Giri 4
Giri Karya Marc Olden Bagian 4
yang terpasang tinggi di atas dinding; dan Decker begitu tenggelam dalam
cinta, diayun kenikmatan, dalam kebahagiaan dan sepenuhnya menjadi
taklukan Michi. Decker merasa mengantuk. Siap untuk tidur.Dalam keadaan setengah
sadar,ia merasa Michi menjilat darah dari mulutnya, darah
yang keluar dari gigitan gigitan Michi
dan kemudian, lidah Decker bertemu dengan lidah Michi dan ada rasa darah
bercampur dengan kelembutan manis mulut Michi itu. Decker menyadari bahwa
selama Michi mencintai dirinya, ia akan menyerah pada apa saja yang diminta
Michi dari dirinya. Penyerahan diri Decker memang sepenuhnya dan
selengkapnya. "Kau," Decker berbisik, dan dalam kata yang hanya sebuah itu adalah seluruh
dirinya, dan seluruhnya itu pula yang dipersembahkannya kepada Michi.
PROBLEMNYA, sebagaimana Ellen Spiceland melihatnya, adalah, bahwa
kaishaku itu berpindah pindah dari kota satu ke kota lainnya.Maka ia, Ellen
Spiceland, harus berbicara dengan Manny, yang adalah seorang karateka.
Telefon di dapur itu berdering dan Ellen
mengangkatnya, tidak mau suara itu membangunkan Henri, suaminya. "Hello?"
"Ellen" Manny di sini."
"Ah, presis orang yang kuperlukari. Bagaimana keadaan di sana?"
"Repot dengan tuduhan tuduhan penyerangan dari penjaga penjaga
Buscaglia. LeClair tidak menghendaki aku membuang buang waktu dengan
urusan itu di pengadilan. Yang terpenting adalah rencana tempat duduk di
oditorium itu. Bukti kami terhadap Pangalos dan Quarrels."
"Ada bahan baru mengenai siapa pembunuh Molise?"
"Kosong. Tidak ada tanda tanda perang gang. Tidak ada petunjuk datangnya
pembunuh sewaan dari kota lain. Tidak ada tanda keributan dalam keluarga
Molise. Barangkali Molise dan pengawalnya itu secara kebetulan saja berada di
tempat salah pada saat yang salah pula."
"Siapakah yang akan menggantikan Paul Molise junior itu?"
"Entah. Untuk sementara ini Gran Sasso, Johnny Sass mengoper pimpinan.
Paul senior belum pulih dari goncangan. Siapa pun yang akan menggantikan
junior, tugasnya yang pertama adalah soal pembunuh Paulie itu. Ada apakah
dengan Raoul dan perempuannya?"
Raol adalah calo dominika yang menikam Yoshi Tada hingga mati.
"Cuma tuduhan penganiayaan,"
"Suatu lelucon.Hakim hakim tolol."
"Kau belum mendengar semuanya. Bambi, perempuan Raoul itu, sekurang
kurangnya kena dua jenis penyakit kelamin. Seandainya Tada masih hidup, ia
sudah kejangkitan sifilis atau herpes."
"Ah, apa betul?"
"Aku mengira kau akan menganggapnya lucu."
"Kita harus sanggup menerima dunia sebagaimana adanya."
"Aku tahu. Tetapi, begini, Manny. Mengenai soal kaishaku
Decker mengeluh. "Ah, sudah kuduga. Sudah kuduga."
"Aku tidak bisa melepaskan itu begitu saja."
"Aku tahu. Oke, bagaimana soal itu?" "Kauberitahukanlah padaku bagaimana aku
dapat menjangkaunya."
"Sialan! Cuma itu yang mau kau ketahui"
Bagaimana menangkap seorang sinting yang berkeliaran memperkosa dan
membunuh dan memukuli wanita hingga mati dengan kedua tangan telanjang"
Begini, Ellen, bagaimana kalau Kanai itu keliru" Bagaimana kalau bukan
seorang, tetapi serentetan kejadian kebetulan?"
"Manny, jangan kaucoba memadamkan semangatku! Kita sama sama
mengetahui bahwa Kanai tidak mencapai kedudukannya yang sekarang dengan
ketololan. Maka kita mulai saja dengan anggapan bahwa ia mempunyai
penglihatan yang tajam."
"Kalau kau anggap begitu, oke. Sesungguhnyalah, kau memang tidak keliru.
Kanai bukan seorang yang dungu. Tetapi, hai.... aku menelefonmu cuma untuk
menceritakan tentang pengadilan hari ini. Jangan kau tonjok tonjok mataku."
"Tolonglah, Manny."
Decker menghela nafas. "Oke, oke."
"Bagaimana caranya aku dapat menjangkau jahanam itu" Di manakah aku
harus memulai" Maksudku, ia ada di mana mana. Aku telah berbicara dengan
kapten dan aku diijinkan mengumpulkan keterangan. Pertama, karena seorang
wanita telah terbunuh di New York, dan kedua, karena aku seorang wanita, dan
kapten tidak ingin kalau aku berteriak teriak tentang diskriminasi atau sexisme
atau yang sejenisnya."
"Aha, pemerasan."
"Sialan. Tetapi, bagaimanapun, aku tidak dapat terus menerus memerasnya.
Kalau aku tidak menemukan akal, segera, maka akan 'selamat tinggal' kaishaku,
dan aku akan harus kembali ke dunia nyata."
"Kanai bilang, orang itu seorang karateka, dan ia berkeliling. Mungkin saja
seorang salesman. Tetapi, Kanai juga mengatakan bahwa orang itu pasti hebat,
akhli benar. Sehingga kecil kemungkinannya cuma seorang salesman."
"Mengapa?" Decker berkata, "Seorang salesman tidak akan mempunyai waktu untuk
berlatih. Dan itu satu satunya cara untuk menjaga kondisi. Mungkin ia seorang
pekerja, yang berpindah pindah tugas. Maka, beginilah kau memulai....
Garaplah kota kota yang telah disebutkan Kanai itu......"
Ellen berkata, "New York, Atlantic City, Dallas, San Francisco. Hai, tunggu
dulu, bukan Atlantic City, tetapi suatu kota di luar Atlantic City. Kota kecil
sekali. Aku lupa namanya, tetapi ada catatanku di kantor."
"Tidak menjadi soal., Te.... Hai, kemarin seorang teman mengingatkan
padaku mengenai veteran dobel, serdadu serdadu amerika yang memperkosa
dan membunuh wanita wanita di Vietnam."
"Hebat benar amerika kita ini!"
"Ya, aku tahu. Bagaimana pun, kumpulkan alamat dojo dojo di kota kota itu.
Klub klub karate. Dapatkan daftar daftar anggotanya.Itu tidak akan gampang,
dan bisa kaudapatkan nama segudang. Dalam klubku saja ada seratus dua puluh
orang anggota." "Ya, dewa." Ellen berhenti mencatat. "Manny, kau bilang klub klub karate. Bagaimana
dengan judo?" "Judo itu teknik melempar, bukan memukul. Sedang jahanam kita itu
seorang yudawan. Menggunakan kedua tangannya. Hai...hai...."
"Ada apa, Manny?"
"Oh, tidak apa apa., Aku cuma teringat akan sesuatu yang dikatakan Kanai.
Katanya, ia tidak menghendaki bedebah itu ikut dalam turnamen di Paris yang
akan dilangsungkan bulan Januari mendatang. Sedangkan kaishaku itu seorang
yudawan dan mungkin saja ikut serta dalam pertandingan itu. Turnamen, ya
dewa, mengapa tidak kulihat sebelumnya?"
"Melihat apa, Manny?"
"Yudawan yang berpindah pindah tempat. Turnamen. Pertandingan.
Kompetisi. Di situ lah kau memulai!"
Mata Ellen berkilat kilat. "Manny, kau memang seorang pria manis.
Kedengarannya kena sekali. Bagus sekali. Aku tidak mengetahui apa apa
mengenai seni bela diri itu, kecuali bahwa orang memakai piyama kalau
melakukannya." "Itu gi, ngawur! Bukan piyama."
"Oke, oke. Jadi, menurutmu, orang kita itu berkeliling, berpindah pindah
melakukan pertandingan pertandingan?"
Decker menahan Ellen. "Sabar, Ellen. Jangan terlalu terbawa oleh harapan.
Ini cuma sebuah teori."
"Tidakkah pekerjaan kita memang menyusun nyusun teori?"
"Kau mesti mencari tahu apakah ada suatu
pertandingan di kota kota itu pada sekitar waktu seorang wanita terbunuh.
Kauhubungilah penerbitan penerbitan mengenai seni bela diri."
Decker memberikan delapan nama penerbitan itu, tiga buah di antaranya di
Los Angeles. "Daftar yang bertanding pada setiap pertandingan itu," Ellen menulis dalam
buku catatannya. "Ellen, kini telah kaubangkitkan
minatku. Kalau kaudapatkan nama nama itu, kauperlihatkanlah padaku. Siapa
tahu" Barangkali dapat kuperiksa dengan komputer mentalku yang sudah tua
ini." "Manny, aku tidak perduli apa kata orang tentang dirimu, aku mencintaimu.
0 ya, segala sesuatu beres?"
Decker bercerita kepada Ellen tentang Michi.
Tidak seluruhnya, bahkan tidak sebagian besar. Hanya, bahwa kini ada seseorang istimewa
dalam hidupnya, seseorang yang lama berselang telah ditemukannya dan kini
bertemu kembali. Dan bahwa mereka berjalan bersama tanpa tergesa gesa.
Penuh harapan. "Ia selalu bepergian mengurus bisnisnya. Ia berjanji akan kembali," Decker
berkata. "Sebaiknya itu ia lakukan, Kalau ia sampai menyakiti hatimu, akan kuhajar
pantatnya yang putih hingga biru kehitam hitaman."
"Ia seorang Jepang."
"Apa pun. Manny, terima kasih, ya" Aku bersungguh sungguh. Manny."
"Kau tidak usah berterima kasih padaku. Kau yang benar. Bedebah itu, siapa
pun ia, memang sepatutnya mampus. Barangkali kita akan mujur dan sekurang
kurangnya menyingkirkannya dari jalanan jalanan."
"Ya, bisa terjadi pada siapa pun, Manny. Diriku. Bahkan pacarmu, siapa pun
ia itu." Decker diam saja. Kemudian, "Ya, bahkan ia. Tetapi tahukah kau, apa yang akan kulakukan
kalau itu terjadi" Akan kubunuh bedebah itu. Aku bersumpah bahwa akan
kubunuh ia. Tidak perduli ia itu siapa, di mana ia bersembunyi atau
disembunyikan atau berapa lama diperlukan waktu untuk menemukannya, aku
akan menemukannya dan membunuhnya."
TREVOR SPARROWHAWK memandang dengan puas keluar jendela rumahnya di
Connecticut. Berapa besarkah kekuasaan yang telah diberikannya kepada Giovanni Gran
Grasso dan Alphonse Giulia, keponakan Don Molise itu"
Beberapa hari yang lalu, setelah Paul Molise junior dibaringkan untuk
selamanya dalam sebuah kuburan di Long Island, telah di adakan suatu
pertemuan dengan Gran Sasso dan Giulia di tempat duduk belakang yang luas
dan mewah dari sebuah mobil panjang, selama perjalanan kembali ke
Manhattan. Hanya Sparrowhawk seorang yang menghadiri pertemuan itu.
Hingga saat itu, Sparrowhawk hanya berurusan dengan Paul junior, yang,
bagaimana pun masih dapat diajak berbicara, tak seperti anggota anggota
keluarga Molise lainnya yang lebih keras kepala. Nampaknya kekuasaan lama
harus mengalah pada kekuasaan baru; dan yang baru itu, Sparrowhawk
khawatir, akan lebih sulit dihadapi.
Gran Sasso dan Giula merupakan pasangan yang tidak suka pada kompromi.
Gran Sasso, Johnny Sass, berusia enampuluh lebih, mendekati tujuhpuluh,
berambut putih dan sangat mengagumi Mussolini. Keakhliannya adalah dalam
korupsi , dan dalam penyogokan hakim hakim, pembesar pengadilan, kaum
politik dan kepolisian. Satu satunya anggota keluarga Molise yang dalam perasaan
Sparrowhawk merupakan tandingan intelektual bagi dirinya "dan bahkan
mungkin lebih unggul" adalah consigliere itu yang paling ditakutinya.
Alphonso Giulia, juga dipanggil Allie Boy, berusia empatpuluhan. Ia yang
menangani kepentingan kepentingan keluarga Molise di bidang narkotika.
Di mata Sparrowhawk, Allie Boy adalah seorang pemurung, kasar dan tidak
bijaksana dalam kata kata dan kelakuan, serta selalu penuh curiga.
Nah, keluarga gang Molise, yang tidak pernah pandai dalam diplomasi,
memperagakan bahwa merekalah yang berkuasa. Dan Sparrowhawk sebaiknya
mengikuti kemauan mereka kalau ia tidak mau disingkirkan.
Gran Sasso memandang keluar jendela mobil itu. "Satu urusan yang harus
kaulakukan, yaitu menemukan pembunuh Paulie. Tidak usah kau membantah
dengan mengatakan bahwa kau tidak melibatkan diri dalam kegiatan dan
bidang tertentu, bagaimana kau mau tanganmu selalu bersih. Kaulupakanlah
citra perusahaanmu itu. Yang harus kaupikirkan adalah mengenai Paulie. Ia
mati." "Paulie seorang yang baik," Allie Boy berkata dengan suara melengking
tinggi. "Tidak ada istirahat sebelum kita mendapatkan orang yang
membunuh Paulie. Nah, kau kerjakanlah itu. Serahkan anjing itu pada kami.
Akan kita bikin sehingga ia menyesal telah dilahirkan.";
Sparrowhawk meluruskan lipatan jas berduka yang dipakainya itu. "Aku
percaya. Tetapi kalian tentu mengetahui bahwa hingga sekarang tidak ada
petunjuk petunjuk apapun yang d^apat dipakai sebagai pegangan."
Michelle Asama menyelinap ke dalam pikirann Sparrowhawk.
Tetapi, tentu saja akan gila sekali kalau itu disebutkannya pada kedua
gembong mafia itu. Sparrowhawk memang menaroh kecurigaan kecurigaan tertentu pada wanita
itu, namun itu pun harus diperiksa dan dicocokkan.
Andaikan, bahwa nona Asama itu mempunyai hubungan keluarga dengan
almarhum George Chihara. Kehadiran wanita itu di New York bisa berarti
sesuatu yang amat buruk bagi orang orang yang bertanggung jawab atas
kematian Chihara. Orang orang itu adalah ia sendiri, Sparrowhawk, kemudian:
Robbie, Dorian. Dan Paul Molise. Mungkinkah ada wanita yang seberbahaya itu"
Bayangan akan kehilangan nyawa bukanlah sesuatu yang menarik bagi
Sparrowhawk. Gran Sassc menekan sebuah tombol, dan kaca penyekat antara tempat
duduk belakang dan tempat duduk depan naik secara otomatikal. Gran Sasso
bercondong ke arah Sparrowhawk dan berkata, "Akan kuberikan suatu ide
padamu, dimana kau dapat memulai pelacakanmu. Saigon. Mulailah dari
Saigon." Sambil menggaruk perutnya, Sparrowhawk merasa kepastian bahwa dirinya
akan mencapai usia tua menjadi rapuh.
SPARROWHAWK menyeberangi kamar kerja yang penuh dengan buku itu dan
membuka pintu. "Unity, sayang, mereka sudah datang. Bawalah keju dan
biskuit ke dalam kamar kerjaku. Kopi untuk Dorian. Robbie minum yang
menjadi kebiasaannya."
"Baiklah, sayang."
Rumah yang dihuni Sparrowhawk bersama isteri dan anak perempuan
mereka, berasal dari abad ke tujuhbelas. Rumah itu dikawal ketat. Dan
hubungan Sparrowhawk dengan polisi setempat baik sekali.
Yang berkeliaran di atas tanah milik itu adalah juga tiga ekor anjing jaga
alsatian yang terlatih. Salah satu senjata yang selalu siap ditembakkan dan
disembunyikan di tempat tempat stategik di rumah itu, dan yang paling
dahsyat, adalah sebuah senapan laser setengah otomatik buatan amerika, yang
menembakkan tigapuluh butir peluru kaliber .22 per detik, dengan kekuatan
menembus dinding atau memotong batang pohon.
Seluruh sistem keamanan di rumah Sparrowhawk adalah yang paling
mutakhir. Dalam keadaan terkurung orang masih dapat
bertahan tanpa menderita kelaparan selama berhari hari lamanya.
Pada usia duapuluh satu tahun, anak perempuan Sparrowhawk, Valerie,
adalah seorang wanita yang cantik, intelijen dan berdisiplin, dengan rasa
humor dan mempunyai pikiran yang bebas. Valerie berperawakan tinggi, sekali
pun tidak setinggiibunya, dengan rambut pirang, mata biru dan berkulit mulus
sekali. VaLerie mempunyai banyak kepandaian, seorang sarjana yang
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cemerlang, dan pada tahun terakhir di Yale University.
Yang paling menyenangkan Sparrowhawk adalah, bahwa Valerie tidak sok
dan tidak tergila gila pada kecantikan dirinya. Dan Valerie mengharapkan dari
kehidupan apa yang mampu dicapainya. Bagi Sparrowhawk, tidak ada pujian
yang lebih tinggi daripada sifat sifat anak perempuannya itu.
"Ayah?" Valerie berdiri di pintu kamar kerja itu , bertelanjang kaki dalam celana
jeans dan kemeja kaos universitas, menggendong setumpukan buku. Boadicea,
seekor kera kecil peliharaan, duduk di atas bahu Valerie.
"Aku mesti belajar," Valerie berbicara dengan suara hampir tanpa logat
inggris setelah enam tahun di amerika. "Akan kutinggalkkan ayah dengan kawan
kawan ayah untuk menentukan nasib peradaban barat."
Valerie tidak menaroh perhatian sedikit pun pada Dorian atau Robbie. Bagi
Valerie, Dorian adalah seorang yang aneh. Tentang Robbie ia tidak berbicara
banyak, hanya menyatakan bahwa ia menganggap Robbie menyeramkan,
namun tidak mengetahui presis bagaimana atau di mana letak keseraman itu.
Sparrowhawk pernah berharap bahwa kedua anak muda itu dapat saling cinta
mencintai dan kemudian barangkali menjadi suami isteri, tetapi Valerie sama
sekali tidak berkecenderungan ke arah situ. Mereka cuma saling mengucap
'hello', tidak lebih dari itu. Unity yang akhirnya memberitahukan kepada
suaminya. "Valerie tidak suka pada Robbie; tidak akan pernah menyukainya.
Valerie akan mencintai seorang pria yang cocok dan layak bagi dirinya, tidak
asal sembarang pria. Dan Robbie bukanlah pria itu, Trevor, dan kurasa kita
berdua 6ama sama mengetahui akan hal itu."
Tentu saja Unity benar. Bukannya bahwa Valerie kekurangan pria yang
menaroh minat pada dirinya. Bahkan pernah pria terkaya di Waterbury, seorang
tua bangka dengan pacu jantung, pernah menawarkan duapuluh lima hektar
tanah real estate kelas satu di Connecticut kalau Valerie mau kawin
dengannya. Puteri Sparrowhawk tidak menaroh minat sedikit pun.
Kini ia melambaikan tangannya kepada Sparrowhawk sambil meninggalkan
kamar kerja itu. Ah, sayang bahwa Robbie bukan orangnya, pikir Sparrowhawk.
Namun, hal hal seperti itu tidak dapat dipaksakan, teristimewa dengan seorang
gadis muda yang begitu berpikiran tidak tergantung. Sparrowhawk cuma dapat
bertanya tanya, siapakah gerangan pria yang cocok bagi Valerie itu kelak.
Sebab, Valerie Leslie Judith Sparrowhawk memang seorang gadis yang
berpribadi. "SEPERTI KALIAN SUDAH MENGETAHUINYA, TEMAN TEMAN ITALI KITA
SEPENUHNYA GADUH BERKENAAN DENGAN PEMBUNUHAN PAULIE," Sparrowhawk
berkata kepada Robbie dan Dorian yang duduk di atas sofa kulit itu. "Yang tidak
kalian ketahui adalah, bahwa Gran Sasso dan Alphonse, dengan kebijaksanaan
mereka yang maha hebat, telah mendekretkan bahwa MSC harus memainkan
peranan utama dalam pelacakan pelaku kejahatan itu."
Dorian berhenti menyesap kopinya. "Sialan. Jadi, kita berkumpul di tempat
anda ini karena tempat ini aman, karena pada saat ini polisi dan gugus tugas itu
menyelidiki semua orang Molise dan setiap orang yang mendekati mereka itu.
Kalau kita mengorek ngorek perkara Paulie itu, maka itu sama saja dengan
mengatakan bahwa MSC adalah mafia pula."
"Kau benar sekali," kata Sparrowhawk.
"Itu memang akan melenyapkan segala yang telah kuusahakan bagi MSC. Yang
mau diketahui oleh kekuatan kekuatan hukum dan ketertiban umum adalah,
siapa yang akan mengisi tempat yang ditinggalkan kosong oleh Paulie
itu.Bahkan saat ini informasi mengenai itu mungkin sudah beredar luas."
"Allie Boy dan Johnny Sass," Robbie berkata. "Padahal Allie Boy itu wah! Ia
mempunyai seorang gadis kuba di Long Island
City. Ia tidak mau ,ke tempat wanita itu,
tidak mau membawanya ke sebuah motel.
Khawatir kalau ada pemasangan alat mata mata atau sejenisnya. Ia begitu
ketakutan diawasi atau dimata matai, sehingga digarapnya, wanita itu di
bangku belakang sebuah station-wagon. Setiap kali Allie Boy-meninggalkan
tempatnya dengan station wagon itu, sudah bisa dipastikan ke mana ia akan
pergi dan apa yang akan dilakukannya."
"Aha, siapa bilang romans sudah mati?" Kata Sparrowhawk. "Namun begitu,
Dorian memang benar mengenai pengawasan atas diri kita itu. Biarpun begitu,
aku diharuskan memeriksa masa Paulie di Saigon. Alphonse dan tuan Gran Sasso
mau mempunyai gambaran terperinci dari apa yang dikerjakan Pauli di sana."
Dorian mengangkat bahu. "Yah, mengapa tidak Saigon. Harus dimulai di
sesuatu tempat, bukan" Ada petunjuk petunjuk?"
"Pada saat ini tidak ada sesuatu secara
pasti. MSC sedang mengerjakan itu. Saigon, Hongkong, Macao, kampuchia,
thailan." Kemudian ditambahkan oleh Sparrowhawk, "Tokyo."
Sparrowhawk memandang pada Dorian. "Itu tempat tempat Paulie
mempunyai bisnis. Dan, tentu saja, orang orang di tempat tempat itu yang
mempunyai bisnis dengan Paulie."
"Bagaimana dengan kepulauan cayman": Dorian bertanya. "Paul ada
mendaftarkan perusahaan perusahaan di sana, dan di Delaware. Juga di New
Jersey." Sparrowhawk mengangat alis. "Itu info
penting juga, Dorian. Dan kami mempunyai sumber sumber kami sendiri dari departemen kepolisian. Namun begitu, kami
menghargai sekali kalau kau selalu memberi
informasi kepada kami mengenai apa saja yang
kau dengar, baik itu dari distrikmu atau
distrik distrik lainnya."
"Oke." "Bagus. Masih ada satu lagi. Keluarga Molise itu merasa bahwa Pangalos dan
Quarrels mungkin akan disekap. Dikirim untuk menemani Jimmy Hoffa,
begitulah kira kira."
"Serangan rangkap?" tanya Dorian.
"Gran Sasso merasa kedua orang itu tidak mau dipenjarakan. Kurasa ada
betulnya juga. I'nngalos sudah dua kali bertemu dengan IfiClair mengenai
rencana kursi oditorium Itu. Aku yakin bahwa LeClair tidak setengah
setengah dalam mengancam. Kalian bisa membayangkan bagaimana kehidupan
di dalam penjara bagi seorang bekas jaksa, dan jaksa federal lagi pula?"
Sparrowhawk menyesap tehnya. "Para nara pidana akan menyobek
nyobeknya. Mungkin sekali akan membunuhnya.Sedangkan mengenai Quarrels,
biar ia seorang pengacara yang pandai, ia seorang tidak bertulang punggung.
Kematian Paulie, dapat dikatakan, membuat kedua orang itu tanpa pelindung.
Gran Sasso tidak pernah menyukai Pangalos. Gran Sasso hanya menenggang rasa
dikarenakan Paul dan pengaruh Paul atas Don Molise. Quarrels juga boleh
dicoret. Dan semua itu karena rencana tempat duduk di oditorium itu!"
Robbie berkata,"Lemparkan kesalahan Decker."
:"Ya dan tidak. Memang Decker yang mencuri rencana itu. Yang penting,
bagaimana Decker bisa mengetahui akan adanya peta dan rencana itu?"
Dorian dan Robbie terdiam.
Dorian yang akhirnya berbicara. "Ada rencana atau tidak ada, kurasa tidak
tepat untuk justru pada saat ini membunuhi orang. Apa lagi Paulie masih
menjadi berita." "Sependapat. Hanya, di dunia ini kekuasaanlah yang menentukan benar dan
salah. Gran Sasso dan Alphonse harus menegakkan kewibawaan mereka dengan
tiadanya wibawa lain. Jadi, tidak ada lain cara lebih baik, daripada
melemparkan seluruh kesalahan pada kedua pengacara itu. Paul pasti akar,
menghadapi masalah seperti ini dengan cara lain, tetapi Paul sudah tidak ada."
Dorian mendengus. "Maka disingkirkanlah mereka itu."
"Begitulah agaknya yang menjadi rencana. Aku memahami keenggananmu,
tetapi itu tidak akan berpengaruh atas kedua jendral baru kita itu. Maka,
cukuplah dengan bersiap sedia melakukan tugas sesuai perintah. Aku akan
mengatakan kapannya."
Dorian berkata, "Asal kau atur mereka berdua di satu tempat pada saat
bersamaan. Aku tidak mau kembali untuk melakukannya dua kali. Tetapi, yah
sialan, aku masih beranggapan itu bukan cara yang tepat!"
Sparrowhawk mengacungkan jari tangan. "0 ya, masih ada satu hal lagi.
Suatu sebab lain mengapa Gran Sasso berpikiran menyingkirkan Pangalos dan
Quarrels adalah untuk melindungi yang terhormat senator Terence Dent. Tuan
Sasso tidak menghendaki senator kita itu diseret ke dalam sekandal oditorium
itu " yang bisa terjadi karena Dent mempunyai kepentingan pula dalam proyek
itu. Dent adalah seorang penting bagi kepentingan kepentingan Molise. Ya,
tidak saban hari orang bisa mempunyai seorang senatornya sendiri."
Dorian menuding pada Sparrowhawk, "Kau katakanlah pada Johnny Sass
bahwa aku menuntut bayaran tinggi untuk pekerjaan ini. Ia menginginkan aku menyingkirkan
kedua orang itu, biar ia membayar dengan betul. Ya dewa, memikirkannya saja
sudah menggerogoti lapisan perutku. Di manakah toilet?"
"0, di ujung koridor itu."
Ketika Dorian sudah meninggalkan ruangan itu, Sparrowhawk menutup pintu
dan berdiri berhadapan dengan Robbie.
"Robbie, dengarkan dengan cermat. Bisa saja terjadi bahwa Dorian
merupakan problem yang tidak kalah berengseknya dengan Pangalos. Aku
berbicara tentang wanita Jepang itu, nona Asama. Mungkin saja wanita itu
mempunyai hubungan dengan George Chihara. Bahkan mungkin keluarga, aku
tidak mengetahui pasti."
"Sialan ! " "Ya. Tetapi jangan singgung singgung hal ini pada Dorian."
"Ah, mayor, hal itu tidak perlu kaukatakan padaku."
"Bagus. Nah, aku kini sedang melakukan penyelidikan intensif atas seluruh
latar belakang wanita itu. Aku belum berniat menyerahkan informasi itu
kepada Gran Sasso atau Alphonse. Belum ada bukti jelas ia mempunyai
hubungan dengan Chihara. Tetapi dari suatu sumber, yang celakanya kini sulit
dihubungi, aku mendapat info bahwa ada seorang wanita mencoba
menyelamatkan Chihara " kurasa nona Asama."
Robbie menggaruk leher, "Kaupikir ia yang menghabisi Paulie" Wah, hebat
betul, kalau memang begitu. Seorang wanita lawan dua orang pria."
"Kalau memang wanita itu, maka ia
berada di sini untuk " Sparrowhawk menunjuk dan berbisik, untuk berbuat
sesuatu terhadap dirimu dan aku. Dan juga
terhadap Dorian." Robbie diam sejenak, kemudian mendengus, "Kalau ia bermaksud sesuatu
terhadap diriku, sebaiknya ia melakukannya dengan sehebat hebatnya."
