Petualangan Digunung Bencana 4
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana Bagian 4
yang kuat sekali. Begitu tombol kautekan, seketika itu juga sinar akan memancar
ke arah bumi, sehingga kau tidak bisa jatuh. Tapi jika kau ingin turun ke bumi,
tekan Iagi tombol dan kau akan melayang dengan landai ke bawah, karena daya
"tarik bumi berpengaruh Iagi terhadap dirimu."
"Tapi nanti dulu kusangka aku harus mencoba payung model baru." kata penerjun
"payung itu. "Tak kukira barang itu omong kosong seperti ini!"
"Ini bukan omong kosong, tahu!" tukas Meier mencampuri pembicaraan. "Ini ciptaan
gemilang sarjana terbesar di dunia. Kalau kau nanti turun ke bumi setelah
terbang satu-dua mil, aku akan segera datang bersama Erlick, dengan bantuan
anjing-anjing pelacak itu. Setelah itu kau akan mendapat ganjaran yang berlimpah
ruah. Kau akan menjadi orang terpandang karena merupakan salah seorang
"perintis penerbangan gaya baru!"
"Nanti dulu aku ini kan berat," kata penerjun payung itu Iagi. "Ya, kan" Sayap
"setipis itu takkan mampu mengangkat tubuhku tak peduli ada sinar atau tidak!
"Aku tak mengerti tentang tarikan bumi terhadap aku. Aku cuma tahu bahwa aku
pasti jatuh terbanting. begitu aku meloncat hanya dengan benda itu di lenganku
Yang betul saja dong!"
"Pegang dia!" seru Meier tiba-tiba dengan marah. Seketika itu juga kedua lengan
penerjun payung itu dipegang kuat-kuat oleh Erlick serta seorang Jepang. Anak-
anak memandang dengan napas tertahan, sementara raja memasangkan sayap ke lengan
orang itu. Orang itu berteriak sambil meronta-ronta. Tapi ia tidak bisa melepaskan diri,
karena Erlick yang potongan badannya seperti gorila terlalu kuat.
"Masukkan dia ke helikopter, lalu segera berangkat," kata Meier memberi komando.
"Kau juga ikut. Erlick. Nanti pada saat yang tepat, dorong dia ke luar. Jika ia
ingin selamat, pasti tombol itu akan ditekannya. Setelah itu ia akan melihat
sendiri bahwa ia bisa terbang!"
Tapi penerbang helikopter berpendapat lain. Suaranya terdengar jelas, bernada
tidak enak. "Kurasa orang ini terlalu berat," katanya. "Sama seperti yang waktu itu.
Menurutku lebih baik kau pertimbangkan lagi keputusan ini, Boss! Lebih baik
bikin dulu sayap yang ukurannya dua kali Iebih besar daripada yang ini. Aku mau
saja ikut dalam percobaan yang ada kemungkinannya berhasil. Tapi orang bertubuh
besar mencoba sayap itu kurasa kecil sekali harapannya akan bisa selamat!"
?"Maksudmu, kau menolak membawa orang ini?" tukas Meier. Mukanya pucat karena
marah. "Tepat," kata penerbang helikopter. ia juga mulai marah. Goresan di pipi kini
nampak jelas. "Suruh saja seseorang bertubuh kecil mencobanya! Waktu terakhir
itu percobaan sebenarnya sudah berhasil sebentar tapi kemudian kekuatannya
"habis. Para penerjun payung ini semuanya bertubuh kekar setidak-tidaknya
"mereka yang harus melakukan percobaan dengan aku dan kukatakan saja terus
"terang, aku tidak mau mengangkut orang yang tidak mau. Mengerti?"
Meier bergerak maju, seakan-akan hendak memukul penerbang itu. Erlick
menahannya. "Ya, begitu lebih baik," kata penerbang itu. Ia sama sekali tidak kelihatan
gentar. "Jangan coba macam-macam terhadapku, Boss. Aku terlalu banyak mengetahui
rahasia kalian dan ada orang-orang lain yang juga terlalu banyak tahu,jika aku"tidak kembali pada waktunya!"
Setelah itu ia masuk ke helikopter, diikuti oleh temannya yang selama itu
membisu terus. Mesin pesawat itu dihidupkan, sementara penerjun payung yang
tidak jadi ikut hanya bisa memandang saja dengan sikap bingung.
Penerbang tadi menjulurkan kepalanya ke luar, lalu berbicara pada Meier, yang
kelihatannya hampir meledak karena marah.
"Selamat tinggal! Aku takkan datang lagi kemari aku hendak mengambil cuti!
"Akan kukirimkan orang lain sebagai penggantiku seseorang yang tak secerewet
"aku. Tapi lebih baik ikuti nasihatku, cobalah dengan orang bertubuh kecil!"
Setelah itu helikopter membubung tegak lurus ke atas, terbang mengitar dengan
pelan, lalu bergerak ke arah barat. Beberapa saat kemudian bunyinya tidak
kedengaran lagi. Orang-orang yang tinggal berjalan bolak-balik di pelataran. Mereka sibuk
berdebat. Tapi penerjun payung tadi tidak ikut berbicara. Ia dipegang erat-erat
oleh beberapa orang Jepang. Sayap terbang sudah dilepaskan dari lengannya, dan
selama beberapa waktu dipegang oleh raja. Tapi kemudian dimasukkan ke dalam
peti, yang Iangsung dikunci.
"Baiklah, aku setuju," kata raja. "Memang mungkin orang-orang yang kita pilih
terlalu berat tapi siapa lagi yang bisa kita pakai kecuali mereka" Cuma
"penerjun payung saja yang sudah biasa meloncat dari tempat tinggi! Suruhlah
orang lain yang mencoba, jika itu yang kalian kehendaki. Hasilnya pasti sama
saja! Gagasanku tidak mungkin gagal!"
Anak-anak yang mengikuti perembukan itu ngeri sekali, ketika menangkap ucapan
yang terdengar kemudian. "Satu dari anak-anak ini bisa kita pakai," kata Meier. "Misalnya saja anak yang
bermulut lancang itu. Kita pasangkan sayap di lengannya, lalu kita suruh ia
melompat dari helikopter!"
Bab 24 HELIKOPTER DATANG LAGI KEMUDIAN orang-orang itu turun semua ke dalam gunung. Lampu besar sudah
dipadamkan. Lucy-Ann menangis tersedu-sedu. Jack dan Dinah merangkulnya.
berusaha membujuk. Mereka sendiri pun rasanya ingin menangis saat itu.
"Ia tidak bersungguh-sungguh tadi," kata Jack sambil mencari-cari kata yang
menenangkan. "Jangan takut ia tadi berkata begitu untuk menakut-nakuti kita
"saja. Mereka takkan benar-benar tega menyuruh Philip melakukan percobaan itu."
"Mereka bukan cuma menggertak saja. Mereka bersungguh-sungguh. Kau juga tahu!"
kata Lucy-Ann sambil terus menangis. Bagaimana sekarang" Kita harus berbuat
sesuatu." Berkata begitu gampang saja tapi apa yang bisa mereka lakukan" Malam itu anak-
"anak sulit tidur. Mereka rnembicarakan baik tidaknya Philip diberi tahu tentang
apa yang terjadi dan apa yang diusulkan kemudian.
" Akhirnya mereka memutuskan, lebih baik Philip jangan diberi tahu. Kasihan dia,
nanti bingung! Padahal ia seorang diri saja di dalam gua. Jadi ketika hari sudah
pagi dan si Putih dikirim ke tempat Philip dengan membawa roti sandwich, dalam
surat yang ikut disertakan tidak ditulis apa-apa tentang kejadian itu.
Ketiga remaja itu kaget, ketika kemudian seorang Jepang naik ke atas, menggiring
Philip! Anak itu bergegas menghampiri mereka sambil tertawa lebar.?"Hai! Aku dibebaskan! Rupanya mereka bosan mencoba memaksaku tunduk karena
kelaparan -- melihat kenyataan bahwa aku malah semakin gemuk. Kalian dengar
tidak bunyi helikopter tadi malam" Aku mendengarnya."
Dinah dan Lucy-Ann merangkul Philip, sementara Jack menepuk punggungnya dengan
gembira. Mereka senang sekali karena Philip ada bersama mereka lagi. Si Putih
yang datang menyertainya berjingkrak-jingkrak naik turun tembok rendah, seperti
"sedang beraksi di sirkus saja tingkahnya.
Anak-anak tidak banyak bercerita tentang malam sebelum itu. Philip agak heran,
kenapa mereka tidak banyak berbicara. Segala pertanyaannya dijawab dengan
singkat. la tidak melihat Jack menatap kedua anak perempuan sambil mengerutkan
kening, melarang mereka berbicara terlalu banyak. Jack berpendapat lebih baik
jangan mengatakan apa-apa dulu, karena mungkin saja Meier memang hanya bermaksud
menggertak. Tapi sebetulnya aneh juga, kenapa Meier dengan tiba-tiba menyuruh Philip dibawa
naik ke pelataran. Makanan yang diantarkan pun jauh lebih enak dan banyak
daripada biasanya. "Seperti calon korban yang digemukkan dulu sebelum dikorbankan," kata Jack dalam
hati. "Kapan kiranya helikopter itu datang lagi, ya" Masih berapa lama waktu yang ada"
Aduh, Bill datanglah cepat-cepat kemari!"
"Lucy-Ann dan Dinah sangat manis terhadap Philip, yang menurut perkiraan mereka
pasti akan disuruh terjun dari helikopter. Dinah bahkan bertanya di mana Sally
Geliat. Ia memaksa diri tidak cepat-cepat menjauh, ketika Philip mengeluarkan
cecak ular itu dari kantungnya.
"Eh kenapa Dinah tahu-tahu begitu sikapnya?" tanya Philip. "Begitu manis
"sikapnya terhadapku. Biasanya ia tidak begitu. Tahu-tahu nanti ia menawarkan
diri, mengurus Sally untukku!"
Philip merasa yakin bahwa pasti ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Jangan-
jangan ada kabar buruk, tentang Kiki. Tapi tidak jika begitu, sikap Jack pasti
"lain. Philip merasa tidak enak. Tidak biasanya anak-anak merahasiakan sesuatu
terhadapnya. Ia langsung menanyakannya pada Jack.
"He, Jack ada apa-apa, ya" Jangan bilang tidak ada karena aku tahu pasti.
" "Ayo katakan kalau tidak, nanti aku kembali saja lagi ke guaku!"
"Jack sangsi sesaat. Tapi kemudian ia rnemutuskan, lebih baik hal itu dikatakan
saja. "Baiklah akan kukatakan, Philip. Tapi soalnya tidak enak bagi kita."
"Jack menceritakan kejadian malam itu sampai pada usul Meier, agar satu dari
"anak-anak saja yang menguji baik tidaknya sayap terbang itu.
"Begitu," kata Philip lambat-lambat. "Dan mestinya yang mereka pilih itu aku,
ya?" "Begitulah kata mereka," kata Jack. "Mereka itu tak berperikemanusiaan!
Percobaan mereka belum sempurna sayap terbang itu belum sepenuhnya dapat
" diandalkan. Setengah saja belum walau kapan-kapan mungkin bisa benar-benar "sempurna!"
"Wah bayangkan, aku akan terbang dengan sayap," kata Philip mencoba
"berkelakar. Kemudian dilihatnya wajah Jack yang cemas. "Kau tak usah khawatir,
itu takkan terjadi! Pasti nanti terjadi sesuatu dan kalau tidak, aku bukan
"anak pengecut!"
"Aku tahu. Itu tak perlu kaukatakan lagi padaku," kata Jack. "Anak anak
"perempuan sedih sekali. Karena itulah sikap kami agak aneh tadi. Kami sebenarnya
sudah memutuskan untuk tidak mengatakan hal ini padamu."
Philip menghampiri Dinah dan Lucy-Ann sambil melonjak-lonjak Lengannya dikepak-
kepakkan seperti sayap. "Sudah, jangan sedih!" katanya dengan riang. "Begitu aku meloncat dari
helikopter, aku akan langsung terbang mendatangi Bill. Biar dia kaget setengah
mati!" Tapi percuma saja ia mencoba berkelakar. Persoalannya terlalu gawat. Anak-anak
tidak ada yang mengajak si Putih bermain-main, karena terlalu gelisah memikirkan
apa yang akan terjadi dengan Philip. Anak kambing itu kesal, lalu masuk ke dalam
gunung lewat tangga batu. la mencari orang yang bisa diajak bermain-main.
Tiga hari sudah lewat Keempat remaja itu sudah hampir putus harapan. Menurut
dugaan mereka, Bill takkan datang. Sebab kalau ia mencari mereka, tentu sudah
lama muncul. Jika ada yang datang, tentunya akan nampak berkeliaran di lereng
gunung. Tapi anak-anak tidak melihat siapa-siapa. Benar-benar mengecewakan!
Mereka sudah jemu menunggu dengan sia-sia.
Keempat remaja itu menimbang-nimbang. Bagaimana kalau mereka mencoba lari lagi
lewat tangga tali. Siapa tahu, mungkin sekarang mereka bisa menemukan cara
mengulurkannya ke bawah. Tapi Jack menggeleng.
"Tidak mereka pasti waspada sekarang. Salah seorang Jepang selalu ada di
"dekat-dekat kita. Tentunya Meier sudah menugaskan seseorang menjaga di bawah."
Tapi ada satu hal yang agak menyenangkan. Rupanya ada perintah agar anak-anak
jangan sampai kekurangan makan, karena kenyataannya selalu banyak sekali yang
diantarkan untuk mereka. Walau keempat remaja itu sedang sedih, namun selera
mereka tetap ada. Mereka makan dengan nikmat. dibantu oleh si Putih yang selalu
siap menghabiskan sayur yang tersedia. setiap kali ada kesempatan.
Suatu malam ketika anak anak sudah tidur berselubung selimut di bawah tenda,
"tahu-tahu terdengar bunyi helikopter. Mereka langsung bangun. Jantung mereka
berdebar keras. Lucy-Ann mulai menangis.
Helikopter itu terbang dengan lambat, mengitari puncak gunung. Kemudian Iampu
yang terang dinyalakan, menyinari pelataran. Pesawat itu turun dengan pelan,
sampai roda-rodanya mencecah dasar batu.
Di pesawat itu ada dua orang, tapi kedua-duanya bukan yang pernah datang.
Penerbang pesawat memakai kaca mata dan topi penerbang. Sedang temannya tidak
memakai apa-apa. Tampangnya galak.
Tidak lama kemudian Meier muncul, bersama Erlick dan sejumlah orang Jepang.
"Kau pemimpin di sini?" seru penerbang dari dalam helikopter "Aku menggantikan
Kahn. Ia sedang cuti! Sulit juga menemukan tempat ini. Ini Johns, rekanku. Kami
membawakan barang-barang yang kalian pesan."
Sementara barang-barang dibongkar dari pesawat, penerbang serta rekannya
meloncat turun ke pelataran.
"Makanan untuk kalian sudah disediakan," kata Meier. "Kalian berangkat kembali
besok, kan?" "Tidak, harus malam ini juga," kata penerbang itu. "Ada yang mengadakan
penyelidikan tentang kegiatan kami. Jadi kami harus kembali sekarang juga." "Kau sudah diberi tahu tentang yah, tentang..." kata Meier. Ia agak ragu.
?"Apa maksudmu" Bahwa ada penerjun payung hendak terjun dengan helikopter?" kata
penerbang itu. "O ya, kalau soal itu, aku sudah tahu. Aku mau saja. Jika ada
yang ingin melakukannya, terserah!"
"Imbalan untukmu pasti memuaskan sekali," kata Meier dengan suaranya yang tajam.
"Sekali ini pembayaran dinaikkan menjadi lipat dua. Orang yang hendak terjun itu
masih muda perlu begitu, untuk percobaan kami."
"Sesaat tidak ada yang berbicara. Kemudian penerbang itu bertanya dengan nada
tajam. "Apa maksudmu masih muda?"
?"Seorang anak laki-laki," kata Maier. "Ia ada di sini."
Laki-laki jahat itu berpaling pada salah seorang Jepang dan berbicara dengan dia
dalam bahasa asing. Orang itu bergegas menuruni tangga batu, masuk ke dalam
gunung. "Aku harus memberi tahu orang yang menciptakan alat baru itu bahwa kalian sudah
datang," kata Meier lagi. "Bagaimana kalian makan dulu?"
?"Tidak usah," kata penerbang itu. "Aku harus berangkat sekarang juga. Panggil
anak itu, dan suruh dia bersiap-siap." ,
Lutut Lucy-Ann terasa lemas sekali, sehingga ia nyaris tak mampu berdiri lagi.
Philip tetap tenang. Tapi dalam hati ia bergejolak. Baiklah! Biar saja sayap itu
dipasangkan padanya. Biar saja ia dimasukkan ke dalam helikopter. Ia tidak
takut! Nanti ia akan meloncat dengan sayap itu. Dan kalau sayap itu ternyata
bisa bekerja ?"Tapi Philip tidak bisa membayangkannya.
Penerbang itu belum melihat anak anak yang berdiri di bawah tenda. Tapi kemudian
"beberapa orang Jepang datang menjemput Philip. Anak- anak yang Iain ikut, walau
Lucy-Ann harus berpegang pada Jack. Sebelum penerbang itu bisa mengatakan apa-
apa pada mereka, raja sudah datang. Cepat sekali ia berdandan sekali itu, pikir
anak-anak. Mahkotanya bertengger agak miring di atas kepala. Tapi selebihnya, ia
nampak anggun seperti biasanya.
Salah seorang penjaga membawakan kotak yang berisi sayap. Raja membuka k0tak
itu, lalu mengeluarkan hasil citaannya. Sayap itu memang indah sekali dan
"kelihatannya seperti bisa dipakai terbang. Lucy-Ann berdoa dalam hati, mudah-
mudahan saja memang bisa!
Philip diam saja ketika sayap itu dipasangkan ke lengannya. Ia mengangguk,
ketika padanya ditunjukkan kedua t0mb0| yang harus ditekan. Dikepak-kepakkannya
sayap itu sebentar. la heran merasakan betapa besar tenaga alat bantu terbang
itu. Anak-anak yang lain memandangnya dengan perasaan kagum. Philip tabah
sekali, kata Jack dalam hati. Sedikit pun tak diperlihatkannya bahwa ia takut
Tapi mungkin juga Philip memang sama sekali tidak takut.
Sebenarnya dalam hati kecil anak itu, ia merasa agak ngeri tapi perasaan itu
"ditekannya, jangan sampai kelihatan.
Tahu-tahu Lucy-Ann melangkah maju, lalu memegang lengan raja.
"Raja yang mulia," katanya, "kurasa lebih baik aku yang mencoba sayap ciptaan
Anda ini. Aku lebih ringan daripada Philip. Aku bangga, jika diizinkan
mencobanya." Semua yang ada di pelataran itu tercengang. Philip merangkul Lucy-Ann dengan
lengannya yang sudah dipasangi sayap.
"Kau ini tabah!" katanya. "Tapi akulah yang akan terjun! Nanti aku akan terbang
kembali kemari, untuk menunjukkan pada kalian bahwa sayap ini bisa diandalkan!"
Lucy-Ann terisak. Ia tidak tahan lagi Penerbang serta rekannya naik lagi ke
helikopter, tanpa mengatakan apa-apa.
Raja sama sekali tidak nampak ragu ketika menyuruh Philip berangkat Rupanya ia
benar-benar yakin akan keandalan sayap ciptaannya yang luar biasa itu. Kasihan "pikirannya melayang di awang-awang. Orang-orang yang melakukan percobaan
untuknya, baginya sama sekali tidak ada artinya.
Meier memperhatikan dengan sikap galak, sementara Philip masuk ke helikopter
dengan dibantu salah seorang Jepang, karena geraknya agak terganggu oleh sayap
yang terpasang pada lengan. Laki-laki jahat itu kelihatannya mengharap kan
"Philip akan berontak. la sama sekali tidak kagum melihat ketabahan anak itu.
Matanya yang tajam menatap Philip. Remaja itu membalas tatapannya dengan
pandangan mengejek. "Yuk, sampai nanti!" kata Philip sambil melambaikan lengan. "Jaga dirimu baik-
baik, Meier. Kapan-kapan riwayatmu pasti berakhir dengan menyedihkan!"
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Meier marah mendengar ejekan itu. Ia melangkah maju, tapi saat itu baling-baling
helikopter mulai berputar, makin lama makin cepat. Lucy-Ann menelan tangisnya.
Ia yakin bahwa itulah saat terakhir ia melihat Philip.
Helikopter membubung lurus ke atas. Penerbangnya menjulurkan kepala ke luar,
lalu meneriakkan sesuatu.
"Jangan lupa pada Bill Smugs!" serunya.
Suaranya kini berbeda dengan tadi. Berbeda sekali.
Itu suara Bill! " Bab 25 MALAM YANG MENEGANGKAN HAMA ketiga remaja yang ada di pelataran saja yang memahami makna seruan itu.
Sedang Meier serta kawan-kawannya sama sekali tidak mengerti. Mereka bahkan
hampir tak menangkap seruan itu. Tapi anak-anak mendengarnya dengan jelas! Napas
mereka tersentak. Tapi mereka tidak mengatakan apa-apa, sampai Meier serta yang
|ain lain sudah turun lagi ke dalam gunung. Setelah itu anak-anak masuk ke bawah
"tenda, sambil berpegangan tangan.
"Jack! Itu tadi Bill! Betul-betul Bill!" kata Lucy-Ann. Suaranya agak aneh.
"Ya dan ia tahu bahwa jika ia meneriakkan Jangan lupa pada Bill Smugs`, kita
" "akan langsung mengenalinya," kata Dinah. "Ia memperkenalkan dirinya dengan nama
itu ketika kita mengalami petualangan yang pertama. Ingat tidak" Wah belum
"pernah aku mengalami kejutan seperti tadi!"
"Dan Philip sekarang selamat," kata Jack. Ia puas sekali. "Syukurlah! Dan orang
yang menyertai Bill tadi pasti salah seorang temannya. Philip tinggal membuang
sayapnya tadi, dan habis perkara!"
"Lututku lemas sekali rasanya, karena gembira," kata Lucy-Ann.
Ia mendului duduk. Anak-anak menarik napas lega. Beban berat kini sudah
tersingkir dari pikiran mereka. Philip selamat! la tidak perlu Iagi meloncat
dari helikopter, untuk menguji keandalan alat ciptaan seorang sarjana sinting.
Ia kini sudah bersama Bill!
"Apa yang menyebabkan Bill datang kemari naik helikopter?" kata Jack bertanya-
tanya. "Dan mendarat di sini dilihat oleh Meier dan Erlick.?""Yah, masa kau tidak ingat lagi! Dalam suratmu kau kan menulis tentang
helikopter yang menurut dugaan kita mendarat di sini," kata Dinah. "Itu, surat
yang kita tinggalkan pada si Belang!"
"Ya, betul juga katamu itu," kata Jack. "Jadi rupanya Bill memang datang mencari
kita lalu menemukan si Belang. Bill memang bisa dijadikan andalan!"
?"Apakah yang akan dilakukannya sekarang?" kata Dinah. "Mungkinkah ia datang
lagi, untuk menjemput kita?"
"Jelas dong!" kata Jack. "Philip akan ditaruhnya dulu di tempat yang aman,
setelah itu ia cepat-cepat kembali kemari. Mungkin masih malam ini juga!"
"Mudah-mudahan," kata Lucy-Ann. "Aku tidak suka ada di gunung ini. Yang paling
menyenang- kan di tempat pertanian Bu Evans. Aku tidak suka pada orang-orang di
sini Meier yang jahat. Erlick yang gemuk. Orang-orang Jepang itu dan raja!"
" ?"Aku malah kasihan padanya," kata Jack. "la itu hanya terperangkap saja 0leh
tipuan para penjahat. Kurasa mereka pasti sudah banyak mengeruk keuntungan dari
berbagai ciptaannya. Dan seka- rang bertindak tidak setengah setengah, untuk
"ciptaan yang ini. Aku ingin tahu, betul-betul bisa bekerja atau tidak sayap
itu." "Pokoknya aku merasa lega bahwa Philip tidak usah lagi mengujinya," kata Dinah.
"Philip itu sangat tabah, ya?"
"Memang. Dan Lucy-Ann pun tabah sekali," kata Jack. "Kenapa tadi tiba-tiba
timbul niatmu untuk menggantikan Philip, Lucy-Ann?"
"Entahlah tahu-tahu datang dengan sendirinya," kata Lucy-Ann. "Tapi aku sama
"sekali tidak tabah saat itu. Lututku gemetar!"
"Tinggal nasib Kiki yang masih kucemaskan sekarang," kata Jack. "Mudah-mudahan
saja ia tidak diapa-apakan oleh mereka. Selama ini ia tidak pernah begitu lama
menghilang!" Dinah dan Lucy-Ann juga merasa prihatin. Dinah yakin sekali bahwa Kiki mengalami
sesuatu yang tidak enak. Jika Meier berhasil menangkapnya, habislah riwayat
burung kakaktua itu. Ia bergidik, ketika terbayang tatapan mata Meier yang tajam
menusuk. Tiba-tiba ia terpekik, "Hii ada sesuatu yang merayap di kakiku! Cepat tolong
" "lihatkan!"
"Ah, itu kan Sally!" kata Jack sambil menangkap cecak ular itu. "Maaf, Dinah!
Philip tidak mau membawanya meloncat tadi, dan karena itu dimasukkan olehnya ke
dalam kantungku, ketika kau sedang melihat. ke arah lain. Aku tidak menyangka
Sally akan keluar. Kau jangan berteriak, Dinah. Semua sudah menunjukkan
ketabahan masing-masing malam ini, jadi kau juga dong!"
"Dinah menuruti permintaan Jack, karena apalah arti seekor cecak ular jika
dibandingkan dengan loncatan yang harus dilakukan Philip jika penerbang yang
" datang tadi bukan Bill" Bukan apa-apa! Dinah menjauhkan kakinya. Tapi ia tidak
berteriak Iagi. Cecak ular itu masih berkeliaran sebentar, lalu masuk lagi ke
kantung Jack. "Aku masih belum habis pikir juga, bahwa yang datang dengan helikopter tadi
ternyata Bill!" kata Lucy-Ann untuk kesekian kalinya. "Jantungku nyaris terhenti
karena kaget ketika ia tiba-tiba berseru dengan suaranya sendiri, 'Jangan lupa
pada Bill Smugs!?"Kita harus bersiap-siap menunggu kedatangannya Iagi," kata Jack. "Mungkin itu
masih malam ini juga. Ada kemungkinan curna kita saja yang akan mendengarnya
nanti, karena mereka yang di bawah pasti tak menduga ia akan datang kembali.
Bunyi helikopter tidak bisa didengar di dalam gunung!"
"Wah asyik, apabila Bill bisa datang tanpa ketahuan, lalu membawa kita pergi
"dari sini," kata Lucy-Ann. "Meier beserta kawanannya pasti bingung nanti,
mencari kita ke mana-mana!"
"Dan kawanan anjing disuruh melacak jejak kita di luar," kata Jack.
"Bagaimana perlukah kita semua berjaga, menunggu kedatangan Bill?" kata Dinah.
?"Tidak usah! Kalian berdua tidur sajalah, biar aku yang menunggu," kata Jack.
"Saat ini aku takkan mungkin bisa tidur! Nanti jika ada sesuatu, kalian akan
cepat-cepat kubangunkan."
"Bagaimana dengan lampu yang menunjukkan tempat mendarat?" tanya Dinah dengan
tiba-tiba "Bisakah kau menyalakannya begitu bunyi pesawat itu terdengar, Jack?"
