Pencarian

Pembunuhan Abc 3

Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie Bagian 3


siang di rumah. Sup lrian-dia, saya ingat. Tidur di tempat tidur gantung. Minum
teh. Menulis surat-surat, tukang pos sudah terlanjur lewat, lalu saya ke
Paignton untuk mengeposkan surat-surat itu. Kemudian makan malam dan saya tidak
?malu mengatakan bahwa- saya membaca lagi sebuah buku karangan E. . Nesbit yang
?merupakan buku favorit saya ketika saya masih kecil. Lalu telepon berdering " -
?"Cukup. Sekarang coba ingat-ingat, Mr.. Clarke, apakah Anda berjumpa seseorang
di perjalanan ke laut pagi harinya?"
"Banyak orang."
"Ingatkah Anda mengenai orang-orang itu?"
177 "Sama sekali tidak sekarang." "Anda yakin?"
"Coba saya ingat ada seorang wanita yang amat gemuk ia memakai gaun sutra ? ?bergaris-garis dan saya heran mengapa ia berpakaian seperti itu ia beisama dua
?anak kecil... dua pemuda dengan anjingnya di pantai, mereka melemparkan batu
kepada anjing itu Oh ya, seorang gadis berambut kuning, yang berenang sambil
?menjerit-jerit hrn... lucu, sekarang semua jelas tergambar dalam ingatan saya
?seperti foto dalam proses cetak makin lama makin jelas."
?"Anda pengamat yang jeli. Sekarang siang harinya di kebun lalu ke kantor
? ?pos " ?"Tukang kebun sedang menyiram tanaman.....
?Pergi ke kantor pos" Hampir menabrak orang bersepeda wanita tolol yang oleng
?karena meneriaki temannya. Itulah semuanya, saya kira."
Poirot menoleh kepada Thora Grey.
"Miss Grey?" Thora Grey menjawab dengan suaranya yang jelas dan pasti.
"Saya mengerjakan korespondensi bersama Sir Carmichael di pagi harinya menemui
?pembantu rumah tangga. Saya menulis surat-surat dan menyulam pada sore
harinya seingat saya. Agak sulit mengingatnya. Hari itu biasa saja. Saya masuk
?ke tempat tidur lebih awal."
Aku agak heran karena Poirot tidak bertanya lebih lanjut. Katanya,
178 "Miss Barnard dapatkah Anda mengingat kejadian waktu Anda terakhir kalinya
?melihat adik Anda?"
"Kira-kira dua minggu sebelum kematiannya. Saya pulang dan menginap di rumah
Sabtu dan Minggu. Cuaca sangat bagus. Kami pergi ke kolam renang di Hastings."
"Apa saja yang Anda percakapkan hari itu?"
"Saya menasihatinya," ujar Megan.
"Dan apa lagi" Apa yang ia bicarakan dengan Anda?"
Gadis itu mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat.
"Ia menceritakan mengenai kekesalannya akan sebuah topi dan beberapa gaun
?musim panas Vang baru saja dibelinya. Dan sedikit tentang Don.... Ia juga
mengatakan tidak menyukai Millv Higley gadis yang bekerja di kafetaria
?itu u"ui kami menertawakan wanita bernama Merrion yang mengelola kafetaria
?itu.... Saya tidak ingat lagi lainnya____"
"Ia tidak menyebut laki-laki maaf, Mr. Frasei yang ia jumpai?"
? ?"Ia tidak mau mengatakannya pada saya," kata Megan Barnard acuh tak acuh.
Poirot menoleh ke arah pemuda berambut merah, dengan rahang kekar itu.
"Mr^ Fraser Saya minta Anda mengingat kembali. Anda tadi mengatakan pergi ke
?kafetaria di malam yang membawa bencana itu. Semula maksud Anda menunggu di sana
dan memperhati - 179 kan Berty Barnard bila ia keluar. Ingatkah Anda siapa saja yang Anda lihat pada
saat menunggu di tempat itu?"
"Banyak orang lalu-lalang di depan kafetaria itu. Saya tak ingat siapa pun."'
"Maaf, dapatkah Anda mencoba mengingatnya" Walaupun pikiran Anda sedang dipenuhi
hal-hal lain, namun mata melihat secara otomatis tidak dengan akal, tetapi ?selalu tepat...."
Pemuda itu tetap ngotot, "Saya tak ingat siapa pun."
Poirot mendesah dan menoleh kepada Mary Drower.
"S=rya rasa Anda menerima surat secara teratur dari bibi Anda, bukan?" "Oh ya,
Tuan?" "Kapan yang terakhir?" Mary berpikir sejenak.
"Dua hari sebelum pembunuhan itu, Tuan." "Apa isinya?"
"Katanya si Setan Tua itu berada di sana dari. bahwa ia mengusirnya dengan
makian maafkan istilah saya, Tuan Ia ingin saya datang hari Rabu itu hari
? ? ?libur saya, Tuan katanya saya akan diajak nonton film. Sebenarnya itu hari
?ulang tahun saya, Tuan."
Sesuatu kenangan akan pesta kecil itu mungkin menyebabkan air mata menggenang
?di pelupuk matanya. Ia terisak dan minta dimaafkan karenanya.
180 "Maafkan saya, Tuan. Saya tak ingin kelihatan tolol. Menangis sebenarnya tak ada
gunanva. Hanya kenangan akan bibi saya dan saya yang menghatapkan saat-saat
? ?yang menyenangkan itu- membuat saya terharu, Tuan."
?"Saya tahu bagaimana perasaan Anda," ujar Franklin Clarke. "Selalu justru
kenangan-kenangan kecil seperti itu yang paling berkesan dan khususnya hari-
?hari istimewa atau hadiah-hadiah- sesuatu yang menyenangkan dan wajar. Saya
?ingat melihat seorang wanita yang mengalami kecelakaan. Ia baru saja membeli
sepatu baru. Saya melihatnya terbaring di sana dan dalam bungkusan yang
?terbongkar itu terlihat sandal kecil bertumit tinggi yang aneh itu amat
?menyentuh perasaan saya sandal-sandal itu terlihat amat menyedihkan."
?Megan tiba-tiba berkata dengan ramah dan hangat,
"Itu betul betul sekali. Hal yang sama terjadi setelah Betty meninggal. Ibu
? ?telah membeli beberapa stocking, hadiah untuk Betty ia membelinya pada hari
?yang-naas itu. Kasilian Ibu. Begitu hancur hatinya. Saya melihatnya menangisi
barang itu. Ia berulang-kali berkata, 'Saya membelinya untuk Betty saya
?membelinya untuk Betty dan ia bahkan tak pernah melihatnya.'"
?Suaranya sedikit bergetar" Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap lurus
kepada Franklin Clarke. Seketika itu muncul rasa simpati di antara mereka rasa
?senasib sepenanggungan 181 yang timbul karena menghadapi masalah vang sama.
"Saya tahu," ujar Franklin Clarke. "Saya tahu betul. Hal-hal semacam itu amat
menyedihkan untuk diingat."
Donald Fraser membuat gerakan di tempatnya dengan salah tingkah.
Thora Grey mengalihkan pembicaraan.
"Tidakkah kita akan membuat rencana untuk hari-hari mendatang?" tanyanya.?"Tentu saja." Franklin Clarke kembali pada sikapnya semula. "Saya rasa bila
saatnya tiba- yaitu, bila surat keempat datang kita harus mengerahkan tenaga.
? ?Sebelum itu, mungkin kita bisa mencoba peruntungan kita masing-masing. Saya
tidak tahu apakah ada faktor-faktor yang menurut Mr. Poirot dapat menggantikan
penyelidikan?" "Saya dapat memberikan saran-saran," kata Poirot.
"Bagus. Saya akan mencatatnya," Franklin Clarke mengeluarkan sebuah notes.
"Silakan, Mr. Poirot. A "
?"Dugaan saya, mungkin pelayan itu, Milly Higley, mengetahui sesuatu yang ada
artinya." "A Milly Higley," tulis Franklin Clarke.
?"Saya mengusulkan dua cara pendekatan. Anda, Miss Barnard, boleh mencoba apa
yang saya sebut pendekatan serangan."
"Saya rasa Anda pikir itu cocok dengan gaya saya?" kata Megan datar.
182 "Buatlah pertengkaran dengan gadis itu katakan Anda tahu ia tak pernah menyukai
?adik Anda dan bahwa adik Anda telah menceritakan semua tentang dirinya. Bila
?saya tidak keliru, ini akan memancing tuduhan-tuduhan. Ia akan mengatakan pada
Anda bagaimana penilaiannya mengenai adik Anda! Fakta-fakta penting akan
terungkap." "Dan pendekatan kedua?"
"Dapatkah saya memberi saran, Mr. Fraser, agar Anda memperlihatkan tanda-tanda
seakan tertarik kepada gadis itu?"
"Apakah itu perlu?" .g Lon-
"Tidak, tidak perlu. Itu hanya sekau . satu kemungkinan penyelidikan."
"Dapatkah saya mencoba membantu?" tanya Franklin. "Saya punya hm pengalaman
? ?cukup luas, Mr. Poirot. Saya akan melihat apa yang dapat saya lakukan terhadap
gadis itu." "Anda punya bagian sendiri untuk dikerjakan," kata Thora Grey agak tajam.
Wajah Franklin agak tertunduk.
"Ya, betul," ujarnya.
"Tout de meme sama saja saya kira tidak banyak yang dapat Anda lakukan di sana
? ?saat ini," kata Poirot. "Sekarang Mademoiselle Grey, ia jauh lebih cocok "
?Thora Grey menyela perkataannya.
"Tetapi tahukah Anda, Mr. Poirot, saya sudah meninggalkan Devon untuk
seterusnya." "Oh" Saya tidak mengerti."
183 "Miss Grey bersedia tinggal lebih lama di sana hanya untuk membantu saya
membereskan semua urusan," kata Franklin. "Tetapi sebenarnya ia lebih suka
bekerja di London." Poirot menatap mereka tajam-tajam satu per satu.
"Bagaimana dengan Lady Clarke?" tanyanya. Aku sedang mengagumi rona merah samar
pipi Thora Grey dan hampir-hampir tidik mendengar jawaban Clarke.
"Sangat buruk. Ngomong-ngomong, Mr. Poi-*. apakah Anda bersedia datang ke Devon
dan -liunginya" Ia menyatakan ingin bertemu Anda sebelum saya pergi. Memang
seting ^mii ia sama sekali tak dapat menemui orang sela-.- ma satu dua hari, ?tetapi bila Anda mau mengambil risiko itu ongkosnya saya tanggung tentu saja."
?"Tentu, Mr. Clarke. Kalau begitu, bagaimana kalau esok lusa?"
"Baiklah. Saya akan memberi tahu jururawat dan ia akan mengatur jadwal pemberian
obat/' "Dan untuk Anda, Nak," ujar Poirot, menoleh kepada Mary. "Kemungkinan Anda akan
memperoleh hasil di Andover. Cobalah dekati anak-anak."
"Anak-anak?" "Betuh Anak-anak tidak mudah mengobrol dengan orang asing. Tetapi Anda dikenal
di jalan di mana bibi Anda tinggal. Ada banyak anak-anak yang bermain di sekitar
rumah bibi Anda. Mung - 184 kin mereka melihat siapa yang masuk dan keluar dari toko itu."
"Bagaimana dengan Miss Grey dan saya sendiri?" tanya Clarke. "Itu... kalau saya
tidak harus pergi ke Bexhill."
"Mr. Poirot," ujar Thora Grey. "Cap pos mana yang tertera di surat ketiga?"
"Putney, Mademoiselle."
Thora Grey berkata sambil merenung, "S.W. 15, Putney, betul begitu, bukan?"
"Mengherankan, surat kabar mencetaknya dengan benar."
"Seakan menunjukkan bahwa ABC orang London."
"Sepintas lalu memang demikian."
"Seseorang harus bisa menjeratnya," kata Clarke. "Mi. Poirot, bagaimana kalau
saya memasang iklan misalnya: ABC. Penting. H.P. moa" dekat dengan jejak Anda.
?Seratus untuk sikap bungkam saya. XY2. Tidak ada yang lebih kasar dari
itu tetapi Anda mengerti maksudnya. Mungkin itu dapat menjeratnya."
?"Mungkin juga."
"Bisa memancingnya untuk mencoba menyerang saya."
"Saya pikir itu tindakan yang tolol dan berbahaya," kata Thora Grey tajam.
"Bagaimana, Mr. Poirot?"
"Tidak ada salahnya untuk dicoba. Saya sendiri berpendapat ABC terlalu licin
untuk membuat reaksi." Poirot tersenyum kecil. "Saya perhatikan,
185 Mr. Clarke maaf bila ucapan saya ini kasar hati Anda masih muda, seperti anak ? ?sekolah."
Franklin Clarke tampak malu-malu.
"Yah," ujarnya, memperhatikan notesnya, "kita sudah membuat suatu permulaan.
A. Miss Barnard dan Milly Higley
?B. Mr. Fraser dan Miss Higley
?C. Anak-anak di Andover
?D. Iklan ?Saya tak yakin apakah usaha-usaha itu dapat berhasil baik, tetapi paling tidak
ada yang dikerjakan sambil menunggu."
Ia bangkit dan beberapa saat kemudian pertemuan itu dibubarkan.
186 19 Lewat Swedia 1 ber Poirot kembali ke tempat duduknya senandung kecil.
"Sayangnya ia terlalu cerdas," gumamnya.
"Siapa?" "Megan Barnard. Mademoiselle Megan. 'Kata-kata,' cetusnya. Ia segera merasa
bahwa apa yang kuucapkan tak berarti sama sekali. Sedang yang lain semua
?terkecoh." "Kupikir nampaknya masuk akal."
"Betul, masuk akal. Hanya perasaan gadis itu saja."
"Jadi kata-katamu tadi tidak berarti apa-apa?"
"Apa yang kunyatakan dapat diringkas dalam satu kalimat pendek. Namun aku
mengulangnya ad lib dengan sengaja. Dan tak ada seorang pun, kecuali
?Mademoiselle Megan yang menyadari hal itu."
"Tetapi mengapa?"
"Eh bien untuk memulai segalanya! Untuk mengilhami setiap orang dengan suatu
?kesan bahwa ada pekeri?"n yang harus dilaksanakan! Untuk memulai sebut
?saja pembicaraan!" ?"Menui utmu semua jalur tadi tidak akan memberi petunjuk sama sekali?"
187 "Oh, kemungkinan itu selalu ada." Ia tertawa kecil.
"Di tengah-tengah sebuah tragedi kita mulai de^j^^komedi. Begitu, bukan?"
csudmu sebenarnya}" manusia, Hastings! Renungkanlah sejenak.. Ada tiga jenis
manusia yang dipertemukan ^Kna satu tragedi biasa. Seketika itu juga drama ^Hta
dimulai tout a fait a part begitulah painya. Ingatkah kau kasus pertamaku di ? ?Inggris" Yah, sudah bertahun-tahun yang lalu. Aku mempertemukan dua orang yang
saling^ mencintai- -dengan satu cara sederhana, yaitu menangkap salah satu di
?antara keduanya dengan tuduhan membunuh! Selain itu tidak ada jalan lain! Di
tengah-tengah kematian, kita berada dalam kehidupan, Hastings.... Aku sering
melihat pembunuhan sebagai jalan untuk mencari jodoh."