Sparrowhawk meletakkan tangan di atas bahu Robbie. "Kalau aku
mengatakannya dan jangan sebelumnya, mengerti?"
"Kaulah yang memimpin semua ini, mayor. Kaupikir Dorian bersama wanita
itu melawan kita?" "Tidak. Dorian bersama kita ketika kita mengambil Chihara. Kalau wanita itu
samurai, maka tidak akan ada ampun. Dorian akan harus membayar atas dosa
dosa yang dilakukannya, seperti juga kita. Tetapi, jangan cemas, ini cuma
perkiraan, kalau betul wanita itu malaikat pembalas dendam. Saat ini ia keluar
negeri, flatnya kusuruh geledah dan aku sudah menugaskan seorang agar secara
khusus membuntutinya. Pokoknya, orang yang bisa menyingkirkan Paulie
dengan cara seperti yang telah terjadi, tidak boleh diremehkan."
"Mayor, bagaimana kalau seandainya
benar wanita itu " "Aku ada sebuah rencana: menyerahkan nona Asama kepada mafia itu,
sekalian juga Dorian. Soalnya mereka berdua sahabat akrab. Kita lemparkan
kekhilafan ke atas bahu Dorian." Sparrowhawk berbicara cepat, mengetahui
bahwa setiap saat Dorian akan kembali. "Aku ada juga sebuah rencana
alternatif. Ada kemungkinan kita harus menyingkirkan sendiri nona Asama itu,
dan akan menguntungkan sekali kalau itu kita tangani tanpa ramai ramai. Aku
tidak pernah meminta dirimu melakukan sesuatu pembunuhan sejak kau
kembali di negeri ini. Dan sekarang aku menyiagakan dirimu, kalau kalau...."
Robbie tersenyum menyeringai. Tampak sepuluh tahun lebih mudah.
"Mayor, kau menghendakinya, kau mendapatkannya. Kalau kau berkata ia harus
lenyap, maka ia akan lenyap."
"Hanya sekali ini, Robbie. Setelah ini, tidak lagi. Aku berjanji."
"Hai, jangan cemas. Ia sudah lenyap." Robbie meletikkan jari tangan,
"seperti ini." Pintu kamar kerja itu dibuka dan Dorian masuk. "Hai, aku ketinggalan
sesuatu?" Sparrowhawk berkata, "Kami membicarakan pertarungan
Robbie yang akan datang. Kapankah itu, Robbie?"
"Beberapa minggu lagi. Boston."
Sparrowhawk menepuk bahu Robbie. "Baik sekali bagi perusahaan dengan
adanya Robbie ikut bertanding dan menang terus. Itu promosi top.
Mengesankan sekali bagi para klien."
Karena sedang membelakangi kedua orang itu, mengambil minuman, Dorian
tidak melihat Sparrowhawk dan Robbie saling pandang.
Bersambung ke 4 EMPAT YOIN Suara genta setelah dipukul;
suatu kenangan yang tidak dapat hapus.
LECLAIR BERKATA, "Tuan Manfred, berkat peta dan rencana kecurangan di
oditorium itu, kita kini mempunyai cengkeraman kuat atas Pangalos dan
Quarrels. Sekarang saatnya untuk menggencet.
Pemalsuan pajak, persekongkolan, penipuan,, apa saja. Quarrels sudah bersedia berunding.
Sudah diberikannya bukti yang diharapkan olehnya akan menyelamatkan dirinya dari hukuman." "Misalnya?"
"Nama nama perusahaan Delaware yang dipakai Paul Molise untuk
memutihkan uang yang dibawa masuk kemari dari kepulauan cayman.
Ia juga menyinggung satu dua hal mengenai Marybelle Corporation."
LeClair sibuk membersihkan kuku. "Kata Quarrels, temanmu Kanai menarik
diri dari Golden Horizon."
Decker memandang pada LeClair, "Sudah kujanjikan padamu, dan aku tidak
melanggarnya. Tidak sepatah kata pun kukatakan pada Kanai mengenai kasino
atau o-rang orang dibelakang kasino itu atau tentang pembunuhan atas diri
Baksted. Seperti sudah kauketahui, bahkan sebelum kematian Baksted, Kanai
sudah menaroh curiga."
"Itu betul, itu betul."
Mereka berdua sama sama tertawa. Decker berdiri dan mau meninggalkan
kamar itu. LeClair berkata, "Satu hal lagi, tuan Manfred.
Decker berhenti, berpaling pada jaksa itu. "Jangan terlalu sering
meninggalkan nyonya Raymond sendirian, tuan Manfred."
Decker berpaling lagi. Dan ia tidak juga menjawab. Dengan tenang ia
berjalan ke pintu. Sialan, pikirnya. LeClair mengetahui tentang Michi.
DECKER MEMUTAR KUNCI, mendorong pintu itu dan masuk ke dalam apartemen
Michi. Setelah menutup kembali pintu itu, ia berjalan ke ruangan duduk. Bau
asap cerutu itu masih segar. Dan pintu kamar tidur yang telah ditutup rapat "
kemarin" oleh Decker, kini sedikit terbuka.Decker berkonsentrasi. Ia agaknya
memergoki seseorang. Pelan pelan ia menyeberangi ruangan duduk itu dan bergerak menuju ke
kamar tidur itu. Tetapi, sebelum ia sampai, pintu kamar tidur itu dibuka lebar
dari dalam dan seorang pria dalam mantel kulit yang panjangnya mencapai
lutut keluar dari situ. Kedua tangan pria itu ada di dalam saku.
Kedua tangan itu pelan dikeluarkannya. Yang sebelah kosong, yang sebelah
lagi memegang sebuah lencana polisi.
"Polisi. Kami ingin melihat identifikasi diri anda."
"Kami?" "Partnerku. Di belakang anda."
Decker berpaling. Seorang pria lain keluar dari kamar mandi. Masih muda,
tidak sampai tigapuluh dan berbadan tegap dan kuat. Orang itu mendekati
Decker sambil memukul mukulkan telapak tangan sebelah dan dengan sebuah
obeng. Decker mencium bahaya.
Decker berpaling kembali pada pria bermantel kulit yang harganya paling
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
murah delapanratus dollar itu. "Polisi, katamu. Bolehkah aku melihat lagi
lencana itu?" "Baru saja kuperlihatkan lencanaku, tuan
" "Namaku Decker."
"0. Decker. Kami berada di sini dalam tugas."
"Oh" Coba perlihatkan potsi itu?" 'Mantel
Kulit' mengarahkan telinga
pada Decker, seakan akan ia tidak mendengar jelas.
"Ya, potsi," kata Decker, menarik mantelnya sendiri dari atas tangan yang
memegang pistolnya, sepucuk .38. "Potsi artinya lencana. Seorang polisi
mengenal istilah itu."
Decker mengambil lencana dan kartu identitasnya sendiri dari saku jas,
memperlihatkannya. Dengan pistolnya ia memberi isyarat kepada pria yang
seorang lagi agar maju mendekat. "Kalian memang
hebat. Dua kunci kelas satu pada pintu itu dan kalian bisa langsung masuk.
Tetapi, mungkin kalian tidak lewat pintu depan, eh" Lewat manakah kalian"
Lift angkutan barang" Garasi bawa tanah?"
'Mantel Kulit1 menghembuskan nafas panjang, "Whoooo! Horoskopku
memang mengatakan agar aku hari ini berhati hati bertemu dengan orang."
Decker memalingkan kepala ke arah kanan dan menghindari obeng yang
dilemparkan ke arah kepalanya. Tetapi ia terlambat menghindari hantaman di
atas tulang pipinya. Dalam suatu gerakan lincah, pria yang berkaos hangat
menjatuhkan diri ke atas lantai dan dengan kaki kirinya menendang tangan
Decker yang memegang pistol .38 itu. Pistol itu melayang di udara. 'Kaos
Hangat' beralasan kalau optimis. Ia berlatih seni bela diri, dan ia memang
lumayan. Tendangan itu membuat Decker merasa lengannya mati rasa. Tetapi, ketika
ia melihat 'Mantel Kulit' membungkuk mau memungut pistol yang jatuh ke atas
lantai, Decker tidak menghiraukan rasa nyeri dan melompat maju dan
menendang 'Mantel Kulit' pada iganya, sekali, dua kali, mengangkatnya dari
atas lantai dan melemparkannya menubruk dinding.
Decker berbalik menghadapi 'Kaos Hangat', tepat pada waktunya. Pria itu
bergerak penuh kewaspadaan, mata tak sekejappun meninggalkan wajah Decker. Pria itu melangkah panjang, kemudian
melompat miring tinggi di udara, kakinya ditarik hingga merapat pantatnya. Di
udara itu ia meluncurkan kaki itu, sepatu bot itu mau menjangkau wajah
Decker. Decker merasa serbuan angin ketika kaki itu melesat lewat beberapa inci
dari kepalanya, dan ketika ia berputar, dilihatnya pria kokoh dan besar itu
mendarat indah di atas lantai, diluar jangkauannya. Pria itu seketika sudah
menghadap pada Decker, berdiri miring, bergeser maju.
'Kaos Hangat' mengarahkan tendangan pada sulbi Decker, kemudian cepat
berputar, membelakangi Decker, dan melemparkan sebuah tendangan tinggi ke
arah kepala Decker. Decker melangkah mundur, memijat mijat lengan
kanannya. Merasa kekuatan kembali.
Kini Decker yang melancarkan dua tendangan, mengarah rendah, mengarah
lutut dan pergelangan kaki 'Kaos Hangat'. Orang itu mundur, tetapi tidak jauh,
cuma diluar jangkauan Decker.
Tetapi ia tidak memperhitungkan temannya. Di belakang 'Kaos Hangat' itu,
'Mantel Kulit' berusaha berdiri, menggerenyit merasakan sakit pada iganya. Ia
sudah setengah berdiri, bersandar pada dinding, ketika ia mengumpat, "Sialan,"
dan terkulai kembali, tetapi dengan roboh kearah temannya, jatuh ke
atas temannya dari belakang, menubruk pergelangan kaki temannya.
Kehilangan keseimbangan dan dengan kedua lengan mencari cari pegangan
di udara, 'Kaos Hangat' melihat ke bawah pada temannya, membelakangi
Decker. Itulah kesempatan bagi Decker. Dengan kaki kanan menghantam
belakang lutut pria tinggi besar itu, dirobohkannya lawan itu.
Decker bergerak secepat kilat, melingkarkan lengannya pada leher 'Kaos
Hangat' mencekiknya, sedangkan tangan kiri lewat bawah ketiak pria itu
memegang bahu kirinya, Decker melemparkan diri ke belakang, membawa
serta pria itu. Decker kemudian melingkarkan kedua kaki pada pinggul dan
paha pria itu, memperkeras cekikannya.
Itu dilakukan Decker secukupnya saja, tanpa niat mengubah lawannya itu
menjadi sayuran. Lawan itu berlawan, menggeliat, mencakar cakar pada
lengan Decker. Kemudian melemas. Ketika merasa lawannya mengendor,
Decker melepaskannya, mendorong pria yang pingsan itu ke samping dan
memungut pistolnya.Ia kemudian membungkuk, memeriksa saku saku'Mantel
Kulit'. Tidak ada senjata. Tetapi membawa kartu identitas yang menarik.
Nama 'Mantel Kulit' adalah Jay Pearlman.
Decker bertanya. "Kalian berdua bekerja pada Management Systems
Consultants?" Pearlman, dengan mata tertutup dan kedua tangan pada sisi kanan
tubuhnya, menggerutu, "Ya."
"Di manakah ia?" Decker bertanya.
"Siapa?" Pearlman bertanya. "Sialan, ra sanya ada tulang tulangku yang
patah." "Otaknya ini. Sapi yang seorang itu bukan tipe yang memimpin. Dan kau juga
tidak merokok cerutu."
"Sialan, apakah maksudmu?"
"Kau ingin aku menendang sebuah lubang pada sisi badanmu yang lain"
Jangan berpura pura tolol. Yang kumaksudkan adalah pria yang merokok cerutu
mahal yang tercium baunya ini. Bah, siapakah yang mengisap cerutu kuba dan
sekali gus penyadap terbaik di Manhattan?"
Decker kini berpaling ke arah kamar tidur itu. "Oye, Felix, kaubawalah
pantatmu kemari." Pintu kamar tidur itu dibuka lagi dan seorang kuba berperawakan kecil,
mengisap cerutu, keluar. Berpakaian perlente, membawa tas atase. "Ah,
Decker sahabatku. Como esta" Bagaimana kabarnya?"
"Felix." Mereka memang saling mengenal. Felix Betancourt, limapuluh tahun, dan
dijuluki Elegante karena gaya gayanya. Seorang genius elektronika. Berperan
dalam peristiwa Teluk Babi, skandal Watergate dan sejumlah skandal politik
lainnya. Pernah bekerja untuk CIA, FBI, Departemen Luar Negeri, kedua partai
politik utama di amerika dan korporasi korporasi multi nasional raksasa. MSC
membayarnya suatu jumlah berangka enam. Pada saat informasi merupakan
'mata uang' paling mahal, Felix Betancourt adalah seorang raja.
Biarpun kelakuan dan pembawaan dirinya penuh gaya, Felix sepenuhnya
seorang tanpa moral. Namun begitu, Decker menyukainya.
"Wah, dasimu bagus sekali, Felix."
"Duaratus dollar. Sutera istimewa." Felix melihat ke arah 'Kaos Hangat' yang
masih terkapar tidak sadarkan diri itu. "Sudah kukatakan padanya bahwa kau
tidak bisa dibuat main main, tetapi ia tidak percaya. Katanya dapat meringkus
dirimu dengan mata tertutup."
"Matanya sekarang memang tertutup."
Felix menyeringai. "Kau benar sekali, sahabat. Toby.... itu namanya, katanya
berlatih dengan Robbie Ambrose, yang adalah seorang juara."
"Ada apa dalam tas atasemu itu, Felix?"
Orang kuba itu mengangkat bahu.
Decker berkata, "Tuangkan isinya ke atas meja kopi itu, dan setelah kau
selesai, kau dan teman temanmu itu boleh membongkar kembali semua alat
penyadap yang telah kalian pasang di sini. Sebaiknya jangan sampai ada yang
kelewatan, sebab besok akan kuundang sainganmu untuk menyapu tempat ini.
Dan kalau ia sampai menemukan seutas kawat
saja " Felix tersenyum. "Decker, sahabatku, aku
mengetahui kapan waktunya aku harus mundur.
Kita ini, kau dan aku, adalah pekerja
pekerja profesional. Akan
kubongkar semuanya? Jangan khawatir."
Pria di atas lantai itu mengerang, bergerak.
Felix berkata, "Aku tidak bermaksud menyelidik, sahabat. Tetapi kau
mempunyai kunci apartemen ini. Apakah itu berarti bahwa nona itu seorang
temanmu" Seandainya aku tahu, tidak akan kuterima pekerjaan ini."
"Felix, makam kristus pun akan kausadap seandainya kau dibayar untuk
melakukan itu." DUAPULUH MENIT KEMUDIAN, Decker sendirian saja dalam apartemen Michi itu.
Mencoba menilai situasi. Orang orang Holise semuanya dikerahkan untuk
menangkap orang yang telah membunuh Paul junior. Pada saat ini hanya itu
yang mereka kerjakan. Juga Msc pasti dikerahkan untuk itu.
Untuk melindungi Michi, ia telah membiarkan Felix dan teman temannya itu
'berjalan'. Tidak ada perlunya menarik perhatian lebih besar pada Michi. Felix
telah mengambil beberapa dari surat surat pribadi Michi, sebuah paspor,
berkas perusahaan. Ya, ini pasti pekerjaan Sparrowhawk. Namun, kepada Sparrowhawk
ditugaskan mencari pembunuh Paulie, hanya itu. Apakah Sparrowhawk dan
keluarga Molise mengira ada sangkut paut antara Michi dan pembunuhan Paulie
itu" Decker bergidik. Dapatkah ia melindungi Michi, kalau Sparrowhawk dan
mafia itu menghendaki kepala Michi"
Dengan kembalinya Michi, ia, Decker, telah mulai hidup lagi. Ia telah
menjadi rentan. Ia telah mengikatkan diri. Komitmen. Bersama Michi, harapan
harapan ada di depannya. Juga bisa kehilangan segala galanya.
Decker duduk di dalam apartemen itu hingga kegelapan dini hari hari bulan
desember turun. Pikirannya mengejar bayangan bayangan, bergulat dengan
rasa kengerian. PADA PUKUL 5:32 petang itu, Sparrowhawk dan Robbie berjalan menuju mobil
sedan yang akan menurunkan Robbie di pusat kota dan membawa pulang
Sparrowhawk ke Connecticut. Robbie yang paling dulu melihat pria yang berdiri
di samping pengemudi sedan itu.
Kemudian Sparrowhawk. Ya dewa, Decker. Suatu kejutan.
Decker berkata, "Jangan ganggu Michelle Asama. Jangan menyadap
apartemennya, jangan sentuh dan jangan membuka surat menyuratnya. Jangan
mendekat padanya." Mata Sparrowhawk menyempit. "Bolehkah a ku bertanya ini sifatnya resmi
atau tidak?" "Ini tidak resmi." "Sudah kukira begitu. Oh ya, aku mendengar bahwa
kau telah menciderai dua dari orang orangku hari ini. Apakah kau
tidak terlalu membanggakan kehebatanmu?"
"Seorang dari orang orangmu itu mencoba mencukil mataku dengan sebuah
obeng." "Ah, sayang. Dan kau bahkan tidak menahan mereka," Sparrowhawk
memandang ke arah Robbie. "Coba, bayangkan itu. Ada orang mencoba
mencukil matanya, dan ia tidak menangkap orang itu." Sparrowhawk berpaling
kembali kepada Decker. "Nah, biar kulempangkan ini. Setiap keterlibatan
dengan nona Asama adalah sepenuhnya tidak resmi, tidak menjadi bagian tugas
profesionalmu." Decker mulai merasa menyesal telah datang berkonfrontasi.
Sparrowhawk menangkap kegelisahan Decker itu. "Dan karena ini bersifat
tidak resmi, sersan detektif " "Pribadi," sesaat ia mengucapkannya, Decker menyadari bahwa ia telah
membuat suatu kesalahan. Sparrowhawk mengangkat alisnya. "Pribadi, eh" Ah, kalau begitu menjadi lainlah soalnya. Pribadi, Robbie. Kau
mendengar itu?" "Ya. Aku mendengarnya, mayor."
"Coba katakan, sersan detektif, apakah ini berarti bahwa aku tidak perlu
menerimanya dengan cara sungguh sungguh" Yah, ada apakah di antara dirimu
dan kami yang dapat disebut 'pribadi'" Nah, Robbie ini yang menangani semua
konfrontasi pribadiku. Betul tidak, Robbie?"
"Ya, kapan saja, mayor. Kapan saja. Aku dan sersan detektif Decker.... kami
sudah beberapa kali bertemu secara pribadi."
Sparrowhawk menggosok dagu. "Ah, betul. Dan aku masih ingat pada dua
pertemuan di antaranya. Ya. aku ingat kembali itu."
Decker memandang pada Robbie. Pria yang telah menggoncangkan
kepercayaan akan diri sendiri. Pria yang mendepak dirinya keluar dari
pertandingan pertandingan karate. Tiba tiba luka luka dari kedua kekalahan
yang dideritanya melawan pria itu., terbuka kembali, rasa nyeri dan
penderitaan timbul kembali. Dan Decker kini menyadari bahwa rasa takut itu
belum sepenuhnya hilang dari dirinya.
Decker memaksa dirinya berkata. "Kau telah mendengar aku mengatakannya.
Jangan mengganggu nona Asama."
Sparrowhawk berkata, "Bolehkah aku naik ke dalam mobilku?"
Decker melangkah ke samping dan pengemudi membuka pintu.
Sparrowhawk naik lebih ulu. Robbie, yang berada tepat di belakang mayor itu,
meletakkan kaki ke dalam mobil, berhenti dan, berpaling pada Decker,
menggelengkan kepala dengan sedih, mengetahui bahwa ia tidak perlu
mengancam Decker atau menantangnya.
Karena Robbie lebih hebat. Sederhana saja.
Robbie menyentuh pentolan emas pada telinga dan naik ke dalam mobil
sedan itu. Ketika mobil itu meluncur pergi, Decker menyadari bahwa suatu kesalahan
besar telah dibuatnya. Ia telah memperingatkan mereka. Kemungkinan suatu
kejutan kini sudah tertutup. Ia sendiri telah memberitahukan kepada mereka,
bahwa ia akan datang. Dungu.
Lambat atau cepat, ia akan harus membayar untuk kesalahan itu. Juga
Michi. ALPHONSE GIULIA berkata, "Aku bertanya tanya sendiri, apakah yang akan
dilakukan senator Dent keparat itu, kalau ia mengetahui rencana kita untuk
kedua orang itu." Gran Sasso berkata, "Orang menutupi mata dengan tangannya sendiri, lalu
mengeluh mengapa semuanya gelap. Ia tahu, tetapi tidak mau tahu.
Tujuhpuluh lima ribu kita bayar pada polisi itu untuk membereskan urusan itu.
Polisi itu mengatakan kepada Sparrowhawk bahwa ia tidak mau melakukannya
untuk kurang dari itu."
"Tetapi ia hebat, polisi itu. Tidakkah ia menghendaki kedua orang itu di
tempat sama, pada waktu yang sama" Itu tidak akan mudah."
Consigliere itu berkata, "Sebaliknya, sahabatku. Itu justru bagian yang paling
gampang." Memang lucu, pikirnya. Ia lebih tua dari Pangalos dan Quarrels, namun ia
masih akan hidup kalau mereka mati. Esok hari, pada jam seperti saat ia kini
berada, kedua pengacara itu sudah akan mati.
CONSTANTINE PANGALOS duduk di atas tempat tidurnya, jengkel.
Dipindahkannya gagang telefon ke telinga kiri, jauh dari isterinya
yang terbaring tidur di sampingnya. "Busca-glia, kau tahu pukul berapa
sekarang ini" Ini tengah malam buta!"
Connie, kau tidak mendengar yang kukatakan! Kataku, aku dapat
membereskan soal peta dan rencana tempat duduk oditorium itu, membuatmu
berjalan keluar dari Federal Plaza sebagai orang bebas sepenuhnya. Satu
satunya copy itu. Satu satunya bukti yang mereka miliki untuk menuntut dirimu
dan Quarrels." Pangalos turun dari tempat tidur dan berbisik serak, "Kau tidak bermain
main" Kalau sampai " "Main main bagaimana" Tetapi ini akan mahal sekali bagimu. Lima untukku
dan sepuluh untuk orang yang mengambil berkas itu. Tidak bisa ditawar tawar
lagi." "Sialan. Agaknya tidak ada pilihan lain bagiku. Satu satunya jalan untuk
mengatakan 'persetan!1 kepada LeClair itu."
"Aku sudah berbicara dengan Quarrels, dan ia langsung melompat kegirangan
dan lega. Di antara kalian berdua tentu tidak ada kesulitan mengumpulkan
uang itu."
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Uangnya aku ada. Sia.... siapakah kontakmu di Federal Plaza itu?"
Buscaglia mendengus. "Kau pikir aku ini apa" Itu urusanku. Pokoknya, kau
mau lolos dari cengkeraman LeClair atau tidak?"
Pangalos tertawa. "Bah, LeClair.... akan kuhajar orang itu."
Buscaglia berkata, "Itulah sebabnya aku yang datang padamu, dan bukan MSC.
Aku juga mau uang, eh?"
"Sal, kau telah menyelamatkan diriku. Dan aku tidak akan pernah melupakan
yang kaulakukan untukku ini. Kapankah urusan ini bisa dibereskan?"
"Segera. Tidak lama lagi. Dan.... o, ya, sebelum aku lupa, kita ini berbicara
tunai, oke" Tunai dan bukan cek."
"Oke, oke. Tunai. Quarrels "
"Ia sudah setuju, seperti kukatakan tadi. Katanya fifty-fifty. Masing masing
tujuhribu lima ratus. Untuk itu kaudapatkan peta itu kembali dan juga
berkasmu yang berisi segala yang dikatakan LeClair mengenai kalian.
Perlihatkan peta itu kepada Johnny Sass dan Allie Boy dan kau sudah kembali di
tengah tengah kami."
"Oke, oke. Kapan kita bisa bertemu, Quarrels dan orangmu itu?"
"Besok hari terakhir kesempatan mengambil berkas itu. Kita selesaikan
urusan ini besok malam, kalau kau setuju."
Duapuluh dua jam kemudian, di sebuah blok yang sepi di dekat Forty-eighth
Street dan Ileventh Avenue, Pangalos turun dari sebuah taxi dan setelah taxi
itu menghilang, berjalan ke sebuah mobil yang diparkir di neberang
pekarangan sebuah sekolahan.
Tiba tiba, Pangalos merasa gelisah dan ia mempercepat langkah kakinya. Ia
membawa hampir delapan ribu dollar dan memakai jam tangan yang harganya
lima ribu dollar. Ia tidak ingin berakhir di situ, dihadang sembarang pecandu
atau perampok kecil. Setibanya di mobil itu, Pangalos melihat ke sekeliling dirinya, melihat
sebuah mobil lain meluncur mendatang dan ia ragu. Tetapi mobil itu lewat dan
sesampainya di ujung jalanan itu membelok ke arah Eleventh Avenue. Pangalos
menunggu hingga debar jantungnya tenang kembali, membuka pintu mobil itu
dan duduk di bangku depan di sebelah Livingston Quarrels. Pintu ditutupnya
kembali. Quarrels berpaling padanya, wajahnya coreng moreng karena air mata.
"Hai, kau kelihatan seperti baru memergoki isterimu dimakan tukang antar
susu. Manakah Buscaglia dan temannya"
Quarrels berkata dengan suara bergemetar , "Connie, aku sungguh sungguh
tidak mengerti ada apa ini. Buscaglia cuma menyuruh aku datang ke sini dan
menunggu. Aku cuma melakukan yang dimintanya." Pangalos mengerutkan
dahi. Dan di belakangnya, Dorian
Raymond, yang bersembunyi
dengan merunduk di bangku belakang, kini duduk tegak, menekankan moncong sebuah .22 dengan peredam pada kening Pangalos
dan ditariknya pelatuk pistol itu. Terdengar suara plop , kepala pria yunani itu
tersentak ke satu sisi dan Pangalos terkulai di atas tempat duduknya.
Quarrels menjauhkan diri dari mayat Pangalos itu dalam ketakutan,
memandang liar dari mayat itu kepada DoriBh.
"Dorian, aku telah melakukannya. Melakukannya seperti yang kauminta.
Katamu aku boleh bebas. Aku sekarang mau pulang ke isteriku."
Dengan berbicara, Dorian pikir, kau bahkan memperburuk keadaan. Yang
dapat ia lakukan bagi Quarrels yalah agar akhir itu tidak berkelamaan. Dorian
menembak dua kali, tembakan kepala, sebutir peluru menembus tulang pipi
kanan dan sebutir lagi menembus mata. Quarrels terkulai.
Dengan memejamkan mata, Dorian menundukkan kepala. Yang sekali ini
menyakitkan. Ia mengenal kedua orang itu sejak bertahun tahun yang lalu, dan
menghabisi mereka ternyata lebih meresahkan dirinya daripada yang dikira
sebelumnya. Dan ia belum selesai pula. Johnny Sass menghendaki ditinggalkan
suatu pesan di situ. Bercondong ke bangku depan itu, Dorian memasukkan
ujung pistol beralat peredam itu ke dalam mulut Quarrels, dan
menembakkannya Liga kali. Dorian kemudian mendorong mayat Pangalos,
dengan menjambak rambut menghentak kepala
orang yunani itu ke belakang, kemudian menembakkan pistol itu dua kali di dalam mulut Pangalos.
Pesannya adalah, bahwa kedua pengacara itu telah berbicara
terlalu banyak Dorian melepaskan alat peredam itu,memasukkannya ke dalam saku,
kemudian memasukkan pistol .22 itu ke dalam saku lainnya.
Dorian mungkin bukan orang paling pandai di dunia, tetapi ia tidak perlu
diberitahu, bahwa kini waktunya untuk berhenti. Baksted, Quarrels, Pangalos.
Teman temannya. Dan ialah yang membunuh mereka.
Berhenti! akhiri semua itu. Ia kini mempunyai uang. Tujuhpuluh lima,
ditambah yang disimpan di bank. Duapuluh. Hampir seratus ribu dollar. Dan
copy daftar itu, 'daftar umpan'.Itu bisa dijadikan uang berjuta. Cukup bagi
dirinya dan Romaine untuk selama hidup mereka.
Uang akan mendamaikan Romaine. Ia yakin. Romaine satu satunya wanita
yang cocok bagi dirinya. Yang diperlukannya hanyalah suatu kesempatan baru.
