Pencarian

Mustang Hitam 3

Mustang Hitam Karya Dr. Karl May Bagian 3


"Kira-kira sembilan puluh orang, semuanya orang kulit putih yang pandai
mempergunakan senjata. Tetapi tidak maukah Anda mengatakan bagaimana seluk-beluk
urusan itu?" "Dengarkanlah! Jikalau Anda bersedia membantu kami, maka dapatlah saya katakan
bahwa barangkali kami akan dapat menyelesaikan perkara ini tanpa menumpahkan
darah, setidak-tidaknya pada pihak kami sendiri."
"Saya tahu, saya tahu, Sir! Saya sudah acap kali mengalami bahwa apabila
menghadapi orang lain dan menghendaki korban sedikit, harus benar-benar dengan
kecerdikan dan perhitungan yang tepat. Saya ingin sekali mendengar keterangan
Anda selanjutnya." Insinyur ini lebih tegas dan lebih jantan daripada rekannya di Firewood Old
Shatterhand yakin bahwa bantuannya akan berharga sekali. Maka Old Shatterhand
mengisahkan apa yang sudah terjadi pada malam sebelumnya, lalu
membentangkan rencananya. Setelah ia selesai, maka insinyur itu segera bangkit,
lalu mengulurkan tangannya seraya berkata:
"Setuju, Sir! Tenaga saya beserta anak buah saya tersedia bagi Anda, katakanlah
apabila Anda hendak mempergunakannya, sekarang atau nanti."
Hobble-Frank menambah dalam bahasa Jerman:
"Alhamdulillah! Kami sudah bertemu dengan Anda di sini. Kalau tidak atau kalau
kasip Anda datang ke mari maka saya tidak akan mendapat kesempatan memelopori
pasukan yang akan menyambut orang-orang kulit merah itu! Pemimpin orang-orang
Comanche itu akan saya ajak berhadapan dengan saya. Kalau saya sudah marah tak
ada orang dapat melawan saya.
Droll akan segera saya panggil; pahlawan abad keduapuluh yang kenamaan itu tidak
boleh ketinggalan." Ia bangkit lalu pergi ke luar. Sebentar kemudian ia sudah kembali membawa
saudara sepupunya. Droll benar-benar kelihatan kurus, dan air mukanya
menunjukkan bahwa ia sedang menderita, akan tetapi gerak tubuhnya tidak
menunjukkan bahwa ia sedang menderita sakit. Girang benar hatinya bertemu dengan
kami. Dengan segera ia menyatakan kesediaannya menyertai kami ke Aider-Spring.
Winnetou, yang hingga kini berdiam diri saja, kini menyampaikan pelbagai
pertanyaan kepada Droll. Pertanyaan-pertanyaan itu membuktikan bahwa ketua suku
Apache itu mempunyai pengetahuan yang banyak sekali tentang susunan tubuh
manusia dan tentang pelbagai jenis penyakit. Dari jawab Droll dapat kami
mengambil kesimpulan bahwa ia benar-benar menderita sakit Ischia.
Winnetou bangkit untuk mengambil sebuah kantong kulit yang berisi pelbagai macam
obat. Kantong itu selalu dibawanya apabila ia pergi mengembara. Setelah ia memilih
beberapa obat-obatan, maka ia berkata dengan tenang:
"Saudara saya Droll hendaknya mengantarkan saya ke tempat tidurnya; penyakitnya
akan hilang sama sekali dalam waktu satu jam saja."
Ia memegang tangan Droll lalu mereka berdua pergi. Sebentar kemudian
terdengarlah jeritan yang seolah-olah menusuk hati.
"Itu Droll," seru Hobble-Frank. "Diapakan ia oleh Winnetou" Barangkali orang
Apache itu sedang mencoba mengusir pulau Ischia, akan tetapi itu hendaknya
dijalankannya dengan cara yang halus, yang tidak menyakiti saudara sepupu saya.
Saya harus pergi menengok Bibi Droll sebab jeritan sengeri itu tidak tertahan
oleh saya." Ia sudah bangkit dan hendak pergi, akan tetapi ditahan oleh Old Shatterhand yang
berkata: "Tinggallah di sini, Frank! Winnetou tahu apa yang diperbuatnya. Justru untuk
penyakit serupa itu orang Indian tahu obatnya yang mujarab!"
Sebentar kemudian kebenaran kata-kata itu dibuktikan oleh kedatangan Winnetou.
Ketua suku Apache itu berkata: "Saudara kita Droll harus menderita sakit yang
hebat sekali untuk seketika saja. Kini ia beristirahat, akan tetapi sejam lagi
ia sudah akan sembuh kembali, sebab pulau yang masyhur itu sudah saya usir dari
dalam tubuhnya." Perkataan itu mengandung ejekan sedikit terhadap Frank, yang mengetahui juga apa
maksud orang Apache itu. Maka dengan tergesa-gesa ia menjawab:
"Apabila Winnetou hendak mengejek saya, maka ia harus pergi ke katulistiwa
dahulu. Di sana ia akan mendapati bahwa pulau itu letaknya antara Rocky Ground
dan Sigmaringen di Hohenzollern. Apa yang sekali saya katakan, tidak akan saya
cabut kembali. Barangsiapa tidak tahu, mungkin akan sangsi, akan tetapi
bagaimana juga saya tidak mau bertengkar dengan Winnetou. Sebab itu maka saya
akan berdiam diri saja secara ilmiah. Howgh!"
Ia menunggu jawab Winnetou, akan tetapi oleh karena orang Apache itu tidak
menjawab, maka terpaksalah ia berdiam diri terus. Sejam kemudian Droll datang
kembali seraya berseru, "Ajaib sekali, gentlemen, saya merasa seakan-akan
dilahirkan kembali. Apa yang sudah diperbuat oleh Winnetou tadi, tiadalah saya
ketahui. Barangkali ia sudah merentang-rentang atau mengoyak-ngoyak urat saraf
saya, tetapi itu tidak saya acuhkan sama sekali. Kesehatan saya sudah pulih
kembali. Kini saya dapat berkuda lagi dan Mustang Hitam akan mengalami sendiri
bahwa Bibi Droll masih dapat menjalankan tugasnya dengan sepatutnya."
VII KE ALDER SPRING Setasiun Rocky Ground terletak pada kaki Gunung Ua-pesch, yang puncaknya
ditumbuhi oleh hutan lebat. Air dari gunung ini berkumpul di bawah menjadi
sebuah sungai yang mengalir ke arah Tenggara dan kemudian membelok ke Utara.
Tepat pada kelok ini bermuaralah sebuah batang air yang berasal dari sebuah
gunung yang lain, yang dahulu sudah disebut Corner-Top dan kini masih bernama
demikian juga. Gunung Ua-pesch dan gunung Corner-Top kedua-duanya merupakan batas pegunungan-
pegunungan barisan yang mengapit sebuah lembah yang lebar lagi panjang. Lembah
itu banyak sekali berkelok-kelok, sehingga para insinyur kereta api memutuskan
tidak akan membuat jalan kereta api mengikuti jalan lembah tersebut, melainkan
mengambil jalan memintas melalui pegunungan batu yang terletak antara Fire wood
camp dan Rocky Ground. Fire wood-camp letaknya pada permulaan lembah dan terpisah dari Rocky Ground
oleh sebuah pegunungan batu yang melintang.
Orang-orang Comanche yang hendak pergi ke Aider-Spring, harus melalui lembah
yang berkelok-kelok itu; jalan yang lain tidak ada. Sumber Aider-Spring itu
letaknya pada kaki Corner-Top dan dikelilingi oleh pohon-pohonan yang tinggi.
Air dari sumber itu dialirkan oleh batang air yang bermuara ke sungai yang sudah
kami sebut tadi. Dibalik kedua gunung tersebut ada sebuah prairi yang luas, yang
dilalui oleh kedua buah sungai yang sudah bersatu menjadi sungai yang agak
besar. Prairi itu di sana sini ditumbuhi oleh beberapa hutan-belukar yang
menutupi prairi, sehingga sebuah pasukan yang agak besarpun dapat mendekati
padang rumput tersebut tanpa dapat dilihat orang.
Orang-orang Comanche yakin bahwa Old Shatterhand dan Winnetou akan pergi ke
Aider-Spring. Mereka bermaksud menunggu kedatangan mereka di sana serta
menangkapnya. Untuk mencapai maksud itu maka orang-orang orang kulit merah
tersebut harus bersikap sangat hati-hati, lebih-lebih oleh karena mereka harus
menghadapi orang-orang seperti Old Shatterhand dan Winnetou. Kedua orang yang
tersebut belakangan itu tidak boleh mengetahui bahwa orang-orang Comanche
bersembunyi di Alder-Spring. Lain daripada itu tidak boleh ada sesuatu yang
dapat menimbulkan dugaan pada mereka bahwa Mustang Hitam beserta pasukannya ada
di sana. Karena itu maka sudah sewajarnyalah bahwa orang-orang Indian itu tidak
dengan langsung pergi ke Aider-Spring, melainkan akan bersembunyi di dekatnya.
Di mana mereka akan bersembunyi, itu adalah suatu pertanyaan yang penting
sekali, yang harus dijawab oleh Old Shatterhand dengan kawan-kawannya.
Oleh karena Aider-Spring terletak di sebelah kanan lembah maka orang-orang
Indian akan mengambil jalan di sebelah kiri serta berjalan beberapa jauh ke
prairi untuk kemudian berbalik dan mendekati Aider-Spring dari arah yang
berlawanan. Dengan demikian maka mereka tidak akan meninggalkan jejak yang dapat
diketahui oleh musuh-musuhnya. Apabila mereka datang dari sebelah prairi maka
dengan mudah sekali orang-orang Comanche akan dapat bersembunyi untuk kemudian
mendekati, mengepung dan menyergap musuhnya. Maka jelaslah bahwa apabila Old
Shatterhand dan kawan-kawannya hendak datang mendahului orang-orang Indian serta
hendak mengintai mereka, maka kelompok Old Shatterhand itu harus berjalan lebih
jauh lagi ke dalam prairi serta memilih jalan yang lebih mengeliling. Karena itu
maka Old Shatterhand dan kawan-kawannya tidak mengambil jalan yang melalui
gunung Ua-pesch, melainkan, setelah dinihari, mereka membelok ke kiri serta
berjalan jauh mengeliling, menuju ke savanna.
Hari sedang cuaca baik sekali. Rumput dan pohon-pohonan segar-bugar, sesudah
hujan lebat pada hari sebelumnya. Matahari memancarkan sinarnya yang seakan-akan
mengubah tiap-tiap embun menjadi batu permata yang berkilau-kilauan. Berjalan
melalui daerah seperti itu bagi setiap orang niscaya memberi kesenangan dan
kenikmatan, kecuali... bagi seorang pemburu prairi di daerah Wild West, yang bermaksud mengintai
pasukan Indian yang bermusuhan. Bunyi dengus dan depak kuda kedengaran dari
jarak jauh oleh karena udara kering dan tidak padat. Lain daripada itu rumput
yang segar memungkinkan adanya jejak yang barangkali sampai malam hari tampak
dengan jelas sekali. Keadaan-keadaan itu dapat membahayakan seorang penyelidik.
Baginya jiwanya lebih berharga daripada keindahan alam sekelilingnya. Oleh sebab
itu maka dapatlah dipahami bahwa Cas, yang sampai kini berdiam diri saja,
sekonyong-konyong berkata: "Indah benar cuaca dan pemandangan pada hari ini,
sama indahnya dengan tempo hari pada ahli waris Timpe!
Sungguhpun begitu saya lebih mengingini kabut yang lebat daripada cahaya
matahari." Kelompok Old Shatterhand berjalan berurutan dua-dua: di muka sekali berjalan Old
Shatterhand dengan Winnetou, kemudian Hobble-Frank dengan Bibi Droll dan di
belakang mereka Cas dengan Has. Hobble-Frank masih belum dapat melupakan kecaman
Cas mengenai pulau Ischia; karena itu maka ia tidak menyia-nyiakan kesempatan
baik untuk membalas. Ia berkata: "Rupa-rupanya Anda bersahabat benar dengan pelbagai macam kabut.
Adakah pulau Ischia diselubungi kabut juga?"
Cas menjawab dengan tenang: "Itu hendaknya jangan Anda tanyakan kepada saya,
melainkan kepada Bibi Droll. Ia lebih mengetahuinya, sebab dialah yang
mengandung pulau itu di dalam kakinya."
"Akan tetapi Droll tidak mengandung kabut! Anda berasal dari Hof di Beieren; di
sana hari banyak berkabut, akan tetapi di tempat kelahiran saya, di Moritzburg,
cuaca selalu baik." "Moritzburg" Di mana ada istana, di dekat Dresden" Di sanakah Anda dilahirkan?"
"Bodoh benar pertanyaan Anda! Orang yang mempunyai pendidikan dan perkembangan
rohani yang halus boleh menganggap seluruh dunia sebagai tanah airnya, akan
tetapi saya tidak mau menyangkal bahwa Moritzburg boleh berterima kasih kepada
saya oleh karena saya dilahirkan di sana. Memang ada beberapa tempat di mana
hanya orang-orang besar saja dilahirkan dan tempat-tempat itu biasanya dapat
dikenal oleh karena di sana ada istana."
"Hm," jawab Cas dengan singkat.
"Hm" Mengapa Anda mendeham saja" Masih belum jelaskah hubungan istana tadi?" "O,
sudah jelas!" "Apakah yang masih belum Anda setujui?"
"Bahwa di Moritzburg hanya dilahirkan orang-orang besar saja."
"Anda barangkali dilahirkan di sana juga?"
"Tidak." "Nah, itu adalah suatu bukti yang tak dapat disangkal bahwa hanya orang-orang
besar saja berasal dari Moritzburg, seperti putera raja, raja dan para
bangsawan. Sayapun memulai pengembaraan saya dari tempat itu juga, akan tetapi
belum pernah saya mendengar bahwa di sana ada dilahirkan orang yang bernama
Timpe. Nah, kini sudah saya ucapkan apa yang terkandung dalam hati saya. Jangan
hendaknya dari sini ke atas Anda menyentuh lagi kepribadian saya yang halus dan
sempurna ini!" Setelah melepaskan dendamnya itu maka Hobble-Frank kembali lagi menjadi seorang
yang periang, tentu saja dengan syarat bahwa tidak ada orang yang akan
menyangkal pendapatnya. Droll memalingkan kepalanya ke arah kedua Timpe dengan
maksud meminta agar jangan hendaknya mereka menjawab lagi. Isyarat itu untung
sekali dipahami oleh Cas dan Has.