"Astaga, Poirot," seruku, kurasa kata-katanya sama sekali tidak sopan. "Aku
yakin tak ada seorang pun dari mereka yang punya pikiran lain kecuali "
?"Oh, Sahabatku. Dan bagaimana dengan kau sendiri?" "Aku?"
"Mais oui, setelah mereka-pergi, tidakkah kau beranjak dari pintu sambil
bersenandung?" "Orang dapat melakukannya tanpa-perasaan apa-apa."
"Betulkah, tetapi lagu itu mengungkapkan pikiranmu."
188 "Apa iya?" "Ya. Bersenandung sangat berbahaya, karena mengungkapkan pikiran bawah sadar
seseorang. Kurasa lagu yang kausenandungkan diciptakan di zaman perang. Comme
ca " Poirot menyanyi dengan suara tinggi, fals dan jelek sekali:
?"Kadang-kadang aku mencintai si rambut
coklat, Kadang-kadang aku mencintai si rambut pirang (yang datang dari Firdaus, lewat
Swedia). "Apa lagi yang dapat lebih mengungkapkannya" Maisje crois que la blonde
l'emporte sur la brunette tapi aku percaya, rambut pirang lebili menarik
?dibandingkan dengan rambut coklat!"
"Astaga, Poirot," teriakku. Wajahku memerah. ^'C'est tout naturel itu kan
?wajar. Tidakkah kaulihat bagaimana Franklin Clarke tiba tiba uan seketika itu
juga menaruh simpati kepada Mademoiselle Megan" Caranya duduk condong ke depan
dan menatapnya" Dan tidakkah kaulihat pula bagaimana kesalnya Mademoiselle Thora
Grey melihat hal itu" Dan Mr. Donald Fraser, ia "
?"Poirot," tukasku, "pikiranmu amat sentimentil."
"Itu hal terakhir yang menguasai pikiranku. Kaulah yang sebenarnya sentimentil,
Hastings." Aku baru saja akan mendebat kata-katanya, ketika tiba-tiba pintu terbuka. Dengan
heran aku melihat bahwa Thora Grey-lah yang masuk.
"Maaf, saya terpaksa kembali ke sini," katanya
189 tenang. "Tetapi ada sesuatu yang saya pikir harus sava beri tahukan pada Anda,
Mr. Poirot." "Silakan, Mademoiselle. Silakan duduk."
Ia duduk dan ragu-ragu beberapa saat, seakan sedang memilih kata-katanya.
"Hanya ini, Mr. Poirot. Tadi Mr. Clarke begitu baik hati dengan memberitahukan
kepada Anda bahwa saya meninggalkan Combeside atas keinginan saya sendiri. Ia
amat baik dan setia. Tetapi sebenarnya tidak begitu. Saya sungguh bersedia


Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggal terus di sana ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan sehubungan ?dengan koleksi-koleksi itu. Sebetulnya Lady Clarke-lah yang menginginkan saya
pergi! Saya tentu harus tahu diri. Ia seorang wanita yang sudah sakit keras, dan
otaknya kacau karena obat-obatan yang diberikan kepadanya. Itu membuatnya mudah
curiga dan membayangkan yang bukan-bukan. Ia membenci sava tanpa alasan, dan
mendesak agar saya meninggalkan rumah itu."
Aku mengagumi keberanian gadis itu untuk berterus-terang. Ia tidak mencoba
menutupi fakta, seperti yang banyak dilakukan orang, tetapi langsung
menyampaikan pokok persoalan dengan keterusterangan yang pantas dihargai. Hatiku
kagum dan amat bersimpati padanya.
"Sungguh baik Anda telah datang dan menceritakan hal ini pada kami," ujarku.
"Keterusterangan selalu lebih baik," katanya sambil tersenyum tipis. "Sava tak
ingin berlin - 190 dung di balik sikap ksatria Mr. Clarke/ Ia seorang . pria yang selalu bersikap
ksatria." Ada pancaran kehangatan dalam kata-katanya. Kentara sekali bahwa ia sangat
mengagumi Franklin Clarke.
"Anda sudah demikian jujur, Mademoiselle," ujar Poirot.
"Saya agak terpukul juga," kata Thora dengan nada sesal. "Saya tidak tahu Lady
Clarke begitu membenci saya. Bahkan saya selalu berpikir bahwa ia menyukai
saya." Mukanya masam. "Orang harus hidup dan belajar."
Ia bangkit. "Hanya itu yang ingin saya katakan. Permisi." Aku menemaninya ke bawah. "Ia amat
sportif," kataku setelah kembali ke ruangan itu. "Gadis itu memiliki
keberanianl" "Dan perhitungan."
"Apa yang kaumaksud dengan perhitungan"
?"Maksudku, ia punya kemampuan untuk melihat ke depan."
Aku memandang Poirot dengan ragu.
"Ia seorang gadis yang amat cantik," ujarku.
"Dan pakaiannya bagus-bagus. Sutra halus dan kerah sutra cantik dernier
?cri model terbaru!"
?"Kau orang yang teliti dengan pakaian, Poirot. Aku tak pernah memperhatikan
pakaian orang." "Kau seharusnya bergabung dengan kelompok nudis.
Pada saat aku akan melontarkan bantahan sengit, tiba-tiba ia mengalihkan
percakapan, 191 "Tahukan kau, Hastings, aku tak dapat membuang satu kesan dalam pembicaraan kita
siang tadi, sesuatu yang dikatakan, dan amat-penting. Sungguh aneh aku tak
? dapat mengungkapkan kata-kata mana tepatnya.... Cuma sekadar kesan yang lewat
dalam pikiranku... Mengingatkan aku akan lesuatu yang telah kudengar atau kulihat
atau kuperhatikan "?"Sesuatu di Churston?"
"Bukan bukan di Churston.... Sebelum itu. Tidak apa-apa. Nanti pasti segera
?kembali dalam ingatanku...."
Ia memandangku (mungkin karena aku kelihatan kurang memperhatikannya), tertawa
dan mulai bersenandung sekali lagi.
"Ia seorang malaikat, bukan" Dari Firdaus, lewat Swedia...."
"Poirot!" seruku. "Sialan kau!"
192 20 Lady Clarke Ada suasana yang sangat murung di seluruh Combeside pada waktu kami melihatnya
lagi untuk kedua kalinya. Bisa jadi sebagian disebabkan oleh cuaca suatu hari
?di bulan September yang lembab, dengan tanda-tanda awal musim gugur, dan pula,
suasana ini tentu juga dipengaruhi oleh keadaan rumah yang sebagian tertutup.
Semua ruangan di bawah tertutup dan juga semua jendelanya. Ruang kecil di mana
kami diterima berbau lembab dan udaranya tidak segar.
Seorang jururawat rumah sakit yang cekatan menghampiri kami, sambil meluruskan
lengan bajunya, yang berkanji.
"Mr. Poirot?" katanya ringkas. "Saya Suster Capstick. Saya menerima surat Mr.
Clarke yang mengatakan bahwa Anda akan kemari."
Poirot menanyakan kesehatan Lady Clarke.
"Tidak begitu jelek melihat keadaannya."
"Melihat keadaannya," kurasa artinya, melihat keadaannya yang telah divonis
mati. "Tentu kita tidak dapat mengharapkan banyak kemajuan, tapi adanya cara
pengobatan baru da - 193 pat meringankan penderitaannya. Dokter Logan cukup puas dengan keadaannya."
"Tetapi benarkah bahwa ia takkan pernah dapat disembuhkan?"
"Oh, kita takkan boleh berkata seperti itu," kata Suster Capstick, agak kaget
dengan pembicaraan yang terang-terangan begini.
"Saya rasa kematian suaminya telah membuatnya amat shock."
"Yah, Mr. Poirot, bila Anda mengerti keadaannya, bagi Lady Clarke segalanya
terasa kabur, jadi walaupun ia merasa shock, pasti amat berbeda dengan mereka
yang sehat dan mempunyai kemampuan untuk berpikir dengan baik."
"Maafkan pertanyaan saya, tetapi apakah hubungan dengan suaminya amat dekat?"
"Oh ya, mereka pasangan yang amat harmonis. Suaminya amat menguatirkan dirinya,
kasihan laki-laki itu. Bagi seorang dokter, lebih terasa lagi pengaruhnya.
Mereka tidak dapat menipu diri .sendiri dengan harapan kosong. Saya rasakeadaan
ini pada mulanya amat menyiksa pikirannya." "Pada mulanya" Akhir-akhir ini tidak
lagi?" "Lama-lama orang pasti akan terbiasa, bukan" Lalu Sir Carmichael sibuk
dengan koleksinya. Hobi merupakan hiburan besar bagi seorang pria. Kadang-kadang
ia menghadiri lelang, kemudian ia dan Miss Grey akan sibuk membuat katalog baru
dan mengatur kembali museum itu dengan sistem baru."
"Oh, ya Miss Grey. Ia sudah pergi, bukan?"?194
"Ya sayang sekali tetapi wanita memang suka membayangkan yang bukan-bukan bila
? ?sedang sakit. Dan tak ada gunanya berdebat dengannya. Lebih baik mengalah. Miss
Grey telah melakukan hal yang bijaksana dalam hal ini."
?"Apakah Lady Clarke sudah lama tidak menyukainya?"
"Tidak itu pun sebenarnya buk
?an tidak suka. Bahkan, saya rasa pada mulanya ia menyukainya. Maaf, saya tidak
boleh terlalu lama bergunjing dengan Anda. Pasien saya akan bertanya-tanya di"
mana kita." Ia mengantar kami ke atas, ke sebuah kamar di lantai dua. Ruang yang dulunya
dipakai sebagai kamar tidur, telah diubah fungsinya sebagai ruang duduk yang
tampak cerah. Lady Clarke sedang duduk di sebuah kursi besar dengan sandaran tangan, di dekat
jendela. Tubuhnya kurus kering, dan wajahnya tampak cekung kelabu karena sakit
yang dideritanya. Pandangannya jauh menerawang, seperti mala-mun, dan
kuperhatikan pupil matanya yang tidak bercahaya dan tidak hidup.
"Ini Mr. Poirot yang ingin Anda jumpai," ujar Suster Capstick dengan suaranya
vang tinggi dan i iang. "Oh-s-ya, Mr. Poirot." Kata-kata Lady Clarke terdengar kabur.
Ia mengulurkan tangannya.
"Teman saya Kapten Hastings, Lady Clarke."
195 "Apa kabar" Saya senang Anda berdua sudah datang."
Kami duduk menuruti isyaratnya yang tidak jelas. Hening beberapa saat. Lady
Clarke iupanya terbawa ke alam impian.
Tetapi dengan sedikit kekuatan, ia segera sadar kembali.
"Mengenai Car, bukan" Mengenai kematian Car. Ya, ya."
Ia mendesah, namun masih dalam sikap seperti melamun, lalu menggelengkan
kepalanya. "Kami tidak pernah berpikir akan terjadi yang sebaliknya.... Saya begitu yakin
sayalah yang akan mati terlebih dulu...." Ia merenung sebentar. "Car amat
kuat sungguh kuat dan sehat untuk orang seumur dia. Ia tidak pernah sakit. ?Umurnya hampir eram puluh tetapi ia tampak seperti masih berumur lima puluh....
?Ya, amat kuat...." Ia kembali ke alam mimpinya. Poirot mengerti tentang berbagai pengaruh obat bius
dan bagaimana obat itu membuat peminumnya berada dalam alam yang seakan tak
berbatas. Oleh karena itu ia diam saja. Sekonyong-konyong Lady Clarke berkata,
"Ya 'saya senang Anda datang. Saya mengatakan pada Franklin. Katanya ia takkan
?lupa menyampaikannya pada Anda. Saya berharap Franklin tidak akan bertindak
bodoh... ia begitu mudah tertipu, walaupun telah menjelajahi hampir seluruh dunia.
Laki-laki memang begitu.,..
196 Mereka tetap seperti anak-anak.... Khususnya Franklin."
"Tindakannya selalu impulsif," ujar Poiiot.
"Ya, ya.... Dan amat baik hati. Laki-laki memang tolol dalam hal ini. Bahkan Car
pun " Suaranya tiba-tiba terputus.
?Ia menggelengkan kepalanya dengan ketidaksabaran yang memuncak.
"Segalanya begitu kabur.... Hidup ini sulit, Mr. Poirot, terutama bila Anda sedang
jaya. Orang menjadi lupa daratan tidak peduli lagi apakah bencana dapat ditunda
? atau tidak yang lain tak ada artinya sama sekali."?"Saya mengerti, Lady Clarke. Itulah salah satu tragedi kehidupan ini."
"Mengapa saya jadi begini tolol" Saya bahkan tidak dapat mengingat apa yang mau
saya katakan pada Anda."
"Apakah mengenai kematian suami Anda?"
"Kematian Car" Mungkin begitu.... Gila, makhluk yang malang; maksud
?saya pembunuh itu. Semua keributan dan gerak cepat di zaman ini membuat orang
? ?tidak bisa tahan. Sava selalu merasa iba pada orang-orang gila mungkin kepala
?mereka terasa aneh. Lalu pasti tidak menyenangkan kalau disekap. Tetapi apa yang
dapat kita perbuat" Bila mereka membunuh orang ..." Ia menggelengkan
kepalanya pelan dan hati-hati. "Anda belum menangkapnya?"
?"Belum." taman bacaan "Pasti ia berkeliaran di sekitar tempat ini pada "ari itu."
"Ada banyak orang asing yang mondar-mandir, 'Lady Clarke. Bukankah waktu itu
musim liburan?" >
"Betul saya lupa.... Tetapi mereka hanya tinggal di pantai, mereka tidak petgi
?sampai ke dekat rumah."
"Tak ada orang asing yang datang ke rumah pada hari itu."
"Siapa bilang?" tukas Lady Clarke dengan semangat yang tiba-tiba timbul.
Poirot kelihatan agak terperanjat.
"Pelayan-pelayan itu," ujarnya. "Miss Grey."
Lady Clarke berkata dengan amat jelas,
"Gadis itu pendusta!"
Aku kaget sampai terlompat dari kursiku. Poirot melemparkan pandangan.ke arahku.
Lady Clarke melanjutkan, kini bicaranya agak berapi-api.
"Saya tidak menyukainya. Saya tak pernah menyukainya. Car pikir gadis itu
segala-galanya di dunia ini. Ia suka mengatakan bahwa gadis itu hanya seorang
yatim-piatu dan hidup sebatang kara. Apa salahnya menjadi yatim-piatu" Kadang-
kadang itu malah merupakan berkat yang tersembunyi. Kadang-kadang ada orang yang
mempunyai ayah dan ibu pemabuk lalu dengan begitu jadi punya alasan untuk
?mengeluh. Car mengatakan gadis itu sangat tabah dan mampu bekerja dengan baik!
