Pencarian

Omerta 6

Omerta Karya Mario Puzo Bagian 6


kata Nicole. "Astorre, kurasa aku masih benar-benar
mencintaimu." 342 OMERTA - Mario Puzo "Kita tidak bisa kembali ke masa kita masih kecil
dulu," kata Astorre lembut. "Aku bukan orang yang sama, dan kau juga bukan. Kau
hanya berharap kita kembali
menjadi anak-anak lagi."
Mereka berbaring sambil tetap berpelukan. Lalu
Astorre berkata dengan suara mengantuk, "Menurutmu
apa benar yang mereka katakan bahwa sang Don
membunuh ayahku?" Keesokan harinya Astorre terbang ke Chicago bersama Mr. Pryor dan berkonsultasi
dengan Benito Craxxi. Ia menyampaikan seluruh kejadian hingga saat itu, lalu
bertanya,?"Apa benar Don Aprile membunuh ayahku?"
Craxxi tidak mengacuhkan pertanyaan tersebut dan
bertanya pada Astorre, "Apa kau turut berperan dalam penyerangan terhadap
keluarga Cilke?" "Tidak," jawab Astorre berbohong. Ia berbohong
karena tidak ingin orang lain mengetahui sejauh mana kelicinannya. Dan ia tahu
mereka tidak akan menyetujui tindakannya.
"Sekalipun begitu, kau menyelamatkan mereka,"
kata Don Craxxi. "Kenapa?"
Sekali lagi Astorre harus berbohong. Ia tidak
mungkin membiarkan para sekutunya tahu bahwa la
ternyata begitu sentimental, bahwa ia tidak tahan
mengetahui istri dan putri Cilke akan dibunuh.
"Kau berhasil," kata Craxxi.
Astorre berkata, "Kau belum menjawab
pertanyaanku." "Karena jawabannya rumit," kata Craxxi. "Kau putra
seorang pemimpin Mafia besar di Sisilia. Kau baru saja 343
OMERTA - Mario Puzo dilahirkan, sementara ayahmu sudah berusia delapan
puluh tahun. Ayahmu ketua cosca yang sangat kuat.
Ibumu masih sangat muda sewaktu meninggal karena
melahirkan dirimu. Don tua tengah sekarat, dan dia
memanggil diriku, Don Aprile, dan Bianco. Seluruh cosca-
nya akan runtuh saat dia meninggal, dan dia khawatir akan masa depanmu. Dia
meminta kami berjanji untuk
membawamu ke Amerika. Di sana, karena istri Don Aprile sedang sekarat dan sang
Don ingin agar kau tidak lagi menderita, dia menitipkan dirimu pada keluarga
Viola; tindakan ini ternyata merupakan kesalahan. Ayah
angkatmu ternyata seorang pengkhianat dan harus
dieksekusi. Don Aprile membawamu ke rumahnya begitu
masalah itu selesai. Sang Don memiliki selera humor yang aneh, jadi dia mengatur
agar kematian ayah angkatmu
dianggap sebagai bunuh diri di bagasi mobil. Lalu, saat kau bertambah besar, kau
menunjukkan semua sifat-sifat ayahmu yang sebenarnya, Don Zeno yang agung. Jadi.
Don Aprile memutuskan untuk menjadikan dirimu
pelindung keluarganya. Karena itu dia mengirimmu ke
Sisilia untuk dilatih."
Astorre tidak benar-benar terkejut. Samar-samar ia
ingat akan seorang pria yang sangat tua dan arak-arakan ke pemakaman.
"Ya," kata Astorre perlahan-lahan, "dan aku
sekarang terlatih. Aku tahu bagaimana menghadapi
serangan. Sekalipun begitu, Portella dan Tulippa
terlindungi dengan baik. Dan aku harus memikirkan
Grazziella. Satu-satunya yang bisa ku bunuh hanyalah si konsul jenderal,
Marriano Rubio. Sementara itu, Cilke terus memburuku. Aku bahkan tidak tahu
harus mulai dari mana."
"Kau tidak boleh menyerang Cilke," kata Don Craxxi.
"Ya," kata Mr. Pryor. "Itu bencana."
344 OMERTA - Mario Puzo Astorre tersenyum meyakinkan mereka. "Setuju,"
katanya. "Ada berita bagus," kata Craxxi padanya.
"Grazziella, di Corleone, sudah meminta Bianco di Palermo untuk mengatur
pertemuan denganmu. Bianco akan
mengirim kabar dalam sebulan. Dia mungkin kunci dari persoalanmu."
Tulippa, Portella, dan Rubio, bertemu di rung konferensi konsulat Peru. Di
Sisilia, Michael Grazziella menyampaikan penyesalan paling mendalam karena tidak
bisa menghadirinya. Inzio membuka pertemuan tanpa pesona Amerika
Selatan-nya yang biasa. Ia tidak sabar. "Kita harus segera menjawab pertanyaan:
Apa kita akan mendapatkan
banknya atau tidak" Aku sudah menanamkan jutaan
dolar, dan aku sangat kecewa dengan hasilnya."
"Astorre itu seperti hantu," kata Portella. "Kita tidak bisa mengatasinya. Dia
tidak mau menerima uang lagi.
Kita harus membunuhnya. Sesudah itu yang lain pasti
mau menjual." Inzio berpaling pada Rubio, "Kau yakin kekasih
kecilmu itu akan setuju?"
"Akan ku bujuk dia," kata Rubio.
"Dan kedua kakaknya?" tanya Inzio.
"Mereka tidak berminat untuk balas dendam," kata
Rubio. "Nicole sudah meyakinkanku."
"Hanya ada satu cara," kata Portella. "Culik Nicole, lalu pancing Astorre untuk
keluar menolongnya."
Rubio memprotes, "Kenapa bukan salah satu
kakaknya saja?" 345 OMERTA - Mario Puzo "Karena sekarang Marcantonio dijaga ketat," kata
Portella. "Dan kita tidak bisa mencoba-coba dengan
Valerius, karena intelijen militer akan memburu kita, dan mereka kelompok yang
buas." Tulippa berpaling pada Rubio. "Aku tidak mau
mendengar omong kosong lagi darimu. Kenapa kita harus mempertaruhkan miliaran
dolar dengan bersikap lunak
terhadap kekasihmu?"
"Karena kita sudah pernah mencobanya sebelum
ini," kata Rubio. "Dan ingat, dia membawa pengawal." Ia bersikap sangat hati-
hati. Kalau sampai Tulippa marah padanya, is akan menghadapi bencana.
"Pengawalnya bukan masalah," kata Portella.
"Well, aku setuju saja selama Nicole tidak disakiti,"
kata Rubio. Marriano Rubio menyiapkan jebakan dengan
mengundang Nicole ke pesta dansa tahunan konsulat
Peru. Pada sore hari sebelum pesta dansa, Astorre
mengunjungi Nicole untuk memberitahukan bahwa ia
akan pergi ke Sisilia sebentar. Sementara Nicole mandi dan berpakaian. Astorre
mengambil gitar yang disimpang Nicole untuknya dan melantunkan lagu cinta Italia
dengan suaranya yang serak tapi menyenangkan.
Sewaktu Nicole keluar dari kamar mandi, ia
telanjang bulat. Mantel mandi putihnya tersampir di
lengan. Astorre hampir-hampir lupa daratan karena
kecantikannya, yang tersembunyi di balik pakaian sehari-harinya. Sewaktu Nicole
tiba di depannya, Astorre meraih mantel mandinya dan mengenakannya pada Nicole.
Nicole masuk ke dalam pelukan dan mendesah. "Kau
tidak mencintaiku lagi."
346 OMERTA - Mario Puzo "Kau tidak tahu siapa diriku yang sesungguhnya,"
kata Astorre sambil tertawa. "Kita bukan anak-anak lagi."
"Tapi aku tahu kau orang yang baik," kata Nicole.
"Kau sudah menyelamatkan Cilke dan keluarganva. Siapa informanmu?"
Astorre kembali tertawa. "Bukan urusanmu." Lalu ia
pindah ke kamar duduk untuk menghindari pertanyaan
lebih jauh. Malam itu Nicole menghadiri pesta dansa dengan ditemani Helene, yang lebih
menikmati acaranya daripada Nicole sendiri. Nicole memahami bahwa Rubio, sebagai
tuan rumah, tidak bisa memberikan perhatian khusus
padanya. Tapi Rubio telah menyiapkan sebuah limousine untuk malam ini.
Sesudah pesta, limousine tersebut membawa Nicole ke depan apartemennya. Helene
turun terlebih dulu. Tapi, sebelum mereka sempat masuk ke gedung apartemen
Nicole, empat pria muncul mengepung mereka. Helene
membungkuk untuk meraih pistol di pergelangan kakinya, tapi terlambat. Salah
seorang pengepungnya menembak
kepalanya. Darah menghambur bagai rekahan bunga di
puncak kepalanya. Pada saat itu sekelompok pria lain keluar dari balik bayang-bayang. Tiga
penyerang Nicole melarikan diri.
Dan Astorre, yang dengan diam-diam telah
mengikuti Nicole ke pesta dansa, melindunginya di balik punggung. Penembak
Helene berhasil ditangkap dan
diambil senjatanya. "Bawa sepupuku pergi dari sini," kata Astorre pada
salah seorang anak buahnya. Ia mengacungkan pistol
pada si pembunuh dan menuntut, "OK, siapa yang
347 OMERTA - Mario Puzo menyuruhmu?" Pembunuh tersebut tidak tampak takut. "Persetan,"
katanya. Nicole melihat ekspresi wajah Astorre berubah dingin sebelum ia menembak dada
pria tersebut. Astorre melangkah maju dan menyambar rambut pria tersebut
saat ia jatuh, lalu menembak sekali lagi ke kepalanya.
Pada saat itu Nicole bisa membayangkan bagaimana
ayahnya dulu. la muntah-muntah ke atas mayat Helene.
Astorre berpaling kepadanya sambil tersenyum menyesal.
Nicole tak mampu memandangnya.
Astorre mengajak Nicole naik ke apartemennya. Ia
memerintahkan apa yang harus dikatakan Nicole kepada polisi, bahwa ia jatuh
pingsan begitu Helene ditembak dan tidak melihat apa-apa. Sesudah Astorre
berlalu, Nicole menghubungi polisi.
Keesokan harinya, setelah mengatur pengawalan dua puluh empat jam untuk Nicole,
Astorre terbang ke Sisilia untuk bertemu dengan Grazziella dan Bianco di
Palermo. Ia mengikuti rute yang biasanya, pertama-tama terbang ke Mexico, lalu
menggunakan pesawat jet pribadi ke
Palermo, jadi tidak ada catatan perjalanannya.
Di Palermo ia ditemui Octavius Bianco, yang
sekarang tampil terawat begitu baik dan anggun, sesuai gaya Palermo, sehingga
sulit untuk mengingat sosoknya saat menjadi bandit kasar berjanggut. Bianco
senang bertemu dengan Astorre dan memeluk Astorre dengan
sayang. Merek menuju vila Bianco yang terletak di tepi pantai.
"Jadi, kau mendapat masalah di Amerika," kata
Bianco di halaman vila yang dihiasi patung-patung kaisar 348
OMERTA - Mario Puzo Roma Kuno. "Tapi aku ada berita bagus untukmu." Lalu ia mengubah pokok
pembicaraan dengan bertanya,
"Lukamu. Apa kau mendapat masalah karenanya?"
Astorre menyentuh kerah emasnya. "Tidak,"
katanya. "Cuma suaraku rusak untuk menyanyi. Sekarang aku bukan penyanyi tenor,
tapi serak." "Lebih baik penyanyi bariton daripada soprano," kata Bianco sambil tertawa.
"Italia sudah punya terlalu banyak penyanyi tenor. Kurang satu tidak ada
pengaruhnya. Kau seorang Mafioso sejati, dan itu yang kita perlukan."
Astorre tersenyum dan mulai teringat saat ia
berenang bertahun-tahun yang lalu. Sekarang, bukannya merasa sakit karena
dikhianati, ia hanya teringat
bagaimana perasaannya sewaktu terjaga. Ia menyentuh
medalion di tenggorokannya dan berkata, "Kabar bagus apa?"
"Aku sudah berdamai dengan Corleonesi dan
Grazziella," kata Bianco. "Dia tidak pernah terlibat dalam pembunuhan Don
Aprile. Dia masuk ke dalam sindikat
sesudah kejadian itu. Tapi sekarang dia merasa tidak puas dengan Portella dan
Tulippa. Dia merasa mereka terlalu kasar dan tergesa-gesa. Dia tidak setuju
dengan usaha pembunuhan terhadap federal itu. Dan dia juga sangat menghormatimu.
Dia tahu tentang dirimu sewaktu
kau masih bekerja padaku. Dia menganggapmu orang yang
sulit sekali dibunuh. Sekarang dia ingin menghapus semua balas dendam masa lalu
dan membantumu." Astorre merasa lega. Tugasnya akan lebih mudah
kalau ia tidak perlu memikirkan Grazziella.
"Besok temui kami di vila," kata Bianco.
"Sampai sebesar itu kepercayaannya padamu?"
tanya Astorre. 349 OMERTA - Mario Puzo "Tidak bisa tidak," kata Bianco. "Karena tanpa
kehadiranku di Palermo ini dia tidak bisa memerintah Sisilia. Dan kami sekarang
sudah lebih beradab dibanding pada saat kedatanganmu kemari dulu."
