai.... Seperti racun yang keluar dari rawa. Tidak, racun kehidupan bagi
mereka yang tak bersalah, setidak-tidaknya jangan kita letakkan di depan pintu
si ABC." "Sebentar lagi kau akan mulai mencari berbagai alasan untuk memaafkan orang
itu!" kataku sengit.
"Mengapa tidak" Mungkin ia sendiri yakin bahwa ia benar. Mungkin akhirnya kita
terpaksa bersimpati pada jalan pikirannya."
"Astaga, Poirot!"
"Wah!~Aku telah membuatmu shock. Pertama kelambananku kemudian pendapatku."
?Aku menggelengkan kepala tanpa memberikan jawaban.
"Namun demikian," kata Poirot setelah beberapa saat, "aku punya satu proyek
yangf akan membuatmu senang karena sifatnya aktif dan bukan pasif. Dan pula, ?diperlukan banyak percakapan serta praktis tidak dibutuhkan pemikiran."
Aku tidak begitu menyukai nada bicaranya.
"Apa itu?" tanyaku hati-hati.
"Informasi yang diperoleh dari teman-teman, relasi, dan pelayan-pelavan para
korban tentang apa yang mereka ketahui."
166 "Jadi kau mencurigai mereka menyembunyikan fakta-fakta?"
"Tidak dengan sengaja. Tetapi untuk menceritakan hal-hal yang diketahui selalu
menyangkut seleksi. Seandainya aku mengatakan padamu, ceritakanlah tentang
pengalamanmu kemarin, mungkin kau akan menjawab, 'Aku bangun pukul sembilan,
makan pagi pukul setengah sepuluh, aku makan telur, daging babi asap dan minum
kopi, aku pergi ke klubku, dan sebagainya.' Kau takkan menambahkan, 'Kukuku
patah dan aku terpaksa memotongnya. Al^ membunyikan bel, meminta air untuk
bercukur. Aku menumpahkan sedikit kopi di taplak meja. Aku menyikat topiku, lalu
memakainya.' Seseorang tak dapat menceritakan semuanya. Oleh karena itu orang
harus membuat seleksi, Pada waktu ada pembunuhan, orang memilih apa yang mereka
anggap penting. Tetapi sering kali pemilihan mereka salah!"
"Lalu, bagaimana caranya kita memperoleh pilihan yang benar?"
"Seperti yang baru saja kukatakan, hanya dengan percakapan. Dengan berbicara!
Dengan membicarakan satu kejadian tertentu, atau satu orang tertentu, atau satu
hari tertentu, berulang kali, hal-hal yang amat detil pasti timbul."
"Detil yang bagaimana?"
"Tentunya apa yang tak kuketahui atau yang tidak ingin kuketahui! Namun sudah
cukup banyak waktu terbuang sekarang untuk membicarakan hal-hal sepele. Dalam
ketiga kasus pembu - 167 nuhan ini, tak ada satu pun fakta atau kalimat yang bersangkut-paut dengan
kasusnya sendiri dan hal ini bertentangan dengan semua hukum matematik. Beberapa
kejadian sepele, atau pernyataan sepele, yang dapat menjadi petunjuk harus ada!
Seperti mencari sebuah jarum dalam timbunan jerami tetapi dalam timbunan jerami
?ada jarum aku yakin akan hal ini!"
?Bagiku apa yang diungkapkan Poirot makin kabur dan membingungkan.
"Kau tidak tahu maksudku" Akalmu kurang tajam, tidak seperti*akal seorang gadis
pelayan biasa." Ia melemparkan sepucuk surat yang ditulis dengan huruf miring yang amat rapi.
Dengan hormat Saya berharap Tuan mau memaafkan saya karena telah menulis surat
?ini. Saya telah banyak berpikir sejak terjadinya dua pembunuhan keji seperti
yang dialami bibi saya yang malang. Rasanya kami sama-sama dihadapkan pada satu
masalah yang sulit. Saya melihat foto gadis muda itu di surat kabar, maksud saya
kakak gadis yang terbunuh di Bexhill. Saya memberanikan diri menulis kepadanya
dan mengatakan bahwa saya akan datang ke London untuk mencari pekerjaan dan
menanyakan apakah saya dapat menemuinya atau menemui ibvnyja, karena menurut
saya dua orang lebih baik daripada satu orang. Saya tidak mengharapkan gaji
besar, hanya sekadar mencari tahu siapa setan keji ini
168 dan kemungkinan kami dapat lebih mu mencarinya bila kami dapat mengemukakan apa
yang kami ketahui, untuk membantu pencarian.
Gadis muda itu membalas surat saya dengan ramah dan mengatakan vahwa ia bekerja
di sebuah kantor dan tinggal di asrama, tetapi ia menyarankan agar saya menulis
surat kepada Tuan. Katanya pula, ia juga telah memikirkan hal yang sama, dan
bahwa kami sedang menghadapi masalah yang sama dan kami harus bekerja sama. Oleh
karena itu, saya menulis surat ini, Tuan, untuk mengabarkan bahwa laya akan
datang ke London, dan ini alamat saya.
Saya harap saya tidak merepotkan Tuan.
Hormat saya, MARY DROWER "Mary Drower," ujar Poirot, "seorang gadis yang amat cerdas."
Ia mengambil sepucuk surat lain. "Bacalah ini."
Surat dan Franklin Clarke, mengabarkan bahwa ia akan datang ke London dan akan
menghubungi Poirot keesokan harinya, bila Poirot tidak berkeberatan.
"Jangan putus asa, mon ami," kata Poirot. "Tindakan akan segera dilakukan."
169 18 Poirot Berpidato Franklin Clarke tiba pada jam tiga sore keesokan harinya dan langsung
membicarakan pokok persoalannya tanpa berbelit-belit.
"Mr. Poirot," katanya, "saya tidak puas."
"Kenapa tidak, Mr. Clarke?"
"Saya tidak meragukan kemampuan Crome sebagai seorang perwira yang efisien,
tetapi terus terang ia mengecewakan saya. Sikapnya seakan ia yang paling tahu!
Saya telah mengisyaratkan pikiran "iya kepada teman Anda ini pada saat berada di
Churston, tetapi banyak urusan saudara saya yang harus saya selesaikan dan saya
bahkan sampai kini belum dapat bebas dari uiusan ini. Menurut pendapat saya, Mr.
Poirot, kita harus bertindak cepat "?"Persis seperti apa yang selalu dikatakan Hastings!"- '
" tetapi segeralah bertindak. Kita harus siap menghadapi kejahatan berikutnya."
?"Jadi menurut Anda akan ada kejahatan berikutnya?"
"Menurut Anda tidak?"
"Tentu saja." 1
170 "Baiklah kalau begitu. Saya akan bersiap-siap."
"Katakanlah apa sebetulnya gagasan Anda."
"Saya sarankan, Mr. Poirot, agar dibentuk semacam pasukan khusus yang bekerja
?di bawah pengawasan Anda terdiri dari teman-teman dan keluarga para korban yang
?terbunuh." "Une bonne idee ide yang bagus!"?"Saya senang Anda setuju. Dengan bekerja sama saya rasa kita akan mendapat
hasil. Dan juga, apabila peringatan berikutnya datang dan kita berada di tempat,
salah satu di antara kita mungkin memergoki orang yang berada di dekat tempat
kejahatan yang baru terjadi."
"Saya mengerti gagasan Anda dan saya setuju, "tetapi Anda harus ingat, Mr.
Clarke, bahara keluarga dan teman-teman korban, yang lainnya datang dari lingkup
yang amat berbeda dari lingkup kehidupan Anda. Mereka adalah kaum pekerja dan
meskipun mereka dapat mengambil cuti pendek "
?Franklin Clarke memotong pembicaraan.
"Memang betul begitu. Saya satu-satunya orang yang dapat menanggung biayanya.
Bukan karena saya kaya, tetapi saudara saya meninggalkan harta yang tidak
sedikit dan tentunya kekayaan ini akan menjadi milik saya. Saran saya seperti
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tadi saya katakan, yaitu membentuk semacam pasukan khusus y-ang^
?anggotanya digaji sama seperti jumlah yang biasa mereka terima kalau bekerja.
Tentu saja dengan tambahan tunjangan sekadarnya."
171 "Saran Anda, siapa yang sebaiknya membentuk pasukan ini?"
"Saya sudah memikirkannya. Balikan sebetulnya saya sudah menulis surat kepada
Miss Megan Barnard sebenarnya sebagian merupakan gagasannya. Saya sarankan diri
?saya sendiri, Miss Barnard, dan Mr. Donald Fraser, bekas tunangan gadis korban
itu. Lalu ada lagi seorang keponakan wanita Andover itu Miss Barnard tahu
?alamatnya. Saya rasa suaminya tidak akan dapat membantu kita saya dengar ia
?sering mabuk.*Saya juga berpendapat bahwa keluarga Barnard ayah dan
?ibunya sudah lanjut usia untuk gerakan seaktif ini."
?"Tak ada yang lain lagi?"
"Hm Miss Grey."
?W ijabnya memerah pada waktu mengucapkan nama irar-?"
"Oli! Miss Grey?"
Tak ada seorang pun di dunia ini kecuali Poirot, yang dapat lebih mahir
mengucapkan sebuah ironi selembut itu dalam dua kata saja. Franklin Clarke
mendadak jadi lebih muda kira-kira tiga puluh lima tahun. Tiba-tiba ia tampak
seperti seorang anak sekolah yang pemalu.
"Ya. Miss Grey telah bekerja pada saudara saya lebih dari dua tahun. Ia mengenal
daerah itu dan orang-oi ang yang tinggal di daerah ittu Saya sudah pergi dari
situ selama satu setengah tahun."
Poirot menyayangkan hal itu dan membelokkan percakapan.
172 "Anda pergi ke Timur" Ke Cina?"
"Betul. Saya memimpin semacam regu penjelajah untuk membeli barang-barang yang
diinginkan saudara saya."
"Pasti amat menarik. Eh bien, Mr. Clarke, saya amat setuju dengan gagasan Anda.
Baru kemarin saya mengatakan pada Hastings bahwa diperlukan rapprochement kerja
?sama dari orang-orang yang 'terlibat!' Kita perlu menghimpun semua kenangan,
memperbandingkan catatan enfin- dan akhirnya membicarakan masalahnya untuk
? ? ?berbincang berbincang dan berbincang lagi. Dari satu kalimat sederhana mungkin
? ? akan didapatkan titik terang."
Beberapa hari kemudian "Pasukan Khusus" itu bertemu di kamar Poirot.
Mereka duduk berkeliling, memandang patuh kepada Poirot yang duduk di ujung
meja, wcpciu ketua dalam pertemuan pengurus. Aku melewati mereka, memperhatikan
kembali, sambil menegaskan atau.mengubah kesan pertamaku mengenai mereka.
Ketiga gadis itu masing-masing memiliki daya tarik sendiri-sendiri kecantikan ?Thora Grey dengan kulitnya yang luar biasa putih, sikap murung Megan Barnard,
dengan wajahnya yang kaku tanpa ekspresi seperti orang Indian Mary Drower-
?^dejigan jas dan rok hitamnya yang rapi dan wajahnya yang manis serta cerdas.
Dari kedua laki-laki, Franklin Clarke, tinggi besar, coklat terbakar matahari,
dan banyak bicara, sedangkan
173 Donald Fraser, mantap dan tenang, amat kontras satu dengan yang lain.
Poirot tentunya tak dapat mengelakkan situasi dan terpaksa membuat satu pidato
singkat. "Mesdames dan Messieurs, Anda semua tahu tujuan kita berkumpul di sini. Polisi
sedang berusaha sekuat tenaga untuk menangkap si pembunuh. Juga saya, dengan
cara saya sendiri. Namun, menurut saya gabungan orang-orang yang-mempunyai
hubungan pribadi dengan soal. ini dan pula yang mengenal para korban secara
?pribadi dapat membawa hasil yang bahkan tidak dapat dicapai melalui
?penyelidikan luar. "Di sini ada tiga pembunuhan seorang wanita tua, seorang gadis muda, dan
?seorang laki-laki setengah baya. Hanya satu hal yang menghubungkan ketiga orang
ini kenyataan bahwa orang )^ng sama telah membunuh mereka. Itu berarti orang
?yang sama hadir di tiga tempat yang berbeda dan pernah dilihat oleh orang
banyak. Bahwa ia seorang gila dengan kegilaan pada stadium lanjut, sudah kita
ketahui bersama. Bahwa penampilan dan sikapnya tidak mengungkapkan kenyataan
tersebut, sudah dapat dipastikan. Orang ini walaupun saya menganggapnya seorang
?laki-laki, harap diingat bahwa mungkin saja ia seorang perempuan yang mempunyai
?kelicinan iblis gila. Sampai saat ini ia berhasil menghilangkan jejaknya sama
sekali. Polisi memiliki beberapa petunjuk yang masih samar-samar,
174 tetapi mereka tidak dapat bertindak berdasarkan itu.
"Namun demikian, pasti ada petunjuk-petunjuk yang pasti dan tidak kabur.
Misalnya pembunuh ini tiba di Bexhill sebelum tengah malam dan di pantai dengan
?mudah ia mendapatkan seorang gadis muda dengan nama yang dimulai dengan huruf
B " ?"Apakah kita harus memperbincangkan hal itu?"
Itu tadi Donald Fraser yang berbicara rupanya kata-kata itu terlontar oleh
?tekanan batin -yang amat dalam.
"Kita perlu mendalami setiap kenyataan, Monsieur," ujar Poirot, menoleh
kepadanya. "Anda berada di sirii tidak untuk menekan perasaan Anda dengan
menolak berpikir secara-detil, namun kalau perlu aufond justru menggalinya-
? ?"ampai ke dasar. Jadi, seperti yang saya katakan, bukanlah kesempatan yang
membuat ABC berhasil membunuh Betty Barnard. Pasti ia sudah melakukan seleksi
dengan sengaja dan dengan demikian pembunuhan itu sudah direncanakan terlebih
dahulu. Jadi, ia pasti sudah menjajaki daerah itu sebelumnya. Ada fakta-fakta
yang ingin diketahuinya saat paling baik untuk melaksanakan pembunuhan di
?Andover mise en scene tempat terjadinya pembunuhan di Bexhill kebiasaan-
? ? ?kebiasaan Sir Catmichael Clarke di Churston. Sebab itu saya tidak percaya bila
tidak ada petunjuk bila tak ada tanda-tanda sedikit?175
pun yang dapat membantu menentukan identitasnya. "
?"Saya rasa satu di antara Anda, atau mungkin Anda semua mengetahui sesuatu
?tetapi Anda tidak sadar kalau Anda tahu.
"Cepat atau lambat, dengan makin akrabnya hubungan Anda satu sama lain, sesuatu
akan menjadi makin jelas, makin kelihatan artinya, meskipun sekarang ini kita
belum tahu apa sesuatu itu. Seperti jigsaw puzzle masing-masing Anda memiliki
?sepotong gambar yang kelihatannya tak berarti, namun bila digabungkan dapat
menunjukkan satu bagian tertentu dari gambar itu."
"Kata-kata!" tukas Megan Barnard.
"Apa?" Poirot menatapnya penuh tanda tanya.
"Apa yang baru saja Anda katakan hanyalah sekadar kata-kata. Tidak berarti apa-
apa." Ia berbicara dengan sikap murung. Nadanya terdengar getir, sehingga aku
berkesimpulan bahwa memang begitulah ciri khas kepribadiannya. I
"Kata-kata, Mademoiselle, hanyalah kulit luar sebuah gagasan."
"Yah, saya pikir itu masuk akal," ujar Mary Drower. "Sungguh, Nona. Sering kali
bila Anda membicarakan masalahnya barulah Anda bisa melihat dengan jelas apa
yang sebetulnya ingin Anda ketahui* Otak Anda kadang-kadang membuat kesimpulan
sendiri tanpa Anda sadari. Perbincangan membuat kita mengerti banyak hal dengan
berbagai cara." 176 "Jika kita ingat pepatah, 'makin sedikit dibicarakan makin cepat sembuh luka di
hati' maka yang harus kita lakukan adalah sebaliknya," kata Franklin Clarke.
?"Bagaimana pendapat Anda, Mr. Fraser?"
"Saya agak meragukan penerapan praktis dari ucapan Anda, Mr. Poirot."
"Bagaimana denganmu, Thora?" tanya Clarke.
"Saya rasa prinsip bahwa setiap masalah harus dibicarakan itu baik sekali."
"Bagaimana kalau Anda semua mengungkapkan ingatan Anda masing-masing akan
kejadian-kejadian sebelum pembunuhan?" usul Poirot. "Mungkin Anda bisa mulai,
Mr. Clarke." "Coba saya ingat, pagi hari itu di hari pembunuhan Car saya pergi berlayar.