Keenam penunggang kuda itu sudah jauh sekali berjalan; gunung Ua-pesch sudah
jauh di belakang mereka. Pada dugaan Old Shatterhand orang-orang Comanche tidak
akan berjalan sejauh itu. Karena itu kini mereka membelok ke arah Selatan,
dengan maksud dari sana mendekati gunung Corner-Top. Sumber Aider-Spring
terletak di sebelah Barat gunung itu.
Winnetou dan Old Shatterhand hendak mencapai gunung tersebut dari sebelah Timur.
Dengan cara yang demikian dapatlah dihindarinya bahwa jejak mereka kelak akan
dapat dilihat oleh orang-orang kulit merah. Gunung Corner-Top pada puncaknya
tidak seberapa lebat ditumbuhi oleh hutan belukar; di sana ada beberapa tempat
dari mana orang dapat melayangkan pandangannya dengan leluasa. Jadi tiadalah
sukar bagi mereka untuk melihat orang-orang Comanche datang
Kini sampailah mereka pada sebelah Timur gunung Corner-Top. Di sana mereka
segera mendapatkan tempat persembunyian di mana kuda mereka beserta keempat
orang pengikut dapat bersembunyi sedangkan Winnetou dan Old Shatterhand mulai
mendaki gunung untuk mencari tempat darimana mereka dapat melihat dengan leluasa
ke arah lembah. Setelah mereka mencapai puncak gunung maka mereka memilih salah satu dan tempat-
tempat yang gundul yang serasi bagi tujuan mereka. Mereka memilih tempat yang
terletak di sebelah Barat, sebab dari sana mereka dapat melihat lembah dari mana
orang-orang Comanche dapat diharapkan akan datang. Winnetou segera duduk di atas
tanah, Old Shatterhand duduk di sebelahnya. Dalam pada itu mereka tiada
mengeluarkan kata sepatahpun. Mereka tiada pernah memerlukan kata-kata untuk
memahami maksud mereka. Hampir tiga jam lamanya mereka duduk berdampingan dengan berdiam diri saja.
Orang yang melihat mereka duduk secara itu tentu mengira bahwa maksud mereka tak
lain daripada melepaskan lelah belaka. Tidak sebuah gerakpun menunjukkan bahwa
seluruh perhatian mereka terpusatkan kepada daerah di sebelah Barat. Tidak
seorangpun akan menyangka bahwa tidak ada perubahan di lembah yang akan luput
dari pengamatan mereka. Itulah keagungan pemburu prairi daerah Wild West: usaha
yang sebesar-besarnya diselubunginya dengan air muka yang menunjukkan sikap acuh
tak acuh. Sekonyong-konyong Winnetou berkata: "Uf!"
"Ya, mereka datang," jawab Old Shatterhand dengan mengangguk.
Sesungguhnya di daerah lembah tidak ada kelihatan apa-apa. Bagi orang biasa
tidak ada tampak perubahan sedikitpun, akan tetapi bagi mereka berdua, yang
melihat seekor burung ruak bergerak di udara, sudah tampaklah tanda-tanda bahwa
jauh di bawah ada manusia yang sedang bergerak. Betul! Sebentar kemudian
tampillah dari semak-belukar seorang penunggang kuda yang kemudian berhenti
sebentar untuk melayangkan pandangnya ke sekelilingnya. Demi ia tidak melihat
sesuatu yang mencurigakan, maka ia berjalan terus.
Segera ia disusul oleh kira-kira empatpuluh, bahkan kemudian ternyata lebih
daripada delapanpuluh orang penunggang kuda. Karena mereka itu jauh sekali maka
kuda mereka tampaknya hanya sebesar anjing kecil belaka. Bahwa mata Winnetou
sangat tajam terbukti daripada perkataannya: "Ya, mereka adalah orang-orang
Comanche yang kita nantikan."
"Ya," demikian Old Shatterhand menambah. "Tokvi Kava berjalan di depan sekali."
"Ketua suku Comanche itu selalu membanggakan diri bahwa ia adalah seorang
prajurit yang sangat cerdik, akan tetapi kini ia membuat suatu kesalahan yang
tidak dapat dipahami, baik oleh saudara saya Shatterhand maupun oleh saya."
"Ya, ia pernah mengatakan bahwa kecerdikannya dan keberaniannya tidak ada
bandingnya. Saya tahu apa yang dimaksud oleh saudara saya Winnetou. Mustang Hitam datang
dari perkemahan Firewood dan ia yakin bahwa tadi pagi kami berangkat juga dari
sana, jadi berjalan di belakangnya. Dalam pada itu sedikitpun tidak
diindahkannya bahwa jejak yang dibuatnya pada rumput yang segar itu dapat
dilihat oleh orang yang berjalan di belakangnya."
Ketua suku Apache, yang air mukanya biasanya tenang dan bersungguh-sungguh itu,
kini tersenyum dan iapun berkata: "Dan ia hendak menangkap Old Shatterhand dan
Winnetou! Uf!" "Ketika Anda masih kecil, Anda tidak akan membuat kesalahan sebodoh itu."
"Andapun tidak juga, ketika Anda masih seorang Greenhorn. Lihatlah, mereka
berbuat tepat seperti yang kita duga. Mereka membelok ke sisi lembah sebelah
sana, agar sekiranya kita mengikuti mereka, kita tidak akan mengira bahwa mereka
menuju ke balik Corner-Top untuk pergi ke Aider-Spring!"
Orang-orang Comanche berjalan menyusur pegunungan yang merupakan batas lembah di
seberang, sampai mereka tiba di kaki gunung Ua-pesch. Di sana mereka tidak
mengubah arahnya, melainkan berjalan terus melalui prairi seakan-akan hendak
pergi ke tujuan yang jauh sekali.
"Ya, nanti mereka akan membelok dan berjalan ke mari. Salah seorang dari kita
harus turun untuk mengintai di mana mereka akan bersembunyi dan memasang kemah;


Mustang Hitam Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang seorang lagi harus tetap tinggal di sini."
Ia tidak mengatakan apa sebabnya maka yang lain harus tinggal di atas, akan
tetapi Winnetou segera memahaminya. Ia menganggukkan kepalanya seraya berkata:
"Ya, yang tinggal di sini harus menantikan kedatangan Ik Senanda yang akan
menipu dan mengkhianati orang-orang kulit putih yang membuat jalan kereta api.
Kemarin malam ia menyusul orang-orang Comanche dan dalam gelap-gulita itu ia
tidak dapat melihat pasukan orang-orang kulit merah itu. Akan tetapi ia tahu
jalan di sini dan hari ini niscaya akan mendapatkan jejak mereka dan dengan
segera menyusul pasukan Comanche itu. Saudara saya orang kulit putih hendaknya
tinggal di sini untuk menantikan kedatangan Ik Senanda. Saya akan turun ke bawah
untuk mengetahui di mana orang-orang Comanche memilih tempat persembunyiannya."
VIII PERCAKAPAN CUCU DENGAN NENEK
Setelah Winnetou pergi maka Old Shatterhand duduk kembali serta memasang
matanya. Satu jam sudah lewat, akan tetapi Ik Senanda belum kunjung datang.
Sesungguhnya seharusnya ia sudah sampai ke lembah. Walaupun begitu Old
Shatterhand tidak kehilangan kesabarannya, sebab ia tahu bahwa ada berpuluh-
puluh sebab yang mungkin menghambat perjalanan peranakan Indian itu. Sejam
kemudian Old Shatterhand belum melihat apa-apa yang dapat menunjukkan bahwa ada
orang datang. Baru setengah jam kemudian tampaklah olehnya seorang penunggang
kuda yang sedang mengamat-amati jejak orang-orang Comanche.
Kini tahulah Old Shatterhand bahwa Ik Senanda akan menempuh jalan mengeliling
yang dilalui oleh pasukan Comanche itu. Untuk sampai ke kaki gunung Corner-Top
ia memerlukan sekurang-kurangnya satu jam. Maka dapatlah Old Shatterhand
meninggalkan tempat pengintaiannya, lalu turun ke bawah menuju ke tempat kawan-
kawannya. Di sana didapatinya juga Winnetou. Segera dikabarkannya bahwa ia telah
melihat peranakan Indian datang; maka ketua suku Apache berkata: "Lambat sekali
datangnya. Dapatkah saudara saya menduga apa sebabnya?"
"Ada seribu satu kemungkinan yang menghambat perjalanannya," jawab Old
Shatterhand. "Boleh jadi tidak ada paksaan yang menghambat perjalanannya, mungkin sekali
disengajanya." "Bagi saya lebih menyenangkan sekiranya ia, setelah lari, balik kembali ke
perkemahan untuk mengintai."
"Apa kata Anda?" tanya Hobble-Frank. "Anda lebih menyukai apabila ia mengintai
kita?" "Ya." "Bukankah pada umumnya orang tidak suka diintai oleh musuh?" "Ya, akan tetapi
tidak dalam hal ini."
"Itu saya tidak mengerti. Sekiranya ia mengintai kita, maka niscaya ia
mengetahui bahwa kita meninggalkan perkemahan Firewood dengan kereta api."
"Justru itulah yang menyenangkan hati saya."
"Mr. Shatterhand, jelaskanlah pendapat Anda. Perjalanan kita dengan kereta api
adalah suatu hal yang penting sekali. Apabila itu diketahui oleh musuh kita,
maka itu niscaya tidak akan menguntungkan kita!"
"Jangan khawatir, sahabatku Frank. Mudah-mudahan engkau tidak mengira bahwa saya
bersikap semberono."
"Sama sekali tidak! Betapa Anda dapat mempunyai sangkaan serupa itu! Anda adalah
contoh saya, guru saya, idam-idaman saya."
"Jika engkau mempercayai saya, maka barangkali engkau akan segera mengetahui
bahwa pendapat saya benar. Winnetou dan saya akan pergi sebentar untuk mengintai
orang-orang Comanche. Anda berempat tinggal di sini dengan tenang; jangan
sekali-kali meninggalkan tempat ini sebelum kami kembali!"
"Tetapi sekiranya Anda tidak balik kembali, bagaimana?"
"Kami pasti kembali, setidak-tidaknya salah seorang dari kami. Percayalah!"
Old Shatterhand berpaling kepada Winnetou sambil bertanya: "Tahukah saudara saya
di mana musuh kita memasang kemahnya?"
"Ya, saya tahu," jawab ketua suku Apache.
"Jauh dari sini?"
"Tidak." "Sukarkah mereka kita intai?"
"Sukar untuk orang lain, akan tetapi mudah sekali bagi Old Shatterhand dan saya.
Saudara saya boleh mengikut saya!"
Mereka menanggalkan bedilnya, karena senjata-senjata itu hanya akan mengganggu
saja apabila mereka nanti harus merangkak. Yang dimaksud dengan "bedil mereka"
ialah bedil yang dipinjamkan oleh insinyur di Rocky Ground, sebab, sebagai telah
kita ketahui, bedil mereka sendiri telah dicuri oleh Mustang Hitam. Kira-kira
sepuluh menit lamanya Winnetou membawa sahabatnya melalui hutan belukar tanpa
mengindahkan sikap hati-hati.
Kemudian sampailah mereka pada suatu tempat di mana tidak ada pohon-pohonan lagi
yang tegak, melainkan pohon-pohonan yang tumbang oleh badai yang mengamuk
beberapa lama sebelumnya. Di antara batang-batang pohon yang sudah mati itu
telah tumbuh semak-semak yang sedemikian lebatnya sehingga margasatwapun akan
dapat menerobosinya. "Kita menerobos?" tanya Old Shatterhand.
Winnetou mengangguk seraya berbisik: "Di sebelah kiri kita ada batu-batuan; itu
tidak dapat kita lalui. Di sebelah kanan kita prairi, di mana kuda musuh kita
sedang memakan rumput dan di sanapun tentu ada penjaga. Di balik semak-belukar
yang lebat ini pasukan orang Comanche berkemah. Semak belukar ini lebarnya belum
ada duapuluh langkah; itu harus kita terobosi."
"Saudara saya sudah sampai ke sana?"
"Ya. Saudara saya Shatterhand akan segera melihat jalan kecil yang sudah saya
buat tadi." "Tahukah Anda tempat ketua sukunya?"
"Ya, saya tahu. Barangkali kita dapat mendekat sampai dapat kita mendengarkan
apa yang dikatakannya."
Winnetou merangkak beberapa langkah menyusur pinggir semak-semak; kemudian ia
berbaring lalu menguakkan beberapa ranting dan daun. Old Shatterhand segera
mengikut dari belakang. Kini ternyata sekali lagi betapa cakapnya ketua suku
Apache itu. Dengan pisaunya ia sudah dapat meretas sebuah jalan yang lebarnya
belum ada seperempat meter; ranting dan daun-daunan yang mengganggunya sudah
dipotongnya dan semak-semak sebelah atas sedikitpun tidak ada yang terkuak atau
terpotong. Jalan itu meliku-liku, akan tetapi tidak seberapa menyusahkan. Dalam
pada itu mereka menjumpai dua ekor ular; yang seekor lari dan yang seekor lagi
telah tertikam oleh pisau Winnetou. Sebentar kemudian ketua suku Apache
memalingkan mukanya sambil menunjuk kepada hidungnya. Old Shatterhand memahami
isyarat itu; ia mencium-cium untuk mengetahui bau apa yang dimaksud oleh
Winnetou. Ia mencium bau asap, lalu memberi isyarat kepada Winnetou bahwa ia mengetahui maksud
sahabatnya. Kini mereka sudah dekat pada tempat perkemahan pasukan Comanche.
Mereka merangkak terus dengan hati-hati sekali; akhirnya sampailah kepada suatu
tempat di mana Winnetou telah membuat ruang yang agak lapang. Di sana ia
berhenti lalu memberi isyarat kepada sahabatnya untuk mendekat serta berbisik:
"Adakah saudara saya mendengar bahwa kita sudah dekat sekali pada tempat musuh
kita?" "Tidak," jawabnya dengan berbisik.
"Untuk melihat mereka kita hanya harus menguakkan beberapa ranting saja."