Keesokan sorenya Michael Grazziella tiba di vila, dan Astorre mencatat bahwa
orang itu mengenakan pakaian
bergaya politisi Roma yang sangat terhormat - setelan
gelap, kemeja putih, dan dasi hitam. Ia ditemani oleh dua pengawal yang
mengenakan pakaian dengan gaya yang
sama. Grazziella seorang pria kecil, sopan, dengan suara sangat lembut - kau tidak
akan pernah menduga bahwa ia bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap hakim-
hakim agung anti-Mafia. Ia mencengkeram tangan Astorre dan berkata, "Aku kemari
untuk membantumu sebagai tanda penghormatanku yang mendalam pada teman kita
Bianco. Tolong lupakan masa lalu. Kita harus mulai lagi."
"Terima kasih," kata Astorre. "Aku merasa
tersanjung." Grazziella memberi isyarat kepada para
pengawalnya, dan mereka berjalan-jalan di pantai.
"Michael," kata Bianco. "Bagaimana caramu
membantu?" Grazziella berkata," Portella dan Tulippa terlalu
ceroboh untuk seleraku. Dan Marriano Rubio terlalu tidak jujur. Sedangkan kau
menurutku sangat pandai dan
memenuhi syarat. Selain itu, Nello itu keponakanku, dan aku tahu kau
mengampuninya, bukan perkara kecil. Jadi, itulah motifku."
Astorre mengangguk. Di balik tubuh Grazziella ia
melihat gelombang hijau kehitaman laut Sisilia. Air laut menumpulkan pantulan
matahari maut Sisilia. Tiba-tiba ia 350
OMERTA - Mario Puzo merasa sendu, dan sedih karena tahu la harus pergi.
Semua ini terasa lebih akrab baginya dibandingkan


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Amerika. Ia sangat merindukan jalan-jalan Palermo,
suara-suara Italia, lidahnya sendiri mengucapkan bahasa yang terasa lebih alami
daripada bahasa Inggris. Ia
mengalihkan perhatiannya kembali pada Grazziella. "Jadi, apa yang bisa kau
beritahukan padaku?"
"Sindikat ingin agar aku menemui mereka di
Amerika," kata Grazziella. "Aku bisa memberitahukan
tempat dan pengamanannya. Kalau kau mengambil
tindakan drastis, aku bisa memberimu perlindungan di Sisilia. Dan kalau mereka
mencoba mengekstradisimu,
aku punya teman-teman di Roma yang bisa menghentikan prosesnya."
"Kau punya kekuasaan sebesar itu?" tanya Astorre.
"Tentu saja," kata Grazziella sambil mengangkat
bahu sedikit. "Kalau tidak, bagaimana kami bisa ada" Tapi kau tidak boleh
tergesa-gesa." Astorre tahu bahwa yang dimaksud Grazziella adalah
Cilke. la tersenyum pada Grazziella. "Aku tidak pernah melakukan apa pun dengan
tergesa-gesa." Grazziella tersenyum sopan dan berkata, "Musuhmu
adalah musuhku, dan ku baktikan diriku untuk tujuanmu."
"Kuanggap kau tidak akan hadir dalam pertemuan
itu," kata Astorre. Grazziella kembali tersenyum padanya. "Pada saat
terakhir, aku akan terlambat, aku tidak bisa hadir."
"Kapan pertemuan ini dilangsungkan?" tanya
Astorre. "Dalam sebulan ini," kata Grazziella.
351 OMERTA - Mario Puzo Sesudah Grazziella pergi, Astorre berkata pada Bianco,
"Katakan yang sejujurnya, kenapa dia berbuat begini?"
Bianco tersenyum menghargai. "Betapa mudahnya
kau memahami Sisilia. Semua alasan yang diberikannya memang sah. Tapi ada motif
utama yang tidak disebutkannya." Ia ragu-ragu. "Tulippa dan Portella sudah menipu bagiannya yang
sebenarnya dari uang obat bius, dan tidak lama lagi dia harus berperang dengan
mereka. Dia tidak akan pernah bisa mentoleransi tindakan seperti itu. Dia memandang
tinggi dirimu, dan sangat sempurna kalau kau menyapu habis musuh-musuhnya dan
menjadi sekutunya. Dia sangat pandai, Grazziella itu."
Malam itu Astorre berjalan-jalan sepanjang pantai
dan memikirkan tindakan yang harus diambilnya.
Akhirnya peperangan hampir selesai.
Mr. Pryor tidak khawatir untuk mengendalikan bank-bank Aprile dan ia
mempertahankan bank-bank itu dari pihak berwenang. Tapi sewaktu FBI membanjiri
New York setelah percobaan pembunuhan terhadap Cilke, ia jadi agak khawatir akan
apa yang mungkin mereka temukan.
Terutama setelah kunjungan Cilke.
Di masa mudanya Mr. Pryor merupakan salah satu
pembunuh bayaran Mafia Palermo yang paling berharga.
Tapi kemudian ia memilih cara yang lebih aman dan
terjun ke dunia perbankan, di mana pesona alaminya,
kecerdasan, dan koneksi kriminalnya memastikan
kesuksesannya. Pada intinya, ia menjadi bankir Mafia bagi dunia. Tidak lama
kemudian ia telah menjadi pakar dalam badai-badai tingkat pertukaran mata uang
dan penyimpanan uang gelap. Ia juga memiliki bakat untuk membeli bisnis-bisnis yang
sah dengan harga bagus. 352 OMERTA - Mario Puzo Akhirnya ia pindah ke Inggris karena keadilan sistem Inggris lebih bisa
melindungi kekayaannya daripada
penyuapan di Italia. Namun jangkauannya yang panjang masih
mencakup Palermo dan Amerika Serikat. Dan ia adalah
bankir utama cosca Bianco untuk usaha konstruksi yang mereka kuasai di Sisilia.
Ia juga merupakan penghubung antara bank-bank Aprile dan Eropa.
Sekarang, dengan adanya kegiatan kepolisian
tersebut, ia diingatkan oleh kemungkinan titik bahaya: Rosie. Rosie bisa saja
mengaitkan Astorre pada Sturzo bersaudara. Mr. Pryor juga tahu bahwa Astorre
memiliki kelemahan dan masih menyukai pesona Rosie. Hal ini
tidak menjadikannya kurang menghormati Astorre;
kelemahan seperti ini sudah umum pada pria. Dan Rosie benar-benar seorang gadis
Mafioso. Siapa yang bisa menahan diri terhadapnya.
Tapi, sekalipun mengagumi gadis tersebut, Mr.Pryor
merasa tidak bijaksana membiarkan gadis itu tetap hidup.
Jadi, ia memutuskan untuk mengambil bagian dalam
urusan ini, sebagaimana yang pernah dilakukannya di
London. la tahu bahwa ia tidak akan mendapat
persetujuan Astorre untuk tindakan seperti itu - ia tahu karakter Astorre dan
tidak meremehkan betapa berbahayanya bocah tersebut. Tapi Astorre orang yang bisa diajak bicara. Mr.
Pryor akan membujuknya mengenai kenyataan tersebut, dan Astorre akan mengerti niat baik di balik
perbuatannya. Tapi ia harus melakukannya. Jadi, Mr. Pryor
menghubungi Rosie suatu malam. Rosie gembira
mendapat kabar darinya, terutama setelah ia meyakinkan gadis itu bahwa ia
membawa kabar baik. Setelah menutup telepon, ia mendesah dengan penuh
penyesalan. 353 OMERTA - Mario Puzo la mengajak kedua keponakannya sebagai
pengemudi dan pengawal. Ia meninggalkan salah satunya dalam mobil di luar gedung
dan mengajak yang lain naik bersamanya ke apartemen Rosie.
Rosie menyambut mereka dengan berlari ke dalam
pelukan Mr. Pryor. Keponakan Mr. Pryor terkejut melihat ini dan segera
menyelipkan tangan ke balik jasnya.
Rosie telah menyiapkan kopi dan menyajikan
sepiring kue yang katanya diimpor secara khusus dari Naples. Rasanya lezat bagi
lidah Mr. Pryor, yang menganggap dirinya pakar dalam hal-hal seperti ini.
"Ah, kau benar-benar manis," kata Mr. Pryor.
Kepada keponakannya ia berkata, "Ini, cobalah satu." Tapi keponakannya telah
mengundurkan diri ke sudut ruangan dan duduk di kursi sambil mengawasi komedi
kecil yang tengah dimainkan pamannya.
Rosie mempermainkan topi Mr. Pryor yang
tergeletak di samping dan berkata dengan nada
menggoda, "Aku lebih suka topi bulat seperti itu."
"Ah," kata Mr. Pryor dengan rasa humor, "kalau
seseorang pindah ke negara lain, dia harus mengganti topinya. Dan, Rosie sayang,
aku kemari untuk meminta bantuanmu."
Ia melihat Rosie ragu-ragu sejenak sebelum
menepukkan tangan dengan gembira. "Oh, kau tahu aku
pasti mau," kata gadis itu. "Aku berutang budi padamu."
Mr. Pryor melunak oleh sikap Rosie, tapi apa yang harus dilakukan harus tetap
dilakukan. "Rosie," katanya. "Tolong atur urusanmu agar besok
kau bisa berangkat ke Sisilia, tapi tidak untuk waktu lama.
Astorre sudah menunggumu di sana, dan kau harus
menyampaikan beberapa dokumen dariku untuknya, yang
harus kau rahasiakan. Dia merindukanmu dan ingin
354 OMERTA - Mario Puzo menunjukkan Sisilia padamu."
Rosie memerah. "Dia benar-benar ingin bertemu
denganku?" "Tentu saja," kata Mr. Pryor.
Sebenarnya Astorre tengah dalam perjalanan
kembali dari Sisilia dan akan tiba di New York besok malam. Rosie dan Astorre
akan berpapasan di atas Laut Atlantik dengan pesawat terpisah.
Rosie sekarang berpura-pura mengambil sikap
resmi. "Aku tidak bisa berangkat secepat itu," katanya.
"Aku harus memesan tiket, pergi ke bank, dan
membereskan banyak urusan kecil-kecil lainnya.
"Jangan menganggapku berlebihan," kata Mr. Pryor.
"Tapi aku sudah mengatur semuanya."
Ia mengeluarkan sehelai amplop putih panjang dari
balik jasnya. "Ini tiket pesawatmu," katanya. Kelas satu.
Dan juga sepuluh ribu dolar Amerika untuk belanja
keperluanmu dan biaya perjalanan. Keponakanku, yang
sedang duduk tertegun di sudut itu, akan menjemputmu dengan limousine-nya besok
pagi. Di Palermo kau akan ditemui Astorre atau salah seorang temannya.
"Aku harus kembali paling lambat seminggu lagi,"
kata Rosie. "Aku harus mengikuti ujian doktor."
"Jangan khawatir," kata Mr. Pryor. "Kau tidak perlu
khawatir tertinggal ujianmu. Aku berjanji. Apa aku pernah membohongimu?"
Suaranya benar- benar terdengar bagai seorang paman yang menyayangi. Tapi ia
berpikir, sayang sekali Rosie tidak akan pernah melihat Amerika lagi.
Mereka minum kopi dan menyantap kue-kue.
Keponakan Mr. Pryor sekali lagi menolak hidangan
tersebut, sekalipun Rosie sudah mengemis-ngemis
padanya dengan manis. Pembicaraan mereka terputus
355 OMERTA - Mario Puzo sewaktu telepon berdering. Rosie beranjak untuk
menerimanya. "Oh, Astorre," katanya. "Apa kau
menelepon dari Sisilia" Kata Mr. Pryor. Dia ada di sini, sedang minum kopi."
Mr. Pryor terus menghirup kopinya dengan tenang,
tapi keponakannya beranjak bangkit dari kursi, lalu duduk lagi sewaktu Mr. Pryor
melontarkan pandangan memerintah ke arahnya. Rosie terdiam dan menatap bertanya-tanya pada Mr.
Pryor, yang mengangguk meyakinkannya.
"Ya, dia sudah mengatur agar aku bisa bertemu
denganmu di Sisilia selama seminggu," kata Rosie. Ia diam mendengarkan. "Ya,
tentu saja aku kecewa. Sayang sekali kau harus kembali secepat ini. Jadi, kau
mau bicara dengannya" Tidak" OK, akan kuberitahukan padanya." Ia menutup
telepon. "Sayang sekali," katanya pada Mr. Pryor. "Dia harus
kembali lebih awal. Tapi dia memintamu menunggu
kedatangannya di sini. Katanya dalam setengah jam."
Mr. Pryor mengambil kue lagi. "Baik," katanya.
"Dia akan menjelaskan segalanya sesudah tiba di
sini," kata Rosie. "Mau kopi lagi?"
Mr. Pryor mengangguk, lalu mendesah. "Kau pasti
akan bersenang-senang di Sisilia. Sayang sekali." Ia membayangkan pemakaman
Rosie di pemakaman Sisilia;
betapa akan menyedihkannya bayangan tersebut.
"Tunggulah di mobil," katanya pada keponakannya.
Pria muda tersebut bangkit berdiri dengan enggan,
dan Mr. Pryor memberi isyarat mengusir. Rosie
membukakan pintu apartemen baginya. Lalu pria tersebut melontarkan senyum paling
prihatinnya pada Rosie dan bertanya, "Kau pernah berbahagia selama ini?"
356 OMERTA - Mario Puzo Astorre tiba sehari lebih awal dan dijemput oleh Aldo Monza di sebuah bandara
kecil di New Jersey. Ia, tentu saja, bepergian menggunakan pesawat jet pribadi
dengan paspor palsu. Hanya karena dorongan hati ia menelepon Rosie, karena ingin
bertemu dengan gadis itu dan
melewatkan malam yang menyenangkan bersama-sama.