"Kurasa bisa," kata Jack. Ia pergi ke tengah pelataran, lalu mencari-cari
sakelar untuk menyalakan lampu besar itu.
Tapi benda itu tidak kelihatan di situ. Jack mencari ke mana-mana, tanpa hasil.
"Aku tidak bisa menemukan sakelarnya," katanya kemudian. "Menyebalkan!"
Ah, kurasa tanpa lampu pun Bill pasti bisa mendarat," kata Lucy-Ann. la yakin
"sekali bahwa Bill pasti bisa melakukan apa saja bahkan yang paling mustahil
"sekalipun. "Kau menjaga ya, Jack! Aku hendak tidur dulu."
Kedua anak perempuan itu berbaring, lalu memejamkan mata. Tidak sampai semenit
kemudian keduanya sudah pulas, walau sebelumnya masih merasa tegang sehabis
mengalami kejadian yang tak disangka-sangka itu. Jack duduk menjaga. Malam itu
mendung. Hanya sekali-sekali saja nampak bintang mengintip dari balik awan.
Jack memikirkan Bill. la kagum padanya. Bagaimana ia sampai bisa menguasai
helikopter itu" Jack mengucap syukur karena masih terpikir olehnya untuk
meninggalkan surat pada si Belang, yang isinya menuturkan semua yang diketahui.
Coba jika itu tidak dilakukannya, Bill tentu tidak tahu apa-apa tentang gunung
itu serta rahasia yang ada di dalamnya. Ia pasti tidak akan mengira bahwa
helikopter bisa mendarat di puncaknya!
Ia mendengar bunyi samar di kejauhan. Jack menajamkan pendengarannya. Ya itu
"suara helikopter. Pesawat itu datang Iagi! Kalau begitu Bill tidak pergi jauh-
jauh dari situ. Hanya membawa Philip ke salah satu tempat di luar, mendengar
ceritanya, lalu langsung kembali untuk menjemput anak-anak yang lain. Meier
pasti kecewa sekali nanti apabila melihat bahwa ketiga anak itu sudah tidak ada
lagi - dan tidak tahu apa yang terjadi dengan sayap ajaib itu!
Jack mencoba mencari sakelar lampu besar, tapi tetap saja tidak berhasil. Itu
sebetulnya tidak mengherankan, karena benda itu tersembunyi di bawah semacam
tingkap kecil yang tidak nampak, karena rata dengan pelataran.
Helikopter itu kian mendekat, mengitari gunung lalu membubung tinggi. Rupanya
sudah hendak mendarat di puncak Jack menggoyang-goyangkan tubuh Dinah dan Lucy-
Ann. "Bill sudah kembali!" katanya.
Kedua anak perempuan itu cepat-cepat bangun. Si Putih yang tidur bersama mereka
juga ikut bangun lalu berjingkrak-jingkrak. Ia merasakan kegelisahan anak-anak.
"Pesawat itu hendak mendarat!" kata Jack. Anak-anak memicingkan mata, berusaha
mengenali bentuk helikopter yang gelap di tengah kehitaman malam.
Terdengar bunyi benturan pelan. Tiba-tiba helikopter bergerak mendekati tempat
anak anak. Mereka cepat-cepat menyingkir."Saat berikutnya terdengar suara Bill memanggil,
"Di mana kau, Jack?"
"Di sini," seru Jack sambil lari menghampiri pesawat itu, sementara Bill
menyalakan senter yang terang cahayanya. "Keadaan sudah aman. Tidak ada seorang
pun dari mereka di sini. Wah lega rasanya, karena Anda sudah ada! Bagaimana
"Philip baik-baik saja?"
"Ya, ia sekarang ada di lereng gunung. Ia ditemani Johns. orang yang tadi datang
"bersamaku kemari. Ayo, cepat masuk ke helikopter, sementara keadaan masih aman."
Bill menyorotkan senternya berkeliling untuk melihat di mana Dinah dan Lucy-Ann
berada. Sesaat kemudian anak-anak sudah dibantu naik ke pesawat.
"Aku tadi tidak bisa melihat dengan jelas," kata Bill. "Kurasa sewaktu turun,
aku membentur sesuatu. Kurasakan benturan yang lumayan juga kerasnya, lalu
pesawat terputar. Mudah-mudahan saja tidak ada yang rusak."
"Kurasa Anda tadi membentur dinding sisi pelataran," kata Jack sambil membantu
Dinah dan Lucy-Ann naik ke pesawat. "Wah, benar-benar hebat, Bill! Bagaimana
"Anda bisa..." "Penjelasannya nanti saja!" kata Bill, lalu mengutik-utik sesuatu di depannya.
"Kita berangkat sekarang!"
Helikopter membubung sekitar setengah meter ke udara, tapi kemudian bergerak
memutar. Dengan cepat Bill menurunkannya lagi ke pelataran.
"Wah! Kenapa begitu terbangnya?" Lucy-Ann sudah tidak tahan lagi, karena ingin
cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
"Ayo, kita berangkat!" katanya berulang-ulang, sampai Dinah menyenggol,
menyuruhnya diam. Si Putih duduk dengan tenang di lutut Lucy-Ann yang
merangkulnya erat-erat. Bill mencoba sekali lagi. Pesawat itu membubung ke atas, lalu kembali berputar
dengan aneh. "Ada yang tidak beres dengan kemudinya," kata Bill dengan nada kesal. "Ah,
kenapa Johns kutinggalkan di bawah tadi" Kalau ia ada di sini, kemungkinannya ia
bisa membetulkan sebentar. Tapi kalau dia ikut, kemungkinannya pesawat ini tidak
bisa naik karena ditambah beban kalian bertiga!"
"Perasaan ketiga remaja itu makin kecut, sementara Bill berusaha terus agar
helikopter mau terbang dengan benar. Tapi tiap kali sudah membubung, pesawat itu
langsung bergerak memutar dengan keras. Bill tidak bisa berbuat apa-apa untuk
mencegah terjadinya gerakan itu. Dalam hati ia sudah khawatir, jangan-jangan
nanti malah sama sekali tidak bisa dikendalikan lagi, lalu terjungkir ke bawah.
la tidak berani mengambil risiko itu, karena ada anak-anak.
Selama sejam ia berusaha mengendalikan pesawat itu. Tapi kemudinya tetap tidak
bisa diatur geraknya. Anak anak disuruhnya turun, karena ia hendak melihat "apakah dengan begitu pesawat bisa Iebih terkendali. Tapi ternyata sama saja.
"Rupanya rusak karena membentur dinding tadi," kata Jack. "Bagaimana sekarang,
Bill?" "Bagaimana jika turun lewat bawah?" kata Bill. "Philip tadi sempat bercerita
tentang tangga tali. Sebelum ini aku sudah mencari jalan masuk itu. Kau kan
menulis tentang itu dalam suratmu! Aku sudah masuk ke dalam rongga yang terdapat
di balik semak itu. Tapi hanya sampai di situ saja tidak bisa terus!"
?"Memang, tidak ada yang bisa menemukan jalan naik, kecuali secara kebetulan,"
kata Jack. "Kami kebetulan saja menemukan rahasia menurunkan tangga tali itu
"yaitu dengan jalan memutar roda yang terdapat di bawah permukaan kolam. Begitu
roda diputar, tangga tali akan meluncur turun dari .atas!"
"Yah kelihatannya kita sekarang terpaksa turun lewat jalan itu, kata Bill.
" ?"Helikopter sialan ini tidak bisa dikendalikan lagi. Aku tidak berani
menerbangkannya, karena risiko jatuh besar sekali. Padahal kita tidak punya
sayap, yang bisa menyelamatkan!"
"Aduh, Bill jadi kita benar-benar tidak bisa pergi dari sini dengan
"helikopter?" tanya Lucy-Ann. Semangatnya langsung hilang. "Aku tidak mau masuk
Iagi ke dalam gunung. Nanti kita tersesat, Belum lagi kalau sampai ketahuan!"
"Apa boleh buat, Lucy-Ann kita terpaksa," kata Bill. "Tapi jangan takut,
"sekarang kan ada aku yang bisa melindungi! Lagi pula sekarang kan sudah larut
malam. Kecil sekali kemungkinannya kita nanti berjumpa orang!"
"Kita memang sial kenapa helikopter ini tidak bisa dikendalikan lagi," kata
"Jack. "Nanti begitu ada yang melihatnya di sini, mereka pasti akan tahu bahwa
telah terjadi sesuatu lalu mengejar kita!"
?"Itulah sebabnya kita harus sekarang juga berusaha mencari jalan keluar," kata
Bill. "Ayo, kita berangkat Eh apa ini yang membentur-bentur kakiku" Ah kau
" "rupanya, Putih! Kalau kau ingin ikut, jangan jauh-jauh dari kami. Nanti kita
ketahuan karena kau! Ngomong-ngomong, mana Kiki" Dari tadi aku sama sekali tak
mendengar suaranya."
"Kami tidak tahu di mana ia berada," kata Jack sedih. "Sudah beberapa hari kami
tidak melihatnya sejak kami tertangkap. Mungkin ia dikurung atau bersembunyi
" "di dalam gunung atau mungkin juga sudah mati dibunuh."
"_ "Aduh jangan begitu, Jack!" kata Lucy-Ann.
?"'Kiki kan sangat cerdik. Tak mungkin ia sampai bisa tertangkap. Mungkin kita
nanti akan menemukannya."
"Mana jalan keluar dari sini?" tanya Bill sambil menyalakan senter. "Lewat sana"
Itukah tangga yang harus dilewati untuk masuk ke dalam gunung" Kalau begitu,
kita berangkat sekarang jangan membuang-buang waktu lagi."
"Mereka meninggalkan helikopter yang rusak, berjalan menuju tangga batu yang
mengarah ke bawah. Lucy-Ann bergidik karena seram.
"Aku takut, Bill!" keluhnya. "Kusangka aku tidak harus turun lagi ke dalam
gunung!" Bab 26 LARI MENEMBUS GUNUNG TIDAK lama kemudian mereka sudah berada di dalam gunung. Mereka menyelinap lewat
di depan gua tempat Philip pernah dikurung, melalui rongga-rongga tempat
menyimpan perbekalan, menuruni tangga berbelit-belit yang dipahat pada batu.
Sulit sekali memilih jalan yang benar, karena lampu-lampu remang yang menerangi
lorong-lorong sudah dipadamkan semua. Di mana-mana gelap gulita. Bill memang
membawa senter yang terang cahayanya. Tapi ia hanya bisa menyalakannya sekejap-
sekejap, karena takut kalau ada orang melihat. Mereka terpaksa sering berhenti
sambil mendengarkan dengan seksama. Jack dan Dinah berulang kali bertengkar
dengan berbisik-bisik, mengenai jalan mana yang harus diambil selanjutnya. Bill
menunggu dengan sabar. Disuruhnya anak-anak mengingat-ingat, jalan mana yang
harus dipilih. Nadanya sangat mendesak.
"Jika kita suruh si Putih berjalan di depan, mungkin kita takkan tersesat," kata
Lucy-Ann kemudian. "Ia pasti tahu jalan."
"Memang tapi ia kan tidak tahu, kita mau ke mana sekarang." kata Jack. ?"Maksudku, jika ia tahu bahwa kita ingin menuju ke rongga tempat tangga tali
itu, ia pasti akan membawa kita ke sana. Tapi bagaimana caranya membuat ia
tahu?" Akhirnya mereka benar-benar tersesat. Mereka sampai dalam suatu lorong gelap
dengan langit-langit yang sangat tinggi. Menurut perasaan anak-anak, mereka
belum pernah lewat di situ.
Bill mulai putus asa. Coba ia tadi berhasil mendaratkan helikopter dengan mulus,
pasti mereka kini tidak perlu menelusuri lorong-lorong gelap yang tak dikenal
ini, pikirnya. Mereka terus saja berjalan. Makin lama makin jauh ke bawah. Tahu-tahu sampai di
langkan sempit yang terdapat di sisi atas lubang besar. Napas Bill tersentak
ketika melihat sinar kemilau yang dengan tiba-tiba memancar, ketika lantai
lubang digeserkan ke samping sesaat. Ia dan juga anak-anak dengan segera
mengalami perasaan aneh, seolah-olah tubuh mereka menjadi enteng. Tapi perasaan
itu lenyap Iagi, begitu lantai ditarik menutupi lubang lagi.
Di bawah tidak ada siapa-siapa. Rupanya lantai itu bisa digeser dengan mesin,
walau di bawah tidak nampak apa-apa. Itulah anehnya keadaan di tempat
tersembunyi itu. Sama sekali tidak ada mesin besar di situ. Tenaga yang dipakai
tidak dijalankan lewat mesin. Bunyi yang terdengar pun hampir tidak ada, kecuali
suara gemuruh sebelum getaran datang.
"Rupanya di dalam gunung ini ada semacam l0gam yang bisa digunakan untuk
percobaan mereka," kata Bill. "Salah satu logam yang jarang terdapat seperti
"uranium, yang dipakai dalam pembelahan atom. Di bumi ini ada beberapa gunung
yang mengandung beberapa jenis logam langka. Tapi biasanya |0gam-Iogam itu
diambil dengan jalan penambangan. Di sini hal itu tidak dilakukan melainkan
"langsung dipergunakan! Mungkin mereka melakukannya untuk memanfaatkan ketebalan
batu di sini, yang melindungi dunia luar dari pancaran sinar yang sedang dicoba.
Pintar sekali mereka!"
"Rasanya dari sini kami tahu jalan selanjutnya," kata Jack. Ia merasa lega
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena berhasil sampai di suatu tempat yang sudah dikenal walau tempat itu
"lubang besar yang menyeramkan!
Ia menuding ke arah belakang, ke lorong yang mengarah ke atas. Bill menyorotkan
senternya ke lorong itu. "Itu jalannya?" katanya. "Kalau begitu ayolah!"
Mereka mendaki l0r0ng lebar yang terjal itu. Lalu menyusur terowongan sempit
yang berkelok- kelok. Akhirnya sampai ke percabangan.
"Kiri," kata Jack. Bill tercengang ketika melihat tirai sutra yang tergantung di
sepanjang dinding setelah itu, begitu pula yang menutupi ambang sebuah gua.
"Di belakangnya ruang tidur raja," bisik Jack pada Bill, sambil menjamah
lengannya. "Si Putih ada bersamamu, Dinah" Jaga baik-baik jangan sampai ia "menerobos maju!"
Bill berjingkat-jingkat menghampiri tirai, lalu menyibaknya sedikit. Di baliknya
nampak ada cahaya suram. Sesaat lamanya Bill mengamat-amati ruang tidur raja itu
dengan penuh minat. Setelah itu tirai ditutupnya kembali, sedang ia sendiri
berjingkat-jingkat ke tempat anak-anak menunggu.
"Di dalam ada orang yang berbaring di dipan," bisiknya. "Orangnya sudah tua.
Keningnya besar sekali!"
"Itulah raja gunung ini!" jawab Jack sambil berbisik pula. "Ialah otak pencipta
segala penemuan yang ada di sini. Kurasa ia itu jenius tapi sinting!"
?"Ia kelihatannya tidur pulas," kata Bill. "Adakah jalan melewati gua ini, tanpa
membangunkannya?" "Tidak kita harus lewat situ," jawab Jack. "Lalu melewati ruangan tempat dia
"biasanya makan, lalu melintasi ruang singgasana."
Bill berpikir-pikir sesaat.
"Kalau begitu kita harus mengambil risiko," katanya. "Kita masuk satu per satu
"tapi hati-hati, jangan sampai menimbulkan bunyi!"
Mereka masuk satu demi satu ke kamar tidur itu, dengan napas ditahan. Dinah
masuk sambil memegang si Putih. la berdoa dalam hati, semoga anak kambing itu
nanti tidak tahu-tahu mengernbik di dalam!
Untung saja di ruangan itu terhampar permadani tebal, sehingga langkah mereka
sama sekali tidak terdengar. Jantung Lucy-Ann berdegup-degup saat ia melintasi
ruang tidur itu sambil berjingkat-jingkat. la sudah takut saja, jangan-jangan
raja gunung terbangun karenanya.
Mereka masuk ke ruangan di mana terdapat meja makan yang panjang. Tapi kini sama
sekali tidak ada apa-apa di atas meja itu.
Mereka terus menyelinap, menuju ke ruang singgasana. Sesampainya di luar, di
balik tirai indah yang berhiaskan gambar naga-naga merah, mereka berhenti
sebentar. Mereka mendengar bunyi aneh seperti dengkuran. Apakah itu"
"Bill mengintip dengan hati-hati, melihat ke balik tirai. Ia tertawa nyengir.
Ternyata di ruang singgasana itu ada sejumlah orang. Mereka itu para penerjun
payung. Beberapa di antaranya duduk, sedang yang lainnya berbaring. Di tengah-
tengah ruangan terdapat meja panjang yang sarat dengan gelas dan piring berisi
sisa-sisa makanan yang berlimpah ruah. Para penerjun payung itu tidur semua.
Tidak seorang pun bangun!
"Jadi di sini rupanya mereka selama beberapa hari yang lalu," bisik Jack. "Aku
sudah heran saja, kenapa mereka tidak kembali ke atas. Wah rupanya mereka
"tertidur, karena terlalu banyak makan. Bukan main!" '
Bill meraba-raba dinding di balik tirai. Ia mencari-cari sakelar. Ia berbisik
lagi, setelah menemukannya.
"Aku akan mematikan lampu di dalam situ, supaya kita bisa lewat tanpa ada yang
melihat. Kita berjalan menyusur dinding. Usahakan agar jangan sampai menimbulkan
bunyi nanti!" Lampu di dalam dipadamkan, sehingga bangsal besar itu gelap gulita. Dengan
didului oleh Bill, anak-anak menyelinap sepanjang dinding ke seberang. Langkah
mereka tak kedengaran, karena mereka berjalan di atas hamparan empuk.
Bill tertegun ketika mereka sampai di ruang laboratorium yang luas. Ia kagum
melihat apa yang ada di situ. la lebih banyak mengetahui hal-hal begitu daripada
anak-anak, dan karenanya menyadari betapa hebatnya otak penciptanya.
Mereka berdiri di atas serambi sambil memandang ke bawah, ke arah roda-roda dan
rentangan kawat, memperhatikan bejana-bejana kaca serta kotak-kotak kristal.
Bunyi dengungan pelan masih tetap terdengar.
"Untuk apa segala peralatan ini, Bill?" bisik Lucy-Ann.
"Mentransmutasikan energi," jawab Bill pelan.
"Mentran apa, Bill?" tanya Lucy-Ann. Ia belum pernah mendengar kata itu. ?"Mentransmutasikan atau katakanlah mengubah suatu jenis energi menjadi energi
" atau kekuatan lain, yang bisa dipergunakan untuk tujuan tertentu."
" ?"Misalnya dikurung di dalam sayap terbang, Bill?" tanya Jack.
"Ya, begitulah." kata Bill. "Peralatan ini benar benar menakjubkan!"
"Di ruang kerja itu tidak ada orang. Mengherankan sekali rasanya, segala
peralatan yang di bawah itu bekerja sendiri, tanpa ada yang melayani.
Bill begitu kagum, sehingga selama beberapa saat lupa bahwa mereka harus buru-
buru mencari jalan keluar dari dalam gunung. Ia merasa seperti sedang bermimpi.
Ia sadar lagi, karena si Putih menanduk-nanduknya. Bill agak kaget, lalu
memegang lengan Lucy-Ann.
"Ayo, kita terus!" katanya. "Kenapa aku sampai berhenti di sini, membuang-buang
waktu berharga!" Jack mendului masuk ke lorong berikut, yang menuju ke gua besar yang pernah
mereka masuki. Bill menyorotkan senternya ke situ. Tapi tidak ada apa-apa yang
menarik di situ. Setelah itu mereka menyusuri lorong lagi, yang menuju ke gua
tanpa langit-langit. Anak-anak merasa sudah hampir bebas tinggal mengetahui
"rahasia mengeluarkan tali dari tempatnya dalam dinding batu!
Mereka melewati lampu-lampu remang yang terpasang di sepanjang dinding lorong.
Entah apa sebabnya, lampu-lampu itu dinyalakan. Dalam gua yang dituju, sinar
senter yang dipegang Bill menerangi kendi-kendi berisi air segar di sisi
belakang rongga atas. Rupanya disediakan di situ bagi orang yang kehausan
sehabis memanjat tangga tali.
"Inilah tempat tangga tali itu," kata Jack. Diambilnya senter dari tangan Bill,
lalu disorotkannya ke dinding, mencari tempat tangga itu tergulung dalam
dinding. Tapi sebelum Jack berhasil menemukannya, tahu-tahu Lucy-Ann terjerembab. Rupanya
kakinya tersangkut pada sesuatu. Lututnya sakit, tapi ia sama sekali tidak
mengaduh. Bill menyuruh Jack menerangi tempat anak itu terjatuh, untuk melihat
apa yang menyebabkan ia tersandung.
Ternyata tangga tali! Tangga itu terentang di dasar rongga, terus menjulur dari
tepinya ke bawah terus, sampai ke dasar gua yang ada kolamnya.
" "Wah tangga itu terulur!" seru Jack. la begitu kaget, sampai lupa berbisik. ?"Yuk kita cepat-cepat turun sekarang, Bill!"
?"Rupanya tadi ada di antara mereka yang keluar," kata Dinah. "Dan tangga ini
dibiarkan terjulur, supaya bisa naik lagi dengan cepat. kita harus berhati-hati,
jangan sampai tepergok!"
'Kau yang turun dulu, Jack," kata Bill, yang sementara itu sudah memeriksa cara
tangga itu terpasang dalam lubang di dinding. Benar-benar hebat tekniknya!
Ternyata ada kawat yang menghubungkan roda dalam kolam di bawah dengan sebuah
tuas yang menggerakkan tangga tali. Apabila sudah terulur sedikit, bobot tangga
itu kemudian menyebabkannya terulur terus sampai habis. Bill tidak bisa menebak
apa yang menyebabkan tangga itu bisa tergulung Iagi. Tapi bagi orang yang
berhasil menciptakan berbagai hal yang menakjubkan dalam gunung, itu pasti soal
enteng saja! Jack berlutut di tepi atas tebing di samping tangga, lalu menuruninya sedikit
dengan hati-hati. "Nah, aku turun sekarang," katanya kemudian. "Suruh Dinah dan Lucy-Ann yang
turun dulu nanti, Bill. Setelah itu baru Anda! Si Putih turun lebih dulu, lewat
liang yang biasa dilalui kawanan anjing herder. Aku tidak tahu letak liang itu.
Tapi hatiku tidak enak, karena tidak tahu di mana Kiki saat ini. Kasihan dia,
ditinggal sendiri di dalam gunung!"
Jack menuruni tangga, diterangi sinar senter yang diarahkan Bill padanya.
"Sekarang kau, Lucy-Ann," kata Bill, setelah Jack tidak kelihatan lagi. "Jack
pasti sudah jauh sekarang, jadi takkan terinjak kepalanya olehmu. Sesudah kau,
Dinah yang turun, sedang aku paling akhir. Nanti kalian menunggu dulu di bawah,
sampai aku sudah datang. Jangan coba keluar sendiri!"
Jack turun terus dengan kecepatan tetap. Rasanya tinggi sekali tangga itu. Tiba-
tiba ia kaget, merasa tangga tali itu bergerak-gerak. Seperti ada yang
memanjatnya dari bawah. Jack langsung berhenti.
"Aduh ada orang naik," katanya dalam hati. "Siapakah dia?"
" Bab 27 BERHASIL JACK buru-buru naik lagi. la tidak ingin tepergok 0rang yang naik itu. Jangan-
jangan Meier atau Erlick. Kalau benar begitu wah, gawat!
" "Sesaat kemudian kepalanya membentur kaki Lucy-Ann yang sudah turun. Anak itu
terpekik ketakutan. "Ssst, jangan berteriak! Ini aku," bisik Jack dari bawah. "Ada orang naik.
Cepat, kita harus ke atas lagi!"
Lucy-Ann ketakutan. lalu bergegas-gegas memanjat ke atas lagi. Uh, seram rasanya
membayangkan ada orang naik, sementara mereka hendak turun. Menurut perasaannya,
pasti itu Meier! Kini kepala Lucy-Ann yang terbentur ke kaki Dinah. Dengan cepat dibisikkannya
bahwa ada orang di bawah. Dinah bergegas naik ke atas kembali, disusul oleh
Lucy-Ann serta Jack yang paling bawah. Jack sudah gugup sekali saat itu. Ia
merasa bahwa setiap saat kakinya akan dicengkeram dari bawah.
Sesaat kemudian kepala Dinah nyaris terinjak oleh Bill, yang menuruni tangga
dengan cepat. Ia kaget ketika mengetahui bahwa Dinah naik lagi.
"Ada apa" Kan sudah kubilang tadi, kau harus cepat-cepat turun?" katanya. Ia
bertambah kaget, ketika mendengar bisikan Dinah yang bernada panik.
"Cepat ke atas lagi, Bill! Ada orang naik. Cepat sebelum Jack tertangkap. "Cepat, Bill!"
Sambil mengatakan sesuatu dengan pelan, Bill bergegas naik lagi. Sesampai di
atas dibantunya Dinah naik, kemudian Lucy-Ann, dan yang terakhir Jack. Tangga
tali masih tetap bergoyang-goyang. Orang yang tidak kelihatan itu masih memanjat
terus. "Kembali ke lorong tadi!" kata Bill. "Kita tidak boleh sampai tepergok. Kita
tunggu sampai yang naik itu sudah lewat lalu kita coba turun Iagi!"
"Sesampai ke percabangan lorong, Bill mendorong anak-anak ke lorong yang paling
gelap. Tapi dengan segera mereka keluar lagi, karena dari ujung belakang
terdengar bunyi langkah orang datang.
Tapi sementara itu orang yang naik sudah sampai di ujung atas tangga. Anak-anak
bergegas menarik Bill ke cabang yang satu lagi. Dari situ mereka memasuki gua-
gua kecil yang sambung menyambung.
"Kita tunggu di sini!" bisik Bill. Tapi ternyata mereka sudah ketahuan. Dari_
arah belakang terdengar suara orang berseru-seru.
"Siapa di sana"! Ayo, keluar! Cepat!"
Tapi mereka tidak berkutik. Semua meringkuk di pojok yang gelap, dinaungi batu
yang agak menonjol ke luar. Bill sudah cemas saja, jangan-jangan mereka akan
ketahuan, jika yang datang itu membawa senter.
Bunyi langkah orang berjalan terdengar dalam gua sebelah, disusul suara orang
berseru-seru. Mereka dikejar! Bill mengeluh dalam hati. Kalau mendengar suara
mereka, pengejar itu berempat. Mungkin juga lima orang. Mereka pasti akan
memencar, lalu mencari sampai berhasil. Ah padahal mereka tadi sudah hampir
"berhasil melarikan diri!
"Yuk lebih baik kita bersembunyi di gua yang lebih aman!" kata Bill sesaat
"kemudian. Tapi sebelum mereka sempat beranjak dari situ, tiba-tiba ada sinar senter yang
disorotkan ke dalam. Mereka mematung kembali, tak bergerak sedikit pun,
sementara sinar itu semakin mendekat ke tempat mereka. Lucy-Ann tidak berani
bernapas. Dipegangnya tangan Bill erat-erat.
Sinar Senter yang diarahkan ke lantai, sudah sampai ke kaki Jack. Tahu-tahu dari
salah satu tempat di dekat mereka terdengar suara. Bunyinya sendu dan bergaung,
seperti sangat menderita.
"Kasihan Polly! Ding dong! Ciluk-ba!"