Satu saja. Akan dibuktikannya bahwa ia bisa mengurus dan memperhatikan
Romaine. Dan sekarang, yang mau dilakukannya, adalah ke sebuah bar di Eighth
Avenue, minum beberapa sloki dan memikirkan cara menangani masalah Robbie
itu. Sesudah Quarrels, ia tidak mau lagi memandang pada wajah seorang teman
yang diketahuinya tidak lama lagi akan mati.
Di sebuah bar di Eighth Avenue dan Forty-ninth Street, duduk di antara orang
orang tidak berwajah dalam mantel dan memakai topi, minum wiski dan
bersumpah pada diri sendiri, bahwa masa lalunya tidak akan dijadikan masa
depannya. Mengambil uang itu
dan lari. Membawa Romaine bersama dirinya dan menghilang
Dorian lama sekali berada di bar itu, karena ia tidak mau pulang dan
bermimpi tentang orang orang yang baru saja dibunuhnya itu.
BERADA DI RIJKSMUSEUM di Amsterdam itu, Michi tidak menunjukkan tanda
tanda bahwa ia mengetahui dirinya sedang dibuntuti dan diawasi seseorang.
Ketika berada di pasar Albert Cuyp, ia duduk di meja luar sebuah restoran
kecil, memesan sepiring ikan haring mentah. Ya, orang itu ada di antara orang
banyak itu, seorang pria berwajah bulat dalam anorak hijau, memakai kaca
mata berbentuk pesegi dan memakai alat pendengar.
Michi mengetahui dirinya dibuntuti orang sejak berada di London. Sebelum
meninggalkan kamar di hotelnya di London, sengaja diletakkannya sebutir
berlian di atas lantai. Sekalipun bagus, berlian itu cacat.
Sekembalinya di kamarnya itu, Michi mendapatkan berlian itu sudah lenyap,
kamarnya tampak tidak disentuh orang. Seandainya orang atau orang orang
yang mengawasi dirinya itu tidak serakah, Michi tidak akan mengetahui bahwa
dirinya dibuntuti. Sejak membunuh Paul Molise dan sopirnya, Michi telah mengambil semua
tindakan pengamanan. Telah disembunyikan kai-ken itu dan surat surat
tertentu. Pokoknya tidak akan ada apa pun yang dapat menyingkapkan identitas atau tujuan sebenarnya ia datang ke amerika.
Tetapi, agaknya jelas bahwa ia telah melakukan sesuatu kesalahan. Entah di
mana, entah kapan, entah bagaimana. Ya, mengapa dua pemuda amerika itu
masuk ke dalam toilet wanita" Mungkin juga bukan itu; mungkin ada orang yang
mengungkapkan identitasnya. Atau sesuatu olehnya sendiri, sepatah kata,
barangkali. Atau ia telah dikenali oleh seseorang"
Kalau ia kembali ke amerika, akan diungkapkannya semuanya kepada Manny.
Mereka saling mencintai, namun Michi mengetahui bahwa cintanya itu tidak
akan mengenal kedamaian sebelum ia melakukan kewajibannya terhadap
keluarganya. Michi telah bersumpah akan membunuh orang orang yang terlibat
dalam penyelidikan yang dilakukan Manny. Adakah cinta Manny cukup kuat
untuk membuatnya mengerti"
Michi tidak langsung kembali ke hotel, ia masuk ke dalam sebuah cafe,
memesan gin dengan seiris jeruk. Ia dapat melihat keluar dan pintu cafe itu.
Tidak ada tanda tanda pria yang mengikuti dirinya itu. Tetapi itu tidak berarti
bahwa dirinya sudah tidak diikuti lagi.
Michi pergi ke kotak telefon yang berada di ruangan bawah cafe itu.
"Hello?" "Manny, kaukah itu?"
Suara Manny, yang mula mula waspada, kini terdengar santai. "Michi. Dari
manakah kau menelefon?"
"Amsterdam. Bagaimana kau?"
"Bagus. Bagus. Aku rindu padamu. Kapankah kau kembali?"
"Aku masih ada bisnis di sini, lalu masih harus ke Paris. Betul betul segala
sesuatunya beres" Kedengarannya kau tegang sekali."
Decker tertawa. "Aku selalu tegang kalau ada orang menelefon sepagi ini,
teristimewa jika menelefon diriku di dojo. Aku lebih suka berlatih sendiri.
Tetapi kau dapat menelefon aku di sini setiap saat."
Michi tersenyum. "Terima kasih. Aku cuma mau mengatakan bahwa
sekembaliku, kau dan aku akan berbicara. Akan kuceritakan semuanya
kepadamu. Semuanya. Kau mengerti?"
Suara Decker lembut. "Apa saja yang kau mau kuketahui, itu sudah cukup."
"Manny, katakan padaku,mengapa kau sudah berada di dojo sepagi ini" Pada
hari minggu, lagi pula.Aku cuma mengikut perasaanku bahwa mungkin kau di
situ, tetapi terasa aneh sekali bahwa kau sudah keluar sepagi ini."
"Tidak begitu aneh kalau kau mengetahui yang telah terjadi di sini. Kemarin
ada dua pembunuhan. Dua orang pengacara. Atasanku di gugus tugas itu marah
sekali atas kejadian itu. Pukul sembilan hari minggu diseretnya kami semua
menghadiri suatu rapat. Kami kira kami mengetahui siapa yang melakukan
pembunuhan pembunuhan itu. Seseorang yang kita sama sama kenal. Dorian
Raymond." Senyum itu lenyap dari wajah Michi. "Kau akan menangkapnya?"
"Belum ada bukti bukti kuat. Hanya sebuah teori. Itu memang bidangnya.
Kaiiber Tembakan di kepala. Dan ia mengenal korban korbannya itu. Mungkin
sekali kami akan menginterogasi dan menakut nakutinya sehingga ia mau
mengungkapkan sesuatu. Kalau betul ia yang melakukan pembunuhan
pembunuhan itu, itu dilakukannya untuk mencegah kedua pengacara itu
menjadi saksi terhadap Management Systems Consultations, Sparrowhawk dan
keluarga Molise. Kini hilanglah dua sumber informasi kami."
Michi berkata. "Kalau begitu ia akan segera dimasukkan penjara?"
"Siapa tahu" Tergantung ia dapat atau tidak dapat dibujuk. Menjebloskannya
ke dalam penjara tidak akan memberikan kepada kami tiga orang yang kami
kehendaki . Tetapi kami akan berusaha keras.Sialan, buat apa kita
membicarakan pekerjaanku" Kau cepatlaL menyelesaikan jual beli berlianmu
itu, dar cepatlah kembali padaku."
"Ah, maksudmu sang pendekar terikat pada nesuatu lainnya kecuali karate?"
"Kau kembalilah dan akan kutunjukkan pndamu."
"Begitu banyak yang harus kukatakan padamu, Manny."
"Kali ini akan kauceritakan semuanya padaku?"
Michi memejamkan mata. "Hai. Akan kuceritakan padamu segala yang terjadi
selama tahun tahun kita terpisah satu sama lain. Akan kuceritakan apa yang
telah terjadi dengan keluargaku dan mengapa aku datang ke amerika.Oh,
Manny, jangan sampai ada sesuatu yang timbul di antara kita. Berjanjilah
bahwa itu tidak akan kaubiarkan."
"Aku berjanji. Kukira itu akan mendekatkan kita, sekurang kurangnya
begitulah harapanku. Kita coba, oke" Jangan kita lewatkan lagi enam tahun
tanpa kita berusaha. Ah, betapa inginnya aku bahwa kau pulang dengan
pesawat berikutnya."
Belum habis kata kata itu diucapkan oleh Manny, ketika terkilas ide itu
dalam pikiran Michi. Hai. Pulang dengan pesawat berikutnya ke New York. Dan
habisi Dorian Raymond. Itu akan berbahaya sekali. Akan harus dihindarinya pria yang menguntit
dirinya itu, kemudian terbang ke New York dan tanpa diketahui oleh Manny
atau siapa pun, membunuh Dorian Raymond, dan terbang kembali ke eropa.
Untuk melakukan semua itu akan memerlukan seluruh kebisaannya, akalnya.
Konsentrasi pikirannya.Dan berkat para dew dan leluhurnya.
"Pesawat berikutnya," Michi berbisik.
"Ah, seandainya dapat," Manny berkata.
Michi tersentak dari lamunannya. "Terima kasih."
"Terima kasih" Untuk apa?"
"Karena mencintai diriku. Aku bergayut pada itu. Itu segala galanya yang
kumiliki. Cintailah diriku, Manny," Mata Michi menjadi basah. "Oh, cintailah
aku." Michi tiba tiba memutuskan hubungan itu.
Tigaribu limaratus mil dari situ, Manny berteriak, "Aku mencintaimu! Aku
cinta padamu. Aku cinta padamu!"
Decker diam. "Michi" Michi" Hello" Hello?"
Bunyi nama Michi itu bergema dalam dojo yang kosong kecuali adanya Manny
Decker itu. DUABELAS JAM KEMUDIAN, setelah berbicara dengan Michi, Decker menekan
tombol di gedung apartemen Romaine itu. Tempat tinggal Romaine itu berada
di Eighty-fourth Street, dekat Riverside Drive dan cuma beberapa jarak jauhnya
dari Henry Hudson River. Decker sesungguhnya tidak bernafsu menemui Romaine. Namun ia terpaksa
melakukan kunjungan itu. "Aku berani bertaroh bahwa Dorian yang
melakukan pembunuhan demi pembunuhan itu," LeClair telah berkata. "Kalau
bukan Dorian, siapa lagi?"
Decker mengangkat bahu. "Aku pun ingin mengetahui siapa orangnya."
"Ya, aku juga mengharap kau mengetahuinya.Maka itu, sebaiknya kau
tinggalkan semua pekerjaan lain, sampai kita membereskan urusan yang satu
ini, sampai kita dapat mengajukan sesuatu yang jelas kepada departemen
kehakiman. Mulai saat ini kautekuni isteri Dorian itu. Jangan sampai aku
mendengar bahwa kau bermain main di tempat lain. Aku mau mengetahui di
mana Dorian semalam berada. Dan, aku juga mau mengetahui, kau sendiri di
mana semalam?" "Hai, apakah kau mau melemparkan kesalahan kepadaku karena kedua
orang itu dibunuh?" "Kata kata antara dirimu dan diriku sekarang tidak ada gunanya. Yang
penting kau beri sesuatu padaku, tuan Manfred. Beri sesuatu padaku pada jam
ini esok pagi." Dan LeClair menambahkan,. "Maka lupakan wanita Jepang itu."
Decker tidak bernafsu bertemu dengan Romaine, namun LeClair tidak
memberi pilihan lain pada dirinya. Memainkan permainan LeClair adalah satu
satunya jalan agar LeClair tidak menganggu Michi. Decker puri bertanya
dalam hati berapa banyak kiranya yang sudah diketahui oleh LeClair mengenai
Michi. Setibanya di depan pintu apartemen Romaine, Decker ragu sejenak.
Kemudian membunyikan bel.
Romaine habis menangis. Ia melangkah ke samping tanpa mengatakan
sepatah kata pun. Tiada ciuman, tiada sambutan. Decker merasa sesuatu yang
dingin merambati tulang punggungnya. Romaine menutup kembali pintu,
mengusap matanya, kemudian berpaling dari Decker. Romaine berkata,
"Seandainya kau mempercayai diriku, kau akan mengetahui bahwa bagiku itu
tidak ada bedanya. Cukup jika kau mengatakannya kepadaku."
"Mengatakan apa kepadamu?" Tetapi Decker mengetahui yang dimaksudkan
Romaine itu. Namun peranan telah terlalu lama dimainkannya, sehingga
tidaklah mudah melepaskannya begitu saja.
Romaine berputar. "Kau seorang polisi. Kau tidak pernah menaroh perhatian
pada diriku. Yang mau kauketahui adalah tentang Dorian, bukan?"
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Decker melangkah maju, kedua tangannya diulurkan kepada Romaine,
tetapi Romaine menghentikannya dengan suatu gelengan kepala.
"Dorian," kata Romaine, "Itulah soalnya nejak awal."
Decker menundukkan kepala.
"Kami tidak pernah mendapatkan peluang," Romaine berkata. "Orang orang
seperti dirimu tidak pernah bermain dengan jujur."
"Aku menyesal, Romaine," Decker berkata. "Sesungguhnyalah, aku sayang
padamu. Benar. Menyakiti dirimu sama sekali bukan bagian dari rencana."
"Aku dapat mengatakan ini, Manny: kau memegang teguh janji janjimu. Kau
tidak menjanjikan sesuatu kepadaku dan memang itulah yang kudapatkan."
Hanya sekali, Manny membalas tatapan mata Romaine. Kemudian, dengan
suatu angkatan bahu, ia berjalan kembali ke pintu.
Setelah Decker pergi, Romaine pelan pelan menutup pintu dan bersandar
pada pintu itu. Tubuhnya bergemetar. Kemudian pintu kamar tidur dibuka dan
Dorian keluar dari situ. Berjalan kepada isterinya dan meraihnya ke dalam
pelukan. "Sudahlah," kata Dorian. "Sudahlah. Mulai saat ini adalah kau dan aku.
Seperti yang telah kukatakan. Aku akan mempunyai cukup uang. Lebih daripada
yang dapat kita habiskan. Yang mesti kulakukan hanyalah menjual daftar yang
kuperlihatkan padamu i^u. Kau dan aku, kita akan pergi ke tempat yang banyak
matahari." Dorian mencium kepala Romaine, membelai
nya. "Beri aku suatu kesempatan lagi, manis. Aku mencintaimu. Romaine, mari
kita coba sekali lagi."
Kedua lengan Romaine melingkar pada pinggang pria itu, mula mula lembut,
dan kemudian semakin kencang dan semakin kencang. Dan Romaine bergayut
pada pria itu dan untuk pertama kali sejak bertahun tahun, Dorian menangis.
"Kita akan berhasil. Pasti." katanya. "Aku yakin kita akan berhasil."
"LECLAIR. SIAPAKAH INI?"
"Decker. Aku baru saja meninggalkan Romaine Raymond. Aku menelefon dari
sebuah telefon umum tidak jauh dari apartemennya."
"Sialan. Kedengarannya wanita itu hilang cintanya, eh" Apakah yang telah
terjadi" Bertengkar" Bagaimana ia mengetahui bahwa kau menipu dirinya
dengan seorang wanita lain?"
"Aku sudah mengetahui di mana Dorian Raymond berada."
"Nah, itu baru kabar baik. Itulah yang kuingin dengar darimu. Di mana?"
Decker memandang ke langit. "Tempat terakhir yang dapat kaubayangkan. Ia
bersama isterinya." teClair tertawa. "Hai, kau bermain main denganku" Bersama isterinya"
Wah, perempuan hebat! Bersama isterinya. Dan kau berada di' sana pada waktu bersamaan."
LeClair tertawa lebih keras lagi.
Dan Decker semakin membencinya.
"Tuan Manfred," jaksa itu berkata, "pernahkah orang mengatakan padamu,
betapa menarik sekali kehidupanmu?"
SPARROWHAWK menarik satu satunya kesimpulan yang mungkin: keberadaan
Michelle Asama berarti bahaya bagi hidup Sparrowhawk sendiri.
"Lihatlah ini, Robbie, daftar nama nama ini. Tiga orang, yang masing masing
ada hubungannya dengan nona Asama. Tuan Kenji Daigo, tuan Noboru Abe,
tuan Shigeji Shina. Orang orang penting di Jepang. Yang dua terdahulu ada
bankir bankir, dihormati dan makmur, berkuasa. Yang ketiga, tuan Shina,
neorang tokoh dalam intelijen militer jepang. Seorang yang cemerlang di
bidangnya. Sekarang kita lanjutkan ke halaman berikutnya, yang satu ini. Tuan
Tettsuo Ishino. Seorang pedagang intan terkemuka di Amsterdam. Dan apakah
kesamaan yang terdapat di antara keempat tuan itu" Mnsing masing adalah
anggota Jinrai Butai, ntau korps Halilintar Suci."
Rpbbie berkata, "Pilot pilot kamikaze."
"Presis. Dan keempat tuan itu sama sama dalam unit kamikaze dengan
George Chihara." "Wow!" "Ya!" Robbie menggelengkan kepala. "Tetapi, mayor, itu mustahil. Kau mau
mengatakan Imhwa Michelle Asama sekeluarga dengan Chi-hnra, bahkan
mungkin keluarga dari seorang dari keempat tuan itu dan Michelle kini mau
membalas dendam atas yang kita lakukan pada] keluarganya enam tahun yang
lalu di Saigon j itu. Satu hal yang mayor lupakan. Tidakkah I telah kita habisi
semua orang di dalam rumah itu?"
Sparrowhawk mengangkat tangannya, "Ah, betulkah itu" Berpikirlah.
Kauingat mobil yang mendekati rumah itu dan kemudian meluncur pergi"
Ingatkah kau usaha kita agar tuan Chihara mengatakan siapa yang berada di ]
dalam mobil itu?" Robbie menyeringai, "Tentu saja aku masih ingat.Orang yang tidak
sampai masuk, j Tetapi tidakkah | Seorang wanita tua dan dua wanita muda?"
"Kita waktu itu cuma menduga duga, menyangka. Kita cuma
menganggap bahwa itulah keluarga Chihara. Tetapi tidak pernah kita j periksa
dengan teliti, bukan?"
Robbie mengangguk membenarkan. "Nah, jadi apakah yang kita hadapi
sekarang" Suatu jaringan pilot kamikaze yang; entah bagaimana berhasil
mengumpulkan uang dan kekuasaan, dan yang "aku yakin" siap sedia
membantu anak perempuan atau keluarga seorang
kawan lama. Para bankir itu j menyediakan uangnya, sedangkan tuan dalam intelijen
itu memberikan yang paling berharga: informasi."
"Hei, mayor, tidakkah Chihara mengirim sejumlah besar intan keluar negeri
itu selama bulan bulan terakhir ia berada di Saigon?"
"Aku memang mau sampai ke situ. Menurut informasiku, kedua bankir dan
tuan Ishiro adalah rekan rekan bisnis Chihara selama ia berada di asia tenggara.
Sepanjang waktu itu, tuan Ishiro ada bisnis intan dengan Chihara. Para bankir
itu yang mengurus uang tunai, investasi, pinjaman dan segala urusan keuangan
Chihara. Bagi nona Michelle tidak ada kesulitan keuangan sedikit pun."
"Kecuali sering bepergian, dan seperti kali ini berkeliling di eropa membeli
berlian hingga sejuta dollar lebih, apakah yang dilakukan nona Asama di waktu
luangnya?" "Selama di London tiada. Di Amsterdam dilewatkannya waktu senggang
bersama tuan Ishino dan keluarga. Tidak ada kegiatan kegiatan yang aneh
aneh." "Dan di sini ia menguasai Decker dan Dorian "
Sparrowhawk menyentuh rambutnya yang putih perak. "Nah, justru yang
itulah layak kita teliti. Michelle Asama dan sersan detektif Decker. Bagaimana
itu terjadi dan kapan" Aku dapat membayangkan wanita itu bersama Decker,
itu lebih mudah diterima daripada keakrabannya dengan Dorian."
Sparrowhawk menggelengkan kepalanya.
"Mengenai Dorian itu. Aku sebenarnya mengharapkan Gran Sasso dan Allie
Boy ragu menghabisi Pangalos dan Quarrels. Ternyata tidak. Mudah mudahan
heboh pers mengenai itu akan reda. Sementara itu, pers kini penuh dengan
'pembunuhan pembunuhan West Side' itu. Baiklah kita tidak mengatakan apa
apa mengenai laporan tentang nona Asama ini. Setahu Gran Sasso kita masih
sibuk menggarap kontak kontak Paulie di Saigon dulu. Belum ada yang pasti."
"Mayor, di Saigon dulu, segera setelah kukalahkan Decker pertama kalinya,
ia cepat cepat pergi ke Jepang. Seingatku ia ke sana belajar dan memperdalam
ilmu karatenya. Tetapi keterangan yang kuperoleh ketika itu adalah, bahwa ia
ke Tokyo untuk menemui seorang gadis. Kukira seorang gadis Jepang. Ada yang
mengatakan bahwa gadis itu berasal dari Saigon, hanya aku ketika itu tidak
begitu menaroh perhatian hingga tidak kuperiksa lebih jauh."
"Ia biasa ke Jepang menemui gadis gadis?"
"Maksudmu gadis gadis yang datang dari amerika" Tidak, kalau itu ia pasti
menemui mereka di Hawaii."
Kecuali jika gadis itu seorang Jepang."
"Kecuali kalau seorang gadis Jepang."
"Ya, itu patut kita selidiki." Sparro-hawk melihat jam tangan. "Aku masih ada
pe-kerjaan. Dan, o ya, selamat atas kemenanganmu semalam di Boston. KO
ronde pertama, kudengar."
Robbie menyeringai. "Karena aku ingin kembali dengan pesawat pertama
yang ke New York." "Aku sungguh tidak mengerti bagaimana kau melakukannya. Berlatih keras
setiap hari, bertahun tahun. Namun agaknya memberi hasil bagus. Sepertinya
kau tidak akan bisa kalah."
"Aku melakukan yang harus kulakukan, mayor. Segala yang harus kulakukan
sebelum pertandingan, kulakukan."
"Disiplin, latihan, diet, pengendalian diri dalam segala hal. Pengorbanan."
Robbie memberi salut militer. "Sepanjang waktu, mayor. Selalu."
LECLAIR mengetuk ngetukkan jari jari tangannya di atas meja Dorian Raymond
duduk di depannya, seorang tersangka dalam enam pembunuhan yang
bersangkut paut dengan dunia mafia.
LeClair bersandar ke belakang di kursinya. "Aku menghendakimu, tuan
Raymond.. Dan aku akan mendapatkanmu. Kau akan menjalani hukumanmu."
Dorian memandang ke langit langit. "Sudikah membacakan kembali tuduhan
tuduhannya?" "Ah, kau mau melucu, eh?" Tetapi Dorian mengetahui bahwa tidak ada
tuduhan tuduhan formal. Ia cuma dipanggil untuk ditanyai.
Dan Decker mengetahui bahwa Dorian cukup pintar untuk menyadari satu
hal. Tidak ada tuduhan berarti tidak ada bukti bukti kuat. Namun LeClair juga
tidak bodoh. Ia mengetahui di mana mesti menikamkan dan memutar pisau
belati itu. Aku dapat memenjarakan isterimu," LeClair berkata.
"Persetanlah kau." Dorian berkata.
"Tidak, detektif Raymond. Yang harus kaubayangkan adalah seorang
menggiurkan seperti Romaine Raymond dalam tahanan."
"Tidak ada kemungkinan kau menyentuhnya.
Tidak mungkin. Apapun yang kautuduhkan padaku, tidak ada sangkut pautnya
dengan Romaine. Ia cuma seorang penari."
"Kau melupakan satu hal. Kami menemukan dirimu di apartemennya. Kalau
itu kusiarkan, maka ia akan diseret kemari, digeledah, ditelanjangi dan ditahan
untuk sehari atau dua, barangkali lebih lama. Ia sudah akan kacau balau.
Biarkan setengah losin orang tahan menemukannya sendirian di kamar
mandi " Dorian melompat berdiri, "Kau, bedebah!' Decker berdiri pula, siap turun
tangan. Dengan keengganan. Sebab ia akan senang sekali seandainya dapat
menyaksikan Dorian mencukil keluar mata LeClair. Dengan jari telunjuknya,
LeClair menunjuk pada kehadiran Decker di situ kepada Dorian. Yang melempar
pandang sekilas pada sesama detektifnya, lalu pelan pelan duduk kembali.
LeClair berkata, "Yang kuinginkan yalah agar kau mengatakan padaku segala
yang kauketahui mengenai Management Systems Tonsultants. Dan yang
kauketahui tentang hubungan senator Terry Dent dengan keluarga Mnlise itu.
Dan yang kauketahui mengenai lcluarga Molise itu, yang sama sama kita ke-l
ahui telah memerintahkan dibunuhnya l'nngalos dan Quarrels."
Dorian membuang muka. Suara LeClair melunak. "Itu tidak akan
ringan, aku mengerti. Kau bersaksi terhadap mereka, seumur hidup kau harus
hidup bersembunyi. Tetapi itu lebih baik daripada meringkuk dalam penjara
federal. Kau tidak akan bertahan sebulan di Atlanta atau Leavenworth, dan kau
mengetahui itu. Seorang polisi adalah daging mati di dalam penjara."
LeClair menggerakkan kedua tangan. "Hai, mengapa aku harus
berkepanjangan seperti ini" Mungkin pula tidak ada sesuatu yang istimewa yang
dapat kudengar darimu."
Dorian menyalakan sebatang rokok lagi. Decker melihat bahwa semangat
perwira sepekerjaannya itu telah merosot. Tetapi Dorian belum sepenuhnya
ditundukkan. Dorian berkata, "Pertama, biar kutegaskan bahwa aku tidak mengakui apa
pun. Kalau harus kukeluarkan sesuatu pernyataan, maka itu hanya dilakukan
dengan hadirnya pengacaraku. Kedua, urusan yang mau kurundingkan tidak ada
sangkut paut dengan MSC atau Molise. Yang mau kubicarakan adalah tentang
seseorang yang telah membunuh banyak orang. Banyak sekali."
LeClair bertanya, "Berapakah 'banyak' itu?"
Dorian mengangkat mukanya. "Tigapuluh. Barangkali lebih. Semuanya
wanita." LeClair mendengus. "Oke, jadi kau terlalu takut untuk membongkar
Molise. Oke Tetapi, sialan, kau tidak usah mengarangj
yang bukan bukan. Tiga puluh orang wanita. Bah!"
"Aku tidak omong kosong. Kataku tigapuluh, dan memang benar benar
tigapuluh. Orang itu memperkosa mereka lalu membunuhnya. Menggunakan
karate." Decker memiringkan kepala, mendengarkan lebih teliti.
LeClair berkata, "Dan kau mengetahui siapa karateka pembunuh itu?"
Dorian mengangguk. "Hei, Decker, kau mendengar itu?"
"Ya, aku mendengar."
"Nah, sersan Raymond,katamu kau mengetahui siapa orang itu, namun
begitu kau hingga kini belum juga melaporkan hal itu. Mengapa?"
"Buat apa" Hingga kini tidak ada apa apanya bagiku. Kita bisa berunding
atau tidak?" "Siapakah orang itu?"
Dorian menggelengkan kepala. "Tidak bisa. Lebih dulu aku mau mendapat
kepastian bahwa kita merundingkan hal itu. Aku menghendakinya dinyatakan
dengan jelas. Kuberikan orang itu padamu, dan kau batalkan negala tuduhanmu
terhadapku. Dan isteriku. .lika kau tangkap orang itu, banyak kasus di banyak
kota telah dapat kausudahi. Yeah, aku mengenal orang itu. Kami pernah
bersama sama di Vietnam. Ketika aku mengetahui bahwa ia pembunuh itu, aku
sendiri keluar." Kepingan kepingan itu berputar dan berputar dalam benak Decker, kemudian
berkumpul menjadi satu dengan suatu ceklikan final. Mau rasanya ia melompat
dan berteriak. Decker telah berdiri. "Maafkan aku sebentar, aku segera akan
kembali." Decker meninggalkan ruangan itu tanpa menunggu reaksi LeClair.
Decker cepat cepat meninggalkan gedung itu, mencari sebuah telefon
umum. Jangan sampai telefon sedang sibuk! Diputarnya nomor markas distriknya.
Ayo, ayo.. "Detektif Spiceland. Manhattan barat."
"Ellen, Decker di sini. Urusan kaishaku itu. Apakah yang sudah kaudapatkan"
Cepat, aku harus segera kembali ke LeClair."
"Manny, dua gagang telefon di tanganku."
"Taroh dulu yang lainnya. Biar menunggu. Ini penting. Percayalah."
"Oke, oke. Sabarlah."
Ellen pergi sejenak, mengambil catatan agaknya.
"Hello" Manny?" Ellen telah kembali.
"Aku di sini. Aku disini."
"Oke. Telah kudapatkan tanggal tanggal dilangsungkannya pertandingan
pertandingan, juga nama nama para petandingnya dalam turnamen turnamen
itu. Kuhabiskan waktu banyak mencocokkan adanya wanita diperkosa dan
dibunuh pada waktu turnamen berlangsung.
Jawabannya 'ya'. Terjadi di dalam kota atau sedikit di luar kota bersangkutan.
Sudah pasti bahwa turnamen dan pembunuhan itu terjadi pada malam yang
sama." "Berapa turnamen yang telah kauperiksa hingga kini?"
"Sembilan. Juga telah kuhubungi departemen kepolisian kota kota itu.