"Saya tidak ada mendengar apa-apa, tidak ada mendengar orang berbicara. Tidurkah
mereka?" "Ya. Mereka beristirahat, oleh karena mereka berjalan semalam suntuk."
"Ya, itu benar. Apalagi ketua sukunya, ia tentu lelah sekali sebab kemarin malam
ia berjalan pulang-balik ke perkemahan Firewood."
Kini Winnetou menguakkan beberapa ranting lalu berbisik: "Nah, saudara saya
dapat melihat sendiri betapa dekatnya kita kepada mereka."
Tidak lebih jauh daripada kira-kira lima langkah Old Shatterhand melihat Tokvi
Kava berbaring. Ketua suku itu sedang tidur. Agak jauh sedikit kelihatan pula
para prajuritnya sedang tidur. Mereka rupa-rupanya sudah letih sekali dan mereka
merasa aman sekali oleh penjagaan yang dipasangnya pada sebelah prairi.
Mustang Hitam meletakkan senjatanya dekat sekali pada badannya; itu ialah
kebiasaan setiap pemburu prairi atau prajurit kulit merah yang sedang mengembara
di daerah Barat. Bersandar pada sebuah batang pohon ada sebuah bungkusan yang panjang. Bungkusan
itu diselubungi oleh selimut Tokvi Kava dan diikat dengan cermat dengan sebuah
lasso. Mata Old Shatterhand bersinar-sinar ketika ia melihat bungkusan itu.
Dengan lengannya ia menyentuh Winnetou dan, sambil menunjuk ke arah bungkusan
itu, ia berbisik: "Dapatkah saudara saya menerka apa yang terbungkus di dalam
selimut itu?" "Bedil kita!" "Ia sedang tidur; prajurit-prajurit yang lain tidur pula, jadi kita dapat
mengambil kembali senjata-senjata kita." "Jangan!"
"Ya, pendapat saudara saya selalu benar. Senjata-senjata itu belum boleh kita
ambil." "Ya! Orang-orang Comanche tidak boleh mengetahui bahwa kita sudah tahu tempat
perhentian mereka." "Mudah-mudahan jangan terlampau lama kita harus membiarkan bedil-bedil itu di
tangan mereka." "Tangan saya pun sudah gatal juga untuk mengambil milik kita yang sangat
berharga itu, akan tetapi kita harus menaruh sabar. Dengarlah! Anda mendengar
orang berteriak?" "Itu suara seorang penjaga," jawab Old Shatterhand. "Ik Senanda rupa-rupanya
sudah sampai ke tempat penjagaan."
Kemudian kedengaran beberapa orang berseru-seru. Sekalian yang sedang tidur,
kini jaga lalu bangkit. Sebentar kemudian tampaklah peranakan Indian itu
menghampiri perkemahan. Ia segera turun lalu menghampiri Tokvi Kava. Ketua suku Comanche bertanya dengan
suara yang mengandung keheranan: "Andakah itu, cucu saya! Adakah aku memberi
engkau izin untuk mengikuti saya?"
Oleh karena Ik Senanda tidak segera memberi jawab, bahkan pergi duduk di
sebelahnya, maka Mustang Hitam menyambung: "Tiadakah sudah kuperintahkan
kepadamu agar mengintai orang-orang kulit putih dan tinggal pada mereka sampai
kami datang atau kami memberi kabar?"
"Itu betul," jawab cucunya.
"Tetapi engkau sudah meninggalkan kewajibanmu!"
"Karena terpaksa. Nenek akan insaf bahwa saya tidak dapat berbuat lain."
"Jikalau itu tidak saya insafi maka itu tidak akan menguntungkan bagimu. Hanya
hal-hal yang sangat penting saja dapat menjadi alasan bagimu untuk meninggalkan
perkemahan Firewood." "Betul. Memang ada terjadi sesuatu hal yang sangat
penting." "Dan hal itu niscaya terjadi segera setelah kami berangkat, sebab engkau segera
sesudah itu menyusul kami. Ayo, katakanlah apa yang sudah terjadi."
"Anda ialah ayah ibu saya dan Anda mengenal saya sejak saya dilahirkan. Sudah
pernahkah saya memberi alasan kepada Anda untuk memarahi saya" Apa sebabnya Anda
sekarang mengancam saya sebelum Anda tahu apa sebabnya maka saya datang ke
mari." "Karena kita sedang hendak menangkap musuh kita yang paling besar."
"Anda tidak akan menangkap mereka," jawab Ik Senanda dengan tenang.
"Tidak?" seru ketua suku itu dengan marah. "Mengapa tidak?"
"Karena mereka sudah pergi."
"Sudah pergi" Tentu saja mereka sudah meninggalkan perkemahan Firewood, sebab
tadi pagi mereka akan berangkat ke mari."
"Anda lupa bahwa sudah kemarin malam saya terpaksa meninggalkan Firewood.
Apabila saya mengatakan bahwa mereka sudah pergi, maka maksud saya ialah bahwa
mereka bukan tadi, melainkan kemarin meninggalkan Firewood." "Uf! Tetapi niscaya sesudah kami berangkat."
"Ya." "Uf! Uf! Kalau begitu kita harus bersiap-siap, sebab setiap saat mereka dapat
datang ke mari." "Mereka sama sekali tidak akan datang ke mari."
"He" Tidak... ke mari?" kata Mustang Hitam dengan tercengang. "Ke mana mereka
pergi?" "Itu saya tidak tahu, tetapi mereka pasti pergi jauh, sebab mereka pergi dengan
kereta api. Pemburu orang kulit putih hanya berbuat demikian apabila mereka
hendak membuat perjalanan yang jauh sekali." "Dengan kereta api" Tahu benarkah
engkau" Tidakkah engkau salah lihat?"
"Tidak. Saya melihat mereka naik."
"Uf! Uf! Uf! Bukankah mereka semula bermaksud hendak datang ke mari, ke Aider-
Spring" Apa sebabnya mereka sekonyong-konyong pergi?" "Mereka takut!"
"Diam! Saya membenci Winnetou dan Old Shatterhand, akan tetapi saya tahu bahwa
mereka tidak mengenal takut."
"Boleh jadi mereka tidak takut, akan tetapi jangan Anda lupakan bahwa mereka
ditemani oleh dua orang kulit putih yang tidak seberani mereka. Karena mereka
itulah barangkali mereka berangkat dengan tergesa-gesa." "Tetapi apa sebabnya
maka mereka merasa takut?"
"Takut akan Anda dan prajurit-prajurit kita." "Takut akan kita" Tetapi mereka
tidak tahu-menahu tentang kita!" "Mereka tahu bahwa Firewood akan diserang oleh
prajurit-prajurit kulit merah."
"Uf! Uf! Dari siapa mereka mengetahuinya" Siapa yang sudah mengkhianati saya"
Adakah engkau sendiri sudah lengah?"
Kini Ik Senanda kehilangan kesabarannya, lalu menjawab dengan marah: "Jangan
hendaknya nenek selalu hendak mempersalahkan saya! Sudah pernahkah saya lengah
atau bersikap kurang hati-hati" Anda sendiri yang lengah! Karena Anda bersikap
tidak hati-hati maka mereka sudah lepas dari genggaman kita!"
Mustang Hitam segera mencabut pisaunya seraya berseru: "Indahkanlah kepada siapa
engkau berbicara, hai budak kecil! Perlukah pisau ini memberi pelajaran kepadamu
bagaimana hendaknya engkau menghormati ayah ibumu, ketua suku orang Comanche
yang paling masyhur"
Beranikah engkau mengecam Mustang Hitam serta mendakwa bahwa ia dapat berbuat
kurang hati-hati." "Anda memarahi saya oleh kesalahan yang Anda perbuat sendiri."
"Buktikanlah itu!"
"Sekiranya Old Shatterhand dan Winnetou datang ke mari, dapatkah kita menangkap
mereka?" "Pasti, jangan itu kausangsikan."
"Dan segala miliknya, akan kita peroleh jugakah?"
"Ya." "Kuda mereka juga?" "Ya, kuda mereka juga."
"Mengapa Anda tidak menunggu sampai malam ini" Mengapa Anda kemarin mencuri kuda
mereka?" "Men... cu... ri," demikian ketua suku Comanche mengulang kecaman cucunya. "Tahu
apa engkau?" "Segala-galanya. Apa yang tidak segera saya ketahui, saya dengar kemudian,
ketika musuh-musuh kita mengira bahwa saya sudah lari. Rencana kita akan
berhasil baik sekiranya Anda tidak pergi ke gudang untuk mengambil kuda musuh
kita. Kalau Anda tidak berbuat begitu, maka kedua orang musuh kita yang terbesar
kini akan berjalan kemari sehingga pasti dapat kita tangkap. Betapa girangnya
para prajurit orang Comanche sekiranya kita memperoleh kemenangan sebesar itu.
Saya akui bahwa Kita Homascha, yang Anda suruh ke perkemahan Firewood untuk
menyampaikan pesan Anda kepada saya, ada juga menimbulkan curiga sedikit, akan
tetapi, saya sudah berhasil menghilangkan curiga itu, oleh karena orang-orang
kulit putih tidak dapat membuktikan apa-apa. Tetapi dengan tiba-tiba kuda
Winnetou dan Old Shatterhand berdengus-dengus di muka pintu! Itu menggemparkan
sekalian penghuni perkemahan. Untung sekali para orang kulit putih itu mengira
bahwa kuda itu melepaskan diri dari tambatannya dengan usahanya sendiri, akan
tetapi saya tak dapat ditipu, sebab pintu gudang itu tertutup dengan palang.
Lagi pula tali kekangnya tidak putus, bahkan pada tali kekang itu ada terikat
seutas tali yang mula-mula tidak ada. Bagi setiap orang yang dapat mempergunakan
akalnya sudah jelaslah bahwa kuda itu dicuri orang. Oleh siapa" Oleh siapa lagi
kalau bukan Anda! Masih tiada maukah Anda mengaku?"
Mustang Hitam termenung sebentar; air mukanya sedikitpun tidak berubah; ia tidak
menjawab. Cucunya menyambung: "Anda berdiam diri saja. Itu membuktikan bahwa
pendapat saya benar. Tentu saja orang-orang kulit putih kini sedang mencari
pencurinya." "Bukankah mereka sudah pergi?" sela ketua suku.
"Tetapi jejak-jejaknya masih ada! Adakah Anda mengira bahwa Old Shatterhand dan
Winnetou tidak pandai membaca jejak" Jejak Anda sudah didapatinya, demikian pula
jejak saya dan jejak Kita Homascha. Mereka mengetahui hubungan kita dan rencana
kita. Saya hendak ditangkapnya dan hampir saja saya dikeroyok, akan tetapi mujur
sekali masih dapat saya melarikan diri. Segera saya naik ke atas kuda saya lalu
lari sekencang-kencangnya."
"Uf! Uf! Perlukah Anda lari?"
"Ya." "Mereka tidak dapat membuktikan kesalahan Anda!"


Mustang Hitam Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jejak-jejak itu merupakan bukti yang cukup jelas. Pondok saya pun dibakarnya
habis-habis. Mungkinkah mereka berbuat begitu apabila mereka tidak yakin bahwa
saya bersalah" Anda tahu betapa kerasnya orang-orang kulit putih melaksanakan undang-undang
prairi. Saya hanya dapat menyelamatkan jiwa saya dengan lari secepat-cepatnya. Sekiranya
saya tinggal di sana maka niscaya saya digantung pada pohon. Di tengah jalan
saya memperoleh akal yang baik; saya hendak mengetahui adakah Winnetou dan Old
Shatterhand barangkali mengurungkan maksudnya untuk pergi ke Aider-Spring. Itu
perlu sekali saya ketahui.
Kemudian ternyata bahwa dugaan saya benar, sebab saya melihat mereka beserta
kudanya naik ke dalam gerbong kereta api yang segera berangkat. Jadi mereka
pasti tidak akan pergi ke Aider-Spring. Setelah mereka pergi, maka saya
meninggalkan perkemahan Firewood lalu berjalan ke mari untuk melaporkan kepada
Anda apa-apa yang sudah terjadi. Kini saya ada di sini; marahilah saya, apabila
Anda dapat memarahi saya. Apabila ada hukuman yang harus dijatuhkan, maka
hukuman itu tidak akan menimpa saya, melainkan menimpa orang yang melakukan
pencurian kuda sehingga mengacaukan rencana suku Comanche. Howgh!"
Selesailah laporannya. Kini ia menunggu apa yang akan dikatakan oleh neneknya.
Ketua suku Comanche itu berdiam diri saja; kepalanya terkulai, akan tetapi
sebentar kemudian diangkatnya kembali kepalanya, lalu melayangkan pandangannya
ke sekelilingnya. Percakapan mereka tidak ada didengar oleh orang lain, sebab tidak ada seorang
prajuritpun berani mendekati mereka, demikian takut mereka kepada ketua sukunya.
Tidak seorangpun ada mendengar pula kecaman Ik Senanda terhadap neneknya.
Akhirnya Mustang Hitam berkata dengan perlahan-lahan: "Ya, benar, saya sudah
mengambil kuda Winnetou dan Old Shatterhand dari dalam gudang. Iltschie dan
Hatatitla adalah sedemikian masyhurnya sehingga akal sehat saya menjadi kabur
dan saya sudah berbuat sebagai seorang kanak-kanak. Sedemikian besar hasrat saya
untuk memiliki kedua ekor kuda itu sehingga tiada terpikir oleh saya bahwa
akhirnya kuda itu akan saya miliki juga apabila Winnetou dan Old Shatterhand
nanti sudah saya tangkap. Darah saya mengalir di dalam tubuhmu juga dan karena
itu jangan hendaknya engkau mengatakan kepada siapapun, apa akibat perbuatan
saya yang tergesa-gesa itu."
"Saya akan berdiam diri," jawab cucunya.
"Tahukah Old Shatterhand dan Winnetou dengan berapa orang saya datang ke
perkemahan Firewood kemarin"!" "Ya."
"Tahu jugakah mereka siapa orang-orang itu?"
"Tidak, mereka hanya mengetahui bahwa mereka didatangi orang-orang kulit merah
yang bersikap bermusuhan." "Tahukah mereka bahwa kita hendak menyerang
perkemahan mereka?" "Itu sudah diduganya dan bagi pemburu prairi seperti mereka dugaan itu sama
artinya dengan kepastian." "Adakah mereka mempunyai dugaan juga bilamana
serangan itu akan dilakukan?"