Jantung Jack berhenti sesaat. Itu kan Kiki! Kiki masih hidup! Rupanya ia
tersesat selama berhari-hari di dalam gunung. la tidak tahu bahwa saat itu
mereka ada di dekatnya Ia tadi melihat cahaya senter serta mendengar suara
orang-orang berbicara. Dan seperti biasa, ia langsung ikut campur.
Bill cepat-cepat memegang lengan Jack. Ia takut anak itu akan memanggil Kiki,
atau berseru karena girang. Tapi Jack juga tahu bahwa itu berbahaya. Karenanya
ia diam saja. Sedang Kiki mengoceh terus, dengan suara yang sedih sekali.
"Panggilkan dokter. Pengap, kedap, lembab! Puh! Hahh!"
Jack belum pernah mendengar suara Kiki sesedih itu. Kasihan pasti ia merasa "dirinya terbuang!
"Apa itu"!" Suara seseorang bernada tajam menggema dalam gua. "Ada orang di gua
ini. Cepat kemari, Erlick! Kaudengar tidak tadi?"
"Dengar apa?" tanya Erlick yang datang dengan membawa senter pula.
"Suara orang," kata Meier. "Ada orang di sini. Mungkin berdua karena kudengar
"mereka bercakap-cakap. Kautunggu di sini, sementara aku memeriksa."
Meier berkeliling sambil memeriksa gua dengan seksama.
Bill mengeluh dalam hati. Kini mereka tidak bisa lagi lari ke gua Iain,
pikirnya. Tiba-tiba Kiki bersin, lalu batuk. Meier tertegun, lalu mengarahkan sorotan
senternya ke arah dari mana bunyi itu datang.
"Kalian sudah ketahuan! Ayo, cepat keluar, kalau tidak ingin lebih celaka lagi!"
serunya dengan marah. Kiki ketakutan. Ia merasa sedih dan lapar, karena sudah beberapa hari tidak
makan. Bentakan Meier menyebabkan ia panik lalu terbang memasuki gua sebelah,
tanpa mengetahui bahwa di dekatnya tadi ada Jack. Tapi untung saja ia tidak tahu
karena kalau tahu, Kiki pasti akan terbang menghampiri lalu hinggap di bahu
"anak itu, sehingga tempat persembunyian Jack dan yang lain-lainnya akan langsung
ketahuan. Kini suara Kiki terdengar di gua sebelah.
"Polly, masak air! Panggilkan dokter!" Terdengar bunyi terceguk, disusul kata
'maaf`, yang diucapkan dengan nada menyesal.
"Astaga! Ada apa di sini?" seru Meier. Kedengarannya seperti bingung. "Itu suara
yang sudah beberapa kali kita dengar. Tapi kalau ada suara, pasti ada pula
orangnya. Aku harus berhasil menemukannya kali ini. Kalau perlu, aku akan
menembak sembarangan!"
Bill dan anak-anak kaget setengah mati ketika terdengar bunyi letusan. Rupanya
Meier menembakkan pistolnya dengan sembarangan ke arah suara Kiki. Jack merasa
ngeri, karena takut kalau Kiki kena tembak.
Meier dan Erlick masuk ke gua sebelah, menyusul ke arah suara Kiki yang kini
sudah lebih jauh lagi. "Hup! Bersihkan kakimu, Anak nakal!"
Mau tidak mau anak-anak tersenyum, walau sangat ketakutan. Kiki selalu
mengocehkan yang aneh-aneh pada saat-saat gawat!
Bunyi tembakan menggema Iagi. Kiki terkekeh- kekeh seperti mengejek, lalu
menirukan bunyi mobil berganti persneling. Ia terbang memasuki gua berikutnya,
dikejar 0leh Meier dan Erlick. Keduanya masih belum melihat Kiki, karena saat
itu mereka mengira sedang mengejar manusia yang lari menjauh. Padahal Kiki
terbang menyusur sisi atas gua, dan kadang-kadang bertengger di tempat-tempat
tersembunyi. Saat itu terdengar langkah orang berlari-lari sambil berseru memanggil-manggil
Meier. "Pak Meier! Pak! Anak-anak minggat! Helikopter kembali lagi. Di atas tidak ada
siapa-siapa. Anak-anak lari!"
Rupanya yang datang itu salah seorang Jepang yang tadi naik ke puncak gunung. la
melihat helikopter ada lagi di situ. Tapi penerbangnya tidak ada, begitu pula
anak-anak. Seruannya disambut kesunyian sesaat. Kemudian terdengar suara Meier
membentak-bentak. Entah apa saja yang diucapkannya, karena ia marah-marah dalam
bahasa asing yang tidak dipahami Bill maupun anak-anak. Kemudian terdengar suara
Erlick, "Tidak ada gunanya kau marah-marah, Meier! Kita keluarkan saja anjing-anjing.
Anak-anak pasti minggat lewat tangga tali. Kau kan membiarkan terulur ke bawah
ketika tadi keluar. Tapi biar saja anjing-anjing kita pasti dengan cepat akan "berhasil menyergap mereka."
"Tapi ke mana penerbang itu?" kata Meier marah-marah, lalu menyambung dalam
bahasa asing. Sedang orang Jepang yang tadi bergegas pergi. Rupanya hendak
mengambil anjing-anjing. "Panggilkan dokter," seru Kiki dengan suara sedih, lalu
menjerit seperti lokomotif. Teriakannya menyebabkan Meier menyorotkan senternya
ke segala arah. Orang itu marah sekali.
Kemudian terdengar suara orang-orang ribut berdebat. Meier, Erlick, serta
beberapa orang lagi yang menyertai mereka berbicara campur aduk, dalam berbagai
bahasa. Bill tidak menunggu lama-lama lagi. Anak-anak didorongnya ke luar dari
tempat persembunyian, menuju lorong terdekat. Dengan cepat mereka kembali ke gua
tempat tangga tali. Mungkin sekarang mereka bisa melarikan diri.
Mereka menuruni tangga itu dengan urut-urutan seperti tadi. Jack melangkah ke
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bawah dengan hati berdegup-degup, takut kalau ada lagi orang yang naik, lalu
tahu tahu mencengkeram pergelangan kakinya dari bawah. Tapi ia berhasil sampai
"di bawah dengan selamat. walau dengan kaki gemetar. Napasnya tersengal-sengal.
Lucy-Ann nyaris terjatuh dari jenjang paling bawah. la menangis karena lega.
Rasanya tidak habis habisnya tangga itu! la merebahkan diri di samping kolam.
"Dadanya terasa sakit.
Dinah yang turun setelah Lucy-Ann, juga ikut merebahkan diri ke lantai gua. Bill
pun lega sesampainya di bawah. Tapi ia tidak ikut-ikut menggeletak.
"Huhh sampai juga akhirnya di bawah!" katanya. "Jauhnya kita turun tadi.
"Sekarang cepat- kita keluar, menggabungkan diri dengan Philip dan Johns. Mudah-
mudahan saja kawanan anjing herder itu nanti tidak menemukan jejak kita. Philip
tadi sempat bercerita tentang mereka, yang kalian sangka kawanan serigala. Aku
tidak ingin dikejar anjing-anjing itu!"
Sementara itu fajar sudah mulai menyingsing. Matahari belum muncul dari balik
gunung, tapi sinarnya sudah mulai menyebar ke atas E:li sebelah timur. Anak-anak
"Iega ketika merasakan hembus- an angin segar membelai muka saat mereka keluar-
lewat celah di batu, setelah mendorong semak yang menutupi celah ke samping.
Mereka menarik napas dalam-dalam, sambil memandang alam sekeliling yang nampak
remang-remang. "Ayo, kita terus," desak Bill. "Philip dan Johns tadi kutinggal dekat air di
"tempat si Belang tertambat. la kami temukan di situ sewaktu aku datang bersama
David dan Effans, mencari kalian. Kami membawanya kembali ke tempat pertanian.
Kata Philip, kalian pasti bisa tahu di mana tempat itu, walau kita mendarat agak
jauh dari situ. Ia menyangka kita akan kembali dengan helikopter. Wah agak
"sulit juga mendaratkannya kemarin malam. Nyaris saja pesawat itu terjungkir.
Tapi akhirnya berhasil juga!"
"Kalau begitu Philip tentunya menunggu kita di tempat itu, ya?" tanya Lucy-Ann.
"Bukan dekat air."
"Tidak! Aku melarangnya karena mungkin saja ada orang mereka yang berkeliaran
"di dekat situ, lalu melihat dia bersama Johns," kata Bill. "Menurutku, besar
kemungkinannya Meier beserta kawanannya keluar mencari Philip, karena mengira
dia pasti meloncat dari helikopter. Aku sebetulnya harus memberi kabar lewat
radio mengenai hasil penerjunannya. Tapi tentu saja aku tidak melakukannya!"
Tidak sulit menemukan jalan ke air, karena fajar sudah menyingsing. Sebelum
mereka sampai di situ, Jack mengalami hal yang membahagiakan dalam wujud Kiki!"Tahu-tahu burung itu muncul dari atas dan terbang mendatangi sambil terkekeh
gembira. la menjerit dengan keras sekali, nyaris memekakkan telinga. la hinggap
di bahu Jack, lalu mengusap-usapkan kepala ke telinga anak itu. Jack begitu
gembira, sampai tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia hanya menggaruk-garuk kepala
Kiki sambil merayu-rayu. Dengan segera Kiki menirukan suaranya.
"Aduh, syukurlah!" kata Lucy-Ann. Ia senang sekali. "Ke mana saja kau selama
ini, Kiki" Lega rasanya, kau ada lagi bersama kami."
Bill pun tidak mau ketinggalan menunjukkan rasa senangnya.
"Kau tadi menyelamatkan kami, Kiki! Kau memancing orang-orang .itu pergi
menjauh, sehingga kami bisa melarikan diri ke luar. Dari mana kau tahu di mana
kami berada tadi" Dan bagaimana kau bisa menyusul kami ke luar?"
Kiki tidak menjawab pertanyaan itu. Jadi baik Bill maupun anak-anak tetap tidak
tahu. Tapi Jack mengira bahwa Kiki pasti terbang ke bawah, ke gua yang tak
beratap, lalu dari situ keluar. Kemudian ia datang, karena mendengar suara
mereka bercakap-cakap. "Hidup Ratu," oceh Kiki dengan suara gembira, lalu terceguk. "Maaf! Maafkan
Raja, cul Polly muncul!" `
"Aduh, Kiki- selama ini kami sangka kau sudah mati," kata Dinah. la memandang
berkeliling, karena menyadari bahwa si Putih tidak ada di situ.
"Sekarang si Putih yang lenyap. Ke mana dia?" "Sudah sejak tadi ia tahu tahu
"lenyap," kata Bill.
"Tapi kurasa nanti muncul lagi dengan tiba-tiba seperti Kiki tadi!"
?"Geliat geliut," oceh Kiki dengan tiba-tiba sambil menelengkan kepala. memandang
ke kantung Jack. Sally tersembul sedikit di situ. Rupanya ingin menikmati hawa
luar yang segar. Dinah sama sekali tidak berteriak melihatnya!
Mereka berjalan lagi. sementara Kiki bertengger di bahu Jack. Tiba-tiba
terdengar suara orang bertiak,
"Hee kami ada di sini! Jack! Dinah! Lucy-Ann! Bill! Wah, Kiki juga ada! Hore
" "kalian berhasil melarikan diri! Tapi kenapa tidak dengan helikopter" Lama sekali
kami menunggu-nunggu di sini."
Itu suara Philip. la berjingkrak-jingkrak. Sedang Johns berdiri dengan tenang di
belakangnya sementara si Putih berlari lari mengelilingi keduanya. Ternyata
" "anak kambing itu berhasil menemukan Philip! Mereka semua sudah bergabung
kembali. Semua berbahagia. Tapi nanti dulu suara apakah itu, yang terdengar di
"kejauhan" "Kawanan anjing!" kata Jack "Mereka mengejar kita!"
Bab 28 DIKEJAR KAWANAN ANJING Lucy-Ann merapatkan diri pada Bill dan Johns, ketika terdengar bunyi gonggongan
galak di kejauhan. la ngeri, membayangkan dikejar anjing-anjing besar itu!
Bill dan Johns berpandang-pandangan. Bill mengatakan sesuatu sambil menggumam.
Tampangnya nampak marah. Mereka sudah begitu senang berhasil sampai di luar "dan kini kemungkinannya mereka akan tertangkap kembali! Tidak ada yang bisa
berbuat apa-apa, jika dikejar anjing yang memang dilatih untuk memburu orang!
"Cepat, Bill kita ke air lalu berjalan mengarunginya," kata Jack dengan tiba-
"tiba. "Itulah yang dilakukan orang Negro itu ketika hendak menghilangkan jejak.
Anjing tidak bisa mencium jejak di air. Kita mengarunginya ke hulu, sambil
mencari tempat persembunyian yang baik - misalnya pohon, di mana Sam waktu itu
bersembunyi!" "Yah - kecil sekali kemungkinan kita akan berhasil," kata Bill "Tapi kita coba
sajalah! Sialan helikopter itu tahu-tahu begitu! Kalau kemudinya tidak rusak,
"pasti kita sudah selamat sekarang!"
Mereka melangkah ke tengah sungai kecil itu, lalu mengarunginya ke arah hulu,
Airnya dingin sekali. Lucy-Ann berjalan diapit Bill dan Johns. Ia senang sekali,
karena berada di tengah dua orang dewasa. Di kejauhan terdengar lagi gonggongan
anjing. Bill dan rombongannya berjalan secepat mungkin ke arah hulu, untuk menghilangkan
jejak. Tapi mereka masih bergerak di tempat yang terbuka, sehingga bisa dilihat
dengan jelas. Karenanya mereka mempercepat langkah, agar selekas mungkin sampai
di bawah pohon yang bisa dipanjat. Atau kalau tidak, gua yang bisa dijadikan
tempat bersembunyi. Tidak lama kemudian mereka menemukan yang mereka cari-cari. Sungai kecil itu
berawal di sebuah lubang besar di tebing gunung. Air menggelegak keluar dari
situ, mengalir dan membasahi kaki mereka termasuk si Putih!
?"Lihatlah air keluar dari lubang besar itu," kata Bill. "Kita masuk saja ke
"situ. Mudah-mudahan cukup tempat untuk kita semua. Kita bersembunyi, sampai
anjing-anjing itu sudah pergi lagi."
Mereka merangkak masuk, satu demi satu. Bill menyalakan senter dan
menyorotkannya ke dalam. Rongga di dalam tebing itu tidak terlalu besar, pas-
pasan bagi mereka. Ujung belakangnya bersambungan dengan lorong yang sempit
sekali. Air menyembur keluar dari lubang itu.
Mereka duduk bersesak-sesak di dalam rongga, di tempat yang tidak dilewati air,
sambil mendengar suara kawanan anjing herder yang mendengking- dengking di
kejauhan. "Nyaris saja aku lupa bahwa masih ada ini," kata Bill sambil merogoh kantung. Ia
mengeluarkan beberapa batang coklat, lalu membagi-bagikannya. Johns ternyata
juga berbekal coklat, sehingga perut mereka agak terisi sedikit.
"Bagaimana mungkinkah anjing-anjing itu kehilangan jejak kita sekarang?" kata
"Jack, karena gonggongan kawanan herder tidak terdengar lagi.
"Kelihatannya begitu," kata Bill. "Kurasa mereka bingung, karena tidak bisa lagi
mengendus bau kita. Kemungkinannya mereka sudah sampai di air, lalu meloncat ke
seberang. Tapi di situ jejak kita tidak bisa ditemukan lagi. Kurasa anjing-anjing itu tidak bisa
menduga bahwa kita menyusur air, menuju kemari."
"Tapi orang orang yang bersama mereka ada kemungkinannya orang-orang itu bisa "menduga begitu," kata Johns dengan tenang. Laki-laki bertubuh kekar itu
menghadapi petualangan dengan sikap biasa, seolah-olah setiap hari mengalaminya.
"Kalau aku, Pasti begitu! Jika aku memburu orang dengan sekawan anjing, lalu
jejak lenyap di tepi air, akan kusuruh anjing-anjing itu mencari ke hilir dan ke
hulu!" "Wah kalau begitu Meier pasti akan berbuat demikian pula," kata Lucy-Ann.
?"Orang itu sangat pintar. Tatapan matanya tajam sekali, Bill rasanya tembus
"kepala ditatapnya."
"Ia boleh mencoba melakukannya terhadapku," kata Bill dengan geram. "Pasti ia
menyesal setelah itu!"
"Menyesal!" oceh Kiki menirukan. "Maaf!"
"Kau lupa terceguk, Kiki," kata Jack. Dengan segera Kiki menirukan bunyi
cegukan. Johns tertawa. Katanya, ia sudah sering mendengar bunyi begitu tanpa
ada burung, begitu pula melihat burung tanpa cegukan tapi kalau dua-duanya
"dialami serempak kocak!
?"Anjing-anjing itu sudah semakin dekat," kata Jack dengan tiba-tiba. Semua ikut
memasang telinga. Benar juga kata Jack, lolongan mereka semakin jelas terdengar.
"Kalau begitu Meier sudah berhasil menyusul mereka," kata Dinah. "Suara anjing-
anjing itu semakin dekat kemari. Jadi Meier sudah berhasil menebak siasat kita,
lalu menyuruh mereka mencari ke hulu."
"Ya dan mereka nanti pasti akan mencium bau kita di sini," kata Philip.
?"Pasti! Anjing-anjing herder tidak bisa ditipu!"
"Tipu-tipu," 0ceh Kiki, lalu menjerit.
"Diam kau!" tukas Jack sambil menepuk paruh Kiki. "Kau ingin didengar anjing-
anjing itu, ya!" "Puh," kata Kiki, lalu mencubit telinga tuannya.
"Itu kudengar bunyi langkah mereka di air," kata Philip. Semua juga
"mendengarnya. Lucy-Ann semakin erat memegang tangan Bill. Aduh kapankah
"petualangan yang menyeramkan ini berakhir"
Kemudian nampak anjing yang paling dekat. Lidahnya yang merah terjulur ke luar.
Binatang bertubuh besar itu terengah-engah. la bergerak meloncat-loncat di air,
makin lama makin mendekat ke tempat mereka.
Kemudian terdengar suara Meier memberi perintah,
"Ayo, terus! Cari mereka sampai ketemu!"
Anjing yang paling depan sampai di ambang gua tempat Bill bersembunyi bersama
yang lain- lainnya. Binatang pencari jejak itu hanya berdiri saja di situ, di
air. la tidak menampakkan sikap akan masuk. la sudah melakukan tugasnya, yaitu
mencari sampai dapat. Ia tidak disuruh menyerang.
Anjing itu mendongak, lalu melolong seperti serigala. Kiki kaget mendengarnya.
Dicobanya menirukan lolongan itu. Tapi yang terdengar sama sekali tidak mirip.
Anjing herder yang ada di depan gua menelengkan kepala. Rupanya heran mendengar
suara aneh itu. Sementara itu anjing-anjing yang lain sudah tiba di tempat itu dengan napas
terengah-engah. Lidah mereka terjulur ke luar. Semua berdiri di belakang anjing
yang pertama, sambil mengendus-endus. Tampang mereka galak-galak!
"Gawat juga kelihatannya," kata Bill. bergumam pada Johns, yang dengan tenang
memandang kawanan anjing itu. Sikapnya tetap santai seakan-akan sudah biasa
dikejar-kejar kawanan anjing herder.
"Tenang, kata Bill. "Anjing-anjing itu takkan berbuat apa-apa. selama kita "tidak berusaha lari."
Kemudian terdengar suara orang berteriak- teriak di luar. Meier dan Erlick
muncul di ambang gua. Muka mereka merah padam karena habis berlari. Meier
langsung berhenti ketika melihat anjing-anjingnya berdiri di depan gua dari mana
air mengalir ke luar, sambil memandang ke dalam.
Dengan cepat didorongnya Erlick ke balik pohon yang ada di situ. Rupanya ia
menduga bahwa Bill membawa pistol.
"Ayo, keluar!" seru Meier dari balik pohon. "Kalian sudah ketahuan! Cepat
keluar, jika tidak ingin diserang anjing-anjingku. Lemparkan senjatamu ke tanah,
lalu keluar dengan tangan terangkat. Kalian tidak bisa berbuat apa-apa lagi
selain menyerah." "Orang itu ramah sekali, ya?" kata Johns pada Bill, dengan nada mengejek.
"Kepingin rasanya membekuk batang lehernya! Bagaimana kita keluar atau tidak?"
?"Jangan!"jawab Bill dengan singkat "Kurasa ia takkan berani menyuruh anjing-
anjingnya menyerbu kemari, karena tahu bahwa di sini ada anak-anak"
"Meier itu tidak kenal kata segan," kata Jack. Ternyata ia benar! beberapa saat
berlalu tanpa ada yang keluar dari dalam_ gua. Bahkan jawaban saja pun tidak
ada. Meier mulai marah lagi. Ia menyerukan sesuatu dalam bahasa asing, lalu
beralih ke bahasa Inggris.
"Kalian sudah mendengar kataku tadi. Kini kalian kuberi kesempatan sekali lagi.
Anjing- anjingku sudah siap, tinggal menunggu perintah menyerbu. Mereka pasti
berhasil meringkus kalian. Kuperingatkan agar jangan melawan karena mereka
"sangat galak!"
Dari dalam gua masih tetap tidak ada reaksi. Lucy-Ann memejamkan rnatanya,
karena takut melihat kawanan herder yang menunggu di luar dengan sikap waspada.
Nampak jelas bahwa binatang-binatang itu menunggu komando menyerbu ke dalam gua,
lalu menyeret mereka yang ada di situ keluar.
Tiba-tiba Philip bergerak. Sebelum sempat dicegah, anak itu sudah keluar.
"Angkat tangan!" seru Meier. Philip mematuhi perintah itu. Tapi sambil berbicara
dengan suara pelan pada kawanan anjing yang datang mengendus-endus dirinya.
"Kalian masih ingat padaku, kan" Kalian pernah tidur bersama-sama aku. Kita kan
teman!" Anjing-anjing herder mengenali suaranya, walau tidak tahu apa yang dikatakan
olehnya. Mereka ingat kembali padanya. Mereka ingat bahwa remaja itu baik hati.
Anjing yang paling depan mendengking pelan. la ingin ditepuk-tepuk oleh Philip.
Tapi kedua tangan Philip terangkat ke atas kepala. la hanya bisa mempergunakan
suaranya untuk membujuk-bujuk kawanan anjing itu.
Philip berbicara terus dengan suara pelan, sementara teman-temannya yang masih
ada di gua memandang dengan kagum. Semua berpikiran serupa. Mereka kagum melihat
kemampuan Philip, sehingga binatang apa pun pasti mau berteman dengan dia.
"Anak mujur," kata Bill dalam hati. "Dan kita juga beruntung bahwa kau bisa
menguasai anjing-anjing itu!"
Meier berteriak dengan marah dari balik pohon.
"Mana yang lain-lain"! Suruh mereka keluar juga! Kalau tetap membangkang, akan
kuperintahkan anjing-anjing itu menyeret mereka keluar!"
Herder pemimpin kawanan anjing itu meletakkan kaki depannya ke bahu Philip, lalu
menjilati muka anak itu. Philip membiarkannya. Melihat itu anjing-anjing yang
lain langsung mengerumuninya sambil mengendus-endus minta perhatian. Meier sudah
tidak dipedulikan lagi. Philip menurunkan kedua tangannya. Meier takkan berani menembak sekarang, karena
ada kemungkinan akan mengenai salah satu anjingnya. Philip sibuk mengelus-elus
kawanan herder itu sambil berbicara dengan suara yang hanya dipakainya kalau
menghadapi hewan. Meier berseru dari balik pohon, memberi komando pada anjing-anjing itu,
"Ayo serbu! Seret mereka ke luar dan bawa kemari!"
Dengan serta-merta kawanan anjing itu menoleh ke arahnya. Tapi mereka nampak
sangsi. Pemimpin mereka memandang Philip.
"Yuk, ikut aku," kata remaja itu. "Ikut aku ke dalam di situ ada kawan-kawan "lagi."
Meier melongo, karena melihat kawanan anjing yang galak-galak itu malah
mengikuti Philip yang kembali ke dalam gua. Sekitar empat ekor di antaranya
masih bisa ikut masuk, lalu menghampiri ketiga anak yang ada di situ dengan
sikap ramah. Mereka mengendus-endus Bill dan Johns dengan sikap ragu. Philip
memegang tangan Bill, dan setelah itu lengan Johns, untuk menunjukkan bahwa
kedua laki-laki dewasa itu kawan-kawannya. Anjing-anjing itu langsung mengerti,
lalu menunjukkan sikap ramah. Tapi Kiki dan juga si Putih masih dihadapi sambil
menggeram-geram. "Kau benar-benar ajaib, Philip!" kata Bill. Ia sungguh-sungguh merasa kagum.
"Rupanya kau ini pandai menyihir binatang. Tidak mungkin tidak!"
"Bukan main anak ini!" kata Johns. Wajahnya yang selalu nampak tenang, sekali
itu memancarkan pandangan kagum.
"Meier pasti naik pitam di luar," kata Jack. "Ia pasti bingung menghadapi
kejadian ini!" Meier berteriak-teriak, "Seret mereka ke luar, kataku! Kutembak kalian semua nanti, jika tidak mau
patuh! Kenapa sih kalian" Ayo, seret mereka ke luar!"
Tapi kawanan anjing itu sama sekali tidak mengacuhkannya lagi. Pemimpin mereka
sudah mengakui kelebihan Philip daripadanya, dan yang lain-lain mengikuti
keputusannya itu. Mereka kini hanya mau patuh pada Philip. Mereka semula patuh
pada Meier karena takut padanya. Tapi mereka sayang pada Philip!
Tiba-tiba Meier menembak. Rupanya ia sudah tidak bisa lagi menahan kemarahan.
Tembakan itu tidak diarahkan pada kawanan herder, melainkan ditujukan ke atas
kepala mereka. Anjing-anjing itu kaget, lalu berpaling ke arah Meier. Mereka
menggeram. Menurut Bill, saat untuk bertindak sudah datang. Ia menyapa Philip.
"Maukah anjing-anjing itu mematuhi perintahmu, Philip" Maukah mereka jika
disuruh menyerang Meier dan Erlick. Kalau menurutmu mau suruh mereka
"menyerang! Biar kedua orang itu merasakan pembalasan yang setimpal!"
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bab 29 PEMBALASAN "SETUJU!" kata Philip, lalu berbicara pada kawanan anjing sambil menuding ke
pohon besar, di balik mana Meier dan Erlick bersembunyi. "Serbu Mereka bawa "kemari!"
Meier dan Erlick hanya bisa melongo, ketika kawanan anjing herder berbalik dan
menyerbu ke arah mereka. Mereka diterpa beramai-ramai sehingga terbanting ke
tanah. Kedua penjahat itu tidak sempat lagi menembak. Pistol yang semula
digenggam Meier terpelanting ke tanah, lenyap di tengah anjing-anjing yang
datang menyerbu dengan bersemangat.
"Mereka jangan diapa-apakan giring saja kemari!" seru Philip bersemangat. la
"bangga, karena ternyata dipatuhi kawanan anjing yang galak-galak itu.
Bill dan Johns keluar dari gua, diikuti oleh Jack. la mengatakan pada Dinah dan
Lucy-Ann agar jangan keluar dulu. Larangan itu sebetulnya tidak perlu, karena
kedua anak perempuan itu tidak mau. Lucy-Ann mencengkeram lengan Dinah dengan
keras, sehingga anak itu terpekik kesakitan. Dengan napas tertahan, keduanya
memandang kejadian yang sedang berlangsung di luar.