Sembilan korban wanita pula. Tidak ada tipe menentu. Kaukasia, hitam,
hispanik." "Oke. Sekarang kaudengar dengan teliti. Majalah majalah itu ada di
dekatmu?" "Ya." Decker memejamkan mata. "Nah, bukalah pada halamar, yang memuat
turnamen turnamen yang telah kauperiksa. Hanya turnamen turnamen itu."
"Maksudmu cocokkan nama nama yang ikut bertanding?"
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ellen, lakukan saja yang kukatakan. Oke?"
"Jangan berteriak. Aku sudah melihat, aku sudah melihat."
"Coba periksa berapa kali nama Robbie Ambrose muncul."
"Tolong kaueja nama itu."
?R_0-B-B-I-E A-M-B-R-O-S-E.
Ayo, cepatlah!" > "Ya dewa, mengapa kau hari ini, Manny" Aku. akan merasa lega sekali kalau
pacarmu kembali dari eropa. Ah, inilah dia. Denver. Bulan april tahun ini.
Pemenang dengan KO, Robbie Ambrose. Sekarang daftarku. Seorang wanita diperkosa dan dibunuh di
Denver pada malam bersamaan. Majalah baru: Dallas Challenge Pro-Am.
Pemenang dengan KO, tuan Ambrose. Seorang wanita diperkosa dan dibunuh
malam itu juga di Dallas. Sekarang pertandingan yang dinamakan "Pertempuran
Seattle". Robbie Ambrose. KO pada ronde ketiga. Seorang wanita diperkosa dan
dibunuh di Seattle kira kira sejam sebelum dimulainya pertandingan itu."
"Kaulanjutkan penelitian dan pencocokan itu." Decker berkata.
Beberapa menit kemudian, Ellen Spiceland yang tercekam sekali berbisik,
"Ya, dewa! Manny, bisa kaubayangkan apakah artinya ini?"
"Berarti bahwa kita telah menemukan kaishaku itu. Berarti bahwa kita
ketahui identitas seseorang yang mungkin telah mem-perkosa dan membunuh
sekurang kurangnya tigapuluh orang wanita. Berarti bahwa Robbie Ambroise
itulah kaishaku itu."
DARI JENDELA APARTEMENNYA, Dorian melihat ke atas Cathedral of St John teh
Divine, yang sepuluh lantai di bawah sana itu.
Sigaret. Sialan, manakah rokoknya" Ah, ia masih ada rokok ganja itu. Di
kamar mandi. Ganja selalu membangkitkan nafsu birahinya. Barangkali terlalu
dini untuk mendekati Romaine, tetapi ia harus mencoba.
Robbie. Sialan, mengapa ia sekarang mesti teringat lagi pada Robbie"
Robbie. LeClair mula mula tidak berminat. "Yang
kukehendaki adalah Management Systems Consultants," LeClair telah berkata. "Itulah sebabnya kau
berada di sini. Kau tahu, bukan?"
Decker belum kembali ketika Dorian mengatakan, "Ini hari mujurmu, LeClair,
tuan jaksa. Karena orang yang kita bicarakan itu kebetulan bekerja di MSC."
LeClair tidak segera menjawab. "Sersan, aku akan menghargainya jika kau
menyimpan masalah ini di antara kita berdua. Aku tidak ingin sersan Decker
mengetahui yang baru aaja kausampaikan padaku ini."
"Jangan khawatir. Pada saat ini Decker bukan favoritku."
Dorian tidak bodoh. LeClair baru saja mengadakan perubahan sikap 360
derajat. Kini secara tiba tiba menaroh perhatian besar
pada Robbie Ambrose. Sangat menaroh minat. Dan Dorian memanfaatkan hal
itu. Ia berdiri. "Kau mengetahui di mana dapat menemuiku. Jika kau sudah siap, dapat kita
lanjutkan pembicaraan ini. Satu hal: kalau jadi, maka yang kuminta adalah
kekebalan total, tertulis. Romaine termasuk. Kalau setuju, maka jangan
kauganggu Romaine." Di apartemennya itu, Dorian mengisap rokok ganjanya, dalam dalam.
Memejamkan mata. Panama Red. Yang terbaik.
Bel pintu depan berbunyi.
"Yeah?" Berdering kembali. "Oke, oke." Pintu apartemennya.
Buzzzzzz , "Sialan, aku datang. Aku datang." Dorian berdiri. Terhuyung. Ia tertawa
kecil. Di depan pintu itu ia menarik nafas dalam, beberapa kali. Kemudian
mengintip dari lubang mengintai. Ya dewa!
Dorian membuka pintu. Michi berjalan masuk. Dengan tertawa cabul, Dorian menutup kembali pintu itu, bersandar. "Hei,
Michelle. Oke. Kapan kau kembali" Kukira kau akan pergi selama sepuluh hari."
Ya dewa, ia merasa bernafsu sekali.
Dorian mulai bergerak mendekat, rokok ganja di antara ibu jari dan jari
telunjuknya. Michi berkata, "Kau sendirian?"
Dorian melihat ke sekeliling. "Kurasa begitulah. Yeah. Aku sendirian."
Ah, tentu saja Michelle itu mau bersenang senang. Buat apa lagi kalau tidak
untuk itu... Dorian merasa dirinya telah menjadi keras. Sekali untuk
perjalanan. Yang terakhir kalinya dengan Michelle. Sesudah malam ini, hanya
ada dirinya dan Romaine. Dorian berkata. "Mari kita ke kamar tidur."
"Tolong padamkan lampu lampu."
"Di kamar tidur kita dapat "
"Lampu lampu itu, tolong padamkan."
Dorian mengerutkan dahi. Oke, oke.
Dorian melihat Michi memandang ke arah jendela yang menghadap ke arah
jalanan. "Hei, mama-san, jangan khawatir mengenai tetangga. Yang ada di luar
sana cuma 'Big John'."
Dorian tertawa. Memadamkan lampu lampu, dan kemudian, sambil berputar
untuk menawarkan minuman pada Michelle, dirasakannya rahangnya meledak
dengan kenyerian sangat itu.
Michi telah menghantamnya di bawah dagu dengan sikunya, menyentak
kepala Dorian ke belakang dan memaksanya menggigit lidahnya oedemikian
keras sehingga putus ujungnya. Ketika kedua tangan Dorian melesat ke
mulutnya, Michi menghantamkan siku itu juga ke
dalam uluhatinya. Dan ketika kedua tangan i-tu terkulai ke bawah, jari jari
tangan kiri Michi melesat bagaikan lidah seekor ular, menusuk kedua mata
Dorian, membutakannya. Dorian terengah engah bergulat menghirup udara, mencoba berteriak, tetapi
tidak dapat. Michi menyerang rendah, menggunakan kakinya untuk menyapu pada
pergelangan kaki Dorian, merobohkannya ke atas lantai. Dorian mendarat berat
ke atas lantai, dan sebelum dapat mengeluarkan suara, Michi menghujamkan
tumit tajam sepatu botnya ke leher Dorian.
Dorian tergeletak tercekik di atas lantai, kedua tangan pada lehernya,
tubuhnya yang besar berguling guling. Michi berpaling dan berjalan ke jendela.
Mengintip keluar, ke jalanan di bawah itu. Sepuluh tingkat. Hai. Michi
membuka tirai jendela itu, membuka jendela itu. Udara dingin menghantam
wajahnya, membuat matanya berairmata.
Michi berjalan kembali kepada Dorian, dan dengan tangan pada ketiak pria
itu, menyeretnya ke jendela itu. Mengangkat tubuh berat itu ke atas bingkai
jendela tidaklah ringan, tetapi ia melakukannya. Tubuh Dorian kini setengah di
dalam dan setengah di luar, tepat di atas payon beton di atas pintu gerbang
masuk gedung apartemen itu.
Michi menundukkan kepala pada kenangan leluhurnya, keluarganya, lalu
melepaskan topi coklat tua yang menyembunyikan rambutnya dan hachimaki
yang dipakainya pada dahi dan keningnya. Dirangkulnya paha Dorian lalu
didorongnya tubuh itu keluar jendela itu, dan bersandarlah ia ke kanan agar
tidak terlihat dari bawah sana.
Michi membiarkan jendela itu terbuka.
Setelah memungut topinya, Michi menyeberangi kamar, mengintip keluar
lewat lubang pegintai. Lorong luar apartemen itu kosong.Beberapa detik
kemudian ia sudah meninggalkan apartemen itu dan menuruni tangga tangga
gedung itu, yakin akan menjumpai kerumunan orang banyak kalau ia mencapai
lantai dasar. Ternyata jalanan hampir kosong. Dengan bingung, Michi yang
memakai syal dan kaca mata hitam, ragu sejenak lamanya. Kemudian melihat
ke atas. Dorian telah mendarat di atas payon beton itu, dan tidak ada orang
yang mengetahui adanya mayat di atas itu,.
Di seberang jalan,pintu pintu besar dari katedral dibuka. Berbondong
bondong orang mulai keluar dari gereja itu. Michi bergegas pergi dari situ.
DELAPAN JAM KEMUDIAN, Michi dibangunkan oleh neorang pramugari Air
France. Penerbangan itu mendahului jadwalnya. Karena banyak
angin dari belakang, maka pesawat itu akan mendarat di Charles de Gaulle
Airport setengah jam lebih dini.
Bersamaan dengan pesawat terbang itu menyentuh landasan, jantung Michi
berdebar semakin keras. Bagian paling berbahaya dari rencaaanya adalah di
depannya. Tidak ada hambatan apa pun di bagian pabean. Juga paspor palsunya sebagai
seorang amerika. Setelah menelefon, Michi mendapatkan sebuah taxi.
Dalam perjalanan ke kota Paris, Michi mengingatkan diri sendiri bahwa kini
tinggal dua orang yang harus ia bereskan, dan kemudian akan bebaslah ia dan
berbahagia bersama Manny.
Michi terbangun ketika taxi itu memasuki Place de la Concorde. Michi
mengeluarkan sebuah kedok ski, mengenakannya.
"Froid," ia berkata. Dingin. Ia bukanlah wanita pertama yang dilihat oleh sopir
taxi itu mengenakan kedok ski dalam cuaca seperti itu.
Taxi itu membelok memasuki rue de Faubourg St-Honore, jalanan butik butik
paling bergaya di Paris. Tujuan Michi adalah butik Yves St. Laurent.
Tetapi, sebelum taxi itu tiba di sana, sebuah taxi lain dari arah berlawanan
mencapai butik itu terlebih dulu. Taxi Michi minggir dan berhenti di sejajar
trotoar, dan menunggu, mesin tidak dimatikan.
Dari taxi kedua yang tiba duluan itu, seorang wanita dalam mantel kulit
berbulu putih, bersepatu bot dan topi hitam lemas, dengan wajah dilindungi
kaca mata hitam dan syal hitam pula, turun dan masuk ke dalam butik St
Laurent itu. Michi membayar taxinya dan ketika berjalan menuju butik itu,
dilihatnya mobil Renault itu. Berhenti di belakang taxi kedua dan seorang pria
dalam anorak hijau tua dan kacamata berbingkai pesegi turun.Setelah
menyentuh alat penolong pendengaran, pria itu menyeberangi jalanan itu,
masuk ke dalam sebuah cafe.
Lima belas menit kemudian, seorang wanita yang memakai mantel, topi dan
kedok ski Michi meninggalkan butik itu dan naik ke dalam sebuah taxi yang baru
saja menurunkan seorang penumpang. Michi, tersembunyi di dalam butik itu,
melihat taxi itu meluncur pergi. Namun tidak ada yang mengikuti taxi itu.
Orang dalam anorak hijau itu tidak, mobil Renault itu juga tidak. Michi
menundukkan kepala, berterima kasih pada para dewa. Ia telah berhasil.
Ketika ia keluar dari butik itu, Michi memakai mantel kulit berbulu putih, topi
lemas dan kaca mata hitam. Syal itu kini melilit pada lehernya, tidak menutupi
wajahnya. Ia berjalan sepanjang rue de Faubourg St-Honore, melihat lihat etalase.
Sejam kemudian, Michi memanggil sebuah taxi dan minta diantar ke Hotel
Richelieu tidak jauh dari Etoile di ujung Champs Elysees. Di hotel itu, dalam
suite dengan balkon yang berpemandangan atas pekarangan dalam, Michi
mandi berendam, kemudian memeriksa kamar apakah telah datang tamu tamu
tidak diundang. Tidak ada. Setelah menelefon beberapa relasi bisnis, ia
memasang pesan agar dibangunkan pada pukul tiga siang dan kemudian
berbaring tidur. Pada pukul 4.15 sore, Michi keluar dari hotel itu dan naik ke dalam sebuah
taxi. Ketika taxi itu meluncur pergi, mobil Renault dengan pria berpakaian anorak
hijau itu meninggalkan tempat parkir di depan hotel itu, mengikuti taxi itu
AGEN FBI itu keluar dari kamar tidur dan berjalan ke jendela depan, berdiri di
samping Decker. Bersama sama mereka melihat ke bawah pada mayat Dorian Raymond di atas
marquee pintu hotel, sepuluh lantai di bawah itu.
Decker berpaling pada agen FBI yang juga anggota gugus tugas LeClair itu.
"Apakah yang kaudapatkan?"
Agen itu mengerutkan bibir. "Kosong. Tidak ada tanda tanda orang masuk
dengan paksa. Tidak ada tanda tanda bekas pergumulan. Jendela tidak pecah.
Sidik sidik jari cuma punyanya sendiri. Tetangga tidak mendengar apa pun."
Decker berkata, "LeClair tidak menyukai
ini. "LeClair tidak pernah menyukai sesuatu."
"Kopernya tidak mengatakan apa apa" Isterinya bilang bahwa Raymond
berkemas kemas untuk pindah kembali ke tempatnya. Jadi, mengapa
membunuh diri?" Beberapa saat kemudian pintu apartemen itu dibuka dan Decker melihat
mereka itu. Orang orang dengan kamera, orang orang membawa lampu lampu
sorot, yang membawa alat perekam, yang membawa mikrofon. Penonton
penonton suatu pesta pora. Siap mengarang sebuah teori yang kiranya dapat
membikin laris surat kabar masing masing.
Sialan, apakah kerjanya ia sendiri di situ" Ia berada di situ karena LeClair
naik pitam, naik pitam karena urusannya dengan Dorian Raymond menjadi
berantakan, terkatung katung. Dan bagaimana pengaruh kematian Dorian itu
atas Romaine" Decker bertanya dalam hati apakah benar Dorian berniat
kembali pada Romaine. Decker berjalan masuk ke dalam kamar tidur itu. Petugas petugas sidik jari,
tukang foto kepolisian dan detektif detektif pemeriksa telah selesai untuk
sementara itu. Decker seorang diri saja dalam kamar itu.
Decker, dengan kedua tangan dalam saku saku mantel, duduk di atas tempat
tidur itu. Bunuh diri atau dibunuh oleh keluarga Molise. Apa pun alasannya,
tidak pernah menguntungkan bagi mafia membunuh seorang anggota
kepolisian. Decker sudah mau berdiri dari tempat tidur itu, ketika matanya menangkap
sesuatu di bawah kaki sebuah meja dalam kamar itu. Decker bergerak,
tangannya menjangkau benda itu. Dan jantungnya hampir berhenti berdetak.
Decker menoleh, melihat apakah ia benar benar sendiri saja di situ. Kemudian
dipandangnya benda dalam tangannya itu. Sebuah kijang kecil sekali, sebuah
contoh indah dari margasatwa origami.
Decker memasukkannya ke dalam saku, lalu
berdiri. Ia merasa mual, panas, berpeluh. Ia memerlukan udara segar. Decker
bergegas keluar dari kamar tidur itu, menyeberangi ruangan duduk, kemudian
membuka pintu, menembus kerumunan wartawan itu sampai ia mencapai
tangga. Decker membuka pintu darurat, keluar.
Decker menarik nafas dalam dalam, menyedot udara lewat mulutnya,
kemudian pelan pelan menuruni tangga. Di dalam sakunya itu, kijang kecil itu
seakan akan membakar menembus kulit. Decker berjalan terus memasuki
kegelapan pekat , tanpa mengetahui dan tanpa perduli ke mana ia pergi.
Setibanya di tangga berikutnya, Decker berhenti dan muntah muntah.
Bersambung ke Lima C H A N B A R A Drama tradisional Jepang yang melibatkan permainan pedang, dengan
pilihannya antara giri, kewajiban, dan ninjo, perasaan atau kecenderungan.
SELAMA DUA HARI sejak kematian Dorian Raymond, Sparrowhawk hanya tidur
enam jam. Yang membuatnya tidak bisa tidur adalah kebohongan besar, bahwa
Dorian Raymond telah membunuh diri.
Sparrowhawk juga bingung. Michelle Asama telah menggali lubang, dan
Sparrowhawk menyadari kalau ia tidak mendorong wanita itu ke dalam lubang
galiannya sendiri itu, maka ia sendiri, Sparrowhawk, yang akan didorong ke
dalam lubang itu. Sparrowhawk saat itu duduk di dalam kantornya di MSC, Robbie Ambrose
duduk di sebelah kirinya. Mereka sedang mendengarkan laporan dari seseorang
yang menelefon dari Paris.
"Jadi, selama tinggal di Paris nona Asama selalu dalam pengawasan?"
"Ya. Kami mempunyai orang di lobby selama duapuluh empat jam. Kami
mengetahui apa yang dilakukan nona Asama di dalam hotelnya."
"0, ya" Apa yang dilakukannya?"
"Bisnis. Tidak ada telefon, ia menulis surat surat."
"Dan kepada siapa surat surat itu ditujukan?"
"Itu tidak dapat kami ketahui.
Ia mengeposkannya sendiri. Kemarin,
ketika ia berbelanja."
Sparrowhawk memukul meja. "Sialan! Ia seorang wanita bisnis yang sangat
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhati hati, atau ia mengetahui bahwa dirinya diawasi. Jadi, kau dapat
memastikan bahwa ia tidak pernah meninggalkan Paris sejak tiba di sana?"
"Pasti. Ia masih berada di sini, mengurus bisnis di luar hotelnya."
Sparrowhawk berbicara lagi. "Dan kau sendiri melihatnya meninggalkan
hotel untuk pertama kali sejak tiba di sana, dan menuju langsung ke butik St
Laurent itu?" "Ya. Dua orang kami yang mengikutinya. Kedua orang melihatnya.
Pakaiannya. Bermantel kulit bulu putih, topi besar, kacamata hitam dan syal
menutupi mulutnya." Robbie yang sejak tadi memijat mijat sebuah bola karet, melemparkan bola
itu ke atas untuk ditangkapnya kembali. "Siapakah orang berkedok itu?" Ia
bergurau/. Sparrowhawk melemparkan sekilas pandang marah ke arah Robbie.
Bergurau! Sparrowhawk nyaris berbicara lagi, ketika kepalanya tiba tiba
menyetak ke arah Robbie. "Apa katamu?"
"Aku?" Suara di seberang sana bertanya heran, "Aku tidak mengatakan apa
apa." "Bukan kau, yang kumaksudkan Robbie. Rob bie, apakah yang baru saja
kaukatakan itu?" "Aku cuma bergurau, mayor. Sorry."
"Tidak apa apa, Robbie. Ulangi saja kata katamu tadi."
Robbie mengangkat bahu. "Aku cuma mengatakan 'siapakah orang berkedok
itu"' Sparrowhawk kembali pada telefon itu. "Dieter, maafkan aku. Kau tadi
melaporkan tentang keluarga tuan Ishino, teman nona Asama itu. Tolong kau
jelaskan lagi mengenai keluarga itu."
"Yah.... tuan Tetsuo Ishino mempunyai tiga orang anak. Dua anak lelaki dan
seorang anak perempuan."
Sparrowhawk melihat kepada Robbie. "Coba terangkan mengenai anak
perempuannya itu." "Kami tidak mempunyai fotonya, tetapi itu bisa diatur. Kudengar ia cantik
sekali. Berusia duapuluh sembilan. Mempunyai dua orang anak, seorang anak
laki laki dan seorang anak perempuan."
"Duapuluh sembilan, katamu. Muda. Kira kira seusia nona Asama."
Robbie tiba tiba berhenti bermain dengan bola karet itu. Sparrowhawk terus
memandang pada Robbie. "Dieter, kau tidak sampai mengikuti nona Asama
masuk ke dalam butik itu, bukan?"
"Tentu saja tidak. Akan terlalu menarik perhatian. Itu tempat wanita
melulu. Kami menunggu di luar. Kami melihatnya masuk, kami melihatnya
keluar." "Kau melihat seseorang masuk, kau melihat seseorang keluar."
"Aku tidak mengerti "
Sparrowhawk memijat mijat lehernya yang tegang. "Luar biasa. Sungguh luar
biasa. Oke, laporanmu kuterima, Dieter. Kirimkanlah rekening langsung atas
namaku." "Baik. Terima kasih."
"Aku yang berterima kasih padamu. Sampai jumpa lagi, Dieter." "Au revoir,
monsieur, sampai ketemu lagi, tuan."
Setelah meletakkan pesawat itu, Sparrowhawk berkata kepada Robbie, "Ia
melakukan pergantian itu di Amsterdam. Anak perempuan Ishino memakai
pakaian Michelle Asama, kemudian naik pesawat pribadi ayahnya, memancing
orang orang Dieter melakukan pengejaran sia sia. Sementara itu, Michelle
Asama tanpa diketahui orang kembali ke New York, menyingkirkan Dorian, dan
berangkat kembali ke Paris. Di sana ia berganti lagi, menjadi Michelle Asama
kembali setelah meng'aplos1 nona Ishino itu."
Robbie berkata. "Orang orang Dieter yang merusaknya. Wanita itu
mengetahui dirinya diawasi."
"Itu sekurang kurangnya. Satu hal yang jelas: sasarannya adalah kita
berempat. Dirimu, diriku, Dorian dan Paul Molise. Dorian dan Paulie sudah
mampus." "Decker. Kaupikir ia bersama wanita itu dalam urusan ini?"
Sparrowhawk menggelengkan kepala. "Negatif."
"Bagaimana kau dapat memastikan itu?"
"Sederhana. Ketika Dorian menghadap pada penciptanya, Decker mengajar
karate di West Side. Ada lebih dari duapuluh saksi mata. Ketika Dorian terjun
dari jendela kamarnya, Decker sibuk di markas distriknya. Dan akhir nya, jika
Decker mau menyingkirkan kita, maka itu sudah dilakukannya lama
sebelumnya." "Jadi, kau berpikir wanita itu keluarga George Cnihara."
"Perbuatan perbuatannya akhir akhir ini menunjuk kearah itu.Maka
sampailah kita pada kenyataan yang lebih keras lagi. Kalau kita tidak
menyingkirkan nona Asama itu, maka pada waktunya ialah yang akan
menyingkirkan kita."
Sparrowhawk dan Robbie saling pandang. "Aku mengatakan ini dengan
keengganan, Robbie.Kau mengetahui bahwa aku telah berjanji tidak akan
memintamu mengotori tanganmu dengan pekerjaan macam ini, kecuali kalau
memang perlu sekali. Agaknya sudah pasti bahwa nona Asama itulah orang
misterius yang datang dengan mobil ke tempat Chihara, enam l.nhun berselang
dan yang pada waktunya diberi peringatan
sehingga ia langsung menghilang pergi. Selama enam tahun ini ia mempersiapkan diri untuk
bertindak." "Kita tidak akan menyerahkannya kepada Gran Sasso?"
"Robbie, pikiran Paul Molise senior tidak bisa bekerja rasional sejak kematian
anaknya. Keadaannya berganti ganti antara kesedihan sangat dan teriakan akan
darah. Kau melihat sendiri bagaimana Pangalos dan Quarrels tanpa banyak pikir
disingkirkan." Sparrowhawk menyalakan sebatang sigaret turki. "Kalau Michelle Asama
sampai berbicara pada orang orang mafia itu, kurasa kitalah, dirimu dan diriku,
yang akan dirugikan. Kitalah yang bertanggung jawab atas yang terjadi atas diri
Paulie. Paul senior dalam keadaannya sekarang, mungkin sekali akan menarik
kesimpulan itu. Begitu juga Gran Sasso dan Allie Boy. Dan kalau diketahui
bahwa nona Asama mendapat bantuan dari tuan tuan Jepang tertentu, aku
tidak akan heran kalau Molise cs akan memutuskan untuk menyingkirkan kita
sebagai jalan terbaik untuk menghindari kesulitan dari orang orang Jepang itu
di masa datang." Sparrowhawk menghembuskan asap biru dari mulutnya. "Tidak, Robbie,
lebih baik kalau kita yang menyingkirkan nona Asama itu."
Robbie mencengkeram bola karet itu. "Kapankah aku berangkat ke Paris?"
"Segera." Sparrowhawk berkata tanpa ragu ragu. "Dan barangkali kau
ingin berlibur beberapa hari lamanya di Paris?"
Robbie menggelengkan kepala. Tidak, tetapi terima kasih, mayor. Aku harus
segera kembali. Ada beberapa pertandingan yang harus kuikuti. Kemudian aku
harus memusatkan diri pada turnamen suibin bulan Januari itu. Pada waktu
itulah aku dapat menikmati kota Paris."
"Terserah kaulah. Decker tidak berminat mengikuti turnamen di Paris itu,
eh?" Robbie mendengus. "Kau bergurau" Ia sudah tidak mempunyai keberanian
itu." "Sayang. Aku ingin melihatnya dirobohkan. Tetapi, oke, kau segera
berangkat. Dan berhati hatilah. Harus kauingat, bahwa sudah tiga orang yang
kita ketahui telah dibunuh oleh wanita itu. Dengan tangannya sendiri. Jangan
semberonp atau terlalu meremehkannya." Menertawakan,' pikir Sparrowhawk.
Takut pada seorang wanita. Tetapi, Michelle Asama bukan seorang wanita
biasa. Robbie melemparkan bola itu, menangkapnya kembali.
Aku tidak meremehkan nya, mayor. Tetapi sudah memastikannya. Wanita itu
sudah tidak ada." PADA PUKUL 7:00 petang, Michi berdiri di atas balkon kamar hotel itu,
memandang ke seberang, lewat atap atap rumah, ke arah menara Eifel.
Sesaat kemudian ia masuk kembali ke dalam kamar tidurnya, melepaskan
semua pakaiannya, dan mandi. Setelah memakai kimono sutera, ia duduk
mengatur jadwalnya untuk hari esok. Esok hari akan merupakan hari yang
sibuk. Adalah sebaiknya ia tidur tidak terlalu larut malam.
Terdengar ketukan atas pintu kamarnya. Pelayan hotel, pikir Michi, tetapi
sesaat kemudian menyimpulkan bahwa itu tidak mungkin.
Michi berdiri dari kursinya, "Siapakah itu?"
"Manny." Tangan Michi melesat ke dada, ke atas jantungnya. Ia begitu bergairah
sehingga geraknya menggulingkan sebuah kursi. Dengan hati bahagia ia berlari
ke pintu, membukanya dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Decker.
Merupakan suatu kejutan bagi Michi ketika disadarinya bahwa sikap Manny
sangat bercadang. Bahkan berusaha melepaskan diri dari pegangannya. Michi
menatap pada Manny. Manny mengelak membalas tatapan mata Michi. Manny tampak lelah, kurus,
seperti terkuras secara emosional. Ada sesuatu yang meresahkan Manny.
"Di dalam," Manny berkata, suara dan nadanya formal.
Michi melangkah mundur, membiarkan Manny masuk, dan menutup pintu.
Michi berkata, "Ada apa, Manny" Katakanlah padaku."
Decker memandang pada Michi, lama. Kemudian mengeluarkan tangan dari
saku mantelnya Mata Michi melesat ke kijang kertas lavender yang di telapak
tangan Manny yang diulurkan padanya.
"Aku menemukannya di apartemen Dorian," Decker berkata. "Dan, o ya, ia
sudah mati." Dengan lembut, Decker meletakkan kijang kertas itu di atas meja kopi, lalu
melepaskan topi. "Terjadi kemarin dulu malam. Keluar jendela dan sepuluh
tingkat ke bawah." Decker memandang pada Michi, dan Michi melihat kesedihan di dalam mata
Manny. Ia melihat keletihan dan ia melihat ketakutan Decker pada
pengkhianatan yang mengapung di udara.Namun Manny tidak akan mau pergi
iiebelum mengetahui semuanya.
Decker berkata. "Kau telah tidur dengannya?"
Michi menggigil dan menundukkan kepala.
Ketika Decker berbicara, suaranya serak karena kepedihan. "Bolehkah aku
duduk" Lututku agak menggangguku. Biasanya begitu kalau udara lembab."
Michi memalingkan muka. "Kau datang untuk menangkap diriku?"
Decker melihat pada kijang kertas itu. "Entahlah. Sialan, aku tidak tahu.