"Tidak. Akan tetapi perlu kiranya saya katakan juga, bahwa mereka menyebut saya
Ik Senanda. Mereka tidak percaya bahwa nama saya Yato Inda."
"Jadi mereka memandang engkau sebagai pengkhianat?" "Ya."
"Kalau begitu mereka yakin bahwa engkau cucu saya dan dengan demikian tentu
mereka mempunyai sangkaan bahwa sayalah yang hendak menyerang perkemahan mereka.
Apa kata mereka tentang kehilangan bedil mereka?" "Bedil mereka?" tanya
peranakan Indian itu dengan tercengang. "Mereka kehilangan bedilnya?" "Ya."
"Uf! Uf! Uf! Di mana?"
"Di perkemahan Firewood. Bedil itu saya dapati di sana."
"Anda... mendapati... bedil-bedil itu... di sana" Anda" Bedil Old Shatterhand
dan bedil Winnetou?" "Ya, betul," jawab Tokvi Kava sambil matanya bersinar-sinar
kegirangan. "Bedil perak Winnetou?" "Ya."
"Bedil khasiat Old Shatterhand?" "Ya."
"Dan bedil pembunuh-beruang?" "Ya."
"Di mana senjata-senjata itu" Ada di sini?"
"Ya, di sini," jawab ketua suku itu sambil menunjuk ke arah bungkusan.
"Uf! Uf! Uf! Sekali ini Manitou Besar telah memberkahi usaha prajurit-prajurit
Comanche. Itu merupakan jarahan yang akan menimbulkan iri hati semua suku orang
kulit merah. Bagaimana senjata-senjata itu jatuh ke tangan Anda?" "Dengan
perantaraan pencurinya. Dari merekalah senjata-senjata itu saya rampas!"
Maka diceritakannyalah bagaimana ia merampas senjata-senjata itu dari tangan
kedua orang Tionghoa. Ceriteranya diakhirinya dengan kata-kata: "Uf! Uf! Itu
tidak saya sangka-sangka! Old Shatterhand dan Winnetou telah pergi, walaupun
bedil-bedil mereka dicuri orang. Tiada ganjilkah itu atau... mungkinkah mereka
hendak menipu kita" Saya yakin bahwa mereka tidak akan mau meninggalkan senjata
mereka yang masyhur begitu saja, melainkan tentu mereka akan berusaha sekeras-
kerasnya untuk memperolehnya kembali."
Cucunya menggelengkan kepalanya seraya berkata: "Mereka tidak akan berusaha
apapun juga." "Mengapa demikian pendapat Anda?"
"Barangsiapa masih mempunyai akal sehat akan sependapat dengan saya. Karena
apakah mereka sudah menjadi masyhur" Justru karena bedil mereka. Dengan apa
mereka melakukan perbuatan-perbuatan mereka yang jantan" Dengan bedil mereka.
Oleh bedil itu mereka sudah menjadi masyhur, menjadi terkenal sebagai pahlawan
akan tetapi tanpa bedilnya mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Kini bedil mereka
sudah dicuri orang; jadi mereka sudah insaf bahwa mereka sudah tidak berdaya
lagi, tidak dapat memberi perlawanan dan tidak akan dapat mempertahankan
perkemahan apabila diserang. Mereka yakin bahwa akhirnya mereka harus menyerah.
Karena itulah maka mereka lari tunggang-langgang. Kini saya tahu apa sebabnya
maka mereka mengurungkan maksudnya untuk pergi ke Alder-Spring.
Mereka tahu bahwa dengan kehilangan bedilnya mereka kehilangan juga kesaktiannya
dan pasti mereka insaf bahwa apabila mereka harus berjuang melawan kita, maka
mereka akan kalah. Mereka takut, akan binasa!"
Keyakinan dan kegembiraan peranakan Indian itu sangat mempengaruhi Mustang
Hitam; iapun berkata: "Uf! Uf! Benar kata Anda! Mereka takut akan kita serang.
Mereka lari sebagai anjing kena sepak. Mereka sudah lolos, akan tetapi senjata
mereka sudah ada pada kita.
Kini tinggallah kita mengambil scalp orang-orang kulit kuning. Bukan main! Kita
akan menjadi masyhur, kita akan dipuji-puji seluruh suku kulit merah! Tetapi
kita tidak boleh lengah. Kini orang-orang kulit putih sudah tahu bahwa mereka
akan kita serang. Mereka akan pergi mengambil bantuan. Jadi kita tidak boleh membuang-buang waktu.
Kita harus lekas-lekas pergi ke Firewood sebelum balabantuan itu datang. Jangan
kita enak-enak saja duduk di sini. Oleh karena Old Shatterhand dan Winnetou
tidak akan datang ke mari, maka tidak ada gunanya kita menunggu di sini. Kita
berangkat sekarang! Betul kuda kita sudah lelah dan demikian juga
prajurit-prajurit kita, akan tetapi apabila sebelum hari malam kita dapat sampai
ke tempat yang oleh orang-orang kulit putih disebut Gua-Birik, maka kuda kita
akan dapat melepaskan lelah di sana." "Jadi serangan itu hendak Anda lakukan
dari Gua-Birik?" "Ya, sebab tempat itu adalah satu-satunya yang paling serasi untuk maksud kita.
Di sana pasukan kita harus menunggu, sedang saya akan mengintai perkemahan
Firewood agar dapat menentukan saat yang sebaik-baiknya untuk mengepung mereka,
sehingga tak seorang kulit putih atau kulit kuning dapat meloloskan diri."
"Pekerjaan menyelidik itu jangan Anda lakukan sendiri, itu akan saya kerjakan,
sebab saya lebih mengenal perkemahan dan penghuninya."
"Jangan, Anda tidak boleh ikut."
"Tidak boleh ikut?" tanya Mestis dengan heran.
"Ya." "Sebab apa?" "Justru karena engkau dikenal orang di sana. Kalau mereka melihat engkau, maka
rencana kita akan diketahuinya juga. Lain daripada itu masih ada sebab-sebab
yang lain mengapa engkau harus tinggal di sini. Engkau harus menjaga ketiga buah
bedil rampasan kita."
"Bedil-bedil itu akan Anda tinggalkan di sini?"
"Ya. Apabila sudah selesai pekerjaan kita, maka kita akan balik ke mari. Apa
gunanya senjata-senjata yang sangat berharga itu akan saya bawa kian-kemari" Itu
merupakan risiko yang besar. Bukankah kita harus berkelahi dan dengan demikian
tentu akan ada kemungkinan bahwa bedil-bedil itu akan hilang atau rusak. Ketiga
buah senjata ini bagi saya lebih berharga daripada semua scalp yang dapat kita
peroleh di perkemahan Firewood. Tidak, bedil-bedil itu saya tinggalkan di sini
dan akan saya jemput besok, apabila kita pulang. Engkau harus menjaganya, sebab
tidak ada orang lain yang lebih saya percayai."
Mestis itu merasa bangga karena mendapat kepercayaan sebesar itu, akan tetapi ia
masih berkata pula: "Sungguhpun begitu saya ingin juga ikut, sebab saya harus
mendapat kepastian bahwa saya akan mendapat bagian dari jarahan seperti yang
sudah Anda janjikan kepada saya."
"Engkau tak usah sangsi. Engkau akan mendapat bagianmu. Itu sudah saya janjikan
dan janji saya boleh kaupandang sebagai sumpah."
"Jadi segala emas dan uang yang Anda dapati di sana akan Anda berikan kepada
saya semuanya?" "Ya, itu sudah saya janjikan dan janji itu akan saya pegang teguh. Anda ialah
putera anak saya dan ahli waris saya satu-satunya. Orang yang bijaksana harus
memperhitungkan segala-galanya. Sungguhpun serangan itu sama sekali tidak
membahayakan, namun selalu ada kemungkinan bahwa saya akan kena oleh peluru yang
menyasar. Dalam hal yang demikian maka bedil-bedil ini akan menjadi milikmu.
Jika orang lain yang menjaga, mungkin juga senjata-senjata ini tiada akan jatuh
ke tanganmu sekiranya aku tewas. Howgh!"
Mendengar keterangan itu Ik Senanda tidak ragu-ragu lagi. Segera ia menyatakan
kesediaannya untuk tinggal menjaga benda-benda yang sangat berharga itu.
Kemudian Mustang Hitam mengadakan perundingan dengan beberapa orang prajurit
yang terkemuka, di antaranya Kita Homascha yang di Firewood mengaku bernama
Juwaruwa. Setelah perundingan selesai maka orang-orang Comanche berangkat ke
arah Firewood melalui jalan yang ditempuhnya ketika mereka datang kemari.
Edit & Convert: zhe (zheraf.wapamp.com)
http://www.zheraf.net Bersambung ke jilid IIDr. KARL MAY
MUSTANG HITAM Jilid II I. MENANGKAP IK SENANDA Sesudah orang-orang Comanche tiada kelihatan lagi, maka Ik Senanda melepaskan
pelana dari atas kudanya lalu menambatkan tunggangannya pada pohon. Kini ia
tiada dapat lagi menahan keinginannya untuk melihat isi bungkusan. Maka
dilepaskannya ikatan dan selubung bungkusan itu dan diambilnya isinya satu demi
satu. Kagum ia melihat bedil-bedil yang termasyhur di seluruh daerah Barat itu!
Dalam pada itu segala gerak-geriknya diamat-amati oleh Winnetou dan Old
Shatterhand yang bersembunyi di belakang semak-belukar. Mereka berdua sangat
bersukacita, sebab hasil percakapan cucu dan nenek itu sangat menguntungkan
mereka. Mereka melihat betapa girangnya Ik Senanda mengamat-amati bedil mereka.
Mereka merasa senang melihat betapa Ik Senanda bersinar-sinar kekaguman.
Tak habis-habisnya peranakan Indian itu membelai-belai senjata-senjata yang
paling bagus dan paling masyhur di seluruh daerah Barat itu. Akan tetapi
kegembiraan Ik Senanda tidak akan berlangsung lama. Winnetou menguakkan dengan
perlahan-lahan sekali beberapa ranting, lalu merangkak terus dengan sangat hati-
hati. Old Shatterhand mengikutinya dari belakang dengan sangat hati-hati pula.
Kemudian mereka bangkit. Dengan beberapa langkah saja maka mereka sudah berdiri di belakang Ik Senanda.
Semuanya itu dilakukannya dengan lemah lembut, sedemikian, sehingga orang Mestis
itu tiada mendengarnya atau mengetahuinya. Justru pada saat itu Ik Senanda
berseru kegirangan: "Ya, inilah bedil perak Winnetou, ini bedil pembunuh-beruang yang beratnya sama
dengan tiga buah bedil biasa dan yang satu ini bedil Henry yang terkenal sebagai
bedil sakti milik Old Shatterhand. Saya tahu bahwa ini bukan bedil sakti.
Keunggulannya terletak dalam konstruksinya dan dalam kecakapan Old Shatterhand
membidikkan pelurunya. Ketiga buah bedil ini tidak akan saya lepaskan dari
tangan saya, bahkan Tokvi Kava tidak akan memperolehnya kembali walaupun ia ayah
ibu saya. Saya akan berlatih dengan bedil Henry ini sedemikian lamanya sampai
saya memperoleh kecakapan seperti Old Shatterhand. Maka saya akan menjadi lebih
masyhur daripada dia!"
Tiba-tiba ia mendengar suara Old Shatterhand di belakangnya: "Engkau sedang
bermimpi, bedebah! Engkau tidak akan pernah dapat mempergunakan bedil ini!"
Ik Senanda terkejut sekali lalu berpaling. Demi ia melihat Old Shatterhand dan
Winnetou, maka ia sudah sedemikian terkejut sehingga ia tidak dapat mengeluarkan
sepatah kata jua pun dan sejenak lamanya tidak bergerak sama sekali.
"Ya," kata Old Shatterhand dengan tersenyum dan sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Engkau tidak akan dapat mempergunakan bedil ini, pertama karena engkau tidak
mempunyai peluru yang diperlukan untuk bedil ini dan tidak tahu pula di mana
peluru itu dapat diperoleh dan kedua karena saya ada di sini untuk mengambil
kembali milik saya."
Oleh karena Mestis itu tiada membuka mulutnya maka Old Shatterhand menyambung:
"Tadi engkau mengatakan bahwa bedil itu tidak akan kaulepaskan lagi dari
tanganmu. Adakah engkau mengira bahwa Winnetou dan Old Shatterhand akan
membiarkan senjatanya dicuri orang tanpa berusaha memperolehnya kembali" Betul-
betulkah engkau mengira bahwa kami meninggalkan perkemahan Firewood dengan
kereta api oleh karena kami takut" Saya tidak mengira bahwa engkau sebodoh itu.
Ya, engkau bodoh, bodoh sekali. Tidak ada kata lain yang lebih serasi bagimu."
Kini orang peranakan itu sudah mulai bergerak sedikit, akan tetapi tidak
bergerak untuk mencoba melarikan diri. Itu tidak terpikir olehnya, karena ia
sudah terkejut sekali. Dengan suara yang terputus-putus ia berkata: "Old... Shat... ter... hand dan...
Win... ne... tou! Ya, merekalah itu!"
"Itu tidak salah," jawab Old Shatterhand dengan tertawa. "Air mukamu menunjukkan
ketakutan. Engkau hendak menangkap kami dan kini engkau sudah berhadapan dengan
kami. Mengapa kami tidak segera kautangkap" Sebaliknya, engkau menggagap! Tiada
malukah engkau?" Kini orang Mestis itu sudah mulai menguasai dirinya lagi. Ia surut selangkah
sambil mencekau terus ketiga buah bedil itu seraya berkata: "Apa" Saya takut"
Baik Winnetou maupun Old Shatterhand tidak dapat membuat saya takut. Engkau
hendak mengambil kembali bedilmu" Uf! Cobalah kalau engkau dapat!"
Sambil mengucapkan kata-kata yang terakhir itu ia bergerak hendak lari. Ia tidak
dapat mempergunakan kudanya oleh karena kuda itu tertambat dan untuk melepaskan
ikatan itu ia memerlukan waktu. Karena itu maka terpaksalah ia berlari dengan
kakinya saja. Maksudnya ialah hendak bersembunyi di dalam semak-belukar atau
menyesatkan musuhnya di sana.