Anjing-anjing besar itu menyeret Meier dan Erlick, membawa mereka ke tempat
Philip. Erlick yang potongannya seperti gorila, ternyata pengecut. ia menjerit-
jerit minta ampun. Memang begitulah kenyataannya orang yang suka menggertak,
"biasanya kecil sekali hatinya.
"Aku menyerah!" teriak Erlick. "Suruh mereka mundur!"
Tapi Meier masih terus melawan dengan sengit, seakan-akan tidak takut digigit.
Anjing-anjing yang dilawannya sudah dilatih agar jangan menggigit apabila belum
diperintah. Tapi walau begitu ada juga yang sempat menggigit Meier, walau tidak
secara bersungguh-sungguh. Mereka melakukannya sebagai pembalasan atas sikap
Meier yang sangat keras sewaktu melatih mereka. Pemimpin kawanan anjing itu
menggigit celana Meier, lalu menyeretnya ke depan gua di mana Philip menunggu
bersama Jack, Bill, dan Johns. Meier kelihatan konyol saat itu.
Erlickjuga diseret ke situ. Orang itu sudah nyaris menangis karena takut,
Kemudian ia teringat pada pistol yang ada di kantungnya. la berusaha
mengambilnya, karena beranggapan bahwa itulah kemungkinan terakhir baginya untuk
melarikan diri. Tapi Johns bersikap waspada.
"Angkat tangan!" katanya. "Jangan macam- macam, Erlick kalau tidak riwayatmu
"dihabiskan anjing-anjing ini. Aku takkan peduli! Ayo berdiri. Meier dan
"angkat tanganmu tinggi-tinggi!"
Dengan wajah pucat karena marah, Meier mengangkat tangannya. la menatap Bill
serta anak-anak dengan mata melotot.
"Kau apakan anjing-anjingku tadi?" bentaknya pada Philip. "Selama ini belum.
pernah mereka berani membangkang perintahku! Ia mengumpat-umpat dalam bahasa
"asing. "Tutup mulutmu!" bentak Bill, sambil mengacungkan pistolnya. "Kau terlalu
bermulut besar!" "Bersihkan kakimu," kata Kiki yang terbang keluar dari dalam gua, lalu hinggap
di bahu Jack. "Puh! Hahh!"
Meier melotot menatap Kiki, karena mengenali suaranya yang selama itu
menyebabkan ia kebingungan. Jika tatapan matanya bisa memati kan, pasti Kiki
"sudah tak bernyawa lagi saat itu. Tapi burung iseng itu malah terkekeh-kekeh!
Meier mengepalkan tinjunya yang terangkat ke atas kepala. Kelihatannya ingin
sekali bisa membekuk kakaktua itu.
"Sekarang bagaimana, Bill?" tanya Jack. "Kita jauh dari rumah dan tidak ada "makanan untuk bekal, jika harus berjalan kaki."
"Effans, Trefor, dan David juga ada, tidak jauh dari sini," jawab Bill. "Aku
menyuruh mereka menunggu di dekat-dekat gunung ini. Mereka membawa serombongan
keledai, untuk berjaga- jaga jika kita memerlukan mereka. Aku tidak begitu yakin
apakah helikopter bisa terbang jauh, jika membawa kita semua!"
"Wah benarkah mereka ada di dekat sini?" tanya Lucy-Ann dengan perasaan lega.
"`Wah, Anda ternyata sudah memikirkan segala sesuatunya, Bill! Syukurlah kalau
begitu!" "Bisakah anjing anjing ini kita bawa pulang juga?" tanya Philip. la masih
"dikerumuni kawanan anjing-anjing herder. "Aku bisa mengurus mereka, sampai nanti
sudah diputuskan hendak diapakan selanjutnya. Kurasa kalian dari kepolisian
tentunya mau mengambil mereka, Bill! Mereka terlatih baik."
"Terima kasih atas penawaranmu," kata Bill sambil nyengir. "Aku bersedia
menerimanya! Dan sekarang kita cepat-cepat pergi dari sini. Kita tinggalkan
"gunung aneh ini. Nanti aku akan kembali lagi, bersama beberapa rekanku untuk
mengadakan pembersihan. Jenius sinting itu akan kami amankan, sebelum ia
melakukan sesuatu yang berbahaya. Aku takkan heran, jika gunung ini diledakkan
olehnya!" ` "Astaga!" kata Lucy-Ann ketakutan. "Kalau begitu kita cepat-cepat saja pergi,
sebelum hal itu terjadi!"
Mereka berjalan dengan cepat, meninggalkan tempat itu. Meier dan Erlick
melangkah dengan tampang masam.`Sedikit pun mereka tidak mau berbicara. Tangan
mereka sudah diturunkan setelah keduanya digeledah dengan seksama oleh Johns.
"Aku lapar," kata Dinah. "Apakah Pak Effans juga membawa bekal makanan, Bill?"
"Yah Bu Evans kaget sekali mendengar bahwa kalian lenyap, lalu sibuk memasak,"
"jawab Bill. "Kurasa dari rombongan keledai yang dibawa Pak Effans, dua di
antaranya mengangkut hasil kesibukan istrinya itu. Kita cepat-cepat saja
mendatangi mereka!" "Di mana mereka menunggu kita?" tanya Jack.
"Di Lembah Kupu-kupu," kata Bill sambil nyengir. Anak-anak tercengang.
"Di Lembah Kupu-kupu?" seru Jack. "Waktu itu kami tidak bisa menemukannya
"sampai beranggapan bahwa tempat itu sebenarnya hanya ada dalam khayalan Pak
Trefor saja!" "Tempat itu memang ada, dan bahkan bisa ditemukan dengan gampang apabila Pak
"David mengerti cara membaca peta," kata Bill. "Nama lembah itu tertera di situ
"tapi dalam bahasa Wales, yang tidak kalian pahami artinya. Sedang Pak David
"kurasa ia bisa dibilang buta huruf! Aku sebetulnya tidak boleh menyuruhnya
mengantarkan kalian!"
"Kalau begitu, Anda menemukan tempat itu, Bill?" tanya Lucy-Ann.
"Ya! Letaknya di jalan menuju kemari," jawab Bill. "Cuma waktu kalian kemari.
Pak David ternyata keliru mengambil jalan. Pokoknya aku menyuruh dia menunggu di
sana bersama rombongan keledai, karena menurut perkiraanku kalian pasti masih
ingin melihat lembah itu -- setelah sebelumnya tersesat dan malah sampai di
gunung aneh ini!" "Wah, kalau begitu semua sudah beres," kata Lucy-Ann bergembira. "Petualangan
ini sudah berakhir, ya Bill" Setelah lewat, rasanya tidak lagi begitu
menyeramkan!" "Kasihan," kata Bill. "Kenapa ya, selalu saja kalian dengan tak tersangka-sangka
terlibat dalam berbagai petualangan! Tapi sudahlah - sebentar lagi kau akan
sudah kembali ke tempat penanian, Lucy-Ann, dan menikmati hasil masakan Bu Evans
yang enak-enak!" Mereka menelusuri celah sempit yang terjepit di antara dua gunung lalu "tertegun! Mereka menatap Lembah Kupu-kupu yang terbentang di bawah.
Lembah itu penuh dengan beraneka jenis kupu-kupu yang bermacam-macam warna
sayapnya. Jumlahnya ribuan, beterbangan kian kemari dan hinggap pada bunga-bunga
yang banyak sekali di situ, sehingga dasar lembah menampakkan kesan seperti
permadani berwarna semarak. Menurut perasaan anak-anak, belum pernah mereka
menyaksikan pemandangan yang begitu permai.
"Kenapa ya begini banyak kupu-kupu di sini?" kata Dinah dengan kagum.
?"Kurasa karena di sini banyak bunga yang beraneka ragam," kata Bill menjelaskan.
"Tempat ini sangat terasing letaknya. Karena itu tidak banyak orang datang
kemari!" "Itu Pak Effans - bersama rombongan keledai!" seru Philip. "Halo, Pak Effans!
Dan itu Pak Trefor serta Pak David!"
Pak Effans berseri-seri wajahnya, begitu pula halnya dengan Pak Trefor. Hanya
Pak David yang tidak ikut menyambut dengan gembira. Ia menunduk terus.
Kelihatannya merasa malu.
"Bu Evans mendampratnya habis-habisan ketika ia kembali seorang diri, tanpa
kalian," kata Bill menjelaskan. "Bisa kalian bayangkan bahwa aku pun marah-marah
padanya. Karena itulah ia sekarang merasa malu. Tidak ada salahnya ia begitu
terus, selama beberapa waktu. Habis sikapnya pengecut!"
?"Kasihan," kata Lucy-Ann. "Ia pasti menyesal sekarang." Dihampirinya laki-laki
tua itu, lalu disapanya dengan ramah. Pak David memandangnya dengan sikap penuh
terima kasih. "Senang rasanya melihat kalian lagi, sungguh, whateffer," kata Pak David dengan
logat Walesnya. "Whateffer, whateffer," oceh Kiki dengan asyik. "Look you, look you. whateffer!"
"Aduh, burung itu!" kata Pak Effans dengan sikap kagum. "Ia benar-benar ajaib!
Aku mau membayar mahal, asal bisa memilikinya!"
"Biar ditawar sejuta pun, aku takkan menjualnya," kata Jack sambil mengelus-elus
Kiki. "Mana makanannya, Pak Effans" Kami sudah lapar sekali!"
"Ceritanya nanti saja, sehabis makan!" kata Bill pada Pak Effans. "Kita akan
bercerita panjang-lebar, sementara anak-anak asyik dengan kupu-kupu! He,
kalian!" serunya pada Meier dan Erlick
"Kalian tetap di situ, mengerti" Philip, suruh anjing-anjing mengawasi mereka!"
Pak Effans menatap kedua penjahat itu dengan pandangan heran. Meier membalas
tatapan itu sambil melotot Sedang Erlick berkeluh-kesah, menyesali nasib. Ia
bahkan menyalahkan Meier, yang dikatakannya ceroboh, sehingga mereka tertangkap.
Meier 'memandang temannya itu dengan sengit.
"Mereka itu sama saja jahatnya," kata Bill. "Kita belakangi saja mereka karena
"merusak pemandangan!
" Anak-anak mulai makan dengan asyik. Rasanya sudah lama mereka tidak menikmati
hidangan sesedap itu. Bu Evans memang tidak setengah- setengah dalam menyiapkan
bekal. Ada ayam panggang, lidah sapi yang empuk, daging asap, daging asin, telur
rebus, ketimun, tomat, buah-buahan segar, serta limun bikinan sendiri yang telah
didinginkan oleh Pak Effans dengan jalan merendamkan botolnya ke dalam sungai
kecil yang ada di dekat situ. Mereka makan sambil duduk-duduk di lereng bukit,
menghadap permadani bunga-bungaan yang terhampar di depan mata dengan warna
beraneka ragam. Belum lagi kupu-kupu yang beterbangan! .
"Kelihatannya seperti bunga yang bisa terbang!" seru Lucy-Ann dengan gembira.
"Beratus-ratus, bahkan beribu-ribu! Apa saja nama-nama mereka, Philip?"
Philip menyebutkan sejumlah nama.
"Bukan main, seperti di surga saja kelihatannya! Seumur hidupku, takkan
kulupakan pemandangan ini!"
Piknik saat itu sangat menyenangkan, dengan hidangan yang serba sedap, di tengah
padang beralaskan bunga dengan kupu-kupu yang beterbangan. Mereka makan sambil
bercanda dengan riang gembira. Kiki asyik sekali dengan ocehannya, apalagi
setelah melihat bahwa Johns dan Pak Effans kagum padanya. Pak Effans terpingkal-
pingkal, sampai tersedak. Sedang Johns makan dengan tenang, sambil memperhatikan
Kiki. Sekali-sekali ia tersenyum, kalau ocehan burung kakaktua itu kocak sekali.
"Whateffer-whateffer! Bersihkan kaki dan buang ingus! Puuh maaf!?"Si Putih berkeliaran di tengah mereka, sambil mengambil makanan yang disodorkan
padanya. Kawanan anjing herder memperhatikan dari jauh. Mereka tenang-tenang
saja, karena merasa pasti bahwa Philip takkan melupakan teman-temannya. Untung
saja banyak sekali makanan yang dibawakan oleh Bu Evans! Meier dan Erlick pun
tidak dilupakan, walau mereka itu jahat.
Bab 30 AKHIR PETUALANGAN MALAM itu mereka terpaksa tidur di luar, tanpa tenda. Pak Effans membagi-bagikan
selimut, karena selimut anak-anak tertinggal di dalam gua di lereng gunung.
Kedua tawanan tidur terpisah, dijaga kawanan anjing herder. Malam itu panas.
Berulang kali si Putih didorong pergi, karena ingin berbaring di atas anak-anak.
Mula-mula Philip yang menyuruhnya pergi, lalu Jack, dan kemudian Dinah dan Lucy-
Ann. Sebelum tidur, mereka agak lama juga berbicara dengan Bill, menceritakan segala
kejadian yang dialami. Bill mendengarkan dengan sikap heran, sementara anak-anak
menceritakan bagaimana mereka secara kebetulan sampai di dalam gunung aneh itu,
yang ternyata mengandung rahasia yang lebih aneh lagi. la telah meneliti `sayap
terbang` ciptaan laki-laki tua yang katanya penguasa gunung itu.
"Nanti kalau kita kembali bersekolah lagi, sayap ini akan kubawa," kata Philip.
"Teman-teman pasti tercengang-cengang nanti dan tentu ada yang ingin
"mencobanya!" "Kalau aku boleh memberi nasihat, sebaiknya jangan ada yang mencoba-coba terjun
dari atap sekolah dengannya," kata Bill dengan santai. "Menurut perasaanku, otak
yang menciptakannya sudah mulai uzur! Orang tua yang mengaku raja itu takkan
bisa berhasil menciptakan sayap yang bisa dipakai terbang. Tapi banyak juga
ciptaannya yang lain, yang mengesankan. Aku tadi sudah berbicara dengan Meier.
Ia mengatakan apa sebabnya ia menaruh kepercayaan pada Monally begitulah nama
"laki-laki tua itu."
"Apa sebabnya ia begitu percaya?" tanya anak anak ingin tahu.
" "Yah rupanya Monally itu dulu pernah menciptakan beberapa hal yang sangat "mengagumkan," kata Bill. "Ciptaan-ciptaan itu dibuat berkat dukungan Meier, yang
menjadi kaya karenanya. Aku belum berhasil mengetahui bagaimana ia sampai
menemukan gunung ini, yang mengandung logam. yang langka yang diperlukan Monally
dalam melaksanakan gagasannya yang paling baru, yaitu alat yang bisa meniadakan
pengaruh tarikan bumi. Tapi pasti dengan jalan licik!"
"Apa tindakan Anda selanjutnya?" tanya Jack.
"Para penerjun payung akan dikirim kembali ke tanah air masing-masing. Anggota
kawanan yang orang Jepang juga dikirim kembali, setelah sebelumnya diperiksa
dulu. Menurut perasaanku, ada yang tidak beres dengan mereka itu. Sedang
Monally, sang raja, akan diamankan," kata Bill. "Aku akan meminta beberapa orang
sarjana agar datang ke gunung, untuk mengadakan penyelidik- an tentang segala
peralatan yang ada di situ. Aku takkan heran jika mereka nanti berkesimpulan
bahwa sebaiknya semua barang itu dimusnahkan saja, karena berbahaya sekali! Bisa
terjadi ledakan dahsyat, jika tidak ada yang mengawasi."
"Untung saja kami menemukannya, ya?" kata Lucy-Ann.
"Ya, untung sekali," kata Bill. "Dan lebih untung lagi, kalian meninggalkan
surat pada si Belang. Coba kalau tidak aku takkan bisa menemukan jejak
"kalian." "Apa yang terjadi waktu itu?" tanya Jack.
"Aku datang kemari mencari kalian dengan membawa beberapa ekor keledai, setelah
Pak David tahu-tahu muncul di tempat pertanian tanpa kalian," kata Bill
bercerita. "Tapi hanya si Belang saja yang kutemukan dengan surat yang
"terselip pada tali kekangnya. Begitu membaca surat kalian itu, aku langsung
curiga bahwa pasti ada yang tidak beres."
"Lalu?" tanya Philip penuh minat.
"Aku lantas mencari jejak kalian ke mana-mana," sambung Bill. "Aku berhasil
masuk ke gua tak berlangit-langit, di balik belukar yang menutupi celah pada
dinding gunung. Tapi tidak bisa terus! Karenanya aku pun berusaha menyelidiki
soal helikopter itu. Jika ada orang bisa mendarat dengannya di puncak gunung,
aku pasti juga bisa!"
"Anda memang hebat, Bill!" kata Jack.
"Ketika aku mengadakan penyelidikan tentang helikopter-helikopter yang ada di
kawasan ini, yaitu mengenai pemilik serba macam-macam lagi, teryata ada pihak
lain yang juga mengadakan pengusutan mengenainya," kata Bill melanjutkan cerita.
"Rupanya ada beberapa helikopter yang sering menghilang secara misterius
"terbang entah ke mana. Hal itu menimbulkan kecurigaan pihak kepolisian setempat,
yang langsung mengadakan penyidikan. Tentu saja aku dengan segera menggabungkan
diri!" "Lalu apa yang berhasil Anda ketahui?" tanya Dinah.
"Aku menjumpai seorang penerbang yang masih muda, dengan goresan panjang bekas
luka di pipi," kata Bill. Dilihatnya anak-anak agak kaget.
"Ah rupanya kalian juga tahu orang itu, ya! Ketika diperiksa, ia langsung
"menceritakan segala-galanya. Katanya, ia merasa tidak enak memikirkan nasib para
penerjun payung yang disuruh melompat tanpa payung yang beres, dan sebagainya.
Aku lantas menggantikannya menerbangkan helikopter. Begitulah, akhirnya aku
mendarat di puncak gunung!"
"Wah kami lega sekali ketika melihat Anda," kata Lucy-Ann.
" Bill juga bercerita tentang Bu Mannering. Tangannya yang cedera sudah sembuh
lagi. Ia cemas sekali memikirkan keadaan anak-anak, sehingga mendesak ingin ikut
menjemput anak-anak. Tapi Bill menolak, karena takut kalau ada bahaya!
Malam itu anak-anak tidak bisa lekas tidur, sehabis mengalami kejadian yang
begitu menegangkan siangnya. Keesokan harinya, pagi-pagi benar mereka sudah
dibangunkan oleh Bill, untuk meneruskan perjalanan. Dan siangnya mereka sudah
tiba kembali di tempat pertanian keluarga Evans, tepat waktu makan siang. Bu
Mannering datang menyongsong dengan gembira. Kasihan selama itu ia tidak "henti-hentinya merasa cemas memikirkan mereka.
Bu Evans ikut menyongsong ke luar.
"Wah, senang sekali rasanya melihat kalian kembali dengan selamat! Bukan main
pengalam an kalian selama ini, seperti semasa perang saja! Tapi pokoknya kalian
"kini sudah kembali dengan selamat," katanya.
"Bukan cuma selamat, tapi juga segar bugar," kata suaminya menimpali dengan
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wajah berseri seri. "Dan burung itu semakin hari semakin jenaka! Sungguh,
"whateffer!" "Whateffer, look you!" oceh Kiki menirukannya dengan logat yang persis sama. Pak
Effans terbahak-bahak. Bunyi tertawanya itu pun ditirukan burung iseng itu.
Kedengarannya begitu_ kocak, sehingga yang lain-lain terpingkal-pingkal
mendengarnya. Bu Evans ternyata sudah kembali menyiapkan hidangan makan siang yang enak.
Bahkan kawanan anjing herder pun tidak dilupakan. Mereka diberi tulang setumpuk!
Anak-anak makan sambil bercerita dengan asyik. Bu Evans mendengarkan dengan mata
terbelalak karena heran dan kagum, sementara tangannya sibuk menghidangkan
makanan pada siapa saja yang piringnya mulai kosong.
"Bayangkan anak-anak melakukan hal-hal seperti itu," katanya berulang kali.
?"Dalam gunung, lagi! Dan juga dalam lubang yang menyeramkan. look you! "
"Maaf, look you!"0ceh Kiki, lalu bersin dengan nyaring. Pak Effans tercekik,
karena tertawa sementara mulutnya penuh makanan. Kiki menirukan bunyi itu dengan
begitu persis, sampai Bu Mannering mengatakan bahwa ia harus keluar jika masih
tetap tidak tahu aturan. "Ah, Bibi Allie, Kiki kan begitu karena merasa senang ada di sini lagi," kata
Jack. Tapi paruh Kiki ditepuknya juga, menyuruhnya berhenti berbuat iseng.
"Panggilkan dokter," oceh Kiki sambil menatap Pak Effans yang masih tercekik-
cekik karena tertawa. "Panggilkan muncul! Panggilkan look you! "
Sekarang bahkan Bu Mannering pun ikut tertawa geli. Jack memberikan buah prem
yang besar pada Kiki, supaya mau diam. Buah itu dicengkeramnya dengan saku kaki,
lalu dipatuk-patuknya dengan lahap, sehingga cairannya muncrat membasahi Pak
Effans. "Maaf!" oceh Kiki senang, lalu mengulangi perbuatan itu sekali lagi. Pak Effans
rasanya mau saja memberikan dombanya yang mana saja, asal bisa memiliki Kiki. Ia
sampai lupa menyuap makanan, karena asyik memperhatikan burung kakaktua konyol
itu. Johns ditugaskan mengantar kedua tawanan ke kota dengan ditemani Pak David serta
dua ekor anjing herder. Bu Evans mengatakan bahwa sisanya bisa dititipkan di
pertaniannya sampai pihak. kepolisian sudah mengambil keputusan, hendak diapakan
anjing-anjing itu selanjutnya.
"Bu bagaimana jika beberapa ekor di antaranya kita pelihara?" tanya Philip
"membujuk ibunya. "Aduh, jangan! kata Bu Mannering. "Sekarang saja aku sudah repot dengan "binatang-binatang peliharaanmu apabila kau kembali ke sekolah! Apalagi jika
ditambah beberapa ekor anjing herder yang selalu lapar minta ampun, jangan!
"Tidak, mereka pasti lebih berbahagia apabila dijadikan anjing polisi!"
Bill belum kembali ke Gunung Taring, karena masih menunggu beberapa sarjana yang
akan menemaninya ke sana. Selain mereka, akan ikut pula beberapa polisi yang
bertugas meringkus orang-orang Jepang yang masih ada di sana - walau menurut
Bill, mereka takkan berani melawan. Mungkin mereka itu penjahat yang mau bekerja
untuk Meier, karena ingin menyembunyikan diri selama beberapa waktu.
"Bolehkah kami ikut, Bill?" tanya Jack berharap. "Kalau tanpa kami, jangan-
jangan nanti Anda tersesat di dalam gunung."
"Itu tidak mungkin," jawab Bill. "Aku menemukan peta lorong-lorong gunung itu
dalam kantung Meier. Aku takkan mungkin tersesat. Jangan harap kalian akan
kuizinkan ikut, karena sudah cukup banyak bahaya yang kalian alami selama
liburan ini. Aku khawatir jika kalian ikut, nanti tahu-tahu muncul lagi
petualangan baru! Tak pernah kualami anak-anak seperti kalian ini yang selalu
"saja terlibat dalam berbagai petualangan! Kurasa jika kalian kuajak menjenguk
bibiku yang sudah renta, sesampai di sana akan kita dengar bahwa ia diculik
orang dengan kapal selam, lalu kalian harus pergi ke ujung dunia untuk
menyelamatkannya!" Jack dan Philip kecewa sekali, karena tidak bisa ikut dengan Bill ke gunung.
Tapi Dinah dan Lucy-Ann malah merasa lega, karena mereka sama sekali tidak
berniat ikut. "Aku tidak berkeberatan mengalami petualangan yang sudah selesai, dan kita
saling bercerita mengenainya," kata Lucy-Ann. "Tapi sewaktu sedang terjadi,
perasaanku sama sekali tidak enak. Aku tidak suka pada gunung yang bergemuruh
itu. Bill, kata Philip tadi aku siang ini boleh meminjam sayap terbangnya,
sebagai imbalan karena aku hendak menggantikan dia terjun dari helikopter. Aku
nanti akan terbang dengannya dari batu yang tinggi di atas itu, lalu melayang
turun kemari!" "Jangan suka nekat!" tukas Bill dengan segera. Lucy-Ann tertawa, melihat wajah
Bill yang nampak kaget sekali.
"Aku cuma main-main saja," katanya. "Aku tidak bermaksud terjun dari atas,
melainkan memakainya di sini saja. Aku akan berlari-lari di pekarangan, sambil
mengepak-ngepakkan sayap. Ayam-ayam di sini pasti tercengang nanti melihatku
begitu!" "Itu pasti!" kata Bill. "Awas, nanti mereka tidak mau bertelur lagi. Kauawasi
Lucy-Ann baik-baik, Philip! Jangan sampai ia berbuat yang bukan-bukan."
"Kurasa ia tidak perlu dikhawatirkan," kata Philip sambil nyengir. "Lucy-Ann
yang paling normal di antara kami berempat."
Ia merogoh kantungnya, untuk melihat apakah cecak ular peliharaannya masih ada
di situ. Saat itu juga air mukanya berubah, nampak tercengang. Ia berteriak.
"Aduh, ada apa, Philip!" kata Lucy-Ann ketakutan,
"Ada peristiwa hebat!" kata Philip. "Sungguh aku sama sekali tak mengira!"
?"Apa" Apa yang tidak kaukira?" seru mereka beramai-ramai. Philip menarik
tangannya dari dalam kantung, lalu membukanya. Di telapak tangan itu nampak
segenggam makhluk kecil-kecil, sehalus jarum jahit. Warna mereka putih keperak-
perakan. Semuanya menggeliat-geliat.
"Lihat ini, Bu anak-anak Sally! Cecak ularku ternyata melahirkan anak-anaknya
" dalam kantungku! Kurasa belum pernah hal seperti ini dialami orang lain. Benar-
benar luar biasa! Mereka lucu-lucu, ya?"
"Uhh!" seru Dinah dengan jijik.
"Bagus sekali!" kata Jack.
"Untukku seekor, ya?" kata Lucy-Ann. "Wah ini lebih asyik lagi daripada "petualangan kita, Philip!"
"Memang," kata Philip. "Sally benar-benar hebat! Selama ini aku belum pernah
memiliki peliharaan anak-anak cecak ular tapi sekarang, segenggam penuh!"
?"Jangan kautaruh terus dalam kantung, Philip," kata ibunya. "Itu tidak baik bagi
mereka, dan juga bagimu sendiri!"
"Tapi nanti Sally kecewa," kata Philip.
Petualangan yang baru saja berlalu sudah dilupakan. Keempat remaja itu asyik
memperhatikan binatang kecil-kecil yang bergeliat-geliat di telapak tangan
Philip. Kiki ikut-ikut melihat, sambil bertengger di bahu Jack.
Look you, whateffer" ocehnya dengan kepala dimiringkan. Paruhnya mulai terbuka.
"Maksudnya hendak menirukan suara orang terceguk. Tapi begitu melihat Bu
Mannering menatap ke arahnya dengan mata melotot, dengan cepat ia mengatupkannya
kembali. Maaf!" teriaknya keras-keras, lalu terkekeh-kekeh. "Kiki nakal! Panggilkan
"dokter, look you! Bersihkan kaki dan buang maafmu! Heheheheh!"
Kiki terkekeh berkepanjangan.