Aku datang untuk mendapatkan jawaban jawaban. Kini kudapatkan sebuah. Aku
telah berharap harap bahwa itu tidak benar." Decker memejamkan mata. "Ya
Lambang Kematian 3 Mata Elang Karya Hey Sephia Golok Maut 3
yang terpasang tinggi di atas dinding; dan Decker begitu tenggelam dalam
cinta, diayun kenikmatan, dalam kebahagiaan dan sepenuhnya menjadi
taklukan Michi. Decker merasa mengantuk. Siap untuk tidur.Dalam keadaan setengah
sadar,ia merasa Michi menjilat darah dari mulutnya, darah
yang keluar dari gigitan gigitan Michi
dan kemudian, lidah Decker bertemu dengan lidah Michi dan ada rasa darah
bercampur dengan kelembutan manis mulut Michi itu. Decker menyadari bahwa
selama Michi mencintai dirinya, ia akan menyerah pada apa saja yang diminta
Michi dari dirinya. Penyerahan diri Decker memang sepenuhnya dan
selengkapnya. "Kau," Decker berbisik, dan dalam kata yang hanya sebuah itu adalah seluruh
dirinya, dan seluruhnya itu pula yang dipersembahkannya kepada Michi.
PROBLEMNYA, sebagaimana Ellen Spiceland melihatnya, adalah, bahwa
kaishaku itu berpindah pindah dari kota satu ke kota lainnya.Maka ia, Ellen
Spiceland, harus berbicara dengan Manny, yang adalah seorang karateka.
Telefon di dapur itu berdering dan Ellen
mengangkatnya, tidak mau suara itu membangunkan Henri, suaminya. "Hello?"
"Ellen" Manny di sini."
"Ah, presis orang yang kuperlukari. Bagaimana keadaan di sana?"
"Repot dengan tuduhan tuduhan penyerangan dari penjaga penjaga
Buscaglia. LeClair tidak menghendaki aku membuang buang waktu dengan
urusan itu di pengadilan. Yang terpenting adalah rencana tempat duduk di
oditorium itu. Bukti kami terhadap Pangalos dan Quarrels."
"Ada bahan baru mengenai siapa pembunuh Molise?"
"Kosong. Tidak ada tanda tanda perang gang. Tidak ada petunjuk datangnya
pembunuh sewaan dari kota lain. Tidak ada tanda keributan dalam keluarga
Molise. Barangkali Molise dan pengawalnya itu secara kebetulan saja berada di
tempat salah pada saat yang salah pula."
"Siapakah yang akan menggantikan Paul Molise junior itu?"
"Entah. Untuk sementara ini Gran Sasso, Johnny Sass mengoper pimpinan.
Paul senior belum pulih dari goncangan. Siapa pun yang akan menggantikan
junior, tugasnya yang pertama adalah soal pembunuh Paulie itu. Ada apakah
dengan Raoul dan perempuannya?"
Raol adalah calo dominika yang menikam Yoshi Tada hingga mati.
"Cuma tuduhan penganiayaan,"
"Suatu lelucon.Hakim hakim tolol."
"Kau belum mendengar semuanya. Bambi, perempuan Raoul itu, sekurang
kurangnya kena dua jenis penyakit kelamin. Seandainya Tada masih hidup, ia
sudah kejangkitan sifilis atau herpes."
"Ah, apa betul?"
"Aku mengira kau akan menganggapnya lucu."
"Kita harus sanggup menerima dunia sebagaimana adanya."
"Aku tahu. Tetapi, begini, Manny. Mengenai soal kaishaku
Decker mengeluh. "Ah, sudah kuduga. Sudah kuduga."
"Aku tidak bisa melepaskan itu begitu saja."
"Aku tahu. Oke, bagaimana soal itu?" "Kauberitahukanlah padaku bagaimana aku
dapat menjangkaunya."
"Sialan! Cuma itu yang mau kau ketahui"
Bagaimana menangkap seorang sinting yang berkeliaran memperkosa dan
membunuh dan memukuli wanita hingga mati dengan kedua tangan telanjang"
Begini, Ellen, bagaimana kalau Kanai itu keliru" Bagaimana kalau bukan
seorang, tetapi serentetan kejadian kebetulan?"
"Manny, jangan kaucoba memadamkan semangatku! Kita sama sama
mengetahui bahwa Kanai tidak mencapai kedudukannya yang sekarang dengan
ketololan. Maka kita mulai saja dengan anggapan bahwa ia mempunyai
penglihatan yang tajam."
"Kalau kau anggap begitu, oke. Sesungguhnyalah, kau memang tidak keliru.
Kanai bukan seorang yang dungu. Tetapi, hai.... aku menelefonmu cuma untuk
menceritakan tentang pengadilan hari ini. Jangan kau tonjok tonjok mataku."
"Tolonglah, Manny."
Decker menghela nafas. "Oke, oke."
"Bagaimana caranya aku dapat menjangkau jahanam itu" Di manakah aku
harus memulai" Maksudku, ia ada di mana mana. Aku telah berbicara dengan
kapten dan aku diijinkan mengumpulkan keterangan. Pertama, karena seorang
wanita telah terbunuh di New York, dan kedua, karena aku seorang wanita, dan
kapten tidak ingin kalau aku berteriak teriak tentang diskriminasi atau sexisme
atau yang sejenisnya."
"Aha, pemerasan."
"Sialan. Tetapi, bagaimanapun, aku tidak dapat terus menerus memerasnya.
Kalau aku tidak menemukan akal, segera, maka akan 'selamat tinggal' kaishaku,
dan aku akan harus kembali ke dunia nyata."
"Kanai bilang, orang itu seorang karateka, dan ia berkeliling. Mungkin saja
seorang salesman. Tetapi, Kanai juga mengatakan bahwa orang itu pasti hebat,
akhli benar. Sehingga kecil kemungkinannya cuma seorang salesman."
"Mengapa?" Decker berkata, "Seorang salesman tidak akan mempunyai waktu untuk
berlatih. Dan itu satu satunya cara untuk menjaga kondisi. Mungkin ia seorang
pekerja, yang berpindah pindah tugas. Maka, beginilah kau memulai....
Garaplah kota kota yang telah disebutkan Kanai itu......"
Ellen berkata, "New York, Atlantic City, Dallas, San Francisco. Hai, tunggu
dulu, bukan Atlantic City, tetapi suatu kota di luar Atlantic City. Kota kecil
sekali. Aku lupa namanya, tetapi ada catatanku di kantor."
"Tidak menjadi soal., Te.... Hai, kemarin seorang teman mengingatkan
padaku mengenai veteran dobel, serdadu serdadu amerika yang memperkosa
dan membunuh wanita wanita di Vietnam."
"Hebat benar amerika kita ini!"
"Ya, aku tahu. Bagaimana pun, kumpulkan alamat dojo dojo di kota kota itu.
Klub klub karate. Dapatkan daftar daftar anggotanya.Itu tidak akan gampang,
dan bisa kaudapatkan nama segudang. Dalam klubku saja ada seratus dua puluh
orang anggota." "Ya, dewa." Ellen berhenti mencatat. "Manny, kau bilang klub klub karate. Bagaimana
dengan judo?" "Judo itu teknik melempar, bukan memukul. Sedang jahanam kita itu
seorang yudawan. Menggunakan kedua tangannya. Hai...hai...."
"Ada apa, Manny?"
"Oh, tidak apa apa., Aku cuma teringat akan sesuatu yang dikatakan Kanai.
Katanya, ia tidak menghendaki bedebah itu ikut dalam turnamen di Paris yang
akan dilangsungkan bulan Januari mendatang. Sedangkan kaishaku itu seorang
yudawan dan mungkin saja ikut serta dalam pertandingan itu. Turnamen, ya
dewa, mengapa tidak kulihat sebelumnya?"
"Melihat apa, Manny?"
"Yudawan yang berpindah pindah tempat. Turnamen. Pertandingan.
Kompetisi. Di situ lah kau memulai!"
Mata Ellen berkilat kilat. "Manny, kau memang seorang pria manis.
Kedengarannya kena sekali. Bagus sekali. Aku tidak mengetahui apa apa
mengenai seni bela diri itu, kecuali bahwa orang memakai piyama kalau
melakukannya." "Itu gi, ngawur! Bukan piyama."
"Oke, oke. Jadi, menurutmu, orang kita itu berkeliling, berpindah pindah
melakukan pertandingan pertandingan?"
Decker menahan Ellen. "Sabar, Ellen. Jangan terlalu terbawa oleh harapan.
Ini cuma sebuah teori."
"Tidakkah pekerjaan kita memang menyusun nyusun teori?"
"Kau mesti mencari tahu apakah ada suatu
pertandingan di kota kota itu pada sekitar waktu seorang wanita terbunuh.
Kauhubungilah penerbitan penerbitan mengenai seni bela diri."
Decker memberikan delapan nama penerbitan itu, tiga buah di antaranya di
Los Angeles. "Daftar yang bertanding pada setiap pertandingan itu," Ellen menulis dalam
buku catatannya. "Ellen, kini telah kaubangkitkan
minatku. Kalau kaudapatkan nama nama itu, kauperlihatkanlah padaku. Siapa
tahu" Barangkali dapat kuperiksa dengan komputer mentalku yang sudah tua
ini." "Manny, aku tidak perduli apa kata orang tentang dirimu, aku mencintaimu.
0 ya, segala sesuatu beres?"
Decker bercerita kepada Ellen tentang Michi.
Tidak seluruhnya, bahkan tidak sebagian besar. Hanya, bahwa kini ada seseorang istimewa
dalam hidupnya, seseorang yang lama berselang telah ditemukannya dan kini
bertemu kembali. Dan bahwa mereka berjalan bersama tanpa tergesa gesa.
Penuh harapan. "Ia selalu bepergian mengurus bisnisnya. Ia berjanji akan kembali," Decker
berkata. "Sebaiknya itu ia lakukan, Kalau ia sampai menyakiti hatimu, akan kuhajar
pantatnya yang putih hingga biru kehitam hitaman."
"Ia seorang Jepang."
"Apa pun. Manny, terima kasih, ya" Aku bersungguh sungguh. Manny."
"Kau tidak usah berterima kasih padaku. Kau yang benar. Bedebah itu, siapa
pun ia, memang sepatutnya mampus. Barangkali kita akan mujur dan sekurang
kurangnya menyingkirkannya dari jalanan jalanan."
"Ya, bisa terjadi pada siapa pun, Manny. Diriku. Bahkan pacarmu, siapa pun
ia itu." Decker diam saja. Kemudian, "Ya, bahkan ia. Tetapi tahukah kau, apa yang akan kulakukan
kalau itu terjadi" Akan kubunuh bedebah itu. Aku bersumpah bahwa akan
kubunuh ia. Tidak perduli ia itu siapa, di mana ia bersembunyi atau
disembunyikan atau berapa lama diperlukan waktu untuk menemukannya, aku
akan menemukannya dan membunuhnya."
TREVOR SPARROWHAWK memandang dengan puas keluar jendela rumahnya di
Connecticut. Berapa besarkah kekuasaan yang telah diberikannya kepada Giovanni Gran
Grasso dan Alphonse Giulia, keponakan Don Molise itu"
Beberapa hari yang lalu, setelah Paul Molise junior dibaringkan untuk
selamanya dalam sebuah kuburan di Long Island, telah di adakan suatu
pertemuan dengan Gran Sasso dan Giulia di tempat duduk belakang yang luas
dan mewah dari sebuah mobil panjang, selama perjalanan kembali ke
Manhattan. Hanya Sparrowhawk seorang yang menghadiri pertemuan itu.
Hingga saat itu, Sparrowhawk hanya berurusan dengan Paul junior, yang,
bagaimana pun masih dapat diajak berbicara, tak seperti anggota anggota
keluarga Molise lainnya yang lebih keras kepala. Nampaknya kekuasaan lama
harus mengalah pada kekuasaan baru; dan yang baru itu, Sparrowhawk
khawatir, akan lebih sulit dihadapi.
Gran Sasso dan Giula merupakan pasangan yang tidak suka pada kompromi.
Gran Sasso, Johnny Sass, berusia enampuluh lebih, mendekati tujuhpuluh,
berambut putih dan sangat mengagumi Mussolini. Keakhliannya adalah dalam
korupsi , dan dalam penyogokan hakim hakim, pembesar pengadilan, kaum
politik dan kepolisian. Satu satunya anggota keluarga Molise yang dalam perasaan
Sparrowhawk merupakan tandingan intelektual bagi dirinya "dan bahkan
mungkin lebih unggul" adalah consigliere itu yang paling ditakutinya.
Alphonso Giulia, juga dipanggil Allie Boy, berusia empatpuluhan. Ia yang
menangani kepentingan kepentingan keluarga Molise di bidang narkotika.
Di mata Sparrowhawk, Allie Boy adalah seorang pemurung, kasar dan tidak
bijaksana dalam kata kata dan kelakuan, serta selalu penuh curiga.
Nah, keluarga gang Molise, yang tidak pernah pandai dalam diplomasi,
memperagakan bahwa merekalah yang berkuasa. Dan Sparrowhawk sebaiknya
mengikuti kemauan mereka kalau ia tidak mau disingkirkan.
Gran Sasso memandang keluar jendela mobil itu. "Satu urusan yang harus
kaulakukan, yaitu menemukan pembunuh Paulie. Tidak usah kau membantah
dengan mengatakan bahwa kau tidak melibatkan diri dalam kegiatan dan
bidang tertentu, bagaimana kau mau tanganmu selalu bersih. Kaulupakanlah
citra perusahaanmu itu. Yang harus kaupikirkan adalah mengenai Paulie. Ia
mati." "Paulie seorang yang baik," Allie Boy berkata dengan suara melengking
tinggi. "Tidak ada istirahat sebelum kita mendapatkan orang yang
membunuh Paulie. Nah, kau kerjakanlah itu. Serahkan anjing itu pada kami.
Akan kita bikin sehingga ia menyesal telah dilahirkan.";
Sparrowhawk meluruskan lipatan jas berduka yang dipakainya itu. "Aku
percaya. Tetapi kalian tentu mengetahui bahwa hingga sekarang tidak ada
petunjuk petunjuk apapun yang d^apat dipakai sebagai pegangan."
Michelle Asama menyelinap ke dalam pikirann Sparrowhawk.
Tetapi, tentu saja akan gila sekali kalau itu disebutkannya pada kedua
gembong mafia itu. Sparrowhawk memang menaroh kecurigaan kecurigaan tertentu pada wanita
itu, namun itu pun harus diperiksa dan dicocokkan.
Andaikan, bahwa nona Asama itu mempunyai hubungan keluarga dengan
almarhum George Chihara. Kehadiran wanita itu di New York bisa berarti
sesuatu yang amat buruk bagi orang orang yang bertanggung jawab atas
kematian Chihara. Orang orang itu adalah ia sendiri, Sparrowhawk, kemudian:
Robbie, Dorian. Dan Paul Molise. Mungkinkah ada wanita yang seberbahaya itu"
Bayangan akan kehilangan nyawa bukanlah sesuatu yang menarik bagi
Sparrowhawk. Gran Sassc menekan sebuah tombol, dan kaca penyekat antara tempat
duduk belakang dan tempat duduk depan naik secara otomatikal. Gran Sasso
bercondong ke arah Sparrowhawk dan berkata, "Akan kuberikan suatu ide
padamu, dimana kau dapat memulai pelacakanmu. Saigon. Mulailah dari
Saigon." Sambil menggaruk perutnya, Sparrowhawk merasa kepastian bahwa dirinya
akan mencapai usia tua menjadi rapuh.
SPARROWHAWK menyeberangi kamar kerja yang penuh dengan buku itu dan
membuka pintu. "Unity, sayang, mereka sudah datang. Bawalah keju dan
biskuit ke dalam kamar kerjaku. Kopi untuk Dorian. Robbie minum yang
menjadi kebiasaannya."
"Baiklah, sayang."
Rumah yang dihuni Sparrowhawk bersama isteri dan anak perempuan
mereka, berasal dari abad ke tujuhbelas. Rumah itu dikawal ketat. Dan
hubungan Sparrowhawk dengan polisi setempat baik sekali.
Yang berkeliaran di atas tanah milik itu adalah juga tiga ekor anjing jaga
alsatian yang terlatih. Salah satu senjata yang selalu siap ditembakkan dan
disembunyikan di tempat tempat stategik di rumah itu, dan yang paling
dahsyat, adalah sebuah senapan laser setengah otomatik buatan amerika, yang
menembakkan tigapuluh butir peluru kaliber .22 per detik, dengan kekuatan
menembus dinding atau memotong batang pohon.
Seluruh sistem keamanan di rumah Sparrowhawk adalah yang paling
mutakhir. Dalam keadaan terkurung orang masih dapat
bertahan tanpa menderita kelaparan selama berhari hari lamanya.
Pada usia duapuluh satu tahun, anak perempuan Sparrowhawk, Valerie,
adalah seorang wanita yang cantik, intelijen dan berdisiplin, dengan rasa
humor dan mempunyai pikiran yang bebas. Valerie berperawakan tinggi, sekali
pun tidak setinggiibunya, dengan rambut pirang, mata biru dan berkulit mulus
sekali. VaLerie mempunyai banyak kepandaian, seorang sarjana yang
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cemerlang, dan pada tahun terakhir di Yale University.
Yang paling menyenangkan Sparrowhawk adalah, bahwa Valerie tidak sok
dan tidak tergila gila pada kecantikan dirinya. Dan Valerie mengharapkan dari
kehidupan apa yang mampu dicapainya. Bagi Sparrowhawk, tidak ada pujian
yang lebih tinggi daripada sifat sifat anak perempuannya itu.
"Ayah?" Valerie berdiri di pintu kamar kerja itu , bertelanjang kaki dalam celana
jeans dan kemeja kaos universitas, menggendong setumpukan buku. Boadicea,
seekor kera kecil peliharaan, duduk di atas bahu Valerie.
"Aku mesti belajar," Valerie berbicara dengan suara hampir tanpa logat
inggris setelah enam tahun di amerika. "Akan kutinggalkkan ayah dengan kawan
kawan ayah untuk menentukan nasib peradaban barat."
Valerie tidak menaroh perhatian sedikit pun pada Dorian atau Robbie. Bagi
Valerie, Dorian adalah seorang yang aneh. Tentang Robbie ia tidak berbicara
banyak, hanya menyatakan bahwa ia menganggap Robbie menyeramkan,
namun tidak mengetahui presis bagaimana atau di mana letak keseraman itu.
Sparrowhawk pernah berharap bahwa kedua anak muda itu dapat saling cinta
mencintai dan kemudian barangkali menjadi suami isteri, tetapi Valerie sama
sekali tidak berkecenderungan ke arah situ. Mereka cuma saling mengucap
'hello', tidak lebih dari itu. Unity yang akhirnya memberitahukan kepada
suaminya. "Valerie tidak suka pada Robbie; tidak akan pernah menyukainya.
Valerie akan mencintai seorang pria yang cocok dan layak bagi dirinya, tidak
asal sembarang pria. Dan Robbie bukanlah pria itu, Trevor, dan kurasa kita
berdua 6ama sama mengetahui akan hal itu."
Tentu saja Unity benar. Bukannya bahwa Valerie kekurangan pria yang
menaroh minat pada dirinya. Bahkan pernah pria terkaya di Waterbury, seorang
tua bangka dengan pacu jantung, pernah menawarkan duapuluh lima hektar
tanah real estate kelas satu di Connecticut kalau Valerie mau kawin
dengannya. Puteri Sparrowhawk tidak menaroh minat sedikit pun.
Kini ia melambaikan tangannya kepada Sparrowhawk sambil meninggalkan
kamar kerja itu. Ah, sayang bahwa Robbie bukan orangnya, pikir Sparrowhawk.
Namun, hal hal seperti itu tidak dapat dipaksakan, teristimewa dengan seorang
gadis muda yang begitu berpikiran tidak tergantung. Sparrowhawk cuma dapat
bertanya tanya, siapakah gerangan pria yang cocok bagi Valerie itu kelak.
Sebab, Valerie Leslie Judith Sparrowhawk memang seorang gadis yang
berpribadi. "SEPERTI KALIAN SUDAH MENGETAHUINYA, TEMAN TEMAN ITALI KITA
SEPENUHNYA GADUH BERKENAAN DENGAN PEMBUNUHAN PAULIE," Sparrowhawk
berkata kepada Robbie dan Dorian yang duduk di atas sofa kulit itu. "Yang tidak
kalian ketahui adalah, bahwa Gran Sasso dan Alphonse, dengan kebijaksanaan
mereka yang maha hebat, telah mendekretkan bahwa MSC harus memainkan
peranan utama dalam pelacakan pelaku kejahatan itu."
Dorian berhenti menyesap kopinya. "Sialan. Jadi, kita berkumpul di tempat
anda ini karena tempat ini aman, karena pada saat ini polisi dan gugus tugas itu
menyelidiki semua orang Molise dan setiap orang yang mendekati mereka itu.
Kalau kita mengorek ngorek perkara Paulie itu, maka itu sama saja dengan
mengatakan bahwa MSC adalah mafia pula."
"Kau benar sekali," kata Sparrowhawk.
"Itu memang akan melenyapkan segala yang telah kuusahakan bagi MSC. Yang
mau diketahui oleh kekuatan kekuatan hukum dan ketertiban umum adalah,
siapa yang akan mengisi tempat yang ditinggalkan kosong oleh Paulie
itu.Bahkan saat ini informasi mengenai itu mungkin sudah beredar luas."
"Allie Boy dan Johnny Sass," Robbie berkata. "Padahal Allie Boy itu wah! Ia
mempunyai seorang gadis kuba di Long Island
City. Ia tidak mau ,ke tempat wanita itu,
tidak mau membawanya ke sebuah motel.
Khawatir kalau ada pemasangan alat mata mata atau sejenisnya. Ia begitu
ketakutan diawasi atau dimata matai, sehingga digarapnya, wanita itu di
bangku belakang sebuah station-wagon. Setiap kali Allie Boy-meninggalkan
tempatnya dengan station wagon itu, sudah bisa dipastikan ke mana ia akan
pergi dan apa yang akan dilakukannya."
"Aha, siapa bilang romans sudah mati?" Kata Sparrowhawk. "Namun begitu,
Dorian memang benar mengenai pengawasan atas diri kita itu. Biarpun begitu,
aku diharuskan memeriksa masa Paulie di Saigon. Alphonse dan tuan Gran Sasso
mau mempunyai gambaran terperinci dari apa yang dikerjakan Pauli di sana."
Dorian mengangkat bahu. "Yah, mengapa tidak Saigon. Harus dimulai di
sesuatu tempat, bukan" Ada petunjuk petunjuk?"
"Pada saat ini tidak ada sesuatu secara
pasti. MSC sedang mengerjakan itu. Saigon, Hongkong, Macao, kampuchia,
thailan." Kemudian ditambahkan oleh Sparrowhawk, "Tokyo."
Sparrowhawk memandang pada Dorian. "Itu tempat tempat Paulie
mempunyai bisnis. Dan, tentu saja, orang orang di tempat tempat itu yang
mempunyai bisnis dengan Paulie."
"Bagaimana dengan kepulauan cayman": Dorian bertanya. "Paul ada
mendaftarkan perusahaan perusahaan di sana, dan di Delaware. Juga di New
Jersey." Sparrowhawk mengangat alis. "Itu info
penting juga, Dorian. Dan kami mempunyai sumber sumber kami sendiri dari departemen kepolisian. Namun begitu, kami
menghargai sekali kalau kau selalu memberi
informasi kepada kami mengenai apa saja yang
kau dengar, baik itu dari distrikmu atau
distrik distrik lainnya."
"Oke." "Bagus. Masih ada satu lagi. Keluarga Molise itu merasa bahwa Pangalos dan
Quarrels mungkin akan disekap. Dikirim untuk menemani Jimmy Hoffa,
begitulah kira kira."
"Serangan rangkap?" tanya Dorian.
"Gran Sasso merasa kedua orang itu tidak mau dipenjarakan. Kurasa ada
betulnya juga. I'nngalos sudah dua kali bertemu dengan IfiClair mengenai
rencana kursi oditorium Itu. Aku yakin bahwa LeClair tidak setengah
setengah dalam mengancam. Kalian bisa membayangkan bagaimana kehidupan
di dalam penjara bagi seorang bekas jaksa, dan jaksa federal lagi pula?"
Sparrowhawk menyesap tehnya. "Para nara pidana akan menyobek
nyobeknya. Mungkin sekali akan membunuhnya.Sedangkan mengenai Quarrels,
biar ia seorang pengacara yang pandai, ia seorang tidak bertulang punggung.
Kematian Paulie, dapat dikatakan, membuat kedua orang itu tanpa pelindung.
Gran Sasso tidak pernah menyukai Pangalos. Gran Sasso hanya menenggang rasa
dikarenakan Paul dan pengaruh Paul atas Don Molise. Quarrels juga boleh
dicoret. Dan semua itu karena rencana tempat duduk di oditorium itu!"
Robbie berkata,"Lemparkan kesalahan Decker."
:"Ya dan tidak. Memang Decker yang mencuri rencana itu. Yang penting,
bagaimana Decker bisa mengetahui akan adanya peta dan rencana itu?"
Dorian dan Robbie terdiam.
Dorian yang akhirnya berbicara. "Ada rencana atau tidak ada, kurasa tidak
tepat untuk justru pada saat ini membunuhi orang. Apa lagi Paulie masih
menjadi berita." "Sependapat. Hanya, di dunia ini kekuasaanlah yang menentukan benar dan
salah. Gran Sasso dan Alphonse harus menegakkan kewibawaan mereka dengan
tiadanya wibawa lain. Jadi, tidak ada lain cara lebih baik, daripada
melemparkan seluruh kesalahan pada kedua pengacara itu. Paul pasti akar,
menghadapi masalah seperti ini dengan cara lain, tetapi Paul sudah tidak ada."
Dorian mendengus. "Maka disingkirkanlah mereka itu."
"Begitulah agaknya yang menjadi rencana. Aku memahami keenggananmu,
tetapi itu tidak akan berpengaruh atas kedua jendral baru kita itu. Maka,
cukuplah dengan bersiap sedia melakukan tugas sesuai perintah. Aku akan
mengatakan kapannya."
Dorian berkata, "Asal kau atur mereka berdua di satu tempat pada saat
bersamaan. Aku tidak mau kembali untuk melakukannya dua kali. Tetapi, yah
sialan, aku masih beranggapan itu bukan cara yang tepat!"
Sparrowhawk mengacungkan jari tangan. "0 ya, masih ada satu hal lagi.
Suatu sebab lain mengapa Gran Sasso berpikiran menyingkirkan Pangalos dan
Quarrels adalah untuk melindungi yang terhormat senator Terence Dent. Tuan
Sasso tidak menghendaki senator kita itu diseret ke dalam sekandal oditorium
itu " yang bisa terjadi karena Dent mempunyai kepentingan pula dalam proyek
itu. Dent adalah seorang penting bagi kepentingan kepentingan Molise. Ya,
tidak saban hari orang bisa mempunyai seorang senatornya sendiri."
Dorian menuding pada Sparrowhawk, "Kau katakanlah pada Johnny Sass
bahwa aku menuntut bayaran tinggi untuk pekerjaan ini. Ia menginginkan aku menyingkirkan
kedua orang itu, biar ia membayar dengan betul. Ya dewa, memikirkannya saja
sudah menggerogoti lapisan perutku. Di manakah toilet?"
"0, di ujung koridor itu."
Ketika Dorian sudah meninggalkan ruangan itu, Sparrowhawk menutup pintu
dan berdiri berhadapan dengan Robbie.
"Robbie, dengarkan dengan cermat. Bisa saja terjadi bahwa Dorian
merupakan problem yang tidak kalah berengseknya dengan Pangalos. Aku
berbicara tentang wanita Jepang itu, nona Asama. Mungkin saja wanita itu
mempunyai hubungan dengan George Chihara. Bahkan mungkin keluarga, aku
tidak mengetahui pasti."
"Sialan ! " "Ya. Tetapi jangan singgung singgung hal ini pada Dorian."
"Ah, mayor, hal itu tidak perlu kaukatakan padaku."
"Bagus. Nah, aku kini sedang melakukan penyelidikan intensif atas seluruh
latar belakang wanita itu. Aku belum berniat menyerahkan informasi itu
kepada Gran Sasso atau Alphonse. Belum ada bukti jelas ia mempunyai
hubungan dengan Chihara. Tetapi dari suatu sumber, yang celakanya kini sulit
dihubungi, aku mendapat info bahwa ada seorang wanita mencoba
menyelamatkan Chihara " kurasa nona Asama."
Robbie menggaruk leher, "Kaupikir ia yang menghabisi Paulie" Wah, hebat
betul, kalau memang begitu. Seorang wanita lawan dua orang pria."
"Kalau memang wanita itu, maka ia
berada di sini untuk " Sparrowhawk menunjuk dan berbisik, untuk berbuat
sesuatu terhadap dirimu dan aku. Dan juga
terhadap Dorian." Robbie diam sejenak, kemudian mendengus, "Kalau ia bermaksud sesuatu
terhadap diriku, sebaiknya ia melakukannya dengan sehebat hebatnya."