Sewaktu Rosie memberitahukan bahwa Mr. Pryor ada di
apartemennya, Astorre langsung menangkap tanda-tanda bahaya. Begitu mendengar
rencana perjalanan Rosie ke Sisilia, seketika ia memahami rencana Mr. Pryor. Ia
berusaha mengendalikan kemarahannya. Mr. Pryor ingin melakukan tindakan yang
benar berdasarkan pengalamannya. Tapi harga ini terlalu mahal untuk
keamanan. Setelah membuka pintu apartemen, Rosie terbang
ke dalam pelukan Astorre. Mr. Pryor beranjak bangkit dari kursinya, dan Astorre
mendekati serta memeluknya.
Mr.Pryor menutupi keterkejutannya - tidak biasanya
Astorre menunjukkan perasaan seperti ini.
Lalu, yang mengejutkan Mr. Pryor, Astorre berkata
pada Rosie, "Pergilah ke Sisilia besok, sesuai rencana, dan beberapa hari lagi
aku akan menyusulmu ke sana. Kita akan bersenang-senang."
"Hebat," kata Rosie. "Aku belum pernah ke Sisilia."
Astorre berkata pada Mr. Pryor, "Terima kasih sudah
mengatur segalanya."
Lalu ia kembali berpaling pada Rosie. "Aku tidak bisa tinggal," katanya. "Akan
ku temui kau di Sisilia. Malam ini ada urusan bisnis yang harus ku selesaikan
dengan Mr.Pryor. Jadi, bersiap-siaplah untuk pergi. Dan jangan membawa terlalu banyak
pakaian; kita bisa belanja di 357
OMERTA - Mario Puzo Palermo." "OK," kata Rosie. la mencium pipi Mr. Pryor dan
memeluk serta mencium Astorre cukup lama. Lalu ia
membukakan pintu bagi mereka.
Setelah kedua pria tersebut berada di jalan, Astorre memberitahu Mr. Pryor.
"Ikutlah denganku ke mobilku.
Suruh keponakanmu pulang - kau tidak memerlukan
mereka malam ini." Baru pada saat itu Mr. Pryor merasa agak gugup.
"Aku melakukannya untuk kebaikanmu sendiri," katanya kepada Astorre.
Monza yang mengemudi. Di kursi belakang mobil,
Astorre berpaling pada Mr. Pryor. "Tidak ada yang lebih menghargaimu seperti
aku," katanya. "Tapi aku ini kepala atau bukan?"
"Tidak perlu diragukan lagi," kata Mr. Pryor.
"Itu masalah yang hendak ku bicarakan," kata
Astorre. "Aku tahu bahayanya, dan aku senang kau
memaksaku bertindak. Tapi aku memerlukan Rosie. Kita bisa mengambil sedikit
risiko. Jadi, perintahku begini. Di Sisilia, sediakan rumah mewah, lengkap
dengan pelayan untuknya. Dia bisa mendaftar di Universitas Palermo. Dia akan
mendapat uang saku yang sangat besar, dan Bianco akan memperkenalkannya pada
masyarakat Sisilia yang terbaik. Kita akan membahagiakannya di sana, dan Bianco bisa mengendalikan kalau
ada masalah. Aku tahu kau
tidak setuju akan perasaanku terhadapnya, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku mengandalkan kelemahannya
untuk membuatnya bahagia di Palermo. Dia suka uang
dan kesenangan, tapi siapa yang tidak" Jadi, sekarang kuanggap kau yang
bertanggung jawab atas keselamatannya. Tidak boleh ada kecelakaan."
"Aku sendiri menyukai gadis itu; kau tahu ini," kata 358
OMERTA - Mario Puzo Mr. Pryor. "Dia seorang gadis Mafioso sejati. Kau akan kembali ke Sisilia?"
"Tidak," kata Astorre. "Ada urusan bisnis yang lebih penting lagi."


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

359 OMERTA - Mario Puzo BAB 13 SETELAH memberikan pesanannya kepada pramusaji, Nicole memusatkan perhatian
sepenuhnya kepada Marriano Rubio. la harus menyampaikan dua pesan
penting hari ini, dan ia ingin memastikan telah
menyampaikan keduanya dengan benar.
Rubio yang memilih restorannya, sebuah rumah
makan Prancis yang mewah, di mana para pramusajinya
berkeliaran dengan gugup membawa tempat merica tinggi dan keranjang jerami
panjang berisi roti. Rubio tidak menyukai hidangannya, tapi ia mengenal ma?tre
d' di sana, jadi ia bisa memastikan mendapat meja di sudut yang tenang. Ia
sering membawa teman-teman wanitanya ke sana.
"Kau lebih pendiam daripada biasanya malam ini,"
katanya sambil meraih tangan Nicole dari seberang meja.
Nicole merinding karenanya. Ia menyadari bahwa ia
membenci Rubio karena membawa pengaruh begitu besar
terhadapnya, dan ia menarik tangannya menjauh. "Kau
baik-balk saja?" tanya Rubio.
"Hari ini banyak masalah," kata Nicole.
"Ah," kata Rubio sambil mendesah, "harga yang
harus dibayar kalau bekerja dengan ular-ular." Rubio sama sekali tidak
menganggap biro hukum tempat Nicole bekerja. "Kenapa kau bersabar menghadapi
mereka" 360 OMERTA - Mario Puzo Kenapa kau tidak mengizinkan aku mengurusmu?"
Nicole penasaran, berapa banyak wanita yang luluh
mendengar kata-kata ini dan meninggalkan karier mereka untuk mendampingi pria
ini. "Jangan menggodaku," kata Nicole dengan nada
menggoda. Hal ini mengejutkan Rubio, yang tahu bahwa Nicole
sangat membaktikan diri pada kariernya. Tapi inilah yang telah diharapkannya.
"Biar aku yang mengurusmu,"
ulangnya. "Lagi pula, berapa banyak lagi perusahaan yang masih bisa kau tuntut?"
Salah seorang pramusaji membuka sebotol anggur
putih dingin, menawarkan tutupnya pada Rubio untuk
diendus, dan menuangkan sedikit ke sebuah gelas anggur kristal yang anggun.
Rubio mencicipinya dan mengangguk. Lalu ia mengalihkan perhatiannya kembali ke Nicole.
"Aku akan berhenti sekarang juga," kata Nicole, tapi masih ada beberapa kasus
pro-bono yang ingin ku selesaikan." Ia menghirup anggurnya. "Akhir-akhir ini aku
banyak memikirkan tentang perbankan."
Mata Rubio menyipit. "Well, " katanya, "untung bagimu, karena keluargamu
memiliki bank." "Ya," kata Nicole menyetujui, "tapi sialnya ayahku
tidak percaya ada wanita yang mampu mengelola bisnis.
Jadi, aku harus berdiam diri dan menyaksikan sepupuku yang sinting merusak
segalanya." la menengadah agar
bisa memandang Rubio sewaktu menambahkan, "Omong-
omong, Astorre mengira kau mengincarnya."
Rubio berusaha tampak keheranan bercampur geli.
"Sungguh" Menurutnya bagaimana aku akan
membereskan masalah ini?"
361 OMERTA - Mario Puzo "Oh, entahlah," kata Nicole, jengkel. "Ingat, dia itu menjual makaroni sebagai
mata pencahariannya. Otaknya sudah penuh dengan tepung. Katanya kau menggunakan
banknya untuk mencuci uang dan entah apa lagi. Dia
bahkan mencoba meyakinkanku bahwa kau berusaha
menculikku." Nicole tahu ia harus berhati-hati pada titik ini. "Tapi aku tidak
percaya. Kurasa Astorre-lah yang melakukan semua yang sudah terjadi akhir-akhir
ini. Dia tahu kakak-kakakku dan aku ingin mengendalikan bank
itu, jadi dia berusaha agar kami paranoid. Tapi kami bosan mendengar ocehannya."
Rubio mengamati wajah Nicole dengan teliti. Ia
membanggakan diri akan kemampuannya membedakan
kebenaran dari khayalan. Selama bertahun-tahun menjadi diplomat, ia sudah sering
dibohongi oleh pejabat-pejabat terhormat di dunia. Dan sekarang, saat menatap
tajam ke mata Nicole, ia memutuskan bahwa Nicole berkata jujur sepenuhnya.
"Seberapa bosan kau mendengar ocehannya?"
tanyanya. "Kami semua sudah kehabisan tenaga." Kata Nicole.
Beberapa pramusaji muncul dan menyibukkan diri di
sekitar mereka cukup lama untuk menyajikan hidangan
utama. Setelah para pramusaji tersebut akhirnya
mengundurkan diri, Nicole mencondongkan tubuh ke arah Rubio dan berbisik,
"Sepupuku sering bekerja hingga larut malam di gudangnya."
"Maksudmu apa?" tanya Rubio.
Nicole mengambil pisaunya dan mulai mengiris-iris
hidangan utamanya, potongan-potongan gelap daging
bebek di saus oranye yang mengilat. "Aku tidak
bermaksud apa-apa," katanya. "Tapi apa sih yang
dilakukan pemegang saham pengendali sebuah bank
362 OMERTA - Mario Puzo internasional di gudang makaroninya sepanjang waktu"
Kalau aku yang memegang kendali, aku akan terus
berada di bank, dan akan ku pastikan para partnerku
mendapat penghasilan yang lebih baik daripada investasi mereka." Sambil
mengucapkan itu, Nicole mencicipi
daging bebeknya. Ia tersenyum pada Rubio. "Lezat,"
katanya. Salah satu sifat Georgette Cilke adalah bahwa ia orang yang sangat terorganisir.
Setiap hari Selasa siang ia menyediakan waktu tepat dua jam di markas besar
nasional Kampanye Anti Hukuman Mati, di mana ia
membantu menerima telepon dan mengulas permohonan-
permohonan dari pengacara narapidana yang dijatuhi
hukuman mati. Jadi, Nicole tahu persis ke mana harus menyampaikan pesan
pentingnya yang kedua hari ini.
Sewaktu Georgette melihat Nicole masuk ke kantor,
wajahnya berubah cerah. Ia bangkit berdiri untuk
memeluk temannya. "Syukurlah," katanya. "Hari ini
benar-benar melelahkan. Aku senang kau datang. Kau
bisa memberikan dukungan moral padaku."
"Aku tidak tahu seberapa banyak yang bisa
kubantu," kata Nicole. "Ada sesuatu yang mengganggu
dan harus ku diskusikan denganmu."
Selama bertahun-tahun mereka bekerja sama,
Nicole belum pernah mencurahkan isi hatinya pada
Georgette, sekalipun mereka menjaga hubungan
profesional yang hangat. Georgette tidak pernah
mendiskusikan pekerjaan suaminya dengan siapa pun.
Dan Nicole merasa tidak ada gunanya membicarakan
kekasih-kekasihnya pada wanita-wanita yang telah
menikah, yang selalu mengira mereka harus memberikan nasihat bagaimana caranya
agar pria-pria mau 363 OMERTA - Mario Puzo menikahimu. Nicole lebih suka membicarakan tentang
hubungan seksual, tapi ia menyadari bahwa pembicaraan seperti ini menyebabkan
wanita yang telah menikah
merasa tidak nyaman. Mungkin mereka tidak suka
mendengar apa yang hilang dalam hidup mereka, pikir
Nicole. Georgette bertanya apakah Nicole ingin berbicara
secara pribadi, dan sewaktu Nicole mengangguk, mereka menuju sebuah kantor kecil
yang kosong di lorong. "Aku tidak pernah mendiskusikan hal ini dengan
siapa pun," Nicole memulai. "Tapi kau harus tahu bahwa ayahku adalah Raymonde
Aprile - yang dikenal sebagai
Don Aprile. Kau pernah mendengar tentang dirinya?"
Georgette bangkit berdiri dan berkata, "Kurasa
sebaiknya kita tidak membicarakannya..."
"Tolong duduklah," sela Nicole. "Kau harus
mendengar ini." Georgette tampak tidak nyaman, tapi memenuhi
permintaan Nicole. Sebenarnya, selama ini ia penasaran akan keluarga Nicole,
tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa menanyakannya. Seperti umumnya orang-orang
lain, Georgette menganggap Nicole, melalui pembelaan-
pembelaan gratis yang dilakukannya, berusaha menutup dosa-dosa ayahnya. Masa
kanak-kanak Nicole pastilah
sangat menakutkan, tumbuh dalam bayang-bayang
kejahatan. Dan betapa memalukannya. Georgette teringat pada putrinya sendiri,
yang merasa malu dilihat bersama salah seorang orangtuanya di depan umum. Ia
penasaran bagaimana Nicole bisa melewati tahun-tahun tersebut.
Nicole tahu Georgette tidak akan pernah
mengkhianati suaminya dengan cara apa juga pun, tapi ia juga tahu bahwa
Georgette seorang wanita yang penuh kasih dan berpikiran terbuka. Seseorang yang
364 OMERTA - Mario Puzo menghabiskan waktu luangnya sebagai pembela para
pembunuh. Sekarang Nicole menatapnya dengan
pandangan mantap dan berkata, "Ayahku dibunuh oleh
orang-orang yang berhubungan dekat dengan suamimu.
Dan kakak-kakakku serta aku memiliki bukti bahwa
suamimu menerima suap dari orang-orang ini."
Georgette mula-mula shock, lalu tidak
mempercayainya. Ia tidak mengatakan apa-apa. Tapi
hanya selang beberapa detik kemudian ia mulai
merasakan gelombang kemarahan. "Berani sekali kau,"
bisiknya. Ia menatap Nicole lekat-lekat. "Suamiku lebih baik mati daripada
melanggar hukum." Nicole terkejut melihat reaksi Georgette. Sekarang ia bisa melihat bahwa
Georgette benar-benar mempercayai suaminya. Nicole melanjutkan, "Suamimu
bukanlah pribadi seperti yang tampak dari luar, dan aku tahu
bagaimana perasaanmu. Aku baru saja membaca arsip
FBI tentang ayahku, tapi tidak peduli sebesar apa pun aku mencintainya, aku tahu
dia menyimpan rahasia dariku.