TAMAT Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Pengelana Rimba Persilatan 14 Pendekar Kelana Sakti 2 Tangan Hitam Elang Perak Si Pedang Tumpul 1
yang kuat sekali. Begitu tombol kautekan, seketika itu juga sinar akan memancar
ke arah bumi, sehingga kau tidak bisa jatuh. Tapi jika kau ingin turun ke bumi,
tekan Iagi tombol dan kau akan melayang dengan landai ke bawah, karena daya
"tarik bumi berpengaruh Iagi terhadap dirimu."
"Tapi nanti dulu kusangka aku harus mencoba payung model baru." kata penerjun
"payung itu. "Tak kukira barang itu omong kosong seperti ini!"
"Ini bukan omong kosong, tahu!" tukas Meier mencampuri pembicaraan. "Ini ciptaan
gemilang sarjana terbesar di dunia. Kalau kau nanti turun ke bumi setelah
terbang satu-dua mil, aku akan segera datang bersama Erlick, dengan bantuan
anjing-anjing pelacak itu. Setelah itu kau akan mendapat ganjaran yang berlimpah
ruah. Kau akan menjadi orang terpandang karena merupakan salah seorang
"perintis penerbangan gaya baru!"
"Nanti dulu aku ini kan berat," kata penerjun payung itu Iagi. "Ya, kan" Sayap
"setipis itu takkan mampu mengangkat tubuhku tak peduli ada sinar atau tidak!
"Aku tak mengerti tentang tarikan bumi terhadap aku. Aku cuma tahu bahwa aku
pasti jatuh terbanting. begitu aku meloncat hanya dengan benda itu di lenganku
Yang betul saja dong!"
"Pegang dia!" seru Meier tiba-tiba dengan marah. Seketika itu juga kedua lengan
penerjun payung itu dipegang kuat-kuat oleh Erlick serta seorang Jepang. Anak-
anak memandang dengan napas tertahan, sementara raja memasangkan sayap ke lengan
orang itu. Orang itu berteriak sambil meronta-ronta. Tapi ia tidak bisa melepaskan diri,
karena Erlick yang potongan badannya seperti gorila terlalu kuat.
"Masukkan dia ke helikopter, lalu segera berangkat," kata Meier memberi komando.
"Kau juga ikut. Erlick. Nanti pada saat yang tepat, dorong dia ke luar. Jika ia
ingin selamat, pasti tombol itu akan ditekannya. Setelah itu ia akan melihat
sendiri bahwa ia bisa terbang!"
Tapi penerbang helikopter berpendapat lain. Suaranya terdengar jelas, bernada
tidak enak. "Kurasa orang ini terlalu berat," katanya. "Sama seperti yang waktu itu.
Menurutku lebih baik kau pertimbangkan lagi keputusan ini, Boss! Lebih baik
bikin dulu sayap yang ukurannya dua kali Iebih besar daripada yang ini. Aku mau
saja ikut dalam percobaan yang ada kemungkinannya berhasil. Tapi orang bertubuh
besar mencoba sayap itu kurasa kecil sekali harapannya akan bisa selamat!"
?"Maksudmu, kau menolak membawa orang ini?" tukas Meier. Mukanya pucat karena
marah. "Tepat," kata penerbang helikopter. ia juga mulai marah. Goresan di pipi kini
nampak jelas. "Suruh saja seseorang bertubuh kecil mencobanya! Waktu terakhir
itu percobaan sebenarnya sudah berhasil sebentar tapi kemudian kekuatannya
"habis. Para penerjun payung ini semuanya bertubuh kekar setidak-tidaknya
"mereka yang harus melakukan percobaan dengan aku dan kukatakan saja terus
"terang, aku tidak mau mengangkut orang yang tidak mau. Mengerti?"
Meier bergerak maju, seakan-akan hendak memukul penerbang itu. Erlick
menahannya. "Ya, begitu lebih baik," kata penerbang itu. Ia sama sekali tidak kelihatan
gentar. "Jangan coba macam-macam terhadapku, Boss. Aku terlalu banyak mengetahui
rahasia kalian dan ada orang-orang lain yang juga terlalu banyak tahu,jika aku"tidak kembali pada waktunya!"
Setelah itu ia masuk ke helikopter, diikuti oleh temannya yang selama itu
membisu terus. Mesin pesawat itu dihidupkan, sementara penerjun payung yang
tidak jadi ikut hanya bisa memandang saja dengan sikap bingung.
Penerbang tadi menjulurkan kepalanya ke luar, lalu berbicara pada Meier, yang
kelihatannya hampir meledak karena marah.
"Selamat tinggal! Aku takkan datang lagi kemari aku hendak mengambil cuti!
"Akan kukirimkan orang lain sebagai penggantiku seseorang yang tak secerewet
"aku. Tapi lebih baik ikuti nasihatku, cobalah dengan orang bertubuh kecil!"
Setelah itu helikopter membubung tegak lurus ke atas, terbang mengitar dengan
pelan, lalu bergerak ke arah barat. Beberapa saat kemudian bunyinya tidak
kedengaran lagi. Orang-orang yang tinggal berjalan bolak-balik di pelataran. Mereka sibuk
berdebat. Tapi penerjun payung tadi tidak ikut berbicara. Ia dipegang erat-erat
oleh beberapa orang Jepang. Sayap terbang sudah dilepaskan dari lengannya, dan
selama beberapa waktu dipegang oleh raja. Tapi kemudian dimasukkan ke dalam
peti, yang Iangsung dikunci.
"Baiklah, aku setuju," kata raja. "Memang mungkin orang-orang yang kita pilih
terlalu berat tapi siapa lagi yang bisa kita pakai kecuali mereka" Cuma
"penerjun payung saja yang sudah biasa meloncat dari tempat tinggi! Suruhlah
orang lain yang mencoba, jika itu yang kalian kehendaki. Hasilnya pasti sama
saja! Gagasanku tidak mungkin gagal!"
Anak-anak yang mengikuti perembukan itu ngeri sekali, ketika menangkap ucapan
yang terdengar kemudian. "Satu dari anak-anak ini bisa kita pakai," kata Meier. "Misalnya saja anak yang
bermulut lancang itu. Kita pasangkan sayap di lengannya, lalu kita suruh ia
melompat dari helikopter!"
Bab 24 HELIKOPTER DATANG LAGI KEMUDIAN orang-orang itu turun semua ke dalam gunung. Lampu besar sudah
dipadamkan. Lucy-Ann menangis tersedu-sedu. Jack dan Dinah merangkulnya.
berusaha membujuk. Mereka sendiri pun rasanya ingin menangis saat itu.
"Ia tidak bersungguh-sungguh tadi," kata Jack sambil mencari-cari kata yang
menenangkan. "Jangan takut ia tadi berkata begitu untuk menakut-nakuti kita
"saja. Mereka takkan benar-benar tega menyuruh Philip melakukan percobaan itu."
"Mereka bukan cuma menggertak saja. Mereka bersungguh-sungguh. Kau juga tahu!"
kata Lucy-Ann sambil terus menangis. Bagaimana sekarang" Kita harus berbuat
sesuatu." Berkata begitu gampang saja tapi apa yang bisa mereka lakukan" Malam itu anak-
"anak sulit tidur. Mereka rnembicarakan baik tidaknya Philip diberi tahu tentang
apa yang terjadi dan apa yang diusulkan kemudian.
" Akhirnya mereka memutuskan, lebih baik Philip jangan diberi tahu. Kasihan dia,
nanti bingung! Padahal ia seorang diri saja di dalam gua. Jadi ketika hari sudah
pagi dan si Putih dikirim ke tempat Philip dengan membawa roti sandwich, dalam
surat yang ikut disertakan tidak ditulis apa-apa tentang kejadian itu.
Ketiga remaja itu kaget, ketika kemudian seorang Jepang naik ke atas, menggiring
Philip! Anak itu bergegas menghampiri mereka sambil tertawa lebar.?"Hai! Aku dibebaskan! Rupanya mereka bosan mencoba memaksaku tunduk karena
kelaparan -- melihat kenyataan bahwa aku malah semakin gemuk. Kalian dengar
tidak bunyi helikopter tadi malam" Aku mendengarnya."
Dinah dan Lucy-Ann merangkul Philip, sementara Jack menepuk punggungnya dengan
gembira. Mereka senang sekali karena Philip ada bersama mereka lagi. Si Putih
yang datang menyertainya berjingkrak-jingkrak naik turun tembok rendah, seperti
"sedang beraksi di sirkus saja tingkahnya.
Anak-anak tidak banyak bercerita tentang malam sebelum itu. Philip agak heran,
kenapa mereka tidak banyak berbicara. Segala pertanyaannya dijawab dengan
singkat. la tidak melihat Jack menatap kedua anak perempuan sambil mengerutkan
kening, melarang mereka berbicara terlalu banyak. Jack berpendapat lebih baik
jangan mengatakan apa-apa dulu, karena mungkin saja Meier memang hanya bermaksud
menggertak. Tapi sebetulnya aneh juga, kenapa Meier dengan tiba-tiba menyuruh Philip dibawa
naik ke pelataran. Makanan yang diantarkan pun jauh lebih enak dan banyak
daripada biasanya. "Seperti calon korban yang digemukkan dulu sebelum dikorbankan," kata Jack dalam
hati. "Kapan kiranya helikopter itu datang lagi, ya" Masih berapa lama waktu yang ada"
Aduh, Bill datanglah cepat-cepat kemari!"
"Lucy-Ann dan Dinah sangat manis terhadap Philip, yang menurut perkiraan mereka
pasti akan disuruh terjun dari helikopter. Dinah bahkan bertanya di mana Sally
Geliat. Ia memaksa diri tidak cepat-cepat menjauh, ketika Philip mengeluarkan
cecak ular itu dari kantungnya.
"Eh kenapa Dinah tahu-tahu begitu sikapnya?" tanya Philip. "Begitu manis
"sikapnya terhadapku. Biasanya ia tidak begitu. Tahu-tahu nanti ia menawarkan
diri, mengurus Sally untukku!"
Philip merasa yakin bahwa pasti ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Jangan-
jangan ada kabar buruk, tentang Kiki. Tapi tidak jika begitu, sikap Jack pasti
"lain. Philip merasa tidak enak. Tidak biasanya anak-anak merahasiakan sesuatu
terhadapnya. Ia langsung menanyakannya pada Jack.
"He, Jack ada apa-apa, ya" Jangan bilang tidak ada karena aku tahu pasti.
" "Ayo katakan kalau tidak, nanti aku kembali saja lagi ke guaku!"
"Jack sangsi sesaat. Tapi kemudian ia rnemutuskan, lebih baik hal itu dikatakan
saja. "Baiklah akan kukatakan, Philip. Tapi soalnya tidak enak bagi kita."
"Jack menceritakan kejadian malam itu sampai pada usul Meier, agar satu dari
"anak-anak saja yang menguji baik tidaknya sayap terbang itu.
"Begitu," kata Philip lambat-lambat. "Dan mestinya yang mereka pilih itu aku,
ya?" "Begitulah kata mereka," kata Jack. "Mereka itu tak berperikemanusiaan!
Percobaan mereka belum sempurna sayap terbang itu belum sepenuhnya dapat
" diandalkan. Setengah saja belum walau kapan-kapan mungkin bisa benar-benar "sempurna!"
"Wah bayangkan, aku akan terbang dengan sayap," kata Philip mencoba
"berkelakar. Kemudian dilihatnya wajah Jack yang cemas. "Kau tak usah khawatir,
itu takkan terjadi! Pasti nanti terjadi sesuatu dan kalau tidak, aku bukan
"anak pengecut!"
"Aku tahu. Itu tak perlu kaukatakan lagi padaku," kata Jack. "Anak anak
"perempuan sedih sekali. Karena itulah sikap kami agak aneh tadi. Kami sebenarnya
sudah memutuskan untuk tidak mengatakan hal ini padamu."
Philip menghampiri Dinah dan Lucy-Ann sambil melonjak-lonjak Lengannya dikepak-
kepakkan seperti sayap. "Sudah, jangan sedih!" katanya dengan riang. "Begitu aku meloncat dari
helikopter, aku akan langsung terbang mendatangi Bill. Biar dia kaget setengah
mati!" Tapi percuma saja ia mencoba berkelakar. Persoalannya terlalu gawat. Anak-anak
tidak ada yang mengajak si Putih bermain-main, karena terlalu gelisah memikirkan
apa yang akan terjadi dengan Philip. Anak kambing itu kesal, lalu masuk ke dalam
gunung lewat tangga batu. la mencari orang yang bisa diajak bermain-main.
Tiga hari sudah lewat Keempat remaja itu sudah hampir putus harapan. Menurut
dugaan mereka, Bill takkan datang. Sebab kalau ia mencari mereka, tentu sudah
lama muncul. Jika ada yang datang, tentunya akan nampak berkeliaran di lereng
gunung. Tapi anak-anak tidak melihat siapa-siapa. Benar-benar mengecewakan!
Mereka sudah jemu menunggu dengan sia-sia.
Keempat remaja itu menimbang-nimbang. Bagaimana kalau mereka mencoba lari lagi
lewat tangga tali. Siapa tahu, mungkin sekarang mereka bisa menemukan cara
mengulurkannya ke bawah. Tapi Jack menggeleng.
"Tidak mereka pasti waspada sekarang. Salah seorang Jepang selalu ada di
"dekat-dekat kita. Tentunya Meier sudah menugaskan seseorang menjaga di bawah."
Tapi ada satu hal yang agak menyenangkan. Rupanya ada perintah agar anak-anak
jangan sampai kekurangan makan, karena kenyataannya selalu banyak sekali yang
diantarkan untuk mereka. Walau keempat remaja itu sedang sedih, namun selera
mereka tetap ada. Mereka makan dengan nikmat. dibantu oleh si Putih yang selalu
siap menghabiskan sayur yang tersedia. setiap kali ada kesempatan.
Suatu malam ketika anak anak sudah tidur berselubung selimut di bawah tenda,
"tahu-tahu terdengar bunyi helikopter. Mereka langsung bangun. Jantung mereka
berdebar keras. Lucy-Ann mulai menangis.
Helikopter itu terbang dengan lambat, mengitari puncak gunung. Kemudian Iampu
yang terang dinyalakan, menyinari pelataran. Pesawat itu turun dengan pelan,
sampai roda-rodanya mencecah dasar batu.
Di pesawat itu ada dua orang, tapi kedua-duanya bukan yang pernah datang.
Penerbang pesawat memakai kaca mata dan topi penerbang. Sedang temannya tidak
memakai apa-apa. Tampangnya galak.
Tidak lama kemudian Meier muncul, bersama Erlick dan sejumlah orang Jepang.
"Kau pemimpin di sini?" seru penerbang dari dalam helikopter "Aku menggantikan
Kahn. Ia sedang cuti! Sulit juga menemukan tempat ini. Ini Johns, rekanku. Kami
membawakan barang-barang yang kalian pesan."
Sementara barang-barang dibongkar dari pesawat, penerbang serta rekannya
meloncat turun ke pelataran.
"Makanan untuk kalian sudah disediakan," kata Meier. "Kalian berangkat kembali
besok, kan?" "Tidak, harus malam ini juga," kata penerbang itu. "Ada yang mengadakan
penyelidikan tentang kegiatan kami. Jadi kami harus kembali sekarang juga." "Kau sudah diberi tahu tentang yah, tentang..." kata Meier. Ia agak ragu.
?"Apa maksudmu" Bahwa ada penerjun payung hendak terjun dengan helikopter?" kata
penerbang itu. "O ya, kalau soal itu, aku sudah tahu. Aku mau saja. Jika ada
yang ingin melakukannya, terserah!"
"Imbalan untukmu pasti memuaskan sekali," kata Meier dengan suaranya yang tajam.
"Sekali ini pembayaran dinaikkan menjadi lipat dua. Orang yang hendak terjun itu
masih muda perlu begitu, untuk percobaan kami."
"Sesaat tidak ada yang berbicara. Kemudian penerbang itu bertanya dengan nada
tajam. "Apa maksudmu masih muda?"
?"Seorang anak laki-laki," kata Maier. "Ia ada di sini."
Laki-laki jahat itu berpaling pada salah seorang Jepang dan berbicara dengan dia
dalam bahasa asing. Orang itu bergegas menuruni tangga batu, masuk ke dalam
gunung. "Aku harus memberi tahu orang yang menciptakan alat baru itu bahwa kalian sudah
datang," kata Meier lagi. "Bagaimana kalian makan dulu?"
?"Tidak usah," kata penerbang itu. "Aku harus berangkat sekarang juga. Panggil
anak itu, dan suruh dia bersiap-siap." ,
Lutut Lucy-Ann terasa lemas sekali, sehingga ia nyaris tak mampu berdiri lagi.
Philip tetap tenang. Tapi dalam hati ia bergejolak. Baiklah! Biar saja sayap itu
dipasangkan padanya. Biar saja ia dimasukkan ke dalam helikopter. Ia tidak
takut! Nanti ia akan meloncat dengan sayap itu. Dan kalau sayap itu ternyata
bisa bekerja ?"Tapi Philip tidak bisa membayangkannya.
Penerbang itu belum melihat anak anak yang berdiri di bawah tenda. Tapi kemudian
"beberapa orang Jepang datang menjemput Philip. Anak- anak yang Iain ikut, walau
Lucy-Ann harus berpegang pada Jack. Sebelum penerbang itu bisa mengatakan apa-
apa pada mereka, raja sudah datang. Cepat sekali ia berdandan sekali itu, pikir
anak-anak. Mahkotanya bertengger agak miring di atas kepala. Tapi selebihnya, ia
nampak anggun seperti biasanya.
Salah seorang penjaga membawakan kotak yang berisi sayap. Raja membuka k0tak
itu, lalu mengeluarkan hasil citaannya. Sayap itu memang indah sekali dan
"kelihatannya seperti bisa dipakai terbang. Lucy-Ann berdoa dalam hati, mudah-
mudahan saja memang bisa!
Philip diam saja ketika sayap itu dipasangkan ke lengannya. Ia mengangguk,
ketika padanya ditunjukkan kedua t0mb0| yang harus ditekan. Dikepak-kepakkannya
sayap itu sebentar. la heran merasakan betapa besar tenaga alat bantu terbang
itu. Anak-anak yang lain memandangnya dengan perasaan kagum. Philip tabah
sekali, kata Jack dalam hati. Sedikit pun tak diperlihatkannya bahwa ia takut
Tapi mungkin juga Philip memang sama sekali tidak takut.
Sebenarnya dalam hati kecil anak itu, ia merasa agak ngeri tapi perasaan itu
"ditekannya, jangan sampai kelihatan.
Tahu-tahu Lucy-Ann melangkah maju, lalu memegang lengan raja.
"Raja yang mulia," katanya, "kurasa lebih baik aku yang mencoba sayap ciptaan
Anda ini. Aku lebih ringan daripada Philip. Aku bangga, jika diizinkan
mencobanya." Semua yang ada di pelataran itu tercengang. Philip merangkul Lucy-Ann dengan
lengannya yang sudah dipasangi sayap.
"Kau ini tabah!" katanya. "Tapi akulah yang akan terjun! Nanti aku akan terbang
kembali kemari, untuk menunjukkan pada kalian bahwa sayap ini bisa diandalkan!"
Lucy-Ann terisak. Ia tidak tahan lagi Penerbang serta rekannya naik lagi ke
helikopter, tanpa mengatakan apa-apa.
Raja sama sekali tidak nampak ragu ketika menyuruh Philip berangkat Rupanya ia
benar-benar yakin akan keandalan sayap ciptaannya yang luar biasa itu. Kasihan "pikirannya melayang di awang-awang. Orang-orang yang melakukan percobaan
untuknya, baginya sama sekali tidak ada artinya.
Meier memperhatikan dengan sikap galak, sementara Philip masuk ke helikopter
dengan dibantu salah seorang Jepang, karena geraknya agak terganggu oleh sayap
yang terpasang pada lengan. Laki-laki jahat itu kelihatannya mengharap kan
"Philip akan berontak. la sama sekali tidak kagum melihat ketabahan anak itu.
Matanya yang tajam menatap Philip. Remaja itu membalas tatapannya dengan
pandangan mengejek. "Yuk, sampai nanti!" kata Philip sambil melambaikan lengan. "Jaga dirimu baik-
baik, Meier. Kapan-kapan riwayatmu pasti berakhir dengan menyedihkan!"
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Meier marah mendengar ejekan itu. Ia melangkah maju, tapi saat itu baling-baling
helikopter mulai berputar, makin lama makin cepat. Lucy-Ann menelan tangisnya.
Ia yakin bahwa itulah saat terakhir ia melihat Philip.
Helikopter membubung lurus ke atas. Penerbangnya menjulurkan kepala ke luar,
lalu meneriakkan sesuatu.
"Jangan lupa pada Bill Smugs!" serunya.
Suaranya kini berbeda dengan tadi. Berbeda sekali.
Itu suara Bill! " Bab 25 MALAM YANG MENEGANGKAN HAMA ketiga remaja yang ada di pelataran saja yang memahami makna seruan itu.
Sedang Meier serta kawan-kawannya sama sekali tidak mengerti. Mereka bahkan
hampir tak menangkap seruan itu. Tapi anak-anak mendengarnya dengan jelas! Napas
mereka tersentak. Tapi mereka tidak mengatakan apa-apa, sampai Meier serta yang
|ain lain sudah turun lagi ke dalam gunung. Setelah itu anak-anak masuk ke bawah
"tenda, sambil berpegangan tangan.
"Jack! Itu tadi Bill! Betul-betul Bill!" kata Lucy-Ann. Suaranya agak aneh.
"Ya dan ia tahu bahwa jika ia meneriakkan Jangan lupa pada Bill Smugs`, kita
" "akan langsung mengenalinya," kata Dinah. "Ia memperkenalkan dirinya dengan nama
itu ketika kita mengalami petualangan yang pertama. Ingat tidak" Wah belum
"pernah aku mengalami kejutan seperti tadi!"
"Dan Philip sekarang selamat," kata Jack. Ia puas sekali. "Syukurlah! Dan orang
yang menyertai Bill tadi pasti salah seorang temannya. Philip tinggal membuang
sayapnya tadi, dan habis perkara!"
"Lututku lemas sekali rasanya, karena gembira," kata Lucy-Ann.
Ia mendului duduk. Anak-anak menarik napas lega. Beban berat kini sudah
tersingkir dari pikiran mereka. Philip selamat! la tidak perlu Iagi meloncat
dari helikopter, untuk menguji keandalan alat ciptaan seorang sarjana sinting.
Ia kini sudah bersama Bill!
"Apa yang menyebabkan Bill datang kemari naik helikopter?" kata Jack bertanya-
tanya. "Dan mendarat di sini dilihat oleh Meier dan Erlick.?""Yah, masa kau tidak ingat lagi! Dalam suratmu kau kan menulis tentang
helikopter yang menurut dugaan kita mendarat di sini," kata Dinah. "Itu, surat
yang kita tinggalkan pada si Belang!"
"Ya, betul juga katamu itu," kata Jack. "Jadi rupanya Bill memang datang mencari
kita lalu menemukan si Belang. Bill memang bisa dijadikan andalan!"
?"Apakah yang akan dilakukannya sekarang?" kata Dinah. "Mungkinkah ia datang
lagi, untuk menjemput kita?"
"Jelas dong!" kata Jack. "Philip akan ditaruhnya dulu di tempat yang aman,
setelah itu ia cepat-cepat kembali kemari. Mungkin masih malam ini juga!"
"Mudah-mudahan," kata Lucy-Ann. "Aku tidak suka ada di gunung ini. Yang paling
menyenang- kan di tempat pertanian Bu Evans. Aku tidak suka pada orang-orang di
sini Meier yang jahat. Erlick yang gemuk. Orang-orang Jepang itu dan raja!"
" ?"Aku malah kasihan padanya," kata Jack. "la itu hanya terperangkap saja 0leh
tipuan para penjahat. Kurasa mereka pasti sudah banyak mengeruk keuntungan dari
berbagai ciptaannya. Dan seka- rang bertindak tidak setengah setengah, untuk
"ciptaan yang ini. Aku ingin tahu, betul-betul bisa bekerja atau tidak sayap
itu." "Pokoknya aku merasa lega bahwa Philip tidak usah lagi mengujinya," kata Dinah.
"Philip itu sangat tabah, ya?"
"Memang. Dan Lucy-Ann pun tabah sekali," kata Jack. "Kenapa tadi tiba-tiba
timbul niatmu untuk menggantikan Philip, Lucy-Ann?"
"Entahlah tahu-tahu datang dengan sendirinya," kata Lucy-Ann. "Tapi aku sama
"sekali tidak tabah saat itu. Lututku gemetar!"
"Tinggal nasib Kiki yang masih kucemaskan sekarang," kata Jack. "Mudah-mudahan
saja ia tidak diapa-apakan oleh mereka. Selama ini ia tidak pernah begitu lama
menghilang!" Dinah dan Lucy-Ann juga merasa prihatin. Dinah yakin sekali bahwa Kiki mengalami
sesuatu yang tidak enak. Jika Meier berhasil menangkapnya, habislah riwayat
burung kakaktua itu. Ia bergidik, ketika terbayang tatapan mata Meier yang tajam
menusuk. Tiba-tiba ia terpekik, "Hii ada sesuatu yang merayap di kakiku! Cepat tolong
" "lihatkan!"
"Ah, itu kan Sally!" kata Jack sambil menangkap cecak ular itu. "Maaf, Dinah!
Philip tidak mau membawanya meloncat tadi, dan karena itu dimasukkan olehnya ke
dalam kantungku, ketika kau sedang melihat. ke arah lain. Aku tidak menyangka
Sally akan keluar. Kau jangan berteriak, Dinah. Semua sudah menunjukkan
ketabahan masing-masing malam ini, jadi kau juga dong!"
"Dinah menuruti permintaan Jack, karena apalah arti seekor cecak ular jika
dibandingkan dengan loncatan yang harus dilakukan Philip jika penerbang yang
" datang tadi bukan Bill" Bukan apa-apa! Dinah menjauhkan kakinya. Tapi ia tidak
berteriak Iagi. Cecak ular itu masih berkeliaran sebentar, lalu masuk lagi ke
kantung Jack. "Aku masih belum habis pikir juga, bahwa yang datang dengan helikopter tadi
ternyata Bill!" kata Lucy-Ann untuk kesekian kalinya. "Jantungku nyaris terhenti
karena kaget ketika ia tiba-tiba berseru dengan suaranya sendiri, 'Jangan lupa
pada Bill Smugs!?"Kita harus bersiap-siap menunggu kedatangannya Iagi," kata Jack. "Mungkin itu
masih malam ini juga. Ada kemungkinan curna kita saja yang akan mendengarnya
nanti, karena mereka yang di bawah pasti tak menduga ia akan datang kembali.
Bunyi helikopter tidak bisa didengar di dalam gunung!"
"Wah asyik, apabila Bill bisa datang tanpa ketahuan, lalu membawa kita pergi
"dari sini," kata Lucy-Ann. "Meier beserta kawanannya pasti bingung nanti,
mencari kita ke mana-mana!"
"Dan kawanan anjing disuruh melacak jejak kita di luar," kata Jack.
"Bagaimana perlukah kita semua berjaga, menunggu kedatangan Bill?" kata Dinah.
?"Tidak usah! Kalian berdua tidur sajalah, biar aku yang menunggu," kata Jack.
"Saat ini aku takkan mungkin bisa tidur! Nanti jika ada sesuatu, kalian akan
cepat-cepat kubangunkan."
"Bagaimana dengan lampu yang menunjukkan tempat mendarat?" tanya Dinah dengan
tiba-tiba "Bisakah kau menyalakannya begitu bunyi pesawat itu terdengar, Jack?"