Memang benar hasil kerjanya selalu
198 memuaskan! Tetapi saya tak yakin berdasarkan apa ia bisa disebut tabah!"
"Jangan terlalu emosi, Nyonya," kata Suster Capstick menyela pembicaraan. "Kami
tidak boleh membuat Anda lelah."
"Saya segera menyuruhnya berbenah! Franklin bersikap tidak sopan pada saya
dengan mengatakan bahwa gadis itu bisa menghibur saya. Menghibur saya"! Lebih
cepat saya tidak melihatnva lebih baik itulah yang saya katakan! Franklin
?memang tolol! Saya tidak ingin melihat dia bergaul dengan gadis itu. Franklin
masih kekanak-kanakan! Tak punya akal! 'Saya akan memberinya pesangon tiga bulan
gaji, bila kauinginkan,' kata saya. 'Tetapi ia harus pergi. Saya tidak mau
melihatnya di rumah ini sehari lagi.' Itulah untungnya orang sakit- kaum pria ?takkan bisa berdebat dengan Anda. Franklin menuruti apa yang saya katakan dan
gadis itu pun meninggalkan rumah ini. Pergi seperti seorang martir, saya kira-
?dengan sikap manis dan tabah!"
"Jangan terlalu emosi,. Nyonya. Tidak baik untuk Anda."
Lady Clarke membuat isyarat dengan tangannya agar Suster Capstick peigi.
"Kau sama dungunya dengan gadis itu dan yang lain-lainnya."
"Oh! Lady Clarke, jangan berkata begitu. Saya rasa Miss Grey seorang gadis yang
baik wajahnya amat romantis, seperti seoiang tokoh novel."
?199 "Saya tidak bisa sabar dengan kalian semua," kata Lady Clarke lemah.
"Ia sudah pergi sekarang, Nyonya. Sudah pergi."
Lady Clarke menggelengkan kepalanya, lemah dan tidak sabafan, tetapi ia tidak
menjawab. Poirot berkata,
"Mengapa Anda mengatakan Miss Grey pendusta?"
"Sebab ia memang pendusta. Ia mengatakan pada Anda tidak ada orang asing yang
datang ke rumah, bukan?"
"Ya." "Baiklah kalau begitu. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri melalui
? ?jendela ini berbicara dengan orang yang samar sekali g dijtangga pintu depan."
?"Kapan?" "Pagi-pagi pada hari Car meninggal kira-kira pukul sebelas."
?"Bagaimana rupanya laki-laki itu?"
"Orangnya biasa saja. Tak ada yang istimewa."
"Seorang pria terhormat atau seorang pedagang?"
?"Bukan seorang pedagang. Ia tampak lusuh. Saya tak ingat lagi."
Tiba-tiba saja di wajahnya tampak getaran rasa sakit.
"Maaf silakan Anda pergi sekarang saya agak letih . Suster "
? ? ? ?200 Kami menuruti isyarat itu dan segera beranjak pergi.
"Cerita luar biasa," kataku pada Poirot, di tengah perjalanan kembali ke London.
"Tentang Miss Grey dan orang asing itu."
"Betul bukan, Hastings" Seperti yang kukatakan padamu: selalu saja ada sesuatu
yang terungkap." "Mengapa gadis itu berdusta dan mengatakan ia tidak melihat siapa pun?"
"Aku dapat memberikan tujuh alasan yang berbeda salah satunya sangat
?sederhana." "Kau menghinaku, ya?" kataku. '"Mungkin, sebuah undangan untuk menggunakan
kecerdikan akalmu. Namun kita tak perlu bersusah-susah. Cara paling mudah untuk
menjawab pertanyaan itu adalah bertanya kepadanva."
"Dan seandainya ia berdusta pada kita"
"Pasti akan menarik menandakan ada sesuatu yang tidak senonoh terjadi."?"Rasanya terlalu berlebihan menduga seorang gadis seperti dia mau bersekongkol
dengan seorang pria gila."
"Tepat sekali karenanya aku tak menduga seperti itu."
?Aku merenung beberapa saat lagi.
"Seorang gadis cantik mendapat kesulitan karena kecantikannya," ujarku akhirnya,
sambil mendesah. "Du tout buang semua. Buanglah pikiran semacam itu dari benakmu."
?201 "Tapi memang begitu, kan?" aku bersikeras. "Semua orang memusuhinya hanya karena
ia cantik." "Betises omong kosong, Kawan. Siapa yang memusuhinya di Combeside" Sir
?Carmichael" Franklin" Suster Capstick?"
"Yang pasti Lady Clarke membencinya."
"Mon amij kau begitu muran hati terhadap gadis-gadis muda yang cantik. Sedangkan
aku bersimpati pada wanita tua yang sakit. Mungkin Lady Clarke-lah orang yang
terbuka matanya dan suaminya, Mr. Franklin Clarke, dan Suster Capstick justru
?orang-orang yang buta seperti kelelawar dan juga Kapten Hastings....
?"Sadarilah, Hastings, bahwa dalam peristiwa biasa, ketiga drama yang berbeda itu
takkan pernah bersinggungan satu dengan lainnya. Ketiga-nva akan-berlangsung
tanpa dipengaiuhi oleh vang lain. Aku tak pernah berlienti tertarik pada
perubahan dan kombinasi kehidupan, Hastings."
"Ini Paddington," hanya itulah jawaban yang kuberikan.
Aku merasa sudah saatnya seseorang membuktikan bahwa orang yang merasa diri
penting itu sebenarnya tidak ada apa-apanya.
Sesampainya di Whitehaven Mansions kami diberi tahu bahwa ada seorang pria yang
menunggu Poirot. Dugaanku adalah Franklin, atau Japp, namun dengan heran kudapati bahwa Donald
Fraser-lah orangnya. 202 Ia tampak amat malu dan kecanggungannya mengungkapkan sesuatu semakin kentara.
Poirot tidak mendesaknya untuk langsung mengemukakan maksud kedatangannya,
tetapi malahan menawarkan sandwich dan "segelas anggur.
Sebelum hidangan itu muncul Poirot memonopoli pembicaraan, dan menerangkan dari


Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mana kami tadi, mengungkapkan rasa ibanya terhadap wanita yang sakit itu.
Setelah kami selesai makan sandwich dan meneguk anggur, barulah Poirot
mengalihkan pokok pembicaraan.
"Anda dari Bexhill, Mr. Fraser?"
"Ya." "Berhasil dengan Milly Higley?" k "Milly Higley" Milly Higley?" Fraser mengulang
nama itu dengan bingung. "Oh, gadis itu! Tidak, sava belum melakukan apa-apa
dTsana. rim-" Ia diam. Tangannya diremas-remasnya dengan gugup.
"Saya tidak tahu mengapa saya menemui Anda," katanya.
"Saya mengerti," ujar Poirot.
"Anda tidak mengerti. Bagaimana Anda bisa mengerti?"
"Anda menemui saya karena ada sesuatu yang harus Anda ceritakan kepada
seseorang. Anda benar. Sayalah orang yang harus Anda temui. Berbicaralah!"
Sikap Poirot yang meyakinkan itu membawa hasil. Fraser memandangnva dengan sikap
aneh, tetapi ada rasa lega untuk menurutinya.
"Anda pikir demikian?"
"Parbleau betul, saya yakin akan hal itu."?"Mr. Poirot, tahukah Anda mengenai mimpi?"
Ternyata dia mengemukakan sesuatu yang sama sekali tak kuduga.
Namun Poirot sama sekali tidak tampak kaget.
"Saya tahu," jawabnya. "Anda bermimpi ?"
?"Ya. Pasti Anda akan mengatakan wajar saja bila saya bermimpi tentang peristiwa
?itu. Tetapi ini bukan mimpi biasa."
"Bukan?" "Sudah tiga harL berturut-turut saya mendapat mimpi yang sama, Tuan.... Saya rasa
saya bisa gila...." "Cei ftakanlah pada saya "
?Wajah laki-laki itu pucat. Matanya membelalak. Bahkan sebenarnya ia tampak gila.
"Selalu sama. Saya berada*di pantai. Mencari Betty. Ia hilang hanya hilang.
?Anda mengerti, bukan" Saya harus menemukannya.-Saya harus memberikan ikat
pinggangnya. Saya membawanya. Kemudian " ' "Ya?"
?"Mimpi itu berubah.... Saya tidak lagi mencari. Ia berada di sana, di depan
saya duduk di pantai. Ia tidak melihat saya datang oh, saya tak dapat "
? ? ?"Teruskanlah."
Suara Poirot berwibawa tegas.
?"Saya mendekatinya dari belakang... ia tidak mendengar saya... saya mengalungkan
ikat ping-" gang itu ke lehernya dan menariknya oh me-, nariknya____"
? ?Pendei itaan dalam suaranya sungguh mengerikan... aku memegangi lengan kursiku....
Seakan itu kejadian nyata.
"Ia tercekik... ia mati... saya telah mencekiknya lalu kepalanya terkulai ke ?belakang dan sava melihat wajahnya.* dan ternyata itu Megan bukan Betty!"
?Ia bersandar, pucat dan gemetar. Poirot menuangkan segelas anggur lagi dan
memberikan padanya. "Apa^ artinya semua itu, Mr. Poirot" Mengapa mimpi itu mengganggu saya" Setiap
malam...?" "Minumlah anggur Anda," desak PoTrot.
Pemuda itu minum, lalu ia bertanya dengan suara yang lebih 'tenang,
"Apa artinya" Saya saya tidak membunuhnya, bukan?"
?Aku tidak tahu apa jawaban Poirot, karena pada saat itu aku mendengar ketukan
tukang pos dan otomatis aku meninggalkan ruangan itu.
Apa yang kuambil dari kotak pos melenyapkan rasa ingin tahuku akan ungkapan hati
Donald Fraser yang luar biasa itu.
Aku bergegas kembali ke ruang duduk.
"Poirot," teriakku. "Sudah datang. Surat yang keempat."
? 205 Ia bangkit, merebutnya dariku, mengambil pisau pembuka kertas dan membukanya. Ia
membentangkannya di atas meja.
Kami beitiga membacanya bersama.
Masih tidak berhasil" Memuakkan! Memalukan! Apa yang Anda dan polisi lakukan"
Yah, yah, bukankah ini menyenangkan?"Dan ke mana lagi sebaiknya kita pergi
mencari mangsa" Mr. Poirot yang malang. Saya sungguh iba pada Anda.
Bila mula-mula Anda tidak berhasil, coba, coba, coba lagi. g Jalan yang kita
tempuh masih panjang Tipperary" Belum masih terlalu jauh. Huruf
?T. Insiden kecil berikutnya akan terjadi di Don-: caster\_pada tanggal 11
September. Sampai jumpa. ABC Scanned book sbook ini hanya untuk koleksi pribadi. DILARANG MENGKOMERSELKAN
atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan dan ketidakberuntungan
BBSC 206 21 207 Gambaran Mengenai Seorang Pembunuh
Kurasa saat itulah apa yang Poirot sebut sebagai unsur dasar manusia mulai
mengabur kembali. Oleh karena tidak tahan dengan kengerian yang mencekam
pikiran, kami mengalihkan perhatian pada hal-hal remeh yang menarik minat
manusia normal. Kami semua merasa tidak mungkin berbuat sesuatu sebelum surat keempat datang dan
mer^y^ ungkapkan situasi yang dirancang untuk pjembu^^, nuhau u. Saat-saat
menunggu hrrx Tekk-ifteiighi- *" langkan ketegangan.
Namun kini, setelah melihat kata-kata vang ditulis dengan huruf cetak itu
mengejek dari kertas yang putih kaku, perburuan pun dimulai sekali lagi!
Inspektur Crome dari Scotland Yard datang dan selagi ia masih ada, Franklin
Clarke dan Megan Barnard muncul.
k -Gadis itu menerangkan bahwa ia juga datang ,dari Bexhill.
"Saya ingin menanyakan sesuatu kepada Mr. Clarke."
Ia tampak agak gelisah dan merasa perlu untuk memberikan alasan dan menjelaskan
kedatangannya bersama Clarke. Aku mencatat hal itu dalam ingatan tanpa
menganggap bahwa hal itu penting.
Surat itu tentu saja memenuhi pikiranku lebih dari hal-hal lainnya.
Kurasa Crome tidak begitu senang melihat banyaknya orang yang terlibat dalam
drama itu. Ia lalu bersikap amat resmi dan mengambJ^jarak.
"Saya akan membawanya, Mr. Poirot. Bila Anda ingin membuat fotokopinya "?Tidak, tidak, saya rasa tidak perlu."
"Apa rencana Anda, Inspektur?" tanya Clarke.
"Banyak, Mr. Clarke."
"Kali ini kita harus berhasil menangkapnya," .ar Clarke. "Sebaiknya saya memberi
t"hu Anda, inspektur, bahwa kami telah membentuk suatu kelompok di antara kami
sendiri untuk menangani masalah ini. Sebuah 'pasukan' yang terdiri dari pihak-
pihak yang merasa tertarik dalam soal ini." . .
Inspektur Crome berkata dengan amat sopan,
"Oh, ya?" "Saya rasa Anda tidak begitu mempercayai para' amatir, Inspektur?"
"Anda tidak memiliki fasilitas yang saya miliki bukan, Mr. Clarke?"
"Kami mempunyai alasan pribadi untuk bergerak itu modal kita."
?"Oh, ya?" "Saya rasa tugas Anda sendiri tidak akan begitu
mudah, Inspektur. Bahkan saya cenderung berpikir bahwa si kawakan ABC telah
mengalahkan Anda lagi."
Aku memperhatikan bahwa Crome bisa juga dipojokkan dan dipaksa bicara, bila cara
lain gagal. "Saya pikir masyarakat tidak akan melontarkan banyak kritik terhadap cara kerja
kami kali ini," katanya. "Orang tolol ini telah memberi waktu yang cukup.
Tanggal 11, hari Rabu, masih minggu depan. Masih cukup waktu untuk sebuah
kampanye publikasi lewat pers. Seluruh penduduk Doncaster akan diberi
peringatan. Semua orang yang namanya dimulai dengan huruf D akan berhati-
hati demi kebaikan mereka sendiri. Lagi pula, kami akan mengirim polisi dalam ?jumlah banyak ke kota itu. Sudah dipersiapkan dengan persetujuan semua kepala
polisi di Inggris. Seluruh Doncaster, baik polisi maupun penduduk sipil akan
bersiap untuk menangkap satu orang dan bila mujur, kami akan dapat
?menangkapnya!" Clarke berkata perlahan, "Mudah menebak bahwa Anda bukan pecandu olahraga, Inspektur."
Crome menatapnya. "Apa maksud Anda, Mr. Clarke?"