? ?Menangkap de . lapan ekor ikan tuna. Sungguh indah peman-sdangan di teluk. Makan
Kelelawar Beracun 2 Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung Kaki Tiga Menjangan 43
minum jrang r** r utama melayani pengunjung untuk minum kopi pagi, dengan lima
jenis sajian teh (jenis Devonshire, Farmhouse, Carlton, dengan campuran buah,
atau 92 tanpa campuran). Tersedia juga hidangan makan siang untuk wanita, seperti telur
orak-arik, udang goreng serta macaroni au gratin.
Waktu minum pagi baru akan dimulai. Para pelayan bergegas mengantar kami ke
sebuah tempat terpisah yang agak berantakan.
"Miss er Merrion?" tanya Crome.
? ?Miss Merrion menjawab dengan nada suara tinggi, sedih, lembut, dan feminin,
"Itu nama saya. Sungguh urusan yang menyedihkan. Amat menyedihkan. Saya benar-
benar tidak dapat berpikir bagaimana nanti pengaruhnya terhadap usaha kami!"
Miss Merrion adalah seorang wanita kurus berumur empat puluh tahun dengan rambut
kering berwarna jingga (sungguh mengherankan bahwa seperti nama kafetarianya,
pribadinya juga mirip" seekor kucing). Dengan gugup ia mempermai kan renda dan
jumbai-jumbai yang menghiasi seragam kerjanya.
"Pengunjung pasti akan meledak," ujar Inspektur Kelsey membesarkan hati. "Anda
bisa buktikan kata-kata saya! Anda akan kewalahan menyajikan teh!"
"Menjijikkan," kata Miss Merrion. "Amat menjijikkan. Membuat orang putus asa."
Namun demikian, matanya berseri.
"Dapatkah Anda menceritakan pada kami mengenai gadis korban itu, Miss Merrion."
"Tidak," ujar Miss Merrion tegas. "Tidak ada yang bisa saya ceritakan!"
93 "Berapa lama ia bekerja di sini?" "Ini musim panas kedua sejak ia bekerja di
sini." "Apakah Anda puas dengan pekerjaannya?"
"Ia seorang pelayan yang baik cekatan dan penurut." *?"Ia cantik, bukan?" tanya Poirot.
Miss Merrion berbalik ke arahnya dengan pandangan 'Oh, dasar orang asing'.
"Ia gadis baik-baik dan berpenampilan rapi," katanya tak bersahabat.
"Pukul berapa ia bebas tugas semalam?" tanya Crome.
"Jam delapan malam. Kami tutup jam 20.00. Kami tidak menghidangkan makan malam.
Tak ada permintaan dari para langganan. Untuk telur orak-arik dan teh (Poirot
bergidik)-orang-datang sampai jam tujuh, kadang-kadang agak lebih malam, tetapi
setelah jam setengah tujuh kami sudah tidak begitu sibuk lagi."
' "Apakah ia mengatakan pada Anda tentang rencananya semalam?"
"Tentu tidak," ujar Miss Merrion, tidak senang, dengan pertanyaan itu. "Aku
tidak pernah ikut campur urusan orang."
"Tak ada yang datang dan mengajaknya pergi" Atau hal-hal semacam itu?"
"Tidak." "Apakah sikapnya biasa-biasa saja" Tidak terlalu bersemangat atau murung?"
94 "Benar-benar saya tidak tahu," ujar Miss Mer-riort dingin.
"Berapa jumlah pelayan yang Anda pekerjakan?"
"Biasanya dua, dan ada tambahan dua lagi setelah tanggal 20 Juli sampai akhir
Agustus." "Tetapi Elizabeth Barnard tidak termasuk yang tambahan?"
"Miss Barnard adalah pelayan tetap."
"Bagaimana dengan pelayan yang satu lagi?"
"Miss Higley" Ia seorang wanita muda yang menyenangkan."
"Apakah ia dan Miss Barnard berteman?" "Saya tidak tahu." "
"Mungkin lebih baik kita berbicara dengannya."
"Sekarangf" _ "Boleh juga, kalau Anda izinkan." "Saya akan memanggilnya ke sini," ujar Miss
Merrion sambil bangkit. "Tolong jangan terlalu lama. Ini waktu minum yang paling
sibuk." Miss Mei rion yang gayanya lembut tapi lincah , bagai kucing itu meninggalkan
mangan. "Dibuat-buat," komentar Inspektur Kelsey. Ia menirukan gaya ketus wanita itu.
"Benar-benar saya tidak tahu."
Seoi "ing gadis gendut datang dengan agak terengah-engah. Rambutnya berwarna
gelap, pipi - nya kemerahan, dan mata hitamnya membelalak penuh semangat.
95 "Miss Merrion meminta saya ke sini," ujarnya terengah.
"Miss Higley?" "Ya, betul."
"Anda kenal Elizabeth Barnard?"
"Oh, ya, saya kenal Betty. Mengerikan, bukan" Sangat mengerikan! Saya tidak
percaya itu benar-benar terjadi. Saya mengatakannya juga tadi pada teman-teman,
saya tak dapat mempercayainya! 'Kau tahu, Kawan,' kata saya. 'Rasanya bukan
suatu hal yang nyata.' Betty! Maksud saya Betty Barnard, yang sudah lama bekerja
di sini, dibunuhi 'Aku tak dapat mempercayainya,' kata saya. Saya cubit diri
saya sendiri lima atau enam kali, mungkin saya sedang bermimpi. Betty terbunuh....
Itu yah, Anda tahu maksud saya tidak seperti sebuah kenyataan."? ?"Anda mengenal korban dengan baik?" tanya Crome.
"Yah, ia bekerja di sini lebih lama daripada saya. Saya baru mulai bekerja bulan
Maret ini. Dia sudah sejak tahun lalu. Ia agak pendiam, bila Anda tahu maksud
saya. Dia tidak begitu suka bergurau atau tertawa-tawa. Maksud saya tidak benar-
benar diam ia juga pandai melucu dan amat menyenangkan tapi ia tak begitu
? ?pendiam yah tapi pendiam juga, jika Anda mengerti maksud saya."
?Kulihat Inspektur Crome terlalu bersikap sabar. Sebagai seorang saksi Miss
Higley yang gendut itu amat bersemangat. Setiap pernyataan ia
96 ulangi sampai enam kali. Hasilnya, informasi yang kami dapat amat minim.
Ia tidak berteman akrab dengan korban. Seperti yang dapat diduga, Elizabeth
Barnard menganggap dirinya lebih tinggi dari Miss Higley. Ia memang ramah pada
jam-jam kerja, tetapi ia tidak begitu sering terlihat bersama gadis-gadis yang
lain. Elizabeth Barnard punya seorang 'teman' yang bekerja pada agen perumahan
?dekat stasiun. Court dan Brunskill. Bukan, ia bukan Mr. Court atau Mr.
Brunskill. Ia hanya seorang pegawai biasa di sana. Ia tidak tahu siapa namanya.
Tetapi kalau melihatnya ia bisa mengenalinya. Tampan oh, amat tampan, dan
?selalu berpakaian rapi. Jelas ada nada iri dalam kata-kata Miss Higley.
Jadi, singkatnya begini. Elizabeth Barnard tidak menceritakan rencananya semalam
kepada siapa pun di Kafetaria, namun menurut Miss Higley ia pergi menemui
'teman'-nya. Ia memakai gaun putih, 'amat manis, dengan kerah model terbaru'.
Kami berbincang dengan kedua gadis lainnya tanpa hasil. Betty Barnard tidak
mengatakan apa pun mengenai rencananya dan tak seorang pun melihatnya di Bexhill
sepanjang malam itu. 97 10 Keluarga Barnard Orang tua Elizabeth Barnard tinggal di sebuah bungalow kecil, salah satu di
antara kira-kira lima puluh bungalow sejenis yang dikelola oleh sebuah
kontraktor vang spekulatif, di pinggiran kota. Namanya Llandudno.
Mr. Barnard, seorang pria kekar berwajah mantap dan berusia sekitar 55 tahun,
melihat kedatangan kami dan berdiri menunggu di ambang pintu.
"Silakan masuk, Tuan-tuan," ujarnya.
Tnspektur Kelsey masuk mendahului kami.
"Ini Inspektur Crome dari Scotland Yard, Pak," katanya. "Ia datang untuk
membantu kita menyelesaikan urusan ini." .
"Scotland Yard?" ujar Mr. Barnard penuh harapan. "Bagus sekali. Pembunuh
bajingan itu harus dihajar sampai habis. Putriku yang malang " Wajahnya berubah?jadi kaku karena sedih dan marah.
"Dan ini Mr. Hercule Poirot, juga dari London, dan hm "
?"Kapten Hastings," ujar Poirot.
"Senang bertemu Anda, Tuan-tuan," ujar Mr. Barnard seperti mesin. "Mari ke ruang
keluarga. 98 Saya tidak tahu apakah istri saya sudah siap menemui Anda. Ia amat terpukul."
Namun, begitu kami duduk di ruang keluarga, Mrs. Barnard muncul. Jelas bahwa ia
baru saja menangis getir, matanya merah dan ia berjalan dengan langkah gontai.
Jelas jiwanya terguncang hebat.
"Ah kau, Bu," ujar Mr. Barnard. "Kau tidak apa-apa, bukan?"
Ia menepuk bahu istrinya dan membantunya duduk di kursi.
"Inspektur polisi itu amat baik," kata Mr. Barnard. "Setelah mengabarkan
?kejadiannya kepada kami, ia mengatakan akan mengajukan perta-nvaan-pertanyaan
yang diperlukan, nanti setelah kami tenang."
?"Terlalu kejam. Benar-benar amat kejam," uja Mrs. Barnard berlinang air mata.
"Hal paling kejam yang pernah saya alami."
Suaranya sedikit berirama sehingga sejenak aku berpikir bahwa ia orang asing,
sampai aku ingat nama di depan pintu gerbang tadi baru aku sadar bahwa ia
?berbicara dengan aksen Wales, tempat asalnya.
"Memang menyakitkan, Nyonya, saya tahu," ujar Inspektur Crome. "Kami amat
bersimpati pada askisu tetapi kami ingin tahu semua fakta yang ada supaya kami
dapat bekerja secepat mungkin."
"Betul," kata Mr. Barnard, mengangguk setuju.
99 "Kalau tidak salah, putri Anda berusia 23 tahun. Ia tinggal bersama Anda di sini
dan bekerja di Kafetaria Ginger Cat, apakah betul begitu?"
"Betul." "Ini tempat baru, bukan" Di mana Anda tinggal sebelum ini?"
"Dulu saya bekerja di perusahaan penjualan barang-barang logam, di Kennington.
Saya pensiun dua tahun lalu. Saya selalu berangan-angan tinggal dekat laut."
"Anda punya dua putri?"
"Ya. Putri saya yang lebih tua bekerja di sebuah kantor di London, di kota."
"Apakah Anda tidak kuatir ketika putri Anda tidak pulang semalam?"
"Kami tidak tahu kalau dia tidak pulang," ujar Mrs. Barnard di tengah tangisnya.
"Suami saya dan saya selalu-tidur lebih awal. Jam sembilan malam paling lambat.
Kami tidak tahu bahwa Betty tidak pulang sampai perwira polisi itu datang dan
mengabarkan dan mengabarkan - "?Ia tidak dapat meneruskan kata-katanya.
"Apakah putri Anda biasa hm pulang larut malam?"
? ?"Anda tahu gadis-gadis zaman sekarang ini, Inspektur," ujar Barnard. "Bebas,
begitulah mereka. Selama malam-malam musim panas mereka tidak akan segera
pulang. Begitu pula Bewyc'Tapi biasanya ia pulang sebehjm jam sebelas."
"Bagaimana ia masuk ke rumah" Apakah pintu terbuka?"
100 "Kami menyimpan kunci di bawah pengesat kaki biasanya begitu."
?"Ada kabar angin bahwa putri Anda sudah bertunangan dan sebetulnya akan segera
menikah." "Sekarang ini mereka tidak memakai cara seresmi itu," kata Mr. Barnard.
"Namanya Donald Fraser, dan saya menyukainya. Saya amat menyukainya," ujar Mrs.
Barnard. "Sungguh malang kabar ini tentu amat mengejutkannya. Apakah ia sudah
?tahu?" "Saya dengar ia bekerja di Court & Brunskill?"
"Betul, sebuah agen perumahan."
"Apakah ia sering menemui putri Anda sepulang kerja di malam hari?"
"Tidak setiap malam. Rata-rata satu atau dua kali seminggu."
"Apakah Anda tahu bila putri Anda akan menemuinya kemarin?"
"Ia tidak mengatakannya. Betty tidak pernah mengutarakan apa yang akan ia
lakukan atau ke mana ia akan pergi. Namun, ia seorang gadis yang baik. Oh, saya
tak mempercayainya "
?Mrs.Barnard kembali terisak.
"Tahanlah dirimu, Bu. Cobalah untuk tenang, Bu," desak suaminya. "Kita harus
menyelesaikan urusan ini...."
"Saya yakin Donald .takkan pernah takkan pernah " isak Mrs. Barnard.
? ?Barnard berbalik ke arah kedua inspektur itu.
"Demi Tuhan, saya ingin membantu Anda namun nyatanya saya tidak tahu apa-?apa sama
?;esat 101 sekali tidak ada yang dapat membantu Anda menangkap-bangsat pengecut yang
melakukannya. Betty gadis yang periang dan bahagia dan sudah punya
?pacar seorang anak muda baik-baik, dengan siapa ia yah, kami menyebutnya jalan
? ?bersama, di masa muda saya. Mengapa ada orang yang punya maksud
membunuhnya saya amat terpukul tak masuk akal."
? ?"Anda hampir sampai pada inti masalah, Mr. Barnard," ujar Crome. "Saya perlu
memeriksa sesuatu kamar tidur Miss Barnard. Mungkin ada sesuatu surat-
? ?surat atau buku harian."
?"Silakan memeriksanya," ujar Mr. Barnard sambil bangkit.
Ia berjalan di depan. Crome mengikutinya, lalu Poirot, Kelsey serta aku di
belakang. Aku berhenti sejenak untuk mengikatkan kemudi tali sepatuk**s-Pcrcla saat itu
sebuah taksi berhenti di luar dan seorang gadis meloncat turun, sambil
menjinjing sebuah kopor kecil. Pada saat masuk ke pintu ia melihatku dan
berhenti tiba-tiba. Ada sesuatu dalam gayanya yang menarik, yang menggugah rasa ingin tahuku. "Siapa
Anda?" katanya. Aku maju beberapa langkah. Aku malu bagaimana harus menjawabnya. Haruskah aku
menyebutkan namaku" Atau menyatakan bahw-a aku datang bersama polisi" Tetapi,
gadis itu tidak memberi kesempatan padaku untuk berpikir lebih jauh.
102 "Yah," ujarnya, "saya bisa menduganya."
Dia membuka topi wol putihnya yang mungil dan melemparkannya ke lantai. Aku
dapat melihatnya lebih jelas kini, setelah ia sedikit menoleh dan cahaya lampu
meneranginya. Kesan pertama, terbayang di mataku boneka-boneka Belanda mainan saudara-saudara
perempuanku di masa kecil. Rambutnya hitam dan ditata lurus model bob, dengan
poni menutupi keningnya. Tulang pipinya tinggi dan secara keseluruhan bentuk
tubuhnya aneh, berkesan modern tetapi entah bagaimana, tidak kurang menariknya.
?Ia tidak cantik bahkan biasa saja namun ada sesuatu yang istimewa dalam
? ?dirinya, suatu daya tarik yang membuat orang tak dapat mengabaikannya begitu
saja. "Ari3a Miss Barnard?" ujarku. , , .
"Saya Megan Barnard. Saya rasa Anda dari kepolisian?"
"Hm," ujarku, "tidak tepat be "
?Ia memotong kata-kataku.
"Saya kira tidak ada hal yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Adik saya adalah
seorang gadis yang manis dan cerdas, tak punya teman laki-laki. Selamat pagi."
Sambil berbicara ia tertawa pendek dan meman-dangkirtfengan sikap menantang.
"Saya rasa itu ungkapan yang tepat, bukan?" katanya.
"Saya bukan wartawan, bila itu dugaan Anda."
103 "Jadi Anda siapa?" Ia melihat ke sekelilingnya. "Di mana Ayah dan Ibu?"
"Ayah Anda sedang mengantar polisi memeriksa kamar tidur adik Anda. Ibu Anda ada
di sana. Ia amat terpukul."
Gadis itu kelihatan mengambil suatu keputusan.
"Mari masuk," katanya.
Ia membuka sebuah pintu dan masuk. Aku mengikutinya ke dalam, ternyata kami
masuk sebuah dapur kecil yang rapi.
Aku baru saja akan menutup pintu di belakangku, tapi dengan tak terduga ada yang
menahanku. Lalu Poirot menyelinap masuk ke dalam dan menutup pintu.