"Kurasa bisa," kata Jack. Ia pergi ke tengah pelataran, lalu mencari-cari
sakelar untuk menyalakan lampu besar itu.
Tapi benda itu tidak kelihatan di situ. Jack mencari ke mana-mana, tanpa hasil.
"Aku tidak bisa menemukan sakelarnya," katanya kemudian. "Menyebalkan!"
Ah, kurasa tanpa lampu pun Bill pasti bisa mendarat," kata Lucy-Ann. la yakin
"sekali bahwa Bill pasti bisa melakukan apa saja bahkan yang paling mustahil
"sekalipun. "Kau menjaga ya, Jack! Aku hendak tidur dulu."
Kedua anak perempuan itu berbaring, lalu memejamkan mata. Tidak sampai semenit
kemudian keduanya sudah pulas, walau sebelumnya masih merasa tegang sehabis
mengalami kejadian yang tak disangka-sangka itu. Jack duduk menjaga. Malam itu
mendung. Hanya sekali-sekali saja nampak bintang mengintip dari balik awan.
Jack memikirkan Bill. la kagum padanya. Bagaimana ia sampai bisa menguasai
helikopter itu" Jack mengucap syukur karena masih terpikir olehnya untuk
meninggalkan surat pada si Belang, yang isinya menuturkan semua yang diketahui.
Coba jika itu tidak dilakukannya, Bill tentu tidak tahu apa-apa tentang gunung
itu serta rahasia yang ada di dalamnya. Ia pasti tidak akan mengira bahwa
helikopter bisa mendarat di puncaknya!
Ia mendengar bunyi samar di kejauhan. Jack menajamkan pendengarannya. Ya itu
"suara helikopter. Pesawat itu datang Iagi! Kalau begitu Bill tidak pergi jauh-
jauh dari situ. Hanya membawa Philip ke salah satu tempat di luar, mendengar
ceritanya, lalu langsung kembali untuk menjemput anak-anak yang lain. Meier
pasti kecewa sekali nanti apabila melihat bahwa ketiga anak itu sudah tidak ada
lagi - dan tidak tahu apa yang terjadi dengan sayap ajaib itu!
Jack mencoba mencari sakelar lampu besar, tapi tetap saja tidak berhasil. Itu
sebetulnya tidak mengherankan, karena benda itu tersembunyi di bawah semacam
tingkap kecil yang tidak nampak, karena rata dengan pelataran.
Helikopter itu kian mendekat, mengitari gunung lalu membubung tinggi. Rupanya
sudah hendak mendarat di puncak Jack menggoyang-goyangkan tubuh Dinah dan Lucy-
Ann. "Bill sudah kembali!" katanya.
Kedua anak perempuan itu cepat-cepat bangun. Si Putih yang tidur bersama mereka
juga ikut bangun lalu berjingkrak-jingkrak. Ia merasakan kegelisahan anak-anak.
"Pesawat itu hendak mendarat!" kata Jack. Anak-anak memicingkan mata, berusaha
mengenali bentuk helikopter yang gelap di tengah kehitaman malam.
Terdengar bunyi benturan pelan. Tiba-tiba helikopter bergerak mendekati tempat
anak anak. Mereka cepat-cepat menyingkir."Saat berikutnya terdengar suara Bill memanggil,
"Di mana kau, Jack?"
"Di sini," seru Jack sambil lari menghampiri pesawat itu, sementara Bill
menyalakan senter yang terang cahayanya. "Keadaan sudah aman. Tidak ada seorang
pun dari mereka di sini. Wah lega rasanya, karena Anda sudah ada! Bagaimana
"Philip baik-baik saja?"
"Ya, ia sekarang ada di lereng gunung. Ia ditemani Johns. orang yang tadi datang
"bersamaku kemari. Ayo, cepat masuk ke helikopter, sementara keadaan masih aman."
Bill menyorotkan senternya berkeliling untuk melihat di mana Dinah dan Lucy-Ann
berada. Sesaat kemudian anak-anak sudah dibantu naik ke pesawat.
"Aku tadi tidak bisa melihat dengan jelas," kata Bill. "Kurasa sewaktu turun,
aku membentur sesuatu. Kurasakan benturan yang lumayan juga kerasnya, lalu
pesawat terputar. Mudah-mudahan saja tidak ada yang rusak."
"Kurasa Anda tadi membentur dinding sisi pelataran," kata Jack sambil membantu
Dinah dan Lucy-Ann naik ke pesawat. "Wah, benar-benar hebat, Bill! Bagaimana
"Anda bisa..." "Penjelasannya nanti saja!" kata Bill, lalu mengutik-utik sesuatu di depannya.
"Kita berangkat sekarang!"
Helikopter membubung sekitar setengah meter ke udara, tapi kemudian bergerak
memutar. Dengan cepat Bill menurunkannya lagi ke pelataran.
"Wah! Kenapa begitu terbangnya?" Lucy-Ann sudah tidak tahan lagi, karena ingin
cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
"Ayo, kita berangkat!" katanya berulang-ulang, sampai Dinah menyenggol,
menyuruhnya diam. Si Putih duduk dengan tenang di lutut Lucy-Ann yang
merangkulnya erat-erat. Bill mencoba sekali lagi. Pesawat itu membubung ke atas, lalu kembali berputar
dengan aneh. "Ada yang tidak beres dengan kemudinya," kata Bill dengan nada kesal. "Ah,
kenapa Johns kutinggalkan di bawah tadi" Kalau ia ada di sini, kemungkinannya ia
bisa membetulkan sebentar. Tapi kalau dia ikut, kemungkinannya pesawat ini tidak
bisa naik karena ditambah beban kalian bertiga!"
"Perasaan ketiga remaja itu makin kecut, sementara Bill berusaha terus agar
helikopter mau terbang dengan benar. Tapi tiap kali sudah membubung, pesawat itu
langsung bergerak memutar dengan keras. Bill tidak bisa berbuat apa-apa untuk
mencegah terjadinya gerakan itu. Dalam hati ia sudah khawatir, jangan-jangan
nanti malah sama sekali tidak bisa dikendalikan lagi, lalu terjungkir ke bawah.
la tidak berani mengambil risiko itu, karena ada anak-anak.
Selama sejam ia berusaha mengendalikan pesawat itu. Tapi kemudinya tetap tidak
bisa diatur geraknya. Anak anak disuruhnya turun, karena ia hendak melihat "apakah dengan begitu pesawat bisa Iebih terkendali. Tapi ternyata sama saja.
"Rupanya rusak karena membentur dinding tadi," kata Jack. "Bagaimana sekarang,
Bill?" "Bagaimana jika turun lewat bawah?" kata Bill. "Philip tadi sempat bercerita
tentang tangga tali. Sebelum ini aku sudah mencari jalan masuk itu. Kau kan
menulis tentang itu dalam suratmu! Aku sudah masuk ke dalam rongga yang terdapat
di balik semak itu. Tapi hanya sampai di situ saja tidak bisa terus!"
?"Memang, tidak ada yang bisa menemukan jalan naik, kecuali secara kebetulan,"
kata Jack. "Kami kebetulan saja menemukan rahasia menurunkan tangga tali itu
"yaitu dengan jalan memutar roda yang terdapat di bawah permukaan kolam. Begitu
roda diputar, tangga tali akan meluncur turun dari .atas!"
"Yah kelihatannya kita sekarang terpaksa turun lewat jalan itu, kata Bill.
" ?"Helikopter sialan ini tidak bisa dikendalikan lagi. Aku tidak berani
menerbangkannya, karena risiko jatuh besar sekali. Padahal kita tidak punya
sayap, yang bisa menyelamatkan!"
"Aduh, Bill jadi kita benar-benar tidak bisa pergi dari sini dengan
"helikopter?" tanya Lucy-Ann. Semangatnya langsung hilang. "Aku tidak mau masuk
Iagi ke dalam gunung. Nanti kita tersesat, Belum lagi kalau sampai ketahuan!"
"Apa boleh buat, Lucy-Ann kita terpaksa," kata Bill. "Tapi jangan takut,
"sekarang kan ada aku yang bisa melindungi! Lagi pula sekarang kan sudah larut
malam. Kecil sekali kemungkinannya kita nanti berjumpa orang!"
"Kita memang sial kenapa helikopter ini tidak bisa dikendalikan lagi," kata
"Jack. "Nanti begitu ada yang melihatnya di sini, mereka pasti akan tahu bahwa
telah terjadi sesuatu lalu mengejar kita!"
?"Itulah sebabnya kita harus sekarang juga berusaha mencari jalan keluar," kata
Bill. "Ayo, kita berangkat Eh apa ini yang membentur-bentur kakiku" Ah kau
" "rupanya, Putih! Kalau kau ingin ikut, jangan jauh-jauh dari kami. Nanti kita
ketahuan karena kau! Ngomong-ngomong, mana Kiki" Dari tadi aku sama sekali tak
mendengar suaranya."
"Kami tidak tahu di mana ia berada," kata Jack sedih. "Sudah beberapa hari kami
tidak melihatnya sejak kami tertangkap. Mungkin ia dikurung atau bersembunyi
" "di dalam gunung atau mungkin juga sudah mati dibunuh."
"_ "Aduh jangan begitu, Jack!" kata Lucy-Ann.
?"'Kiki kan sangat cerdik. Tak mungkin ia sampai bisa tertangkap. Mungkin kita
nanti akan menemukannya."
"Mana jalan keluar dari sini?" tanya Bill sambil menyalakan senter. "Lewat sana"
Itukah tangga yang harus dilewati untuk masuk ke dalam gunung" Kalau begitu,
kita berangkat sekarang jangan membuang-buang waktu lagi."
"Mereka meninggalkan helikopter yang rusak, berjalan menuju tangga batu yang
mengarah ke bawah. Lucy-Ann bergidik karena seram.
"Aku takut, Bill!" keluhnya. "Kusangka aku tidak harus turun lagi ke dalam
gunung!" Bab 26 LARI MENEMBUS GUNUNG TIDAK lama kemudian mereka sudah berada di dalam gunung. Mereka menyelinap lewat
di depan gua tempat Philip pernah dikurung, melalui rongga-rongga tempat
menyimpan perbekalan, menuruni tangga berbelit-belit yang dipahat pada batu.
Sulit sekali memilih jalan yang benar, karena lampu-lampu remang yang menerangi
lorong-lorong sudah dipadamkan semua. Di mana-mana gelap gulita. Bill memang
membawa senter yang terang cahayanya. Tapi ia hanya bisa menyalakannya sekejap-
sekejap, karena takut kalau ada orang melihat. Mereka terpaksa sering berhenti
sambil mendengarkan dengan seksama. Jack dan Dinah berulang kali bertengkar
dengan berbisik-bisik, mengenai jalan mana yang harus diambil selanjutnya. Bill
menunggu dengan sabar. Disuruhnya anak-anak mengingat-ingat, jalan mana yang
harus dipilih. Nadanya sangat mendesak.
"Jika kita suruh si Putih berjalan di depan, mungkin kita takkan tersesat," kata
Lucy-Ann kemudian. "Ia pasti tahu jalan."
"Memang tapi ia kan tidak tahu, kita mau ke mana sekarang." kata Jack. ?"Maksudku, jika ia tahu bahwa kita ingin menuju ke rongga tempat tangga tali
itu, ia pasti akan membawa kita ke sana. Tapi bagaimana caranya membuat ia
tahu?" Akhirnya mereka benar-benar tersesat. Mereka sampai dalam suatu lorong gelap
dengan langit-langit yang sangat tinggi. Menurut perasaan anak-anak, mereka
belum pernah lewat di situ.
Bill mulai putus asa. Coba ia tadi berhasil mendaratkan helikopter dengan mulus,
pasti mereka kini tidak perlu menelusuri lorong-lorong gelap yang tak dikenal
ini, pikirnya. Mereka terus saja berjalan. Makin lama makin jauh ke bawah. Tahu-tahu sampai di
langkan sempit yang terdapat di sisi atas lubang besar. Napas Bill tersentak
ketika melihat sinar kemilau yang dengan tiba-tiba memancar, ketika lantai
lubang digeserkan ke samping sesaat. Ia dan juga anak-anak dengan segera
mengalami perasaan aneh, seolah-olah tubuh mereka menjadi enteng. Tapi perasaan
itu lenyap Iagi, begitu lantai ditarik menutupi lubang lagi.
Di bawah tidak ada siapa-siapa. Rupanya lantai itu bisa digeser dengan mesin,
walau di bawah tidak nampak apa-apa. Itulah anehnya keadaan di tempat
tersembunyi itu. Sama sekali tidak ada mesin besar di situ. Tenaga yang dipakai
tidak dijalankan lewat mesin. Bunyi yang terdengar pun hampir tidak ada, kecuali
suara gemuruh sebelum getaran datang.
"Rupanya di dalam gunung ini ada semacam l0gam yang bisa digunakan untuk
percobaan mereka," kata Bill. "Salah satu logam yang jarang terdapat seperti
"uranium, yang dipakai dalam pembelahan atom. Di bumi ini ada beberapa gunung
yang mengandung beberapa jenis logam langka. Tapi biasanya |0gam-Iogam itu
diambil dengan jalan penambangan. Di sini hal itu tidak dilakukan melainkan
"langsung dipergunakan! Mungkin mereka melakukannya untuk memanfaatkan ketebalan
batu di sini, yang melindungi dunia luar dari pancaran sinar yang sedang dicoba.
Pintar sekali mereka!"
"Rasanya dari sini kami tahu jalan selanjutnya," kata Jack. Ia merasa lega
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena berhasil sampai di suatu tempat yang sudah dikenal walau tempat itu
"lubang besar yang menyeramkan!
Ia menuding ke arah belakang, ke lorong yang mengarah ke atas. Bill menyorotkan
senternya ke lorong itu. "Itu jalannya?" katanya. "Kalau begitu ayolah!"
Mereka mendaki l0r0ng lebar yang terjal itu. Lalu menyusur terowongan sempit
yang berkelok- kelok. Akhirnya sampai ke percabangan.
"Kiri," kata Jack. Bill tercengang ketika melihat tirai sutra yang tergantung di
sepanjang dinding setelah itu, begitu pula yang menutupi ambang sebuah gua.
"Di belakangnya ruang tidur raja," bisik Jack pada Bill, sambil menjamah
lengannya. "Si Putih ada bersamamu, Dinah" Jaga baik-baik jangan sampai ia "menerobos maju!"
Bill berjingkat-jingkat menghampiri tirai, lalu menyibaknya sedikit. Di baliknya
nampak ada cahaya suram. Sesaat lamanya Bill mengamat-amati ruang tidur raja itu
dengan penuh minat. Setelah itu tirai ditutupnya kembali, sedang ia sendiri
berjingkat-jingkat ke tempat anak-anak menunggu.
"Di dalam ada orang yang berbaring di dipan," bisiknya. "Orangnya sudah tua.
Keningnya besar sekali!"
"Itulah raja gunung ini!" jawab Jack sambil berbisik pula. "Ialah otak pencipta
segala penemuan yang ada di sini. Kurasa ia itu jenius tapi sinting!"
?"Ia kelihatannya tidur pulas," kata Bill. "Adakah jalan melewati gua ini, tanpa
membangunkannya?" "Tidak kita harus lewat situ," jawab Jack. "Lalu melewati ruangan tempat dia
"biasanya makan, lalu melintasi ruang singgasana."
Bill berpikir-pikir sesaat.
"Kalau begitu kita harus mengambil risiko," katanya. "Kita masuk satu per satu
"tapi hati-hati, jangan sampai menimbulkan bunyi!"
Mereka masuk satu demi satu ke kamar tidur itu, dengan napas ditahan. Dinah
masuk sambil memegang si Putih. la berdoa dalam hati, semoga anak kambing itu
nanti tidak tahu-tahu mengernbik di dalam!
Untung saja di ruangan itu terhampar permadani tebal, sehingga langkah mereka
sama sekali tidak terdengar. Jantung Lucy-Ann berdegup-degup saat ia melintasi
ruang tidur itu sambil berjingkat-jingkat. la sudah takut saja, jangan-jangan
raja gunung terbangun karenanya.
Mereka masuk ke ruangan di mana terdapat meja makan yang panjang. Tapi kini sama
sekali tidak ada apa-apa di atas meja itu.
Mereka terus menyelinap, menuju ke ruang singgasana. Sesampainya di luar, di
balik tirai indah yang berhiaskan gambar naga-naga merah, mereka berhenti
sebentar. Mereka mendengar bunyi aneh seperti dengkuran. Apakah itu"
"Bill mengintip dengan hati-hati, melihat ke balik tirai. Ia tertawa nyengir.
Ternyata di ruang singgasana itu ada sejumlah orang. Mereka itu para penerjun
payung. Beberapa di antaranya duduk, sedang yang lainnya berbaring. Di tengah-
tengah ruangan terdapat meja panjang yang sarat dengan gelas dan piring berisi
sisa-sisa makanan yang berlimpah ruah. Para penerjun payung itu tidur semua.
Tidak seorang pun bangun!
"Jadi di sini rupanya mereka selama beberapa hari yang lalu," bisik Jack. "Aku
sudah heran saja, kenapa mereka tidak kembali ke atas. Wah rupanya mereka
"tertidur, karena terlalu banyak makan. Bukan main!" '
Bill meraba-raba dinding di balik tirai. Ia mencari-cari sakelar. Ia berbisik
lagi, setelah menemukannya.
"Aku akan mematikan lampu di dalam situ, supaya kita bisa lewat tanpa ada yang
melihat. Kita berjalan menyusur dinding. Usahakan agar jangan sampai menimbulkan
bunyi nanti!" Lampu di dalam dipadamkan, sehingga bangsal besar itu gelap gulita. Dengan
didului oleh Bill, anak-anak menyelinap sepanjang dinding ke seberang. Langkah
mereka tak kedengaran, karena mereka berjalan di atas hamparan empuk.
Bill tertegun ketika mereka sampai di ruang laboratorium yang luas. Ia kagum
melihat apa yang ada di situ. la lebih banyak mengetahui hal-hal begitu daripada
anak-anak, dan karenanya menyadari betapa hebatnya otak penciptanya.
Mereka berdiri di atas serambi sambil memandang ke bawah, ke arah roda-roda dan
rentangan kawat, memperhatikan bejana-bejana kaca serta kotak-kotak kristal.
Bunyi dengungan pelan masih tetap terdengar.
"Untuk apa segala peralatan ini, Bill?" bisik Lucy-Ann.
"Mentransmutasikan energi," jawab Bill pelan.
"Mentran apa, Bill?" tanya Lucy-Ann. Ia belum pernah mendengar kata itu. ?"Mentransmutasikan atau katakanlah mengubah suatu jenis energi menjadi energi
" atau kekuatan lain, yang bisa dipergunakan untuk tujuan tertentu."
" ?"Misalnya dikurung di dalam sayap terbang, Bill?" tanya Jack.
"Ya, begitulah." kata Bill. "Peralatan ini benar benar menakjubkan!"
"Di ruang kerja itu tidak ada orang. Mengherankan sekali rasanya, segala
peralatan yang di bawah itu bekerja sendiri, tanpa ada yang melayani.
Bill begitu kagum, sehingga selama beberapa saat lupa bahwa mereka harus buru-
buru mencari jalan keluar dari dalam gunung. Ia merasa seperti sedang bermimpi.
Ia sadar lagi, karena si Putih menanduk-nanduknya. Bill agak kaget, lalu
memegang lengan Lucy-Ann.
"Ayo, kita terus!" katanya. "Kenapa aku sampai berhenti di sini, membuang-buang
waktu berharga!" Jack mendului masuk ke lorong berikut, yang menuju ke gua besar yang pernah
mereka masuki. Bill menyorotkan senternya ke situ. Tapi tidak ada apa-apa yang
menarik di situ. Setelah itu mereka menyusuri lorong lagi, yang menuju ke gua
tanpa langit-langit. Anak-anak merasa sudah hampir bebas tinggal mengetahui
"rahasia mengeluarkan tali dari tempatnya dalam dinding batu!
Mereka melewati lampu-lampu remang yang terpasang di sepanjang dinding lorong.
Entah apa sebabnya, lampu-lampu itu dinyalakan. Dalam gua yang dituju, sinar
senter yang dipegang Bill menerangi kendi-kendi berisi air segar di sisi
belakang rongga atas. Rupanya disediakan di situ bagi orang yang kehausan
sehabis memanjat tangga tali.
"Inilah tempat tangga tali itu," kata Jack. Diambilnya senter dari tangan Bill,
lalu disorotkannya ke dinding, mencari tempat tangga itu tergulung dalam
dinding. Tapi sebelum Jack berhasil menemukannya, tahu-tahu Lucy-Ann terjerembab. Rupanya
kakinya tersangkut pada sesuatu. Lututnya sakit, tapi ia sama sekali tidak
mengaduh. Bill menyuruh Jack menerangi tempat anak itu terjatuh, untuk melihat
apa yang menyebabkan ia tersandung.
Ternyata tangga tali! Tangga itu terentang di dasar rongga, terus menjulur dari
tepinya ke bawah terus, sampai ke dasar gua yang ada kolamnya.
" "Wah tangga itu terulur!" seru Jack. la begitu kaget, sampai lupa berbisik. ?"Yuk kita cepat-cepat turun sekarang, Bill!"
?"Rupanya tadi ada di antara mereka yang keluar," kata Dinah. "Dan tangga ini
dibiarkan terjulur, supaya bisa naik lagi dengan cepat. kita harus berhati-hati,
jangan sampai tepergok!"
'Kau yang turun dulu, Jack," kata Bill, yang sementara itu sudah memeriksa cara
tangga itu terpasang dalam lubang di dinding. Benar-benar hebat tekniknya!
Ternyata ada kawat yang menghubungkan roda dalam kolam di bawah dengan sebuah
tuas yang menggerakkan tangga tali. Apabila sudah terulur sedikit, bobot tangga
itu kemudian menyebabkannya terulur terus sampai habis. Bill tidak bisa menebak
apa yang menyebabkan tangga itu bisa tergulung Iagi. Tapi bagi orang yang
berhasil menciptakan berbagai hal yang menakjubkan dalam gunung, itu pasti soal
enteng saja! Jack berlutut di tepi atas tebing di samping tangga, lalu menuruninya sedikit
dengan hati-hati. "Nah, aku turun sekarang," katanya kemudian. "Suruh Dinah dan Lucy-Ann yang
turun dulu nanti, Bill. Setelah itu baru Anda! Si Putih turun lebih dulu, lewat
liang yang biasa dilalui kawanan anjing herder. Aku tidak tahu letak liang itu.
Tapi hatiku tidak enak, karena tidak tahu di mana Kiki saat ini. Kasihan dia,
ditinggal sendiri di dalam gunung!"
Jack menuruni tangga, diterangi sinar senter yang diarahkan Bill padanya.
"Sekarang kau, Lucy-Ann," kata Bill, setelah Jack tidak kelihatan lagi. "Jack
pasti sudah jauh sekarang, jadi takkan terinjak kepalanya olehmu. Sesudah kau,
Dinah yang turun, sedang aku paling akhir. Nanti kalian menunggu dulu di bawah,
sampai aku sudah datang. Jangan coba keluar sendiri!"
Jack turun terus dengan kecepatan tetap. Rasanya tinggi sekali tangga itu. Tiba-
tiba ia kaget, merasa tangga tali itu bergerak-gerak. Seperti ada yang
memanjatnya dari bawah. Jack langsung berhenti.
"Aduh ada orang naik," katanya dalam hati. "Siapakah dia?"
" Bab 27 BERHASIL JACK buru-buru naik lagi. la tidak ingin tepergok 0rang yang naik itu. Jangan-
jangan Meier atau Erlick. Kalau benar begitu wah, gawat!
" "Sesaat kemudian kepalanya membentur kaki Lucy-Ann yang sudah turun. Anak itu
terpekik ketakutan. "Ssst, jangan berteriak! Ini aku," bisik Jack dari bawah. "Ada orang naik.
Cepat, kita harus ke atas lagi!"
Lucy-Ann ketakutan. lalu bergegas-gegas memanjat ke atas lagi. Uh, seram rasanya
membayangkan ada orang naik, sementara mereka hendak turun. Menurut perasaannya,
pasti itu Meier! Kini kepala Lucy-Ann yang terbentur ke kaki Dinah. Dengan cepat dibisikkannya
bahwa ada orang di bawah. Dinah bergegas naik ke atas kembali, disusul oleh
Lucy-Ann serta Jack yang paling bawah. Jack sudah gugup sekali saat itu. Ia
merasa bahwa setiap saat kakinya akan dicengkeram dari bawah.
Sesaat kemudian kepala Dinah nyaris terinjak oleh Bill, yang menuruni tangga
dengan cepat. Ia kaget ketika mengetahui bahwa Dinah naik lagi.
"Ada apa" Kan sudah kubilang tadi, kau harus cepat-cepat turun?" katanya. Ia
bertambah kaget, ketika mendengar bisikan Dinah yang bernada panik.
"Cepat ke atas lagi, Bill! Ada orang naik. Cepat sebelum Jack tertangkap. "Cepat, Bill!"
Sambil mengatakan sesuatu dengan pelan, Bill bergegas naik lagi. Sesampai di
atas dibantunya Dinah naik, kemudian Lucy-Ann, dan yang terakhir Jack. Tangga
tali masih tetap bergoyang-goyang. Orang yang tidak kelihatan itu masih memanjat
terus. "Kembali ke lorong tadi!" kata Bill. "Kita tidak boleh sampai tepergok. Kita
tunggu sampai yang naik itu sudah lewat lalu kita coba turun Iagi!"
"Sesampai ke percabangan lorong, Bill mendorong anak-anak ke lorong yang paling
gelap. Tapi dengan segera mereka keluar lagi, karena dari ujung belakang
terdengar bunyi langkah orang datang.
Tapi sementara itu orang yang naik sudah sampai di ujung atas tangga. Anak-anak
bergegas menarik Bill ke cabang yang satu lagi. Dari situ mereka memasuki gua-
gua kecil yang sambung menyambung.
"Kita tunggu di sini!" bisik Bill. Tapi ternyata mereka sudah ketahuan. Dari_
arah belakang terdengar suara orang berseru-seru.
"Siapa di sana"! Ayo, keluar! Cepat!"
Tapi mereka tidak berkutik. Semua meringkuk di pojok yang gelap, dinaungi batu
yang agak menonjol ke luar. Bill sudah cemas saja, jangan-jangan mereka akan
ketahuan, jika yang datang itu membawa senter.
Bunyi langkah orang berjalan terdengar dalam gua sebelah, disusul suara orang
berseru-seru. Mereka dikejar! Bill mengeluh dalam hati. Kalau mendengar suara
mereka, pengejar itu berempat. Mungkin juga lima orang. Mereka pasti akan
memencar, lalu mencari sampai berhasil. Ah padahal mereka tadi sudah hampir
"berhasil melarikan diri!
"Yuk lebih baik kita bersembunyi di gua yang lebih aman!" kata Bill sesaat
"kemudian. Tapi sebelum mereka sempat beranjak dari situ, tiba-tiba ada sinar senter yang
disorotkan ke dalam. Mereka mematung kembali, tak bergerak sedikit pun,
sementara sinar itu semakin mendekat ke tempat mereka. Lucy-Ann tidak berani
bernapas. Dipegangnya tangan Bill erat-erat.
Sinar Senter yang diarahkan ke lantai, sudah sampai ke kaki Jack. Tahu-tahu dari
salah satu tempat di dekat mereka terdengar suara. Bunyinya sendu dan bergaung,
seperti sangat menderita.
"Kasihan Polly! Ding dong! Ciluk-ba!"