Dalam pada itu ia tidak mengindahkan kecerdikan lawannya. Winnetou dan Old
Shatterhand sudah mengira sebelumnya bahwa Ik Senanda akan lari ke arah semak
belukar. Dengan lima langkah saja Old Shatterhand sudah menyusulnya. Maka orang
peranakan itu dipegang erat-erat oleh kedua orang lawannya. Old Shatterhand
mencabut pistolnya lalu berseru:
"Berhenti! Engkau harus ikut kembali ke tempatmu semula. Jika engkau berani
mencoba lari lagi maka peluru ini akan menembusi dadamu. Hm, engkau hendak
melarikan diri! Bodoh benar. Engkau mengira bahwa engkau dapat lolos dari kepungan Old
Shatterhand dan Winnetou?"
Maka orang Mestis itu dibawa kembali ke tempatnya semula. Winnetou merampas
ketiga buah bedil yang masih dipegang oleh Ik Senanda, kemudian dirampasnya juga
pisaunya dan dipungutnya bedil Mestis yang terletak di tanah. Kemudian Ik
Senanda dilemparkan ke tanah oleh Old Shatterhand. Peranakan Indian itu hampir
tiada dapat menahan kemarahannya, akan tetapi ia mengerti bahwa setiap percobaan
untuk memberi perlawanan hanya akan mempersulit keadaannya saja. Karena itu ia
menyerah sambil menunggu kemungkinan untuk melepaskan diri nanti.
Old Shatterhand meletakkan dua buah jari di antara bibirnya lalu bersiul dengan
nyaring. Kemudian mereka berdua duduk di sisi tawanannya. Mereka menunggu
kedatangan kawan-kawannya yang sudah diberi tanda supaya datang. Hobble-Frank
dan Droll segera mengetahui makna siulan Old Shatterhand, sebab dahulu mereka
lama sekali mengembara bersama-sama dengan dia. Tak lama kemudian datanglah
mereka disusul oleh kedua Timpe.
Dengan segera mereka mengetahui bahwa usaha Winnetou dan Shatterhand sudah
berhasil. Frank turun dari atas kudanya lalu berseru: "Amboi! Sekali lagi saya menyaksikan
keagungan kedua orang guru saya ini. Orang-orang kulit merah sudah pergi dan


Mustang Hitam Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peranakan ini kini sudah menumpang pada kita. Ke mana orang-orang Comanche pergi
dan bukankah orang ini sahabat kita orang Mestis?"
Dengan singkat Old Shatterhand menceriterakan apa yang sudah terjadi dan
bagaimana mereka berdua telah dapat menangkap Ik Senanda.
"Ya," kata Hobble-Frank. "Apabila ia hendak memiliki bedil-bedil ini, maka ia
harus menunggu sampai pemiliknya meninggal dan dalam pada itu ia harus berusaha
agar ia dapat diangkat sebagai anak piara oleh Anda. Tetapi oleh karena ia
sangat tergesa-gesa maka sebaiknya ia kita beri upah yang setimpal. Bukankah
begitu, Mr. Shatterhand?"
"Ia pasti akan mendapat hukumannya, Frank sahabatku. Tunggu sajalah."
"Ya, Anda selalu menyuruh kami menunggu apabila ada orang harus menerima
hukuman. Akhirnya Anda akan memberi ampun juga. Tetapi sekali ini saya mengusulkan agar
orang ini diadili seadil-adilnya. Barangsiapa mencuri senjata Old Shatterhand
dan Winnetou, dengan sengaja menimbulkan bahaya besar yang dapat mengancam jiwa
kedua orang agung itu. Hukuman yang adil ialah hukuman yang seberat-beratnya!"
Old Shatterhand berpaling kepada tawanannya lalu berkata: "Sebutkanlah namamu
yang sebenarnya." Mestis itu menjawab dalam bahasa Inggeris: "Adakah saya seorang Indian" Anda
tidak berhak memanggil saya dengan 'engkau'!"
"Kulitmu lebih daripada merah, martabatmu lebih rendah dari martabat orang kulit
merah. Setiap orang tahu bahwa orang peranakan mewarisi sifat-sifat yang buruk-buruk
saja dari kedua orang tuanya. Engkau adalah bukti yang paling baik."
"Anda boleh menghina saya sebanyak Anda sukai. Saya tawanan Anda dan oleh sebab
itu saya tidak dapat memberi perlawanan, akan tetapi dapat saya katakan kepada
Anda: barangsiapa memanggil saya dengan 'engkau' akan saya panggil juga dengan
'engkau'." "Dengarkanlah apa yang akan saya katakan kepadamu! Apabila engkau berani
memanggil saya dengan "engkau," maka engkau akan saya telanjangi dan akan saya
pukuli punggungmu dengan lasso sedemikian lamanya sampai kulitmu lebih merah
daripada kulit orang Indian.
Nah, katakanlah sekarang siapa namamu yang sebenarnya. Saya tidak biasa
mengulang pertanyaan saya."
Ik Senanda tahu bahwa Old Shatterhand tidak berolok-olok. Karena itu maka, tanpa
mempergunakan kata 'engkau', ia menjawab: "Nama saya yang sebenarnya telah Anda
ketahui. Nama saya ialah Yato Inda; ibu saya wanita Indian dari suku Apache-
Pinal." "Itu dusta. Anda ialah Ik Senanda, cucu Mustang Hitam."
"Buktikanlah!" "Dengan bersikap kurang ajar tak dapat engkau menutupi dustamu."
"Apa yang Anda sebut kurang ajar tiada lain daripada hak saya. Mengapa saya Anda
perlakukan sebagai musuh" Menurut undang-undang savanna Anda harus memberi
keterangan tentang sikap Anda yang ganjil itu. Atau adakah Old Shatterhand, yang
menyebut dirinya orang yang paling adil di antara orang-orang kulit putih, kini
sudah memihak kaum penyamun dan pembunuh?"
Demi Cas mendengar kata-kata itu maka dengan marah sekali ia berseru: "Akan saya
tamparkah anak kecil yang kurang ajar ini" Sikapnya lebih kurang ajar daripada
tempo hari pada ahli waris Timpe!"
Old Shatterhand memberi isyarat bahwa ia harus menutup mulutnya dan dengan
tenang sekali ia berpaling kepada tawanannya: "Tentu saja setiap orang terdakwa
mempunyai pelbagai hak, dan saya tidak akan menyangkal adanya hak-hak itu. Oleh
sebab itu maka kekurangajaranmu tidak akan saya indahkan, melainkan saya hendak
bertanya kepadamu dengan tegas: adakah engkau sebagai pandu dan penjaga
perkemahan Firewood bersikap jujur terhadap penghuninya?"
"Ya." "Tetapi mengapa engkau dengan sembunyi-sembunyi mengadakan hubungan dengan
orang-orang Comanche?" "Buktikanlah bahwa saya sudah berbuat begitu?"
"Pshaw! Mengapa engkau lari, demi engkau tahu bahwa kami sudah mendapatkan jejak
Mustang Hitam?" "Saya tidak lari."
"Apakah yang engkau perbuat?"
"Saya tidak melarikan diri karena takut, melainkan saya berlari dengan maksud
yang baik." "Kalau begitu ingin sekali saya mengetahui apa maksud yang baik
itu?" "Tiada tahukah Anda" Anda, yang menyebut diri Anda orang yang paling cerdik!
Saya pun ada melihat juga jejak-jejak yang mencurigakan itu; saya mendengar
perkataan Anda yang mengandung syak wasangka terhadap saya. Anda hanyalah tamu
belaka, Anda tidak mempunyai kewajiban suatu apa, akan tetapi saya wajib
melindungi para penghuni perkemahan. Itu tugas saya dan karena itulah saya
segera menaruh curiga demi saya melihat jejak orang-orang kulit merah itu."
"Itu baik sekali. Dalih itu benar-benar dapat saya terima sekiranya tidak segera
saya harus bertanya mengapa engkau segera balik kembali ke perkemahan untuk
mengintai apa yang kami perbuat di sana." "Saya tidak balik kembali. Siapakah
yang membohongi Anda."
"Engkau sendiri." "Saya" Bagaimana?"
"Oleh karena itu sudah kaukatakan sendiri." "Bilamana" Di mana?"
"Itu akan saya katakan nanti. Jadi engkau telah pergi menyelidiki gerak-gerik
orang-orang Comanche. Bagaimana engkau dapat mengerjakannya dalam gelap-gulita?"
"Orang yang mengemukakan pertanyaan serupa itu bukanlah seorang pemburu prairi!"
"Engkau gegabah sekali. Barangkali engkau menyangka bahwa engkau lebih cakap
daripada kami semua yang ada di sini. Saya akui kecakapanmu yang luar biasa itu
dan saya kagum bahwa engkau dapat mengikuti musuh dalam gelap-gulita, bahkan
bahwa engkau sudah dapat bercakap-cakap dengan musuh itu tanpa ditangkapnya atau
dibunuhnya." "Itu tak usah mengherankan, sebab dapat diterangkan dengan mudah sekali. Orang-
orang Comanche sedikit pun tidak mengetahui bahwa dari pihak ibu saya, saya
berasal dari musuh mereka, yaitu suku Apache-Pinal. Lagi pula secara lahir saya
selalu bersahabat dengan mereka dan mereka pun memandang saya sebagai
sahabatnya. Selalu saya disambutnya dengan rasa persahabatan."
"Baik! Akan tetapi terangkanlah dengan jalan bagaimana bedil-bedil kami jatuh ke
tangan Anda?" Pertanyaan itu agak membingungkan Mestis, akan tetapi untuk menyembunyikannya ia
segera menjawab: "Justru itulah hendaknya menjadi bukti bagi Anda bahwa saya
bersikap jujur dan sudi menolong Anda. Kemarin malam saya melihat senjata-
senjata Anda, yang ketika itu belum saya kenal. Hari ini senjata-senjata itu ada
saya lihat pada orang Comanche dan Mustang Hitam sudah membanggakan diri bahwa
ia dapat mencurinya. Agar saya dapat mengembalikan milik Anda kepada Anda, maka
bedil-bedil itu sudah saya curi kembali.
Mustang Hitam sudah pergi tanpa mengetahui bahwa bedil-bedil ini tidak ada lagi
padanya." "Kalau begitu maka saya harus mengakui bahwa perbuatan Anda itu adalah perbuatan
yang luar biasa. Orang lain tidak akan dapat mengerjakannya. Dengan demikian
maka terbuktilah bahwa engkau mempunyai kecakapan yang tak ada bandingannya,
sedang Mustang Hitam adalah seorang ketua suku yang lebih bodoh daripada seorang
kanak-kanak. Jadi engkau bermaksud mengembalikan bedil-bedil itu kepada kami?"
"Ya." "Kalau begitu maka masih harus kauterangkan juga apa sebabnya engkau hendak
melarikan diri demi engkau melihat kami?"
"Karena terkejut belaka, sebab saya tidak segera mengenali Anda kembali." "Tidak
mengenali" Bukankah engkau sudah menyebut nama kami?"
Peranakan Indian itu tiada dapat memberi jawab. Kini ia berbuat pura-pura marah
lalu berseru: "Jangan Anda bertanya tentang apa-apa yang tak dapat Anda pahami!
Jikalau orang mengira bahwa ia duduk dengan aman di tengah-tengah semak-belukar
dan sekonyong-konyong disergap oleh orang yang sedikit pun tidak disangkanya ada
di dekatnya, maka sudah sewajarnyalah bahwa ia menjadi gugup dan tidak dapat
bertindak dengan tenang. Apabila Anda tidak dapat memahaminya dengan otak Anda maka tidak adalah gunanya
saya membuang-buang waktu untuk menerangkannya!"
"Ya, jangan engkau membuang-buang waktu lagi, sebab setiap perkataanmu adalah
dusta belaka atau dalih yang menyatakan kebodohanmu. Rupa-rupanya engkau mengira
bahwa kami baru saja datang, akan tetapi itu salah. Kami sudah bersembunyi di
belakang semak-semak sebelum engkau datang. Sebelum itu kami telah mengintai
Mustang Hitam dan kami mendengar setiap perkataan yang kausampaikan kepada
nenekmu. Mustang Hitam menyebut engkau putra anaknya, ia menyerahkan bedil-bedil
kami kepadamu dan setelah Mustang Hitam pergi engkau membelai-belai dan
mengagumi milik kami. Bahkan engkau bermaksud hendak memilikinya sendiri, engkau
tak hendak mengembalikannya kepada ayah ibumu.
Engkau bermaksud hendak berlatih dengan bedil Henry saya, agar engkau lebih
pandai menembak daripada saya. Apakah yang hendak kaukatakan lagi, Ik Senanda"
Apa gunanya engkau mempergunakan dalih sebanyak itu" Masih percayakah engkau
bahwa engkau dapat menipu kami. Bukankah engkau sudah membuktikan bahwa engkau
pengecut, dengan tidak berani menyebutkan namamu yang sebenarnya. Kami sudah
biasa menghormati orang yang bersikap gagah berani. Sekiranya engkau dengan
terus terang menyebutkan namamu yang sebenarnya, maka engkau akan saya pandang
sebagai orang yang berani. Sekiranya engkau berterus terang saja bahwa engkau
bermaksud hendak menyerahkan para penghuni perkemahan Firewood kepada orang-
orang Comanche, maka betul engkau akan saya pandang sebagai musuh, akan tetapi
engkau akan saya perlakukan sebagai musuh yang terhormat. Tetapi sikapmu
berlainan sekali. Engkau seorang pengecut yang harus saya pandang lebih rendah
daripada seekor coyote. Kini engkau mengetahui bahwa kami tahu akan segala-
galanya. Maukah engkau sekarang mengaku bahwa engkau adalah Ik Senanda, cucu Mustang
Hitam?" Sesungguhnya bukanlah kebiasaan seorang pemburu prairi untuk menyia-nyiakan
sekian banyak perkataan terhadap seorang pengecut, akan tetapi memang Old
Shatterhand selalu berperikemanusiaan. Dengan kata-kata itu ia bermaksud hendak
membangkitkan rasa kehormatan diri pada orang Mestis itu, akan tetapi dalam hal
ini usahanya tidak berhasil. Peranakan Indian itu tidak mau meninggalkan
sikapnya yang tidak jujur, ia berkata: "Tadi sudah saya katakan bahwa saya bukan
Ik Senanda. Nama saya Yato Inda.