"Ini Mr. Hercule Poirot," ujarku.
Megan Barnard memandangnya sejenak, penuh kekaguman.
"Saya telah mendengar tentang Anda," ujarnya. "Anda detektif swasta yang suka
mengikuti mode, bukan?"
"Bukan penggambaran yang manis, tapi cukuplah," kata Poirot.
Gadis itu duduk di tepi meja dapur. Ia meraba dalam tasnya, mencari rokok,
menyelipkannya di bibirnya, menyalakannya, lalu setelah dua isapan ,ia berkata,
"Saya tidak begitu mengerti apa a i, dilakukan Mr. Hercule Poirot dalam kasus
kriminal yang sepele ini."
"Mademoiselle" kata Poirot, "apa yang tidak
104 Anda ketahui dan apa yang tidak saya ketahui "mungkin merupakan sesuatu yang
penting. Tapi itu semua tidak penting dan tidak praktis. Dan yang penting justru
sesuatu yang takkan mudah kita peroleh."
"Apa maksud Anda?"
"Mademoiselle, sayangnya kematian selalu menimbulkan kecurigaan. Rasa curiga
demi kepentingan si mati. Saya mendengar apa yang baru saja Anda katakan kepada
teman saya. 'Seorang gadis yang manis dan cerdas, tanpa teman laki-laki'. Anda
mengatakan hal itu sebagai olok-olok terhadap surat kabar yang memuat berita
itu. Dan memang benar bila seorang gadis muda mati, ungkapan-ungkapan semacam itulah ? ?yang akan dikatakan orang. Ia cerdas. Ia bahagia. Sikapnya manis. Dia_tidak
mempunyai masalah di dunia ini. Tidak mempunyai musuh. Selalu hanya hal-hal yang
baik yang dibicarakan mengenai si mati.
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tahukah Anda keinginan saya saat ini" Untuk " bertemu seseorang yang mengenal
Elizabeth Barnard dan' yang tidak tahu bahwa ia sudah meninggal1. Dengan begitu
mungkin saya akan mendapatkan informasi yang berguna -sebuah kebenaran."
?Megan Barnard memandang Poirot selama beberapa menit sambil mengisap rokoknya.
Lalu, akhirnya, -ia berbicara. Kata-katanya membuatku terkejut.
Katanya, "Saya menganggap Betty gadis yang benar-benar dungu!"
105 11 Megan Barnard Seperti kataku, ucapan Megan Barnard, dalam nada singkat tapi kena, membuatku
terkejut. Namun Poirot hanya menundukkan kepalanya dengan muram.
"A la bonne heme bagus," ujarnya. "Anda amat cerdas, Mademoiselle."?Megan Barnard berkata, masih dalam nada dan sikap yahg sama,
"Saya sangat sayang pada Betty, namun perasaan ini tidak membuat saya buta dan
tidak melihat bahwa ia-gadis tolol bahkan sering saya berkata begitu padanya!
?Begitulah biasanya sesama saudara perempuan."
"Apakah ia menuruti nasihat Anda?"
"Mungkin tidak," kata Megan sinis.
"Mademoiselle., dapatkah Anda menerangkannya lebih terinci?"
Gadis itu ragu-ragu sejenak.
Sambil tersenyum kecil Poirot berkata,
"Saya akan membantu Anda. Saya mendengar apa yang Anda katakan pada Hastings-.
Bahwa adik Anda seorang gadis yang cerdas dan bahagia, tanpa teman laki-laki.
Itu un peu agak berlawanan dengan kenyataannya, bukan?"
? ?106 Kata Megan perlahan, "Tak ada yang jelek dalam diri Betty. Saya ingin Anda mengerti hal ini. Dia
hanya tak pernah berpikir panjang. Dia bukan tipe yang mau saja diajak berakhir
minggu. Bukan macam itu. Namun ia suka diajak berkencan dan berdansa dan yah,
?rayuan murahan. Ia juga senang dipuja-puja atau hal-hal semacam itu."
"Ia cantik, bukan?"
Sudah ketiga kalinya aku mendengar pertanyaan ini, dan kali ini pertanyaan itu
mendapat jawaban yang praktis.
Megan turun dari meja, menuju ke kopoinya, membukanya dan mengambil sesuatu yang
langsung diulurkannya kepada Poirot.
Dalam bingkai kulit terlihat gambar seorang gadis berambut pirang sebatas bahu.
Terlihat jelas bahwa rambutnya baru saja dikeriting. Skm.mia-nya menggoda dan
dibuat-buat. Sebetulnya wajahnya tidak bisa dikatakan cantik, bahkan justru
menimbulkan kesan murahan.
Poirot mengulurkannya kembali, dan berkata,
"Anda dan dia tidak mirip satu sama lain, Mademoiselle."
"Oh! Saya yang paling tidak menarik di keluarga. Saya selalu menyadari hal ini."
Ia seakan mengesampingkan kenyataan itu sebagai hal yang tidak penting.
"Dalam hal apa Anda menganggap adik Anda bersikap bodoh" Mungkin maksud Anda ada
hubungannya dengan Mr. Donald Fraser?"
107 "Betul. Don seorang lelaki yang amat pendiam namun ia yah, tentu saja ia ? ?tidak menyukai beberapa hal lalu "
? ?"Lalu apa, Mademoiselle}"
Matanya terus menatap gadis itu.
Mungkin ini hanya sekadar dugaanku saja, namun agaknya gadis itu bimbang sejenak
sebelum menjawab. "Saya kuatir ia akan meninggalkan adik saya. Sayang bila hal itu terjadi. Ia
seorang lelaki yang mantap dan suka bekerja keras dan akan menjadi seorang suami
yang baik bagi adik saya."
Poirot terus saja menatapnya. Gadis itu tidak merasa risi dengan tatapan Poirot,
bahkan balas menatapnya lurus-lurus dan ada sesuatu yang mengingatkanku akan
?sikapnya yang menantang dan meremehkan tadi.
"Jadi begitu rupanya," kata Poirot akhirnya. "Kita tidak lagi berbicara dengan
jujur." Ia mengangkat bahunya dan berbalik ke arah pintu.
"Yah," katanya, "saya hanya mencoba membantu Anda."
Suara Poirot menghentikan langkahnya.
"Tunggu, Mademoiselle. Ada sesuatu yang ingin saya utarakan pada Anda.
Kembalilah ke sini."
Kurasa dengan agak segan ia kembali Dengan heran kudapati Poirot tengah
mengungkapkan seluruh cerita mengenai surat-surat ABC, pembunuhan di Andover dan
buku pan - 108 duan kereta api yang ditemukan di dekat tu para korban.
Tidak ada alasan bagi Poirot untuk menegur gadis itu karena tidak
memperhatikannya. Bibirnya ternganga, matanya bercahaya, ia mendengarkan dengan
sungguh-sungguh setiap kata yang diucapkan Poirot. ^
"Betulkah semua ini, Mr. Poirot?"
"Ya, betul." "Anda benar-benar berpendapat bahwa adik saya dibunuh oleh seorang pembunuh
maniak yang mengerikan?"
"Benar." Ia menghirup napas dalam-dalam. "Oh, Betty Betty Sungguh sungguh
? ? ?mengerikan'." "Anda lihat, Mademoiselle, informasi yang saya dapat dari Anda bisa membantu,
dan kita u* perlu kuatir akan ada orang yang tersinggung."
"Ya, saya mengerti sekarang."
"Jadi, mari kita lanjutkan percakapan kita sekarang^ Saya menduga, mungkin
Donald Fraser seorang pria yang gemar menggunakan kekerasan dan pencemburu,
apakah betul begitu?"
Megan Barnard berkata perlahan,
"Kini saya mempercayai Anda, Mr. Poirot. Saya akan menceritakan hal yang
sebenar-benarnya. Seperti yang saya katakan tadi, Don amat pendiam seorang yang?tertutup, kalau Anda tahu maksud saya. Ia tidak selalu dapat mengungkapkan
perasaannya dengan kata-kata. Namun
109 pada dasarnya banyak hal vang tersembunyi dalam hatinya. Ia pencemburu. Ia
selalu cemburu pada Betty. Ia amat setia pada Betty dan tentu saja Betty juga
?amat sayang padanya, tetapi namanya bukan Betty kalau hanya menyayangi "satu
orang saja, dan tidak memperhatikan yang lain juga. Sifatnya memang begitu. Ia
selalu betusaha menarik perhatian laki-laki tampan yang kebetulan dilihatnya.
Dan tentu saja, dengan bekerja di Ginger Cat ia selalu saja berjumpa dengan
banyak laki-laki khususnya dalam liburan musim panas. Kata-katanya selalu
?lembut merayu dan bila mereka menggodanya, ia meladeninya. Lalu mungkin ia mau
diajak kencan, nonton film dan sebagainya. Tak pernah serius tak pernah
?sungguh-sungguh ia hanya suka iseng saja. Ia sering berkata, suatu hari nanti
?ia akan menikah dengan Don, jadi sekarang ia akan bersenang-senang dulu, selagi
masih bisa." Megan diam sejenak dan Poirot berkata,
"Saya mengerti. Teruskanlah."
"Don tidak dapat memahami pikirannya. Bila benar-benar serius dengannya, mengapa
Betty masih ingin pergi dengan orang lain. Dan satu atau dua kali mereka
bertengkar hebat tentang hal itu."
"Mr. Don, ia tidak lagi diam?"
"Seperti semua orang pendiam, sekali marah selalu diikuti kekerasan. Dan begitu
hebatnya sehingga membuat Betty takut."
"Kapan hal itu terjadi?"
110 "Hampir setahun yang lalu dan pertengkaran yang lebih parah terjadi kira-kira
lebih sebulan yang lalu. Saya pulang untuk berakhir minggu dan saya
?mendamaikan mereka kembali. Pada waktu itulah saya mencoba menasihati Betty
untuk berpikir sedikit dan saya katakan bahwa ia bodoh. Ia hanya berkata, tak
?ada salahnya berbuat demikian. Yah, itu memang benar, namun demikian ia mencari
kehancuran. Anda tahu, setelah cekcok tahun yang lalu ia mempunyai kebiasaan
berbohong dengan sebuah prinsip bahwa 'bila otak tidak tahu, hati tidak akan
bersedih. Keributan terakhir terjadi karena ia pamit pada Don akan pergi ke
Hastings untuk menemui temannya seorang gadis dan Don mendapatinya . pergi ke
Eastbourne dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu sudah berkeluarga, jadi
mereka selalu sembunyi-sembunyi dan itu membuat r^erscuiii* lebih parah lagi.
?Pertengkaran itu hebat sekali- Betty berkata bahwa ia belum kawin dengan
?Don dan ia berhak pergi dengan siapa saja yang disukainya, dan Don, pucat serta
?gemetar, mengancam bahwa satu hari nanti satu hari nanti "
? ?"Ya?" "Ia akan membunuh " kata Megan dengan suara rendah.
?Ia berhenti berbicara dan menatap Poirot.
Poirot menganggukkan kepala beberapa kali dengan wajah muram.
"Dan, tentunya Anda kuatir..."
"Saya tidak pernah berpikir bahwa ia akan be -
111 nar-benar melakukannya, tidak sedetik pun! Akan tetapi saya kuatir hal itu akan
diperkarakan pertengkaran itu, dan semua yang dia katakan beberapa orang ? ?mengetahuinya."
Lagi-lagi Poirot menganggukkan kepalanva, murung.
"Jadi begitu. Menurut saya, Mademoiselle, kalau bukan karena egoisme dan
kesombongan seorang pembunuh, hal itu tidak akan terjadi. Apabila Donald Fraser
tidak dicurigai sebagai tersangka, ia boleh berterima kasih kepada bualan si
ABC." Poirot diam selama satu atau dua menit, lalu katanya,
"Apakah Anda tahu adik Anda masih menjumpai laki-laki yang sudah berkeluarga itu
atau laki-laki lain akhir-akhir ini?"
Megan menggelengkan kepalanya.
"Sava tidak tahu. Seperti yang Anda ketahui, saya tidak tinggal di sini."
"Tetapi bagaimana dugaan Anda?"
"Mungkin ia tidak menjumpai laki-laki yang sudah berkeluarga itu. Mungkin Don
sengaja tidak menyinggung soal itu untuk menghindarkan pertengkaran, tetapi saya
tidak heran bila Betty hm, membohongi Don lagi. Anda tahu, ia amat suka dansa
?dan nonton film, dan tentu saja Don tidak mampu mengajaknya setiap saat."
"Bila demikian, mungkinkah ia menceritakan rahasianya pada seseorang" Gadis di
kafetaria itu misalnya?"
112 "Saya rasa tidak. Betty tidak cocok dengan gadis yang bernama Higley itu.
Menurut Betty gadis itu terlalu 'rendah'. Dan yang lain pegawai baru. Betty
bukan orang yang suka menceritakan rahasia pribadinya."
Sebuah bel listrik berdering keras di atas kepala gadis itu.
Ia pergi ke jendela dan menjenguk ke luar. Lalu cepat-cepat ia menarik kepalanva
ke dalam kembali. "Ada Don...." "Ajak dia kemari," ujar Poirot cepat. "Saya ingin berbicara dengannya sebelum
inspektur kita menahannya."
Secepat kilat Megan Barnard keluar dari dapur, dan dua detik kemudian ia kembali
sambil membimbing Donald Fraser masuk.
* 113 12 Donald Fraser Aku segera menaruh iba kepada laki-laki muda itu. Wajahnya yang pucat cekung dan
matanya yang kebingungan menunjukkan guncangan jiwanya.
Ia seorang pemuda atletis yang berwajah bersih, dengan tinggi sedang, tidak
tampan, namun wajahnya menyenangkan, berbintik-bintik, tulang pipinya tinggi dan
rambutnya merah menyala. "Apa maksudmu, Megan?" ujarnya. "Mengapa di dalam sini" Demi Tuhan,
katakanlah aku baru 'saia mendengar Betty..."? ?Suaranya bergetar.
Poirot menyorongkan kursi dan ia menjatuhkan dirinva di situ.
Kemudian sahabatku itu mengambil sebuah botol kecil dari sakunya, menuangkan
sedikit isinya ke dalam cangkir yang terdekat, yang tergantung pada lemari, lalu
katanya, "Minumlah sedikit, Mr. Fraser. Akan membuat Anda merasa enak."
Orang muda itu menurut. Brandy itu mcn'beri sedikit warna pada wajahnya. Ia
duduk agak lebih tegak dan menoleh sekali lagi ke arah Megan. Sikapnya sudah
agak tenang. 114 "Benarkah?" ujarnya. "Betty mati terbunuh?"
?"Benar, Don." Lalu ia bicara lagi, seperti otomatis saja, "Apakah kau baru datang dari
London?" "Ya. Ayahku meneleponku." "Dengan kereta api jam 09.20, kurasa," ujar
Donald Fraser. Otaknya segan menghadapi kenyataan, oleh karena itu ia menghindar dengan
percakapan basa-basi itu.
"Ya." Hening beberapa saat, lalu Fraser berkata, "Polisi" Apakah mereka telah
bertindak5" "Mereka di atas sekarang memeriksa barang-barang Betty mungkin."
?"Mereka tidak tahu siapa " Tahukah mereka ?" Ia berhenti berbicara. Ia amat
? ?peka dan seperti setiap orang pemalu, tidak suka mengutarakan fakta kekerasan
dengan kata-kata. Poirot maju sedikit dan menanyakan sesuatu. Ia berbicara dengan sikap dan suara
yang formal, seakan pertanyaannya merupakan detil yang tidak penting.
"ApakakMiss Barnard mengatakan pada Anda ke mana ia akan pergi semalam?"
Fraser menjawab pertanyaan itu seakan tanpa berpikir.
115 "Ia mengatakan pada saya akan pergi bersama seorang teman wanita ke St.
Leonards." "Percayakah Anda padanya?"
"Saya " Sekonyong-konyong mesin otomatis itu hidup. "Apa maksudmu, Setan?"
?Lalu wajahnya terlihat mengancam, bergetar karena nafsu amarah yang tiba-tiba
muncul. Hal ini membuatku mengerti mengapa seorang gadis menjadi takut untuk
membuatnya marah. Poirot cepat-cepat berkata, .. "Betty Barnard dibunuh oleh seorang pembunuh
berdarah dingin. Hanya dengan menceritakan kebenaran, Anda dapat membantu kami
mencari jejaknya." Sejenak tatapannya beralih pada Megan.
"Betul, Don," ujar Megan. "Ini bukan saatnya mempertimbangkan perasaan diri
sendiri ataupun perasaan orang lain. Kau harus bebas dari tuduhan."
Donald Fraser menatap curiga pada Poirot.
"Siapa Anda" Anda bukan dari Kepolisian?"
