Pencarian

Protokol Keempat 4

Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth Bagian 4


Mereka menunjukkan jalan keluar pada saya, dan pada suatu pagi, dengan tangan di
atas kepala, saya berjalan keluar dari hutan itu lalu menyerahkan diri pada
sckciompok scrdadu Rusia.
Mula-mula mereka mcnyangka saya orang Jerman dan hampir saja mencmbak saya. Tapi
orang-orang Polandia itu mcngajarkan kepada saya untuk mencriakkan kata
*Angleesk"t yang saya lakukan bcrulang kali. Mereka menurunkan senapan dan
memanggil scorang pcrwira. la tidak bisa berbahasa Inggris tapi setelah
memeriksa atrihut-atri-but saya ia mengatakan sesuatu kepada scrdadu scrdadu
itu, dan mereka semuanya terscnyum. Tapi kalau saya bcrharap bahwa saya akan
dipulangkan dengan scgera, maka ternyata saya kcli-ru lagi. Mereka menyerahkan
saya kepada NKVD. 255 Selama lima bulan, dalam scrangkaian sel yang beku dan lembap, saya dipcrlakukan
dengan sangat buruk. dan selalu dikucilkan sendirian. Saya terus-tcrusan
mcnjalani interogasi tingkat tiga dalam upaya membuat saya mcngaku bahwa saya
seorang mata-mata. Saya menolak, dan saya diantar kembali kc sel dalam keadaan
telanjang. Pada akhir musim semi (pcrang sedang bcrakhir di Eropa tapi saya
tidak tahu) keschatan saya benar benar sudah ambruk dan saya diberi tempat tidur
pallet, makanan yang lebih bcrgizi, walaupun masih jauh jika dibandingkan dengan
makanan kita di Afrika Selatan.
Kemudian ada suatu instruksi yang datangnya pasti dari atas. Di bulan Agustus
1945, dalam keadaan lebih banyak mati daripada hidup, saya dibawa dengan truk
bcrpuluh-puluh kilometer jauhnya, dan akhirnya di Posldam, Jerman, saya
diserahkan kepada Tentara Inggris. Mereka lebih ramah daripada yang bisa saya
ungkapkan, dan setelah tinggal beberapa saat di sebuah rumah sakit miliu-r di
luar kola Bielefeld, saya dikirim kc Inggris. Saya tinggal selama tiga bulan
lagi di Rumah Sakit EMS di KiUcarn, sebelah utara Glasgow, dan akhirnya pada
bulan Desember 1945 saya berlayar dengan kapal He de France dari Southampton
menuju Cape Town, dan tiba di akhir Januari tahun ini.
Di Cape Town inilah saya mendengar bahwa ayah saya sudah meninggal, satu-satunya
sisa kc - 256 luarga saya di dunia ini. Saya sangat lerpukul sehingga penyakit saya kambuh
kembali dan saya selama dua bulan dirawat di Rumah Sakil Militer Wynberg di sini
di Cape Town. Sekarang saya sudah dibebaskan, dan memperoleh surat kcterangan sehat, dan
bersama ini mcngajukan lamaran untuk bekcrja di dinas luar negeri Afrika
Selatan. Preston menutup file itu, dan Viljoen mengangkat wajahnya.
"Well," kata orang Afrika Selatan itu, "scjak itu ia meniti karicr dengan mantap
dan tanpa cacat, walaupun barangkali tidak terlalu hebat, yaitu sampai kc
pangkat sekretaris satu. Ia telah ditugaskan kc dclapan pos di luar negeri, dan
scmuanya kc ncgara-ncgara yang sangat pro Barat. Itu sudah cukup mcmuaskan, tapi
sayangnya dia bujangan yang mcmang bisa membuat hidupnya lebih mudah dalam
melakukan tugasnya, tapi di tingkat duta besar atau menteri diharapkan adanya
istri sebagai pendamping. Anda masih bcrpendapat bahwa ia telah bcrubah jadi
jahat pada titik tertentu dalam pcrjalanan karicrnya?" Preston mengangkat bahu.
Viljoen mencondongkan tubuhnya ke depan dan mcngetuk map itu. "Anda lihat
bagaimana bangsat-bangsat Rusia itu mempcrlakukan dia" Karena itulah maka saya
bcrpendapat bahwa Anda kcliru, Mr. Preston. Jadi ia suka makan cs krim.
257 dan dia membuat suatu telepon salah sambung. Suatu kcbctulan saja."