Sama seperti Kurt juga menyimpan rahasia darimu."
Lalu Nicole memberitahu Georgette tentang jutaan
dolar yang dikirim Portella ke rekening bank Cilke, dan tentang transaksi
Portella dengan para bos obat bius dan pembunuh bayaran, yang hanya bisa bekerja
sesudah mendapat izin dari suaminya. "Aku tidak mengharapkan kau akan mempercayainya,"
kata Nicole. "Aku hanya
berharap kau menanyakan pada suamimu, apakah segala
yang kukatakan itu benar. Kalau dia seperti katamu, dia tidak akan berbohong."
Georgette tidak menunjukkan sedikit pun kegalauan
yang dirasakannya. "Kenapa kau memberitahukan ini
padaku?" "Karena," kata Nicole, "suamimu berniat membalas
365 OMERTA - Mario Puzo dendam terhadap keluargaku. Dia akan memberi
kesempatan pada rekan-rekannya untuk membunuh
sepupuku Astorre dan mengambil alih kendali atas bisnis perbankan keluargaku.
Mereka akan membunuhnya besok
malam, di gudang makaroni sepupuku."
Mendengar kata makaroni disinggung, Georgette
tertawa dan berkata, "Aku tidak percaya." Lalu ia bangkit berdiri, hendak
berlalu. "'Maafkan aku, Nicole," katanya.
"Aku tahu kau sedang kebingungan, tapi tidak ada lagi yang perlu kita
bicarakan." Malam itu, di kamar tidur berperabotan sedikit, di rumah peternakan tempat
keluarganya dipindahkan, Cilke
menghadapi mimpi buruknya. Ia dan istrinya baru saja selesai makan malam dan
tengah duduk berhadapan, sama-sama membaca. Tiba-tiba Georgette meletakkan
dan berkata,?"Ada yang harus ku bicarakan tentang Nicole Aprile."
Selama bertahun-tahun mereka hidup bersama,
Georgette tidak pernah mengajak suaminya
mendiskusikan pekerjaannya. Georgette tidak ingin
bertanggung jawab menyimpan rahasia federal. Dan ia
tahu bahwa suaminya ingin menyimpan sendiri bagian
kehidupannya yang satu ini.
Terkadang, saat berbaring di samping suaminya di
malam hari, ia penasaran seperti apa suaminya dalam
melakukan pekerjaannya - taktik-taktik yang
digunakannya untuk mendapatkan informasi, tekanan
yang harus dilakukannya terhadap para tersangka. Tapi ia selalu membayangkan
suaminya sebagai agen federal
yang hebat, dengan mengenakan setelan terseterika rapi, dengan buku kecil
duplikat Konstitusi di saku
belakangnya. Suaminya seorang yang tekun dan mau
366 OMERTA - Mario Puzo bersusah payah mengalahkan musuhnya. Tapi Georgette
tidak ingin memeriksa kebenaran pernyataan ini.
Cilke tengah membaca sebuah novel misteri - buku
ketiga dalam seri ini yang menceritakan tentang seorang pembunuh berantai yang
membesarkan putranya untuk
menjadi pendeta. Setelah Georgette mengajukan
pertanyaannya, Cilke segera menutup bukunya. "Katakan saja," katanya.
"Nicole mengatakan sesuatu hari ini - tentang dirimu
dan penyelidikan yang kau lakukan," kata Georgette. "Aku tahu kau tidak suka
membicarakan pekerjaanmu, tapi
Nicole menuduhmu cukup berat."
Cilke merasakan kemarahannya bergejolak hingga
menjadi kemurkaan yang membutakan. Mula-mula orang-
orang ini membantai anjing-anjingnya. Lalu mereka
menghancurkan rumahnya. Dan sekarang mereka
menodai hubungannya yang paling murni. Akhirnya,
setelah jantungnya tidak lagi berdebar-debar, ia bertanya pada Georgette dengan
suara paling tenang yang bisa
diucapkannya; ia meminta Georgette menceritakan apa
yang telah terjadi tepatnya.
Georgette mengulangi seluruh percakapannya
dengan Nicole dan mengawasi ekspresi suaminya dengan hati-hati, sementara Cilke
menyerap informasi tersebut.
Wajah Cilke tidak menunjukkan keterkejutan maupun
kemarahan. Setelah Georgette selesai, Cilke berkata,
"Terima kasih, Sayang. Aku yakin sulit bagimu untuk
mengatakannya padaku. Dan maaf kau terpaksa
melakukannya." Lalu ia bangkit berdiri dari kursinya dan berjalan ke pintu
depan. "Kau mau ke mana?" tanya Georgette.


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku butuh udara," kata Cilke. "Ada yang harus
kupikirkan." 367 OMERTA - Mario Puzo "Kurt, Sayang?" Suara Georgette terdengar ragu; ia
butuh diyakinkan. Cilke telah bersumpah tidak akan membohongi
istrinya. Kalau Georgette tetap bersikeras untuk
mengetahui kebenarannya, ia terpaksa harus bercerita dan menanggung
konsekuensinya. Semula ia berharap
istrinya akan mengerti dan memutuskan lebih baik
berpura-pura rahasia ini tidak pernah ada.
"Ada yang bisa kau beritahukan padaku?" tanya
istrinya. Cilke menggeleng. "Tidak ada," katanya. "Aku
bersedia melakukan apa pun untukmu. Kau tahu itu,
bukan?" "Ya. Tapi aku harus tahu. Untuk kita dan untuk putri kita."
Cilke menyadari bahwa ia tidak bisa menghindar. Ia
sadar istrinya tidak akan pernah memandangnya sama
seperti dulu lagi kalau ia menceritakan yang sebenarnya.
Pada saat itu ia ingin menghancurkan kepala Astorre Viola rasanya.
Ia memikirkan apa yang mungkin dikatakannya pada
istrinya : Aku cuma menerima suap sesuai keinginan FBI"
Kami mengesampingkan kejahatan-kejahatan kecil untuk memusatkan perhatian pada
yang besar" Kami melanggar hukum untuk menegakkan hukum-hukum yang lebih
penting" Ia tahu jawaban-jawaban ini hanya akan memicu kemarahan istrinya. Dan
ia terlalu mencintai serta
menghormati istrinya untuk mampu melakukannya.
Cilke meninggalkan rumah tanpa mengatakan apa-
apa. Sewaktu ia kembali, istrinya berpura-pura sudah tidur. Cilke mengambil
keputusan saat itu. Besok malam ia akan menghadapi Astorre Viola dan merebut
kembali visinya tentang keadilan.
368 OMERTA - Mario Puzo Aspinella Washington tidak membenci semua pria, tapi ia berulang-ulang terkejut
menemui banyaknya pria yang
mengecewakannya. Mereka semua begitu... tidak berguna.
Sesudah membereskan Heskow, ia diinterogasi
sejenak kedua petugas keamanan bandara, yang entah
terlalu bodoh atau terlalu terintimidasi untuk menantang versinya atas apa yang
telah terjadi. Sewaktu menemukan 100.000 dolar diselotipkan di tubuh Heskow, mereka mengira motifnya
jelas. Mereka memutuskan sudah selayaknya memberikan uang layanan bagi diri
sendiri karena membersihkan kekacauan yang disebabkan Aspinella sebelum ambulans
tiba. Mereka juga memberikan setumpuk uang yang berlumuran darah
kepada Aspinella; oleh Aspinella, uang itu
ditambahkannya ke 30.000 dolar yang telah diberikan
Heskow padanya. Ia hanya membutuhkan uang tersebut untuk dua
tujuan. Ia menyimpan seluruhnya, kecuali 3.000 dolar, di dalam kotak
pengamannya. Ia sudah memberikan
instruksi kepada ibunya agar apabila terjadi apa-apa dengan dirinya, seluruh
uang dalam kotak tersebut - lebih dari 300.000 dolar suap - harus disimpan atas nama
putrinya. Dengan ketiga ribu dolar sisanya ia naik taksi ke Fifth Avenue dan
Fifty-third Street, di mana ia memasuki toko barang kulit paling mewah di kota
dan naik lift ke suite pribadi di lantai tiga.
Seorang wanita yang mengenakan kacamata buatan
perancang dan setelan garis-garis bergaya angkatan laut menerima pembayarannya
dan mendampinginya menyusuri lorong, di mana ia mandi di sebuah bak berisi minyak wangi yang
diimpor dari Cina. Ia berendam
selama sekitar dua puluh menit dan mendengarkan
369 OMERTA - Mario Puzo lantunan CD Gregorian sementara menunggu kedatangan
Rudolfo, seorang terapis pijat-seksual berlisensi.
Rudolfo menerima 3.000 dolar untuk sesi selama
dua jam. Dengan gembira ia menyatakan kepada para
pelanggannya yang sangat puas bahwa jumlah yang
diperolehnya jauh melebihi pendapatan sebagian besar pengacara terkenal per
jamnya. "Bedanya," katanya
dengan aksen Bavaria, sambil meringis sedikit, "adalah mereka mengerjaimu habis-
habisan. Aku membuatmu merasa nikmat habis-habisan."
Aspinella mendengar tentang Rudolfo sewaktu
menyamar dalam penyelidikan kasus susila yang
dilakukannya di hotel-hotel elite di kota. Salah satu concierge khawatir kalau
diminta bersaksi, jadi sebagai ganti agar tidak di panggil, ia memberitahu
Aspinella tentang Rudolfo. Aspinella sempat berpikir untuk
menangkap Rudolfo, tapi begitu bertemu dengan pria itu dan merasakan salah satu
pijatannya, ia merasa bahwa melarang wanita menikmati bakat Rudolfo yang luar
biasa merupakan kejahatan besar.
Setelah beberapa menit, Rudolfo mengetuk pintu
dan bertanya, "Boleh aku masuk?"
"Sudah ku tunggu, Sayang," kata Aspinella.
Rudolfo masuk dan memandangnya. "Penutup mata
yang bagus," katanya.
Dalam pertemuan pertama, Aspinella terkejut
sewaktu Rudolfo masuk ke kamar dalam keadaan
telanjang. Tapi Rudolfo berkata, "Untuk apa susah payah berpakaian kalau harus
menanggalkannya lagi?" Rudolfo benar-benar luar biasa, jangkung, dengan otot-
otot kencang, sebuah tato harimau di biseps kanan, dan
rambut pirang halus di dadanya. Aspinella terutama
sangat menyukai rambut dada itu, yang membedakan
370 OMERTA - Mario Puzo Rudolfo dari model-model majalah yang bulunya sudah
dicabut, dicukur, atau diminyaki dengan begitu hati-hati, hingga orang tidak
bisa membedakan apakah mereka pria atau wanita.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Rudolfo.
"Kau tidak ingin tahu," kata Aspinella. "Kau hanya
perlu tahu bahwa aku memerlukan penyembuhan
seksual." Rudolfo memulai dengan bagian punggung Aspinella,
menekan dalam-dalam, tepat pada setiap simpulnya. Lalu dengan lembut ia memijat-
mijat leher Aspinella sebelum membalikkan dan memijat-mijat payudara dan perut
wanita itu. Pada saat ia mulai meraba-raba sela kaki Aspinella, Aspinella sudah
terangsang dan terengah-engah.
"Kenapa tidak ada pria-pria lain yang bisa berbuat
begini padaku?" kata Aspinella sambil mendesah nikmat.
Rudolfo hendak memulai layanan premiumnya,
pijatan dengan lidah, yang ia lakukan dengan sangat ahli dan stamina
mengagumkan. Tapi ia terenyak mendengar
pertanyaan Aspinella. la sudah sering mendengar
pertanyaan seperti itu, dan ia selalu tertegun
mendengarnya. Baginya seakan-akin kota ini dipenuhi
wanita-wanita yang kurang puas dalam kehidupan seksual mereka.
"Aku sendiri tidak mengerti, kenapa pria lain tidak
bisa melakukannya," katanya. "Menurutmu?"
Aspinella tidak suka lamunan seksualnya terganggu,
tapi ia bisa melihat bahwa Rudolfo perlu percakapan
ringan sebelum meneruskan ke puncak. "Pria-pria itu
lemah," katanya. "Kamilah yang mengambil keputusan
penting. Kapan menikah. Kapan memiliki anak. Kami yang berkuasa dan membebankan
seluruh tanggung jawab 371 OMERTA - Mario Puzo untuk setiap tindakan mereka."
Rudolfo tersenyum sopan. "Tapi apa hubungannya
dengan seks?" Aspinella ingin ia kembali bekerja. "Entah," katanya.
"Itu cuma teori."
Rudolfo mulai memijatnya lagi - perlahan-lahan,
mantap, berirama. la tampaknya tidak pernah merasa
lelah. Dan setiap kali Rudolfo berhasil membawanya ke puncak kenikmatan yang
sangat tinggi, Aspinella membayangkan hebatnya kesakitan yang akan
ditimpakannya pada Astorre Viola dan gerombolan tukang pukulnya besok malam.