Dapatkah saya berbuat lain daripada berkata benar" Anda sudah memperoleh kembali
bedil-bedil Anda. Lepaskanlah saya!"
"Sabar, sabar, my boy! Oleh karena engkau tetap berbohong, maka justru karena
itu tak dapat kami melepaskan engkau. Engkau akan kami bawa ke nenekmu. Saya
ingin mengetahui adakah nenekmu pengecut juga, sehingga ia akan menyangkal bahwa
engkau cucunya." Pada saat itu mata Mestis itu berkilat-kilat dan ia pun bertanya: "Saya hendak
Anda hadapkan kepada Mustang Hitam?"
"Ya." "Cobalah kalau Anda dapat berbuat demikian."
"Tentu saja kami dapat, itu tak usah kauragu-ragukan! Akan tetapi caranya lain
sekali daripada yang engkau sangka. Jangan engkau salah perhitungan. Barangkali
engkau mengharapkan akan dibebaskan oleh Mustang Hitam, akan tetapi yakinlah
bahwa nenekmu akan kami tangkap juga."
Peranakan Indian itu kini membuat suatu kesalahan lagi dengan berseru dengan
marah: "Ia tidak akan berbuat begitu! Old Shatterhand maupun Winnetou tidak akan
dapat menangkap Mustang Hitam!"
"Ha, kini terbuka lagi kedokmu! Akan tetapi jangan engkau menjadi marah, kami
sudah dapat menangkap berkian-kian orang yang lebih cerdik dan lebih berani
daripada Mustang Hitam."
"Bagaimana Akan hendak menangkapnya" Anda tidak tahu ke mana ia pergi."
"Tadi sudah saya katakan bahwa kami telah mendengarkan percakapanmu dengan dia.
Ia kembali ke perkemahan Firewood."
"Dan Anda hendak menyusulnya?" "Ya."
"Anda hanya berenam saja. Tidakkah Anda melihat betapa besar pasukannya?"
"Pshaw! Kami bukan pengecut seperti engkau. Kami tidak bermaksud menghitung
jumlah prajurit-prajurit Comanche. Bagi kami sama saja adakah jumlah mereka
sepuluh atau seratus orang."
"Jangan Anda membual. Mereka itu ialah prajurit-prajurit Comanche Naiini,
prajurit-prajurit yang paling jantan. Sekalipun Anda tidak takut akan mereka dan
sekiranya Anda benar-benar berani menyusul mereka, maka Anda tiada akan dapat
menyusul, sebab kini mereka sudah jauh sekali dan sebelum Anda sampai ke
Firewood, maka perkemahan itu sudah hangus!"
"Nah, kini engkau menampakkan mukamu yang sebenarnya. Maka saya akan menampakkan
muka saya yang sebenarnya juga. Saya mau berterang-terang bahwa kami akan datang
lebih dahulu ke perkemahan Firewood daripada orang-orang Comanche."
"Mustahil!" "Itu dapat saya buktikan dengan mudah sekali." "Dapatkah kuda Anda terbang?"
"Ya, kami orang kulit putih mempunyai kuda yang dapat terbang."
Mendengar kata-kata itu Ik Senanda tertawa gelak-gelak. Old Shatterhand tidak
menjadi marah, melainkan ia meletakkan tangan kanannya ke atas bahu orang
peranakan itu sambil berkata dengan tertawa: "Engkau boleh tertawa, my boy!
Nanti akan datang saatnya engkau tidak dapat tertawa lagi. Lebih dahulu kita
akan meninggalkan tempat ini. Engkau akan lebih lekas berjumpa dengan nenekmu
daripada yang engkau sangka. Engkau akan saya ikat pada kudamu. Sebaliknya
jangan engkau melawan, sebab kami mempunyai cukup kuasa untuk memaksa engkau
mematuhi perintahku!"
Mestis itu tidak melawan. Ia yakin bahwa apabila ia hendak meloloskan diri, maka
itu hanya dapat dilakukannya dengan mempergunakan kecerdikan belaka. Ia yakin
bahwa ia sangat cerdik dan ia yakin pula bahwa enam orang belaka tidak akan
dapat berbuat apa-apa terhadap Mustang Hitam. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa ia
tidak akan lama menjadi tawanan.
Ik Senanda menduga bahwa kelompok Old Shatterhand akan mengikuti jejak orang-
orang Comanche. Demi ia melihat bahwa Winnetou dan Old Shatterhand mengambil
arah yang berlawanan, maka ia sangat heran. Ia tidak dapat menerka sebab apa
mereka itu mengambil jalan yang mengeliling, lebih-lebih oleh karena mereka
berjalan cepat-cepat, jadi rupa-rupanya sangat tergesa-gesa. Segera ia melihat
jalan kereta api, dan demi ia melihat pula bahwa orang-orang itu mengikuti jalan
kereta api itu, maka ia mulai menduga apa maksud mereka. Maka ia menjadi takut
sekali. Ketakutan itu tampak dengan nyata pada air mukanya. Hobble-Frank yang
melihat perubahan wajah Ik Senanda, segera berseru:
"Lihatlah muka peranakan itu. Rupa-rupanya ia mulai mengerti. Geli hati saya
melihat sikapnya sekarang. Begitu pulalah engkau, Droll?"
"Ya," jawab saudara sepupunya. "Rupa-rupanya kini ia mulai mengerti, kuda apa
yang dimaksud oleh Old Shatterhand tadi."
"Kuda mana?" "Kuda yang dapat terbang. Tidak adakah engkau mendengarnya?"
"Dengan jelas sekali! Yang dimaksud Mr. Shatterhand ialah lokomotif yang akan
segera membawa kita ke perkemahan Firewood. Bagaimana pendapatmu, kita akan
lebih dahulu sampai ke Firewood-camp daripada Mustang Hitam" Alangkah celakanya
sekiranya kita datang terlambat!"
"Ya, dalam hal itu maka teman-teman kita di Firewood akan binasa semuanya.
Tetapi saya percaya bahwa Old Shatterhand dan Winnetou sudah membuat perhitungan
yang tepat. Kita tidak usah merasa khawatir. Bukankah kita sekarang berjalan
seakan-akan kita dikejar oleh setan. Sudah lama sekali saya tidak berkuda
secepat ini." "Saya begitu juga, akan tetapi saya merasa senang. Bagi saya tidak ada rasa yang
semulia menunggang kuda seakan-akan terbang di atas padang rumput Amerika. Akan
tetapi bagi engkau rupa-rupanya perjalanan ini merupakan suatu hukuman."
"Hukuman" Bagi saya" Mengapa" Adakah engkau mengira bahwa saya tidak pandai
menunggang kuda?" "Bukan, bukan itu maksud saya. Tetapi penyakitmu, pulau Ischia masih saja
terbayang di muka mataku. Tentu engkau masih menderita sakit!"
"O, sama sekali tidak. Pulau itu sudah hilang, bahkan sedikit pun tidak
membekas. Saya tidak merasa sakit lagi, baik di pinggang saya maupun di kaki
saya." "Bagus, bagus benar! Asal saja tidak balik kembali dalam bagian badan yang lain!
Penyakit serupa itu biasanya jahat sekali, seringkah dengan diam-diam menyuruk-
nyuruk untuk masuk kembali, apabila orang lengah."
"Saya kira tidak begitu. Rasanya pulau itu sudah takut sekali kepada Winnetou
dan saya. Lagi pula, Bibi Droll belum pernah sakit dan apabila ia sudah sembuh, maka
penyakitnya pasti akan menghilang untuk selama-lamanya."
Sebagai pembaca maklum, ia disebut Bibi Droll oleh karena pakaiannya lebih
menyerupai pakaian wanita tua daripada pakaian pria. Ia sudah sedemikian biasa
dipanggil orang dengan sebutan itu, sehingga dia sendiri acapkali
mempergunakannya. Dari percakapan kedua orang bersaudara itu, dapatlah kita
mengambil kesimpulan bahwa kelompok Old Shatterhand berjalan seakan-akan mereka
mengadakan pacuan kuda. Hanya sekali-kali saja mereka berjalan perlahan-lahan


Mustang Hitam Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk memberi kesempatan kepada kudanya melepaskan lelah sedikit. Dengan
demikian maka perjalanan kembali itu ditempuhnya dalam waktu yang lebih singkat
daripada perjalanan mereka ke Alder-spring.
Ketika mereka sampai ke stasiun Rocky Ground maka orang pertama yang menyambut
mereka ialah Mr. Swan, insinyur yang tegap-perwira itu.
"Hallo!" serunya dari jauh. "Anda sudah balik kembali" Berhasilkah usaha Anda"
Orang-orang Comanche sudah Anda...?"
Sekonyong-konyong ia berhenti berbicara, karena ia melihat pandu Firewood
terikat pada kuda. Akan tetapi segera ia menyambung:
"AU devils! Betulkah itu Mr. Yato Inda, pandu perkemahan Firewood" Dan ia
terikat! Adakah ia tawanan Anda, Sir?"
"Ya," jawab Old Shatterhand. "Barangkali Anda mempunyai tempat di mana kita
dapat menyimpan dia tanpa ada risiko bahwa ia akan pergi berjalan-jalan."
"Ada, bahkan tempat yang baik sekali, Sir! Barangsiapa saya simpan di sana,
tidak akan dapat pergi berjalan-jalan. Baiklah saya tunjukkan tempat itu kepada
Anda!" Tempat yang dimaksudnya itu ialah sebuah sumur yang sedang dibuat. Walaupun
sumur itu agak dalam, namun belum ada airnya. Demi Mestis mendengar bahwa ia
akan dimasukkan ke sana, maka ia segera meraung-raung, akan tetapi tidak
dihiraukan orang. Insinyur berpaling kepada Old Shatterhand: "Orang yang sejahat
ini akan kita perlakukan dengan halus" Betul ia tawanan Anda, akan tetapi
kejahatannya tertuju pada kita semua.
Perkenankanlah saya memberi pelajaran kepadanya, Sir!"
"Silakan," jawab Old Shatterhand. "Ia sudah saya serahkan kepada Anda dan saya
tidak bermaksud untuk berurusan lebih lama lagi dengan dia. Rencananya tidak
ditujukannya kepada kami, melainkan kepada para pegawai kereta api. Tetapi
jagalah agar hari ini tak dapat ia menipu kita."
"Tentang itu jangan hendaknya Anda merasa khawatir, Mr. Shatterhand. Ia tidak
akan dapat meninggalkan sumur ini sebelum saya beri izin dengan tegas."
Kemudian ia memanggil beberapa orang anak-buahnya yang disuruhnya mengikat
tawanan itu. Kemudian Ik Senanda diturunkan orang ke dalam sumur. Oleh karena Mestis itu
menyepak-nyepak dan memberi perlawanan ketika ia diturunkan, maka ia pun ditarik
kembali ke atas, lalu badannya diikatkan kepada sebuah balok bantal kereta api,
lalu diturunkan kembali, setelah dipukuli beberapa kali. Sikap insinyur itu
tidak sehalus sikap Old Shatterhand.
II. KE GUA BIRIK Sementara menunggu kedatangan kelompok Old Shatterhand, insinyur setasiun Rocky
Ground sudah membuat persiapan seperlunya. Anak buahnya disuruhnya memeriksa dan
membersihkan bedil mereka masing-masing. Lagi pula ia sudah menyiapkan lokomotif
beserta beberapa buah gerbong, kalau-kalau nanti akan diperlukan untuk
mengangkut bala bantuan ke perkemahan Firewood.
Keenam orang pemburu prairi dijamu dengan makan siang yang berlebih-lebihan.
Kudanya diberi minum dan makan secukupnya. Sementara itu Old Shatterhand
menceriterakan kepada insinyur apa yang sudah dialaminya pagi itu.
"Hasil usaha Anda lebih baik daripada yang saya harap-harapkan," kata insinyur.
"Saya bergirang hati benar bahwa Anda sudah dapat menangkap peranakan Indian
itu. Siapa menyangka bahwa ia mempunyai maksud sejahat itu! Yakinkah Anda bahwa
orang-orang Comanche itu benar-benar pergi ke Firewood untuk menyerang
perkemahan rekan saya" Kalau Anda yakin benar, maka kami dapat memberi bantuan.
Senang sekali saya, bahwa kami pun akan mendapat peranan pula."
"Ya, saya memang mengharapkan bantuan Anda dan anak buah Anda," jawab Old
Shatterhand, "sebab insinyur rekan Anda tidak dapat saya andalkan benar."
"Itu benar, Sir! Betul ia rekan saya, sehingga saya tidak boleh memburukkan
namanya, akan tetapi memang saya tahu bahwa ia bukan seorang pahlawan. Apalagi
pegawai-pegawainya orang kulit kuning; apabila mereka melihat musuh datang,
tentu mereka akan lari tunggang-langgang. Pegawainya orang kulit putih jumlahnya
hanya sedikit sekali."
"Sayang sekali, sebab dalam keadaan yang sedang kita hadapi ini mereka tidak
berguna sama sekali bagi kita. Saya kira lebih baik urusan ini kita selesaikan
sendiri. Mereka tak perlu mengetahui apa yang kita rencanakan. Jangan-jangan
mereka hanya akan mengacau saja."
"Baik sekali! Jumlah kita lebih daripada sembilan puluh orang, sehingga tak ada
alasan bagi kita untuk merasa takut menghadapi orang-orang kulit merah itu."
"Itu betul, bahkan saya yakin bahwa kita dapat menyelesaikan urusan ini tanpa
menumpahkan darah setitik pun, setidak-tidaknya pada pihak kita. Akan tetapi
bagaimana kita dapat pergi ke perkemahan Firewood dengan sembilan puluh orang
tanpa dapat diketahui oleh penghuni Firewood, kecuali apabila Anda boleh
menyuruh lokomotif berhenti sebelum sampai ke setasiun."
"Itu dapat, siapakah yang dapat menghalang-halangi saya berbuat begitu?"
"Baik, akan tetapi tiadakah Anda harus memberi kabar ke Firewood apabila kereta
api berangkat?" "Sesungguhnya begitu, akan tetapi sekali ini akan saya tinggalkan. Itu tidak
akan merupakan suatu bencana."