Jantung Jack berhenti sesaat. Itu kan Kiki! Kiki masih hidup! Rupanya ia
tersesat selama berhari-hari di dalam gunung. la tidak tahu bahwa saat itu
mereka ada di dekatnya Ia tadi melihat cahaya senter serta mendengar suara
orang-orang berbicara. Dan seperti biasa, ia langsung ikut campur.
Bill cepat-cepat memegang lengan Jack. Ia takut anak itu akan memanggil Kiki,
atau berseru karena girang. Tapi Jack juga tahu bahwa itu berbahaya. Karenanya
ia diam saja. Sedang Kiki mengoceh terus, dengan suara yang sedih sekali.
"Panggilkan dokter. Pengap, kedap, lembab! Puh! Hahh!"
Jack belum pernah mendengar suara Kiki sesedih itu. Kasihan pasti ia merasa "dirinya terbuang!
"Apa itu"!" Suara seseorang bernada tajam menggema dalam gua. "Ada orang di gua
ini. Cepat kemari, Erlick! Kaudengar tidak tadi?"
"Dengar apa?" tanya Erlick yang datang dengan membawa senter pula.
"Suara orang," kata Meier. "Ada orang di sini. Mungkin berdua karena kudengar
"mereka bercakap-cakap. Kautunggu di sini, sementara aku memeriksa."
Meier berkeliling sambil memeriksa gua dengan seksama.
Bill mengeluh dalam hati. Kini mereka tidak bisa lagi lari ke gua Iain,
pikirnya. Tiba-tiba Kiki bersin, lalu batuk. Meier tertegun, lalu mengarahkan sorotan
senternya ke arah dari mana bunyi itu datang.
"Kalian sudah ketahuan! Ayo, cepat keluar, kalau tidak ingin lebih celaka lagi!"
serunya dengan marah. Kiki ketakutan. Ia merasa sedih dan lapar, karena sudah beberapa hari tidak
makan. Bentakan Meier menyebabkan ia panik lalu terbang memasuki gua sebelah,
tanpa mengetahui bahwa di dekatnya tadi ada Jack. Tapi untung saja ia tidak tahu
karena kalau tahu, Kiki pasti akan terbang menghampiri lalu hinggap di bahu
"anak itu, sehingga tempat persembunyian Jack dan yang lain-lainnya akan langsung
ketahuan. Kini suara Kiki terdengar di gua sebelah.
"Polly, masak air! Panggilkan dokter!" Terdengar bunyi terceguk, disusul kata
'maaf`, yang diucapkan dengan nada menyesal.
"Astaga! Ada apa di sini?" seru Meier. Kedengarannya seperti bingung. "Itu suara
yang sudah beberapa kali kita dengar. Tapi kalau ada suara, pasti ada pula
orangnya. Aku harus berhasil menemukannya kali ini. Kalau perlu, aku akan
menembak sembarangan!"
Bill dan anak-anak kaget setengah mati ketika terdengar bunyi letusan. Rupanya
Meier menembakkan pistolnya dengan sembarangan ke arah suara Kiki. Jack merasa
ngeri, karena takut kalau Kiki kena tembak.
Meier dan Erlick masuk ke gua sebelah, menyusul ke arah suara Kiki yang kini
sudah lebih jauh lagi. "Hup! Bersihkan kakimu, Anak nakal!"
Mau tidak mau anak-anak tersenyum, walau sangat ketakutan. Kiki selalu
mengocehkan yang aneh-aneh pada saat-saat gawat!
Bunyi tembakan menggema Iagi. Kiki terkekeh- kekeh seperti mengejek, lalu
menirukan bunyi mobil berganti persneling. Ia terbang memasuki gua berikutnya,
dikejar 0leh Meier dan Erlick. Keduanya masih belum melihat Kiki, karena saat
itu mereka mengira sedang mengejar manusia yang lari menjauh. Padahal Kiki
terbang menyusur sisi atas gua, dan kadang-kadang bertengger di tempat-tempat
tersembunyi. Saat itu terdengar langkah orang berlari-lari sambil berseru memanggil-manggil
Meier. "Pak Meier! Pak! Anak-anak minggat! Helikopter kembali lagi. Di atas tidak ada
siapa-siapa. Anak-anak lari!"
Rupanya yang datang itu salah seorang Jepang yang tadi naik ke puncak gunung. la
melihat helikopter ada lagi di situ. Tapi penerbangnya tidak ada, begitu pula
anak-anak. Seruannya disambut kesunyian sesaat. Kemudian terdengar suara Meier
membentak-bentak. Entah apa saja yang diucapkannya, karena ia marah-marah dalam
bahasa asing yang tidak dipahami Bill maupun anak-anak. Kemudian terdengar suara
Erlick, "Tidak ada gunanya kau marah-marah, Meier! Kita keluarkan saja anjing-anjing.
Anak-anak pasti minggat lewat tangga tali. Kau kan membiarkan terulur ke bawah
ketika tadi keluar. Tapi biar saja anjing-anjing kita pasti dengan cepat akan "berhasil menyergap mereka."
"Tapi ke mana penerbang itu?" kata Meier marah-marah, lalu menyambung dalam
bahasa asing. Sedang orang Jepang yang tadi bergegas pergi. Rupanya hendak
mengambil anjing-anjing. "Panggilkan dokter," seru Kiki dengan suara sedih, lalu
menjerit seperti lokomotif. Teriakannya menyebabkan Meier menyorotkan senternya
ke segala arah. Orang itu marah sekali.
Kemudian terdengar suara orang-orang ribut berdebat. Meier, Erlick, serta
beberapa orang lagi yang menyertai mereka berbicara campur aduk, dalam berbagai
bahasa. Bill tidak menunggu lama-lama lagi. Anak-anak didorongnya ke luar dari
tempat persembunyian, menuju lorong terdekat. Dengan cepat mereka kembali ke gua
tempat tangga tali. Mungkin sekarang mereka bisa melarikan diri.
Mereka menuruni tangga itu dengan urut-urutan seperti tadi. Jack melangkah ke
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bawah dengan hati berdegup-degup, takut kalau ada lagi orang yang naik, lalu
tahu tahu mencengkeram pergelangan kakinya dari bawah. Tapi ia berhasil sampai
"di bawah dengan selamat. walau dengan kaki gemetar. Napasnya tersengal-sengal.
Lucy-Ann nyaris terjatuh dari jenjang paling bawah. la menangis karena lega.
Rasanya tidak habis habisnya tangga itu! la merebahkan diri di samping kolam.
"Dadanya terasa sakit.
Dinah yang turun setelah Lucy-Ann, juga ikut merebahkan diri ke lantai gua. Bill
pun lega sesampainya di bawah. Tapi ia tidak ikut-ikut menggeletak.
"Huhh sampai juga akhirnya di bawah!" katanya. "Jauhnya kita turun tadi.
"Sekarang cepat- kita keluar, menggabungkan diri dengan Philip dan Johns. Mudah-
mudahan saja kawanan anjing herder itu nanti tidak menemukan jejak kita. Philip
tadi sempat bercerita tentang mereka, yang kalian sangka kawanan serigala. Aku
tidak ingin dikejar anjing-anjing itu!"
Sementara itu fajar sudah mulai menyingsing. Matahari belum muncul dari balik
gunung, tapi sinarnya sudah mulai menyebar ke atas E:li sebelah timur. Anak-anak
"Iega ketika merasakan hembus- an angin segar membelai muka saat mereka keluar-
lewat celah di batu, setelah mendorong semak yang menutupi celah ke samping.
Mereka menarik napas dalam-dalam, sambil memandang alam sekeliling yang nampak
remang-remang. "Ayo, kita terus," desak Bill. "Philip dan Johns tadi kutinggal dekat air di
"tempat si Belang tertambat. la kami temukan di situ sewaktu aku datang bersama
David dan Effans, mencari kalian. Kami membawanya kembali ke tempat pertanian.
Kata Philip, kalian pasti bisa tahu di mana tempat itu, walau kita mendarat agak
jauh dari situ. Ia menyangka kita akan kembali dengan helikopter. Wah agak
"sulit juga mendaratkannya kemarin malam. Nyaris saja pesawat itu terjungkir.
Tapi akhirnya berhasil juga!"
"Kalau begitu Philip tentunya menunggu kita di tempat itu, ya?" tanya Lucy-Ann.
"Bukan dekat air."
"Tidak! Aku melarangnya karena mungkin saja ada orang mereka yang berkeliaran
"di dekat situ, lalu melihat dia bersama Johns," kata Bill. "Menurutku, besar
kemungkinannya Meier beserta kawanannya keluar mencari Philip, karena mengira
dia pasti meloncat dari helikopter. Aku sebetulnya harus memberi kabar lewat
radio mengenai hasil penerjunannya. Tapi tentu saja aku tidak melakukannya!"
Tidak sulit menemukan jalan ke air, karena fajar sudah menyingsing. Sebelum
mereka sampai di situ, Jack mengalami hal yang membahagiakan dalam wujud Kiki!"Tahu-tahu burung itu muncul dari atas dan terbang mendatangi sambil terkekeh
gembira. la menjerit dengan keras sekali, nyaris memekakkan telinga. la hinggap
di bahu Jack, lalu mengusap-usapkan kepala ke telinga anak itu. Jack begitu
gembira, sampai tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia hanya menggaruk-garuk kepala
Kiki sambil merayu-rayu. Dengan segera Kiki menirukan suaranya.
"Aduh, syukurlah!" kata Lucy-Ann. Ia senang sekali. "Ke mana saja kau selama
ini, Kiki" Lega rasanya, kau ada lagi bersama kami."
Bill pun tidak mau ketinggalan menunjukkan rasa senangnya.
"Kau tadi menyelamatkan kami, Kiki! Kau memancing orang-orang .itu pergi
menjauh, sehingga kami bisa melarikan diri ke luar. Dari mana kau tahu di mana
kami berada tadi" Dan bagaimana kau bisa menyusul kami ke luar?"
Kiki tidak menjawab pertanyaan itu. Jadi baik Bill maupun anak-anak tetap tidak
tahu. Tapi Jack mengira bahwa Kiki pasti terbang ke bawah, ke gua yang tak
beratap, lalu dari situ keluar. Kemudian ia datang, karena mendengar suara
mereka bercakap-cakap. "Hidup Ratu," oceh Kiki dengan suara gembira, lalu terceguk. "Maaf! Maafkan
Raja, cul Polly muncul!" `
"Aduh, Kiki- selama ini kami sangka kau sudah mati," kata Dinah. la memandang
berkeliling, karena menyadari bahwa si Putih tidak ada di situ.
"Sekarang si Putih yang lenyap. Ke mana dia?" "Sudah sejak tadi ia tahu tahu
"lenyap," kata Bill.
"Tapi kurasa nanti muncul lagi dengan tiba-tiba seperti Kiki tadi!"
?"Geliat geliut," oceh Kiki dengan tiba-tiba sambil menelengkan kepala. memandang
ke kantung Jack. Sally tersembul sedikit di situ. Rupanya ingin menikmati hawa
luar yang segar. Dinah sama sekali tidak berteriak melihatnya!
Mereka berjalan lagi. sementara Kiki bertengger di bahu Jack. Tiba-tiba
terdengar suara orang bertiak,
"Hee kami ada di sini! Jack! Dinah! Lucy-Ann! Bill! Wah, Kiki juga ada! Hore
" "kalian berhasil melarikan diri! Tapi kenapa tidak dengan helikopter" Lama sekali
kami menunggu-nunggu di sini."
Itu suara Philip. la berjingkrak-jingkrak. Sedang Johns berdiri dengan tenang di
belakangnya sementara si Putih berlari lari mengelilingi keduanya. Ternyata
" "anak kambing itu berhasil menemukan Philip! Mereka semua sudah bergabung
kembali. Semua berbahagia. Tapi nanti dulu suara apakah itu, yang terdengar di
"kejauhan" "Kawanan anjing!" kata Jack "Mereka mengejar kita!"
Bab 28 DIKEJAR KAWANAN ANJING Lucy-Ann merapatkan diri pada Bill dan Johns, ketika terdengar bunyi gonggongan
galak di kejauhan. la ngeri, membayangkan dikejar anjing-anjing besar itu!
Bill dan Johns berpandang-pandangan. Bill mengatakan sesuatu sambil menggumam.
Tampangnya nampak marah. Mereka sudah begitu senang berhasil sampai di luar "dan kini kemungkinannya mereka akan tertangkap kembali! Tidak ada yang bisa
berbuat apa-apa, jika dikejar anjing yang memang dilatih untuk memburu orang!
"Cepat, Bill kita ke air lalu berjalan mengarunginya," kata Jack dengan tiba-
"tiba. "Itulah yang dilakukan orang Negro itu ketika hendak menghilangkan jejak.
Anjing tidak bisa mencium jejak di air. Kita mengarunginya ke hulu, sambil
mencari tempat persembunyian yang baik - misalnya pohon, di mana Sam waktu itu
bersembunyi!" "Yah - kecil sekali kemungkinan kita akan berhasil," kata Bill "Tapi kita coba
sajalah! Sialan helikopter itu tahu-tahu begitu! Kalau kemudinya tidak rusak,
"pasti kita sudah selamat sekarang!"
Mereka melangkah ke tengah sungai kecil itu, lalu mengarunginya ke arah hulu,
Airnya dingin sekali. Lucy-Ann berjalan diapit Bill dan Johns. Ia senang sekali,
karena berada di tengah dua orang dewasa. Di kejauhan terdengar lagi gonggongan
anjing. Bill dan rombongannya berjalan secepat mungkin ke arah hulu, untuk menghilangkan
jejak. Tapi mereka masih bergerak di tempat yang terbuka, sehingga bisa dilihat
dengan jelas. Karenanya mereka mempercepat langkah, agar selekas mungkin sampai
di bawah pohon yang bisa dipanjat. Atau kalau tidak, gua yang bisa dijadikan
tempat bersembunyi. Tidak lama kemudian mereka menemukan yang mereka cari-cari. Sungai kecil itu
berawal di sebuah lubang besar di tebing gunung. Air menggelegak keluar dari
situ, mengalir dan membasahi kaki mereka termasuk si Putih!
?"Lihatlah air keluar dari lubang besar itu," kata Bill. "Kita masuk saja ke
"situ. Mudah-mudahan cukup tempat untuk kita semua. Kita bersembunyi, sampai
anjing-anjing itu sudah pergi lagi."
Mereka merangkak masuk, satu demi satu. Bill menyalakan senter dan
menyorotkannya ke dalam. Rongga di dalam tebing itu tidak terlalu besar, pas-
pasan bagi mereka. Ujung belakangnya bersambungan dengan lorong yang sempit
sekali. Air menyembur keluar dari lubang itu.
Mereka duduk bersesak-sesak di dalam rongga, di tempat yang tidak dilewati air,
sambil mendengar suara kawanan anjing herder yang mendengking- dengking di
kejauhan. "Nyaris saja aku lupa bahwa masih ada ini," kata Bill sambil merogoh kantung. Ia
mengeluarkan beberapa batang coklat, lalu membagi-bagikannya. Johns ternyata
juga berbekal coklat, sehingga perut mereka agak terisi sedikit.
"Bagaimana mungkinkah anjing-anjing itu kehilangan jejak kita sekarang?" kata
"Jack, karena gonggongan kawanan herder tidak terdengar lagi.
"Kelihatannya begitu," kata Bill. "Kurasa mereka bingung, karena tidak bisa lagi
mengendus bau kita. Kemungkinannya mereka sudah sampai di air, lalu meloncat ke
seberang. Tapi di situ jejak kita tidak bisa ditemukan lagi. Kurasa anjing-anjing itu tidak bisa
menduga bahwa kita menyusur air, menuju kemari."
"Tapi orang orang yang bersama mereka ada kemungkinannya orang-orang itu bisa "menduga begitu," kata Johns dengan tenang. Laki-laki bertubuh kekar itu
menghadapi petualangan dengan sikap biasa, seolah-olah setiap hari mengalaminya.
"Kalau aku, Pasti begitu! Jika aku memburu orang dengan sekawan anjing, lalu
jejak lenyap di tepi air, akan kusuruh anjing-anjing itu mencari ke hilir dan ke
hulu!" "Wah kalau begitu Meier pasti akan berbuat demikian pula," kata Lucy-Ann.
?"Orang itu sangat pintar. Tatapan matanya tajam sekali, Bill rasanya tembus
"kepala ditatapnya."
"Ia boleh mencoba melakukannya terhadapku," kata Bill dengan geram. "Pasti ia
menyesal setelah itu!"
"Menyesal!" oceh Kiki menirukan. "Maaf!"
"Kau lupa terceguk, Kiki," kata Jack. Dengan segera Kiki menirukan bunyi
cegukan. Johns tertawa. Katanya, ia sudah sering mendengar bunyi begitu tanpa
ada burung, begitu pula melihat burung tanpa cegukan tapi kalau dua-duanya
"dialami serempak kocak!
?"Anjing-anjing itu sudah semakin dekat," kata Jack dengan tiba-tiba. Semua ikut
memasang telinga. Benar juga kata Jack, lolongan mereka semakin jelas terdengar.
"Kalau begitu Meier sudah berhasil menyusul mereka," kata Dinah. "Suara anjing-
anjing itu semakin dekat kemari. Jadi Meier sudah berhasil menebak siasat kita,
lalu menyuruh mereka mencari ke hulu."
"Ya dan mereka nanti pasti akan mencium bau kita di sini," kata Philip.
?"Pasti! Anjing-anjing herder tidak bisa ditipu!"
"Tipu-tipu," 0ceh Kiki, lalu menjerit.
"Diam kau!" tukas Jack sambil menepuk paruh Kiki. "Kau ingin didengar anjing-
anjing itu, ya!" "Puh," kata Kiki, lalu mencubit telinga tuannya.
"Itu kudengar bunyi langkah mereka di air," kata Philip. Semua juga
"mendengarnya. Lucy-Ann semakin erat memegang tangan Bill. Aduh kapankah
"petualangan yang menyeramkan ini berakhir"
Kemudian nampak anjing yang paling dekat. Lidahnya yang merah terjulur ke luar.
Binatang bertubuh besar itu terengah-engah. la bergerak meloncat-loncat di air,
makin lama makin mendekat ke tempat mereka.
Kemudian terdengar suara Meier memberi perintah,
"Ayo, terus! Cari mereka sampai ketemu!"
Anjing yang paling depan sampai di ambang gua tempat Bill bersembunyi bersama
yang lain- lainnya. Binatang pencari jejak itu hanya berdiri saja di situ, di
air. la tidak menampakkan sikap akan masuk. la sudah melakukan tugasnya, yaitu
mencari sampai dapat. Ia tidak disuruh menyerang.
Anjing itu mendongak, lalu melolong seperti serigala. Kiki kaget mendengarnya.
Dicobanya menirukan lolongan itu. Tapi yang terdengar sama sekali tidak mirip.
Anjing herder yang ada di depan gua menelengkan kepala. Rupanya heran mendengar
suara aneh itu. Sementara itu anjing-anjing yang lain sudah tiba di tempat itu dengan napas
terengah-engah. Lidah mereka terjulur ke luar. Semua berdiri di belakang anjing
yang pertama, sambil mengendus-endus. Tampang mereka galak-galak!
"Gawat juga kelihatannya," kata Bill. bergumam pada Johns, yang dengan tenang
memandang kawanan anjing itu. Sikapnya tetap santai seakan-akan sudah biasa
dikejar-kejar kawanan anjing herder.
"Tenang, kata Bill. "Anjing-anjing itu takkan berbuat apa-apa. selama kita "tidak berusaha lari."
Kemudian terdengar suara orang berteriak- teriak di luar. Meier dan Erlick
muncul di ambang gua. Muka mereka merah padam karena habis berlari. Meier
langsung berhenti ketika melihat anjing-anjingnya berdiri di depan gua dari mana
air mengalir ke luar, sambil memandang ke dalam.
Dengan cepat didorongnya Erlick ke balik pohon yang ada di situ. Rupanya ia
menduga bahwa Bill membawa pistol.
"Ayo, keluar!" seru Meier dari balik pohon. "Kalian sudah ketahuan! Cepat
keluar, jika tidak ingin diserang anjing-anjingku. Lemparkan senjatamu ke tanah,
lalu keluar dengan tangan terangkat. Kalian tidak bisa berbuat apa-apa lagi
selain menyerah." "Orang itu ramah sekali, ya?" kata Johns pada Bill, dengan nada mengejek.
"Kepingin rasanya membekuk batang lehernya! Bagaimana kita keluar atau tidak?"
?"Jangan!"jawab Bill dengan singkat "Kurasa ia takkan berani menyuruh anjing-
anjingnya menyerbu kemari, karena tahu bahwa di sini ada anak-anak"
"Meier itu tidak kenal kata segan," kata Jack. Ternyata ia benar! beberapa saat
berlalu tanpa ada yang keluar dari dalam_ gua. Bahkan jawaban saja pun tidak
ada. Meier mulai marah lagi. Ia menyerukan sesuatu dalam bahasa asing, lalu
beralih ke bahasa Inggris.
"Kalian sudah mendengar kataku tadi. Kini kalian kuberi kesempatan sekali lagi.
Anjing- anjingku sudah siap, tinggal menunggu perintah menyerbu. Mereka pasti
berhasil meringkus kalian. Kuperingatkan agar jangan melawan karena mereka
"sangat galak!"
Dari dalam gua masih tetap tidak ada reaksi. Lucy-Ann memejamkan rnatanya,
karena takut melihat kawanan herder yang menunggu di luar dengan sikap waspada.
Nampak jelas bahwa binatang-binatang itu menunggu komando menyerbu ke dalam gua,
lalu menyeret mereka yang ada di situ keluar.
Tiba-tiba Philip bergerak. Sebelum sempat dicegah, anak itu sudah keluar.
"Angkat tangan!" seru Meier. Philip mematuhi perintah itu. Tapi sambil berbicara
dengan suara pelan pada kawanan anjing yang datang mengendus-endus dirinya.
"Kalian masih ingat padaku, kan" Kalian pernah tidur bersama-sama aku. Kita kan
teman!" Anjing-anjing herder mengenali suaranya, walau tidak tahu apa yang dikatakan
olehnya. Mereka ingat kembali padanya. Mereka ingat bahwa remaja itu baik hati.
Anjing yang paling depan mendengking pelan. la ingin ditepuk-tepuk oleh Philip.
Tapi kedua tangan Philip terangkat ke atas kepala. la hanya bisa mempergunakan
suaranya untuk membujuk-bujuk kawanan anjing itu.
Philip berbicara terus dengan suara pelan, sementara teman-temannya yang masih
ada di gua memandang dengan kagum. Semua berpikiran serupa. Mereka kagum melihat
kemampuan Philip, sehingga binatang apa pun pasti mau berteman dengan dia.
"Anak mujur," kata Bill dalam hati. "Dan kita juga beruntung bahwa kau bisa
menguasai anjing-anjing itu!"
Meier berteriak dengan marah dari balik pohon.
"Mana yang lain-lain"! Suruh mereka keluar juga! Kalau tetap membangkang, akan
kuperintahkan anjing-anjing itu menyeret mereka keluar!"
Herder pemimpin kawanan anjing itu meletakkan kaki depannya ke bahu Philip, lalu
menjilati muka anak itu. Philip membiarkannya. Melihat itu anjing-anjing yang
lain langsung mengerumuninya sambil mengendus-endus minta perhatian. Meier sudah
tidak dipedulikan lagi. Philip menurunkan kedua tangannya. Meier takkan berani menembak sekarang, karena
ada kemungkinan akan mengenai salah satu anjingnya. Philip sibuk mengelus-elus
kawanan herder itu sambil berbicara dengan suara yang hanya dipakainya kalau
menghadapi hewan. Meier berseru dari balik pohon, memberi komando pada anjing-anjing itu,
"Ayo serbu! Seret mereka ke luar dan bawa kemari!"
Dengan serta-merta kawanan anjing itu menoleh ke arahnya. Tapi mereka nampak
sangsi. Pemimpin mereka memandang Philip.
"Yuk, ikut aku," kata remaja itu. "Ikut aku ke dalam di situ ada kawan-kawan "lagi."
Meier melongo, karena melihat kawanan anjing yang galak-galak itu malah
mengikuti Philip yang kembali ke dalam gua. Sekitar empat ekor di antaranya
masih bisa ikut masuk, lalu menghampiri ketiga anak yang ada di situ dengan
sikap ramah. Mereka mengendus-endus Bill dan Johns dengan sikap ragu. Philip
memegang tangan Bill, dan setelah itu lengan Johns, untuk menunjukkan bahwa
kedua laki-laki dewasa itu kawan-kawannya. Anjing-anjing itu langsung mengerti,
lalu menunjukkan sikap ramah. Tapi Kiki dan juga si Putih masih dihadapi sambil
menggeram-geram. "Kau benar-benar ajaib, Philip!" kata Bill. Ia sungguh-sungguh merasa kagum.
"Rupanya kau ini pandai menyihir binatang. Tidak mungkin tidak!"
"Bukan main anak ini!" kata Johns. Wajahnya yang selalu nampak tenang, sekali
itu memancarkan pandangan kagum.
"Meier pasti naik pitam di luar," kata Jack. "Ia pasti bingung menghadapi
kejadian ini!" Meier berteriak-teriak, "Seret mereka ke luar, kataku! Kutembak kalian semua nanti, jika tidak mau
patuh! Kenapa sih kalian" Ayo, seret mereka ke luar!"
Tapi kawanan anjing itu sama sekali tidak mengacuhkannya lagi. Pemimpin mereka
sudah mengakui kelebihan Philip daripadanya, dan yang lain-lain mengikuti
keputusannya itu. Mereka kini hanya mau patuh pada Philip. Mereka semula patuh
pada Meier karena takut padanya. Tapi mereka sayang pada Philip!
Tiba-tiba Meier menembak. Rupanya ia sudah tidak bisa lagi menahan kemarahan.
Tembakan itu tidak diarahkan pada kawanan herder, melainkan ditujukan ke atas
kepala mereka. Anjing-anjing itu kaget, lalu berpaling ke arah Meier. Mereka
menggeram. Menurut Bill, saat untuk bertindak sudah datang. Ia menyapa Philip.
"Maukah anjing-anjing itu mematuhi perintahmu, Philip" Maukah mereka jika
disuruh menyerang Meier dan Erlick. Kalau menurutmu mau suruh mereka
"menyerang! Biar kedua orang itu merasakan pembalasan yang setimpal!"
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bab 29 PEMBALASAN "SETUJU!" kata Philip, lalu berbicara pada kawanan anjing sambil menuding ke
pohon besar, di balik mana Meier dan Erlick bersembunyi. "Serbu Mereka bawa "kemari!"
Meier dan Erlick hanya bisa melongo, ketika kawanan anjing herder berbalik dan
menyerbu ke arah mereka. Mereka diterpa beramai-ramai sehingga terbanting ke
tanah. Kedua penjahat itu tidak sempat lagi menembak. Pistol yang semula
digenggam Meier terpelanting ke tanah, lenyap di tengah anjing-anjing yang
datang menyerbu dengan bersemangat.
"Mereka jangan diapa-apakan giring saja kemari!" seru Philip bersemangat. la
"bangga, karena ternyata dipatuhi kawanan anjing yang galak-galak itu.
Bill dan Johns keluar dari gua, diikuti oleh Jack. la mengatakan pada Dinah dan
Lucy-Ann agar jangan keluar dulu. Larangan itu sebetulnya tidak perlu, karena
kedua anak perempuan itu tidak mau. Lucy-Ann mencengkeram lengan Dinah dengan
keras, sehingga anak itu terpekik kesakitan. Dengan napas tertahan, keduanya
memandang kejadian yang sedang berlangsung di luar.