"Penggemar olahraga pasti tahu. Tidakkah Anda sadari bahwa pada hari Rabu pacuan
kuda St. Leger dilaksanakan di Doncaster}"
Rahang inspektur itu jadi lemas. Sungguh mati, ia tak bisa mengucapkan ungkapan
"Oh, ya?" 209 4 208 seperti kebiasaannya. Sebaliknya ia berkata,
"Memang. Dan membuat persoalannya jadi rumit...."
"ABC tidak dungu, walaupun mungkin ia memang gila."
Kami semua terdiam beberapa saat, mempelajari situasi. Orang banyak dalam
gelanggang pacuan kuda masyarakat Inggris yang penuh semangat dan cinta
?olahraga kerumitan yang tak pernah berakhir.
?Poirot menggumam, "C est ingenieux. Tout de mime e'est bien imagine, ca Sungguh cerdas. Dan
?seharusnya sudah bisa dibayangkan."
"Saya yakin," kata Clarke, "bahwa pembunuhan akan berlangsung di gelanggang
pacuan kuda kemungkinan pada saat berlangsungnya Leger." ^
?Sesaat nalurinya'mengenai olahraga menyisipkan rasa senang dalam benaknya....
Inspektur Crome bangkit, sambil membawa surat itu.
"Acara St. Leger itu membuat persoalan jadi rumit," ujarnya. "Sungguh sial."
Ia beranjak pergi. Kami mendengar suara-suara bergumam di lorong. Sesaat
kemudian Thora Grey masuk.
Ia berkata dengan cemas, "Inspektur mengatakan pada saya suiatnya datang lagi. Di mana sekarang?"
Di luar hujan. Thora Grey memakai jas hitam,
210 gaun serta syal bulu. Sebuah topi hitam mungil menempel di atas kepalanya yang
cantik. Kepada Franklin Clarke-lah ia berbicara dan ia langsung mendekati laki-laki itu.
Satu tangannya memegang lengan Franklin, menunggu jawaban. .
"Doncaster dan pada hari St. Leger."?Kami terlibat dalam sebuah diskusi. Tanpa mengatakan apa-apa kami tahu bahwa
semua ingin hadir, namun pacuan kuda itu pasti menyulitkan rencana-rencana yang
semula sudah kami susun. Perasaan putus asa menyelubungiku. Apa yang dapat dilakukan oleh kelompok enam
orang ini, bagaimanapun kuatnya alasan pribadi mereka terhadap soal ini" Akan
ada polisi yang%ak terkira banyaknya, dengan mata tajam dan awas, mengawasi
setiap sudut yang dicurigai. Apa yang dapat dilakukan enam pasang mata"
Seakan menjawab pikiranku, Poirot membuka suara. Gaya bicaranya seperti guru
sekolah atau pendeta, "Mes enfants," ujarnya. "Anak-anak, kita tidak boleh kehilangan semangat. Kita
harus menangani soal ini dengan metode dan jalan pikiran yang terarah. Kita
harus melihat ke dalam dan bukannya ke luar untuk mencari kebenaran. Kita harus
bertanya pada diri kita sendiri diri kita masingr masing apa yang ^"ketahui
? ?tentang pembunuh itu" Jadi kita harus menyusun gambar laki-laki yang akan kita
cari itu." "Kita tidak tahu apa-apa tentang dirinya," desah Thora Grey putus asa.
211 "Tidak, tidak, Mademoiselle. Itu tidak benar. Masing-masing dari kita tahu
sesuatu tentang dirinya kalau saja kita tabu apa yang kita ketahui. Saya yakin
?pasti ada yang kita ketahui- kalau saja kita bisa menggalinya."
?Clarke menggelengkan kepalanya,
"Kita tidak tahu apa-apa apakah ia tua atau muda, berkulit putih atau hitam!
?Tidak ada di antara kita yang sudah pernah melihat atau berbicara dengannya!
Kita telah membeberkan segala sesuatu yang kita ketahui berulang-ulang kali."
"Tidak semuanya! Misalnya, Miss Grey mengatakan pada kita bahwa ia tidak melihat
atau berbicara dengan orang asing pada hari terbunuhnya Sir Carmichael."
Thora Grey mengangguk. "Itu betul."
"Benarkah" Lady Clarke mengatakan pada kami, Mademoiselle, bahwa dari jendelanya
ia melihat Anda berdiri di tangga pintu depan sedang berbicara dengan seorang
laki-laki." "Ia melihat saya berbicara dengan seorang laki-laki asing?" Gadis itu agaknya
benar-benar heran. Tentu sinar matanya yang jernih dan murni itu tidak lain
karena kesungguhan hatinya.
Ia menggelengkan kepalanya.
"Lady Clarke pasti salah lihat. Saya tak pernah Oh!"
?Seruan itu terlontar tiba-tiba. Pipinya bersemu merah.
212 "Saya ingat sekarang! Dasar tolol! Saya lupa. Tetapi sebenarnya tidak penting.
Hanya pedagang keliling yang menjual kaus kaki panjang ya, veteran perang.
? Mereka amat gigih. Saya harus mengusirnya pergi. Saya sedang berada di ruangan
pada saat ia menghampiri pintu. Ia berbicara pada saya tanpa membunyikan bel
terlebih dahulu, tetapi rupanya ia tidak berbahaya. Mungkin itulah sebabnya saya
melupakannya." Poirot berjalan mondar-mandir, tangannya memegang kepala. Ia bergumam sendiri
dengan penuh semangat, sehingga tidak seorang pun mengatakan apa-apa kecuali
hanya memandangi tingkah lakunya.
"Kaus kaki panjang," gumamnya. "Kaus kaki panjang... stocking... ca vient apa ?artinya ini... stocking... stocking.... Itulah motifnya ya... tiga bulan yang lalu... dan
?dua hari yang "tahi... dan sekarang. Bon Dieu ya, Tuhan, saya tahu!"
?Ia duduk tegak dan menatap lurus" padaku dengan mata angkuh.
"Kau ingat, Hastings" Andover. Toko itu. Kita pergi ke atas. Kamar tidurnya. Di
kursi. Sepasang stocking sutra yang masih baru. Kini aku tahu apa yang menarik
perhatianku dua hari yang lalu. Anda, Mademoiselle " Ia menoleh kepada Megan.
?"Anda menceritakan bahwa ibu Anda menangis karena ia telah membeli beberapa
stocking baru pada hari terjadinya pembunuhan itu..."
Ia menatap berkeliling kepada kami.
"Anda mengerti" Motif yang sama, diulang
213 sampai tiga kali. Pasti ini bukan suatu kebetulan. Pada saat Mademoiselle
bercerita, saya merasa apa yang ia katakan ada hubungannya dengan sesuatu. Saya
tahu sekarang hubungan dengan apa. Kata-kata yang diucapkan tetangga dekat
?Nyonya Ascher yang bernama Nyonya Fowler. Mengenai orang-orang yang selalu
mencoba menawarkan barang dan ia menyebut stocking. Katakanlah pada saya,
?Mademoiselle, bukankah benar ibu Anda tidak membeli stocking itu di toko, tetapi
dari seorang penjaja keliling?"
"Ya ya benar.... Saya ingat sekarang. Ia berkata ia kasihan pada para veteran
? ?perang itu yang harus berkeliling mencari pembeli."
"Namun, apa hubungannya?" seru Franklin. "Orang yang datang menjual stocking
tidak membuktikan apa-apa!"
"Begini, Kawan-kawan, tidak mungkin ini suatu kebetulan. Tiga pembunuhan dan
?setiap kali seseorang menjual stocking serta memata-matai daerahnya."
Ia beralih kepada Thora-.
"A vous la parole coba ceritakan! Jelaskan mengenai orang itu."
?Gadis itu menatap Poirot dengan pandangan kosong. "
"Saya tidak bisa... saya tidak tahu bagaimana.... Ia berkaca mata, saya rasa... dan
memakai mantel lusuh____"
"Mieux que ca, Mademoiselle coba lagi yang lebih sungguh-sungguh."
?"Ia bongkok... saya tidak tahu. Saya tidak terlalu memperhatikannya. Ia bukan
orang yang menarik untuk diperhatikan...."
Poirot berkata dengan muram,
"Anda benar, Mademoiselle. Seluruh rahasia pembunuhan ini terletak pada
penjelasan Anda tentang si pembunuh sebab tak perlu diragukan lagi, dialah
?pembunuh itu! 'Ia bukan orang yang, menarik untuk diperhatikan.' Betul tak ada-
?yang meragukan hal itu.... Anda telah berhasil menggambarkan bagaimana si pembunuh
itu!" 215 22 216 "Tidak. Sebetulnya, ya... saya saya hanya sedikit merasa sakit."?"Kasihan, sungguh kasihan. Anda tidak akan pergi, bukan?"
Mr. Cust terloncat tiba-tiba.
"Wali, wah, saya harus pergi. Ada urusan. Penting. Amat penting."
Tangannya gemetar. Melihatnya begitu bingung, Nyonya Marbury mencoba
menenangkannya.

Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yah, kalau Anda harus pergi ya harus. Pergi jauh kali ini?"
?* "Tidak. Saya akan pergi ke " ia ragu sejenak "Cheltenham."
? ?Ada sesuatu yang aneh dalam keraguannya mengucapkan kata-kata tersebut, sehingga
Nyonya Marbury Tnemandanginya heran.
"Cheltenham tempat yang indah," kata-Njo-nya Marbury fasih. "Saya pernah pergi
ke sana lewat Bristol. Toko-tokonya bagus."
"Ya betul." Nyonya Marbury membungkuk dengan canggung karena sikap itu tidak sesuai dengan
?postur tubuhnya lalu mengambil koran kusut yang tergeletak di lantai.
?"Tak ada yang lain kecuali urusan pembunuhan saja yang diberitakan surat kabar
akhir-akhir ini," ujarnya sambil membaca pokok berita dan meletakkannya kembali
di meja. "Membuat saya benar-benar ngeri. Saya tak membacanya. Seperti kasus
Jack the Ripper yang terulang lagi."
217 (Bukan dari Cerita Pribadi Kapten Hastings)
Mr. Alexander bqnaparte cust duduk diam. Makan paginya sudah dingin di
piringnya tak tersentuh. Sebuah surat kabar menutupi poci teh dan Mr. Cust
?sedang membacanya dengan amat bergairah serta penuh perhatian.
Sekonyong-konyong ia bangkit, melangkah ke sana kemari ^eberapa lama, lalu
membenamkan diri pada sebuah kursi di dekat jendela. Ia membenamkan kepalanya
dalam tangannya dan merintih memelas. _
Ia tidak mendengar suara pintu dibuka. Pemilik pondokan, Nyonya Marbury, berdiri
di pintu masuk. "Saya berpikir, Mr. Cust, apabila Anda ingin kenapa, apa yang terjadi" Anda
?tidak enak badan?" Mr. Cust menarik kepalanya dari tangannya.
"Tidak apa-apa. Tidak apa-apa, Nyonya Marbury. Saya tidak enak badan pagi ini."
?Nyonya Marbury menengok ke baki tempat makan pagi.
"Saya tahu. Anda tidak menyentuh makan pagi. Apakah kepala Anda terasa
mengganggu lagi?" Bibir Mr. Cust bergerak-gerak, tetapi tidak ada suara yang keluar.
"Doncaster -tempat yang dia canangkan untuk pembunuhan berikutnya," kata Nyonya?Marbury. "Besok! Membuat kita benar-benar ngeii, ya" Seumpama saya tinggal di
Doncaster dan nama saya dimulai dengan huruf D, saya pasti sudah ^ergi dengan
kereta api. Saya tak mau mengambil risiko. Seandainya Anda bagaimana, Mr. Cust?"
"Tak ada yang saya lakukan, Mrs, Marbury tak ada."
?"Dengan pacuan kuda yang berlangsung dan sebagainya. Tentu saja pada pikirnya ia
akan punya kesempatan di sana. Katanya mereka akan mengirimkan beratus-ratus
polisi dan He, kenapa Mr. Cust" Anda kelihatan pucat benar. Sebaiknya Anda
?minum obat. Sebaiknya hari ini Anda tidak usah melakukan perjalanan."
Mr. Cust berdiri tegak. "Ini penting, Nyonya Marbury. Saya selalu menepati janji. Orang harus hams
?dapat mempercayai kita! Bila saya telah memulai sesuatu, saya selalu
menyelesaikannya. Itulah satu-satunya cara untuk dapat berhasil
dalam dalam bisnis."
? ?"Tetapi bila Anda sakit?"
"Saya tidak sakit, Nyonya Marbury. Hanya sedikit kuatir mengenai beberapa
?masalah pribadi. Saya tak bisa tidur nyenyak, tapi saya benar-benar sehat."
Sikapnya begitu tegas sehingga Nyonya Mar -
218 bury segera mengumpulkan perkakas makan pagi, lalu dengan segan meninggalkan
ruangan. Mr. Cust menyeret keluar sebuah kopor dari bawah tempat tidur dan mulai
berbenah. Baju tidur, tas spon, kerah yang dapat dilepas, sandal kulit. Lalu
?ia membuka lemari dan memindahkan selusin kotak kardus pipih berukuran kira-kira
sepuluh kali tujuh inci dari sebuah laci ke dalam kopor.
Ia hanya melirik pada panduan kereta api di atas meja, lalu meninggalkan
ruangan, tangannya menenteng kopor.
Ia menaruh kopor itu di ruang depan, lalu memakai topi dan mantelnya sambil
mendesah dalam-dalam, sehingga gadis yang keluar dari se* buah kamar di
sarnpjhgnya memandangnya penuh 'perhatian.
"Ada apa, Mr. Cust?"
"Tak apa-apa, Miss Lily."
"Desah Anda itu!"
Mr. Cust berkata kasar, "Apakah Anda ahli membaca pertanda, Miss Lily" Ahli firasat?"
"Wah, saya tidak sadar bahwa saya, sungguh.... Tentu saja, ada hari-hari Anda
merasa semua tak ada yang benar, dan hari-hari di mana segalanya beres-beres
saja." "Betul," ujar Mr. Cust.
Ia mendesah lagi. "Yah, selamat tinggal, Miss Lily. Sampai jumpa lagi. Di'sini Anda semua selalu
baik kepada saya " 219 "Wah, jangan berpamitan begitu, seakan Anda akan pergi jauh dan tak kembali
lagi," Lily tertawa.
"Tidak, tidak, tentu tidak."
"Sampai hari Jumat," kata gadis itu sambil tertawa. "Ke mana Anda akan pergi
kali ini" Tepi pantai lagi?"
"Tidak, tidak hm Cheltenham." '? ?"Wah, tempat yang bagus juga. Tetapi tidak sebagus Torquay, yang pasti merupakan
daerah yang indah. Saya ingin ke sana liburan tahun depan. Ngomong-ngomong,
waktu itu Anda pasti berada amat dekat dengan tempat pembunuhan itu pembunuhan
?ABC. Kejadiannya pada saat Anda berada di sana bukan?"