Sparrowhawk meletakkan tangan di atas bahu Robbie. "Kalau aku
mengatakannya dan jangan sebelumnya, mengerti?"
"Kaulah yang memimpin semua ini, mayor. Kaupikir Dorian bersama wanita
itu melawan kita?" "Tidak. Dorian bersama kita ketika kita mengambil Chihara. Kalau wanita itu
samurai, maka tidak akan ada ampun. Dorian akan harus membayar atas dosa
dosa yang dilakukannya, seperti juga kita. Tetapi, jangan cemas, ini cuma
perkiraan, kalau betul wanita itu malaikat pembalas dendam. Saat ini ia keluar
negeri, flatnya kusuruh geledah dan aku sudah menugaskan seorang agar secara
khusus membuntutinya. Pokoknya, orang yang bisa menyingkirkan Paulie
dengan cara seperti yang telah terjadi, tidak boleh diremehkan."
"Mayor, bagaimana kalau seandainya
benar wanita itu " "Aku ada sebuah rencana: menyerahkan nona Asama kepada mafia itu,
sekalian juga Dorian. Soalnya mereka berdua sahabat akrab. Kita lemparkan
kekhilafan ke atas bahu Dorian." Sparrowhawk berbicara cepat, mengetahui
bahwa setiap saat Dorian akan kembali. "Aku ada juga sebuah rencana
alternatif. Ada kemungkinan kita harus menyingkirkan sendiri nona Asama itu,
dan akan menguntungkan sekali kalau itu kita tangani tanpa ramai ramai. Aku
tidak pernah meminta dirimu melakukan sesuatu pembunuhan sejak kau
kembali di negeri ini. Dan sekarang aku menyiagakan dirimu, kalau kalau...."
Robbie tersenyum menyeringai. Tampak sepuluh tahun lebih mudah.
"Mayor, kau menghendakinya, kau mendapatkannya. Kalau kau berkata ia harus
lenyap, maka ia akan lenyap."
"Hanya sekali ini, Robbie. Setelah ini, tidak lagi. Aku berjanji."
"Hai, jangan cemas. Ia sudah lenyap." Robbie meletikkan jari tangan,
"seperti ini." Pintu kamar kerja itu dibuka dan Dorian masuk. "Hai, aku ketinggalan
sesuatu?" Sparrowhawk berkata, "Kami membicarakan pertarungan
Robbie yang akan datang. Kapankah itu, Robbie?"
"Beberapa minggu lagi. Boston."
Sparrowhawk menepuk bahu Robbie. "Baik sekali bagi perusahaan dengan
adanya Robbie ikut bertanding dan menang terus. Itu promosi top.
Mengesankan sekali bagi para klien."
Karena sedang membelakangi kedua orang itu, mengambil minuman, Dorian
tidak melihat Sparrowhawk dan Robbie saling pandang.
Bersambung ke 4 EMPAT YOIN Suara genta setelah dipukul;
suatu kenangan yang tidak dapat hapus.
LECLAIR BERKATA, "Tuan Manfred, berkat peta dan rencana kecurangan di
oditorium itu, kita kini mempunyai cengkeraman kuat atas Pangalos dan
Quarrels. Sekarang saatnya untuk menggencet.
Pemalsuan pajak, persekongkolan, penipuan,, apa saja. Quarrels sudah bersedia berunding.
Sudah diberikannya bukti yang diharapkan olehnya akan menyelamatkan dirinya dari hukuman." "Misalnya?"
"Nama nama perusahaan Delaware yang dipakai Paul Molise untuk
memutihkan uang yang dibawa masuk kemari dari kepulauan cayman.
Ia juga menyinggung satu dua hal mengenai Marybelle Corporation."
LeClair sibuk membersihkan kuku. "Kata Quarrels, temanmu Kanai menarik
diri dari Golden Horizon."
Decker memandang pada LeClair, "Sudah kujanjikan padamu, dan aku tidak
melanggarnya. Tidak sepatah kata pun kukatakan pada Kanai mengenai kasino
atau o-rang orang dibelakang kasino itu atau tentang pembunuhan atas diri
Baksted. Seperti sudah kauketahui, bahkan sebelum kematian Baksted, Kanai
sudah menaroh curiga."
"Itu betul, itu betul."
Mereka berdua sama sama tertawa. Decker berdiri dan mau meninggalkan
kamar itu. LeClair berkata, "Satu hal lagi, tuan Manfred.
Decker berhenti, berpaling pada jaksa itu. "Jangan terlalu sering
meninggalkan nyonya Raymond sendirian, tuan Manfred."
Decker berpaling lagi. Dan ia tidak juga menjawab. Dengan tenang ia
berjalan ke pintu. Sialan, pikirnya. LeClair mengetahui tentang Michi.
DECKER MEMUTAR KUNCI, mendorong pintu itu dan masuk ke dalam apartemen
Michi. Setelah menutup kembali pintu itu, ia berjalan ke ruangan duduk. Bau
asap cerutu itu masih segar. Dan pintu kamar tidur yang telah ditutup rapat "
kemarin" oleh Decker, kini sedikit terbuka.Decker berkonsentrasi. Ia agaknya
memergoki seseorang. Pelan pelan ia menyeberangi ruangan duduk itu dan bergerak menuju ke
kamar tidur itu. Tetapi, sebelum ia sampai, pintu kamar tidur itu dibuka lebar
dari dalam dan seorang pria dalam mantel kulit yang panjangnya mencapai
lutut keluar dari situ. Kedua tangan pria itu ada di dalam saku.
Kedua tangan itu pelan dikeluarkannya. Yang sebelah kosong, yang sebelah
lagi memegang sebuah lencana polisi.
"Polisi. Kami ingin melihat identifikasi diri anda."
"Kami?" "Partnerku. Di belakang anda."
Decker berpaling. Seorang pria lain keluar dari kamar mandi. Masih muda,
tidak sampai tigapuluh dan berbadan tegap dan kuat. Orang itu mendekati
Decker sambil memukul mukulkan telapak tangan sebelah dan dengan sebuah
obeng. Decker mencium bahaya.
Decker berpaling kembali pada pria bermantel kulit yang harganya paling
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
murah delapanratus dollar itu. "Polisi, katamu. Bolehkah aku melihat lagi
lencana itu?" "Baru saja kuperlihatkan lencanaku, tuan
" "Namaku Decker."
"0. Decker. Kami berada di sini dalam tugas."
"Oh" Coba perlihatkan potsi itu?" 'Mantel
Kulit' mengarahkan telinga
pada Decker, seakan akan ia tidak mendengar jelas.
"Ya, potsi," kata Decker, menarik mantelnya sendiri dari atas tangan yang
memegang pistolnya, sepucuk .38. "Potsi artinya lencana. Seorang polisi
mengenal istilah itu."
Decker mengambil lencana dan kartu identitasnya sendiri dari saku jas,
memperlihatkannya. Dengan pistolnya ia memberi isyarat kepada pria yang
seorang lagi agar maju mendekat. "Kalian memang
hebat. Dua kunci kelas satu pada pintu itu dan kalian bisa langsung masuk.
Tetapi, mungkin kalian tidak lewat pintu depan, eh" Lewat manakah kalian"
Lift angkutan barang" Garasi bawa tanah?"
'Mantel Kulit1 menghembuskan nafas panjang, "Whoooo! Horoskopku
memang mengatakan agar aku hari ini berhati hati bertemu dengan orang."
Decker memalingkan kepala ke arah kanan dan menghindari obeng yang
dilemparkan ke arah kepalanya. Tetapi ia terlambat menghindari hantaman di
atas tulang pipinya. Dalam suatu gerakan lincah, pria yang berkaos hangat
menjatuhkan diri ke atas lantai dan dengan kaki kirinya menendang tangan
Decker yang memegang pistol .38 itu. Pistol itu melayang di udara. 'Kaos
Hangat' beralasan kalau optimis. Ia berlatih seni bela diri, dan ia memang
lumayan. Tendangan itu membuat Decker merasa lengannya mati rasa. Tetapi, ketika
ia melihat 'Mantel Kulit' membungkuk mau memungut pistol yang jatuh ke atas
lantai, Decker tidak menghiraukan rasa nyeri dan melompat maju dan
menendang 'Mantel Kulit' pada iganya, sekali, dua kali, mengangkatnya dari
atas lantai dan melemparkannya menubruk dinding.
Decker berbalik menghadapi 'Kaos Hangat', tepat pada waktunya. Pria itu
bergerak penuh kewaspadaan, mata tak sekejappun meninggalkan wajah Decker. Pria itu melangkah panjang, kemudian
melompat miring tinggi di udara, kakinya ditarik hingga merapat pantatnya. Di
udara itu ia meluncurkan kaki itu, sepatu bot itu mau menjangkau wajah
Decker. Decker merasa serbuan angin ketika kaki itu melesat lewat beberapa inci
dari kepalanya, dan ketika ia berputar, dilihatnya pria kokoh dan besar itu
mendarat indah di atas lantai, diluar jangkauannya. Pria itu seketika sudah
menghadap pada Decker, berdiri miring, bergeser maju.
'Kaos Hangat' mengarahkan tendangan pada sulbi Decker, kemudian cepat
berputar, membelakangi Decker, dan melemparkan sebuah tendangan tinggi ke
arah kepala Decker. Decker melangkah mundur, memijat mijat lengan
kanannya. Merasa kekuatan kembali.
Kini Decker yang melancarkan dua tendangan, mengarah rendah, mengarah
lutut dan pergelangan kaki 'Kaos Hangat'. Orang itu mundur, tetapi tidak jauh,
cuma diluar jangkauan Decker.
Tetapi ia tidak memperhitungkan temannya. Di belakang 'Kaos Hangat' itu,
'Mantel Kulit' berusaha berdiri, menggerenyit merasakan sakit pada iganya. Ia
sudah setengah berdiri, bersandar pada dinding, ketika ia mengumpat, "Sialan,"
dan terkulai kembali, tetapi dengan roboh kearah temannya, jatuh ke
atas temannya dari belakang, menubruk pergelangan kaki temannya.
Kehilangan keseimbangan dan dengan kedua lengan mencari cari pegangan
di udara, 'Kaos Hangat' melihat ke bawah pada temannya, membelakangi
Decker. Itulah kesempatan bagi Decker. Dengan kaki kanan menghantam
belakang lutut pria tinggi besar itu, dirobohkannya lawan itu.
Decker bergerak secepat kilat, melingkarkan lengannya pada leher 'Kaos
Hangat' mencekiknya, sedangkan tangan kiri lewat bawah ketiak pria itu
memegang bahu kirinya, Decker melemparkan diri ke belakang, membawa
serta pria itu. Decker kemudian melingkarkan kedua kaki pada pinggul dan
paha pria itu, memperkeras cekikannya.
Itu dilakukan Decker secukupnya saja, tanpa niat mengubah lawannya itu
menjadi sayuran. Lawan itu berlawan, menggeliat, mencakar cakar pada
lengan Decker. Kemudian melemas. Ketika merasa lawannya mengendor,
Decker melepaskannya, mendorong pria yang pingsan itu ke samping dan
memungut pistolnya.Ia kemudian membungkuk, memeriksa saku saku'Mantel
Kulit'. Tidak ada senjata. Tetapi membawa kartu identitas yang menarik.
Nama 'Mantel Kulit' adalah Jay Pearlman.
Decker bertanya. "Kalian berdua bekerja pada Management Systems
Consultants?" Pearlman, dengan mata tertutup dan kedua tangan pada sisi kanan
tubuhnya, menggerutu, "Ya."
"Di manakah ia?" Decker bertanya.
"Siapa?" Pearlman bertanya. "Sialan, ra sanya ada tulang tulangku yang
patah." "Otaknya ini. Sapi yang seorang itu bukan tipe yang memimpin. Dan kau juga
tidak merokok cerutu."
"Sialan, apakah maksudmu?"
"Kau ingin aku menendang sebuah lubang pada sisi badanmu yang lain"
Jangan berpura pura tolol. Yang kumaksudkan adalah pria yang merokok cerutu
mahal yang tercium baunya ini. Bah, siapakah yang mengisap cerutu kuba dan
sekali gus penyadap terbaik di Manhattan?"
Decker kini berpaling ke arah kamar tidur itu. "Oye, Felix, kaubawalah
pantatmu kemari." Pintu kamar tidur itu dibuka lagi dan seorang kuba berperawakan kecil,
mengisap cerutu, keluar. Berpakaian perlente, membawa tas atase. "Ah,
Decker sahabatku. Como esta" Bagaimana kabarnya?"
"Felix." Mereka memang saling mengenal. Felix Betancourt, limapuluh tahun, dan
dijuluki Elegante karena gaya gayanya. Seorang genius elektronika. Berperan
dalam peristiwa Teluk Babi, skandal Watergate dan sejumlah skandal politik
lainnya. Pernah bekerja untuk CIA, FBI, Departemen Luar Negeri, kedua partai
politik utama di amerika dan korporasi korporasi multi nasional raksasa. MSC
membayarnya suatu jumlah berangka enam. Pada saat informasi merupakan
'mata uang' paling mahal, Felix Betancourt adalah seorang raja.
Biarpun kelakuan dan pembawaan dirinya penuh gaya, Felix sepenuhnya
seorang tanpa moral. Namun begitu, Decker menyukainya.
"Wah, dasimu bagus sekali, Felix."
"Duaratus dollar. Sutera istimewa." Felix melihat ke arah 'Kaos Hangat' yang
masih terkapar tidak sadarkan diri itu. "Sudah kukatakan padanya bahwa kau
tidak bisa dibuat main main, tetapi ia tidak percaya. Katanya dapat meringkus
dirimu dengan mata tertutup."
"Matanya sekarang memang tertutup."
Felix menyeringai. "Kau benar sekali, sahabat. Toby.... itu namanya, katanya
berlatih dengan Robbie Ambrose, yang adalah seorang juara."
"Ada apa dalam tas atasemu itu, Felix?"
Orang kuba itu mengangkat bahu.
Decker berkata, "Tuangkan isinya ke atas meja kopi itu, dan setelah kau
selesai, kau dan teman temanmu itu boleh membongkar kembali semua alat
penyadap yang telah kalian pasang di sini. Sebaiknya jangan sampai ada yang
kelewatan, sebab besok akan kuundang sainganmu untuk menyapu tempat ini.
Dan kalau ia sampai menemukan seutas kawat
saja " Felix tersenyum. "Decker, sahabatku, aku
mengetahui kapan waktunya aku harus mundur.
Kita ini, kau dan aku, adalah pekerja
pekerja profesional. Akan
kubongkar semuanya? Jangan khawatir."
Pria di atas lantai itu mengerang, bergerak.
Felix berkata, "Aku tidak bermaksud menyelidik, sahabat. Tetapi kau
mempunyai kunci apartemen ini. Apakah itu berarti bahwa nona itu seorang
temanmu" Seandainya aku tahu, tidak akan kuterima pekerjaan ini."
"Felix, makam kristus pun akan kausadap seandainya kau dibayar untuk
melakukan itu." DUAPULUH MENIT KEMUDIAN, Decker sendirian saja dalam apartemen Michi itu.
Mencoba menilai situasi. Orang orang Holise semuanya dikerahkan untuk
menangkap orang yang telah membunuh Paul junior. Pada saat ini hanya itu
yang mereka kerjakan. Juga Msc pasti dikerahkan untuk itu.
Untuk melindungi Michi, ia telah membiarkan Felix dan teman temannya itu
'berjalan'. Tidak ada perlunya menarik perhatian lebih besar pada Michi. Felix
telah mengambil beberapa dari surat surat pribadi Michi, sebuah paspor,
berkas perusahaan. Ya, ini pasti pekerjaan Sparrowhawk. Namun, kepada Sparrowhawk
ditugaskan mencari pembunuh Paulie, hanya itu. Apakah Sparrowhawk dan
keluarga Molise mengira ada sangkut paut antara Michi dan pembunuhan Paulie
itu" Decker bergidik. Dapatkah ia melindungi Michi, kalau Sparrowhawk dan
mafia itu menghendaki kepala Michi"
Dengan kembalinya Michi, ia, Decker, telah mulai hidup lagi. Ia telah
menjadi rentan. Ia telah mengikatkan diri. Komitmen. Bersama Michi, harapan
harapan ada di depannya. Juga bisa kehilangan segala galanya.
Decker duduk di dalam apartemen itu hingga kegelapan dini hari hari bulan
desember turun. Pikirannya mengejar bayangan bayangan, bergulat dengan
rasa kengerian. PADA PUKUL 5:32 petang itu, Sparrowhawk dan Robbie berjalan menuju mobil
sedan yang akan menurunkan Robbie di pusat kota dan membawa pulang
Sparrowhawk ke Connecticut. Robbie yang paling dulu melihat pria yang berdiri
di samping pengemudi sedan itu.
Kemudian Sparrowhawk. Ya dewa, Decker. Suatu kejutan.
Decker berkata, "Jangan ganggu Michelle Asama. Jangan menyadap
apartemennya, jangan sentuh dan jangan membuka surat menyuratnya. Jangan
mendekat padanya." Mata Sparrowhawk menyempit. "Bolehkah a ku bertanya ini sifatnya resmi
atau tidak?" "Ini tidak resmi." "Sudah kukira begitu. Oh ya, aku mendengar bahwa
kau telah menciderai dua dari orang orangku hari ini. Apakah kau
tidak terlalu membanggakan kehebatanmu?"
"Seorang dari orang orangmu itu mencoba mencukil mataku dengan sebuah
obeng." "Ah, sayang. Dan kau bahkan tidak menahan mereka," Sparrowhawk
memandang ke arah Robbie. "Coba, bayangkan itu. Ada orang mencoba
mencukil matanya, dan ia tidak menangkap orang itu." Sparrowhawk berpaling
kembali kepada Decker. "Nah, biar kulempangkan ini. Setiap keterlibatan
dengan nona Asama adalah sepenuhnya tidak resmi, tidak menjadi bagian tugas
profesionalmu." Decker mulai merasa menyesal telah datang berkonfrontasi.
Sparrowhawk menangkap kegelisahan Decker itu. "Dan karena ini bersifat
tidak resmi, sersan detektif " "Pribadi," sesaat ia mengucapkannya, Decker menyadari bahwa ia telah
membuat suatu kesalahan. Sparrowhawk mengangkat alisnya. "Pribadi, eh" Ah, kalau begitu menjadi lainlah soalnya. Pribadi, Robbie. Kau
mendengar itu?" "Ya. Aku mendengarnya, mayor."
"Coba katakan, sersan detektif, apakah ini berarti bahwa aku tidak perlu
menerimanya dengan cara sungguh sungguh" Yah, ada apakah di antara dirimu
dan kami yang dapat disebut 'pribadi'" Nah, Robbie ini yang menangani semua
konfrontasi pribadiku. Betul tidak, Robbie?"
"Ya, kapan saja, mayor. Kapan saja. Aku dan sersan detektif Decker.... kami
sudah beberapa kali bertemu secara pribadi."
Sparrowhawk menggosok dagu. "Ah, betul. Dan aku masih ingat pada dua
pertemuan di antaranya. Ya. aku ingat kembali itu."
Decker memandang pada Robbie. Pria yang telah menggoncangkan
kepercayaan akan diri sendiri. Pria yang mendepak dirinya keluar dari
pertandingan pertandingan karate. Tiba tiba luka luka dari kedua kekalahan
yang dideritanya melawan pria itu., terbuka kembali, rasa nyeri dan
penderitaan timbul kembali. Dan Decker kini menyadari bahwa rasa takut itu
belum sepenuhnya hilang dari dirinya.
Decker memaksa dirinya berkata. "Kau telah mendengar aku mengatakannya.
Jangan mengganggu nona Asama."
Sparrowhawk berkata, "Bolehkah aku naik ke dalam mobilku?"
Decker melangkah ke samping dan pengemudi membuka pintu.
Sparrowhawk naik lebih ulu. Robbie, yang berada tepat di belakang mayor itu,
meletakkan kaki ke dalam mobil, berhenti dan, berpaling pada Decker,
menggelengkan kepala dengan sedih, mengetahui bahwa ia tidak perlu
mengancam Decker atau menantangnya.
Karena Robbie lebih hebat. Sederhana saja.
Robbie menyentuh pentolan emas pada telinga dan naik ke dalam mobil
sedan itu. Ketika mobil itu meluncur pergi, Decker menyadari bahwa suatu kesalahan
besar telah dibuatnya. Ia telah memperingatkan mereka. Kemungkinan suatu
kejutan kini sudah tertutup. Ia sendiri telah memberitahukan kepada mereka,
bahwa ia akan datang. Dungu.
Lambat atau cepat, ia akan harus membayar untuk kesalahan itu. Juga
Michi. ALPHONSE GIULIA berkata, "Aku bertanya tanya sendiri, apakah yang akan
dilakukan senator Dent keparat itu, kalau ia mengetahui rencana kita untuk
kedua orang itu." Gran Sasso berkata, "Orang menutupi mata dengan tangannya sendiri, lalu
mengeluh mengapa semuanya gelap. Ia tahu, tetapi tidak mau tahu.
Tujuhpuluh lima ribu kita bayar pada polisi itu untuk membereskan urusan itu.
Polisi itu mengatakan kepada Sparrowhawk bahwa ia tidak mau melakukannya
untuk kurang dari itu."
"Tetapi ia hebat, polisi itu. Tidakkah ia menghendaki kedua orang itu di
tempat sama, pada waktu yang sama" Itu tidak akan mudah."
Consigliere itu berkata, "Sebaliknya, sahabatku. Itu justru bagian yang paling
gampang." Memang lucu, pikirnya. Ia lebih tua dari Pangalos dan Quarrels, namun ia
masih akan hidup kalau mereka mati. Esok hari, pada jam seperti saat ia kini
berada, kedua pengacara itu sudah akan mati.
CONSTANTINE PANGALOS duduk di atas tempat tidurnya, jengkel.
Dipindahkannya gagang telefon ke telinga kiri, jauh dari isterinya
yang terbaring tidur di sampingnya. "Busca-glia, kau tahu pukul berapa
sekarang ini" Ini tengah malam buta!"
Connie, kau tidak mendengar yang kukatakan! Kataku, aku dapat
membereskan soal peta dan rencana tempat duduk oditorium itu, membuatmu
berjalan keluar dari Federal Plaza sebagai orang bebas sepenuhnya. Satu
satunya copy itu. Satu satunya bukti yang mereka miliki untuk menuntut dirimu
dan Quarrels." Pangalos turun dari tempat tidur dan berbisik serak, "Kau tidak bermain
main" Kalau sampai " "Main main bagaimana" Tetapi ini akan mahal sekali bagimu. Lima untukku
dan sepuluh untuk orang yang mengambil berkas itu. Tidak bisa ditawar tawar
lagi." "Sialan. Agaknya tidak ada pilihan lain bagiku. Satu satunya jalan untuk
mengatakan 'persetan!1 kepada LeClair itu."
"Aku sudah berbicara dengan Quarrels, dan ia langsung melompat kegirangan
dan lega. Di antara kalian berdua tentu tidak ada kesulitan mengumpulkan
uang itu."
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Uangnya aku ada. Sia.... siapakah kontakmu di Federal Plaza itu?"
Buscaglia mendengus. "Kau pikir aku ini apa" Itu urusanku. Pokoknya, kau
mau lolos dari cengkeraman LeClair atau tidak?"
Pangalos tertawa. "Bah, LeClair.... akan kuhajar orang itu."
Buscaglia berkata, "Itulah sebabnya aku yang datang padamu, dan bukan MSC.
Aku juga mau uang, eh?"
"Sal, kau telah menyelamatkan diriku. Dan aku tidak akan pernah melupakan
yang kaulakukan untukku ini. Kapankah urusan ini bisa dibereskan?"
"Segera. Tidak lama lagi. Dan.... o, ya, sebelum aku lupa, kita ini berbicara
tunai, oke" Tunai dan bukan cek."
"Oke, oke. Tunai. Quarrels "
"Ia sudah setuju, seperti kukatakan tadi. Katanya fifty-fifty. Masing masing
tujuhribu lima ratus. Untuk itu kaudapatkan peta itu kembali dan juga
berkasmu yang berisi segala yang dikatakan LeClair mengenai kalian.
Perlihatkan peta itu kepada Johnny Sass dan Allie Boy dan kau sudah kembali di
tengah tengah kami."
"Oke, oke. Kapan kita bisa bertemu, Quarrels dan orangmu itu?"
"Besok hari terakhir kesempatan mengambil berkas itu. Kita selesaikan
urusan ini besok malam, kalau kau setuju."
Duapuluh dua jam kemudian, di sebuah blok yang sepi di dekat Forty-eighth
Street dan Ileventh Avenue, Pangalos turun dari sebuah taxi dan setelah taxi
itu menghilang, berjalan ke sebuah mobil yang diparkir di neberang
pekarangan sebuah sekolahan.
Tiba tiba, Pangalos merasa gelisah dan ia mempercepat langkah kakinya. Ia
membawa hampir delapan ribu dollar dan memakai jam tangan yang harganya
lima ribu dollar. Ia tidak ingin berakhir di situ, dihadang sembarang pecandu
atau perampok kecil. Setibanya di mobil itu, Pangalos melihat ke sekeliling dirinya, melihat
sebuah mobil lain meluncur mendatang dan ia ragu. Tetapi mobil itu lewat dan
sesampainya di ujung jalanan itu membelok ke arah Eleventh Avenue. Pangalos
menunggu hingga debar jantungnya tenang kembali, membuka pintu mobil itu
dan duduk di bangku depan di sebelah Livingston Quarrels. Pintu ditutupnya
kembali. Quarrels berpaling padanya, wajahnya coreng moreng karena air mata.
"Hai, kau kelihatan seperti baru memergoki isterimu dimakan tukang antar
susu. Manakah Buscaglia dan temannya"
Quarrels berkata dengan suara bergemetar , "Connie, aku sungguh sungguh
tidak mengerti ada apa ini. Buscaglia cuma menyuruh aku datang ke sini dan
menunggu. Aku cuma melakukan yang dimintanya." Pangalos mengerutkan
dahi. Dan di belakangnya, Dorian
Raymond, yang bersembunyi
dengan merunduk di bangku belakang, kini duduk tegak, menekankan moncong sebuah .22 dengan peredam pada kening Pangalos
dan ditariknya pelatuk pistol itu. Terdengar suara plop , kepala pria yunani itu
tersentak ke satu sisi dan Pangalos terkulai di atas tempat duduknya.
Quarrels menjauhkan diri dari mayat Pangalos itu dalam ketakutan,
memandang liar dari mayat itu kepada DoriBh.
"Dorian, aku telah melakukannya. Melakukannya seperti yang kauminta.
Katamu aku boleh bebas. Aku sekarang mau pulang ke isteriku."
Dengan berbicara, Dorian pikir, kau bahkan memperburuk keadaan. Yang
dapat ia lakukan bagi Quarrels yalah agar akhir itu tidak berkelamaan. Dorian
menembak dua kali, tembakan kepala, sebutir peluru menembus tulang pipi
kanan dan sebutir lagi menembus mata. Quarrels terkulai.
Dengan memejamkan mata, Dorian menundukkan kepala. Yang sekali ini
menyakitkan. Ia mengenal kedua orang itu sejak bertahun tahun yang lalu, dan
menghabisi mereka ternyata lebih meresahkan dirinya daripada yang dikira
sebelumnya. Dan ia belum selesai pula. Johnny Sass menghendaki ditinggalkan
suatu pesan di situ. Bercondong ke bangku depan itu, Dorian memasukkan
ujung pistol beralat peredam itu ke dalam mulut Quarrels, dan
menembakkannya Liga kali. Dorian kemudian mendorong mayat Pangalos,
dengan menjambak rambut menghentak kepala
orang yunani itu ke belakang, kemudian menembakkan pistol itu dua kali di dalam mulut Pangalos.
Pesannya adalah, bahwa kedua pengacara itu telah berbicara
terlalu banyak Dorian melepaskan alat peredam itu,memasukkannya ke dalam saku,
kemudian memasukkan pistol .22 itu ke dalam saku lainnya.
Dorian mungkin bukan orang paling pandai di dunia, tetapi ia tidak perlu
diberitahu, bahwa kini waktunya untuk berhenti. Baksted, Quarrels, Pangalos.
Teman temannya. Dan ialah yang membunuh mereka.
Berhenti! akhiri semua itu. Ia kini mempunyai uang. Tujuhpuluh lima,
ditambah yang disimpan di bank. Duapuluh. Hampir seratus ribu dollar. Dan
copy daftar itu, 'daftar umpan'.Itu bisa dijadikan uang berjuta. Cukup bagi
dirinya dan Romaine untuk selama hidup mereka.
Uang akan mendamaikan Romaine. Ia yakin. Romaine satu satunya wanita
yang cocok bagi dirinya. Yang diperlukannya hanyalah suatu kesempatan baru.