*** Viola Macaroni Company terletak di sebuah gudang batu bata besar di Lower East
Side Manhattan. Lebih dari
seratus orang bekerja di sana, menurunkan kantung goni raksasa berisi makaroni
impor dari Italia ke ban berjalan yang secara otomatis menyortir dan
mengemasnya. Setahun sebelumnya, terinspirasi oleh artikel
majalah yang dibacanya tentang bagaimana bisnis-bisnis kecil meningkatkan
operasi mereka, Astorre menyewa
konsultan lulusan Harvard Business School untuk
merekomendasikan perubahan. Pria muda tersebut
memberitahu Astorre untuk melipatgandakan harga,
mengubah merek makaroninya menjadi Uncle Vito's
Homemade Pasta, dan memecat separuh karyawannya,
yang bisa digantikan oleh tenaga temporer dengan biaya separuhnya. Mendengar
saran itu, Astorre memecat si
konsultan. Kantor Astorre berada di lantai utama, yang kurang-
lebih seluas lapangan bola, diapit oleh mesin-mesin dari 372
OMERTA - Mario Puzo baja tahan karat yang mengilat berjajar di kedua sisinya.
Bagian belakang gudang merupakan dermaga pemuatan.
Kamera-kamera video dipasang di luar pintu-pintu masuk dan di dalam pabrik, jadi
ia bisa mengawasi pengunjung dan memonitor produksi dari kantornya. Biasanya
gudang ditutup pada pukul enam sore, tapi malam ini Astorre menahan lima
karyawannya yang paling memenuhi
syarat, berikut Aldo Monza. la menunggu.
Kemarin malam, sewaktu Astorre menceritakan
rencananya kepada Nicole di apartemennya, Nicole
menentangnya mati-matian. Nicole menggeleng kuat-
kuat. "Pertama-tama, rencanamu tidak akan berhasil. Dan kedua, aku tidak ingin
membantu pembunuhan."
"Mereka membunuh asistenmu dan mereka
mencoba menculikmu," kata Astorre tenang. "Kita semua berada dalam bahaya,
kecuali aku bertindak." Nicole
teringat pada Helene, lalu ia teringat perdebatan
sepanjang makan malam dengan ayahnya yang berulang-
ulang. Ayahnya jelas akan membalas dendam. Ayahnya
pasti akan mengatakan bahwa ia berutang terhadap
kenangan akan temannya, dan ayahnya pasti akan
mengingatkan bahwa sudah selayaknya dan penting sekali agar kita mengambil
tindakan untuk melindungi keluarga.
"Kenapa tidak melapor ke pihak berwenang saja?"
tanyanya. Jawaban Astorre singkat, "Sudah terlambat."
Sekarang Astorre duduk di kantornya, menjadi
umpan hidup. Berkat Grazziella, ia tahu bahwa Portella dan Tulippa sekarang
tengah berada di kota untuk
menghadiri pertemuan. Ia tidak bisa yakin bahwa bocoran Nicole yang disampaikan
melalui Rubio akan memaksa
mereka datang berkunjung, tapi ia berharap mereka akan mencoba membujuknya untuk
terakhir kali, agar ia mau 373
OMERTA - Mario Puzo menjual bank-bank tersebut, sebelum mengandalkan
kekerasan. la menganggap mereka akan memeriksa
apakah dirinya membawa senjata, jadi ia tidak
mempersenjatai diri kecuali dengan sebilah stiletto, yang disimpan dalam sebuah
kantung khusus yang dijahitkan ke lengan bajunya.
Astorre dengan hati-hati mengawasi monitor
videonya sewaktu ia melihat setengah lusin pria
memasuki bagian belakang gedung dari dermaga
pemuatan. Ia telah menginstruksikan anak buahnya
sendiri untuk bersembunyi dan tidak menyerang hingga ia memberi tanda.
Ia memandang layar dan mengenali Portella dan
Tulippa di antara keenam orang tersebut. Lalu, sewaktu mereka menghilang dari
layar, ia mendengar suara
langkah kaki mendekati kantornya. Kalau mereka telah memutuskan untuk
membunuhnya, Monza dan anak
buahnya telah siap dan akan mampu menyelamatkan
dirinya. Tapi lalu Portella memanggilnya.
Ia tidak menjawab. Dalam beberapa detik Portella dan Tulippa telah
berhenti di depan pintu. "Masuklah," kata Astorre sambil tersenyum hangat.
Ia bangkit berdiri untuk menjabat tangan mereka.
"Kejutan. Aku hampir tidak pernah mendapat tamu pada jam sekian. Ada yang bisa
kubantu?" "Yeah," kata Portella serak. "Kami sedang
menyelenggarakan makan malam besar-besaran dan
kehabisan makaroni."
Astorre mengibaskan tangan lebar-lebar dan
berkata, "Makaroniku, makaronimu."
"Bagaimana dengan bank-bankmu?" tanya Tulippa
374 OMERTA - Mario Puzo terang-terangan. Astorre sudah siap. "Sudah waktunya kita bicara
serius. Sudah waktunya kita berbisnis. Tapi pertama-tama aku ingin mengajak
kalian berkeliling pabrik. Aku sangat bangga dengan pabrik ini."
Tulippa dan Portella bertukar pandang kebingungan.
Mereka waspada. "OK, tapi sebentar saja," kata Tulippa, penasaran bagaimana
badut seperti ini bisa bertahan
hidup sampai sekarang. Astorre mengajak mereka ke pintu. Keempat pria
yang telah menemani mereka berdua tengah berdiri dekat situ. Astorre menyapa
mereka dengan hangat, menjabat tangan setiap orang, dan memuji pakaian mereka.
Para anak buah Astorre sendiri mengawasinya
dengan hati-hati, menunggu perintahnya untuk
menyerang. Monza telah menempatkan tiga orang
penembak di balkon yang terbuka ke lantai utama,
tersembunyi dari pandangan. Yang lain menyebar
mengelilingi sisi seberang gudang.
Bermenit-menit yang terasa panjang berlalu,
sementara Astorre mengajak para tamunya berkeliling
gudang. Lalu Portella akhirnya berkata, "Jelas sekali kau lebih menyukai tempat
ini. Kenapa tidak kau lepaskan saja bank-banknya" Kami akan mengajukan penawaran
satu kali lagi dan memberimu bagian beberapa persen."


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Astorre hendak memberi isyarat kepada anak
buahnya untuk menembak. Tapi tiba-tiba ia mendengar
rentetan tembakan dan melihat tiga anak buahnya jatuh dua puluh kaki dari balkon
dan mendarat dengan wajah lebih dulu di lantai beton di hadapannya. Ia mengamati
gudang, mencari Monza, sambil bergegas menyelinap ke balik sebuah mesin
pengemasan besar. Dan sana ia melihat seorang wanita kulit hitam
375 OMERTA - Mario Puzo berpenutup mata hijau melesat ke arah mereka dan
menyambar leher Portella. Wanita itu menyodok perut
gendut Portella dengan senapan serbunya, lalu mencabut sepucuk revolver dan
membuang senapannya ke lantai.
"OK," kata Aspinella Washington. "Semuanya buang
senjata masing-masing. Sekarang." Sewaktu tidak ada
yang bergerak, ia tidak ragu-ragu lagi. Ia menyambar leher Portella, memutarnya,
dan menembak perutnya dua kali. Saat Portella terlipat, ia menghantamkan
revolvernya ke kepala pria tersebut dan menendang giginya.
Lalu ia menyambar Tulippa dan berkata, "Kau yang
berikutnya, kecuali semua orang mematuhi perintahku. Ini balas dendam, keparat."
Portella tahu bahwa tanpa bantuan, ia hanya akan
bertahan hidup beberapa menit lagi. Pandangannya mulai kabur. Ia telentang di
lantai, terengah-engah, kemejanya yang berbunga-bunga mulai basah kuyup oleh
darah. Mulutnya bagai mati rasa. "Lakukan perintahnya,"
erangnya lemah. Anak-anak buah Portella mematuhinya.
Selama ini Portella mendengar bahwa ditembak di
perut merupakan cara paling menyakitkan untuk mati.
Sekarang ia tahu alasannya. Setiap kali la menghela
napas dalam-dalam, jantungnya serasa ditusuk. Ia tidak lagi mampu mengontrol
kandung kemihnya, dan air
seninya membentuk noda kehitaman di celana panjang
birunya yang baru. Ia mencoba memusatkan pandangan
ke penembaknya, seorang wanita kulit hitam berotot yang tidak dikenalnya. Ia
mencoba mengatakan "Siapa kau?"
tapi tidak bisa. Pemikiran terakhirnya justru sentimental: Ia penasaran siapa
yang akan memberitahu Bruno,
adiknya, bahwa ia telah tewas.
Astorre hanya perlu waktu sesaat untuk mengetahui
376 OMERTA - Mario Puzo apa yang telah terjadi. Ia belum pernah bertemu dengan Detektif Aspinella
Washington, kecuali melihat foto-foto wanita itu di koran dan dalam berita TV.
Tapi ia tahu bahwa seandainya Aspinella menemukan dirinya, wanita itu pasti
telah menemukan Heskow lebih dulu. Dan
Heskow pasti sudah tewas, Astorre tidak merasa berduka atas kematian kurir yang
licin tersebut. Kelemahan
Heskow yang paling besar adalah kesediaannya
mengatakan atau melakukan apa pun agar tetap hidup.
Bagus juga ia sekarang berada di dalam tanah bersama bunga-bunganya.
Tulippa tidak mengerti mengapa perempuan yang
marah ini mengacungkan sepucuk pistol ke lehernya. la telah mempercayai Portella
untuk menangani keamanan dan meliburkan para pengawal pribadinya yang setia.
Kesalahan bodoh. Amerika ini benar-benar negara yang aneh, pikirnya. Kau tidak
akan pernah tahu dari mana kekerasan berikutnya akan muncul.
Saat Aspinella menancapkan pistolnya semakin
dalam ke kulitnya, Tulippa berjanji pada dirinya sendiri bahwa seandainya bisa
lolos dan kembali ke Amerika
Selatan, ia akan mempercepat produksi persenjataan
nuklirnya. Ia secara pribadi akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk
meledakkan sebanyak mungkin
Amerika ini, terutama Washington, D.C., ibu kota
sombong dari para penipu malas yang duduk di kursi
berlengan, dan New York City, yang tampaknya
merupakan tempat kelahiran orang-orang sinting seperti perempuan bermata tunggal
ini. "Baiklah," kata Aspinella kepada Tulippa. "Kau
menawarkan setengah juta pada kami untuk
membereskan orang ini." Ia menunjuk ke Astorre. "Aku akan senang sekali menerima
pekerjaan itu, tapi karena kecelakaan yang ku alami, aku harus melipatgandakan
377 OMERTA - Mario Puzo upahku. Dengan hanya satu mata, aku harus
berkonsentrasi dua kali lebih keras."
*** Kurt Cilke telah mengintai di luar gudang sepanjang
hari. Duduk di Chevy birunya, tanpa apa pun kecuali sekotak permen karet dan
sebuah Newsweek, ia menunggu Astorre bertindak.
Ia datang seorang diri, tidak ingin melibatkan agen-
agen federal lain dalam situasi yang ia anggap sebagai akhir dari kariernya.
Sewaktu melihat Portella dan Tulippa masuk ke dalam gedung, ia merasa mual. Dan
ia menyadari betapa pandainya Astorre sebagai musuh.
Seandainya, seperti telah diduga Cilke, Portella dan Tulippa menyerang Astorre,
Cilke bertanggung jawab secara hukum untuk melindunginya. Astorre akan bebas dan bisa membersihkan
namanya tanpa harus membuka
mulut. Dan sia-sialah kerja keras Cilke selama bertahun-tahun.
Tapi, sewaktu melihat Aspinella Washington
menghambur masuk ke dalam gedung sambil
menyandang sepucuk senapan serbu, Cilke mendapat
perasaan yang berbeda - ketakutan yang amat sangat. Ia telah mendengar peran
Aspinella dalam penembakan di
bandara. Kejadian tersebut terasa mencurigakan baginya.
Ada yang tidak cocok. Ia memeriksa amunisi revolvernya dan merasakan
setitik harapan bahwa ia bisa mengandalkan Aspinella untuk membantunya. Sebelum
meninggalkan mobil, Cilke memutuskan sudah waktunya untuk memberitahu Biro.
Melalui ponselnya, ia menghubungi Boxton.
"Aku berada di luar gudang Astorre Viola," kata Cilke padanya. Lalu ia mendengar
rentetan tembakan. "Aku
378 OMERTA - Mario Puzo akan masuk sekarang, dan kalau ada yang an tidak beres, ku minta kau memberitahu
Direktur bahwa aku bertindak berdasarkan kemauanku sendiri. Kau merekam telepon
ini?" Boxton diam sejenak, tidak yakin apakah Cilke
senang direkam. Tapi sejak Cilke menjadi sasaran,
seluruh hubungan teleponnya dimonitor. "Ya," katanya.
"Bagus," jawab Cilke. "Sebagai catatan, baik kau maupun orang lainnya dalam FBI
tidak bertanggung jawab atas tindakanku sekarang. Aku memasuki suasana
bermusuhan yang melibatkan tiga tokoh terkenal
kejahatan terorganisir, dan seorang polisi pemberontak New York City yang
bersenjata berat." Boxton menyela Cilke. "Kurt, tunggu bantuan."
"Tidak ada waktu," kata Cilke. "Lagi pula, ini
kekacauanku. Aku sendiri yang akan membereskannya."
Ia sempat berpikir untuk meninggalkan pesan bagi
Georgette, tapi memutuskan bahwa tindakan tersebut
kurang baik. Biarlah tindakannya yang berbicara. Ia
menutup telepon tanpa mengatakan apa-apa lagi. Saat
meninggalkan mobil, ia menyadari bahwa ia parkir di
tempat yang tidak semestinya.
Yang pertama dilihat Cilke sewaktu memasuki
gudang adalah pistol Washington menancap di leher
Tulippa. Semua orang dalam ruangan membisu. Tidak ada yang bergerak.
"Aku petugas federal," kata Cilke mengumumkan,
sambil melambaikan pistolnya ke atas. "Turunkan senjata kalian."