"Hm ya. Tapi Churston terletak enam atau tujuh m'L dari tempat itu ."i
?"Namun, pasti menegangkan, ya! Mungkin Anda bahkan pernah berpapasan dengan
pembunuh itu di jalan! Mungkin Anda berada dekat dengannya!"
"Mungkin saja," kata Mr. Cust dengan senyum yang tiba-tiba berubah mengerikan
dalam pandangan Lily Marbury.
"Oh, Mr. Cust, Anda kelihatannya tidak sehat."
"Saya tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sampai jumpa, Miss Marbury."
Ia mengangkat topinya, mengambil kopor, dan agak teigopoh-gopoh keluar dari
pintu depan. 220 "Orang tua aneh," ujar Lily Marbury yang baik hati itu. "Menurutku agak
sinting." , Inspektur Crome berkata pada anak buahnya, "Carikan saya daftar semua pabrik
pembuat stocking dan kirimkan surat edaran kepada mereka. Saya perlu daftar
semua agen-agen mereka mengerti maksud saya" Orang-orang yang mendapat komisi
?dari penjualan dan yang mencari pembeli lewat teriakan mulut." |
"Untuk kasus ABC, Pak?"
"Betul. Salah satu gagasan Mr. Hercule Poirot." Nada suara Inspektur itu
mencemooh. "Kemungkinan tidak berarti apa-apa, namun kita tidak boleh
mengabaikan setiap kesempatan, walaupun -yang ma^ih samar-samar sekalipun."
"Baik, Pak. Mr. Poirot memang berhasil dalam beberapa kasus di masa jayanya.
Tetapi saya rasa sekarang ia sudah jadi tolol, Pak."
"Si Tukang Obat," ujar Inspektur Crome, "selalu berpose. Mempengaruhi orang.
Tetapi sedikit pun tidak mempengaruhi saya. Sekarang mengenai persiapan untuk
Doncaster..." Tom Hartigan berkata pada Lily Marbury, "Aku melihat si pensiunan itu tadi
pagi." "Siapa" Mr. Cust?"
"Namanya Cust" Di Euston. Seperti biasa ia kelihatan seperti ayam kehilangan
induknya. Kupikir orang itu agak sinting. Ia membutuhkan seseorang untuk
merawatnya. Mula-mula kertas -
221 nya jatuh, lalu tiketnya. Aku memungutnya tak sedikit pun terasa olehnya ?kehilangan barang-barang itu. Ia mengucapkan terima kasih dengan sikap linglung,
tetapi kurasa ia tidak mengenaliku."
"Yah," kata Lily. "Ia hanya melihatmu kalau berpapasan di lorong rumah, dan lagi
pula tidak begitu sering."
Mereka sudah melantai mengelilingi tuangan.
"Kau pandai berdansa," kata Tom.
"Ayolah lagi," bisik Lily sambil lebih merapatkan tubuhnya.
Mereka melantai berkeliling lagi.
"Katamu tadi Euston atau Paddington?" tanya Lily tiba-tiba. "Maksudku, di mana
kau melihat si tua Cust?"
"Euston." "Kau yakin?" "Tentu saja. Apa maksudmu?"
"Lucu. Kupikir kalau mau pergi ke Cheltenham harus dari Paddington."
"Oh, begitu" Tetapi si tua Cust tidak pergi ke Cheltenham. Ia pergi ke
Doncaster." "Cheltenham." #
"Doncaster. Aku tahu, Sayang! Kan aku memungut tiketnya."
"Ah, ia berkata pada&# akan pergi ke Cheltenham. Aku yakin."
"Oh, pasti kau salah dengar. Ia pergi ke Doncaster, pasti. Ada orang-orang yang
beruntung. Aku pernah menang bertaruh atas Firefly di acara
222 pacuan Leger, dan aku menyukai pertunjukan itu."
"Kurasa Mr. Cust tidak pergi menonton pacuan kuda itu. Dia bukan orang yang suka
nonton pacuan kuda. Oh, Tom, kuharap ia tidak terbunuh. Pembunuh ABC akan berada
di Doncaster." "Cust akan selamat. Namanya tidak dimulai dengan huruf D."
"Ia oisa terbunuh waktu itu. Ia berada dekat Churston, di Torquay, pada waktu
pembunuhan terakhir terjadi."
"Oh, ya" Suatu kebetulan, bukan?"
Tom tertawa. "Kuharap ia tidak berada di Bexhill sebelumnya."
Lily mengerutkan alis matanya.
"Ia juga pergi.... Ya, aku ingat dia pergi., sebab ia lupa membawa baju mandinya.
Ibu memperbaiki jahitannya. Dan Ibu berkata, 'Wah Mr. Cust kemarin pergi tanpa ?membawa baju mandinya.' Lalu kataku, 'Ah, tak apa-apa, cuma baju mandi
usang ada pembunuhan keji terjadi,' ujarku, 'seorang gadis dicekik di
?Bexhill.'" "Yah, bila ia memerlukan baju mandinya, kurasa pasti ia pergi ke tepi pantai,
Lily." Wajahnya' berkerut aneh. "Mungkinkah si pensiunan tua itu pembunuhnya?"
"Mr. Cust yang malang itu" Memukul lalat pun ia tak mau." Lily tertawa.
Mereka melantai dengan gembira dalam pi -
?223 kiran sadar mereka hanya ada kebahagiaan karena bisa berdua-duaan.
Dalam pikiran bawah sadar mereka terbersit sesuatu....
23 225 Doncaster, Tanggal 11 September
Doncaster! Kurasa aku akan ingat tanggal 11 September itu selama hidupku.
Memang, setiap kali aku mendengar St. Leger disebut-sebut, secara otomatis
pikiranku tidak melayang kepada pacuan kuda, tetapi kepada pembunuhan.
Kalau-kuingat perasaanku sendiri, yang paling menyolok adalah jasa
ketakberdayaan yang me-muakkan. Kami berada di sini di tempat kejadian Poirot,
? ?aku sendiri, Clarke, Fraser, Megan Barnard, Thora Grey, dan Mary Drower, dan
dalam usaha terakhir, apa yang dapat kami perbuat^
Kami memiliki harapan tipis untuk memperoleh kesempatan mengenali sebentuk
?wajah atau postur tubuh yang pernah terlihat dengan tidak sempurna satu, dua,
atau tiga bulan yang lalu di antara kerumunan ribuan orang.
Kenyataannya bahkan lebih aneh lagi. Di antara kami semua, satu-satunya oiang
yang mungkin mengenalinya adalah Thora Grey.
Sebagian ketenangannya telah hilang karena ketegangan. Sikapnya yang tenang dan
efisien lenyap. Ia duduk sambil meremas-remas kedua tangannya, hampir-hampir
menangis. Hal ini mengundang perhatian Poirot dan' membuatnya bingung.
"Saya belum pernah benar-benar menatapnya.... Mengapa itu tidak kulakukan"
Alangkah tololnya saya. Anda semua bergantung kepada saya... dan saya akan
mengecewakan Anda. Kalaupun saya melihatnya, mungkin saya tidak mengenalinya
lagi. Saya sulit mengingat wajah."
Poirot hanya menunjukkan kebaikan hatinya semata, dengan apa pun yang akan ia
katakan padaku, dan bagaimanapun kerasnya ia ingin mengkritik gadis itu.
Sikapnya luar biasa lembut. Aku heran, karena Poirot justru lebih tidak acuh "
lagi kepada kecantikan dalam keadaan sulit tidak seperti aku.
?Ia menepuk babu gadis itu dengan ramah.
"Baiklah, Petite Anak manis, jangan sampai histeris. Kita tidak boleh mengalami
?hal demikian. Bila Anda melihat orang itu, Anda akan mengenalinya. "
"Bagaimana Anda tahu?"
"Oh, banyak alasan salah satunya, karena yang merah menggantikan yang hitam."?"Apa maksudmu, Poirot?" seruku.
"Aku berbicara dalam bahasa judi. Pada permainan rolet mungkin yang hitam
mendapat giliran lebih lama tetapi akhirnya yang merah
?226 harus muncul juga. Inilah yang disebut kesempatan dalam hukum matematik."
"Maksudmu kemujuran akan muncul?"
"Betul, Hastings. Dan di situlah si penjudi (dan si pembunuh, yang sebenarnya
hanyalah seorang penjudi nekat, karena apa yang dia pertaruhkan bukanlah
uangnya, tetapi hidupnya) sering tidak mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang
cerdas. Oleh karena ia sudah menang, pada pikirnya ia akan terus menang! Ia
tidak meninggalkan meja judi tepat pada waktunya, yaitu pada saat sakunya penuh.
Jadi dalam perkara kriminal, si pembunuh yang berhasil tak mau berpikir tentang
kemungkinan dia akan gagali Ia menumpuk sendiri semua penghargaan untuk
penampilannya yang berhasil tetapi percayalah, Kawan-kawan, meskipun dengan
?perencanaan yang teliti sekalipun, tak ada kejahatan,yang berhasiHanpa nasib
mujur!" . "Apakah Anda tidak terlalu mengada-ada?" kata Franklin Clarke.
Poirot menggerakkan tangan dengan penuh semangat.
"Tidak, tidak. Katakanlah kesempatannya sama, tetapi tetap harus dengan nasib
baik di tangan kita. Coba Anda pikir! Seandainya seseorang masuk ke toko Nyonya
Ascher persis pada saat si pembunuh hendak beranjak pergi. Orang itu mungkin
ingin melihat ke balik meja pajangan, melihat wanita yang terbunuh itu dan
?langsung menangkap si pembunuh, atau bila tidak, ia dapat
227 memberikan gambaran sempurna mengenai orang itu kepada polisi* lalu pembunuli
itu akan ditangkap dengan segera."
"Ya, itu mungkin saja," Clarke mengakui. "Kesimpulannya seorang pembunuh harus
mengambil kesempatan."
"Benar. Seorang pembunuh selalu merupakan seorang penjudi. Dan, seperti
kebanyakan penjudi, seorang pembunuh tidak tahu kapan harus berhenti. Setiap
kejahatan membuatnya berpikir bahwa kemampuannya semakin besar. Dia tak lagi
dapat berpikir jernih. Ia tidak berkata, 'Aku cerdik dan mujuri' Tidak, ia hanya
berkata, 'Aku cerdik!' Dan pendapatnya mengenai kecerdikannya semakin kuat...
lalu, mes amis Kawan-kawan, bola bergulir, dan warna pilihannya tidak lagi
?mendapat giliran bola jatuh pada nomor baru dan bandar berteriak 'Merah'."
?"Menurut Anda itu yang akan terjadi dalam kasus ini?" Megan bertanya, sambil
mengerutkan alisnya. "Harus begitu cepat atau lambat! Selama ini kemujuran ada di tangan si
?pembunuh cepat atau lambat pasti akan berbalik ke tangan kita. Saya yakin kini
?sudah berbalik! Petunjuk mengenai stocking merupakan permulaannya. Kini,
segalanya tidak lagi memihak si pembunuh, tetapi berbalik memusuhinya1. Dan ia
juga akan mulai membuat kesalahan-kesalahan...-."
"Saya rasa Anda hanya ingin membesarkan hati saja," ujar Franklin Clarke. "Kita
semua membu - 228 tuhkan sedikit hiburan. Saya merasa seakan lumpuh dan tidak berdaya sejak sa^a
bangun tidur tadi pagi."
"Rasanya terlalu rumit bagi saya untuk meyakini bahwa kita dapat mencapai suatu
hasil yang praktis dan berharga," kata Donald Fraser.
Megan mengecam, "Jangan gampang putus asa, Don."
Dengan wajah sedikit bersemu merah, Mary Drower berkata,
"Menurut saya kita takkan pernah tahu. Si Setan Keji itu ida di sini, juga
kita dan bagaimanapun juga kadang-kadang kita berjumpa seseorang dengan cara ?yang amat lucu, dan tak terduga-duga."
Aku menggerutu, "Bila saja kita dapat berbuat lebih dari ini."
"Kau harus ingat, Hastings, bahwa pouj>i sedang melakukan segala kemungkinan
yang masuk akal. Polisi-polisi khusus telah ditugaskan. Inspektur Crome yang
baik itu mungkin memang sikapnya menjengkelkan, tetapi ia seorang perwira polisi
yang amat cakap. Kolonel Anderson, Kepala Polisi adalah orang yang aktif. Mereka
telah mengambil tindakan-tindakan maksimum untuk mengawasi serta berpatroli
dalam kota dan di gelanggang pacuan. Di mana-mana berjaga-jaga petugas-petugas


Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan pakaian preman. Juga konperensi pers. Masyarakat sudah mendapat
peringatan penuh." Donald Fraser menggelengkan kepalanya.
229 "Saya sedang berpikir, ia takkan mencobanya," ia berkata, lebih bersifat
mengharap. "Orang itu akan semakin gila!"
"Sialnya," ujar Clarke acuh tak acuh, "ia memang gila! Bagaimana pendapat Anda,
Mr. Poirot" Apakah ia akan menyerah atau meneruskannya"*'
"Menurut saya obsesinya begitu kuat sehingga ia harus mencoba menepati janjinya!
Bila tidak, ia terpaksa harus mengaku kalah, dan egoisme kegilaannya tidak akan
mengizinkan hal itu terjadi. Sava rasa pendapat Dokter Thompson juga begitu.
Harapan kita, ia akan terperangkap dalam usahanya membunuh lagi."
Donald menggelengkan kepalanya lagi.
"Ia pasti akan semakin licin."
Poirot menengok arlojinya. Kami menangkap isyaratnya. Sudah disetujui bersama
bahwa kami akan berjaga sehari penuh, pagi hari mengawasi sebanyak mungkin
jalan, dan setelah itu menempatkan diri kami di berbagai tempat di dalam
gelanggang pacuan. Aku menyebut "kami". Tentu saja, bagiku pribadi pengawasan itu tidak akan
berarti banyak sebab aku sendiri belum pernah melihat ABC. Namun demikian,
karena maksudnya adalah untuk berpencar dan mengawasi daerah yang seluas-
luasnya, aku menyarankan agar sebaiknya aku menemani salah satu dari gadis-gadis
itu. Poirot setuju kurasa, dengan kerdipan mata yang mengisyaratkan sesuatu.
?230 Gadis-gadis itu pergi untuk memakai topi mereka. Donald Fraser berdiri di dekat
jendela sambil menatap ke luar, jelas sekali ia sedang terpaku pada pikirannya.
Franklin Clarke menoleh kepadanya, nyata sekali ia menyadari bahwa Donald Fraser
terlalu bingung untuk diajak ngobrol, lalu dengan sedikit merendahkan suaranya
ia berbicara kepada Poirot.
"Maaf, Mr. Poirot. Saya tahu Anda pergi ke Churston dan bertemu ipar saya.
Apakah ia mengatakan atau mengisyaratkan maksud saya apakah ia sama sekali ? ? ?tidak menyebutkan ?"
?Ia diam, kelihatan malu.