"Barangkali," Preston tcrpckur. "Riwayat hidup ini... Ada sesuatu yang ganjil di
dalamnya." Kapten Viljoen menggelengkan kepala. "File ini telah berada di tangan kami sejak
Sir Nigel Irvine mcngonlak sang Jenderal. Kami telah mcmbacanya hcrulang-ulang.
Kisah itu scratus persen akuraL Setiap nama, tanggal, tempat, kamp militcr, unit
militcr. scrangan milter, dan setiap detail kecil. Bahkan sampai kc jcnis
tanaman yang biasa mereka tanam sebelum pcrang di Mootscki Valley. Kalangan
pertanian telah mcngkonfirmasikan hal itu. Sekarang mereka menanam tomat dan
alpukat di sana, tapi di masa itu memang benar kentang dan tembakau. Tak ada
orang yang bisa mengarang cerita seperti itu. Tidak, scandainya dia memang
menjadi orang jahat, dan itu saya ragukan, maka itu pasti terjadi di suatu
tempat di luar ncgeri."
Preston kclihatan murung. Di luar jcndcla, senja turun perlahan-lahan.
"Baiklah," kata Viljoen, "saya di sini untuk mcmbantu Anda. Setelah ini apa yang
Anda lakukan?" "Saya ingin mulai dari awal," kata Preston. Tempat ini, Duiwclskloof, jauhkah
itu?" "Kira-kira empat jam pcrjalanan dengan mobil.
Anda ingin kc sana?"
258 "Ya, benar. Bisakah kita bcrangkat pagi-pagi" Bagaimana kalau jam cnam pagi
besok?" "Saya akan meminjam mobil dari pool dan akan bcrada di hotel Anda pada jam
enam," kata Viljoen.
Pcrjalanannya cukup panjang di jalan raya yang menuju Zimbabwe, tapi jalur unluk
mobil itu modern dan Viljoen mcmakai mobil Chcvair tanpa identitas, yaitu mobit
yang biasa dipakai oleh NIS. Mobil itu mcnempuh kilometer demi kilometer melalui
Nylstroom dan Potgictcrsrus kc Pictersburg, yang mereka capai dalam waktu tiga
jam. Pcrjalanan itu mcmbcrikan kescmpatan bagi Preston unluk mcnyaksikan
pemandangan padang-padang Afrika yang mengagumkan, yang seoiah tak berbatas,
yang scnantiasa membuat orang Eropa itu terkesan karena ia tcrbiasa dengan
dimensi-dimensi yang lebih sempit.
Di Pictersburg mereka bcrbelok kc timur dan mcnempuh jarak lima puluh kilo meter
melewati padang rumpul yang landai, dengan lebih banyak lagi cakrawala-cakrawala
yang tak berbatas dinaungi langit berwarna biru bagai lelur burung robin, sampai
mereka tiba di sebuah tebing yang disebut Buffalo Hill, atau Buffclberg, tempat
padang rum-put itu berakhir dan bcrlanjut dengan Mootseki Valley Lcmbah ?Mootscki. Saat mereka mulai menuruni Icrcng yang berliku-liku itu, Preston
menahan napas karena kagum.
259 Jauh di bawab tcrhampar Icmbah itu, begitu kaya dan makmur, tanahnya yang datar
dipenuhi dengan scribu gubuk Afrika berbenluk sarang le-bah, disebut rondavel,
dikclilingi kandang lembu dan kraal kandang domba, dan mealte ladang-ladang
? ?gandum. Scbagian rondavel-rondavel itu bcrtcnggcr di lereng Buffelherg, tapi
kebanyakan tersebar di dasar Lemhab Mootscki. Asap dari perapian kayu mengcpul
lewat lubang asap di puncak pondok, dan bahkan dari jarak scjauh itu Preston
bisa melihat anak-anak Afrika menggem-bala kawanan-kawanan kecil lembu yang
gemuk-gemuk, dan para wanitanya nampak membungkuk-bungkuk merawat kebun-kebun
mereka. Ini, pikirnya, adalah Afrikanya orang Afrika. Dulu pasti nampaknya seperti ini
juga waktu nc-nck moyang suku Mzililcazi, cikal bakal bangsa Malahclc, bcrgcrak
kc utara untuk mclarikan diri dari amukan Chaka Zulu, menyeberangi Sungai
Limpopo dan mencmukan kcrajaan orang-orang berpcrisai panjang. Jalanan berbclok
dan mcliuk-liuk mcnuruni lebing, dan memasuki Lembah Mootseki. Di scherang
lembah terdapat scrangkaian hukil lagi, dan di tengah rangkaian ilu ada sebuah
Ickukan yang dalam, mclalui situ jalanan itu dilcmbuskan. Inilah yang disebut
sebagai the Devil's Gap (Cclah Sctan), Duiwclskloof.