Aspinella berpaling pada Cilke dan berbicara dengan
nada mengejek, "Aku tahu kau siapa. Aku yang
menangkap di sini. Pergilah menangkap akuntan atau
pialang saham atau apa pun yang kalian orang-orang
379 OMERTA - Mario Puzo bersetelan suka melakukan untuk membuang waktu. Ini
masalah NYPD." "Detektif," kata Cilke dengan tenang, "buang
senjatamu sekarang. Kalau tidak, aku akan menggunakan kekerasan kalau perlu. Aku
punya alasan untuk percaya kau merupakan bagian dari persekongkolan."
Aspinella tidak memperhitungkan hal ini. Dari
pandangan Cilke dan kemantapan suaranya, ia tahu Cilke tidak akan mundur. Tapi
ia sendiri tidak bermaksud
menyerah, tidak selama ia masih memegang pistol. Cilke mungkin sudah bertahun-
tahun tidak pernah menembak
siapa pun, pikirnya. "Kau mengira aku bagian dari
persekongkolan?" teriaknya. "Well, menurutku justru kau yang ikut serta dalam
persekongkolan. Menurutku kau
sudah menerima suap dari sampah ini selama bertahun-
tahun." Ia kembali menyodok Tulippa dengan pistolnya.
"Benar, Senor?"
Mula-mula Tulippa tidak mengatakan apa-apa, tapi
sewaktu Aspinella menghantam selangkangannya dengan
lutut, ia terlipat dan mengangguk.
"Berapa?" tanya Aspinella padanya.
"Lebih dari satu juta dolar," kata Tulippa sambil
terengah-engah. Cilke berusaha mengendalikan kemarahannya dan
berkata, "Setiap dolar yang mereka kirim ke rekeningku dimonitor FBI. Ini
penyelidikan federal, Detektif
Washington." Ia menghela napas panjang, menghitung
mundur, sebelum berkata kepada Aspinella, "Ini
peringatan terakhir. Letakkan senjatamu atau ku
tembak." Astorre mengawasi mereka dengan tenang. Aldo
Monza berdiri tanpa disadari yang lainnya di balik mesin-mesin lain. Astorre
melihat kerjapan di wajah Aspinella.
380 OMERTA - Mario Puzo Lalu, seakan-akan kejadiannya berlangsung dalam gerak lambat, ia melihat
Aspinella menyelinap ke belakang
Tulippa dan menembak Cilke. Tapi begitu ia menembak, Tulippa berhasil
membebaskan diri dan membuang diri ke lantai, menyebabkan Aspinella kehilangan
keseimbangan. Cilke tertembak dadanya. Tapi ia balas menembak
satu kali dan melihat Aspinella terhuyung-huyung ke
belakang, darah menyembur dari bawah bahu kanannya.
Mereka menembak tidak dengan niat untuk membunuh.
Mereka mengikuti apa yang telah mereka pelajari pada latihan masing-masing,
hingga saat terakhir, mengincar bagian tubuh yang paling lebar. Tapi saat
Aspinella merasa kesakitan akibat peluru dan melihat lukanya, ia tahu sudah waktunya untuk
melupakan prosedur. Ia membidik ke antara mata Cilke. Ia menembak empat kali.
Masing-masing peluru tepat mengenai sasaran, hingga
hidung Cilke berubah menjadi gumpalan jaringan yang
luluh lantak dan Aspinella bisa melihat potongan otaknya menciprati sisa-sisa
keningnya. Tulippa melihat Aspinella telah terluka dan
kehilangan keseimbangan. Ia menyengkelitnya dan
menyiku wajah Aspinella. Aspinella pingsan. Tapi sebelum Tulippa sempat meraih
pistolnya, Astorre keluar dari balik mesin dan menendang pistol tersebut ke
seberang ruangan. Lalu ia berdiri di atas Tulippa dan menawarkan tangannya.
Tulippa menerimanya dan Astorre mengangkatnya
berdiri. Sementara itu, Monza dan anggota regunya yang masih hidup mengepung
sisa anak buah Portella dan
mengikat mereka di balok-balok penopang gudang yang
terbuat dari baja. Tidak ada yang menyentuh Cilke dan Portella.
"Nah," kata Astorre. "Kurasa ada urusan yang harus
381 OMERTA - Mario Puzo kita selesaikan." Tulippa kebingungan. Astorre benar-benar penuh
kontradiksi - musuh yang bersahabat, pembunuh yang
senang menyanyi. Bisakah orang seaneh ini dipercaya"
Astorre berjalan ke tengah-tengah gudang dan
memberi isyarat agar Tulippa mengikutinya. Setelah tiba di tempat terbuka, ia
berhenti dan memandang orang
Amerika Selatan tersebut. "Kau sudah membunuh
pamanku dan kau mencoba mencuri bank-bank kami.
Seharusnya aku bahkan tidak menyia-nyiakan napasku
padamu." Lalu Astorre mencabut stiletto-nya, mata pisau yang keperakan itu
berkilat kemilau, dan ia menunjukkannya kepada Tulippa. "Seharusnya ku potong saja tenggorokanmu untuk
menyelesaikan semuanya. Tapi kau lemah, dan menjagal pria tua yang tidak berdaya bukanlah tindakan
terhormat. Jadi, kuberi kau
kesempatan untuk berkelahi."
Setelah berkata begitu dan mengangguk hampir
tidak kentara ke arah Monza, Astorre mengangkat kedua tangannya, seakan-akan
menyerah, lalu ia membuang
pisaunya dan mundur beberapa langkah. Tulippa lebih tua dan bertubuh lebih besar
daripada Astorre, tapi ia pernah membunuh banyak orang. Ia sangat menguasai
pisau. Sekalipun begitu, ia tetap bukan tandingan Astorre.
Tulippa memungut stiletto tersebut dan mulai
mendekati Astorre. "Kau bodoh dan ceroboh,?"katanya.
"Padahal aku sudah siap untuk mengangkatmu sebagai
partner." Ia menerjang Astorre beberapa kali, tapi Astorre lebih cepat dan
berhasil menghindarinya. Sewaktu Tulippa berhenti sejenak untuk meredakan napas,
Astorre menanggalkan medalion emas dari lehernya dan
membuangnya ke lantai, menampilkan bekas luka ungu di tenggorokannya. "Aku ingin
inilah yang terakhir kau lihat sebelum mati."
382 OMERTA - Mario Puzo Tulippa tertegun menatap bekas luka tersebut,
warna ungu yang belum pernah dilihatnya. Dan sebelum ia menyadarinya, Astorre
menendang stiletto dari tangannya dan dengan ketepatan yang cepat ia
menghantamkan lututnya ke punggung Tulippa, mengunci lehernya, dan
mematahkannya. Semua orang mendengar
derakan tulang patah. Tanpa berhenti sedikit pun untuk memandang
korbannya, Astorre meraih medalionnya, memakainya
kembali, dan meninggalkan gudang itu.
Lima menit kemudian, satu skuadron mobil FBI tiba
di Viola Macarony Company. Aspinella Washington, yang masih hidup, dibawa ke


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ruang gawat darurat rumah sakit.
Sewaktu para petugas FBI selesai mempelajari
rekaman video tanpa suara yang diambil Monza, mereka memutuskan bahwa Astorre,
yang telah mengangkat tangan dan membuang pisaunya, hanya membela diri.
383 OMERTA - Mario Puzo EPILOG NICOLE membanting telepon dan berteriak pada
sekretarisnya, "Aku muak mendengar betapa lemahnya
eurodollar. Coba cari Mr. Pryor. Dia mungkin ada di lubang kesembilan di
lapangan golf." Saat ini dua tahun telah berlalu, dan Nicole telah
mengambil alih sebagai pemimpin bank-bank Aprile.
Sewaktu Mr. Pryor siap untuk pensiun, ia bersikeras
bahwa Nicole adalah orang yang paling tepat untuk
pekerjaan ini. Nicole seorang pejuang perusahaan yang ahli dan tidak akan
menyerah pada tekanan dari para
pengatur perbankan dan tuntutan nasabah.
Hari ini Nicole berusaha mati-matian untuk
membersihkan mejanya. Malam hari nanti ia dan kakak-
kakaknya akan terbang ke Sisilia untuk menghadiri
perayaan keluarga bersama Astorre. Tapi sebelum bisa pergi, ia harus berurusan
dengan Aspinella Washington, yang menunggu jawaban apakah Nicole bersedia
mewakilinya dalam banding untuk menghindari hukuman
mati. Hal itu menyebabkan Nicole ketakutan, dan bukan saja karena ia telah
memiliki pekerjaan penuh waktu.
Mula-mula, sewaktu Nicole menawarkan diri untuk
memimpin bank-bank tersebut, Astorre bersikap ragu-
ragu, teringat pada permintaan-permintaan terakhir sang Don. Tapi Mr. Pryor
meyakinkannya bahwa Nicole juga
384 OMERTA - Mario Puzo menuruni sifat ayahnya. Setiap kali ada tagihan besar yang harus dilakukan, bank
bisa mengandalkan pada kombinasi kemampuan Nicole untuk berbicara dengan
manis dan mengintimidasi secara tidak kentara. Nicole tahu cara untuk
menghasilkan. Interkom Nicole mendesis, dan Mr. Pryor
menyapanya dengan sikapnya yang sopan, "Apa yang bisa kubantu, sayangku?"
"Kita bisa mati gara-gara nilai tukar ini," kata Nicole.
"Bagaimana kalau kita mengalokasikan dana yang lebih besar lagi ke deutsche
mark?" "Kurasa itu gagasan bagus," kata Mr. Pryor.
"Kau tahu," kata Nicole, "perdagangan valas ini
sama logisnya seperti ke Vegas dan bermain baccarat sepanjang hari."
Mr. Pryor tertawa. "Mungkin saja begitu, tapi
kekalahan baccarat tidak dijamin oleh Federal Reserve."
Setelah memutuskan telepon, Nicole duduk
sejenak dan memikirkan kemajuan bank. Sejak
mengambil alih, ia telah mengakuisisi enam bank lagi di negara-negara yang
sedang booming dan melipatgandakan laba perusahaan. Tapi ia lebih senang lagi karena bank bisa
memberikan pinjaman lebih besar lagi kepada bisnis-bisnis baru di negara-negara
berkembang. Ia tersenyum sendiri saat teringat hari
pertamanya. Begitu peralatan kantornya yang baru tiba, Nicole
menyusun surat kepada Menteri Keuangan Peru, yang
isinya menuntut pembayaran semua utang negara
tersebut yang telah melewati jatuh tempo. Sebagaimana telah diduganya, hal ini
menyebabkan timbulnya krisis 385
OMERTA - Mario Puzo ekonomi di negara tersebut, disusul oleh kekacauan politik dan perubahan dalam
pemerintah. Partai yang baru
berkuasa menuntut pengunduran diri Konsul Jenderal Peru untuk PBB, Marriano
Rubio. Dalam bulan-bulan setelah itu, Nicole merasa
gembira saat membaca bahwa Rubio menyatakan diri
bangkrut. Rubio juga menghadapi serangkaian tuntutan hukum yang rumit dari para
investor Peru yang telah membiayai salah satu dari sekian banyak proyek
petualangannya - sebuah taman hiburan yang gagal.
Rubio bersumpah taman tersebut akan menjadi
"Disneyland Latin", tapi ia hanya mampu menarik mainan Ferris Wheel dan Taco
Bell. Kasusnya, yang oleh tabloid-tabloid dijuluki sebagai Pembantaian Makaroni, telah
menjadi insiden internasional. Begitu Aspinella Washington pulih dari luka akibat tembakan Cilke
- yang melubangi paru-parunya - ia menyebarkan pernyataan ke sejumlah media.
Sementara menunggu persidangan, ia menggambarkan dirinya
sebagai martir yang sekelas dengan Joan of Arc. la
menuntut FBI dengan tuduhan percobaan pembunuhan,
pemfitnahan, dan pelanggaran hak-hak asasinya. Ia juga menuntut Departemen
Kepolisian New York untuk gaji
yang tidak diterimanya selama
skorsing. Sekalipun begitu, juri hanya memerlukan waktu tiga
jam berdiskusi untuk memvonisnya. Sewaktu vonis
bersalah diumumkan, Aspinella memecat pembelanya dan mengajukan petisi kepada
Kampanye Anti Hukuman Mati
untuk meminta perwakilan. Lebih jauh lagi, ia menuntut agar Nicole Aprile yang
menangani kasusnya. Dari selnya di jajaran narapidana hukuman mati, Aspinella
memberitahu media massa, "Sepupunya yang melihatkan
386 OMERTA - Mario Puzo diriku dalam hal ini, jadi sekarang dia harus
mengeluarkanku." Mula-mula Nicole menolak bertemu dengan
Aspinella, mengatakan bahwa pengacara mana pun bisa
memahami penolakannya karena pertentangan
kepentingan. Tapi lalu Aspinella menuduh Nicole rasialis, dan Nicole - yang tidak
ingin mendapat masalah dengan
para debitor dari kaum minoritas setuju untuk
menemuinya. Pada hari pertemuan mereka, Nicole harus
menunggu dua puluh menit sementara Aspinella
menyambut sekelompok kecil pejabat asing. Mereka
memuji Aspinella sebagai pahlawan yang berani
menentang hukum Amerika yang barbar. Akhirnya
Aspinella memberi isyarat agar Nicole mendekati jendela kaca. Pada penutup mata
Aspinella sekarang terjahit kata KEBEBASAN.
Nicole mengajukan seluruh alasan kenapa ia
menolak kasus ini, dan mengakhirinya dengan
menunjukkan bahwa ia telah mewakili Astorre dalam
kesaksian melawan Aspinella.