Poirot menjawab dengan wajah polos tak berdosa, sehingga justru membangkitkan
kecurigaanku. "Comment} Apa" Ipar Anda mengatakan-a mengisyaratkan apa maksud Anda?"
?Wajah Franklin Clarke memerah.
"Mungkin Anda merasa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan hal-hal
pribadi " ?"Du tout sama sekali tidak!"
?"Namun saya kira sebaiknya saya berterus terang mengungkapkan semuanya."
"Tindakan yang pantas dihargai."
Kurasa kali ini Clarke mulai mencurigai wajah polos Poirot yang agaknya
menyembunyikan sesuatu di baliknya. Ia meneruskan dengan susah-payah.
"Ipar saya seorang wanita yang amat baik hati
231 saya selalu sayang padanya tetapi tentu saja dengan sakitnya yang agak
? ?lama dan penyakit semacam itu terlalu banyak diberi obat-obatan dan
? ?sebagainya seseorang cenderung untuk yah, membayangkan berbagai hal tentang
? ?orang lain!" "Ah?"
Kini tak salah lagi, ada sinar di mata Poirot.
Tetapi Franklin Clarke yang terlalu sibuk memilih kata-kata tidak memperhatikan
hal itu. "Ini mengenai Thora Miss Grey," ujarnya. - "Oh, jadi Anda berbicara
?mengenai Miss Grey?" nada bicara Poirot menunjukkan seolah-olah ia benar-benar
kaget. "Ya. Lady Clarke mempunyai dugaan-dugaan dalam benaknya. Anda tahu Thora Miss
?Grey, hm, adalah seorang gadis yang cukup cantik "
?"Mungkin ya," Poirot mengakui.
?"Dan wanita, yang terbaik sekalipun, selalu agak bawel mengenai wanita lain.
Tentu saja Thora amat berarti bagi saudara saya ia selalu berkata bahwa Thora
?adalah sekretaris terbaik yang pernah membantunya dan ia juga amat menyukainya.
?Tetapi benar-benar hanya kepolosan semata dan ketulusan hati yang murni. Maksud
saya Thora bukanlah jenis gadis "
?"Bukan?" kata Poirot membantu.
"Tetapi dalam pikiran ipar saya yah ada rasa cemburu, saya rasa. Memang ia
? ?tidak pernah menunjukkan hal itu. Tetapi setelah kematian Car, bilamana sampai
pada percakapan mengenai Miss
232 Grey apakah ia boleh terus tinggal hm, Charlotte dengan kasar memotongnya. ? ?Tentu sebagian karena penyakitnya, pengaruh morfin, dan sebagainya Suster
?Capstick mengatakan begitu katanya kami tidak boleh menyalahkan Charlotte
?karena berpikir yang tidak-tidak "
?Ia diam sejenak. "Lalu?" "Saya ingin Anda mengerti, Mr. Poirot, bahwa tidak ada apa-apa di balik Itu
semua. Cuma sekadar angan-angan seorang wanita yang sakit. Cobalah lihat " ia
?meraih ke dalam sakunya "ini surat yang saya terima dari saudara saya pada
?waktu saya berada di Malaya. Saya ingin Anda membacanya karena ini menunjukkan
bagaimana hubungan mereka sebenarnya."
Poirot mengambilnya. Franklin mendekat ke sisinya dan sambil menunjuk dengan
jaim a a membaca sebagian kutipan dengan suara keras.
semuanya berjalan seperti biasa. Charlotte* sudah cukup baik tak begitu sakit
? ?lagi. Aku berharap dapat lebih banyak mengungkapkannya. Kau mungkin ingat Thora
Grey" Ia seorang gadis yang baik dan banyak memberikan ketenangan padaku lebih
daripada apa yang dapat kukatakan padamu. Aku pasti tidak tahu apa yang akan
kulakukan dalam masa-masa sulit ini bila tidak ada dia. Ia terus memberikan
simpati dan perhatian. Seleranya tinggi dan ia memiliki pengamatan tajam akan
barang-barang bagus dan ia juga menyukai barang-barang kesenian
233 Cina. Aku memang mujur menemukannya. Anak perempuan pun belum tentu -bisa
menjadi teman yang begitu dekat dan penuh perhatian. Hidupnya sulit dan tidak
selalu bahagia, namun aku senang bahwa ia seakan memiliki rumah sendiri, juga
kasih sayang. "Begitulah," ujar Franklin. "Itulah perasaan saudara saya terhadap gadis itu. Ia
menganggapnya sebagai anak perempuannya. Apa yang saya anggap tidak adil adalah
kenyataan bahwa begitu saudara saya meninggal, istrinya langsung mengusirnya
dari rumah! Sebenarnya wanita memang iblis, Mr. Poirot."
"Ingat, ipar Anda sedang sakit dan menderita."
"Saya tahu. Itulah yang selalu saya katakan pada diri saya sendiri. Kita tidak
boleh menyalahkannya. Namun demikian, saya pikir saya harus menunjukkannya pada
Anda. Saya tak ingin Anda ^nempunyai kesan yang salah tentang Thora melalui apa
pun yang telah dikatakan Lady Clarke."
Poirot mengembalikan surat itu.
"Saya jamin," katanya tersenyum, "saya takkan mempunyai kesan yang salah atas
apa yang dikatakan orang. Saya punya pertimbangan-pertim-oangan sendiri."
"Baiklah," ujar Clarke sambil menyimpan surat itu, "saya senang telah
menunjukkannya pada Anda. Gadis-gadis itu sudah datang. Sebaiknya kita
berangkat." Pada saat kami meninggalkan ruangan, Poirot memanggilku kembali.
234 "Kau tetap berkeinginan untuk ikut dalam ekspedisi ini, Hastings?"
"Oh, ya. Aku pasti tidak suka duduk di sini berpangku tangan saja."
"Ada kegiatan otak selain kegiatan badan, Hastings."
"Ah, kau lebih ahli dalam hal itu daripada aku," kataku.
"Memang betul begitu, Hastings. Benarkah kau ingin menjadi pengawal salah satu
gadis-gadis itu?" "Memang itu maksudnya."
"Dan gadis yang mana yang kaucalonkan untuk mendapatkan kehormatan ditemani
olehmu?" "Wah aku hm belum memikirkannya."? ? ?"Bagaimana kalau Miss Barnard?"
"Tampaknya ia gadis yang mandiri," kataku berkeberatan.
?"Miss Grey?" "Ya. Lebih baik dia."
"Kurasa, Hastings, kau benar-benar jujur, meskipun terlalu kentara! Dari semula
kau sudah memutuskan untuk melewatkan harimu bersama malaikat pirangmu!"
"Oh, benarkah, Poirot?"
"Maaf kalau aku mengacaukan rencanamu, namun aku terpaksa memintamu mengawal
yang lain." "Oh, baiklah. Kurasa kau pun jatuh hati pada si gadis boneka Belanda itu." ^
"Orang yang harus kaukawal adalah Mary
235 Drower dan kuminta kau tidak meninggalkannya. "
?"Tetapi mengapa, Poirot?"
"Sebab, Kawan, namanya dimulai dengan huruf D. Kita tidak boleh mengambil
risiko." Kurasa pernyataannya masuk akal. Semula tampaknya sukar dimengerti. Tetapi
kemudian aku menyadari bahwa apabila ABC membenci Poirot dengan begitu fanatik,
ia pasti mengawasi semua gerak-gerik Poirot. Dan dalam hal ini pembunuhan atas
Mary Drower bisa merupakan pukulan keempat yang berhasil.
Aku berjanji untuk setia pada kepercayaan yang diberikan kepadaku.
Aku pergi meninggalkan Poirot yang duduk di kursi dekat jendela.
Di depannya ada alat permainan rolet. Ia memutarnya pada saat aku melewati pintu
dan ia berteriak kepadaku,
"Merah pertanda baik, Hastings. Kemujuran berbalik!"
?236 24 237 (Bukan dari Cerita Pribadi Kapten Hastings)
Mr. leadbftter menggerutu kesal, karena orang yang duduk di sampingnya bangkit
dan tersandung pada waktu melewatinya, topinya jatuh di kursi di depannya, dan
orang itu membungkuk untuk mengambilnya.
Ini terjadi pada puncak cerita Not a Sparrow, "sebuah film drama emosional yang
penuh bintang-bintang terkenal dan cantik jelita, yang sudah seminggu penuh
dinanti-nantikan Mr. Leadbetter.
Pahlawan wanita berambut keemasan yang diperankan oleh Katherine Royal (menurut
Mr. Leadbetter seorang aktris film kaliber dunia), sedang melampiaskan
kemarahannya dalam teriakan parau,
"Takkan pernah. Aku lebih baik kelaparan. Tetapi aku takkan kelaparan. Ingatlah
kata-kata ini: tidak ada seekor burung pipit pun yang jatuh "?Mr. Leadbetter mencondongkan kepalanya dari kanan ke kiri dengan gusar. Orang-
orang ini! Mengherankan, mereka tak dapat menunggu sampai akhir sebuah film....
Dan meninggalkan adegan yang menggetarkan hati seperti ini.
Nah, sekarang lebih baik. Laki-laki yang menjengkelkan itu telah lewat dan terus
keluar. Mr. Leadbetter bisa sepenuhnya memandang ke arah layar dan ke arah
Katherine Royal yang berdiri dekat jendela, di rumah megah Van Schreiner di New
York. Dan kini wanita itu naik kereta api-* anak itu dalam pelukannya.... Kereta api di
?Amerika begitu aneh sama sekali berbeda dengan kereta api Inggris.
?Nah, itu Steve lagi di pondoknya di pegunungan....
Film itu terus berputar sampai pada bagian penutup yang emosional dan bersifat
semireli-gious. "* Mr. Leadbetter mendesah puas pada saat lampu-lampu dinyalakan.
Ia berdiri perlahan, sedikit mengerjap.
Ia tak pernah meninggalkan gedung bioskop dengan tergesa. Ia selalu membutuhkan
waktu beberapa saat untuk kembali pada kenyataan hidup sehari-hari yang
membosankan. Ia memandang ke sekelilingnya. Tidak banyak orang sore ini tentu saja. Mereka
?semua berada di gelanggang pacuan. Mr. Leadbetter tidak suka pacuan kuda, atau
main kartu, atau minum-minum, atau merokok. Dengan begitu ia punya lebih banyak
tenaga untuk dapat menikmati pertunjukan film.
238 Semua orang tergesa-gesa menuju pintu keluar. Mr. Leadbetter bersiap untuk
keluar juga. Laki-laki yang duduk di depannya tertidur agak merosot ke bawah di
?tempat duduknya. Mr. Leadbetter sedikit kesal melihat seseorang bisa tidur di
tengah berlangsungnya adegan-adegan dramatis seperti dalam Not a Sparrow.
Seorang laki-laki yang berang berseru kepada orang yang tidur itu, yang kakinya
terentang dan menutupi jalan,
"Maaf, Pak." Mr. Leadbetter sampai di pintu keluar. Ia menengok ke belakang.
Tampaknya ada suatu keributan. Seorang petugas gedung bioskop... kerumunan orang....
Mungkin orang di depannya tadi mabuk kebanyakan minum dan bukannya tertidur....
Ia ragu sejenak, lalu keluar dan -dengan demikian tidak mengetahui sensasi hari
? itu sensasi yang bahkan lebih besar daripada menang taruhan dalam St. Leger, ?pada angka 85 dan 1.
Petugas itu berkata, "Saya rasa Anda benar, Pak.... Ia sakit.... Kenapa apa yang terjadi, Pak?"
?Laki-laki itu menarik tangannya dan berseru, sambil memperhatikan bercak merah
kental. "Darah..." Petugas gedung bioskop itu berseru, tercekat. Ia melihat ujung sebuah benda
kuning di bawah kursi. "Astaga!" serunya. "Ini perbuatan a b ABC."
?239 25 240 tu sebuah belati yang panjang dan ramping. Mata pisau itu juga lengket dan
?merah.... Mr. Cust duduk tertegun, lama.
Sesaat matanya menatap tajam ke sekeliling ruangan bagaikan mata seekor binatang
buruan. Lidahnya terjulur, menjilati bibirnya dengan gelisah.
"Bukan salahku," kata Mr. Cust.
Kedengarannya seakan ia sedang berdebat dengan seseorang seperti seorang anak
?sekolah sedang membuat dalih kepada guru sekolahnya.
Ia menjulurkan lidahnya, menjilati bibirnya lagi....
Lagi-lagi ia meraba lengan bajunya sekilas.
Matanya memandang ke seberang ruangan dan melihat baskom cuci.
Tak lama kemudian diisinya baskom itu dengan air dari guci model kuno. Ia
melepas, mantxhiv a lalu mencuci lengan bajunya dan memerasnva dengan hati-
hati.... Uh! Air itu jadi merah sekarang____
Ketukan di pintu. Ia berdiri terpaku tak dapat bergerak matanya menatap nanar.
? ?Pintu terbuka. Seorang wanita muda yang montok dengan guci air di tangannya.
"Oh, maaf, Tuan. Air panas Anda, Tuan."
Akhunva ia berhasil mengucapkan kata-katanya.
Terima kasih.... Saya telah mencuci tangan dengan air dingin...."
241 (Bukan dari Cerita Pribadi Kapten Hastings)
Mr. cust keluar dai i gedung bioskop dan menatap ke langit.
Senja yang indah.... Benar-benar senja yang indah....
Sebuah petikan ungkapan Browning "terlintas dalam pikirannya.
Tuhan ada di surga. Damai di bumi." la amat menyukai ungkapan itu. Hanya ada
saat-saat, bahkan amat sering, ketika ia merasa'"ungkapan itu tidak benar....
Ia melangkah ringan sepanjang jalan sambil tersenyum sendiri, sampai ia tiba di
Black Swan, tempat ia menginap.
Ia menaiki anak tangga menuju ke kamar tidurnya, sebuah ruang kecil yang penuh
sesak di lantai tiga, yang menghadap ke kebun belakang yang disemen dan garasi.
Begitu memasuki ruangan, senyumnya seketika hilang. Ada noda di lengan bajunya,
dekat manset. Ia menyentuhnya sekilas basah dan merah darah...? ?Tangannya meraba sakunya dan meraih sesua -
Mengapa ia mengatakannya" Segera mata itu memandang ke baskom.
Dengan gugup ia menjelaskan, "Saya^-tangan saya kena pisau....*
Hening sejenak ya, keheningan kikuk yang terlalu lama sebelum akhirnya gadis
? ?itu berkata, "Ya, Tuan."
Ia keluar sambil menutup pintu.
Mr. Cust berdiri seakan telah berubah jadi patung.
Datang juga akhirnya.... Ia mendengarkan.
?Apakah itu suara-suara seruan-seruan kaki-kaki mendaki tangga menuju ke atas"
? ?Ia tak dapat mendengar apa pun" kecuali degup jantungnya sendiri....
Lalu-tiba-tiba, dari sikap mematung, ia meloncat dan bergerak dengan sigap.