Sepuluh menit kemudian mereka sudah berada di cclah itu dan mcluncur perlahan
mclcwaii scko - 260 lah dasar yang baru dibangun dan masuk kc Botha Avenue, jalan utama di kota yang
kecil ilu. "Anda mau ke mana?" tanya Viljoen.
"Ketika pctani tua Marais meninggal dunia, dia pasti telah membuat sural
wasiat," Preston tepekur. "Sural waslit ilu pasli perlu dilaksanakan, dan itu
bcrarti harus ada seorang ahli hukum. Apakah bisa kita cari tahu, adakah seorang
ahli hukum di Duiwclskloof, dan apakah dia bisa dihubungi pada hari Sabtu pagi?"
Viljoen berhenti di Kirstens Garage dan mcnunjuk kc scherang jalan kc Imp Inn.
"Pcrgilah kc sana minum kopi dan lolong pesan satu unluk saya. Saya akan mengisi
bensin dan mencari ke-tcrangan."
Lima menit kemudian ia bergabung kembali dengan Preston di cafe hotel ilu.
"Ada satu ahli hukum," katanya sambil mcnghirup kopinya. "Orang Inggris bernama
Benson. Kantornya di sana di scherang jalan, dua rumah dari pompa bensin itu,
dan mungkin dia ada di tempat pagi ini. Mari kita kc sana."
Mr. Benson ada, dan ketika Viljoen menunjukkan kartu identitas yang tersclip
dalam dompet plastiknya kepada sekretaris Benson, efeknya segcra dapat
dirasakan. Ia bcrbicara dalam bahasa Afrikaans mclalui sebuah inlcrkom, lalu
mereka dianlarkan kc kantor Benson tanpa menunggu lagi. Benson adalah seorang
pria bcrwajah kemcrahan yang ramah dan mengenakan selclan coklat muda.
261 la menyalami mcrcka berdua dalam bahasa Afrikaans. Viljocn membalas dalam bahasa
Inggrisnya yang hcraksen kcntal.
" Jjii adalah Mr. John Preston, la datang dari London, Inggris. la ingin
mcnanyakan bebcrapa ha I kepada Anda."
Benson mempersilakan mcrcka duduk dan kembali ke kursinya sendiri di bclakang
meja tulisnya. "Sii.ik.m," Icatanya, "apa saja yang bisa saya Kin tu."
"Mobon Anda bcrilahukan kepada saya bcrapa umur Anda?" tanya Preston.
Bcnson mcmandang kepadanya dengan terhcran-hcran. "Jauh-jauh dari London hanya
unluk mcnanyakan berapa umur saya" Saya bcrumur lima puluh liga."
"Jadi di tahun 1946 Anda bcrumur dua bclas tahun?" "Ya."
"Saya mohon Anda sudi mcngatakan kepada saya, siapakah ahli hukum di sini, di
Durwclskloof, pada tahun itu?"
"Tcntu. Ayah saya, Ccdric Benson."
"Apakah dia masih hidup?"
"Ya. Dia sudah lebih dari dclapan puluh dan bisnisnya telah dialihkannya kepada
saya lima bclas tahun yang lalu. Tapi dia masih schat"
"Apakah mungkin bcrbicara dengan dia?"
Scbagai jawahan Benson mcnggapai tclcpon dan mcmuLir sebuah nomor. Pastilah
ayahnya yang 2(>2 menjawab, sebab putranya itu lalu mcnjclaskan bahwa ada dua lamu, yang satu dari
London dan ingin bcrbicara dengan dia. U lalu mclctakkan gagang tclcpon itu.
"la tinggal kira-kira scmbilan kilometer dari sini, tapi ia masih kuat mcnyctir,
mcskipun itu mcmbual pengendara-pengendara lain ngcri. Katanya ia akan segcra
datang." "Sambil mcnunggu," tanya Preston, "apa Anda bisa mcmeriksa file-file Anda di
tahun 1946 dan mencari tahu apakah Anda, atau tepalnya ayah Anda, lelah
mctaksanakan sural wasiat scoring pctani sctempat be ma ma Laurens Mara is, yang
mcninggal pada bulan Januari tahun itu?"
"Akan saya coba," kata Benson Junior. "Tenlu saja, tapi Mr. Marais ini mungkin
saja telah mcmakai jasa ahli hukum dari Petersburg. Tapi penduduk sini cendcrung
memakai jasa lokal di masa itu. Box untuk Tile 1946 pasti ada di sekitar sini.