Aspinella mendengarkan dengan hati-hati,
memuntir-muntir borgol barunya. "Aku dengar," katanya,
"tapi banyak hal yang tidak kau ketahui. Astorre benar : Aku bersalah untuk
kejahatan-kejahatan yang kulakukan, dan aku akan menghabiskan seumur hidupku
untuk membayarnya. Tapi tolong bantu aku hidup cukup lama
untuk memperbaiki sebisa-bisaku."
Mula-mula Nicole mengira ini hanyalah salah satu
tipuan untuk meraih simpati, tapi ada sesuatu dalam
suaranya yang menyentuh perasaan Nicole. Ia masih
percaya bahwa tidak ada manusia yang berhak
menghukum mati manusia lainnya. Ia masih percaya
387 OMERTA - Mario Puzo pada pengampunan. Ia merasa Aspinella berhak
mendapat pembelaan, sama seperti narapidana hukuman
mati lainnya. Ia hanya berharap bukan dirinya yang
menangani kasus yang satu ini.
Sebelum bisa mengambil keputusan terakhir, Nicole
tahu ada satu orang lagi yang masih harus dihadapinya.
Sesudah pemakaman, di mana Cilke dimakamkan
sebagai pahlawan, Georgette mengajukan permintaan
untuk bertemu dengan Direktur. Seorang pengawal FBI
menjemputnya dari bandara dan membawanya ke markas
besar Biro. Sewaktu Georgette memasuki kantor Direktur, sang
direktur memeluknya dan berjanji bahwa Biro akan
melakukan apa pun yang perlu dilakukan untuk
membantu Georgette dan putrinya mengatasi kehilangan ini.
"Tenma kasih," kata Georgette. "Tapi aku datang
bukan untuk itu. Aku harus tahu kenapa suamiku
dibunuh." Direktur diam cukup lama sebelum berbicara. Ia
tahu Georgette telah mendengar isu-isu, dan isu-isu
tersebut bisa menjadi ancaman terhadap citra Biro. Ia harus meyakinkan
Georgette. Akhirnya ia berkata, "Harus ku akui, sekalipun memalukan, bahwa kami
sendiri merasa perlu menyelenggarakan penyelidikan. Suamimu
merupakan teladan bagaimana seorang anggota FBI
seharusnya. Dia sangat mengabdi pada pekerjaannya, dan dia mematuhi hukum hingga
sekecil-kecilnya. Aku tahu dia tidak akan pernah melakukan tindakan yang
membahayakan Biro maupun keluarganya."
"Kalau begitu, kenapa dia pergi ke gudang itu
388 OMERTA - Mario Puzo seorang diri?" tanya Georgette. "Dan apa hubungannya dengan Portella?"
Direktur berceloteh sesuai latihan yang telah
dijalaninya bersama stafnya sebelum pertemuan ini.
"Suamimu seorang penyelidik yang hebat. Dia mendapat kebebasan dan kehormatan
untuk mengikuti petunjuknya sendiri. Kami tidak percaya dia menerima suap atau
berhubungan dengan Portella maupun dengan yang
lainnya. Keberhasilannya selama ini sudah banyak
berbicara. Dia orang yang mematahkan Mafia."
Saat meninggalkan kantor Direktur, Georgette
menyadari bahwa ia tidak mempercayai atasan suaminya.
Ia tahu bahwa untuk menemukan kedamaian, ia harus
mempercayai kebenaran yang dirasakannya dalam
hatinya: bahwa suaminya, terlepas dari semangatnya,
merupakan pria terbaik yang pernah ditemuinya.
Setelah pembunuhan terhadap suaminya, Georgette Cilke meneruskan kegiatan
sukarelanya di markas besar
Kampanye Anti Hukuman Mati New York, tapi Nicole tidak pernah bertemu dengannya
sejak percakapan mereka yang menentukan tersebut. Karena tanggung jawab Nicole di bank, ia mengaku
terlalu sibuk untuk mengurusi
Kampanye. Tapi yang sebenarnya, ia tidak berani bertemu muka dengan Georgette.
Sekalipun begitu, sewaktu Nicole berjalan masuk
dari pintu, Georgette menyambutnya dengan pelukan
hangat. "Aku rindu padamu," katanya.
"Maaf aku tidak menghubungimu selama ini," jawab
Nicole. "Aku mencoba menulis surat turut berduka, tapi aku tidak bisa menemukan
kata-katanya." Georgette mengangguk dan berkata, "Aku
389 OMERTA - Mario Puzo mengerti." "Tidak," kata Nicole, tenggorokannya bagai dicekik,
"kau tidak mengerti. Aku layak disalahkan atas apa yang sudah terjadi pada
suamimu. Kalau saja aku tidak
membicarakannya denganmu sore itu..."
"Tidak akan ada bedanya," potong Georgette. "Kalau
bukan karena sepupumu, pasti karena orang lain. Kurt tahu dan aku juga
mengetahuinya." Georgette hanya
ragu-ragu sejenak sebelum menambahkan, "Yang penting sekarang adalah kita
mengingat kebaikannya. Jadi,
sebaiknya kita tidak membiarkan masa lalu. Aku yakin ada hal-hal yang kita semua
sesali." Nicole berharap seandainya semudah itu. Ia
menghela napas panjang. "Ada satu hal lagi, Aspinella Washington memintaku
mewakilinya." Sekalipun Georgette berusaha menutupinya, Nicole
melihatnya mengernyit saat nama Aspinella disebut.
Georgette bukanlah wanita yang religius, tapi pada saat ini ia merasa yakin
bahwa Tuhan tengah menguji
keyakinannya. "OK," katanya sambil menggigit bibir.
"OK?" tanya Nicole terkejut. Semula ia berharap
Georgette akan keberatan, melarangnya, sehingga ia
sendiri bisa menolak Aspinella dengan dasar
kesetiakawanan terhadap Georgette. Nicole serasa
mendengar kembali kata-kata ayahnya, "Ada kehormatan dalam kesetiaan seperti
itu." "Ya," kata Georgette sambil memejamkan mata.
"Kau harus membelanya."
Nicole terpesona. "Aku tidak perlu melakukannya.
Semua orang akan mengerti."
"Itu munafik," kata Georgette. "Nyawa satu orang
sama sucinya seperti yang lain. Kita tidak bisa
menyesuaikan kepercayaan kita hanya karena hal itu
390 OMERTA - Mario Puzo menyakitkan." Georgette terdiam dan mengulurkan tangan pada
Nicole untuk mengucapkan selamat berpisah. Kali ini
mereka tidak berpelukan. Sesudah mengenang percakapan tersebut sepanjang
hari, Nicole akhirnya menghubungi Aspinella dan, dengan perasaan enggan,
menerima kasus tersebut. Satu jam
kemudian Nicole telah berangkat ke Sisilia.
Minggu berikutnya Georgette mengirimkan pesan ke koordinator Kampanye Anti
Hukuman Mati. Ia memberitahukan bahwa bersama putrinya ia akan pindah ke kota lain dan memulai
kehidupan baru. Ia berharap semua orang baik-baik saja. Ia tidak meninggalkan
alamatnya yang baru. Astorre telah memenuhi sumpahnya kepada Don Aprile, untuk menyelamatkan bank-
bank dan memastikan kesejahteraan keluarganya. Dalam pemikirannya sendiri, sekarang ia bebas dari
kewajiban apa pun. Dalam minggu setelah ia dibebaskan dari segala
tuduhan dalam kasus pembunuhan di gudang makaroni
itu, ia bertemu dengan Don Craxxi dan Octavius Bianco di kantor gudangnya dan
memberitahu mereka keinginannya untuk kembali ke Sisilia. Ia menjelaskan bahwa
ia merasa rindu pada tanah itu, bahwa Sisilia telah merasuki mimpi-mimpinya
selama bertahun-tahun. Ia memiliki banyak


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kenangan manis akan masa kanak-kanaknya di Villa
Grazia, tempat peristirahatan Don Aprile, dan ia selalu berharap bisa kembali ke
sana. Kehidupan di sana lebih sederhana, tapi lebih kaya dalam banyak h al.
391 OMERTA - Mario Puzo Pada waktu itulah Bianco memberitahunya, "Kau
tidak perlu kembali ke Villa Grazia. Kau memiliki properti yang sangat luas di
Sisilia. Seluruh desa Castellammare del Golfo."
Astorre kebingungan. "Bagaimana mungkin?"
Benito Craxxi memberitahunya tentang hari ketika
pemimpin besar Mafia, Don Zeno, memanggil ketiga
temannya sementara ia berbaring sekarat. "Kau
merupakan bocah kesayangannya," kata Don Craxxi. "Dan sekarang kau satu-satunya
keturunannya yang masih hidup. Desa tersebut sudah diwariskan kepadamu oleh
ayah kandungmu. Kau memilikinya secara sah."
"Sewaktu Don Aprile membawamu ke Amerika, Don
Zeno memberikan suplai bahan makanan pada desa
tersebut, sampai saat kau datang untuk mengklaimnya
kembali. Kami yang melindungi desa tersebut sesudah
kematian ayahmu, sesuai permintaannya. Sewaktu para
petani menderita kegagalan panen, kami menawarkan
bantuan untuk membeli buah-buahan dan biji-bijian untuk ditanam - sekadar untuk
menolong." "Kenapa kalian tidak memberitahukan hal ini padaku
sebelumnya?" tanya Astorre.
"Don Aprile meminta kami bersumpah untuk
merahasiakannya," kata Bianco. "Ayahmu menginginkan
kau menjadi bagian dari keluarganya. Dia juga
memerlukan dirimu untuk melindungi anak-anaknya.
Sebenarnya kau memiliki dua orang ayah. Kau benar-
benar beruntung." Astorre mendarat di Sisilia suatu hari yang cerah. Dua pengawal Michael
Grazziella menjumpainya di bandara
dan mendampinginya ke sebuah Mercedes biru tua.
392 OMERTA - Mario Puzo Saat mereka melaju melintasi Palermo, Astorre
mengagumi keindahan kota tersebut. Tiang-tiang marmer dan ukiran-ukiran sosok
mistik yang menghiasi beberapa kuil Yunani, yang lainnya berupa orang-orang suci
dan malaikat-malaikat yang diukirkan pada batu-batu kelabu di katedral-katedral
Spanyol. Perjalanan ke Castellammare del Golfo memakan waktu lebih dari dua jam, melintasi jalan
tunggal berbatu-batu. Sebagaimana biasa, bagi Astorre yang paling mengagumkan
dari Sisilia adalah keindahan pedalamannya, dengan pemandangan
Laut Mediterania yang memesona.
Desa itu sendiri, di dasar lembah yang dikelilingi
pegunungan merupakan sebuah labirin dari batu-batu
bulat, dipagari oleh rumah-rumah kecil bertingkat dua.
Astorre melihat beberapa orang mengintip dari sela-sela jendela bercat putih
ditutup rapat untuk mencegah
sengatan matahari siang. Ia disambut oleh wali kota tersebut, seorang pria
pendek berpakaian petani yang memperkenalkan diri
sebagai Leo DiMarco dan membungkuk kepadanya dengan
hormat. "Il Padrone," katanya. "Selamat datang."
Astorre, yang merasa tidak nyaman, tersenyum dan
bertanya dalam bahasa Sisilia, "Apa Anda bersedia
mengantarku berkeliling desa?"
Mereka melewati beberapa orang tua yang tengah
bermain kartu di bangku-bangku kayu. Di sisi seberang alun-alun terdapat sebuah
gereja Katolik. Dan ke dalam gereja inilah, Saint Sebastian, wali kota tersebut
pertama-tama membawa Astorre, yang tidak pernah mengucapkan
doa resmi sejak pembunuhan Don Aprile. Astorre berlutut dengan kepala tertunduk,
untuk mendapat berkat dari
Pater Del Vecchio, pastor desa tersebut.
Sesudah itu, Wali Kota DiMarco mengajak Astorre ke
393 OMERTA - Mario Puzo sebuah rumah kecil di mana ia akan tinggal. Di sepanjang jalan, Astorre melihat
beberapa carabinieri, atau Polisi Nasional Italia, tengah bersandar ke rumah-
rumah, dengan senapan siap di tangan. "Begitu malam tiba, lebih aman untuk tetap
tinggal di desa," kata Wali Kota
menjelaskan. "Tapi di siang hari lebih menyenangkan
untuk berada di ladang."
Selama beberapa hari berikutnya Astorre berjalan-
jalan jauh memasuki pedalaman yang segar oleh bau
jeruk dan lemon. Tujuan utamanya adalah bertemu
dengan penduduk desa dan menjelajahi rumah-rumah
batu kuno yang dibangun bagai vila-vila Romawi. Ia ingin menemukan satu yang
bisa dijadikan rumahnya. Pada hari ketiga, ia tahu bahwa ia akan merasa
bahagia di sini. Para penduduk desa yang biasanya
waspada dan khidmat menyapanya di jalan-jalan, dan
saat ia duduk di caf? di alun-alun, para pria manula anak-anak menggodanya.
Hanya ada dua hal lagi yang harus dilakukannya.
Keesokan paginya Astorre meminta Wali Kota
menunjukkan letak pemakaman desa.
"Untuk apa?" tanya DiMarco.
"Untuk memberikan penghormatan kepada ayah dan
ibuku," jawab Astorre.
DiMarco mengangguk dan bergegas menyambar
sebatang anak kunci besar dari dinding kantor.
"Seberapa baik Anda mengenal ayahku?" tanya
Astorre padanya. DiMarco bergegas membuat tanda salib di dadanya.