Satu saja. Akan dibuktikannya bahwa ia bisa mengurus dan memperhatikan
Romaine. Dan sekarang, yang mau dilakukannya, adalah ke sebuah bar di Eighth
Avenue, minum beberapa sloki dan memikirkan cara menangani masalah Robbie
itu. Sesudah Quarrels, ia tidak mau lagi memandang pada wajah seorang teman
yang diketahuinya tidak lama lagi akan mati.
Di sebuah bar di Eighth Avenue dan Forty-ninth Street, duduk di antara orang
orang tidak berwajah dalam mantel dan memakai topi, minum wiski dan
bersumpah pada diri sendiri, bahwa masa lalunya tidak akan dijadikan masa
depannya. Mengambil uang itu
dan lari. Membawa Romaine bersama dirinya dan menghilang
Dorian lama sekali berada di bar itu, karena ia tidak mau pulang dan
bermimpi tentang orang orang yang baru saja dibunuhnya itu.
BERADA DI RIJKSMUSEUM di Amsterdam itu, Michi tidak menunjukkan tanda
tanda bahwa ia mengetahui dirinya sedang dibuntuti dan diawasi seseorang.
Ketika berada di pasar Albert Cuyp, ia duduk di meja luar sebuah restoran
kecil, memesan sepiring ikan haring mentah. Ya, orang itu ada di antara orang
banyak itu, seorang pria berwajah bulat dalam anorak hijau, memakai kaca
mata berbentuk pesegi dan memakai alat pendengar.
Michi mengetahui dirinya dibuntuti orang sejak berada di London. Sebelum
meninggalkan kamar di hotelnya di London, sengaja diletakkannya sebutir
berlian di atas lantai. Sekalipun bagus, berlian itu cacat.
Sekembalinya di kamarnya itu, Michi mendapatkan berlian itu sudah lenyap,
kamarnya tampak tidak disentuh orang. Seandainya orang atau orang orang
yang mengawasi dirinya itu tidak serakah, Michi tidak akan mengetahui bahwa
dirinya dibuntuti. Sejak membunuh Paul Molise dan sopirnya, Michi telah mengambil semua
tindakan pengamanan. Telah disembunyikan kai-ken itu dan surat surat
tertentu. Pokoknya tidak akan ada apa pun yang dapat menyingkapkan identitas atau tujuan sebenarnya ia datang ke amerika.
Tetapi, agaknya jelas bahwa ia telah melakukan sesuatu kesalahan. Entah di
mana, entah kapan, entah bagaimana. Ya, mengapa dua pemuda amerika itu
masuk ke dalam toilet wanita" Mungkin juga bukan itu; mungkin ada orang yang
mengungkapkan identitasnya. Atau sesuatu olehnya sendiri, sepatah kata,
barangkali. Atau ia telah dikenali oleh seseorang"
Kalau ia kembali ke amerika, akan diungkapkannya semuanya kepada Manny.
Mereka saling mencintai, namun Michi mengetahui bahwa cintanya itu tidak
akan mengenal kedamaian sebelum ia melakukan kewajibannya terhadap
keluarganya. Michi telah bersumpah akan membunuh orang orang yang terlibat
dalam penyelidikan yang dilakukan Manny. Adakah cinta Manny cukup kuat
untuk membuatnya mengerti"
Michi tidak langsung kembali ke hotel, ia masuk ke dalam sebuah cafe,
memesan gin dengan seiris jeruk. Ia dapat melihat keluar dan pintu cafe itu.
Tidak ada tanda tanda pria yang mengikuti dirinya itu. Tetapi itu tidak berarti
bahwa dirinya sudah tidak diikuti lagi.
Michi pergi ke kotak telefon yang berada di ruangan bawah cafe itu.
"Hello?" "Manny, kaukah itu?"
Suara Manny, yang mula mula waspada, kini terdengar santai. "Michi. Dari
manakah kau menelefon?"
"Amsterdam. Bagaimana kau?"
"Bagus. Bagus. Aku rindu padamu. Kapankah kau kembali?"
"Aku masih ada bisnis di sini, lalu masih harus ke Paris. Betul betul segala
sesuatunya beres" Kedengarannya kau tegang sekali."
Decker tertawa. "Aku selalu tegang kalau ada orang menelefon sepagi ini,
teristimewa jika menelefon diriku di dojo. Aku lebih suka berlatih sendiri.
Tetapi kau dapat menelefon aku di sini setiap saat."
Michi tersenyum. "Terima kasih. Aku cuma mau mengatakan bahwa
sekembaliku, kau dan aku akan berbicara. Akan kuceritakan semuanya
kepadamu. Semuanya. Kau mengerti?"
Suara Decker lembut. "Apa saja yang kau mau kuketahui, itu sudah cukup."
"Manny, katakan padaku,mengapa kau sudah berada di dojo sepagi ini" Pada
hari minggu, lagi pula.Aku cuma mengikut perasaanku bahwa mungkin kau di
situ, tetapi terasa aneh sekali bahwa kau sudah keluar sepagi ini."
"Tidak begitu aneh kalau kau mengetahui yang telah terjadi di sini. Kemarin
ada dua pembunuhan. Dua orang pengacara. Atasanku di gugus tugas itu marah
sekali atas kejadian itu. Pukul sembilan hari minggu diseretnya kami semua
menghadiri suatu rapat. Kami kira kami mengetahui siapa yang melakukan
pembunuhan pembunuhan itu. Seseorang yang kita sama sama kenal. Dorian
Raymond." Senyum itu lenyap dari wajah Michi. "Kau akan menangkapnya?"
"Belum ada bukti bukti kuat. Hanya sebuah teori. Itu memang bidangnya.
Kaiiber Tembakan di kepala. Dan ia mengenal korban korbannya itu. Mungkin
sekali kami akan menginterogasi dan menakut nakutinya sehingga ia mau
mengungkapkan sesuatu. Kalau betul ia yang melakukan pembunuhan
pembunuhan itu, itu dilakukannya untuk mencegah kedua pengacara itu
menjadi saksi terhadap Management Systems Consultations, Sparrowhawk dan
keluarga Molise. Kini hilanglah dua sumber informasi kami."
Michi berkata. "Kalau begitu ia akan segera dimasukkan penjara?"
"Siapa tahu" Tergantung ia dapat atau tidak dapat dibujuk. Menjebloskannya
ke dalam penjara tidak akan memberikan kepada kami tiga orang yang kami
kehendaki . Tetapi kami akan berusaha keras.Sialan, buat apa kita
membicarakan pekerjaanku" Kau cepatlaL menyelesaikan jual beli berlianmu
itu, dar cepatlah kembali padaku."
"Ah, maksudmu sang pendekar terikat pada nesuatu lainnya kecuali karate?"
"Kau kembalilah dan akan kutunjukkan pndamu."
"Begitu banyak yang harus kukatakan padamu, Manny."
"Kali ini akan kauceritakan semuanya padaku?"
Michi memejamkan mata. "Hai. Akan kuceritakan padamu segala yang terjadi
selama tahun tahun kita terpisah satu sama lain. Akan kuceritakan apa yang
telah terjadi dengan keluargaku dan mengapa aku datang ke amerika.Oh,
Manny, jangan sampai ada sesuatu yang timbul di antara kita. Berjanjilah
bahwa itu tidak akan kaubiarkan."
"Aku berjanji. Kukira itu akan mendekatkan kita, sekurang kurangnya
begitulah harapanku. Kita coba, oke" Jangan kita lewatkan lagi enam tahun
tanpa kita berusaha. Ah, betapa inginnya aku bahwa kau pulang dengan
pesawat berikutnya."
Belum habis kata kata itu diucapkan oleh Manny, ketika terkilas ide itu
dalam pikiran Michi. Hai. Pulang dengan pesawat berikutnya ke New York. Dan
habisi Dorian Raymond. Itu akan berbahaya sekali. Akan harus dihindarinya pria yang menguntit
dirinya itu, kemudian terbang ke New York dan tanpa diketahui oleh Manny
atau siapa pun, membunuh Dorian Raymond, dan terbang kembali ke eropa.
Untuk melakukan semua itu akan memerlukan seluruh kebisaannya, akalnya.
Konsentrasi pikirannya.Dan berkat para dew dan leluhurnya.
"Pesawat berikutnya," Michi berbisik.
"Ah, seandainya dapat," Manny berkata.
Michi tersentak dari lamunannya. "Terima kasih."
"Terima kasih" Untuk apa?"
"Karena mencintai diriku. Aku bergayut pada itu. Itu segala galanya yang
kumiliki. Cintailah diriku, Manny," Mata Michi menjadi basah. "Oh, cintailah
aku." Michi tiba tiba memutuskan hubungan itu.
Tigaribu limaratus mil dari situ, Manny berteriak, "Aku mencintaimu! Aku
cinta padamu. Aku cinta padamu!"
Decker diam. "Michi" Michi" Hello" Hello?"
Bunyi nama Michi itu bergema dalam dojo yang kosong kecuali adanya Manny
Decker itu. DUABELAS JAM KEMUDIAN, setelah berbicara dengan Michi, Decker menekan
tombol di gedung apartemen Romaine itu. Tempat tinggal Romaine itu berada
di Eighty-fourth Street, dekat Riverside Drive dan cuma beberapa jarak jauhnya
dari Henry Hudson River. Decker sesungguhnya tidak bernafsu menemui Romaine. Namun ia terpaksa
melakukan kunjungan itu. "Aku berani bertaroh bahwa Dorian yang
melakukan pembunuhan demi pembunuhan itu," LeClair telah berkata. "Kalau
bukan Dorian, siapa lagi?"
Decker mengangkat bahu. "Aku pun ingin mengetahui siapa orangnya."
"Ya, aku juga mengharap kau mengetahuinya.Maka itu, sebaiknya kau
tinggalkan semua pekerjaan lain, sampai kita membereskan urusan yang satu
ini, sampai kita dapat mengajukan sesuatu yang jelas kepada departemen
kehakiman. Mulai saat ini kautekuni isteri Dorian itu. Jangan sampai aku
mendengar bahwa kau bermain main di tempat lain. Aku mau mengetahui di
mana Dorian semalam berada. Dan, aku juga mau mengetahui, kau sendiri di
mana semalam?" "Hai, apakah kau mau melemparkan kesalahan kepadaku karena kedua
orang itu dibunuh?" "Kata kata antara dirimu dan diriku sekarang tidak ada gunanya. Yang
penting kau beri sesuatu padaku, tuan Manfred. Beri sesuatu padaku pada jam
ini esok pagi." Dan LeClair menambahkan,. "Maka lupakan wanita Jepang itu."
Decker tidak bernafsu bertemu dengan Romaine, namun LeClair tidak
memberi pilihan lain pada dirinya. Memainkan permainan LeClair adalah satu
satunya jalan agar LeClair tidak menganggu Michi. Decker puri bertanya
dalam hati berapa banyak kiranya yang sudah diketahui oleh LeClair mengenai
Michi. Setibanya di depan pintu apartemen Romaine, Decker ragu sejenak.
Kemudian membunyikan bel.
Romaine habis menangis. Ia melangkah ke samping tanpa mengatakan
sepatah kata pun. Tiada ciuman, tiada sambutan. Decker merasa sesuatu yang
dingin merambati tulang punggungnya. Romaine menutup kembali pintu,
mengusap matanya, kemudian berpaling dari Decker. Romaine berkata,
"Seandainya kau mempercayai diriku, kau akan mengetahui bahwa bagiku itu
tidak ada bedanya. Cukup jika kau mengatakannya kepadaku."
"Mengatakan apa kepadamu?" Tetapi Decker mengetahui yang dimaksudkan
Romaine itu. Namun peranan telah terlalu lama dimainkannya, sehingga
tidaklah mudah melepaskannya begitu saja.
Romaine berputar. "Kau seorang polisi. Kau tidak pernah menaroh perhatian
pada diriku. Yang mau kauketahui adalah tentang Dorian, bukan?"
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Decker melangkah maju, kedua tangannya diulurkan kepada Romaine,
tetapi Romaine menghentikannya dengan suatu gelengan kepala.
"Dorian," kata Romaine, "Itulah soalnya nejak awal."
Decker menundukkan kepala.
"Kami tidak pernah mendapatkan peluang," Romaine berkata. "Orang orang
seperti dirimu tidak pernah bermain dengan jujur."
"Aku menyesal, Romaine," Decker berkata. "Sesungguhnyalah, aku sayang
padamu. Benar. Menyakiti dirimu sama sekali bukan bagian dari rencana."
"Aku dapat mengatakan ini, Manny: kau memegang teguh janji janjimu. Kau
tidak menjanjikan sesuatu kepadaku dan memang itulah yang kudapatkan."
Hanya sekali, Manny membalas tatapan mata Romaine. Kemudian, dengan
suatu angkatan bahu, ia berjalan kembali ke pintu.
Setelah Decker pergi, Romaine pelan pelan menutup pintu dan bersandar
pada pintu itu. Tubuhnya bergemetar. Kemudian pintu kamar tidur dibuka dan
Dorian keluar dari situ. Berjalan kepada isterinya dan meraihnya ke dalam
pelukan. "Sudahlah," kata Dorian. "Sudahlah. Mulai saat ini adalah kau dan aku.
Seperti yang telah kukatakan. Aku akan mempunyai cukup uang. Lebih daripada
yang dapat kita habiskan. Yang mesti kulakukan hanyalah menjual daftar yang
kuperlihatkan padamu i^u. Kau dan aku, kita akan pergi ke tempat yang banyak
matahari." Dorian mencium kepala Romaine, membelai
nya. "Beri aku suatu kesempatan lagi, manis. Aku mencintaimu. Romaine, mari
kita coba sekali lagi."
Kedua lengan Romaine melingkar pada pinggang pria itu, mula mula lembut,
dan kemudian semakin kencang dan semakin kencang. Dan Romaine bergayut
pada pria itu dan untuk pertama kali sejak bertahun tahun, Dorian menangis.
"Kita akan berhasil. Pasti." katanya. "Aku yakin kita akan berhasil."
"LECLAIR. SIAPAKAH INI?"
"Decker. Aku baru saja meninggalkan Romaine Raymond. Aku menelefon dari
sebuah telefon umum tidak jauh dari apartemennya."
"Sialan. Kedengarannya wanita itu hilang cintanya, eh" Apakah yang telah
terjadi" Bertengkar" Bagaimana ia mengetahui bahwa kau menipu dirinya
dengan seorang wanita lain?"
"Aku sudah mengetahui di mana Dorian Raymond berada."
"Nah, itu baru kabar baik. Itulah yang kuingin dengar darimu. Di mana?"
Decker memandang ke langit. "Tempat terakhir yang dapat kaubayangkan. Ia
bersama isterinya." teClair tertawa. "Hai, kau bermain main denganku" Bersama isterinya"
Wah, perempuan hebat! Bersama isterinya. Dan kau berada di' sana pada waktu bersamaan."
LeClair tertawa lebih keras lagi.
Dan Decker semakin membencinya.
"Tuan Manfred," jaksa itu berkata, "pernahkah orang mengatakan padamu,
betapa menarik sekali kehidupanmu?"
SPARROWHAWK menarik satu satunya kesimpulan yang mungkin: keberadaan
Michelle Asama berarti bahaya bagi hidup Sparrowhawk sendiri.
"Lihatlah ini, Robbie, daftar nama nama ini. Tiga orang, yang masing masing
ada hubungannya dengan nona Asama. Tuan Kenji Daigo, tuan Noboru Abe,
tuan Shigeji Shina. Orang orang penting di Jepang. Yang dua terdahulu ada
bankir bankir, dihormati dan makmur, berkuasa. Yang ketiga, tuan Shina,
neorang tokoh dalam intelijen militer jepang. Seorang yang cemerlang di
bidangnya. Sekarang kita lanjutkan ke halaman berikutnya, yang satu ini. Tuan
Tettsuo Ishino. Seorang pedagang intan terkemuka di Amsterdam. Dan apakah
kesamaan yang terdapat di antara keempat tuan itu" Mnsing masing adalah
anggota Jinrai Butai, ntau korps Halilintar Suci."
Rpbbie berkata, "Pilot pilot kamikaze."
"Presis. Dan keempat tuan itu sama sama dalam unit kamikaze dengan
George Chihara." "Wow!" "Ya!" Robbie menggelengkan kepala. "Tetapi, mayor, itu mustahil. Kau mau
mengatakan Imhwa Michelle Asama sekeluarga dengan Chi-hnra, bahkan
mungkin keluarga dari seorang dari keempat tuan itu dan Michelle kini mau
membalas dendam atas yang kita lakukan pada] keluarganya enam tahun yang
lalu di Saigon j itu. Satu hal yang mayor lupakan. Tidakkah I telah kita habisi
semua orang di dalam rumah itu?"
Sparrowhawk mengangkat tangannya, "Ah, betulkah itu" Berpikirlah.
Kauingat mobil yang mendekati rumah itu dan kemudian meluncur pergi"
Ingatkah kau usaha kita agar tuan Chihara mengatakan siapa yang berada di ]
dalam mobil itu?" Robbie menyeringai, "Tentu saja aku masih ingat.Orang yang tidak
sampai masuk, j Tetapi tidakkah |
"Kita waktu itu cuma menduga duga, menyangka. Kita cuma
menganggap bahwa itulah keluarga Chihara. Tetapi tidak pernah kita j periksa
dengan teliti, bukan?"
Robbie mengangguk membenarkan. "Nah, jadi apakah yang kita hadapi
sekarang" Suatu jaringan pilot kamikaze yang; entah bagaimana berhasil
mengumpulkan uang dan kekuasaan, dan yang "aku yakin" siap sedia
membantu anak perempuan atau keluarga seorang
kawan lama. Para bankir itu j menyediakan uangnya, sedangkan tuan dalam intelijen
itu memberikan yang paling berharga: informasi."
"Hei, mayor, tidakkah Chihara mengirim sejumlah besar intan keluar negeri
itu selama bulan bulan terakhir ia berada di Saigon?"
"Aku memang mau sampai ke situ. Menurut informasiku, kedua bankir dan
tuan Ishiro adalah rekan rekan bisnis Chihara selama ia berada di asia tenggara.
Sepanjang waktu itu, tuan Ishiro ada bisnis intan dengan Chihara. Para bankir
itu yang mengurus uang tunai, investasi, pinjaman dan segala urusan keuangan
Chihara. Bagi nona Michelle tidak ada kesulitan keuangan sedikit pun."
"Kecuali sering bepergian, dan seperti kali ini berkeliling di eropa membeli
berlian hingga sejuta dollar lebih, apakah yang dilakukan nona Asama di waktu
luangnya?" "Selama di London tiada. Di Amsterdam dilewatkannya waktu senggang
bersama tuan Ishino dan keluarga. Tidak ada kegiatan kegiatan yang aneh
aneh." "Dan di sini ia menguasai Decker dan Dorian "
Sparrowhawk menyentuh rambutnya yang putih perak. "Nah, justru yang
itulah layak kita teliti. Michelle Asama dan sersan detektif Decker. Bagaimana
itu terjadi dan kapan" Aku dapat membayangkan wanita itu bersama Decker,
itu lebih mudah diterima daripada keakrabannya dengan Dorian."
Sparrowhawk menggelengkan kepalanya.
"Mengenai Dorian itu. Aku sebenarnya mengharapkan Gran Sasso dan Allie
Boy ragu menghabisi Pangalos dan Quarrels. Ternyata tidak. Mudah mudahan
heboh pers mengenai itu akan reda. Sementara itu, pers kini penuh dengan
'pembunuhan pembunuhan West Side' itu. Baiklah kita tidak mengatakan apa
apa mengenai laporan tentang nona Asama ini. Setahu Gran Sasso kita masih
sibuk menggarap kontak kontak Paulie di Saigon dulu. Belum ada yang pasti."
"Mayor, di Saigon dulu, segera setelah kukalahkan Decker pertama kalinya,
ia cepat cepat pergi ke Jepang. Seingatku ia ke sana belajar dan memperdalam
ilmu karatenya. Tetapi keterangan yang kuperoleh ketika itu adalah, bahwa ia
ke Tokyo untuk menemui seorang gadis. Kukira seorang gadis Jepang. Ada yang
mengatakan bahwa gadis itu berasal dari Saigon, hanya aku ketika itu tidak
begitu menaroh perhatian hingga tidak kuperiksa lebih jauh."
"Ia biasa ke Jepang menemui gadis gadis?"
"Maksudmu gadis gadis yang datang dari amerika" Tidak, kalau itu ia pasti
menemui mereka di Hawaii."
Kecuali jika gadis itu seorang Jepang."
"Kecuali kalau seorang gadis Jepang."
"Ya, itu patut kita selidiki." Sparro-hawk melihat jam tangan. "Aku masih ada
pe-kerjaan. Dan, o ya, selamat atas kemenanganmu semalam di Boston. KO
ronde pertama, kudengar."
Robbie menyeringai. "Karena aku ingin kembali dengan pesawat pertama
yang ke New York." "Aku sungguh tidak mengerti bagaimana kau melakukannya. Berlatih keras
setiap hari, bertahun tahun. Namun agaknya memberi hasil bagus. Sepertinya
kau tidak akan bisa kalah."
"Aku melakukan yang harus kulakukan, mayor. Segala yang harus kulakukan
sebelum pertandingan, kulakukan."
"Disiplin, latihan, diet, pengendalian diri dalam segala hal. Pengorbanan."
Robbie memberi salut militer. "Sepanjang waktu, mayor. Selalu."
LECLAIR mengetuk ngetukkan jari jari tangannya di atas meja Dorian Raymond
duduk di depannya, seorang tersangka dalam enam pembunuhan yang
bersangkut paut dengan dunia mafia.
LeClair bersandar ke belakang di kursinya. "Aku menghendakimu, tuan
Raymond.. Dan aku akan mendapatkanmu. Kau akan menjalani hukumanmu."
Dorian memandang ke langit langit. "Sudikah membacakan kembali tuduhan
tuduhannya?" "Ah, kau mau melucu, eh?" Tetapi Dorian mengetahui bahwa tidak ada
tuduhan tuduhan formal. Ia cuma dipanggil untuk ditanyai.
Dan Decker mengetahui bahwa Dorian cukup pintar untuk menyadari satu
hal. Tidak ada tuduhan berarti tidak ada bukti bukti kuat. Namun LeClair juga
tidak bodoh. Ia mengetahui di mana mesti menikamkan dan memutar pisau
belati itu. Aku dapat memenjarakan isterimu," LeClair berkata.
"Persetanlah kau." Dorian berkata.
"Tidak, detektif Raymond. Yang harus kaubayangkan adalah seorang
menggiurkan seperti Romaine Raymond dalam tahanan."
"Tidak ada kemungkinan kau menyentuhnya.
Tidak mungkin. Apapun yang kautuduhkan padaku, tidak ada sangkut pautnya
dengan Romaine. Ia cuma seorang penari."
"Kau melupakan satu hal. Kami menemukan dirimu di apartemennya. Kalau
itu kusiarkan, maka ia akan diseret kemari, digeledah, ditelanjangi dan ditahan
untuk sehari atau dua, barangkali lebih lama. Ia sudah akan kacau balau.
Biarkan setengah losin orang tahan menemukannya sendirian di kamar
mandi " Dorian melompat berdiri, "Kau, bedebah!' Decker berdiri pula, siap turun
tangan. Dengan keengganan. Sebab ia akan senang sekali seandainya dapat
menyaksikan Dorian mencukil keluar mata LeClair. Dengan jari telunjuknya,
LeClair menunjuk pada kehadiran Decker di situ kepada Dorian. Yang melempar
pandang sekilas pada sesama detektifnya, lalu pelan pelan duduk kembali.
LeClair berkata, "Yang kuinginkan yalah agar kau mengatakan padaku segala
yang kauketahui mengenai Management Systems Tonsultants. Dan yang
kauketahui tentang hubungan senator Terry Dent dengan keluarga Mnlise itu.
Dan yang kauketahui mengenai lcluarga Molise itu, yang sama sama kita ke-l
ahui telah memerintahkan dibunuhnya l'nngalos dan Quarrels."
Dorian membuang muka. Suara LeClair melunak. "Itu tidak akan
ringan, aku mengerti. Kau bersaksi terhadap mereka, seumur hidup kau harus
hidup bersembunyi. Tetapi itu lebih baik daripada meringkuk dalam penjara
federal. Kau tidak akan bertahan sebulan di Atlanta atau Leavenworth, dan kau
mengetahui itu. Seorang polisi adalah daging mati di dalam penjara."
LeClair menggerakkan kedua tangan. "Hai, mengapa aku harus
berkepanjangan seperti ini" Mungkin pula tidak ada sesuatu yang istimewa yang
dapat kudengar darimu."
Dorian menyalakan sebatang rokok lagi. Decker melihat bahwa semangat
perwira sepekerjaannya itu telah merosot. Tetapi Dorian belum sepenuhnya
ditundukkan. Dorian berkata, "Pertama, biar kutegaskan bahwa aku tidak mengakui apa
pun. Kalau harus kukeluarkan sesuatu pernyataan, maka itu hanya dilakukan
dengan hadirnya pengacaraku. Kedua, urusan yang mau kurundingkan tidak ada
sangkut paut dengan MSC atau Molise. Yang mau kubicarakan adalah tentang
seseorang yang telah membunuh banyak orang. Banyak sekali."
LeClair bertanya, "Berapakah 'banyak' itu?"
Dorian mengangkat mukanya. "Tigapuluh. Barangkali lebih. Semuanya
wanita." LeClair mendengus. "Oke, jadi kau terlalu takut untuk membongkar
Molise. Oke Tetapi, sialan, kau tidak usah mengarangj
yang bukan bukan. Tiga puluh orang wanita. Bah!"
"Aku tidak omong kosong. Kataku tigapuluh, dan memang benar benar
tigapuluh. Orang itu memperkosa mereka lalu membunuhnya. Menggunakan
karate." Decker memiringkan kepala, mendengarkan lebih teliti.
LeClair berkata, "Dan kau mengetahui siapa karateka pembunuh itu?"
Dorian mengangguk. "Hei, Decker, kau mendengar itu?"
"Ya, aku mendengar."
"Nah, sersan Raymond,katamu kau mengetahui siapa orang itu, namun
begitu kau hingga kini belum juga melaporkan hal itu. Mengapa?"
"Buat apa" Hingga kini tidak ada apa apanya bagiku. Kita bisa berunding
atau tidak?" "Siapakah orang itu?"
Dorian menggelengkan kepala. "Tidak bisa. Lebih dulu aku mau mendapat
kepastian bahwa kita merundingkan hal itu. Aku menghendakinya dinyatakan
dengan jelas. Kuberikan orang itu padamu, dan kau batalkan negala tuduhanmu
terhadapku. Dan isteriku. .lika kau tangkap orang itu, banyak kasus di banyak
kota telah dapat kausudahi. Yeah, aku mengenal orang itu. Kami pernah
bersama sama di Vietnam. Ketika aku mengetahui bahwa ia pembunuh itu, aku
sendiri keluar." Kepingan kepingan itu berputar dan berputar dalam benak Decker, kemudian
berkumpul menjadi satu dengan suatu ceklikan final. Mau rasanya ia melompat
dan berteriak. Decker telah berdiri. "Maafkan aku sebentar, aku segera akan
kembali." Decker meninggalkan ruangan itu tanpa menunggu reaksi LeClair.
Decker cepat cepat meninggalkan gedung itu, mencari sebuah telefon
umum. Jangan sampai telefon sedang sibuk! Diputarnya nomor markas distriknya.
Ayo, ayo.. "Detektif Spiceland. Manhattan barat."
"Ellen, Decker di sini. Urusan kaishaku itu. Apakah yang sudah kaudapatkan"
Cepat, aku harus segera kembali ke LeClair."
"Manny, dua gagang telefon di tanganku."
"Taroh dulu yang lainnya. Biar menunggu. Ini penting. Percayalah."
"Oke, oke. Sabarlah."
Ellen pergi sejenak, mengambil catatan agaknya.
"Hello" Manny?" Ellen telah kembali.
"Aku di sini. Aku disini."
"Oke. Telah kudapatkan tanggal tanggal dilangsungkannya pertandingan
pertandingan, juga nama nama para petandingnya dalam turnamen turnamen
itu. Kuhabiskan waktu banyak mencocokkan adanya wanita diperkosa dan
dibunuh pada waktu turnamen berlangsung.
Jawabannya 'ya'. Terjadi di dalam kota atau sedikit di luar kota bersangkutan.
Sudah pasti bahwa turnamen dan pembunuhan itu terjadi pada malam yang
sama." "Berapa turnamen yang telah kauperiksa hingga kini?"
"Sembilan. Juga telah kuhubungi departemen kepolisian kota kota itu.