"Tahukah Anda tempat yang disebut Gua Birik, ke mana Mustang Hitam akan membawa
pasukannya?" "Tahu benar, Sir. Lembah itu terletak di belakang perkemahan di bawah sebuah
bukit. Dinding bukit itu sangat terjal dan untuk turun ke sana orang hanya dapat
mempergunakan sebuah jalan yang sempit, yang melalui sebuah pohon Birik yang
sudah tua sekali. Karena pohon itulah maka lembah itu disebut Gua Birik."
"Hra! Kalau begitu Mustang Hitam tidak cerdik, membawa pasukannya ke sana."
"Tidak cerdik" Sebaliknya! Di seluruh daerah itu tidak ada tempat persembunyian
yang lebih baik dari gua tersebut dan Mustang Hitam niscaya tiada menduga bahwa
rencananya sudah kita ketahui. Pada pendapat saya pilihannya itu baik sekali."
"Pada pendapat saya tidak. Dapatkah orang merangkak ke atas dari lembah
tersebut?" "Hanya pada satu tempat saja, lagi pula hanya dapat dikerjakan pada siang hari."
"Dapatkah orang dari luar merangkak sampai ke batas lembah itu?"
Insinyur segera mengangkat kepalanya lalu memandang Old Shatterhand serta
menjawab: "O, Sir, saya kira kini saya dapat menerka apa yang Anda rencanakan."
"Nah, katakanlah!"
"Anda hendak menempatkan kita pada batas lembah dan apabila orang-orang kulit
merah sudah masuk ke dalamnya maka jalan masuk itu akan Anda tutup. Bukankah
begitu?" "Dan sekiranya benar begitu?"
"Maka rencana Anda boleh kita katakan sempurna. Orang-orang Indian itu akan
terjebak dan terkepung di dalam Gua Birik tanpa ada kemungkinan suatu pun untuk
meninggalkan tempatnya."
"Memang itulah rencana saya. Jadi anak buah Anda dapat naik ke atas sampai ke
pinggir lembah?" "Ya. akan tetapi dapatkah Mr. Winnetou menyetujui rencana
Anda?" Selama itu ketua suku Apache berdiam diri saja. Ia tidak suka berbicara banyak-
banyak, biasanya tugas itu diserahkannya kepada Old Shatterhand. Akan tetapi
oleh karena kini diminta pendapatnya maka ia menjawab: "Pikiran Old Shatterhand
dan Winnetou selalu sama. Rencana saudara saya orang kulit putih baik sekali dan
harus dilaksanakan seperti yang dikehendakinya. Howgh!"
"Bagus!" kata insinyur. "Saya setuju benar. Sebelum senja kita sudah akan sampai
di sana dan sebelum orang-orang Indian datang kita sudah akan berjaga di pinggir
lembah. Tidak perlukah kita membawa penerangan dalam gelap gulita itu?"
"Ya, itu perlu," jawab Old Shatterhand. "Alat-alat apa ada pada Anda, Mr. Swan"
Alat-alat itu harus kita bawa dari sini, tidak dapat kita mengambilnya dari
perkemahan Firewood, sebab orang-orang di sana tidak boleh mengetahui rencana
kita." "Semuanya beres, Mr. Shatterhand. Kita sering sekali mempergunakan suluh apabila
kita harus bekerja pada malam hari. Persediaan kita lebih daripada cukup. Lagi
pula kita mempunyai beberapa tahang minyak tanah."
"Tahang-tahang itu sukar sekali kita angkut, akan tetapi sesungguhnya baik
sekali apabila kita dapat menyalakan api tahang tepat pada jalan masuk ke dalam
gua. Melihat nyala api sebesar itu orang-orang Comanche niscaya tidak akan
berani pergi keluar."
"O, saya mempunyai akal juga. Kami mempunyai beberapa buah usungan yang dapat
kita pergunakan untuk mengangkut tahang-tahang itu."
"Baik, akan tetapi jangan Anda lupa bahwa kita tidak boleh membuat bising dan
tidak boleh meninggalkan jejak yang tampak terlalu jelas."
"Jangan cemas! Saya dapat mempercayai anak buah saya. Lain daripada itu dapat
pula saya membawa sumbu mesiu. Dapatkah itu Anda setujui?"
"Ya. Akan tetapi dapatkah semuanya itu Anda siapkan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya?" Insinyur segera bertindak dengan tegas dan dalam waktu setengah jam semuanya
sudah siap. Insinyur meninggalkan beberapa orang penjaga yang harus mengawasi
kuda dan Mestis yang tertawan di dalam sumur. Kemudian bekal mereka dimasukkan
ke dalam gerbong dan merekapun semuanya naik. Anak buah insinyur sangat beriang
gembira karena mereka akan mendapat kesempatan mengalami sesuatu petualangan
yang istimewa. Tempat di mana kereta api berhenti cukup jauh letaknya dari
perkemahan Firewood, sehingga mustahillah orang-orang di sana akan melihat
kereta api itu. Lagi pula lokomotif berhenti tepat pada suatu tikungan yang
tertutup oleh sebuah tanah batu, sehingga tidak kelihatan dari perkemahan. Dari
tempat ini dengan mudah sekali orang dapat mendaki sampai ke pinggir lembah,
apalagi hari masih siang. Lebih sukar daripada itu ialah cara bagaimana mereka
harus mengangkut tahang-tahang minyak tanah yang dibawa oleh insinyur. Mereka
tak boleh dilihat orang dan tidak boleh meninggalkan jejak; lagi pula bau minyak
tanah itu tidak boleh tercium oleh orang-orang Indian nanti.
Winnetou segera menawarkan jasanya. Jikalau dia yang akan memimpin pekerjaan itu
maka orang-orang yang lain boleh percaya bahwa segala-galanya akan berjalan
dengan beres. Maka tugas Old Shatterhand ialah memimpin orang-orang yang lain mendaki lereng
bukit sampai ke pinggir lembah. Di atas bukit itu terdapat pohon-pohonan yang
agak lebat, sehingga tiada sukarlah bagi mereka untuk mencari tempat
bersembunyi. Dengan rasa puas Old Shatterhand melihat bahwa dinding lembah itu
benar-benar terjal sekali. Apabila orang-orang Comanche nanti sudah masuk, maka
tak mungkin mereka dapat meloloskan diri.
Old Shatterhand segera membagi-bagi orangnya serta menetapkan tempat penjagaan
mereka masing-masing. Lain daripada itu dipesankannya agar mereka bersikap
tenang dan hati-hati, serta diberitahukannya kepada mereka pelbagai tanda dan
isyarat yang perlu diketahui oleh orang-orang itu apabila dalam gelap-gulita
mereka harus menjalankan sesuatu. Sesudah itu Old Shatterhand turun kembali,
lalu berjalan ke arah pintu masuk ke lembah di mana ia menjumpai Winnetou. Maka
ia berkata: "Saudara saya orang kulit merah berbaring dengan tenang sekali di
sini. Rupa-rupanya sudah selesai ia melakukan tugasnya."
"Ya, tugas saya sudah selesai," jawab ketua suku Apache.
"Orang-orang anak buah insinyur yang saya bawa adalah orang yang cakap. Tahang-
tahang minyak sudah kami sembunyikan tidak jauh dari tempat ini. Saudara saya
orang kulit putih harus memasang matanya baik-baik untuk dapat melihatnya."
"Di mana insinyur?" tanya Old Shatterhand.
"Di dalam semak-belukar di belakang ini, bersama-sama dengan para pengangkut
tahang. Jikalau selama saya tidak ada Anda hendak memberi perintah kepadanya, maka
dengan mudah sekali Anda dapat menemukan tempat persembunyiannya."
"Anda hendak pergi?"
"Ya, saudara saya tentu dapat menduga ke mana saya akan pergi."
"Tentu hendak menyongsong orang-orang Comanche, agar dapat memberitahukan nanti
apabila mereka datang." "Ya! Mereka tentu akan datang dengan hati-hati sekali;
jadi perlu kita mengetahui kedatangannya sedang mereka masih jauh."
"Itu benar, lebih-lebih oleh karena ketua sukunya nanti hendak pergi menyelidik
seorang diri ke perkemahan. Ia akan menjadi sasaran kita yang pertama."
"Winnetou ada membawa tali pengikat dari Rocky Ground. Kini saya akan pergi,
sebab sebentar lagi hari akan gelap. Old Shatterhand hendaknya menunggu
kedatangan saya di sini."
Sebentar kemudian Winnetou sudah menghilang di antara pohon-pohonan. Maka kini
Old Shatterhand berbaring; tak ada lagi yang dapat dikerjakannya daripada
menunggu dengan tenang. Sekeliling tempat itu sunyi senyap; hanya dari perkemahan kadang-kadang ada
kedengaran bunyi orang bekerja. Hari sudah mulai senja; sekitar pintu masuk ke
lembah itu sudah mulai gelap dan hanya mata Old Shatterhand yang terlatih itu
dapat membeda-bedakan benda-benda sekelilingnya. Kini dapat diharapkan orang-
orang Comanche akan datang; tentu mereka menunggu hari gelap untuk mendekati Gua
Birik. Dengan demikian maka mereka tidak akan dilihat oleh seorang penghuni
perkemahan yang secara kebetulan boleh jadi berkeliaran di dekat gua itu.
Akhirnya hari menjadi sedemikian gelapnya sehingga Old Shatterhand hanya dapat
melihat beberapa langkah saja jauhnya. Akan tetapi daya pendengarnya dapat
menggantikan daya penglihatannya. Tiba-tiba ia mendengar bunyi daun dikuak
orang. Beribu-ribu orang tidak akan dapat mendengarnya, akan tetapi bunyi itu
tidak luput daripada penangkapan telinga Old Shatterhand.
"Nah, itu Winnetou datang," katanya pada diri sendiri.
Betul! Ketua suku Apache dengan perlahan-lahan merangkak ke luar dari semak-
belukar seraya berkata dengan berbisik: "Mereka datang."
"Di mana kuda mereka ditinggalkan?" "Dibawanya ke mari."
"Semberono sekali! Apabila kuda meringkik atau mendengus, tentu bunyi itu dapat
didengar orang dengan jelas dalam keadaan sesunyi ini. Saya heran, mengapa
mereka tidak meninggalkan kudanya di luar."
"Orang-orang Comanche itu menyebut dirinya prajurit, tetapi sesungguhnya mereka
masih kanak-kanak. Anak-anak kita sudah mengerti bahwa membawa sekian banyak
kuda ke dalam lembah yang sempit ini adalah perbuatan yang sia-sia."
"Tetapi bagi kita menguntungkan sekali, sebab kuda mereka akan menambah
kegemparan yang akan kita timbulkan. Dengarlah! Itu sudah ada kuda mendengus."
Kemudian kedengaran dengan jelas kedatangan mereka; depak kuda bergema. Sesudah
itu kelihatan pula orang-orang Comanche yang pertama. Mereka berjalan secara
Indian, yaitu berurutan yang seorang di belakang yang lain. Sampai ke pintu
masuk lembah, mereka berhenti. Beberapa orang masuk ke dalam lembah untuk
menyelidiki adakah tempat itu aman. Tidak lama sesudah itu kedengaran beberapa
orang memberi perintah dengan perlahan-lahan. Maka seluruh pasukan itu masuklah
ke dalam lembah. Mereka berjalan perlahan-lahan sekali, sehingga baru seperempat
jam kemudian prajurit Comanche yang paling belakang melalui pintu masuk. Segera
Old Shatterhand dan Winnetou keluar dari persembunyiannya, lalu merangkak ke
pinggir lembah untuk mengintai. Belum ada lima menit mereka berbaring di sana,
maka mereka mendengar bunyi langkah beberapa orang.
Dengan segera mereka kembali ke tempat persembunyiannya. Maka tampaklah tiga
orang keluar dari lembah; seorang dari mereka ialah Tokvi Kava, ketua suku
Comanche, yang kini memberi perintah kepada kedua orang pengikutnya: "Kamu
tinggal di sini untuk menjaga tempat masuk ini. Setiap orang yang berani
mendekat, hendaknya segera kamu tikam. Prajurit-prajurit kita harus membuat
beberapa buah api unggun; walaupun api itu kecil sekali nyalanya, namun ada pula
kemungkinan bahwa cahayanya kelihatan dari jauh.
Saat untuk menyerang belum lagi tiba, sebab orang-orang kulit putih masih belum
lagi berkumpul untuk minum air-api. Sungguhpun begitu saya akan segera pergi
mengintai mereka. Apabila lama sekali saya tidak kembali, jangan hendaknya kamu
merasa cemas, sebab saya tidak akan balik sebelum tiba saatnya untuk menyergap
mereka. Howgh!" Sesudah itu maka ia pergi dengan sangat hati-hati. Tentu saja ia tidak mengira
bahwa gerak-geriknya diamat-amati orang. Sedikitpun tidak terpikir olehnya bahwa
Winnetou dan Old Shatterhand ada di dekatnya.
Inilah kesempatan yang baik sekali bagi Winnetou dan Old Shatterhand untuk
segera bertindak. Hari sedemikian gelapnya sehingga mereka hanya dapat melihat
paling banyak lima langkah jauhnya. Mereka harus mengikuti Tokvi Kava dari
belakang, tetapi tidak boleh terlalu jauh. Dalam pada itu mereka tidak boleh
pula membuat bunyi sedikitpun.
Apabila Tokvi Kava berhenti, maka merekapun berhenti juga serta membungkukkan
badannya. Jika orang Comanche itu berjalan lagi, maka mereka harus segera mengikutinya.
Cekatan sekali mereka berdua mengikuti lawannya; tidak ada bunyi sama sekali
kedengaran. Demikian mereka berjalan terus sampai akhirnya tiba pada suatu tempat, dari mana
mereka tidak akan dapat didengar oleh kedua orang penjaga tadi. Sementara itu
mereka sudah dekat pada perkemahan; mereka dapat melihat cahaya api yang
memancar dari barak kantin.
Kini tibalah saatnya untuk melaksanakan rencananya.


Mustang Hitam Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayo!" bisik Old Shatterhand kepada Winnetou.
"Uf!" jawab ketua suku Apache dengan berbisik juga.