"Saya lebih baik daripada polisi," kata Poirot. Ia mengatakan hal itu tanpa
maksud menyombongkan diri. Baginya, itu hanyalah pernyataan sederhana mengenai
sebuah fakta. "Katakanlah padanya," ujar Megan.
Donald Fraser menyerah. "Saya tidak yakin," katanya. "Saya mempercayainya pada waktu ia mengatakannya. ?Tak per-'nah berpikir untuk berbuat sesuatu pun. Kemudi -
116 an mungkin karena ada yang janggal dalam sikapnya, saya saya, yah, saya mulai
? ?curiga." "Ya?" kata Poirot.
Ia duduk di depan Donald Fraser. Matanya mertatap mata orang muda itu lurus-
?lurus, seakan sedang menerapkan sebuah mantra sihir.
"Saya amat malu pada diri saya sendiri karena begitu curiga. Namun namun saya
?memang curiga.... Saya mempunyai gagasan untuk pergi ke depan kafetaria dan
memperhatikannya sewaktu meninggalkan tempat itu. Saya memang ke sana. Lalu saya
merasa seharusnya saya tidak melakukan hal itu. Betty akan melihat saya dan ia
akan marah. Ia pasti akan segera tahu bahwa saya menguntitnya. "
"Apa yang Anda lakukan?"
"Saya pergi ke St. Leonards. dan tiba di sana, sebelum jam delapan. Lalu saya
memperhatikan bis-bis yang lewat untuk melihat apakah ia ada di salah satu bis....
Namun tidak ada tanda-tanda ia berada di sekitar situ...."
"Lalu?" "Saya saya merasa kesal sekali. Saya yakin ia, pergi bersama seorang laki-laki.
?Dugaan saya, mungkin laki-laki itu membawanya dengan mobil ke Hastings. Saya
terus ke sana memperhatikan hotel-hotel dan restoran, menanti di sekitar gedung
?bioskop pergi ke dermaga. Sungguh perbuatan yang tolol. Walau mungkin ia memang
?ada di sana, tapi pasti sulit bagi saya untuk menemu- *-kannya, dan lagi ada
banyak tempat-tempat lain
117 ke mana laki-laki itu dapat membawanya selain ke Hastings."
Ia diam. Dalam nada suaranya yang pasti pada saat menggambarkan hal itu,
terpancar kepedihan dan amarah yang tertahan dalam dirinya.
"Akhirnya saya menyerah pulang."
?
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pukul berapa?"
"Saya tidak tahu. Saya berjalan. Mungkin tengah malam atau lewat tengah malam
waktu saya tiba di rumah...."
"Lalu "?Pintu dapur terbuka.
"Oh, rupanva Anda di sini," ujar Inspektur Kelsey.
Inspektur Crome mendesak melewatinya, melempar pandangan tajam' kepada Poirot,
lalu kepada dua orang asing yang berada di situ.
"Miss Megan-Barnard dan Mr. Donald Fraser," kata Poirot, memperkenalkan mereka.
"Ini Inspektur Crome dari London," ia menjelaskan.
Sambil berbalik kepada inspektur itu, ia berkata,
"Pada waktu Anda mengadakan pemeriksaan di atas, saya sempat bercakap-cakap
dengan Miss Barnard dan Mr. Fraser, mencoba kalau bisa, menggali informasi yang
dapat menerangi persoalan ini."
"Oh, ya?" kata Inspektur Crome, pikirannya tidak tertuju pada Poirot, tetapi
pada kedua pendatang baru itu.
118 Poirot pindah ke ruang tamu. Inspektur Kelsey berkata ramah waktu ia
melewatinya, "Berhasil mendapatkan sesuatu?"
Namun perhatian inspektur itu terganggu oleh teman sejawatnya dan ia memang
tidak menunggu jawaban Poirot.
Aku mengikuti Poirot ke ruang tamu.
"Adakah sesuatu yang meresahkanmu, Poirot?" tanyaku.
"Hanya keluhuran budi pembunuh kita yang hebat, Hastings."
Aku tidak berani mengatakan padanya bahwa sedikit pun aku tidak mengerti
maksudnya. 119 13 Pertemuan ii ?Pertemuan! Ingatanku akan kasus ABC lebih banyak dipenuhi pertemuan-pertemuan.
Pertemuan di Scotland Yard. Di kamar Poirot. Pertemuan resmi. Pertemuan tidak
resmi. Pertemuan kali ini diadakan untuk memutuskan apakah fakta-fakta sehubungan
dengan surat-surat kaleng itu perlu dipublikasikan lewat pers atau tidak.
Pembunuhan di Bexhill lebih menarik perhatian daripada kasus Andover.
Tentunya karena dalam kasus ini lebih banyak faktor-faktor popularitasnya. Si
korban adalah seorang gadis muda berwajah menarik, ini baru permulaannya. Dan
pula, tempat kejadian merupakan daerah peristirahatan tepi pantai.
Seluruh detil kejahatan itu dilaporkan secara lengkap dan setiap hari ada
pengulangan laporan yang agak tersamar. Panduan kereta api ABC juga mendapat
perhatian. Teori yang paling digemari adalah bahwa buku panduan ABC dibeli-di
daerah setempat oleh si pelaku dan merupakan petunjuk berharga untuk mencari
identitasnya. Hal itu juga menunjukkan bahwa ia datang ke tempat itu
120 dengan kereta api dan bermaksud meneruskan perjalanannya ke London.
Buku panduan itu sama sekali tidak diperhitungkan dalam pemberitaan kecil
mengenai kasus Andover, oleh sebab itu di mata umum kedua %jahatan itu tidak ada
hubungannya satu sama lain.
"Kita harus mengambil sebuah kebijaksanaan tertentu," ujar Asisten Komisaris.
"Masalahnya yang bagaimanakah yang akan memberikan hasil terbaik" Apakah kita ?akan mengungkapkan fakta-faktanya kepada umum mengajak mereka bekerja
?sama bagaimanapun juga, bantuan beberapa ribu orang akan kita peroleh, untuk
?mencari satu orang gila "
?"Ia takkan menyerupai orang gila," Dr. Thompson menyela.
" mencari tempat-tempat penjualan ABC dan sebagainya. Sebaliknya, saya rasa
? ?ada untungnya bekerja dalam gelap tidak memberi informasi mengenai apa yang
?kita lakukan, namun nyatanya orang itu tahu betul bahwa kita sudah tahu. Dengan
sengaja ia menarik perhatian kita lewat surat-suratnya. Hei, Crome, bagaimana
pendapatmu ?" "Saya melihatnya dari sudut ini, Pak. Bila Anda membuat publikasi mengenai hal
itu, artinya Anda terlibat dalam permainan ABC. Itulah yang dia
inginkan publikasi jadi terkenal. Itu yang ingin dia peroleh. Saya benar
? ?bukan, Dokter" Ia ingin menimbulkan kegemparan.\
121 t Thompson mengangguk. Asisten Komisaris berkata sambil berpikir-pikir,
"Jadi Anda tidak menyetujuinya. Menolak publikasi yang ia kejar. Bagaimana
dengan Anda, Mr. Poirot?"
Poirot tidak mengucapkan sepatah kata pun beberapa saat lamanya. Waktu kemudian
ia membuka suara, ia amat berhati-hati dalam memilih kata-katanya.
"Sulit bagi saya, Sir Lionel," ujarnya. "Saya termasuk orang yang, seperti Anda
ketahui, tertarik pada kasus ini. Tantangan itu ditujukan pada saya. Bila saya
mengatakan, 'Rahasiakan semua fakta jangan dipublikasikan,' apakah nanti tidak
?disalahartikan bahwa saya haus akan pujian" Atau saya takut reputasi saya_akan
jatuh" Sulit! Tapi dengan mengumumkannya mengungkapkan semuanya ada pula segi-
? ?segi yang menguntungkan. Paling sedikit bisa merupakan suatu peringatan..,. Di
lain pihak, saya sama yakinnya dengan Inspektur Crome, bahwa itulah yang
diinginkan si pembunuh untuk kita lakukan."
"Hm!" kata Asisten Komisaris sambil mengusap dagunya. Pandangannya tertuju pada
Dr. Thompson. "Misalnya kita menolak memuaskan nafsu orang gila itu untuk
memperolelrptsblikasi, apa yang akan dia perbuat?"
"Membunuh lagi," ujar dokter itu cepat. "Menantang kita."
122 "Dan bila kita memuatnya sebagai berita utama, apa reaksinya?"
"Jawabannya sama. Di satu sisi Anda memuaskan si gila hormat, di sisi lain Anda
menolaknya. Akibatnya sama. Satu pembunuhan lagi."
"Bagaimana pendapat Anda, Mr. Poiiot?" "Saya setuju dengan pendapat Dokter
Thompson." "Tongkat patah istilahnya eh" Tak ada gunanya. Menuiut Anda berapa banyak ?kejahatan yang ada dalam lencana orang gila itu?"
Dr, Thompson memandang ke arah Poirot.
"Sepertinya dari A sampai Z," katanya dengan nada liang.
"Tentu saja ia takkan sampai ke sana," lanjutnya. "Masih jauh. Anda pasti sudah
berhasil menumpasnya lama sebelum itu. Sungguh rik seandainya kita tahu apa yang
akan dilakukannya kalau ia sampai pada huruf X." Ia berhenti bicara, merasa
bersalah, karena telah mengutarakan spekulasi tadi semata-mata untuk kesenangan
belaka. "Tetapi Anda pasti dapat menangkapnya lama sebelum itu. Taruhlah G atau
H." Asisten Komisaris memukul meja dengan tinjunya.
"Ya Tuhan, maksud Anda kita akan menghadapi lima pembunuhan lagi?"
"Tak akan sebanyak itu, Pak," ujar Inspektur Crome. "Percayalah pada saya."
Ia mengatakannya dengan yakin.
123 "Sampai pada huruf apa menurut Anda, Inspektur?" tanya Poirot.
Ada sedikit nada ironis dalam suaranya. Menurutku, Crome menatapnya dengan sikap
tidak senang, walaupun hal ini tertutup oleh sikap tenangnya yang menonjol.
"Kita pasti dapat menangkapnya, Mr. Poirot. Bagaimanapun juga saya jamin kita
akan menangkapnya sebelum sampai pada huruf F."
Ia menoleh ke arah Asisten Komisaris.
"Saya rasa saya tahu keadaan psikologis kasus ini dengan jelas. Dokter Thompson
akan mengoreksi bila saya salah. Dugaan saya, setiap kali ia berhasil melakukan
kejahatan, keyakinannya akan diri sendiri bertambah kira-kira * seratus persen.
Setiap kali ia akan berpikir, 'Aku cerdik mereka takkan dapat menangkapku!'
?Keyakinan dirinya akui menjadi terlalu kuat, sehingga ia justru menjadi teledor.
Ia melebih-lebihkan kecerdikannya dan ketololan orang lain. Tak lama lagi ia
bahkan tidak akan peduli untuk berhati-hati. Betul bukan, Dokter?"
Thompson mengangguk. "Biasanya kasusnya begitu. Bila digambarkan dengan istilah nonmedis tidak akan
bisa sejelas itu. Anda tahu hal-hal seperti itu, Mr. Poirot. Setujukah Anda?"
Kurasa Crome tidak menyukai pendekatan Dr. Thompson kepada Poirot. Menurut Crome
hanya dia, dan dia sajalah yang ahli di bidang itu.
124 "Betul seperti yang dikatakan Inspektur Crome," ujar Poirot memberikan
persetujuannya. "Paranoia," gumam dokter itu.
Poirot berbalik ke arah Crome.
"Adakah fakta-fakta untuk dipertimbangkan dalam kasus Bexhill?"
"Tak ada yang pasti. Seorang pelayan di Restoran Splendide, Eastbourne,
mengenali foto korban sebagai gadis yang makan malam di sana bersama seorang
laki-laki setengah baya yang memakai kaca mata. Juga dikenali di sebuah
penginapan pinggir jalan di luar kota, yang bernama Scarlet Runner, antara
Bexhill dan London. Di sana mereka melihatnya bersama seorang laki-laki yang
penampilannya seperti seorang perwira Angkatan Laut. Keduanya belum tentu benar,
namun salah satunya mungkin juga benar. Tentu saja ada banyak identifikasi,
namun sebagian bes,a" tidak berguna. Kita belum menemukan jejak ABC."
"Yah, Anda rupanya sudah melakukan apa yang dapat dilakukan, Crome," kata
Asisten Komisaris. "Bagaimana, Mr. Poirot" Apakah ada jalur penyelidikan yang
memberi petunjuk kepada Anda?"
Poirot berkata perlahan, "Menurut saya ada satu petunjuk penting motifnya hsrus ditemukan."?"Bukankah sudah jelas" Kelainan jiwa yang berhubungan dengan abjad. Bukankah itu
istilah yang Anda pakai, Dokter?"
125 ~**-Ca, oui ya, memang," ujar Poirot. "Ada kelainan jiwa sepeiti yang
?disebutkan tadi. Orang, gila selalu punya alasan kuat untuk setiap kejahatan
yang dilakukannya." '
"Sebaiknya, Mr. Poirot," ujar. Crome. "Lihat kasus Stoneman di tahun 1929. Ia
mengakhirinya dengan mencoba membinasakan semua orang yang menjengkelkannya."
Poirot menoleh padanya. "Betul begitu. Namun apabila Anda orang yang cukup berkedudukan dan penting,
Anda tidak mungkin terhindar dari kejengkelan-kejengkelan kecil. Bila seekor
lalat hinggap di kening Anda berkali-kali, menjengkelkan Anda dengan geliti-
kannya apa yang akan Anda perbuat" Anda berusaha membunuhnya. Anda tidak
?menyesalinya. Anda orang penting lalat itu tidak. Anda membunuh lalat-rtu-dan
?kejengkelan sirna. Bagi Anda perbuatan itu waras dan dapat dibenarkan. Anda juga
membunuh lalat kalau Anda mengutamakan kesehatan. Lalat merupakan sumber bahaya
yang .potensial yang mengancam masyarakat lalat itu harus diusir. Begitulah
?kerja otak para kriminal yang berpenyakit jiwa. Tetapi pertimbangkanlah hal
ini apabila para korban dipilih secara alfabetis, mereka tidak disingkirkan
?karena mereka merupakan sumber kejengkelan bagi diri si pembunuh. Terlalu banyak
hal-hal yang kebetulan bila kita menggabungkan keduanya."
"Satu point lagi," ujar Dr. Thompson. "Saya ingat satu kasus di mana suami
seorang wanita 126 dihukum mati. Wanita itu lalu membunuh para anggota juri, satu demi satu. Cukup
lama sebelum pembunuhan-pembunuhan itu ditemukan hubungannya. Kelihatannya
pembunuhan itu dilakukan dengan serarnpangan. Tetapi, seperti kata Mr. Poirot,
tidak ada seorang pembunuh pun yang akan melakukan pembunuhan secara
serarnpangan. Ia akan menyingkirkan orang yang menghalanginya (walaupun tidak
begitu penting), atau karena suatu keyakinan pribadi. Ia menyingkirkan para
pendeta, atau polisi, atau pelacur, karena ia benar-benar yakin bahwa mereka
harus dibunuh. Sejauh penglihatan saya, teori ini tidak dapat diterapkan dalam
kasus ini. Nyonya Ascher dan Betty Barnard tidak dapat dihubungkan sebagai
anggota satu kelas yang sama. Tentu saja ada kemungkinan kelainan jiwa itu dalam
hal sex. Kedua korban adalah wanita. Kita akan icbili mengerti setelah terjadi
pembunuhan berikutnya *?"Demi Tuhan, Thompson. Jangan terlalu ngawur berbicara tentang pembunuhan
beiikutnya," kata Sir Lionel gusar. "Kami akan melakukan apa saja untuk
menghindarkan terjadinya pembunuh-* *an berikutnya."
Dr. Thompson terdiam dan membuang ingusnya ajengan keras.
"Terserah," bunyinya seakan berkata demikian. "Bila kau tak mau menghadapi
kenyataan " Asisten Komisaris menoleh pada Poirot.
?127 "Saya tahu arah pemikiran Anda, tetapi bagi saya belum jelas benar."