Ma a (Van saya." Ia mcninggalkan kantornya. Sekretarisnya mcng-hidaogkan kopi. Scpuluh mcnit
kemudian lerde-ngar suara-suara di luar kantor. Kedua Benson masuk bersama-sama,
sang putra mcmbawa sebuah box karton yang berdebu. Yang tua rambutnya sudah
putih scmua, tapi masih kclihatan segesit burung clang. Sctelah dipcrkcnalkan,
Preston mcnjclaskan masalahnya.
Tanpa mengucapkan apa-apa, Benson tua duduk di kursi di belakang meja itu, yang
membuat putranya tcrpaksa duduk di kursi lain. Benson tua memasang kacamata di
atas hidungnya dan mena-lap tamu-tamu itu dari balik kacamatanya itu. "Saya
ingat Laurens Marais," katanya. "Dan benar, kami yang menangani sural wasialnya
ketika ia mcninggal. Itu saya laksanakan sendiri."
Pulranya memberikan kepadanya sebuah dokumen kusam dan bcrdcbu yang diikat
dengan pita merah jingga. Orang tua itu meniup debunya, mc-lepaskan ikatan pila
iiu, dan membeberkan dokumcn tersebut. Ia mulai mcmbacanya dalam hati.
"Ah ya, saya ingat sckarang. Ia seorang duda. Hidup sendirian. Punya salu putra,
Jan. Sebuah kasus tragis. Anak itu baru saja kembali dari IV rang Dunia Kedua.
Laurens Marais scdang dalam perjalanan ke Cape Town untuk menjumpai putranya itu
ketika dia meninggal. Tragis."
"Bisakah Anda ceritakan tentang warisannya?" tanya Preston.
"Semuanya untuk pulranya," kata Benson dengan jelas dan sederhana. "Tanah
pertanian, ru-mah, pcralatan, isi rumah. Oh, ada juga warisan-warisan kecil
dalam bentuk uang yang biasa dilakukan untuk para pekerja ladang, si mandor ? ?h;il-haI scmacam itu."
"Apa ada warisan lain apa saja yang bcrsifat pribadi?" Preston terus mendesak.
?"Humph. Ada satu di sini. 'Dan bagi teman dan sahabatku yang baik hati, Joop Van
Rcnsbcrg, satu set buah caturku yang dari gading demi mengc -
264 nang malam-malam yang menyenangkan yang kami nikmati bcrsama sambil main calur
di tanah pertanian.* Itu saja."
"Apakah putranya sudah bcrada di Afrika Selalan waktu ayahnya meninggal?"
"Scharusnya sudah. Si Laurens tua bcrmaksud menjumpainya. Suatu perjalanan yang
panjang untuk ukuran mas a itu. Belum ada jalur udara. Kami biasa bepergian naik
kercta api." "Apakah Anda yang menangani penjualan tanah pertanian dan barang-barang miliknya
yang lain, Mr. Benson?"
"Para pelclang yang melakukan penjualan, di sana di tanah pertanian itu juga.
Dibeli olch keluarga Van Zyl. Mcreka mcmbcli seluruhnya. Seluruh tanah itu
sekarang milik Bertie Van Zyl. Tapi saya hadir di sana scbagai pclaksana utama
surat wasiatnya." "Apakah ada benda kenang-kenangan pribadi yang tidak terjual saat itu?" tanya
Preston. Orang tua itu mengernyilkan alisnya. "Tidak banyak. Semuanya terjual. Oh, saya
ingat ada sebuah album foto. Album itu tidak punya nilai komcrsial. Saya kira
saya mcmbcrikannya kepada Mr. Van Rcnsbcrg." "Siapa dia?"
"Kcpala sckolah," pulranya mcnukas. "Ia mcngajar saya sampai saya bersekolah di
Mcrcnsky High. Ialah yang mcngclola sckolah lama di kawasan pertanian itu sampai
mercka memhangun 265 sebuah sckolah dasar ham. Lalu dia pensiun dan mcnctap di sini di Durwclskloof."
"Apakah dia masih hidup?"
"Tidak, dia meninggal sekitar sepuluh tahun yang lalu," kaCa Benson lua. "Saya
mcnghadiri upacaranya."
Tapi dia punya anak perempuan," kata pulranya membantu. "Cissy, la bersekolah di
Mcrcnsky High, satu sekolah dengan saya. Kira-kira umur kami sama."
"Tahukah Anda bagaimana keadaannya sekarang?"
"Tcntu. Ia menikah, bcrlahun-tahun yang lalu. Dengan pemilik sebuah
penggergajian kayu di Jala n Tzaneen."