"Siapa yang tidak mengenal Don Zeno" Kami berutang
nyawa padanya. Dia menyelamatkan anak-anak kami
394 OMERTA - Mario Puzo dengan obat-obatan yang mahal dari Palermo. Dia
melindungi desa kami dari para penjarah dan bandit."
"Tapi seperti apa dia sebagai manusia?" tanya
Astorre. DiMarco mengangkat bahu. "Ada beberapa orang di
sini yang mengenalnya cukup dekat, dan bahkan lebih
sedikit lagi yang mau berbicara tentang dirinya padamu.
Dia sudah menjadi legenda. Jadi, siapa yang ingin tahu orang yang sebenarnya?"
Aku, pikir Astorre. Mereka berjalan melintasi pedalaman, lalu mendaki
sebuah bukit curam. DiMarco sesekali berhenti untuk
meredakan napas. Akhirnya Astorre melihat pemakaman
itu. Tapi, sebagai ganti batu-batu nisan, di sana terdapat sederetan bangunan
batu kecil. Mausoleum, semuanya
dikelilingi pagar besi cor tinggi yang memiliki gerbang terkunci. Tanda di
atasnya berbunyi: DI BALIK GERBANG
INI, SEMUANYA TIDAK BERDOSA.
Wali Kota membuka kunci gerbang dan mengajak
Astorre ke mausoleum ayahnya yang terbuat dari marmer kelabu, ditandai batu
nisan bertuliskan VINCENZO ZENO: SEORANG PRIA YANG BAIK DAN DERMAWAN. Astorre
memasuki bangunan tersebut dan mengamati foto
ayahnya di altar. Itu pertama kalinya ia melihat foto ayahnya, dan ia terpesona
menyadari betapa akrab wajah tersebut baginya.
DiMarco kemudian membawa Astorre ke bangunan
kecil lain, beberapa deret jauhnya. Yang ini terbuat dari marmer putih, satu-
satunya warna hanyalah kaca hiasan biru muda yang menggambarkan ukiran Bunda
Maria di lengkungan pintu masuk. Astorre melangkah masuk dan
memeriksa fotonya. Gadis tersebut tidak lebih dari dua puluh dua tahun, tapi
mata hijaunya yang lebar dan
395 OMERTA - Mario Puzo senyumnya yang ramah terasa hangat baginya.
Di luar, ia berkata kepada DiMarco, "Sewaktu masih
kanak-kanak, aku senang memimpikan wanita seperti dia, tapi kukira dia seorang
malaikat." DiMarco mengangguk. "Dia memang gadis yang
cantik Aku ingat saat masih menemuinya di gereja. Dan kau benar. Dia menyanyi
bagai malaikat." Astorre berkuda tanpa pelana melintasi pedalaman,
hanya berhenti cukup lama untuk menyantap keju susu
kambing segar dan roti yang telah disiapkan oleh salah seorang wanita desa.
Akhirnya ia tiba di Corleone. Ia tidak lagi menunda
pertemuannya dengan Michael Grazziella. Paling tidak, ia wajib menunjukkan
keramahan pada pria tersebut.
Kulit Astorre telah berubah kecokelatan akibat
menghabiskan siang di ladang, dan Grazziella
menyambutnya dengan tangan terbuka dan pelukan
hangat. "Matahari Sisilia baik untukmu," katanya.
Astorre mengucapkan terima kasih dengan sopan,
"Terima kasih untuk segalanya. Terutama untuk
dukunganmu." Grazziella menemaninya berjalan-jalan ke desanya.
"Apa yang membawamu ke Corleone?"
"Kurasa kau tahu alasan kedatanganku," jawab
Astorre. Grazziella tersenyum. "Seorang pria muda sekuat
dirimu" Tentu saja! Akan ku antar kau menemuinya
segera. Kehadirannya benar-benar menggembirakan,
bunga Mawar-mu ini. Dan dia menggembirakan orang
yang ditemuinya." Karena mengetahui selera seksual Rosie, Astorre
sejenak merasa penasaran apakah Grazziella hendak
396 OMERTA - Mario Puzo menceritakan sesuatu padanya. Tapi bergegas menahan
diri. Grazziella terlalu kaku untuk mengatakan hal-hal seperti itu, dan terlalu
Sisilia untuk membiarkan ketidaksopanan seperti itu berlangsung dalam
pengawasannya. Vila tempat tinggal Rosie hanya beberapa menit
jauhnya. Sewaktu mereka tiba di sana, Grazziella berseru,
"Rose, sayangku, ada yang mencarimu."
Rosie mengenakan gaun biru sederhana, sementara
rambut pirangnya diikat ke belakang. Tanpa riasan, ia tampak lebih muda dan
lebih polos daripada yang diingat Astorre.
Rosie berhenti sewaktu melihatnya, terkejut. Tapi
lalu ia menjerit, "Astorre!" Rosie berlari kepadanya, menciuminya, dan mulai
berceloteh dengan penuh semangat. "Aku sudah belajar berbicara dialek Sisilia dengan lancar. Dan aku
juga belajar beberapa resep
terkenal. Kau suka gnocchi bayam?"
Astorre mengajak Rosie ke Castellammare del Golfo
dan menghabiskan minggu berikutnya dengan
menunjukkan desanya dan pedalaman sekitarnya. Setiap hari mereka berenang,
bercakap-cakap selama berjam-jam, dan bercinta dengan kenyamanan yang hanya bisa
timbul dengan berlalunya waktu.
Astorre mengamati Rosie dengan hati-hati, kalau-
kalau gadis tersebut mulai bosan terhadap dirinya
ataupun terhadap kehidupan sederhana. Tapi tampaknya Rosie benar-benar merasa
damai. Astorre penasaran apakah, setelah apa yang telah mereka lalui bersama-
sama, ia bisa benar-benar mempercayai Rosie. Lalu ia penasaran apakah bijaksana
untuk sedemikian mencintai seorang wanita, hingga mempercayainya sepenuhnya. la
dan Rosie sama-sama memiliki rahasia yang harus
397 OMERTA - Mario Puzo dilindungi - hal-hal yang tidak ingin diingatnya maupun dibagikan pada orang lain.
Tapi Rosie mengenalnya dan masih mencintainya. Rosie akan menjaga rahasianya,
dan ia akan menjaga rahasia Rosie.
Hanya ada satu hal yang masih mengganggunya.
Rosie memiliki kelemahan terhadap uang dan hadiah-
hadiah indah. Astorre penasaran apakah Rosie akan
pernah puas dengan apa pun yang bisa ditawarkan
seorang pria padanya. Ia harus tahu.
Pada hari terakhir mereka bersama-sama di
Corleone, Astorre dan Rosie menunggang kuda melintasi bukit-bukit, terbang di
pedalaman hingga senja. Lalu mereka berhenti di sebuah ladang anggur, mereka
memetik buahnya, dan saling menyuapi.
"Sulit dipercaya aku tinggal begitu lama di sini," kata Rosie saat mereka
beristirahat bersama-sama di
rerumputan. Mata Astorre berkilau tajam. "Apa menurutmu kau
bisa tinggal sedikit lebih lama lagi?"
Rosie tampak terkejut. "Apa maksudmu?"
Astorre berlutut pada satu kaki dan mengulurkan
tangan. "Mungkin lima puluh atau enam puluh tahun lagi,"
katanya sambil tersenyum tulus. Di telapak tangannya terdapat sebentuk cincin
kuningan sederhana. "Kau mau menikah denganku?" tanyanya.
Astorre mencari tanda-tanda keraguan dalam
pandangan Rosie, sedikit kekecewaan karena melihat
harga cincinnya. Tapi jawaban Rosie muncul dengan
cepat. Ia memeluk leher Astorre dan menghujaninya
dengan ciuman. Lalu mereka jatuh ke tanah dan berguling bersama-sama menuruni
bukit. Sebulan kemudian, Astorre dan Rosie menikah di
salah satu ladang sitrun milik Astorre. Pater Del Vecchio 398
OMERTA - Mario Puzo yang memimpin upacara. Semua orang dari kedua desa
hadir. Bukit itu bagai berubah menjadi karpet ungu oleh hamparan bunga wisteria,
dan bau lemon serta jeruk
memenuhi udara. Astorre mengenakan pakaian petani
putih, dan Rosie mengenakan gaun sutra merah muda.
Babi-babi dipanggang di atas bara yang memerah
dan tomat-tomat matang dibawa dari ladang. Juga ada
roti-roti yang baru keluar dari panggangan dan keju-keju segar. Anggur buatan
sendiri mengalir bagai sungai.
Setelah pesta usai dan mereka saling mengucapkan
janji, Astorre menghibur mempelainya dengan balada
kesukaannya. Acara minum-minum dan menari
berlangsung terus hingga matahari terbit.
Keesokan paginya, sewaktu Rosie terjaga, ia melihat Astorre tengah menyiapkan
kuda-kuda mereka. "Mau
berkuda bersamaku?" tanya Astorre.
Mereka berkuda sepanjang hari, hingga Astorre
menemukan apa yang dicarinya - Villa Grazia. "Surga
rahasia pamanku. Aku menghabiskan masa-masa paling
bahagia sebagai anak-anak di sini."


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia berjalan ke taman di bagian belakang rumah,
Rosie mengikuti di belakangnya. Dan akhirnya mereka
tiba di pohon zaitun itu, yang tumbuh dari biji yang ditanam Astorre sewaktu ia
masih kanak-kanak. Pohon tersebut sekarang sama tinggi dengan dirinya, dan
batangnya cukup tebal. Astorre mengambil sebilah pisau tajam dari sakunya dan
menyambar salah satu cabang
zaitun itu, lalu memotongnya.
"Kita akan menanaminya di kebun kita. Jadi, kalau
anak kita lahir kelak, dia juga akan memiliki
kenangan indah." 399 OMERTA - Mario Puzo Setahun kemudian, Astorre dan Rosie merayakan
kelahiran putra mereka, Raymonde Zeno. Dan ketika tiba waktunya untuk membaptis
bocah tersebut, mereka mengundang keluarga Astorre ke Gereja Saint Sebastian.
Sesudah Pater Del Vecchio menyelesaikan tugasnya,
Valerius, sebagai anak tertua Aprile, mengangkat gelas anggur dan menyulang.
"Semoga kalian semua sejahtera dan hidup bahagia. Dan semoga putra kalian tumbuh
dengan semangat Sisilia dan keromantisan Amerika di
dalam jantungnya." Marcantonio mengacungkan gelasnya dan
menambahkan, "Dan kalau dia ingin tampil dalam komedi situasi, kau tahu bisa
menghubungi siapa." Sekarang, karena bank-bank Aprile begitu
menguntungkan, Marcantonio bisa mendapatkan kredit
sebesar dua puluh juta dolar untuk mengembangkan
karya-karya dramanya sendiri. Ia dan Valerius tengah bekerja sama dalam sebuah
proyek yang didasarkan pada arsip FBI tentang ayah mereka. Nicole menganggap
gagasan tersebut buruk, tapi mereka semua setuju bahwa sang Don pasti akan
menghargai gagasan mendapatkan
sejumlah besar uang dengan mendramatisir legenda
kejahatannya. "Tuduhan kejahatan," tambah Nicole.
Astorre penasaran, mengapa masih ada yang peduli.
Mafia lama telah mati. Para don yang agung telah mencapai tujuan mereka dan
telah menggabungkan diri ke dalam masyarakat dengan anggun, sebagaimana yang
selalu dilakukan para penjahat terbaik. Yang masih tersisa hanyalah beberapa
penipu kelas dua dan tukang pukul
tanpa daya yang mengecewakan. Kenapa ada yang mau
bersusah payah merencanakan persekongkolan,
sementara jauh lebih mudah mencuri jutaan dengan
memulai perusahaanmu sendiri dan menjual saham
400 OMERTA - Mario Puzo kepada masyarakat" "Hei, Astorre, apa kau bisa menjadi konsultan
khusus kami untuk film ini?" tanya Marcantonio. "Kami ingin memastikan
keautentikannya." "Boleh," kata Astorre sambil tersenyum. "Biar
agenku nanti menghubungimu."
Malamnya, di tempat tidur, Rosie berpaling pada Astorre,
"Apa kau benar-benar ingin kembali?"
"Ke mana?" tanya Astorre. "Ke New York" Ke
Amerika?" "Kau tahu," kata Rosie dengan ragu-ragu.
"Kehidupanmu yang dulu."
"Tempatku di sini, bersamamu."
"Bagus," kata Rosie. "Tapi bagaimana dengan bayi
ini" Apa tidak sebaiknya dia mendapat kesempatan untuk mencicipi semua yang bisa
ditawarkan Amerika?"
Astorre membayangkan Raymonde, berlari-lari di
bukit-bukit, menyantap zaitun langsung dari tong,
mendengar kisah-kisah tentang para don yang agung dan Sisilia lama. Ia sudah
tidak sabar menunggu kesempatan untuk menceritakannya pada putranya. Namun ia
tahu bahwa mitologi tersebut tidaklah cukup.
Suatu hari kelak putranya akan pergi ke Amerika,
tanah pembalasan, pengampunan, dan berbagai
kemungkinan yang mengagumkan itu.
401 OMERTA - Mario Puzo UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih yang istimewa pada Carol Gino;
agenku Candida Donadio dan Neil Olson; para
pengacaraku Bert Fields dan Arthur Altman; editorku di Random House, Jonathan
Karp; dan anak-anak serta
cucu-cucuku. 402 Document Outline PROLOG1967 BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 4 BAB 5 BAB 6 BAB 7 BAB 8 BAB 9 BAB 10 BAB 11 BAB 12 BAB 13 EPILOG UCAPAN TERIMA KASIH Pendekar Pemanah Rajawali 32 Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai Medali Wasiat 12
^