"Saya bertanya pada diri saya sendiri," ujar Poirot, "apa yang terlintas dalam
pikiran si pembunuh" Dilihat dari surat-suratnya, ia membunuh semata-mata pour
le sport, untuk berolahraga untuk kesenangan pribadi. Apakah ini benar" Dan
?bila benar demikian, atas dasaT apa ia memilih korbannya, selain yang
berdasarkan urutan abjad} Apabila ia membunuh untuk kesenangan pribadi, ia tidak
akan mengiklankan kenyataan tersebut, karena, sebaliknya, sekarang saja ia dapat
membunuh dengan sesuka hati tanpa diancam hukuman. Tetapi tidak begitu. Seperti
yang kita ketahui bersama, ternyata ia sengaja -membuat kegemparan di depan
umum aintuk menonjolkan dirinya. Dalam hal apa kepribadi-annva merasa ditekan
?sehingga orang dapat menarik hubungan antara kedua korban yang dipilihnya sampai
saat ini" Dugaan terakhir apakah motifnya berhubungan langsung dengan dendam
?pribadi terhadap diri saya, terhadap Hercule Poirot" Apakah ia menantang saya di
depan umum karena saya telah (tanpa sepengetahuan saya) menundukkannya pada
suatu waktu dalam tugas saya" Atau apakah dendamnya tidak terhadap orang
tertentu tetapi ditujukan kepada seorang asing" Dan bila demikian, lagi-lagi
?karus dipertanyakan apa yang menyebabkannya" Apa yang dideritanya yang
disebabkan oleh seorang asing?"
128 "Semua itu pertanyaan yang merupakan kemungkinan-kemungkinan," kata Dr.
Thompson*-. Inspektur Crome menelan ludah.
"Oh, ya" Mungkin saat ini agak sulit dijawab."
"Namun demikian, Kawan," ujar Poirot sambil menatap langsung padanya, "apakah
pemecahannya terletak pada pertanyaan-pertanyaan itu. Seandainya kita tahu
alasan, yang tepat yang mungkin fantastis buat kita tetapi yang juga harus
? ?masuk akal baginya yaitu mengapa orang gila itu melakukan pembunuhan-pembunuhan
?ini, mungkin kita harus tahu, siapa kira-kira yang akan menjadi korban
berikutnya." Crome menggelengkan kepala.
"Ia asal-asalan memilih korbannya itu pendapat saya."
?"Si pembunuh yang murah hati," tukas Poirot. "Apa kata Anda?"
"Si pembunuh yang murah hati! Franz Ascher bisa ditahan karena tuduhan membunuh
istrinya Donald Fraser bisa ditahan karena tuduhan membunuh Betty ?Barnard bila saja tidak ada surat-surat peringatan ABC. Lalu apakah ia begitu
?lembut hati sehingga tidak tega melihat orang lain menderita untuk sesuatu yang
tidak mereka lakukan?"
"Saya tahu hal-hal yang lebih aneh yang pernah terjadi," ujar Dr. Thompson.
"Saya tahu ada orang-orang yang telah membunuh setengah lusin korbannya tapi
lalu berhenti, karena salah satu korbannya tidak langsung mati dan harus mende-
129 rita kesakitan. Namun saya rasa itu bukan alasan tok kita. Ia ingin mendapatkan
pujian melalui kejahatan-kejahatannya. Itulah penjelasan yang paling cocok."
?"Kita belum sampai pada keputusan mengenai publikasi," ujar Asisten Komisaris.
"Bila saya boleh mengusulkan, Pak," ujar Crome. "Mengapa tidak menunggu sampai
surat berikutnya diterima" Publikasikan pada saat itu edisi khusus, dan
?sebagainya. Memang akan membuat panik penduduk kota yang disebutkan, tetapi
setiap orang yang namanya dimulai dengan huruf C akan waspada, dan hal ini akan
membuat ABC makin bersemangat. Ia pasti amat ingin berhasil. Pada saat itulah
kita akan menyergapnya."
Manusia tidak berdaya dan tidak tahu apa yang akan terjadi esok.
0 - 130 14 Surat Ketiga Aku ingat sekali akan kedatangan surat ABC yang ketiga. Boleh dikatakan bahwa
semua tindakan pencegahan telah dilaksanakan, sehingga bila ABC beraksi lagi,
takkan perlu ada penundaan untuk segera bertindak. Seorang sersan muda dari
Scotland Yard berjaga di rumah, dan bila Poirot dan aku tidak ada, tugasnyalah
membuka surat-surat yang datang, sehingga ia dapat segera mengkomunikasikannya
ke markas besar tanpa banyak membuang waktu.
Hari-hari silih berganti dan kami semakin bertambah gelisah. Sikap Inspektur
Crome menjadi semakin angkuh dan tertutup setelah satu per satu petunjuk yang
diharapkannya memudar. -Penjelasan vang kabur mengenai para lelaki yang terlihat
bersama Betty Barnard ternyata tidak berguna. Bermacam-macam mobil yang dikenali
di sekitar Bexhill dan Cooden tidak memberikan keterangan yang memuaskan atau
tidak diketemukan jejaknya. Penyelidikan mengenai pembelian buku panduan kereta
api ABC mengakibatkan kegelisahan dan kecemasan bagi banyak orang yang tak
bersalah.
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
131 Bagi kami sendiri, setiap kali dering bel sepeda tukang pos yang amat kami kenal
itu terdengar di depan pintu, jantung kami berdebar lebih kencang karena rasa
was-was. Paling tidak aku merasakan hal itu, dan aku yakin Poirot pun mengalami
hal yang sama. Aku tahu ia sangat prihatin menghadapi kasus ini. Ia menolak untuk meninggalkan
London, dan lebih suka berada di tempat kalau-kalau sewaktu-waktu ada hal-hal
?darurat. Di hari-hari yang begitu panas, kumisnya pun terkulai baru kali ini
?diabaikan oleh pemiliknya.
Surat ABC yang ketiga datang pada hari Jumat. Pos malam tiba sekitar pukul
22.00. . Begitu mendengar langkah dan dering bel yang tidak asing itu, aku
langsung bangkit dan menuju "ke kotak surat. Ada empat atau lima surat seingatku. Alamat suiat yang
terakhir ditulis dengan huruf cetak.
"Poirot," teriakku... Suaraku lenyap dari pendengaran.
"Sudah datang" Bukalah, Hastings. Cepat. Setiap detik amat berharga. Kita hams
membuat rencana." - *
Aku menyobek sampulnya (baru kali itu Poirot tidak mencela kecerobohanku) dan
mengeluarkan suratnya. "Bacalah," ujar Poirot.
Aku membacanya dengan suara keras,
Mr. Poirot yang malang Tidak begitu hebat dalam soal-soal kriminal sepele ini ?seperti yang
132 Anda pikir, bukan" Masa jaya Anda sudah agak memudar mungkin" Mari kita lihat
apakah kali ini Anda berhasil. Mudah saja kali ini. Churston pada tanggal 30.
Cobalah lakukan sesuatu untuk mengatasinya! Agak membosankan bila segalanya
dilakukan dengan cara saya! Selamat berburu.
Hormat saya, ABC "Churston," kataku sambil meloncat mengambil buku ABC. "Mari kita lihat di mana
letaknya." "Hastings," suara Poirot begitu tajam menyela. "Kapan surat itu ditulis, adakah
tanggal yang tertera?"
?"Ditulis tanggal 27," tukasku.
"Betulkah pendengaranku, Hastings" Apakah ia menyebut tanggal 30 sebagai
tanggal-pmrtiw-nuhan?"
"Betul. Coba kulihat, tanggal "
?"Bon Dieu, ya Tuhan, Hastings sadarkah kau" Hari ini tanggal 30."
?Tangannya menunjuk kalender di dinding. Aku mengambil surat kabar hari itu untuk
meyakinkan diri. "Akan tetapi mengapa bagaimana ?" aku tergagap.
? ?Poirot memungut sampul surat yang sobek itu dari lantai. Sesuatu yang aneh pada
surat itu samar-samar memenuhi benakku, namun karena aku terlalu ingin cepat-
cepat mengetahui isi surat -
133 nya, maka hanya sekilas saja aku memperhatikannya.
Pada saat itu Poirot tinggal di Whitehaven Mansions. Alamat yang tertulis pada
surat itu berbunyi: M. Hercule Poirot, Whiteborse Mansions. Di sudut tertulis:
"Tidak dikenal di Wbiteborse Mansions, E.Cl, atau Whitehourse Court Coba
?Whitehaven Mansions."
"Mon Dieul" gumam Poirot. "Orang gila ini tak memberi kesempatan sama sekali"
Vite vite cepat, kita harus segera menghubungi Scotland .Yard."
? ?Beberapa saat kemudian kami telah berbicara Jengan Crome lewat telepon.
Inspektur yang pandai menahan diri itu tidak segera memberi jawaban. "Oh, ya?"
Malahan bibirnya segera menggumamkan kutukan. Ia mendengar penjelasan kami, lara
memutuskan hubungan untuk secepat mungkin memperoleh sambungan telepon ke
Churston. "C'est trop tard sangat terlambat," gumam Poirot.?"Kau yakin akan hal itu?" bantahku, walaupun rasanya tipis harapan.
Ia menengok jam dinding. "Jam sepuluh lewat dua puluh menit" Satu jam empat puluh menit perjalanan.
Apakah ABC dapat ditahan dalam waktu begitu lama?"
Aku membuka panduan kereta api yang tadi kuambil dari rak buku.
"Churston, Devon," aku membaca, "dari Pady
134 dington 204 3/4 mil. Populasi 544. Agaknya daei rah kecil. Pasti tokoh kita akan
terkurung dan mudah dikenali."
"Walaupun demikian, satu nyawa pasti sudah berhasil direnggut," gumam Poirot.
"Ada kereta api apa" Kurasa kereta api bisa lebih cepat daripada mobil."
"Ada kereta api tengah malam lengkap dengan kabin bertempat tidur ke Newton
?Abbot tiba di sana jam 06.08 pagi, dan di Churston jam 07.15."
?"Dari Paddington?"
"Betul, Paddington."
"Kita naik kereta api itu, Hastings."
"Tidak ada waktu untuk mendapat informasi sebelum kita berangkat."
"Bila kabar buruk itu kita terima malam ini atau besok, apa bedanva?"
"Pasti ada bedanya."
Aku mengatur barang-barang kami di dalam satu kopor, sementara Poirot menelepon
Scotland Yard sekali lagi.
Beberapa menit kemudian ia kembali ke kamar tidur dan memprotes,
"Mais qu'est-ce que vousfaites ld"i Kau sedang apa?"
?"Aku membantumu berbenah. Kupikir akan menghemat waktu."
"Vous eprouvez trop d'emotion, Hastings kau terlalu emosional. Memerlukan
?keterampilan dan kecerdikan tersendiri. Begitukah caranya melipat
135 jas" Dan lihatlah apa yang kaulakukan dengan piyamaku. Bila botol cat rambutku
pecah, apa jadinya?"
"Masya Allah, Poirot," teriakku, "ini soal hidup dan mati. Apa artinya pakaian
kita?" "Kau tak bisa memperhitungkan sesuatu, Hastings. Kita tidak dapat berangkat
dengan kereta api itu sebelum waktu keberangkatannya, dan * membuat kusut
?pakaian juga tidak akan mencegah terjadinya suatu pembunuhan."
Ia memaksa mengambil alih kopor itu dan membenahinya.
Ia menjelaskan bahwa kami akan membawa surat dan sampulnya ke Paddington.
Seorang pe- tugas Scotland Yard akan menemui kami di sana.?Pada waktu kami tiba di peron, orang pertama yang kami lihat adalah Inspektur
Crome. * Ia menjawab pandangan Poirot yang penuh tanda'tanya.
"Belum ada berita. Semua petugas yang ada siap siaga. Semua orang yang namanya
dimulai dengan huruf C telah mendapat peringatan sebisa mungkin melalui telepon.
Hanya tinggal soal kesempatan saja. Mana suratnya?"
Poirot memberikan surat itu padanya.
Ia memperhatikannya, sambil mengutuk pelan.
"Tinggal nasib saja. Semua kekuatan sudah di
Crome menggelengkan kepala.
136 "Tidak. Ia punya aturan permainan aturan gila dan ia mematuhinya. Ia
? ?menekankan bahwa peringatan harus diberikan supaya adil. Dengan begitu ia dapat
menyombongkan diri. Tapi sekarang saya tidak yakin saya hampir saja bertaruh
?bahwa laki-laki itu minum whisky cap White Horse."
"Ah, c'est ingenieux ca. Sungguh pintar!" ujar Poirot tak seperti
?biasanya penuh kagum. "Ia menulis surat itu dan botolnya ada di hadapannya."
?"Biasanya begitu," kata Crome. "Kita semua sesekali pasti pernah mengalami hal
yang sama: secara tidak sadar menyalin sesuatu yang terlihat di depan mata. Ia
mulai menulis White, lalu yang seharusnya haven ia tulis horse...."
Kami baru tahu, inspektur itu ternyata juga akan naik kereta api.
, "Kalaupun kita mujur dan tidak terjadi apa-apa, Churston telah dicanangkan
sebagai tempat kejadian. Pembunuh kita berada di sana, atau telah pergi ke sana
hari ini. Salah satu anak buah saya berjaga terus di telepon, kalau-kalau ada
berita masuk." Persis sebelum kereta api meninggalkan stasiun, kami melihat seorang laki-laki
berlari-lari di peron Ia menuju ke jendela inspektur itu dan memanggilnya.
Pada waktu kereta api mulai meninggalkan stasiun, Poirot dan aku bergegas jalan
di sepan - 137 jang koridor dan mengetuk pintu kabin inspektur itu.
"Anda sudah mendapat kabar?" tanya Poirot.
Crome berkata perlahan, "Seburuk dugaan kita. Sir Carmichael Claike ditemukan dengan kepala hancur
dipukul." Walaupun nama Sir Carmichael Clarke tidak begitu dikenal umum, ia adalah orang
yang berpengaruh. Pada zamannya ia seorang dokter spesialis tenggorokan yang
punya nama. Setelah pensiun dari profesinya, ia dapat menekuni hobi
utamanya koleksi barang-barang pecah-belah dan porselen Cina. Beberapa tahun ?kemudian, ia mewarisi kekayaan pamannya yang sudah lanjut, dan dengan demikian
bisa lebih menekuni hobinya. Kini ia menjadi pemilik koleksi karya seni Cina
yang paling terkenal. Ia sudah berkeluarga, rrtapi ridak-mempunyai keturunan dan
tinggal di sebuah rumah yang ia bangun sendiri di dekat Pantai Devon. Ia hanya
pergi ke London sesekali, misalnya kalau ada lelang besar.
Mudah dibayangkan bahwa kematiannya, setelah kematian Betty Barnard yang muda
dart menarik itu, pasti akan menjadi sensasi terbesar tahun itu, terutama karena
saat itu bulan Agustus, dan bahwa surat kabar mendapat kesulitan untuk mencari
topik-topik yang menarik.
"Eh bien," ujar Poirot. "Kemungkinan -publikasi akan berhasil melakukan apa yang
gagal dilakukan oleh usaha-usaha kita sendiri. Seluruh negeri kini akan mencari
ABC." 138 "Sialnya," kataku, "itulah yang ia inginkan.
"Betul. Namun demikian mungkin tidak ada usaha apa-apa yang dilakukannya.
Setelah puas dengan keberhasilannya ia menjadi kurang berhati-hati.... Itu harapan
saya bahwa ia akan mabuk oleh kecerdikannya sendiri."
?"Aneh sekali, Poirot," seruku, tiba-tiba ada sesuatu yang terpikir. "Tahukah
kau, untuk kejahatan jenis ini, inilah pertama yang kita tangani bersama" Semua
pembunuhan biasanya boleh dikatakan pembunuhan karena persoalan pribadi."
?"Kau benar, Kawan. Sampai kini kita selalu bekerja dari dalam. Biasanya sejarah
kehidupan si korbanlah yang penting. Termasuk faktor-faktor vang penting adalah:
'Siapa yang beruntung dengan kematiannya" Kesempatan yang bagaimana yang ada
pada orang-orang di sekitarnya, b mereka yang melakukan pembunuhan itu"' Selalu
merupakan crime intime kejahatan pribadi. Di sini, untuk pertama kalinya dalam
?kerja sama kita, kita bertemu dengan seorang pembunuh berdarah dingin dan kejam.
Pembunuh dari luar."
Aku bergidik. "Mengerikan...."
"Ya. Sejak semula, pada waktu aku membaca surat pertamanya, aku merasa ada
sesuatu yang aneh sttatu penyimpangan____"
?Ia memberi isyarat tak sabar.
"Orang harus bisa menahan diri.... Ini tidak lebih buruk dari kejahatan biasa...."
139 "Ini... Ini..."
"Apakah lebih kejam merenggut kehidupan seseorang atau orang-orang yang tidak
kita kenal daripada seseorang yang dekat dan kita kasihi seseorang yang
?mempercayai kita, mungkin?"
"Lebih kejam karena itu perbuatan gila____"
"Tidak Hastings. Tidak lebih kejam. Hanya lebih sulit."
"Tidak, tidak. Aku tidak setuju denganmu. Ini benar-benar sangat menakutkan."