Kemudian bersama-sama mereka melompat dua langkah. Tokvi Kava mendengar bunyi
langkah mereka, lalu menoleh, akan tetapi pada saat itu juga tinju Old
Shatterhand sudah mengenai pelipisnya sehingga ia rebah sebagai mayat. Dengan
segera Winnetou berlutut di sebelahnya untuk menyumbat mulut Tokvi Kava serta
mengikat tangan dan kakinya.
"Nah, ketua sukunya sudah kita kuasai. Sebentar lagi seluruh anak buahnya tentu
akan jatuh ke tangan kita juga. Biarlah ini saya dukung."
Maka diangkatnya ketua suku Comanche yang pingsan itu, lalu dibawanya kembali ke
arah lembah. Tentu saja mereka tidak menuju ke pintu masuk lembah, melainkan
agak membelok ke kiri, ke arah semak-belukar di mana insinyur dengan dua orang
pengikutnya bersembunyi. Betul insinyur itu orang yang cerdik dan bersikap hati-
hati, akan tetapi ia bukan seorang pemburu prairi; jadi mungkin juga ia akan
memekik atau berseru apabila dengan tiba-tiba melihat orang di dekatnya. Oleh
sebab itu maka Old Shatterhand dengan berbisik-bisik berseru: "Diam! Kita yang
datang. Jangan Anda membuat bunyi atau suara, Mr. Swan!"
"O, andakah itu, Mr. Shatterhand" Siapa yang Anda dukung itu?"
"Mustang Hitam," jawab Old Shatterhand sambil menurunkan bebannya.
"Ketua suku Comanche" Thunderstorm! Hanya Old Shatterhand dan Winnetou saja
dapat melakukan perbuatan sejantan itu! He, ia tidak bergerak. Sudah matikah
ia?" "Tidak, barangkali tinju saya terlalu keras jatuh ke atas kepalanya; ia sudah
pingsan." "Ah, tinju Anda yang masyhur, Sir! Akan kita apakan ketua suku ini?" "Kita
baringkan di tanah dan kita ikatkan pada pohon itu." "Akan tetapi jika ia sadar
kembali, niscaya ia akan berteriak!"
"Tidak mungkin, sebab mulutnya sudah disumbat dengan rumput. Ikatlah dia erat-
erat dan jagalah baik-baik. Kami harus pergi lagi." "Ke mana?"
"Mengambil dua orang kulit merah lagi yang kini sedang menjaga pintu masuk ke
lembah." Winnetou dan Old Shatterhand merebahkan diri lalu cepat-cepat merangkak ke
tempat di mana kedua orang penjaga ditinggalkan oleh Mustang Hitam. Kedua orang
Comanche itu sedang bercakap-cakap. Percakapan mereka sama sekali tidak penting.
Karena itu maka Old Shatterhand dan Winnetou tidak hendak membuang-buang waktu
mendengarkan percakapan mereka, melainkan dengan segera kedua orang penjaga itu
disergapnya dan dengan cepat sekali mereka berdua sudah tersumbat mulutnya dan
terikat kaki-tangannya. Ketika mereka kembali ke tempat insinyur dengan membawa dua orang tawanan itu,
maka insinyur berkata: "Sudah selesai Anda" Maafkanlah saya, Sir, tetapi saya
ingin bertanya adakah maksud Anda hendak berangsur-angsur menawan orang-orang
Comanche itu secara ini?"
"Tidak," jawab Old Shatterhand. "Prajurit-prajurit Comanche itu kini akan kita
tangkap sekaligus." "Sudah tibakah saatnya untuk itu?" "Ya."
"Alhamdulillah! Saya bukan seorang pemburu prairi dan karena itu tidak biasa
berbaring di rumput terlalu lama. Katakanlah apa yang sekarang harus saya
kerjakan." "Suruh bawalah sekarang tahang minyak tanah ke pintu masuk lembah serta
nyalakanlah dengan segera agar orang-orang Comanche dapat mengetahui bahwa
mereka telah terjebak."
"Itu akan segera kami kerjakan, setelah kedua orang Indian ini kami ikat erat-
erat." Sesudah itu maka bersama-sama dengan pengikutnya insinyur menggulung-gulungkan
tahang minyak ke arah pintu masuk. Tahang itu segera ditegakkan dan dengan
sebuah paku yang dibawanya insinyur membuat lubang pada tutup sebelah atas. Maka
dimasukkannyalah ke dalam lubang itu tali sumbu yang berisi mesiu dan dari jarak
yang agak jauh sumbu itu dinyalakan. Beberapa saat kemudian kedengaranlah bunyi
letusan; tutup tahang minyak itu pecah, isinya mengalir ke tanah serta menyala
menjadi sebuah api yang besar sekali.
Nyala api itu mengisi seluruh pintu masuk ke lembah dan berkat cahaya api itu
maka seluruh isi lembah kelihatan dengan jelas sekali. Pembaca niscaya dapat
membayangkan betapa terkejutnya orang-orang Comanche mendengar bunyi letusan
yang hebat tadi. Mereka segera bangkit, berlari-larian kian ke mari serta
meraung-raung. Mereka tidak mengerti apa arti nyala api yang besar itu. Kemudian
mereka berlari-lari ke arah api, sebab mereka tahu bahwa di sanalah letak tempat
satu-satunya dari mana mereka dapat meninggalkan lembah. Dalam pada itu Old
Shatterhand melepaskan beberapa tembakan, akan tetapi dengan sengaja tidak
diarahkan kepada orang. Dengan demikian maka tahulah orang-orang Comanche
sekarang bahwa mereka sudah terkepung. Betapa kecewanya, demi mereka melihat
bahwa seluruh pintu masuk itu telah tertutup oleh api.
Maka kini orang-orang Indian itu berlari-lari kembali ke sebelah belakang lembah
dan dari sana mereka melihat ke atas. Apa yang dilihatnya menambah kegemparan
mereka, sebab Old Shatterhand telah memberi perintah kepada orang-orangnya
supaya menyalakan suluh, segera setelah tahang minyak tanah dinyalakan. Perintah
itu kini sudah dipenuhi. Orang-orang Indian melihat di atasnya api menyala-nyala
pada segala pihak. Dalam pada itu orang-orang kulit putih berseru-seru dari
atas: "Horee! Horee! Kembang api kita sudah terpasang!"
Di antara sorak-sorai yang bersimpang-siur itu kedengaran suara Hobble-Frank.
"Hai, Droll! Di mana engkau" Ayo, engkau harus membuat bising agar kuda di bawah
itu menjadi gempar. Makin bingung mereka makin baik. Barangkali bedebah-bedebah
itu akan mati semuanya diinjak-injak oleh kudanya. Sayang kita tidak boleh
menembak, akan tetapi kita masih dapat melempari mereka dengan batu. Ayo marilah
kita mulai!" Untung sekali bagi orang-orang Comanche, tanah batu-batuan itu keras sekali.
Sekiranya di sana ada bongkah-bongkah tanah atau batu, niscaya celaka sekali
nasib mereka. Walaupun begitu di sana-sini masih ada juga satu-dua buah batu yang dilemparkan
oleh orang-orang kulit putih ke arah orang-orang Indian. Benar, kuda mereka
menjadi bingung, lalu berlari-larian kian ke mari, menambah kegemparan yang
sudah hebat itu. III. TOKVI KAVA MATI KUTUNYA Sejak tahang minyak dinyalakan, kira-kira sudah ada lima menit lewat; kuda
orang-orang Indian sudah menjadi takut sekali dan keadaan di lembah sudah
menjadi kacau balau. Kegaduhan mereka terdengar juga oleh para penghuni perkemahan Firewood, yang
tiada dapat memahami arti huru-hara dalam gelap-gulita malam itu. Mereka
berlari-lari pergi ke Gua Birik. Mr. Leveret, insinyur mereka datang lebih
dahulu. Betapa tercengangnya ketika ia melihat Old Shatterhand dan Winnetou dan
rekannya dari setasiun Rocky Ground.
"He, tuan-tuan, Anda ada di sini?" tanyanya dengan gugup. "Api apa yang sedang
berkobar-kobar dengan nyala yang sebesar itu! Apakah artinya?"
"Artinya ialah bahwa kami hendak membuat satai dari daging orang-orang kulit
merah, Mr. Leveret," jawab Swan.
"Orang-orang kulit merah yang mana, Sir."
"Orang-orang Comanche yang hendak menyerang dan membunuh Anda semuanya?"
"Astaga! Serangan itu akan dilakukannya hari ini juga?"
"Ya, hari ini juga. Akan tetapi kini mereka sudah terjebak di dalam lembah dan
sudah terkepung oleh pekerja-pekerja saya. Karena api itu mereka tidak dapat
lolos." "Bagaimana mereka sampai turun ke dalam lembah dan bagaimana Anda beserta anak
buah Anda sampai datang ke mari, Mr. Swan?"
"Itu mudah sekali. Orang-orang Comanche itu datang ke mari dengan berkuda dan
kami datang dengan kereta api istimewa."
"Dan saya... saya... tidak Anda beritahu!" kata Mr. Leveret dengan gugup.
"Mengapa Anda tidak memberi kabar?"
"Karena tidak sempat."
"Bukankah Anda dapat mengetuk kawat?"
"Itu tidak saya lakukan oleh karena saya mengira bahwa tanpa bantuan Anda dapat
juga kami menggagalkan rencana orang-orang Comanche. Lagi pula kami harus
memburu waktu." "Ya, itu dapat saya pahami, Sir! Tetapi saya kira kini Anda memerlukan
pertolongan kami." "Tidak, jumlah kami sudah cukup. Apabila Anda hendak menyaksikan penyelesaian
urusan ini, maka Anda boleh tinggal di sini dengan tenang, akan tetapi jagalah
jangan Anda mengacau usaha kami."
"Jangan khawatir. Jikalau Anda sudah dapat menjebak orang-orang kulit merah ini
di dalam perangkap yang tertutup rapat-rapat itu, maka saya tidak hendak
menyaingi Anda untuk menjadi masyhur."
"O, kehormatan bukanlah ada pada pihak saya, melainkan pada Winnetou dan Old
Shatterhand. Jikalau Anda hendak ikut pula memperoleh kehormatan, artinya hendak
ikut berkelahi, maka hendaknya Anda berhubungan dengan mereka berdua."
"Terimakasih! Saya seorang insinyur, bukan seorang pemburu atau seorang pembunuh
Indian. Apa gunanya saya akan membunuh orang, walaupun orang kulit merah, kalau
mereka hingga kini tidak berbuat jahat terhadap saya. Hanya belum hilang
terkejut saya!" "Jangan Anda lupa bahwa sebenarnya Anda yang menjadi sasaran orang-orang
Comanche itu. Jadi sesungguhnya Anda harus ikut berkelahi juga."
"Ya, sesungguhnya begitu. Dan saya bersedia memberikan bantuan saya sekiranya
diperlukan. Akan tetapi oleh karena tuan-tuan yang terkenal kejantanannya itu
ada di sini, apalagi dibantu oleh para pekerja Anda, maka saya kira bantuan kami
tidak diperlukan. Tetapi saya akan berunding juga dengan anak buah saya;
barangsiapa ingin ikut berkelahi, akan saya beri izin, akan tetapi saya sendiri
tidak akan mencampuri urusan ini."
"Sebenarnya kami tidak memerlukan bantuan anak buah Anda dan pekerja-pekerja
Anda orang kulit kuning sama sekali tidak perlu datang ke mari."
"Baik, Sir. Mereka akan segera saya beritahu dan akan saya beri perintah agar
jangan mengganggu Anda."
Sebenarnya Mr. Leveret bergirang hati sekali bahwa ia tidak diperlukan. Kemarin
asyik sekali ia mendengarkan kisah-kisah pengalaman Old Shatterhand dan
Winnetou, sehingga orang dapat menduga bahwa ia orang yang berani juga, akan
tetapi kini justru kebalikannya yang terbukti. Memang dalam kehidupan sehari-
hari acapkali kita jumpai orang yang gemar sekali mendengarkan ceritera-ceritera
pahlawan, akan tetapi ia sendiri sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat
kejantanan. Mr. Swan memandang rekannya dengan sikap acuh tak acuh, lalu
berbisik ke telinga Old Shatterhand: "Nah, tepat seperti yang saya katakan
kemarin. Rekan saya itu bukan seorang pahlawan. Orang-orang seperti dia
hendaknya kita jauhkan sejauh-jauhnya, apabila kita menghadapi bahaya. He, apa
itu?" Mr. Swan melihat orang-orang Tionghoa datang berduyun-duyun dari pihak
perkemahan. Mereka berteriak-teriak dan berlari-lari ke arah lembah. Dalam pada itu mereka
memotong ranting pohon serta memungut batu. Rupa-rupanya mereka hendak menyerang
orang-orang Indian. Untung Old Shatterhand mengerti bahasa Tionghoa dan segera
memahami maksud mereka. Orang-orang Tionghoa itu menjadi marah sekali demi
mereka mendengar bahwa orang-orang Comanche hari ini hendak menyerang mereka dan
hendak mengambil scalpnya.
Sekiranya mereka harus berhadapan dengan musuh secara terbuka, maka niscaya
mereka akan lari cerai-berai. Akan tetapi oleh karena musuh itu tidak berdaya,
maka mereka menjadi berani dan hendak menyerang dari tempat jauh.
Demi Old Shatterhand melihat bahaya yang mengancam orang-orang kulit merah itu,
maka segera ia berbisik kepada Winnetou: "Saudara saya hendaknya lekas-lekas
mengikuti saya." "Orang-orang kulit kuning ini tentu akan segera lari, demi mereka kita hadapi,"
jawab Winnetou yang segera memahami arti kata-kata sahabatnya.
Old Shatterhand dan Winnetou segera mendaki dinding lembah dan dalam sekejap
mata saja mereka sudah dapat menyusul orang-orang Tionghoa itu. Insinyur Swan
dan anak buahnya tinggal di bawah, di dekat tahang minyak yang
sedang menyala. Ia berkata kepada anak buahnya: "Orang-orang kulit kuning hendak
menyerang orang-orang kulit merah dan kedua orang pemburu ini hendak
menggagalkan maksud mereka."
"Mana boleh, dua orang melawan gerombolan yang sekian banyak jumlahnya," sahut
salah seorang pekerja. "Orang-orang Tionghoa itu jumlahnya kira-kira enampuluh
Iblis Pemanggil Roh 2 Pedang Siluman Darah 16 Cinta Memendam Dendam Kubur Berkubah 2
^