Sembilan korban wanita pula. Tidak ada tipe menentu. Kaukasia, hitam,
hispanik." "Oke. Sekarang kaudengar dengan teliti. Majalah majalah itu ada di
dekatmu?" "Ya." Decker memejamkan mata. "Nah, bukalah pada halamar, yang memuat
turnamen turnamen yang telah kauperiksa. Hanya turnamen turnamen itu."
"Maksudmu cocokkan nama nama yang ikut bertanding?"
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ellen, lakukan saja yang kukatakan. Oke?"
"Jangan berteriak. Aku sudah melihat, aku sudah melihat."
"Coba periksa berapa kali nama Robbie Ambrose muncul."
"Tolong kaueja nama itu."
?R_0-B-B-I-E A-M-B-R-O-S-E.
Ayo, cepatlah!" > "Ya dewa, mengapa kau hari ini, Manny" Aku. akan merasa lega sekali kalau
pacarmu kembali dari eropa. Ah, inilah dia. Denver. Bulan april tahun ini.
Pemenang dengan KO, Robbie Ambrose. Sekarang daftarku. Seorang wanita diperkosa dan dibunuh di
Denver pada malam bersamaan. Majalah baru: Dallas Challenge Pro-Am.
Pemenang dengan KO, tuan Ambrose. Seorang wanita diperkosa dan dibunuh
malam itu juga di Dallas. Sekarang pertandingan yang dinamakan "Pertempuran
Seattle". Robbie Ambrose. KO pada ronde ketiga. Seorang wanita diperkosa dan
dibunuh di Seattle kira kira sejam sebelum dimulainya pertandingan itu."
"Kaulanjutkan penelitian dan pencocokan itu." Decker berkata.
Beberapa menit kemudian, Ellen Spiceland yang tercekam sekali berbisik,
"Ya, dewa! Manny, bisa kaubayangkan apakah artinya ini?"
"Berarti bahwa kita telah menemukan kaishaku itu. Berarti bahwa kita
ketahui identitas seseorang yang mungkin telah mem-perkosa dan membunuh
sekurang kurangnya tigapuluh orang wanita. Berarti bahwa Robbie Ambroise
itulah kaishaku itu."
DARI JENDELA APARTEMENNYA, Dorian melihat ke atas Cathedral of St John teh
Divine, yang sepuluh lantai di bawah sana itu.
Sigaret. Sialan, manakah rokoknya" Ah, ia masih ada rokok ganja itu. Di
kamar mandi. Ganja selalu membangkitkan nafsu birahinya. Barangkali terlalu
dini untuk mendekati Romaine, tetapi ia harus mencoba.
Robbie. Sialan, mengapa ia sekarang mesti teringat lagi pada Robbie"
Robbie. LeClair mula mula tidak berminat. "Yang
kukehendaki adalah Management Systems Consultants," LeClair telah berkata. "Itulah sebabnya kau
berada di sini. Kau tahu, bukan?"
Decker belum kembali ketika Dorian mengatakan, "Ini hari mujurmu, LeClair,
tuan jaksa. Karena orang yang kita bicarakan itu kebetulan bekerja di MSC."
LeClair tidak segera menjawab. "Sersan, aku akan menghargainya jika kau
menyimpan masalah ini di antara kita berdua. Aku tidak ingin sersan Decker
mengetahui yang baru aaja kausampaikan padaku ini."
"Jangan khawatir. Pada saat ini Decker bukan favoritku."
Dorian tidak bodoh. LeClair baru saja mengadakan perubahan sikap 360
derajat. Kini secara tiba tiba menaroh perhatian besar
pada Robbie Ambrose. Sangat menaroh minat. Dan Dorian memanfaatkan hal
itu. Ia berdiri. "Kau mengetahui di mana dapat menemuiku. Jika kau sudah siap, dapat kita
lanjutkan pembicaraan ini. Satu hal: kalau jadi, maka yang kuminta adalah
kekebalan total, tertulis. Romaine termasuk. Kalau setuju, maka jangan
kauganggu Romaine." Di apartemennya itu, Dorian mengisap rokok ganjanya, dalam dalam.
Memejamkan mata. Panama Red. Yang terbaik.
Bel pintu depan berbunyi.
"Yeah?" Berdering kembali. "Oke, oke." Pintu apartemennya.
Buzzzzzz , "Sialan, aku datang. Aku datang." Dorian berdiri. Terhuyung. Ia tertawa
kecil. Di depan pintu itu ia menarik nafas dalam, beberapa kali. Kemudian
mengintip dari lubang mengintai. Ya dewa!
Dorian membuka pintu. Michi berjalan masuk. Dengan tertawa cabul, Dorian menutup kembali pintu itu, bersandar. "Hei,
Michelle. Oke. Kapan kau kembali" Kukira kau akan pergi selama sepuluh hari."
Ya dewa, ia merasa bernafsu sekali.
Dorian mulai bergerak mendekat, rokok ganja di antara ibu jari dan jari
telunjuknya. Michi berkata, "Kau sendirian?"
Dorian melihat ke sekeliling. "Kurasa begitulah. Yeah. Aku sendirian."
Ah, tentu saja Michelle itu mau bersenang senang. Buat apa lagi kalau tidak
untuk itu... Dorian merasa dirinya telah menjadi keras. Sekali untuk
perjalanan. Yang terakhir kalinya dengan Michelle. Sesudah malam ini, hanya
ada dirinya dan Romaine. Dorian berkata. "Mari kita ke kamar tidur."
"Tolong padamkan lampu lampu."
"Di kamar tidur kita dapat "
"Lampu lampu itu, tolong padamkan."
Dorian mengerutkan dahi. Oke, oke.
Dorian melihat Michi memandang ke arah jendela yang menghadap ke arah
jalanan. "Hei, mama-san, jangan khawatir mengenai tetangga. Yang ada di luar
sana cuma 'Big John'."
Dorian tertawa. Memadamkan lampu lampu, dan kemudian, sambil berputar
untuk menawarkan minuman pada Michelle, dirasakannya rahangnya meledak
dengan kenyerian sangat itu.
Michi telah menghantamnya di bawah dagu dengan sikunya, menyentak
kepala Dorian ke belakang dan memaksanya menggigit lidahnya oedemikian
keras sehingga putus ujungnya. Ketika kedua tangan Dorian melesat ke
mulutnya, Michi menghantamkan siku itu juga ke
dalam uluhatinya. Dan ketika kedua tangan i-tu terkulai ke bawah, jari jari
tangan kiri Michi melesat bagaikan lidah seekor ular, menusuk kedua mata
Dorian, membutakannya. Dorian terengah engah bergulat menghirup udara, mencoba berteriak, tetapi
tidak dapat. Michi menyerang rendah, menggunakan kakinya untuk menyapu pada
pergelangan kaki Dorian, merobohkannya ke atas lantai. Dorian mendarat berat
ke atas lantai, dan sebelum dapat mengeluarkan suara, Michi menghujamkan
tumit tajam sepatu botnya ke leher Dorian.
Dorian tergeletak tercekik di atas lantai, kedua tangan pada lehernya,
tubuhnya yang besar berguling guling. Michi berpaling dan berjalan ke jendela.
Mengintip keluar, ke jalanan di bawah itu. Sepuluh tingkat. Hai. Michi
membuka tirai jendela itu, membuka jendela itu. Udara dingin menghantam
wajahnya, membuat matanya berairmata.
Michi berjalan kembali kepada Dorian, dan dengan tangan pada ketiak pria
itu, menyeretnya ke jendela itu. Mengangkat tubuh berat itu ke atas bingkai
jendela tidaklah ringan, tetapi ia melakukannya. Tubuh Dorian kini setengah di
dalam dan setengah di luar, tepat di atas payon beton di atas pintu gerbang
masuk gedung apartemen itu.
Michi menundukkan kepala pada kenangan leluhurnya, keluarganya, lalu
melepaskan topi coklat tua yang menyembunyikan rambutnya dan hachimaki
yang dipakainya pada dahi dan keningnya. Dirangkulnya paha Dorian lalu
didorongnya tubuh itu keluar jendela itu, dan bersandarlah ia ke kanan agar
tidak terlihat dari bawah sana.
Michi membiarkan jendela itu terbuka.
Setelah memungut topinya, Michi menyeberangi kamar, mengintip keluar
lewat lubang pegintai. Lorong luar apartemen itu kosong.Beberapa detik
kemudian ia sudah meninggalkan apartemen itu dan menuruni tangga tangga
gedung itu, yakin akan menjumpai kerumunan orang banyak kalau ia mencapai
lantai dasar. Ternyata jalanan hampir kosong. Dengan bingung, Michi yang
memakai syal dan kaca mata hitam, ragu sejenak lamanya. Kemudian melihat
ke atas. Dorian telah mendarat di atas payon beton itu, dan tidak ada orang
yang mengetahui adanya mayat di atas itu,.
Di seberang jalan,pintu pintu besar dari katedral dibuka. Berbondong
bondong orang mulai keluar dari gereja itu. Michi bergegas pergi dari situ.
DELAPAN JAM KEMUDIAN, Michi dibangunkan oleh neorang pramugari Air
France. Penerbangan itu mendahului jadwalnya. Karena banyak
angin dari belakang, maka pesawat itu akan mendarat di Charles de Gaulle
Airport setengah jam lebih dini.
Bersamaan dengan pesawat terbang itu menyentuh landasan, jantung Michi
berdebar semakin keras. Bagian paling berbahaya dari rencaaanya adalah di
depannya. Tidak ada hambatan apa pun di bagian pabean. Juga paspor palsunya sebagai
seorang amerika. Setelah menelefon, Michi mendapatkan sebuah taxi.
Dalam perjalanan ke kota Paris, Michi mengingatkan diri sendiri bahwa kini
tinggal dua orang yang harus ia bereskan, dan kemudian akan bebaslah ia dan
berbahagia bersama Manny.
Michi terbangun ketika taxi itu memasuki Place de la Concorde. Michi
mengeluarkan sebuah kedok ski, mengenakannya.
"Froid," ia berkata. Dingin. Ia bukanlah wanita pertama yang dilihat oleh sopir
taxi itu mengenakan kedok ski dalam cuaca seperti itu.
Taxi itu membelok memasuki rue de Faubourg St-Honore, jalanan butik butik
paling bergaya di Paris. Tujuan Michi adalah butik Yves St. Laurent.
Tetapi, sebelum taxi itu tiba di sana, sebuah taxi lain dari arah berlawanan
mencapai butik itu terlebih dulu. Taxi Michi minggir dan berhenti di sejajar
trotoar, dan menunggu, mesin tidak dimatikan.
Dari taxi kedua yang tiba duluan itu, seorang wanita dalam mantel kulit
berbulu putih, bersepatu bot dan topi hitam lemas, dengan wajah dilindungi
kaca mata hitam dan syal hitam pula, turun dan masuk ke dalam butik St
Laurent itu. Michi membayar taxinya dan ketika berjalan menuju butik itu,
dilihatnya mobil Renault itu. Berhenti di belakang taxi kedua dan seorang pria
dalam anorak hijau tua dan kacamata berbingkai pesegi turun.Setelah
menyentuh alat penolong pendengaran, pria itu menyeberangi jalanan itu,
masuk ke dalam sebuah cafe.
Lima belas menit kemudian, seorang wanita yang memakai mantel, topi dan
kedok ski Michi meninggalkan butik itu dan naik ke dalam sebuah taxi yang baru
saja menurunkan seorang penumpang. Michi, tersembunyi di dalam butik itu,
melihat taxi itu meluncur pergi. Namun tidak ada yang mengikuti taxi itu.
Orang dalam anorak hijau itu tidak, mobil Renault itu juga tidak. Michi
menundukkan kepala, berterima kasih pada para dewa. Ia telah berhasil.
Ketika ia keluar dari butik itu, Michi memakai mantel kulit berbulu putih, topi
lemas dan kaca mata hitam. Syal itu kini melilit pada lehernya, tidak menutupi
wajahnya. Ia berjalan sepanjang rue de Faubourg St-Honore, melihat lihat etalase.
Sejam kemudian, Michi memanggil sebuah taxi dan minta diantar ke Hotel
Richelieu tidak jauh dari Etoile di ujung Champs Elysees. Di hotel itu, dalam
suite dengan balkon yang berpemandangan atas pekarangan dalam, Michi
mandi berendam, kemudian memeriksa kamar apakah telah datang tamu tamu
tidak diundang. Tidak ada. Setelah menelefon beberapa relasi bisnis, ia
memasang pesan agar dibangunkan pada pukul tiga siang dan kemudian
berbaring tidur. Pada pukul 4.15 sore, Michi keluar dari hotel itu dan naik ke dalam sebuah
taxi. Ketika taxi itu meluncur pergi, mobil Renault dengan pria berpakaian anorak
hijau itu meninggalkan tempat parkir di depan hotel itu, mengikuti taxi itu
AGEN FBI itu keluar dari kamar tidur dan berjalan ke jendela depan, berdiri di
samping Decker. Bersama sama mereka melihat ke bawah pada mayat Dorian Raymond di atas
marquee pintu hotel, sepuluh lantai di bawah itu.
Decker berpaling pada agen FBI yang juga anggota gugus tugas LeClair itu.
"Apakah yang kaudapatkan?"
Agen itu mengerutkan bibir. "Kosong. Tidak ada tanda tanda orang masuk
dengan paksa. Tidak ada tanda tanda bekas pergumulan. Jendela tidak pecah.
Sidik sidik jari cuma punyanya sendiri. Tetangga tidak mendengar apa pun."
Decker berkata, "LeClair tidak menyukai
ini. "LeClair tidak pernah menyukai sesuatu."
"Kopernya tidak mengatakan apa apa" Isterinya bilang bahwa Raymond
berkemas kemas untuk pindah kembali ke tempatnya. Jadi, mengapa
membunuh diri?" Beberapa saat kemudian pintu apartemen itu dibuka dan Decker melihat
mereka itu. Orang orang dengan kamera, orang orang membawa lampu lampu
sorot, yang membawa alat perekam, yang membawa mikrofon. Penonton
penonton suatu pesta pora. Siap mengarang sebuah teori yang kiranya dapat
membikin laris surat kabar masing masing.
Sialan, apakah kerjanya ia sendiri di situ" Ia berada di situ karena LeClair
naik pitam, naik pitam karena urusannya dengan Dorian Raymond menjadi
berantakan, terkatung katung. Dan bagaimana pengaruh kematian Dorian itu
atas Romaine" Decker bertanya dalam hati apakah benar Dorian berniat
kembali pada Romaine. Decker berjalan masuk ke dalam kamar tidur itu. Petugas petugas sidik jari,
tukang foto kepolisian dan detektif detektif pemeriksa telah selesai untuk
sementara itu. Decker seorang diri saja dalam kamar itu.
Decker, dengan kedua tangan dalam saku saku mantel, duduk di atas tempat
tidur itu. Bunuh diri atau dibunuh oleh keluarga Molise. Apa pun alasannya,
tidak pernah menguntungkan bagi mafia membunuh seorang anggota
kepolisian. Decker sudah mau berdiri dari tempat tidur itu, ketika matanya menangkap
sesuatu di bawah kaki sebuah meja dalam kamar itu. Decker bergerak,
tangannya menjangkau benda itu. Dan jantungnya hampir berhenti berdetak.
Decker menoleh, melihat apakah ia benar benar sendiri saja di situ. Kemudian
dipandangnya benda dalam tangannya itu. Sebuah kijang kecil sekali, sebuah
contoh indah dari margasatwa origami.
Decker memasukkannya ke dalam saku, lalu
berdiri. Ia merasa mual, panas, berpeluh. Ia memerlukan udara segar. Decker
bergegas keluar dari kamar tidur itu, menyeberangi ruangan duduk, kemudian
membuka pintu, menembus kerumunan wartawan itu sampai ia mencapai
tangga. Decker membuka pintu darurat, keluar.
Decker menarik nafas dalam dalam, menyedot udara lewat mulutnya,
kemudian pelan pelan menuruni tangga. Di dalam sakunya itu, kijang kecil itu
seakan akan membakar menembus kulit. Decker berjalan terus memasuki
kegelapan pekat , tanpa mengetahui dan tanpa perduli ke mana ia pergi.
Setibanya di tangga berikutnya, Decker berhenti dan muntah muntah.
Bersambung ke Lima C H A N B A R A Drama tradisional Jepang yang melibatkan permainan pedang, dengan
pilihannya antara giri, kewajiban, dan ninjo, perasaan atau kecenderungan.
SELAMA DUA HARI sejak kematian Dorian Raymond, Sparrowhawk hanya tidur
enam jam. Yang membuatnya tidak bisa tidur adalah kebohongan besar, bahwa
Dorian Raymond telah membunuh diri.
Sparrowhawk juga bingung. Michelle Asama telah menggali lubang, dan
Sparrowhawk menyadari kalau ia tidak mendorong wanita itu ke dalam lubang
galiannya sendiri itu, maka ia sendiri, Sparrowhawk, yang akan didorong ke
dalam lubang itu. Sparrowhawk saat itu duduk di dalam kantornya di MSC, Robbie Ambrose
duduk di sebelah kirinya. Mereka sedang mendengarkan laporan dari seseorang
yang menelefon dari Paris.
"Jadi, selama tinggal di Paris nona Asama selalu dalam pengawasan?"
"Ya. Kami mempunyai orang di lobby selama duapuluh empat jam. Kami
mengetahui apa yang dilakukan nona Asama di dalam hotelnya."
"0, ya" Apa yang dilakukannya?"
"Bisnis. Tidak ada telefon, ia menulis surat surat."
"Dan kepada siapa surat surat itu ditujukan?"
"Itu tidak dapat kami ketahui.
Ia mengeposkannya sendiri. Kemarin,
ketika ia berbelanja."
Sparrowhawk memukul meja. "Sialan! Ia seorang wanita bisnis yang sangat
Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhati hati, atau ia mengetahui bahwa dirinya diawasi. Jadi, kau dapat
memastikan bahwa ia tidak pernah meninggalkan Paris sejak tiba di sana?"
"Pasti. Ia masih berada di sini, mengurus bisnis di luar hotelnya."
Sparrowhawk berbicara lagi. "Dan kau sendiri melihatnya meninggalkan
hotel untuk pertama kali sejak tiba di sana, dan menuju langsung ke butik St
Laurent itu?" "Ya. Dua orang kami yang mengikutinya. Kedua orang melihatnya.
Pakaiannya. Bermantel kulit bulu putih, topi besar, kacamata hitam dan syal
menutupi mulutnya." Robbie yang sejak tadi memijat mijat sebuah bola karet, melemparkan bola
itu ke atas untuk ditangkapnya kembali. "Siapakah orang berkedok itu?" Ia
bergurau/. Sparrowhawk melemparkan sekilas pandang marah ke arah Robbie.
Bergurau! Sparrowhawk nyaris berbicara lagi, ketika kepalanya tiba tiba
menyetak ke arah Robbie. "Apa katamu?"
"Aku?" Suara di seberang sana bertanya heran, "Aku tidak mengatakan apa
apa." "Bukan kau, yang kumaksudkan Robbie. Rob bie, apakah yang baru saja
kaukatakan itu?" "Aku cuma bergurau, mayor. Sorry."
"Tidak apa apa, Robbie. Ulangi saja kata katamu tadi."
Robbie mengangkat bahu. "Aku cuma mengatakan 'siapakah orang berkedok
itu"' Sparrowhawk kembali pada telefon itu. "Dieter, maafkan aku. Kau tadi
melaporkan tentang keluarga tuan Ishino, teman nona Asama itu. Tolong kau
jelaskan lagi mengenai keluarga itu."
"Yah.... tuan Tetsuo Ishino mempunyai tiga orang anak. Dua anak lelaki dan
seorang anak perempuan."
Sparrowhawk melihat kepada Robbie. "Coba terangkan mengenai anak
perempuannya itu." "Kami tidak mempunyai fotonya, tetapi itu bisa diatur. Kudengar ia cantik
sekali. Berusia duapuluh sembilan. Mempunyai dua orang anak, seorang anak
laki laki dan seorang anak perempuan."
"Duapuluh sembilan, katamu. Muda. Kira kira seusia nona Asama."
Robbie tiba tiba berhenti bermain dengan bola karet itu. Sparrowhawk terus
memandang pada Robbie. "Dieter, kau tidak sampai mengikuti nona Asama
masuk ke dalam butik itu, bukan?"
"Tentu saja tidak. Akan terlalu menarik perhatian. Itu tempat wanita
melulu. Kami menunggu di luar. Kami melihatnya masuk, kami melihatnya
keluar." "Kau melihat seseorang masuk, kau melihat seseorang keluar."
"Aku tidak mengerti "
Sparrowhawk memijat mijat lehernya yang tegang. "Luar biasa. Sungguh luar
biasa. Oke, laporanmu kuterima, Dieter. Kirimkanlah rekening langsung atas
namaku." "Baik. Terima kasih."
"Aku yang berterima kasih padamu. Sampai jumpa lagi, Dieter." "Au revoir,
monsieur, sampai ketemu lagi, tuan."
Setelah meletakkan pesawat itu, Sparrowhawk berkata kepada Robbie, "Ia
melakukan pergantian itu di Amsterdam. Anak perempuan Ishino memakai
pakaian Michelle Asama, kemudian naik pesawat pribadi ayahnya, memancing
orang orang Dieter melakukan pengejaran sia sia. Sementara itu, Michelle
Asama tanpa diketahui orang kembali ke New York, menyingkirkan Dorian, dan
berangkat kembali ke Paris. Di sana ia berganti lagi, menjadi Michelle Asama
kembali setelah meng'aplos1 nona Ishino itu."
Robbie berkata. "Orang orang Dieter yang merusaknya. Wanita itu
mengetahui dirinya diawasi."
"Itu sekurang kurangnya. Satu hal yang jelas: sasarannya adalah kita
berempat. Dirimu, diriku, Dorian dan Paul Molise. Dorian dan Paulie sudah
mampus." "Decker. Kaupikir ia bersama wanita itu dalam urusan ini?"
Sparrowhawk menggelengkan kepala. "Negatif."
"Bagaimana kau dapat memastikan itu?"
"Sederhana. Ketika Dorian menghadap pada penciptanya, Decker mengajar
karate di West Side. Ada lebih dari duapuluh saksi mata. Ketika Dorian terjun
dari jendela kamarnya, Decker sibuk di markas distriknya. Dan akhir nya, jika
Decker mau menyingkirkan kita, maka itu sudah dilakukannya lama
sebelumnya." "Jadi, kau berpikir wanita itu keluarga George Cnihara."
"Perbuatan perbuatannya akhir akhir ini menunjuk kearah itu.Maka
sampailah kita pada kenyataan yang lebih keras lagi. Kalau kita tidak
menyingkirkan nona Asama itu, maka pada waktunya ialah yang akan
menyingkirkan kita."
Sparrowhawk dan Robbie saling pandang. "Aku mengatakan ini dengan
keengganan, Robbie.Kau mengetahui bahwa aku telah berjanji tidak akan
memintamu mengotori tanganmu dengan pekerjaan macam ini, kecuali kalau
memang perlu sekali. Agaknya sudah pasti bahwa nona Asama itulah orang
misterius yang datang dengan mobil ke tempat Chihara, enam l.nhun berselang
dan yang pada waktunya diberi peringatan
sehingga ia langsung menghilang pergi. Selama enam tahun ini ia mempersiapkan diri untuk
bertindak." "Kita tidak akan menyerahkannya kepada Gran Sasso?"
"Robbie, pikiran Paul Molise senior tidak bisa bekerja rasional sejak kematian
anaknya. Keadaannya berganti ganti antara kesedihan sangat dan teriakan akan
darah. Kau melihat sendiri bagaimana Pangalos dan Quarrels tanpa banyak pikir
disingkirkan." Sparrowhawk menyalakan sebatang sigaret turki. "Kalau Michelle Asama
sampai berbicara pada orang orang mafia itu, kurasa kitalah, dirimu dan diriku,
yang akan dirugikan. Kitalah yang bertanggung jawab atas yang terjadi atas diri
Paulie. Paul senior dalam keadaannya sekarang, mungkin sekali akan menarik
kesimpulan itu. Begitu juga Gran Sasso dan Allie Boy. Dan kalau diketahui
bahwa nona Asama mendapat bantuan dari tuan tuan Jepang tertentu, aku
tidak akan heran kalau Molise cs akan memutuskan untuk menyingkirkan kita
sebagai jalan terbaik untuk menghindari kesulitan dari orang orang Jepang itu
di masa datang." Sparrowhawk menghembuskan asap biru dari mulutnya. "Tidak, Robbie,
lebih baik kalau kita yang menyingkirkan nona Asama itu."
Robbie mencengkeram bola karet itu. "Kapankah aku berangkat ke Paris?"
"Segera." Sparrowhawk berkata tanpa ragu ragu. "Dan barangkali kau
ingin berlibur beberapa hari lamanya di Paris?"
Robbie menggelengkan kepala. Tidak, tetapi terima kasih, mayor. Aku harus
segera kembali. Ada beberapa pertandingan yang harus kuikuti. Kemudian aku
harus memusatkan diri pada turnamen suibin bulan Januari itu. Pada waktu
itulah aku dapat menikmati kota Paris."
"Terserah kaulah. Decker tidak berminat mengikuti turnamen di Paris itu,
eh?" Robbie mendengus. "Kau bergurau" Ia sudah tidak mempunyai keberanian
itu." "Sayang. Aku ingin melihatnya dirobohkan. Tetapi, oke, kau segera
berangkat. Dan berhati hatilah. Harus kauingat, bahwa sudah tiga orang yang
kita ketahui telah dibunuh oleh wanita itu. Dengan tangannya sendiri. Jangan
semberonp atau terlalu meremehkannya." Menertawakan,' pikir Sparrowhawk.
Takut pada seorang wanita. Tetapi, Michelle Asama bukan seorang wanita
biasa. Robbie melemparkan bola itu, menangkapnya kembali.
Aku tidak meremehkan nya, mayor. Tetapi sudah memastikannya. Wanita itu
sudah tidak ada." PADA PUKUL 7:00 petang, Michi berdiri di atas balkon kamar hotel itu,
memandang ke seberang, lewat atap atap rumah, ke arah menara Eifel.
Sesaat kemudian ia masuk kembali ke dalam kamar tidurnya, melepaskan
semua pakaiannya, dan mandi. Setelah memakai kimono sutera, ia duduk
mengatur jadwalnya untuk hari esok. Esok hari akan merupakan hari yang
sibuk. Adalah sebaiknya ia tidur tidak terlalu larut malam.
Terdengar ketukan atas pintu kamarnya. Pelayan hotel, pikir Michi, tetapi
sesaat kemudian menyimpulkan bahwa itu tidak mungkin.
Michi berdiri dari kursinya, "Siapakah itu?"
"Manny." Tangan Michi melesat ke dada, ke atas jantungnya. Ia begitu bergairah
sehingga geraknya menggulingkan sebuah kursi. Dengan hati bahagia ia berlari
ke pintu, membukanya dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Decker.
Merupakan suatu kejutan bagi Michi ketika disadarinya bahwa sikap Manny
sangat bercadang. Bahkan berusaha melepaskan diri dari pegangannya. Michi
menatap pada Manny. Manny mengelak membalas tatapan mata Michi. Manny tampak lelah, kurus,
seperti terkuras secara emosional. Ada sesuatu yang meresahkan Manny.
"Di dalam," Manny berkata, suara dan nadanya formal.
Michi melangkah mundur, membiarkan Manny masuk, dan menutup pintu.
Michi berkata, "Ada apa, Manny" Katakanlah padaku."
Decker memandang pada Michi, lama. Kemudian mengeluarkan tangan dari
saku mantelnya Mata Michi melesat ke kijang kertas lavender yang di telapak
tangan Manny yang diulurkan padanya.
"Aku menemukannya di apartemen Dorian," Decker berkata. "Dan, o ya, ia
sudah mati." Dengan lembut, Decker meletakkan kijang kertas itu di atas meja kopi, lalu
melepaskan topi. "Terjadi kemarin dulu malam. Keluar jendela dan sepuluh
tingkat ke bawah." Decker memandang pada Michi, dan Michi melihat kesedihan di dalam mata
Manny. Ia melihat keletihan dan ia melihat ketakutan Decker pada
pengkhianatan yang mengapung di udara.Namun Manny tidak akan mau pergi
iiebelum mengetahui semuanya.
Decker berkata. "Kau telah tidur dengannya?"
Michi menggigil dan menundukkan kepala.
Ketika Decker berbicara, suaranya serak karena kepedihan. "Bolehkah aku
duduk" Lututku agak menggangguku. Biasanya begitu kalau udara lembab."
Michi memalingkan muka. "Kau datang untuk menangkap diriku?"
Decker melihat pada kijang kertas itu. "Entahlah. Sialan, aku tidak tahu.
Aku datang untuk mendapatkan jawaban jawaban. Kini kudapatkan sebuah. Aku
telah berharap harap bahwa itu tidak benar." Decker memejamkan mata. "Ya
Lambang Kematian 3 Mata Elang Karya Hey Sephia Golok Maut 3