Hercule Poirot berkata sambil berpikir-pikir,
"Seharusnya perbuatan orang gila lebih mudah dilacak. Suatu kejahatan yang
dilakukan oleh orang yang licin dan waras akan jauh lebih rumit. Bila saja
seseorang bisa menemukan idenya.... Soal abjad ini ada sesuatu yang keliru. Kalau?saja aku bisa menemukan idenya... segalanya akan menjadi jelas dan mudah...."
?Ia mendesah dan menggelengkan kepalanya.
"Kejahatan ini tidak boleh diteruskan. Aku harus segera menemukan keadaan yang
sebenarnya.... Ayolah, Hastings. Tidurlah. Banyak yang harus kita lakukan esok."
140 15 Di antara Brixham di satu sisi dan Paignton serta Torquay di sisi lain, letak
Churston kira-kira di tengah tikungan Torbay. Kira-kira sepuluh tahun yang lalu
tempat ini masih merupakan lapangan golf dan di bawah lapangan ada ladang-ladang
menghijau yang mengarah ke laut, dengan satu-dua rumah pertanian yang dihuni
penduduk. Namun tahun-tahun terakhir ini ada kemajuan pesat dalam pembangunan
antara Churston dan Paignton dan-sepanjang pantai kini penuh dengan rumah-rumah
kecil, bungalow, jalan-jalan baru, dan sebagainya.
Sir Caimichael Clarke membeli tanah seluas kira-kira dua are dengan pemandangan
ke laut yang sama sekali tidak terhalang dai i tempat itu. Rumah yang dibelinya
bergava modern berben-tuk empat persegi panjang dan warnanya putih serta sedap
?dipandang mata. Selain daripada dua galeri besar di mana koleksinya tersimpan,
rumahny*a~sendiri tiHak luas.
Kami tiba di sana jam 08.00 pagi. Seorang perwira polisi setempat menemui kami
di stasiun dan TAMAN BACAAN
?".oS** 141 Sir Carmichael Clarke membuat kami au courant tidak ketinggalan berita mengenai keadaannya.
? ?Rupanya Sir Carmichael Clarke mempunyai kebiasaan berjalan-jalan setelah makan
malam tiap-tiap hari. Pada waktu polisi menelepon kira-kira pukul
?23.00 mereka telah mendapat kepastian bahwa Sir Carmichael Clarke belum
?kembali. Oleh karena ia selalu menyusuri jalan yang sama, regu pencari tidak
membutuhkan waktu lama untuk menemukan tubuhnya. Kematiannya disebabkan oleh
pukulan keras dengan sesuatu yang berat di belakang kepala. Sebuah ABC yang
terbuka diletakkan menelungkup pada tubuh korban.
Kami tiba di Combeside (sebutan bagi rumah itu) kira-kira pukul delapan. Pintu
dibukakan oleh seorang pelayan tua. Tangannya yang gemetar dan wajahnya yang
teilihat bingung menunjukkan bagaimana pengaruh tragedi itu pada dirinya.
"Selamat pagi, Deveril," kata perwira polisi setempat.
"Selamat pagi, Mr. Wells."
"Ini Tuan-tuan yang dari London, Deveril."
"Silakan, Tuan." Ia mengantarkan kami ke sebuah ruang makan panjang, di mana
makan pagi sudah terhidang. "Saya akan memanggil Tuan Franklin, Tuan."
Beberapa saat kemudian seorang laki-laki bertubuh besar dengan rambut pirang dan
wajah terbakar matahari memasuki ruangan.
Inilah Franklin Clarke, satu-satunya saudara laki-laki korban.
Sikapnya mantap dan meyakinkan, seakan terbiasa menghadapi keadaan darurat.
"Selamat pagi, Tuan-tuan."
Inspektur Wells membuka perkenalan.
"Ini Inspektur Crome dari C.I.D., Mr. Hercule Poirot, dan hm Kapten Hayter."? ?"Hastings," aku mengoreksi dengan sikap dingin.
Franklin Clarke bersalaman dengan kami satu per satu dan setiap kali diikuti
dengan tatapannva yang tajam.
"Saya ingin mengajak Anda semua maka*r^pagi bersama saya," ujarnya. "Kita dapat
membicarakan situasinya sambil makan."
Tidak terdengar suara yang menyatakan keberatan dan kami segera dihadapkan pada
pilihan hidangan telur, daging babi asap, dan kopi yang nikmat.
"Sekarang mengenai pokok persoalannya," ujar Franklin Clarke. "Inspektur Wells
telah memberikan gambaran kasar tentang situasi semalam. Yah, rasanya seperti
salah satu cerita paling buruk yang pernah saya dengar. Inspektur Crome,
betuikah saudara saya yang malang telah menjadi korban seorang-pembunuh berdarah
dingin, bahwa ini merupakan pembunuhan ketiga yang dilakukannya dan bahwa dalam
setiap kasus, panduan kereta api ABC diletakkan di sisi tubuh korban}"
143 "Pada pokoknya, begitulah situasinya, Mr. Clarke."
"Tetapi mengapa} Keuntungan apa yang diperoleh dari kejahatan semacam
itu walaupun dengan imajinasi abnormal sekalipun?"
?Poirot menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Anda langsung pada pokok persoalannya, Mr. Franklin," katanya.
"Pada tahap ini tidak banyak yang diketahui mengenai motifnya, Mr. Clarke," ujar
Inspektur Crome. "Itu soal yang harus ditangani ahli ilmu jiwa walaupun
?sebenarnya saya punya pengalaman dengan kasus-kasus kriminal yang pelakunya
mempunyai kelainan jiwa, dan biasanya motifnya amat tidak memadai. Ada suatu
dorongan untuk menonjolkan diri, untuk membuat kegemparan di muka umum bahkan,
?ingin mendapat pengakuankarena takut menjadi orang yang tak berarti."
"Benarkah itu, Mr. Poirot?"
Clarke seakan meragukan hal itu. Pendekatannya pada lelaki yang lebih tua itu
tidak begitu dapat diterima oleh Inspektur Crome yang bermuka masam.
"Betul sekali," jawab sahabatku.
"Bagaimanapun juga, orang semacam itu akan tercium kejahatannya dalam waktu
singkat," ujar Clarke sambil merenung.
"Vous croyez} Anda yakin" Ah, tetapi mereka amat licin ces gens la\ Ya,
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
? ? ?mereka memang begitu. Dan Anda harus ingat, orang semacam itu
144 biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda yang berarti yang kelihatan dari luar ia
?termasuk orang dari kelas yang biasanya diremehkan, diabaikan, atau bahkan
ditertawakan!" "Dapatkah Anda menceritakan beberapa fakta, Mr. Clarke?" ujar Crome, memutuskan
percakapan. "Tentu." "Saya dengar saudara Anda dalam keadaan sehat dan kondisinya baik-baik saja
kemarin" Ia . tidak menerima surat-surat yang tidak diharapkan" Tak ada yang
membuatnya kesal?" "Tidak. Rasanya ia dalam keadaan seperti biasa saja."
"Tidak kesal atau ada yang dikuatirkan?"
"Maaf, Inspektur. Saya tidak mengatakan demikian. Kesal dan kuatir itu sudah
menjadi hal yang biasa bagi saudara saya."
"Mengapa begitu?"
"Mungkin Anda tidak tahu bahwa ipar saya, Lady Clarke, keadaan kesehatannya amat
buruk. Terus terang, ini hanya saya kemukakan pada Anda saja. Ia menderita
kanker yang tak tersembuhkan, dan tidak akan bisa bertahan lama. Penyakitnya
amat menyiksa pikiran saudara saya. Saya sendiri baru kembali dari Timur belum
lama ini dan juga kaget melihat perubahan dalam diri saudara raya itu."
Poirot menyela dengan satu pertanyaan.
"Seandainya, Mr. Clarke, saudara Anda ditemukan tertembak di kaki tebing atau ?tertembak
145 dengan revolver yang ditemukan di sampingnya, apa yang pertama-tama Anda
pikirkan?" "Terus terang, saya pasti akan menduga bahwa ia bunuh diri," ujar Clarke.
"Encorel Begitulah," kata Poirot.
"Apa maksud Anda?"
"Fakta yang berulang. Tidak apa-apa."
"Namun demikian, itu bukan bunuh diri," potong Crome ketus. "Lalu, setahu saya,
Mr. Clarke, sudah menjadi kebiasaan saudara Anda untuk berjalan-jalan setiap
malam?" "Benar. Itulah kebiasaannya."
"Setiap malam?"
"Yah, tetapi tentu tidak kalau hujan." "Dan semua orang di rumah ini tahu
tentang kebiasaannya ini?" "Tentu saja." "T^an df luar?"
"Saya tidak begitu mengerti dengan maksud Anda di luar. Saya tidak yakin apakah
tukang kebun mengetahuinya atau tidak."
"Dan di desa?" "Sebenarnya di sini tidak ada desa. Ada kantor pos dan beberapa penginapan di
Churston Ferrers tetapi tidak ada desa atau toko-toko."
?"Saya rasa orang asing yang berkeliaran di sekitar tempat ini akan mudah
dikenali?" "Sebaliknya. Dalam bulan Agustus dagrah ini ramai dikunjungi pelancong. Setiap
hari mereka datang dari Brixham dan Torquay serta Paignton dengan mobil, bis,
atau berjalan kaki. Broadsands,
146 terletak di bawah sana (ia menunjuk), .merupakan pantai yang populer, demikian
juga Elbury Cove merupakan sebuah daerah indah yang terkenal dan orang-orang ?datang ke sana untuk berekreasi. Saya lebih senang kalau mereka tidak ke sana!
Anda belum tahu bagaimana indah dan tenangnya tempat ini di bulan Juni dan awal
Juli." "Jadi menurut Anda seorang pendatang tidak akan cepat dikenali?"
"Tidak, kecuali jika ia kelihatan hm, miring otaknya."
?"Orang ini tidak kelihatan gila," ujar Crome pasti. "Anda tahu maksud saya, Mr.
Clarke. Orang ini pasti telah mempelajari situasi sebelumnya dan tahu mengenai
kebiasaan saudara Anda berjalan-jalan- di malam hari. Saya rasa kemarin tidak
ada orang asing yang datang ke rumah dan ingin menemui Sir Carmichael?"
"Setahu saya tidak tetapi sebaiknya kita tanya Deveril."
?Ia membunyikan bel dan menanyakan hal itu pada pelayan itu.
"Tidak, Tuan, tidak ada yang datang untuk bertemu dengan Tuan Carmichael. Dan
saya juga tidak melihat orang yang mondar-mandir di sekitar rumah. Pembantu-
pembantu wanita juga tidakr"saya_sudah menanyai mereka."
Pelayan itu menunggu sebentar, lalu bertanya, "Sudah cukup, Tuan?"
"Ya, Deveril, kau boleh pergi."
147 Pelayan itu pergi, di pintu ia menyisih dan membiarkan seorang wanita muda
lewat. Franklin Clarke bangkit pada waktu wanita itu datang.
"Ini Miss Grey, Tuan-tuan. Sekretaris saudara saya."
Perhatianku segera tertuju pada kulit gadis itu, yang amat putih seperti kulit
orang Skandinavia. Rambutnya abu-abu, hampir putih matanya berwarna abu-abu
?muda wajahnya berwarna pucat jernih, seperti orang-orang Norwegia dan Swedia.
?Umurnya kira-kira dua puluh tujuh tahun dan agaknya ia juga efisien, selain
pandai berhias. "Apa yang dapat saya bantu?" tanyanya setelah ia duduk.
Clarke mengulurkan secangkir kopi untuknya, tetapi gadis itu menolak untuk
makan. "Apakah Anda yang menangani korespondensi Sir Carmichael?" tanya Crome. "Ya,
semuanya." "Saya rasa ia tidak pernah menerima surat yang bertanda tangan ABC?"
"ABC?" Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Saya yakin tidak."
"Tidakkah ia menyebut-nyebut seseorang yang berkeliaran di sekitar tempat ini
hjja-wr sedang berjalan-jalan akhir-akhir ini?"
-"Tidak. Ia tidak pernah mengatakan apa-apa tentang itu."
148 "Dan Anda sendiri tidak melihat orang yang asing?" ~
"Kalaupun ada, tidak dapat dikatakan berkeliaran. Tentu saja ada banyak orang
yang bisa dibilang mondar-mandir pada bulan-bulan ini. Kami sering bertemu
mereka yang sedang berjalan-jalan tanpa tujuan, menyeberangi lapangan golf atau
di jalan-jalan setapak yang mengarah ke laut. Secara ringkas boleh dikatakan
bahwa setiap orang yang kami temui di musim ini adalah orang asing."
Poirot mengangguk sambil merenung.
Inspektur Crome minta ditunjukkan tempat Sir Carmichael berjalan-jalan setiap
malam. Franklin Clarke mengantar kami melewati sebuah pintu berlapis kaca, dap
Miss Grey menemani kami. Ia dan aku agak tertinggal di belakang yang lain.
"Sulit' dipercaya. Saya sudah naik ke tempat tidur semalam, waktu polisi
menelepon. Saya mendengar suara ribut di bawah dan akhirnya Saya keluar dan
menanyakan apa yang terjadi. Deveril dan Mr. Clarke sedang akan pergi sambil
membawa lentera." "Jam berapa biasanya Sir Carmichael kembali dari jalan-jalan?"
"Kira-kira jam sepuluh kurang seperempat. Biasanya ia masuk sendiri me alui
pintu samping, tetapi kadang-kadang ia langsung naik ke t^kpat-tidur, atau ke
galeri di mana koleksinya Kusimpan. Oleh sebab itu kalau polisi tidak menelepon,
149 pasti tidak ada orang yang tahu bahwa ia tidak kembali sebelum mereka
meneleponnya pagi ini."
"Istrinya pasti amat shock?"
"Lady Clarke diberi morfin dosis tinggi. Saya kira dalam keadaan demikian ia
tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."
Kami keluar melewati pintu kebun, ke lapangan golf. Setelah menyeberangi salah
satu sudut lapangan itu, kami melompati pagar kayu, dan sampai ke jalan setapak
yang curam dan berkelok-kelok.
"Jalan ini menuju Elbury Cove," Franklin Clarke menjelaskan. "Tetapi dua tahun
yang lalu mereka membuat jalan baru menyimpang dari jalan utama ke Broadsands, ?terus ke Elbury, jadi praktis kini jalur ini jarang dilewati orang."
Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak itu. TTi ujurrg^cla sebuah jalan
tikus di antara semak-semak berduri dan pakis yang menuju ke laut. Tiba-tiba
kami sampai ke tempat terbuka, di atas tebing yang ditumbuhi rerumputan dan
menghadap ke laut serta pantai yang berhiaskan batu-batu putih yang berkilauan.
Di sekeliling kami pohon-pohon berwarna hijau tua tumbuh sampai ke tepi laut.
Sebuah tempat y^ijj^mempe-sona putih, hijau tua dan biru safir.
? ?"Sungguh indah!" seruku.
Clarke menolah padaku dengan penuh sema-
"Memang indah, bukan" Mengapa orang ingin ke luar negeri, ke Riviera, bila kita
memiliki tem - 150 pat seperti ini! Saya telah berkeliling ke seluruh dunia di masa lalu dan, terus
terang saja, saya belum pernah melihat tempat seindah ini."
Lalu, seakan malu akan sikapnya yang terlalu bersemangat, ia berbicara dengan
nada yang lebih datar. "Ini tempat jalan-jalan saudara saya. Ia selalu berjalan-jalan sampai ke sini,
lalu kembali ke jalan semula tapi tidak membelok ke kiri melainkan ke kanan,
melewati tanah pertanian dan padang rumput, lalu kembali ke rumah."
Kami terus berjalan sampai tiba di sebuah tempat-dekat pagar hidup di tengah
padang rumput di mana tubuh korban ditemukan.?Crome mengangguk.
"Cukup mudah. Laki-laki itu berdiri di sini -terlindung bayang-bayang. Saudara
Anda pasti tidak melihat apa-apa sampai pukulan itu-jceng-han tamnya."
Gadis di sampingku bergidik.
Franklin Clarke berkata, "Tahan dirimu, Thora. Memang biadab, tetapi tak ada gunanya mengelakkan
kenyataan." Thora Grey nama yang cocok buatnya.
?Kami kembali ke rumah di mana tubuh korban telah diangkut, setelah dibuat
fotonya. Pada saat kami menaiki tangga rumah yang lebar itu. dokter keluar dari sebuah
kamar dengan tas hitam di tangan.
"Ada yang dafSat Anda informasikan, Dokter?" tanya Clarke.
151 Dokter itu menggelengkan kepalanya.
"Kasusnya amat-sederhana. Saya akan menvim-pan hal-hal teknisnya untuk
pemeriksaan. Namun ia tidak menderita. Kematian rupanya terjadi seketika."
Ia beranjak pergi. "Saya akan masuk dan menengok Lady Clarke."
Seorang perawat rumah sakit keluar dari kamar di ujung lorong dan dokter itu
mengikutinya. Kami masuk ke kamar yang baru djtiiggalkan dokter itu.