Anjing-anjing besar itu menyeret Meier dan Erlick, membawa mereka ke tempat
Philip. Erlick yang potongannya seperti gorila, ternyata pengecut. ia menjerit-
jerit minta ampun. Memang begitulah kenyataannya orang yang suka menggertak,
"biasanya kecil sekali hatinya.
"Aku menyerah!" teriak Erlick. "Suruh mereka mundur!"
Tapi Meier masih terus melawan dengan sengit, seakan-akan tidak takut digigit.
Anjing-anjing yang dilawannya sudah dilatih agar jangan menggigit apabila belum
diperintah. Tapi walau begitu ada juga yang sempat menggigit Meier, walau tidak
secara bersungguh-sungguh. Mereka melakukannya sebagai pembalasan atas sikap
Meier yang sangat keras sewaktu melatih mereka. Pemimpin kawanan anjing itu
menggigit celana Meier, lalu menyeretnya ke depan gua di mana Philip menunggu
bersama Jack, Bill, dan Johns. Meier kelihatan konyol saat itu.
Erlickjuga diseret ke situ. Orang itu sudah nyaris menangis karena takut,
Kemudian ia teringat pada pistol yang ada di kantungnya. la berusaha
mengambilnya, karena beranggapan bahwa itulah kemungkinan terakhir baginya untuk
melarikan diri. Tapi Johns bersikap waspada.
"Angkat tangan!" katanya. "Jangan macam- macam, Erlick kalau tidak riwayatmu
"dihabiskan anjing-anjing ini. Aku takkan peduli! Ayo berdiri. Meier dan
"angkat tanganmu tinggi-tinggi!"
Dengan wajah pucat karena marah, Meier mengangkat tangannya. la menatap Bill
serta anak-anak dengan mata melotot.
"Kau apakan anjing-anjingku tadi?" bentaknya pada Philip. "Selama ini belum.
pernah mereka berani membangkang perintahku! Ia mengumpat-umpat dalam bahasa
"asing. "Tutup mulutmu!" bentak Bill, sambil mengacungkan pistolnya. "Kau terlalu
bermulut besar!" "Bersihkan kakimu," kata Kiki yang terbang keluar dari dalam gua, lalu hinggap
di bahu Jack. "Puh! Hahh!"
Meier melotot menatap Kiki, karena mengenali suaranya yang selama itu
menyebabkan ia kebingungan. Jika tatapan matanya bisa memati kan, pasti Kiki
"sudah tak bernyawa lagi saat itu. Tapi burung iseng itu malah terkekeh-kekeh!
Meier mengepalkan tinjunya yang terangkat ke atas kepala. Kelihatannya ingin
sekali bisa membekuk kakaktua itu.
"Sekarang bagaimana, Bill?" tanya Jack. "Kita jauh dari rumah dan tidak ada "makanan untuk bekal, jika harus berjalan kaki."
"Effans, Trefor, dan David juga ada, tidak jauh dari sini," jawab Bill. "Aku
menyuruh mereka menunggu di dekat-dekat gunung ini. Mereka membawa serombongan
keledai, untuk berjaga- jaga jika kita memerlukan mereka. Aku tidak begitu yakin
apakah helikopter bisa terbang jauh, jika membawa kita semua!"
"Wah benarkah mereka ada di dekat sini?" tanya Lucy-Ann dengan perasaan lega.
"`Wah, Anda ternyata sudah memikirkan segala sesuatunya, Bill! Syukurlah kalau
begitu!" "Bisakah anjing anjing ini kita bawa pulang juga?" tanya Philip. la masih
"dikerumuni kawanan anjing-anjing herder. "Aku bisa mengurus mereka, sampai nanti
sudah diputuskan hendak diapakan selanjutnya. Kurasa kalian dari kepolisian
tentunya mau mengambil mereka, Bill! Mereka terlatih baik."
"Terima kasih atas penawaranmu," kata Bill sambil nyengir. "Aku bersedia
menerimanya! Dan sekarang kita cepat-cepat pergi dari sini. Kita tinggalkan
"gunung aneh ini. Nanti aku akan kembali lagi, bersama beberapa rekanku untuk
mengadakan pembersihan. Jenius sinting itu akan kami amankan, sebelum ia
melakukan sesuatu yang berbahaya. Aku takkan heran, jika gunung ini diledakkan
olehnya!" ` "Astaga!" kata Lucy-Ann ketakutan. "Kalau begitu kita cepat-cepat saja pergi,
sebelum hal itu terjadi!"
Mereka berjalan dengan cepat, meninggalkan tempat itu. Meier dan Erlick
melangkah dengan tampang masam.`Sedikit pun mereka tidak mau berbicara. Tangan
mereka sudah diturunkan setelah keduanya digeledah dengan seksama oleh Johns.
"Aku lapar," kata Dinah. "Apakah Pak Effans juga membawa bekal makanan, Bill?"
"Yah Bu Evans kaget sekali mendengar bahwa kalian lenyap, lalu sibuk memasak,"
"jawab Bill. "Kurasa dari rombongan keledai yang dibawa Pak Effans, dua di
antaranya mengangkut hasil kesibukan istrinya itu. Kita cepat-cepat saja
mendatangi mereka!" "Di mana mereka menunggu kita?" tanya Jack.
"Di Lembah Kupu-kupu," kata Bill sambil nyengir. Anak-anak tercengang.
"Di Lembah Kupu-kupu?" seru Jack. "Waktu itu kami tidak bisa menemukannya
"sampai beranggapan bahwa tempat itu sebenarnya hanya ada dalam khayalan Pak
Trefor saja!" "Tempat itu memang ada, dan bahkan bisa ditemukan dengan gampang apabila Pak
"David mengerti cara membaca peta," kata Bill. "Nama lembah itu tertera di situ
"tapi dalam bahasa Wales, yang tidak kalian pahami artinya. Sedang Pak David
"kurasa ia bisa dibilang buta huruf! Aku sebetulnya tidak boleh menyuruhnya
mengantarkan kalian!"
"Kalau begitu, Anda menemukan tempat itu, Bill?" tanya Lucy-Ann.
"Ya! Letaknya di jalan menuju kemari," jawab Bill. "Cuma waktu kalian kemari.
Pak David ternyata keliru mengambil jalan. Pokoknya aku menyuruh dia menunggu di
sana bersama rombongan keledai, karena menurut perkiraanku kalian pasti masih
ingin melihat lembah itu -- setelah sebelumnya tersesat dan malah sampai di
gunung aneh ini!" "Wah, kalau begitu semua sudah beres," kata Lucy-Ann bergembira. "Petualangan
ini sudah berakhir, ya Bill" Setelah lewat, rasanya tidak lagi begitu
menyeramkan!" "Kasihan," kata Bill. "Kenapa ya, selalu saja kalian dengan tak tersangka-sangka
terlibat dalam berbagai petualangan! Tapi sudahlah - sebentar lagi kau akan
sudah kembali ke tempat penanian, Lucy-Ann, dan menikmati hasil masakan Bu Evans
yang enak-enak!" Mereka menelusuri celah sempit yang terjepit di antara dua gunung lalu "tertegun! Mereka menatap Lembah Kupu-kupu yang terbentang di bawah.
Lembah itu penuh dengan beraneka jenis kupu-kupu yang bermacam-macam warna
sayapnya. Jumlahnya ribuan, beterbangan kian kemari dan hinggap pada bunga-bunga
yang banyak sekali di situ, sehingga dasar lembah menampakkan kesan seperti
permadani berwarna semarak. Menurut perasaan anak-anak, belum pernah mereka
menyaksikan pemandangan yang begitu permai.
"Kenapa ya begini banyak kupu-kupu di sini?" kata Dinah dengan kagum.
?"Kurasa karena di sini banyak bunga yang beraneka ragam," kata Bill menjelaskan.
"Tempat ini sangat terasing letaknya. Karena itu tidak banyak orang datang
kemari!" "Itu Pak Effans - bersama rombongan keledai!" seru Philip. "Halo, Pak Effans!
Dan itu Pak Trefor serta Pak David!"
Pak Effans berseri-seri wajahnya, begitu pula halnya dengan Pak Trefor. Hanya
Pak David yang tidak ikut menyambut dengan gembira. Ia menunduk terus.
Kelihatannya merasa malu.
"Bu Evans mendampratnya habis-habisan ketika ia kembali seorang diri, tanpa
kalian," kata Bill menjelaskan. "Bisa kalian bayangkan bahwa aku pun marah-marah
padanya. Karena itulah ia sekarang merasa malu. Tidak ada salahnya ia begitu
terus, selama beberapa waktu. Habis sikapnya pengecut!"
?"Kasihan," kata Lucy-Ann. "Ia pasti menyesal sekarang." Dihampirinya laki-laki
tua itu, lalu disapanya dengan ramah. Pak David memandangnya dengan sikap penuh
terima kasih. "Senang rasanya melihat kalian lagi, sungguh, whateffer," kata Pak David dengan
logat Walesnya. "Whateffer, whateffer," oceh Kiki dengan asyik. "Look you, look you. whateffer!"
"Aduh, burung itu!" kata Pak Effans dengan sikap kagum. "Ia benar-benar ajaib!
Aku mau membayar mahal, asal bisa memilikinya!"
"Biar ditawar sejuta pun, aku takkan menjualnya," kata Jack sambil mengelus-elus
Kiki. "Mana makanannya, Pak Effans" Kami sudah lapar sekali!"
"Ceritanya nanti saja, sehabis makan!" kata Bill pada Pak Effans. "Kita akan
bercerita panjang-lebar, sementara anak-anak asyik dengan kupu-kupu! He,
kalian!" serunya pada Meier dan Erlick
"Kalian tetap di situ, mengerti" Philip, suruh anjing-anjing mengawasi mereka!"
Pak Effans menatap kedua penjahat itu dengan pandangan heran. Meier membalas
tatapan itu sambil melotot Sedang Erlick berkeluh-kesah, menyesali nasib. Ia
bahkan menyalahkan Meier, yang dikatakannya ceroboh, sehingga mereka tertangkap.
Meier 'memandang temannya itu dengan sengit.
"Mereka itu sama saja jahatnya," kata Bill. "Kita belakangi saja mereka karena
"merusak pemandangan!
" Anak-anak mulai makan dengan asyik. Rasanya sudah lama mereka tidak menikmati
hidangan sesedap itu. Bu Evans memang tidak setengah- setengah dalam menyiapkan
bekal. Ada ayam panggang, lidah sapi yang empuk, daging asap, daging asin, telur
rebus, ketimun, tomat, buah-buahan segar, serta limun bikinan sendiri yang telah
didinginkan oleh Pak Effans dengan jalan merendamkan botolnya ke dalam sungai
kecil yang ada di dekat situ. Mereka makan sambil duduk-duduk di lereng bukit,
menghadap permadani bunga-bungaan yang terhampar di depan mata dengan warna
beraneka ragam. Belum lagi kupu-kupu yang beterbangan! .
"Kelihatannya seperti bunga yang bisa terbang!" seru Lucy-Ann dengan gembira.
"Beratus-ratus, bahkan beribu-ribu! Apa saja nama-nama mereka, Philip?"
Philip menyebutkan sejumlah nama.
"Bukan main, seperti di surga saja kelihatannya! Seumur hidupku, takkan
kulupakan pemandangan ini!"
Piknik saat itu sangat menyenangkan, dengan hidangan yang serba sedap, di tengah
padang beralaskan bunga dengan kupu-kupu yang beterbangan. Mereka makan sambil
bercanda dengan riang gembira. Kiki asyik sekali dengan ocehannya, apalagi
setelah melihat bahwa Johns dan Pak Effans kagum padanya. Pak Effans terpingkal-
pingkal, sampai tersedak. Sedang Johns makan dengan tenang, sambil memperhatikan
Kiki. Sekali-sekali ia tersenyum, kalau ocehan burung kakaktua itu kocak sekali.
"Whateffer-whateffer! Bersihkan kaki dan buang ingus! Puuh maaf!?"Si Putih berkeliaran di tengah mereka, sambil mengambil makanan yang disodorkan
padanya. Kawanan anjing herder memperhatikan dari jauh. Mereka tenang-tenang
saja, karena merasa pasti bahwa Philip takkan melupakan teman-temannya. Untung
saja banyak sekali makanan yang dibawakan oleh Bu Evans! Meier dan Erlick pun
tidak dilupakan, walau mereka itu jahat.
Bab 30 AKHIR PETUALANGAN MALAM itu mereka terpaksa tidur di luar, tanpa tenda. Pak Effans membagi-bagikan
selimut, karena selimut anak-anak tertinggal di dalam gua di lereng gunung.
Kedua tawanan tidur terpisah, dijaga kawanan anjing herder. Malam itu panas.
Berulang kali si Putih didorong pergi, karena ingin berbaring di atas anak-anak.
Mula-mula Philip yang menyuruhnya pergi, lalu Jack, dan kemudian Dinah dan Lucy-
Ann. Sebelum tidur, mereka agak lama juga berbicara dengan Bill, menceritakan segala
kejadian yang dialami. Bill mendengarkan dengan sikap heran, sementara anak-anak
menceritakan bagaimana mereka secara kebetulan sampai di dalam gunung aneh itu,
yang ternyata mengandung rahasia yang lebih aneh lagi. la telah meneliti `sayap
terbang` ciptaan laki-laki tua yang katanya penguasa gunung itu.
"Nanti kalau kita kembali bersekolah lagi, sayap ini akan kubawa," kata Philip.
"Teman-teman pasti tercengang-cengang nanti dan tentu ada yang ingin
"mencobanya!" "Kalau aku boleh memberi nasihat, sebaiknya jangan ada yang mencoba-coba terjun
dari atap sekolah dengannya," kata Bill dengan santai. "Menurut perasaanku, otak
yang menciptakannya sudah mulai uzur! Orang tua yang mengaku raja itu takkan
bisa berhasil menciptakan sayap yang bisa dipakai terbang. Tapi banyak juga
ciptaannya yang lain, yang mengesankan. Aku tadi sudah berbicara dengan Meier.
Ia mengatakan apa sebabnya ia menaruh kepercayaan pada Monally begitulah nama
"laki-laki tua itu."
"Apa sebabnya ia begitu percaya?" tanya anak anak ingin tahu.
" "Yah rupanya Monally itu dulu pernah menciptakan beberapa hal yang sangat "mengagumkan," kata Bill. "Ciptaan-ciptaan itu dibuat berkat dukungan Meier, yang
menjadi kaya karenanya. Aku belum berhasil mengetahui bagaimana ia sampai
menemukan gunung ini, yang mengandung logam. yang langka yang diperlukan Monally
dalam melaksanakan gagasannya yang paling baru, yaitu alat yang bisa meniadakan
pengaruh tarikan bumi. Tapi pasti dengan jalan licik!"
"Apa tindakan Anda selanjutnya?" tanya Jack.
"Para penerjun payung akan dikirim kembali ke tanah air masing-masing. Anggota
kawanan yang orang Jepang juga dikirim kembali, setelah sebelumnya diperiksa
dulu. Menurut perasaanku, ada yang tidak beres dengan mereka itu. Sedang
Monally, sang raja, akan diamankan," kata Bill. "Aku akan meminta beberapa orang
sarjana agar datang ke gunung, untuk mengadakan penyelidik- an tentang segala
peralatan yang ada di situ. Aku takkan heran jika mereka nanti berkesimpulan
bahwa sebaiknya semua barang itu dimusnahkan saja, karena berbahaya sekali! Bisa
terjadi ledakan dahsyat, jika tidak ada yang mengawasi."
"Untung saja kami menemukannya, ya?" kata Lucy-Ann.
"Ya, untung sekali," kata Bill. "Dan lebih untung lagi, kalian meninggalkan
surat pada si Belang. Coba kalau tidak aku takkan bisa menemukan jejak
"kalian." "Apa yang terjadi waktu itu?" tanya Jack.
"Aku datang kemari mencari kalian dengan membawa beberapa ekor keledai, setelah
Pak David tahu-tahu muncul di tempat pertanian tanpa kalian," kata Bill
bercerita. "Tapi hanya si Belang saja yang kutemukan dengan surat yang
"terselip pada tali kekangnya. Begitu membaca surat kalian itu, aku langsung
curiga bahwa pasti ada yang tidak beres."
"Lalu?" tanya Philip penuh minat.
"Aku lantas mencari jejak kalian ke mana-mana," sambung Bill. "Aku berhasil
masuk ke gua tak berlangit-langit, di balik belukar yang menutupi celah pada
dinding gunung. Tapi tidak bisa terus! Karenanya aku pun berusaha menyelidiki
soal helikopter itu. Jika ada orang bisa mendarat dengannya di puncak gunung,
aku pasti juga bisa!"
"Anda memang hebat, Bill!" kata Jack.
"Ketika aku mengadakan penyelidikan tentang helikopter-helikopter yang ada di
kawasan ini, yaitu mengenai pemilik serba macam-macam lagi, teryata ada pihak
lain yang juga mengadakan pengusutan mengenainya," kata Bill melanjutkan cerita.
"Rupanya ada beberapa helikopter yang sering menghilang secara misterius
"terbang entah ke mana. Hal itu menimbulkan kecurigaan pihak kepolisian setempat,
yang langsung mengadakan penyidikan. Tentu saja aku dengan segera menggabungkan
diri!" "Lalu apa yang berhasil Anda ketahui?" tanya Dinah.
"Aku menjumpai seorang penerbang yang masih muda, dengan goresan panjang bekas
luka di pipi," kata Bill. Dilihatnya anak-anak agak kaget.
"Ah rupanya kalian juga tahu orang itu, ya! Ketika diperiksa, ia langsung
"menceritakan segala-galanya. Katanya, ia merasa tidak enak memikirkan nasib para
penerjun payung yang disuruh melompat tanpa payung yang beres, dan sebagainya.
Aku lantas menggantikannya menerbangkan helikopter. Begitulah, akhirnya aku
mendarat di puncak gunung!"
"Wah kami lega sekali ketika melihat Anda," kata Lucy-Ann.
" Bill juga bercerita tentang Bu Mannering. Tangannya yang cedera sudah sembuh
lagi. Ia cemas sekali memikirkan keadaan anak-anak, sehingga mendesak ingin ikut
menjemput anak-anak. Tapi Bill menolak, karena takut kalau ada bahaya!
Malam itu anak-anak tidak bisa lekas tidur, sehabis mengalami kejadian yang
begitu menegangkan siangnya. Keesokan harinya, pagi-pagi benar mereka sudah
dibangunkan oleh Bill, untuk meneruskan perjalanan. Dan siangnya mereka sudah
tiba kembali di tempat pertanian keluarga Evans, tepat waktu makan siang. Bu
Mannering datang menyongsong dengan gembira. Kasihan selama itu ia tidak "henti-hentinya merasa cemas memikirkan mereka.
Bu Evans ikut menyongsong ke luar.
"Wah, senang sekali rasanya melihat kalian kembali dengan selamat! Bukan main
pengalam an kalian selama ini, seperti semasa perang saja! Tapi pokoknya kalian
"kini sudah kembali dengan selamat," katanya.
"Bukan cuma selamat, tapi juga segar bugar," kata suaminya menimpali dengan
Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wajah berseri seri. "Dan burung itu semakin hari semakin jenaka! Sungguh,
"whateffer!" "Whateffer, look you!" oceh Kiki menirukannya dengan logat yang persis sama. Pak
Effans terbahak-bahak. Bunyi tertawanya itu pun ditirukan burung iseng itu.
Kedengarannya begitu_ kocak, sehingga yang lain-lain terpingkal-pingkal
mendengarnya. Bu Evans ternyata sudah kembali menyiapkan hidangan makan siang yang enak.
Bahkan kawanan anjing herder pun tidak dilupakan. Mereka diberi tulang setumpuk!
Anak-anak makan sambil bercerita dengan asyik. Bu Evans mendengarkan dengan mata
terbelalak karena heran dan kagum, sementara tangannya sibuk menghidangkan
makanan pada siapa saja yang piringnya mulai kosong.
"Bayangkan anak-anak melakukan hal-hal seperti itu," katanya berulang kali.
?"Dalam gunung, lagi! Dan juga dalam lubang yang menyeramkan. look you! "
"Maaf, look you!"0ceh Kiki, lalu bersin dengan nyaring. Pak Effans tercekik,
karena tertawa sementara mulutnya penuh makanan. Kiki menirukan bunyi itu dengan
begitu persis, sampai Bu Mannering mengatakan bahwa ia harus keluar jika masih
tetap tidak tahu aturan. "Ah, Bibi Allie, Kiki kan begitu karena merasa senang ada di sini lagi," kata
Jack. Tapi paruh Kiki ditepuknya juga, menyuruhnya berhenti berbuat iseng.
"Panggilkan dokter," oceh Kiki sambil menatap Pak Effans yang masih tercekik-
cekik karena tertawa. "Panggilkan muncul! Panggilkan look you! "
Sekarang bahkan Bu Mannering pun ikut tertawa geli. Jack memberikan buah prem
yang besar pada Kiki, supaya mau diam. Buah itu dicengkeramnya dengan saku kaki,
lalu dipatuk-patuknya dengan lahap, sehingga cairannya muncrat membasahi Pak
Effans. "Maaf!" oceh Kiki senang, lalu mengulangi perbuatan itu sekali lagi. Pak Effans
rasanya mau saja memberikan dombanya yang mana saja, asal bisa memiliki Kiki. Ia
sampai lupa menyuap makanan, karena asyik memperhatikan burung kakaktua konyol
itu. Johns ditugaskan mengantar kedua tawanan ke kota dengan ditemani Pak David serta
dua ekor anjing herder. Bu Evans mengatakan bahwa sisanya bisa dititipkan di
pertaniannya sampai pihak. kepolisian sudah mengambil keputusan, hendak diapakan
anjing-anjing itu selanjutnya.
"Bu bagaimana jika beberapa ekor di antaranya kita pelihara?" tanya Philip
"membujuk ibunya. "Aduh, jangan! kata Bu Mannering. "Sekarang saja aku sudah repot dengan "binatang-binatang peliharaanmu apabila kau kembali ke sekolah! Apalagi jika
ditambah beberapa ekor anjing herder yang selalu lapar minta ampun, jangan!
"Tidak, mereka pasti lebih berbahagia apabila dijadikan anjing polisi!"
Bill belum kembali ke Gunung Taring, karena masih menunggu beberapa sarjana yang
akan menemaninya ke sana. Selain mereka, akan ikut pula beberapa polisi yang
bertugas meringkus orang-orang Jepang yang masih ada di sana - walau menurut
Bill, mereka takkan berani melawan. Mungkin mereka itu penjahat yang mau bekerja
untuk Meier, karena ingin menyembunyikan diri selama beberapa waktu.
"Bolehkah kami ikut, Bill?" tanya Jack berharap. "Kalau tanpa kami, jangan-
jangan nanti Anda tersesat di dalam gunung."
"Itu tidak mungkin," jawab Bill. "Aku menemukan peta lorong-lorong gunung itu
dalam kantung Meier. Aku takkan mungkin tersesat. Jangan harap kalian akan
kuizinkan ikut, karena sudah cukup banyak bahaya yang kalian alami selama
liburan ini. Aku khawatir jika kalian ikut, nanti tahu-tahu muncul lagi
petualangan baru! Tak pernah kualami anak-anak seperti kalian ini yang selalu
"saja terlibat dalam berbagai petualangan! Kurasa jika kalian kuajak menjenguk
bibiku yang sudah renta, sesampai di sana akan kita dengar bahwa ia diculik
orang dengan kapal selam, lalu kalian harus pergi ke ujung dunia untuk
menyelamatkannya!" Jack dan Philip kecewa sekali, karena tidak bisa ikut dengan Bill ke gunung.
Tapi Dinah dan Lucy-Ann malah merasa lega, karena mereka sama sekali tidak
berniat ikut. "Aku tidak berkeberatan mengalami petualangan yang sudah selesai, dan kita
saling bercerita mengenainya," kata Lucy-Ann. "Tapi sewaktu sedang terjadi,
perasaanku sama sekali tidak enak. Aku tidak suka pada gunung yang bergemuruh
itu. Bill, kata Philip tadi aku siang ini boleh meminjam sayap terbangnya,
sebagai imbalan karena aku hendak menggantikan dia terjun dari helikopter. Aku
nanti akan terbang dengannya dari batu yang tinggi di atas itu, lalu melayang
turun kemari!" "Jangan suka nekat!" tukas Bill dengan segera. Lucy-Ann tertawa, melihat wajah
Bill yang nampak kaget sekali.
"Aku cuma main-main saja," katanya. "Aku tidak bermaksud terjun dari atas,
melainkan memakainya di sini saja. Aku akan berlari-lari di pekarangan, sambil
mengepak-ngepakkan sayap. Ayam-ayam di sini pasti tercengang nanti melihatku
begitu!" "Itu pasti!" kata Bill. "Awas, nanti mereka tidak mau bertelur lagi. Kauawasi
Lucy-Ann baik-baik, Philip! Jangan sampai ia berbuat yang bukan-bukan."
"Kurasa ia tidak perlu dikhawatirkan," kata Philip sambil nyengir. "Lucy-Ann
yang paling normal di antara kami berempat."
Ia merogoh kantungnya, untuk melihat apakah cecak ular peliharaannya masih ada
di situ. Saat itu juga air mukanya berubah, nampak tercengang. Ia berteriak.
"Aduh, ada apa, Philip!" kata Lucy-Ann ketakutan,
"Ada peristiwa hebat!" kata Philip. "Sungguh aku sama sekali tak mengira!"
?"Apa" Apa yang tidak kaukira?" seru mereka beramai-ramai. Philip menarik
tangannya dari dalam kantung, lalu membukanya. Di telapak tangan itu nampak
segenggam makhluk kecil-kecil, sehalus jarum jahit. Warna mereka putih keperak-
perakan. Semuanya menggeliat-geliat.
"Lihat ini, Bu anak-anak Sally! Cecak ularku ternyata melahirkan anak-anaknya
" dalam kantungku! Kurasa belum pernah hal seperti ini dialami orang lain. Benar-
benar luar biasa! Mereka lucu-lucu, ya?"
"Uhh!" seru Dinah dengan jijik.
"Bagus sekali!" kata Jack.
"Untukku seekor, ya?" kata Lucy-Ann. "Wah ini lebih asyik lagi daripada "petualangan kita, Philip!"
"Memang," kata Philip. "Sally benar-benar hebat! Selama ini aku belum pernah
memiliki peliharaan anak-anak cecak ular tapi sekarang, segenggam penuh!"
?"Jangan kautaruh terus dalam kantung, Philip," kata ibunya. "Itu tidak baik bagi
mereka, dan juga bagimu sendiri!"
"Tapi nanti Sally kecewa," kata Philip.
Petualangan yang baru saja berlalu sudah dilupakan. Keempat remaja itu asyik
memperhatikan binatang kecil-kecil yang bergeliat-geliat di telapak tangan
Philip. Kiki ikut-ikut melihat, sambil bertengger di bahu Jack.
Look you, whateffer" ocehnya dengan kepala dimiringkan. Paruhnya mulai terbuka.
"Maksudnya hendak menirukan suara orang terceguk. Tapi begitu melihat Bu
Mannering menatap ke arahnya dengan mata melotot, dengan cepat ia mengatupkannya
kembali. Maaf!" teriaknya keras-keras, lalu terkekeh-kekeh. "Kiki nakal! Panggilkan
"dokter, look you! Bersihkan kaki dan buang maafmu! Heheheheh!"
Kiki terkekeh berkepanjangan.
TAMAT Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Pengelana Rimba Persilatan 14 Pendekar Kelana Sakti 2 Tangan Hitam Elang Perak Si Pedang Tumpul 1