Ia memakai mantelnya, berjingkat ke pintu dan membukanya. Tidak ada suara
terdengar, kecuali suara gumam yang akrab di telinganya dari arah bar. Perlahan-


Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lahan ia menuruni anak tangga.
Masih tidak ada seorang pun. Untung sekali. Ia berhenti di ujung tangga. Ke mana
sekarang" Ia segera menetapkan hatinya, melesat cepat di sepanjang lorong dan keluar lewat
pintu yang menuju ke halaman belakang. Dua orang sopir ada di sana, sedang
mengutak-ngutik mobil dan memperbincangkan mereka yang menang dan kalah taruhan.
242 I Mr. Cust tergesa menyeberangi halaman dan keluar ke jalan.
Di belokan pertama ia membelok ke kanan- lalu ke kiri dan ke kanan lagi....
? ?Beranikah ia pergi ke stasiun"
Ya banyak orang di sana kereta api khusus apabila mujur ia akan berhasil
? ? ?melakukannya. Apabila ia mujur____ 243 26 244 Inspektur Crome menyatakan bahwa erangan itu suatu petunjuk berharga, lalu
memintanya melanjutkan penjelasannya.
"Lalu ia keluar "?"Dapatkah Anda menggambarkan orang itu?" "Orangnya tinggi besar. Paling tidak
enam kaki. Seperti raksasa. "Putih atau hitam?"
"Saya hm saya tidak begitu yakin. Saya rasa ia botak. Berwajah seram."
? ?"Ia tidak timpang, bukan?" tanya Inspektur Crome.
"Ya, ya, karena Anda sudah menyebutnya, saya rasa ia memang timpang. Kulitnya
gelap, bisa jadi seorang peranakan."
"Apakah ia ada di tempat duduknya waktu lampu dinyalakan?"
"Tidak. Dan ia datang setelah film mulai."
Inspektur Crome mengangguk, memberikan surat pernyataan kepada Mr. Leadbetter
untuk ditandatangani dan menyuruhnya pergi.
"Saksi paling payah yang kita temui," komentarnya pesimis. "Ia mengatakan apa
saja tanpa arah yang pasti. Jelas sekali ia tidak tahu sama sekali bagaimana
rupa orang itu. Sekarang panggil kembali petugas gedung bioskop itu."
Si petugas gedung bioskop masuk. Sikapnya kaku seperti sikap militer. Ia berdiri
tegak dan memandang Kolonel Anderson dengan penuh perhatian..
245 (Bukan dari Cerita Pribadi Kapten Hastings)
Inspektur crome sedang merfyimak cerita Mr. Leadbetter yang amat bersemangat.
"Percayalah, Inspektur, jantung saya hampir copot bila saya memikirkannya. Pasti
ia duduk di samping saya sampai film selesai!"
Tanpa sedikit pun mengacuhkan perasaan Mr. Leadbetter, Inspektur Crome berkata,
"Coba ceritakanlah dengan jelas,. Orang ini keluar pada saat film hebat itu
hampir selesai ?" ?"MMA-JUparrow Katherine Royal," gumam Mr. Leadbetter otomatis.
?"Ia melewati Anda dan tersandung "
?"Sekarang saya mengerti, ia pura-pura tersandung. Lalu ia membungkuk ke kursi di
depan untuk mengambil topinya. Pasti saat itulah ia menikam orang yang malang
itu."- "Anda tidak mendengar apa-apa" Teriakan" Atau erangan?"
Mr. Leadbetter tidak mendengar apa-apa, kecuali suara Katherine Royal yang keras
dan parau, namun dalam khayalannya, yang terlampau bersemangat, ia merasa seakan
ia mendengar erangan. "Baiklah, Jameson, kami ingin mendengar kete-ranganmu."
Jameson memberi hormat. "Baik, Pak. Pada waktu pertunjukan selesai, Pak, saya diberi tahu ada seorang
pria yang sakit, Pak. Ia duduk di kelas 2,4 penny, dalam posisi merosot. Orang-
orang lain berdiri di sekelilingnya. Menurut saya orang itu dalam keadaan sangat
buruk, Pak. Salah seorang pria yang berdiri di situ memegang baju si sakit dan
menarik perhatian saya. Darah, Pak. Jelas bahwa orang itu mati ditikam, Pak. ?Perhatian saya beralih pada panduan kereta api ABC di bawah kursi, Pak. Karena
ingin melakukan hal yang benar, saya tidak menyentuhnya, tetapi segera melapor
kepada polisi akan terjadinya tragedi itu."
"Bagus sekali, Jameson, kau telah melakukan segala sesuatu dengan benar."
"Terima kasih, Pak."
"Apakah kau melihat seorang laki-laki meninggalkan kelas 2,4 penny kira-kira
lima menit sebelum itu?"
"Ada beberapa orang, Pak."
"Dapatkah engkau menggambarkan mereka?"
"Saya rasa tidak, Pak. Salah satunya Mr. Geoffrey Parnell. Lalu ada seorang
pemuda, Sam Baker bersama gadisnya. Saya tidak melihat orang lain secara
khusus." "Sayang. Saya rasa cukup, Jameson."
"Baik, Pak." 246 Petugas gedung bioskop itu memberi hormat, lalu pergi.
"Kita telah mendapatkan penjelasan medis," ujar Kolonel Anderson. "Sebaiknya
kita temui orang berikut yang melihat korban."
Seorang polisi datang dan memberi hormat.
"Mr. Hercule Poirot di sini, Pak, bersama seorang pria."
Inspektur Crome mengerutkan kening.
"Oh, baiklah," ujarnya. "Saya rasa sebaiknya kita suruh mereka masuk."
247 27 Pada saat berjalan lambat di belakang Poirot, aku mendengar ujung akhir kalimat
Inspektur Crome. Keduanya, Crome dan Kepala Polisi, tampak kuatir dan putus asa.
Kolonel Anderson menyambut kami dengan anggukan kepala.
"Senang Anda datang, Mr. Poirot," ujarnya sopan. Kurasa ia menduga komentar
Crome terdengar oleh telinga kami. "Kita teipukul lagi, seperti yang Anda
lihat." ' ? "Satu lagi pembunuhan ABC?"
"Betul. Sebuah kerja yang berani. Orang itu membungkuk ke depan dan menikam
korbannya dari belakang."
"Kali ini ditikam?"
"Ya, caranya berbeda-beda, buk>an" Pukulan di kepala, cekikan, kini belati.
Setan cerdik apa" Ini penjelasan medisnya, bila Anda ingin memeriksanya. " :"?Ia menyorongkan selembar kertas kepada Poirot.
"Panduan ABC ada di lantai, di antara kaki korban," tambahnya.
248 "Apakah identitas korban sudah diperoleh?" tanya Poirot.
"Ya. Sekali ini ABC keliru bila itu cukup memuaskan kita. Koban bernama
?Earlsfield George Earlsfield. Profesinya tukang cukur."
?"Aneh," komentar Poirot.
"Mungkin satu huruf dilewati," ujar kolonel itu.
Sahabatku menggelengkan kepala dengan ragu.
"Bagaimana kalau kita panggil saksi berikutnya?" tanya Crome. "Ia sudah ingin
pulang." "Ya, ya teruskan saja."
?Seorang pria setengah baya yang amat mirip dengan kusir katak dalam cerita Alice
in Wonderland muncul. Ia amat bersemangat dan suaranya melengking karena emosi.
"Pengalaman paling mengejutkan bagi saya," katanya memekik. "Jantung, saya
lemah, Pak amat lemah, bisa jadi tadi kematian saya yang diincarnya."
?"Nama Anda?" ujar inspektur itu. ^
"Downes. Roger Emmanuel Downes." "Profesi?"
"Saya seorang guru di Sekolah Highfield, khusus untuk anak-anak lelaki."
"Sekarang, Mr. Downes, dapatkah Anda menceritakan kepada kami kejadian itu
dengan kata-kata Anda sendiri."
"Saya dapat menceritakannya dengan singkat, Bapak-bapak. Pada saat pertunjukan
usai, saya bangkit dari tempat duduk. Kursi di sebelah kiri
249 Pembunuhan di Doncaster saya kosong, namun pada kursi di sampingnya lagi duduk seorang pria,
kelihatannya ia tidur. Saya tak dapat melewatinya karena kakinya terjulur di
depannya. Saya minta maaf dan ingin melewatinya. Oleh karena ia diam saja, saya
mengulangi permintaan saya dengan hm suara agak lebih keras. Ia masih tidak
? ?menjawab. Lalu saya memegang bahunya untuk membangunkannya. Tubuhnya semakin
merosot dan saya jadi sadar, kalau tidak pingsan pasti dia sakit parah. Saya
berteriak, 'Orang ini sakit. Panggilkan petugas gedung bioskop.' Petugas itu
datang. Pad.' saat saya mengangkat tangan saya dari bahunya, saya melihat tangan
saya basah dan merah.... Saya sadar bahwa orang itu telah ditikam. Seketika itu
juga petugas itu melihat panduan kereta api ABC... Sungguh, Bapak-bapak, benar-
benar suatu kejutan yang hebat! Segala sesuatu bisa terjadi! Sudah bertahun-
tahun saya menderita lemah jantung "?Kolonel Anderson menatap Mr. Downes dengan pandangan aneh.
"Anda mujur, Mr. Downes."
"Benar, Pak. Saya bahkan tidak mengalami serangan!"
"Anda tidak begitu mengerti maksud saya, Mr. Downes. Kata Anda tadi Anda duduk
pada jarak dua kursi?"
"Sebetulnya semula saya duduk di samping korban lalu saya pindah supaya bisa
?duduk di belakang sebuah kursi kosong."
250 "Tinggi dan postur tubuh Anda hampir sama dengan korban, dan Anda memakai
selendang wol di leher Anda, sama seperti korban, bukan?"
"Saya tidak sadar " kata Mr. Downes tegang.
?"Anda benar-benar mujur, Pak," ujar Kolonel Anderson. "Entah bagaimana, pada
saat pembunuh membuntuti Anda, ia bingung. Ia menikam punggung orang lain. Saya
berani mengunyah topi saya, Mr. Downes, bila ternyata bukan Anda yang
dimaksudkan sebagai korban penikaman itu!"
Ba gaimanapun kuatnya jantung Mr. Downes pada saat terjadinya peristiwa itu,
kali ini ia tidak dapat bertahan lagi. Mr. Downes terhempas ke sebuah kursi,
tersengal-sengal, dan wajahnya membiru.
"Air," ujarnya tersengal. "Air..."
Segelas air diberikan kepadanya. Ia menyesapnya dan kulit wajahnya berangsui
-angsut-kembali normal. "Saya?" ujarnya. "Kenapa saya?"
"Tampaknya memang begitu," kata Crome. "Bahkan, itulah satu-satunya keterangan
yang masuk akal." "Maksud Anda orang itu orang iblis itu orang gila yang haus darah itu telah
? ? ?membuntuti saya untuk menunggu kesempatan?"
"Menurut saya itulah yang terjadi."
"Tetapi, demi Tuhan, kenapa saya}" tukas guru sekolah yang marah itu.
Inspektur Crome tergoda untuk menjawab,
"Kenapa tidak?" tetapi sebaliknya ia mengata -
J51_ kari, "Sava kira tidak ada gunanya berharap bahwa orang gila punya alasan untuk
berbuat sesuatu." "Tuhan melindungi jiwaku," gumam Mr. Downes, berubah tenang.
Ia bangkit. Tiba-tiba saja ia tampak tua dan tak berdaya.
"Apabila Anda tidak memerlukan saya lagi, Bapak-bapak, saya rasa saya ingin
pulang. Saya saya tidak enak badan."
? "Baiklah, Mr. Downes. Saya akan minta seorang polisi mengantarkan Anda hanya ?untuk memastikan bahwa Anda baik-baik saja."
"Oh, tidak tidak, terima kasih. Itu tidak perlu."
?"Jangan sampai Anda nanti menyesal," kata Kolonel Anderson pedas.
Matanya mengerling ke samping, seakan melontarkan pertanyaan yang tak terucapkan
kepada inspektur itu. Inspektur Crome memberikan jawaban yang juga tak
terucapkan dengan sebuah anggukan.
Mr. Downes beranjak pergi dengan terhuyung-huyung.
"Jangan sampai ia roboh," kata Kolonel Anderson. "Akan ada dua orang hm?"
?"Betul, Pak. Inspektur Rice telah mengaturnya. Rumahnya akan dijaga."
"Menurut Anda," ujar Poirot, "apabila ABC tahu bahwa ia keliru, ia akan
mencobanya lagi?" Anderson mengangguk. 252 "Mungkin," katanya. "Rupanya ABC orang yang punya metode. Dia pasti akan kesal
jika pembunuhan itu tidak berjalan sesuai dengan rencananya."
Poirot mengangguk sambil merenung.
"Ah, kalau saja kita bisa memperoleh gambaran tentang orang ini," kata Kolonel
Anderson gusar. "Kita tetap saja berada dalam kegelapan seperti semula."
"Mungkin akan datang lagi petunjuk," ujar Poirot.
"Menurut Anda begitu" Mungkin saja. Brengsek, apakah tak ada orang yang punya
mata di kepalanya?" "Bersabarlah," kata Poirot.
"Anda tampak begitu yakin, Mr. Poirot. Adakah alasan yang membuat Anda optimis
seperti ini?" "Ya, Kolonel Anderson. Sampai saat ini pembunuh itu belum pernah membuat
kesalahan. Namun ia akan segera melakukannya."
"Bila hanya itu dasar penyelidikan Anda " dengusnya, tetapi ada yang menyela
?perkataannya, "Mr. Ball dari Black Swan ada di sini bersama seorang wanita muda, Pak.
Menurutnya ia mempunyai keterangan yang mungkin dapat membantu Anda."
"Bawalah mereka kemari. Bawa kemari. Apa saja yang dapat membantu akan kita
pertimbangkan." 253 Mr. Ball dari Black Swan bertubuh besar, berpikir lambat, dan amat lamban.
Napasnya amat berbau bir. Bersamanya seorang wanita muda gemuk dengan mata bulat
dan jelas amat bersemangat.
"Saya harap kami tidak mengganggu dengan menyia-nyiakan waktu Anda yang
berharga," kata Mr. Ball dengan suara pelan dan serak. "Namun gadis ini, Mary,
merasa ada sesuatu yang harus Anda ketahui."
Mary terkikik, agak dibuat-buat.
"Baiklah, Nona, apa yang terjadi?" ujar Anderson. "Siapa nama Anda?"
"Mary, Tuan Mary Stroud."?Mary mengalihkan "pandangan mata bulatnya ke arah majikannya.
"Pekerjaannya menyediakan air panas di kamar tidur para pria yang bermalam,"
kata Mr. Ball membantu. "Kira-kira ada enam pria yang bermalam di losmen kami.
Beberapa di antara mereka datang untuk melihat pacuan kuda, lainnya hanya urusan
bisnis saja." "Ya, ya," ujar Anderson tak sabar.
"Lanjutkan, Nona," kata Mr. Ball. "Ceritakanlah. Tak usah takut."