Aku segera ke luar lagi. Thora Grey masih berdiri di ujung tangga.
Ekspresi wajahnya agak aneh dan ketakutan. "Miss Grey " aku berhenti, "apa yang
?ter-"adP" Ia memandangku. "Saya sedang berpikir," ujarnya "mengenai huruf D."
?"Huruf D?" aku menatapnya dungu.
"Ya. Pembunuhan berikutnya. Sesuatu harus dilakukan. Kejahatan ini harus
dihentikan." Clarke keluar dari kamar di belakangku.
Katanya, "Apa yang harus dihentikan, Thora?" "Pembunuh yang kejam itu." 4 "Betul." Rahang
Clarke terlihat kaku dan menantang. "Saya ingin berbicara dengan Mr. Poirot
152 nanti.... Apakah Crome cukup baik?" Ia mengucapkan kata-kata itu secara cak
terduga-duga. Aku menjawab bahwa ia diakui sebagai seorang perwira yang cerdik, i
Mungkin suaraku terdengar tidak begitu antusias seperti yang seharusnya.
"Sikapnya amat kasar," ujar Clarke. "Sepertinya ia tahu segala-galanya namun ?apa sebenarnya yang diketahuinya" Setahu saya, tidak ada."
Ia diam beberapa saat. Lalu katanya lagi, "Saya bersedia mengeluarkan uang
berapa saja untuk Mr. Poirot. Saya punya sebuah rencana.
Tetapi sebaiknya nanti saja kita bicarakan." Ia berjalan di lorong dan mengetuk
pintu yang sama, yang tadi dimasuki dokter itu.
Aku ragu-ragu sejenak. Gadis itu memandang lurus ke depan seperti tersihir.
?"Apa yang Anda pikirkan, Miss Grey?"
Ia menoleh memandangku. "Saya terus bertanya-tanya, di mana ia sekarang... pembunuh itu maksud saya. Belum
lagi dua belas jam sejak kejadiannya.... Oh! Tak adakah ahli tenung yang benar-
benar pandai melihat di mana ia kini dan apa vang sedang dilakukannya...?"
"Polisi sedang mencarf^* ujarku. Kata-kataku memecahkan lamunannya. Thora Grey
kembali ke dunia nyata. "Ya," ujarnya. "Tentu saja."
153 Ia menuruni tangga. Aku berdiri di sana agak lebih lama, merenungkan kata-
katanya dalam pikiranku. ABC... 16 155 (Bukan dari Cerita Pribadi Kapten Hastings)
Mr. Alexander Bonaparte cust keluar bersama-sama dengan penonton lain dari
Torquay Pavillion, setelah selesai menonton sebuah film yang amat emosional,
berjudul Not A Sparrow....
Ia mengerjapkan matanya sesaat karena silau oleh cahaya matahari sore dan
memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan sikap linglung, yang sudah jadi ciri
khasnya. Ia bergumam sendiri, "Sebuah gagasan..."
Beberapa tukang koran lewat sambil berteriak,
"Berita terakhir.... Pembunuh berdarah dingin, di Churston...."
Mereka membawa poster-poster bertuliskan: PEMBUNUHAN CHURSTON. BERITA TERAKHIR.
Mr. Cust meraba-raba sakunya, menemukan koin dan membeli surat kabar. Ia tidak
segera-membukanya. Ia memasuki Princess Gardens dan perlahan berjalan ke tempat yang teduh yang
menghadap ke pelabuhan Torquay. Ia duduk, lalu membuka surat kabar itu.
Berita-berita utama ditulis dengan huruf besar:
SIR CARMICHAEL CLARKE TERBUNUH
TRAGEDI MENGERIKAN DI CHURSTON
ULAH SEORANG PEMBUNUH BERDARAH DINGIN
Dan di bawahnya: Hanya sebulan yang lalu Inggris dikejutkan dan diguncangkan oleh pembunuhan
seorang gadis muda, Elizabeth Barnard di Bexhill. Mungkin Anda masih ingat,
bahwa sebuah buku panduan kereta api ABC dikemukakan dalam kasus itu. Sebuah ABC
juga ditemukan di dekat tubuh Sir Carmichael Clarke, dan polisi cenderung punya
dugaan bahwa kedua pembunuhan itu dilakukan-oleh orang yang sama. Mungkinkah
seorang pembunuh berdarah dingin sedang mengintai di daerah-daerah wisata di
tepi pantai"... Seorang pemuda bercelana flanel dan berbaju biru cerah yang duduk di samping Mr.
Cust ber-komerftar, "Perbuatan kejam hm?"?Mr. Cust terkejut.
"Oh, sangat sangat kejam "
? ?Pemuda itu melihat antgan Mr. Cust gemetar sehingga ia hampir tidak dapat
memegangi surat kabar itu.
"Anda takkan bisa memahami orang-orang sakit jiwa," kata pemuda itu, yang
?kelihatan ber - 156 gairah untuk mengobrol. "Mereka tidak selalu kelihatan gila. Sering kali mereka
terlihat sama saja seperti Anda atau saya...."
"Betul," ujar Mr. Cust. "Memang benar. Kadang-kadang perang yang
?menyebabkannya dan sejak itu mereka tidak pernah pulih."
?"Saya rasa Anda benar.",-
"Saya tidak setuju adanya perang," kata pemuda itu.
Teman ngobrolnya menoleh memandangnya.
"Saya tidak suka adanya wabah penyakit, " penyakit tidur dan kelaparan serta
kanker... namun semuanya toh terjadi juga!"
"Perang dapat dicegah," tukas pemuda itu yakin.
Mr. Cust tertawa. Ia terus tertawa beberapa saat lamanya.
Pemuda itu jadi sedikit ngeri.
"Rupanya ia sendiri agak gila," pikirnya.
Lalu ia berkata agak keras,
"Maaf, Pak, saya rasa Anda pernah terlibat dalam perang."
"Betul," kata Mr. Cust. "Perang telah telah mengguncangkan saya. Sejak itu ? ?kepala saya tidak pernah baik. Sering sakit. Amat sakit."
"Olr! Saya bersimpati pada Anda," kata pemuda itu canggung.
"Kadang-kadang saya tidak tahu apa yang saya lakukan____"
157
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benarkah" Wah, saya harus pergi," ujar pemuda itu dan bergegas beranjak dari
situ. Ia tahu bagaimana seseorang yang mulai berbicara mengenai kesehatannya.
Mr. Cust duduk sambil memegangi surat kabarnya.
Ia membaca dan mengulanginya.... Orang-orang lalu-lalang di depannya. Kebanyakan
mereka memperbincangkan pembunuhan itu____
"Mengerikan... apakah menurutmu ada sangkut-pautnya dengan orang Cina" Bukankah
pelayan itu bekerja di kafetaria Cina"..." "Kejadiannya di lapangan golf...."
"Kudengar di pantai...." " tetapi, Sayang, baru kemarin kita minum teh di El
?bury...." " polisiyakin akan dapat menangkapnya...." " mungkin ia akan segera
? ?tertangkap...." " kemungkinan besar ia ada di Torquay... wanita yang satu lagi yang
?terbunuh, siapa namanya..."
Mr. Cust melipat surat kabar itu dengan rapi dan meletakkannya di tempat duduk.
Kemudian ia bangkit dan berjalan linglung menuju ke kota.
Gadis-gadis melewatinya, mereka memakai gaun putih, merah muda, dan biru, gaun-
gaun musim panas, celana panjang atau celana pendek. Mereka tertawa-tawa riang.
Mata mereka memperhatikan laki-laki yang berpapasan dengan mereka.
158 Tidak sekali pun mata mereka memandang Mr. Cust.
Ia duduk pada sebuah meja kecil dan minta disediakan teh dan krim Devonshire____
159 17 Mencatat Waktu Dengan terbunuhnya Sir Carmichael Clarke, misteri ABC jadi buah bibir
masyarakat. Surat kabar-surat kabar hanya dipenuhi kasus ini. Segala macam "petunjuk"
dilaporkan telah diketemukan. Diumumkan bahwa penahanan beberapa orang segera
dilakukan. Foto setiap orang atau tempat yang sedikit saja dapat dihubungkan
dengan pembunuhan itu, dipublikasikan. Wawancara-wawancara dilaksanakan dengan
siapa saja yang mau dimintai keterangannya. Pertanyaan-pertanyaan diajukan di
Parlemen. Pembunuhan Andover kini dihubungkan dengan kedua pembunuhan lainnya.
Scotland Yard berpendapat bahwa publikasi besar-besaran akan memberikan
kesempatan pada mereka untuk menjebak si pembunuh. Penduduk Inggris telah
berubah menjadi pasukan mata-mata amatir.
Surat kabar Daily Flicker mendapatkan inspirasi besar untuk memakai judul:
Siapa tahu ia ada di kota Andal
Poirot, tentu saja, terlibat penuh dalam segala kesibukan itu. Surat-surat yang
dikirimkan kepa - 160 danya dipublikasikan dan direproduksi. Ia dituduh secara gencar karena dianggap
tidak mencoba mencegah pembunuhan-pembunuhan yang terjadi. Pembelaan Poirot
didasarkan pada kenyataan bahwa dia pun sedang memburu pembunuh itu.
Para wartawan tak putus-putus mendesaknya untuk sebuah wawancara.
Apa Kata M. Poirot Hari Ini. ' Yang biasanya diikuti dengan setengah kolom
laporan omong kosong. M. Poirot Membeberkan Pandangan-pandangannya Mengenai Situasi Ini.
M. Poirot di Ambang Sukses.
Kapten Hastings,*sahabat karib M. Poirot, mengatakan kepada reporter kami...
"Poirot," seruku. "Percayalah padaku. Aku tak pernah mengatakan hal-hal-semacam
itu." Sahabatku akan menjawab dengan sabar
"Aku tahu, Hastings aku tahu. Kata-kata lisan dan tertulis ada jurang pemisah? ?yang mencengangkan di antara keduanya. Ada saja caranya untuk membalikkan
kalimat-kalimat dari maksud yang sebenarnya."
"Aku tak ingin kau menganggapku telah mengatakan "
?"Jangan kuatir. Semua itu tidak penting. Semua omong kosong itu mungkin justru
dapat membantu. "Dalam hal apa?"
"Eh bien," ujar Poirot muram. "Bila si gila itu membaca apa yang seharusnya
kukatakan pada 161 Daily Flicker hari ini, ia pasti tidak mau lagi menghargaiku sebagai musuhnya!"
Mungkin aku memberikan kesan bahwa tak ada hal-hal praktis yang dilakukan
dalam'pemeriksaan. Sebaliknya, Scotland Yard dan polisi setempat dari berbagai
distrik mengikuti jejak setiap petunjuk sekecil apa pun, tanpa kenal lelah.
Hotel-hotel, orang-orang yang mengelola penginapan, tempat-tempat kos semua
?yang termasuk dalam radius luas kejahatan itu dipersoalkan setiap menit.
Beratus-ratus kisah yang diceritakan orang-orang dengan penuh imajinasi, bahwa
mereka telah "melihat seorang laki-laki yang sikapnya amat aneh dan matanya
gelisah memandang ke sana kemari," atau "melihat seorang laki-laki de-^anaangan
mengancam menyelinap pergi," semuanya diselidiki panjang-lebar. Tak ada satu ?informasi pun yang diabaikan, walaupun sifatnya amat samar-samar. Buruh kereta
api, bis, trem, kondektur, pemilik kios buku, toko buku semuanya mendapat
?giliran untuk ditanyai dan dimintai penjelasan, tanpa kenal lelah.
Paling sedikit sejumlah orang ditahan dan diperiksa sampai mereka dapat
mengemukakan penjelasan yang memuaskan polisi akan apa yang mereka lakukan di
malam terjadinya pembunuhan.
Hasil keseluruhannya tidak sama sekali sia-sia. Beberapa pernyataan tertentu
terus diingat dan dicatat sebagai petunjuk berharga, tetapi bila tidak
162 i nyata, pernyataan-pernyataan tersebut tidak ada gunanya.
Apabila Crome dan sejawatnya bekerja tanpa mengenal lelah, menurutku Poirot
justru enggan bergerak dart ini agak mengherankan. Kadang-kadang kami berdebat.
?"Tetapi apa yang kaukehendaki kulakukan, " Sahabat" Pemeriksaan-pemeriksaan
rutin, poiisi lebih mahir daripadaku. Selalu selalu saja kau ingin aku pontang-
?panting seperti seekor anjing."
"Jadi kau lebih suka duduk-dijduk di rumah seperti seperti "
? ?"Orang yang bijaksana! Kekuatanku, Hastings, ada pada otakku, tidak pada kakikul
Setiap waktu, ketika aku pada hematmu terlihat seakan bermalas-malasan,
sebenarnya aku sedang merenung."
"Merenung?" teriakku. "Apakah ini saat urvu merenung?"
"Betul, betul sekali."
"Tetapi kemungkinan apa yang kauperoleh dengan merenung" Kau sudah hafal fakta
ketiga kasus itu dalam hati."
"Bukan fakta itu yang kurenungkan namun jalan pikiran si pembunuh."
?"Pikiran orang gila!"
"Persis. Dan dengan demikian tidak dapat segera ditemukan. Bila aku tahu
bagaimana jalan pikiran si pembunuh, aku akan bisa mengetahui siapa dia. Dan
setiap kali aku makin bisa memahaminya. Setelah kasus pembunuhan Andover,
163 apa yang kita ketahui tentang pembunuh itu" Hampir tidak ada sama sekali.
Setelah pembunuhan Bexhill" Hanya sedikit. Setelah pembunuhan Churston" Agak
lebih banyak lagi. Aku :mulai melihat bukan seperti apa yang ingin
?kaulihat kerangka wajah dan bentuk tetapi kerangka pemikiran. Otak yang
? ?bergerak dan bekerja ke satu arah yang pasti. Setelah kejahatan berikutnya "
?"Poirot!" Sahabatku memandangku dengan tenang.
"Betul, Hastings, kurasa sudah hampir pasti akan ada kejahatan berikutnya, yang
banyak bergantung kepada la chance kesempatan. Sampai saat ini
?inconnu pembunuh yang misterius ini masih mujur. Kali ini, bisa jadi
? ?keberuntungan berbalik memusuhinya. Namun demikian, setelah kejahatan-
berikutnya, kita mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang tak terhingga banyaknya.
Kejahatannya akan benar-benar terungkap. Coba bervariasilah dengan cara, selera,
kebiasaan dan sikap pemikiranmu, dan isi hatimu akan terungkap dari tingkah
lakumu. Ada petunjuk-petunjuk yang membingungkan kadang-kadang seakan ada dua
? otak yang sedang bekerja namun kerangkanya akan segera jelas terbentuk, dan aku?pasti tahu."
"Siapa dia?" "Bukan begitu maksudku, Hastings. Aku tidak akan mengetahui nama dan alamatnya,
tetapi akan mengetahui orang macam apa dia..."
164 "Lak?" "Et alors, je vais a lapeche dan kemudian, aku akan memancingnya."
?Karena aku kelihatan bingung, ia melanjutkan,
"Kau mengerti, Hastings, seorang nelayan yang ahli tahu dengan pasti umpan apa
yang disukai ikan. Aku akan memberikan umpan yang paling disukainya."
"Lalu?" "Lalu" Lalu apa" Kau sama saja dengan si angkuh Crome yang selalu saja
berkomentar, 'Oh, ya"' Eh bien, lalu ia akan mencaplok umpan dan kailnya dan
kita akan menarik tali kail dan menggulungnya____"
"Sementara itu orang-orang terbunuh di mana-mana. "
"Tiga orang. Dan ingat, berapa kira-kira 140 kematian di jalan setiap
? ?minggu?" "Itu lain sama sekali."
"Mungkin sama saja bagi mereka yang mati. Bagi orang-orang lain, relasi, teman-
teman yah, ada perbedaan, namun paling tidak satu hal dalam kasu^ini
?menggembirakan." "Memang, sebaiknya kita menyimak segala sesuatu dengan hati gembira."
"Inutile tak ada gunanya bersikap begitu sarkastik. Aku senang karena di sini
?tidak ada bayang-bayang dosa yang menyusahkan orang-orang yang tak bersalah."
"Apakah ini justru tidak lebih buruk?"
"Tidak, tidak, sekali-kali tidak! Tidak ada yang
165 lebih mengerikan daripada hidup dalam situasi penuh kecurigaan melihat
?semua'mata memperhatikan dirimu dan cinta di dalamnya berubah menjadi
kengerian tak ada yang lebih buruk daripada mencurigai mereka yang dekat dan
?kau-cintai.... Seperti racun yang keluar dari rawa. Tidak, racun kehidupan bagi
mereka yang tak bersalah, setidak-tidaknya jangan kita letakkan di depan pintu
si ABC." "Sebentar lagi kau akan mulai mencari berbagai alasan untuk memaafkan orang
itu!" kataku sengit.
"Mengapa tidak" Mungkin ia sendiri yakin bahwa ia benar. Mungkin akhirnya kita
terpaksa bersimpati pada jalan pikirannya."
"Astaga, Poirot!"
"Wah!~Aku telah membuatmu shock. Pertama kelambananku kemudian pendapatku."
?Aku menggelengkan kepala tanpa memberikan jawaban.
"Namun demikian," kata Poirot setelah beberapa saat, "aku punya satu proyek
yangf akan membuatmu senang karena sifatnya aktif dan bukan pasif. Dan pula, ?diperlukan banyak percakapan serta praktis tidak dibutuhkan pemikiran."
Aku tidak begitu menyukai nada bicaranya.
"Apa itu?" tanyaku hati-hati.
"Informasi yang diperoleh dari teman-teman, relasi, dan pelayan-pelavan para
korban tentang apa yang mereka ketahui."
166 "Jadi kau mencurigai mereka menyembunyikan fakta-fakta?"
"Tidak dengan sengaja. Tetapi untuk menceritakan hal-hal yang diketahui selalu
menyangkut seleksi. Seandainya aku mengatakan padamu, ceritakanlah tentang
pengalamanmu kemarin, mungkin kau akan menjawab, 'Aku bangun pukul sembilan,
makan pagi pukul setengah sepuluh, aku makan telur, daging babi asap dan minum
kopi, aku pergi ke klubku, dan sebagainya.' Kau takkan menambahkan, 'Kukuku
patah dan aku terpaksa memotongnya. Al^ membunyikan bel, meminta air untuk
bercukur. Aku menumpahkan sedikit kopi di taplak meja. Aku menyikat topiku, lalu
memakainya.' Seseorang tak dapat menceritakan semuanya. Oleh karena itu orang
harus membuat seleksi, Pada waktu ada pembunuhan, orang memilih apa yang mereka
anggap penting. Tetapi sering kali pemilihan mereka salah!"
"Lalu, bagaimana caranya kita memperoleh pilihan yang benar?"
"Seperti yang baru saja kukatakan, hanya dengan percakapan. Dengan berbicara!
Dengan membicarakan satu kejadian tertentu, atau satu orang tertentu, atau satu
hari tertentu, berulang kali, hal-hal yang amat detil pasti timbul."
"Detil yang bagaimana?"
"Tentunya apa yang tak kuketahui atau yang tidak ingin kuketahui! Namun sudah
cukup banyak waktu terbuang sekarang untuk membicarakan hal-hal sepele. Dalam
ketiga kasus pembu - 167 nuhan ini, tak ada satu pun fakta atau kalimat yang bersangkut-paut dengan
kasusnya sendiri dan hal ini bertentangan dengan semua hukum matematik. Beberapa
kejadian sepele, atau pernyataan sepele, yang dapat menjadi petunjuk harus ada!
Seperti mencari sebuah jarum dalam timbunan jerami tetapi dalam timbunan jerami
?ada jarum aku yakin akan hal ini!"
?Bagiku apa yang diungkapkan Poirot makin kabur dan membingungkan.
"Kau tidak tahu maksudku" Akalmu kurang tajam, tidak seperti*akal seorang gadis
pelayan biasa." Ia melemparkan sepucuk surat yang ditulis dengan huruf miring yang amat rapi.
Dengan hormat Saya berharap Tuan mau memaafkan saya karena telah menulis surat
?ini. Saya telah banyak berpikir sejak terjadinya dua pembunuhan keji seperti
yang dialami bibi saya yang malang. Rasanya kami sama-sama dihadapkan pada satu
masalah yang sulit. Saya melihat foto gadis muda itu di surat kabar, maksud saya
kakak gadis yang terbunuh di Bexhill. Saya memberanikan diri menulis kepadanya
dan mengatakan bahwa saya akan datang ke London untuk mencari pekerjaan dan
menanyakan apakah saya dapat menemuinya atau menemui ibvnyja, karena menurut
saya dua orang lebih baik daripada satu orang. Saya tidak mengharapkan gaji
besar, hanya sekadar mencari tahu siapa setan keji ini
168 dan kemungkinan kami dapat lebih mu mencarinya bila kami dapat mengemukakan apa
yang kami ketahui, untuk membantu pencarian.
Gadis muda itu membalas surat saya dengan ramah dan mengatakan vahwa ia bekerja
di sebuah kantor dan tinggal di asrama, tetapi ia menyarankan agar saya menulis
surat kepada Tuan. Katanya pula, ia juga telah memikirkan hal yang sama, dan
bahwa kami sedang menghadapi masalah yang sama dan kami harus bekerja sama. Oleh
karena itu, saya menulis surat ini, Tuan, untuk mengabarkan bahwa laya akan
datang ke London, dan ini alamat saya.
Saya harap saya tidak merepotkan Tuan.
Hormat saya, MARY DROWER "Mary Drower," ujar Poirot, "seorang gadis yang amat cerdas."
Ia mengambil sepucuk surat lain. "Bacalah ini."
Surat dan Franklin Clarke, mengabarkan bahwa ia akan datang ke London dan akan
menghubungi Poirot keesokan harinya, bila Poirot tidak berkeberatan.
"Jangan putus asa, mon ami," kata Poirot. "Tindakan akan segera dilakukan."
169 18 Poirot Berpidato Franklin Clarke tiba pada jam tiga sore keesokan harinya dan langsung
membicarakan pokok persoalannya tanpa berbelit-belit.
"Mr. Poirot," katanya, "saya tidak puas."
"Kenapa tidak, Mr. Clarke?"
"Saya tidak meragukan kemampuan Crome sebagai seorang perwira yang efisien,
tetapi terus terang ia mengecewakan saya. Sikapnya seakan ia yang paling tahu!
Saya telah mengisyaratkan pikiran "iya kepada teman Anda ini pada saat berada di
Churston, tetapi banyak urusan saudara saya yang harus saya selesaikan dan saya
bahkan sampai kini belum dapat bebas dari uiusan ini. Menurut pendapat saya, Mr.
Poirot, kita harus bertindak cepat "?"Persis seperti apa yang selalu dikatakan Hastings!"- '
" tetapi segeralah bertindak. Kita harus siap menghadapi kejahatan berikutnya."
?"Jadi menurut Anda akan ada kejahatan berikutnya?"
"Menurut Anda tidak?"
"Tentu saja." 1
170 "Baiklah kalau begitu. Saya akan bersiap-siap."
"Katakanlah apa sebetulnya gagasan Anda."
"Saya sarankan, Mr. Poirot, agar dibentuk semacam pasukan khusus yang bekerja
?di bawah pengawasan Anda terdiri dari teman-teman dan keluarga para korban yang
?terbunuh." "Une bonne idee ide yang bagus!"?"Saya senang Anda setuju. Dengan bekerja sama saya rasa kita akan mendapat
hasil. Dan juga, apabila peringatan berikutnya datang dan kita berada di tempat,
salah satu di antara kita mungkin memergoki orang yang berada di dekat tempat
kejahatan yang baru terjadi."
"Saya mengerti gagasan Anda dan saya setuju, "tetapi Anda harus ingat, Mr.
Clarke, bahara keluarga dan teman-teman korban, yang lainnya datang dari lingkup
yang amat berbeda dari lingkup kehidupan Anda. Mereka adalah kaum pekerja dan
meskipun mereka dapat mengambil cuti pendek "
?Franklin Clarke memotong pembicaraan.
"Memang betul begitu. Saya satu-satunya orang yang dapat menanggung biayanya.
Bukan karena saya kaya, tetapi saudara saya meninggalkan harta yang tidak
sedikit dan tentunya kekayaan ini akan menjadi milik saya. Saran saya seperti
Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tadi saya katakan, yaitu membentuk semacam pasukan khusus y-ang^
?anggotanya digaji sama seperti jumlah yang biasa mereka terima kalau bekerja.
Tentu saja dengan tambahan tunjangan sekadarnya."
171 "Saran Anda, siapa yang sebaiknya membentuk pasukan ini?"
"Saya sudah memikirkannya. Balikan sebetulnya saya sudah menulis surat kepada
Miss Megan Barnard sebenarnya sebagian merupakan gagasannya. Saya sarankan diri
?saya sendiri, Miss Barnard, dan Mr. Donald Fraser, bekas tunangan gadis korban
itu. Lalu ada lagi seorang keponakan wanita Andover itu Miss Barnard tahu
?alamatnya. Saya rasa suaminya tidak akan dapat membantu kita saya dengar ia
?sering mabuk.*Saya juga berpendapat bahwa keluarga Barnard ayah dan
?ibunya sudah lanjut usia untuk gerakan seaktif ini."
?"Tak ada yang lain lagi?"
"Hm Miss Grey."
?W ijabnya memerah pada waktu mengucapkan nama irar-?"
"Oli! Miss Grey?"
Tak ada seorang pun di dunia ini kecuali Poirot, yang dapat lebih mahir
mengucapkan sebuah ironi selembut itu dalam dua kata saja. Franklin Clarke
mendadak jadi lebih muda kira-kira tiga puluh lima tahun. Tiba-tiba ia tampak
seperti seorang anak sekolah yang pemalu.
"Ya. Miss Grey telah bekerja pada saudara saya lebih dari dua tahun. Ia mengenal
daerah itu dan orang-oi ang yang tinggal di daerah ittu Saya sudah pergi dari
situ selama satu setengah tahun."
Poirot menyayangkan hal itu dan membelokkan percakapan.
172 "Anda pergi ke Timur" Ke Cina?"
"Betul. Saya memimpin semacam regu penjelajah untuk membeli barang-barang yang
diinginkan saudara saya."
"Pasti amat menarik. Eh bien, Mr. Clarke, saya amat setuju dengan gagasan Anda.
Baru kemarin saya mengatakan pada Hastings bahwa diperlukan rapprochement kerja
?sama dari orang-orang yang 'terlibat!' Kita perlu menghimpun semua kenangan,
memperbandingkan catatan enfin- dan akhirnya membicarakan masalahnya untuk
? ? ?berbincang berbincang dan berbincang lagi. Dari satu kalimat sederhana mungkin
? ? akan didapatkan titik terang."
Beberapa hari kemudian "Pasukan Khusus" itu bertemu di kamar Poirot.
Mereka duduk berkeliling, memandang patuh kepada Poirot yang duduk di ujung
meja, wcpciu ketua dalam pertemuan pengurus. Aku melewati mereka, memperhatikan
kembali, sambil menegaskan atau.mengubah kesan pertamaku mengenai mereka.
Ketiga gadis itu masing-masing memiliki daya tarik sendiri-sendiri kecantikan ?Thora Grey dengan kulitnya yang luar biasa putih, sikap murung Megan Barnard,
dengan wajahnya yang kaku tanpa ekspresi seperti orang Indian Mary Drower-
?^dejigan jas dan rok hitamnya yang rapi dan wajahnya yang manis serta cerdas.
Dari kedua laki-laki, Franklin Clarke, tinggi besar, coklat terbakar matahari,
dan banyak bicara, sedangkan
173 Donald Fraser, mantap dan tenang, amat kontras satu dengan yang lain.
Poirot tentunya tak dapat mengelakkan situasi dan terpaksa membuat satu pidato
singkat. "Mesdames dan Messieurs, Anda semua tahu tujuan kita berkumpul di sini. Polisi
sedang berusaha sekuat tenaga untuk menangkap si pembunuh. Juga saya, dengan
cara saya sendiri. Namun, menurut saya gabungan orang-orang yang-mempunyai
hubungan pribadi dengan soal. ini dan pula yang mengenal para korban secara
?pribadi dapat membawa hasil yang bahkan tidak dapat dicapai melalui
?penyelidikan luar. "Di sini ada tiga pembunuhan seorang wanita tua, seorang gadis muda, dan
?seorang laki-laki setengah baya. Hanya satu hal yang menghubungkan ketiga orang
ini kenyataan bahwa orang )^ng sama telah membunuh mereka. Itu berarti orang
?yang sama hadir di tiga tempat yang berbeda dan pernah dilihat oleh orang
banyak. Bahwa ia seorang gila dengan kegilaan pada stadium lanjut, sudah kita
ketahui bersama. Bahwa penampilan dan sikapnya tidak mengungkapkan kenyataan
tersebut, sudah dapat dipastikan. Orang ini walaupun saya menganggapnya seorang
?laki-laki, harap diingat bahwa mungkin saja ia seorang perempuan yang mempunyai
?kelicinan iblis gila. Sampai saat ini ia berhasil menghilangkan jejaknya sama
sekali. Polisi memiliki beberapa petunjuk yang masih samar-samar,
174 tetapi mereka tidak dapat bertindak berdasarkan itu.
"Namun demikian, pasti ada petunjuk-petunjuk yang pasti dan tidak kabur.
Misalnya pembunuh ini tiba di Bexhill sebelum tengah malam dan di pantai dengan
?mudah ia mendapatkan seorang gadis muda dengan nama yang dimulai dengan huruf
B " ?"Apakah kita harus memperbincangkan hal itu?"
Itu tadi Donald Fraser yang berbicara rupanya kata-kata itu terlontar oleh
?tekanan batin -yang amat dalam.
"Kita perlu mendalami setiap kenyataan, Monsieur," ujar Poirot, menoleh
kepadanya. "Anda berada di sirii tidak untuk menekan perasaan Anda dengan
menolak berpikir secara-detil, namun kalau perlu aufond justru menggalinya-
? ?"ampai ke dasar. Jadi, seperti yang saya katakan, bukanlah kesempatan yang
membuat ABC berhasil membunuh Betty Barnard. Pasti ia sudah melakukan seleksi
dengan sengaja dan dengan demikian pembunuhan itu sudah direncanakan terlebih
dahulu. Jadi, ia pasti sudah menjajaki daerah itu sebelumnya. Ada fakta-fakta
yang ingin diketahuinya saat paling baik untuk melaksanakan pembunuhan di
?Andover mise en scene tempat terjadinya pembunuhan di Bexhill kebiasaan-
? ? ?kebiasaan Sir Catmichael Clarke di Churston. Sebab itu saya tidak percaya bila
tidak ada petunjuk bila tak ada tanda-tanda sedikit?175
pun yang dapat membantu menentukan identitasnya. "
?"Saya rasa satu di antara Anda, atau mungkin Anda semua mengetahui sesuatu
?tetapi Anda tidak sadar kalau Anda tahu.
"Cepat atau lambat, dengan makin akrabnya hubungan Anda satu sama lain, sesuatu
akan menjadi makin jelas, makin kelihatan artinya, meskipun sekarang ini kita
belum tahu apa sesuatu itu. Seperti jigsaw puzzle masing-masing Anda memiliki
?sepotong gambar yang kelihatannya tak berarti, namun bila digabungkan dapat
menunjukkan satu bagian tertentu dari gambar itu."
"Kata-kata!" tukas Megan Barnard.
"Apa?" Poirot menatapnya penuh tanda tanya.
"Apa yang baru saja Anda katakan hanyalah sekadar kata-kata. Tidak berarti apa-
apa." Ia berbicara dengan sikap murung. Nadanya terdengar getir, sehingga aku
berkesimpulan bahwa memang begitulah ciri khas kepribadiannya. I
"Kata-kata, Mademoiselle, hanyalah kulit luar sebuah gagasan."
"Yah, saya pikir itu masuk akal," ujar Mary Drower. "Sungguh, Nona. Sering kali
bila Anda membicarakan masalahnya barulah Anda bisa melihat dengan jelas apa
yang sebetulnya ingin Anda ketahui* Otak Anda kadang-kadang membuat kesimpulan
sendiri tanpa Anda sadari. Perbincangan membuat kita mengerti banyak hal dengan
berbagai cara." 176 "Jika kita ingat pepatah, 'makin sedikit dibicarakan makin cepat sembuh luka di
hati' maka yang harus kita lakukan adalah sebaliknya," kata Franklin Clarke.
?"Bagaimana pendapat Anda, Mr. Fraser?"
"Saya agak meragukan penerapan praktis dari ucapan Anda, Mr. Poirot."
"Bagaimana denganmu, Thora?" tanya Clarke.
"Saya rasa prinsip bahwa setiap masalah harus dibicarakan itu baik sekali."
"Bagaimana kalau Anda semua mengungkapkan ingatan Anda masing-masing akan
kejadian-kejadian sebelum pembunuhan?" usul Poirot. "Mungkin Anda bisa mulai,
Mr. Clarke." "Coba saya ingat, pagi hari itu di hari pembunuhan Car saya pergi berlayar.
? ?Menangkap de . lapan ekor ikan tuna. Sungguh indah peman-sdangan di teluk. Makan
Kelelawar Beracun 2 Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung Kaki Tiga Menjangan 43