Mary tergagap, mendesah, dan memulai ceritanya dengan terengah-engah.
"Saya mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Saya bermaksud meninggalkan
tempat itu pada saat lelaki itu mengatakan 'Masuk,' dan
254 karena ia tidak mengatakan apa-apa lagi, saya lalu masuk. Ia ada di dalam,
sedang mencuci tangan."
Gadis itu diam dan menarik napas dalam-dalam.
?"Teruskan, Nona," ujar Anderson.
Mary memandang majikannya dan seakan mendapat inspirasi dari anggukannya yang
pelan, ia mulai berbicara lagi. ,
"Tni air panas Anda, Tuan/" kata saya. "'Tadi saya mengetuk,' tetapi 'Oh,'
katanya, 'Saya sudah cuci tangan dengan air dingin,' ujarnya, otomatis.1 saya
melihat ke baskom, dan oh! Demi Tuhan, Tuhan, airnya merahi"
"Merah?" kata Anderson tajam.
Bali menyela. "Gadis ini mengatakan pada saya mantelnya dilepasnya dan ia sedang memegang
lengan mantel itu, semuanya basah betul bukan?"
?"Betul, Tuan, betul, Tuan."
Ia melanjutkan, "Dan wajahnya, Tuan, tampak aneh, tampak aneh sekali. Membuat saya ngeri."
"Kapan terjadinya hal ini?" tanya Anderson tajam.
"Kira-kira pukul lima lewat lima belas menit,, perkiraan waktu yang terdekat
saya rasa." "Lebih tiga jam yang lalu," damprat Anderson. "Mengapa Anda tidak segera
datang?" "Saya tidak langsung mendengar ceritanya," kata Bali. "Sampai warta berita
menyiarkan bahwa sudah ada pembunuhan lagi. Lalu gadis ini
255 menjerit karena ia pikir pasti yang di baskom itu darah, dan saya bertanya
padanya apa maksudnya, dan ia menceritakannya pada saya. Saya merasa ada sesuatu
yang tidak beres dan saya ke atas. Tidak ada orang di kamar itu. Saya menanyakan
beberapa pertanyaan dan seorang pembantu laki-laki di halaman belakang
mengatakan, ia melihat seseorang menyelinap ke luar lewat situ, dan dengan
penjelasannya, saya yakin dialah orangnya. Lalu saya mengatakan pada istri saya,


Pembunuhan Abc The A.b.c. Murders Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebaiknya Mary melapor kepada polisi. Ia tidak setuju, Mary juga tidak, lalu
saya mengatakan bahwa saya akari mengantarnya."
Inspektur Crome menarik sebuah kertas.
"Gambarkan mengenai orang itu," katanya. "Secepat mungkin. Kita tidak boleh
membuang-buang waktu."
"Betp'eiawakan sedang," ujar Mary. "Dan bongkok serta memakai kaca mata."
"Pakaiannya?" "Jas warna gelap dan topi Hamburg. Tampangnya agak lusuh."
Ia tidak dapat menambahkan lebih banyak lagi.
Inspektur Crome tidak mendesak. Telepon segera sibuk, namun inspektur itu maupun
Kepala Polisi tidak terlalu optimis.
Crome memperoleh informasi bahwa orang itu tidak membawa tas atau kopor pada
saat terlihat menyelinap ke luar halaman.
"Mungkin ada petunjuk di sana," ujarnya.
Dua orang dikirim ke Black Swan.
256 Mr. Ball, amat bangga karena merasa dirinya penting, dan Mary, yang hampir
menangis, mengantarkan mereka.
Sersan itu kembali kira-kira sepuluh menit kemudian.
"Saya membawa buku registrasinya, Pak," ujarnya. "Ini tanda tangannya."
Kami berkerumun. Tulisan itu kecil-kecil dan rumit tidak mudah dibaca.?"AB Case atau Cash?" ujar Kepala Polisi.
"ABC," kata Crome menegaskan.
"Bagaimana dengan kopornya?" tanya Anderson.
"Satu kopor besar, Pak, penuh dengan kotak kardus kecil."
"Kotak" Apa isinya?" "Stocking, Pak. Stocking sutra." Crome menoleh kepada
Poirot. "Selamat," katanya. "Firasat Anda benar
1 257 28 258 "Ini Mr. Tom Hartigan, Pak. Ia mempunyai informasi untuk diberikan pada kita,
yang kemungkinan ada sangkut-pautnya dengan kasus ABC." ,
Inspektur itu bangkit dan menyalaminya simpatik.
"Selamat pagi, Mr. Hartigan. Silakan duduk. Merokok" Punya rokok?"
Tom Hartigan duduk dengan canggung dan memandang kagum kepada apa yang
dianggapnya' "tokoh". Penampilan inspektur itu agak mengecewakannya. Ia tampak
biasa-biasa saja! "Nah," ujar Crome. "Anda punya informasi yang pantas diberitahukan kepada kami,
yang Anda rasa ada sangkut-pautnya dengan kasus itu. Langsung saja ^kemukakan."
Tom mulai dengan gugup. "Tentu ada kemungkinan ini sama sekali tidak berarti. Hanya sekadar dugaan
pribadi. Mungkin saya hanya akan membuang-buang waktu Anda saja."
Lagi-lagi Inspektur Crome mendesah dengan tidak kentara. Sudah berapa banyak
waktunya terbuang untuk meyakinkan orang!
"Kamilah orang yang paling mengerti tentang hal itu. Ungkapkan saja fakta-fakta
yang Anda ketahui, Mr. Hartigan."
"Hm, begini, Pak. Saya punya gadis, begitu, dan ibunya menyewakan kamar. Di
Camden Town. Di lantai atas bagian belakang rumahnya ada sebuah ruangan yang
disewakan kepada se - 259 (Bukan dari Cerita Pribadi Kapten Hastings)
Inspektur crome berada di kantornya di Scotland Yard.
Telepon di mejanya berdering pelan dan ia mengangkatnya.
"Jacobs di sini, Pak. Ada seorang pemuda datang dengan cerita yang saya rasa
perlu Anda dengar." Inspektur Crome mendesah. Rata-ata dua-puluh orang muncul dalam sehari dengan
informasi yang-menurut mereka penting, sehubungan dengan kasus ABC. Beberapa di
antaranya orang sinting yang tidak berbahaya, ada pula orang-orang yang
bermaksud baik, yang yakin bahwa keterangan mereka berharga. Adalah tugas Sersan
Jacobs untuk bertindak sebagai penyaring orang menyimpan informasi kasarnya ?dan menyerahkan yang penting kepada pimpinannya.
"Baiklah, Jacobs," ujar Crome. "Bawalah kemari."
Beberapa menit kemudian terdengar ketukan di pintu kamar inspektur itu, dan
Sersan Jacobs muncul mengantarkan seorang pemuda bertubuh tinggi dan cukup
tampan. orang pria bernama Mr. Cust sudah lebih dari setahun." "Cust hm?"
?"Betul, Pak. Seorang laki-laki setengah baya yang agak linglung dan lembek dan
?mungkin agak banci, saya rasa. Jenis orang yang bahkan membunuh lalat pun tak
mau, begitu kira-kira dan dalam mimpi pun pasti saya tidak akan menduga ada
?sesuatu yang tidak beres, kalau saja tidak terjadi sesuatu yang agak aneh."
Dengan sikap bingung dan dengan mengulang kata-katanya dua atau tiga kali, Tom
menjelaskan pertemuannya dengan Mr. Cust di Stasiun Euston serta mengenai insiden karcis yang jatuh.
"Jadi Pak, Anda lihat bagaimana lucunya. Lily, itu nama gadis saya, Pak ia ?amatt yakin harwa Mr. Cust menyebut Cheltenham, dan ibunya mengatakah kal yang
sama katanya ia jelas ingat membicarakannya pada pagi hari ketika Mr. Cust akan
?pergi. Tentu saja saya tidak memperhatikannya pada saat itu. Lily gadis saya
?mengatakan harapannya agar Mr. Cust tidak menemui kesulitan karena si ABC itu
menuju Doncaster lalu katanya, hal yang kebetulan karena Mr. Cust juga
?bepergian ke Churston pada saat terjadinya kejahatan yang terakhir. Sambil
tertawa, saya bertanya padanya apakah Mr. Cust juga berada di Bexhill
sebelumnya, dan jawabnya, ia tak tahu ke mana pria itu pergi, tetapi setahunya
Mr. Cust pergi ke tepi pantai pantai mana ia tidak pasti. Lalu saya berkata
?padanya, sungguh aneh seandai-260
nya Mr. Cust-lah si ABC itu dan katanya MrN " Cust yang malang itu bahkan tidak
akan mau membunuh seekor lalat pun begitulah ceritanya pada waktu itu. Kami
?tidak membicarakannya lebih jauh lagi. Tapi saya memang memikirkannya, Pak di
?pikiran bawah sadar saya. Saya mulai mencurigai Mr. Cust dengan alasan, walaupun
tampaknya tidak berbahaya, bisa jadi ia agak gila."
Tom menghela napas, lalu melanjutkan. Inspektur Crome sekarang mendengarkan
dengan penuh perhatian. "Lalu setelah pembunuhan Doncaster, Pak, semua surat kabar memuat informasi yang
dibutuhkan mengenai di mana AB Case atau Cash kini dan kenyataan itu memberikan
gambaran yang cocok. Pada malam pertama cuti saya, saya menemui Lily dan
menanyakan nama_-Mr. Cust. Pada mulanya ia tak ingat, tetapi ibunya ingat.
Katanya singkatan namanya AB. Lalu kami melanjutkan membicarakannya dan
mengingat-ingat apakah Cust memang pergi pada saat pembunuhan pertama terjadi di
Andover. Tetapi, Pak, tak begitu mudah mengingat-ingat apa yang terjadi tiga
bulan yang lalu. Kami terus menelusurinya dan akhirnya kami berhasil karena
Nyonya Marbury punya seorang kakak laki-laki yang datang dari Kanada pada
tanggal 21 Juni. Rencana kedatangannya mendadak dan Nyonya Marbuty ingin
menyiapkan tempat tidur baginya, lalu Lily menyarankan agar Bert Marbuiy memakai
tempat 261 tidur Mr. Cust karena ia sedang bepergian. Namun Mrs. Marbury tidak setuju
karena katanya itu tidak adil untuk penyewa kamarnya, dan bahwa ia selalu ingin
bersikap adil dan jujur. Dan akhirnya kami berhasil memastikan tanggalnya karena
kapal Bert Marbury tiba di dermaga Southampton pada hari itu."
Inspektur Crome mendengarkan dengan penuh perhatian, sambil kadang-kadang
membuat catatan-catatan. "Sudah?" ujarnya.
"Itulah semuanya, Pak. Saya harap Anda tidak berpikir bahwa keterangan saya
tidak berguna." Muka Tom agak bersemu merah.
"Sama sekali tidak. Anda benar sudah datang kemari. Tentu saja kenyataan itu
masih kabur tanggal-tanggalnya bisa saja hanya kebetulan, juga namanya. Namun
?hal ini membuat saya perlu berbicara kepada Mr. Cust. Apakah ia ada di rumah
sekarang?" "Ya, Pak." "Kapan ia kembali?"
"Pada malam terjadinya pembunuhan Doncaster, Pak."
"Apa yang dilakukannya sejak itu?"
"Kebanyakan tinggal di rumah, Pak. Dan menurut Nyonya Marbury ia kelihatan amat
ganjil. Ia membeli banyak surat kabar pergi pagi-pagi benar untuk mencari koran?pagi dan pergi lagi setelah gelap untuk membeli koran sore. Nyonya Marbury
mengatakan Mr. Cust juga banyak ber-262
bicara sendiri. Menurutnya ia semakin aneh saja."
"Di mana alamat Nyonya Marbury?"
Tom memberikannya padanya.
"Terima kasih. Mungkin saya akan datang hari ini. Saya rasa saya tidak perlu
memberi tahu Anda agar bersikap hati-hati bila Anda berjumpa Cust."
Ia bangkit dan bersalaman.
"Anda boleh merasa puas karena melakukan hal yang tepat dengan menemui kami.
Selamat pagi, Mr. Hartigan."
"Bagaimana, Pak?" tanya Jacobs yang masuk kembali ke ruangan itu beberapa saat
kemudian. "Menurut Anda keterangannya berguna?"
"Agaknya demikian," ujar Inspektur Crome. "Itu bila kenyataannya seperti apa
yang dikatakan pemuda itu. Kita belum berhasil dengan pabrik-pabrik stocking
itu. Sudah saatnya kita menemukan sesuatu. Oh ya, tolong ambil arsip kasus
Churston." Ia mempelajari arsip itu beberapa menit lamanya.
"Ah, ini dia. Ada di antara pernyataan-pernyataan yang disampaikan kepada polisi
Torquay. Pemuda bernama Hill. Menerangkan bahwa ia meninggalkan Torquay
Pavillion setelah nonton film Not a Sparrow dan melihat seorang laki-laki dengan
gerak-gerik mencurigakan. Ia berbicara pada dirinya sendiri. Hill mendengar ia
mengatakan 'Sebuah gagasan.' Not a Sparrow, film yang diputar di Regal,
Doncaster, bukan?" "Betul, Pak." 263 "Mungkin ada petunjuk di situ. Pada saat itu belum terlihat namun kemungkinan
?ide modus operandi akan kejahatan berikutnya ada pada orang itu. Kita punya nama
dan alamat Hill, bukan" Keterangannya mengenai orang itu kabur, tetapi cukup
miiip dengan penggambaran Mary Stroud dan Tom Hartigan____"
Ia mengangguk sambil berpikir-pikir.
"Kita mulai menghangat," ujar Inspektur Crome agak kurang tepat karena ia
? ?sendiri selalu agak dingin, sikap dan kelakuannya.
"Ada instruksi, Pak?"
"Tempatkan dua orang petugas untuk mengawasi alamat di Camden Town, tetapi saya
tak ingin membuat burung kita ketakutan. Saya harus berbicara dengan Asisten
Komisaris. Lalu, sebaiknya Cust juga dibawa kemari dan ditanya apakah ia
ingifTTntmbuat pernyataan. Agaknya sudah pasti ia akan kebingungan."
Di luar Tom Hartigan menjumpai Lily Marbury, yang menantinya di pelataran.
"Beres, Tom?" Tom mengangguk. "Aku bertemu Inspektur Crome sendiri. Orang yang bertugas menangani kasus itu."
"Bagaimana orangnya?"
"Agak pendiam dan angkuh tidak seperti gambaranku mengenai seorang detektif."?"Itu gaya Lord Trenchard," ujar Lily dengan rasa hormat. "Ada di antara mereka
yang begitu agung. Jadi, apa katanya?"
Tom menceritakan wawancaranya dengan singkat.
"Jadi mereka berpendapat benar dia orangnya?"
Gerombolan Bidadari Sadis 1 Pendekar Mabuk 042 Keranda Hitam Banyuwangi Trilogi 3
^