"Satu pertanyaan tcrakhir" Preston mengarahkan bicaranya kepada yang lebih ?tua "mengapa Anda menjual hak milik itu" Apakah putranya tidak
?menginginkannya?" "Kclihatannya tidak," kata orang tua itu. "Saat itu ia bcrada di Rumah Sakit
Militer Wynbcrg. Ia mcngirimkan telegram. Saya memperoleh alamalnya dari para
pejabat militer dan mcrcka mcngkonfirmasikan identitasnya. Dalam telcgramnya ia
mcminta saya untuk menjual seluruh tanah milik itu dan mentransfer uangnya
kepada dia." "Dia tidak hadir saat pemakaman?"
"Tidak ada waktu lagi. Januari adalah saat mu-sim panas di Afrika Selatan. Di
masa itu sarana penyimpanan mayat tidak banyak. Jenazah harus
266 segcra dikubur. Saya matahan berpikir bahwa mungkin dia sama sekali tidak
kcmbali ke situ. Bisa dimcngerti. Dengan kematian ayahnya, tidak ada lagi yang
mcmbuatnya mcrasa perlu untuk kembali."
"Di mana Laurens Marais dimakamkan?"
"Di tanah pekuburan di atas bukit," kata Benson Senior. "Apa sudah selesai"
Kalau sudah, saya akan makan siang dulu."
Cuaca di sebclah timur dan sebelah baral gunung-gunung di Duiwelskloof bcrubah-
ubah secara dramatis. Di sebelah barat curah hujan di Mootscki kira-kira lima
puluh scntimcter selahun. Di sebelah limurnya awan-awan yang banyak dan tebal
datang dari Samudera India, bcrgerak mclintasi Mozambique dan Kruger Park, dan
mcnabrak gunung-gunung itu, yang lercng-Iercng limurnya diguyur hujan se-banyak
dua ratus scntimcter sctahun. Di sisi yang ini induslri utama ditopang olch
hutan-hutan blue gum. Mcnanjak sejauh sembilan kilometer di Jalan Tzaneen,
Preston dan Viljocn menemukan penggergajian kayu milik Mr. du Plessis.
Istrinyalah, pulri kcpala sekolah itu, yang membukakan pintu; ia seorang wanita
gemuk, dengan pipi-pipi merah bagai apcl, berusia kira-kira lima puluh tahun,
tangannya berlumur tepung dan ia mengenakan celcmck. Dia scdang di tengah-tengah
proses mcmanggang roti. Ia mcnyimak masalah yang mereka ungkapkan dengan scrius, lalu mcnggclcngkan


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kcpala. "Saya ingat, scbagai anak kecil saya diajak kc tanah
267 pertanian dan ayah saya bermain catur dengan Pak Marais," katanya. "Itu sekitar
tahun 1944 atau 1945. Saya ingat buah catur gading itu, lapi album fotonya saya
tidak ingat" "Ketika ayah Anda meninggal, apakah Anda tidak mewarisi barang-barangnya?" tanya
Preston. "Tidak," kata Mrs. du Plcssis. "Bcgini, ibu saya meninggal di tahun I9SS,
sehingga Daddy mcnjadi duda. Saya mcnjaganya scndiri sampai saya menikah di
tahun 1958, ketika saya bcrumur dua puluh tiga. Sctclah itu ia tak bisa bcrtahan
lagi. Rumahnya sclalu bcrantakan. Saya masih terus bcrusaha untuk memasak dan
membersihkan rumah untuknya. Tapi selelah adanya anak-anak,
saya tidak bisa lagi. "Lalu di tahun 1960, saudarinya, yailu bibi saya, juga mcnjadi janda. Ia tinggal
di Pictersburg. Ia berpcndapal mungkin ada baiknya kalau ia bisa dating dan
tinggal dengan ayah saya dan menjaga dia. Jadi itulah yang dilakukannya. Ketika
Ayah meninggal, saya sudah mcmintanya untuk mcmbcrikan semuanya kepada
Bibi rumah itu, pe-rahot, dan semuanya."?"Apa yang terjadi dengan bibi Anda?" tanya Preston.
"Oh, ia masih tinggal di sana. Sebuah bungalo sedcrhana tcpat di bclakang Imp
Inn di Durwe Is kloof."
Ia sctuju untuk mencmani mcreka. Bibinya, Mrs. Winter, scorang wanita yang
ccrdas dan lin - 268 cab bagai burung gcreja dengan rambul kebiruan, ada di rumah. Ketika mendengar
masalah yang mcreka kemukakan, ia menghampiri sebuah lemari pakaian dan
mcngcluarkan sebuah kotak prpih. "Si Joop dulu suka sckali main dengan ini,"
katanya. Itu ada lah pcrangkal catur dari gading. "Inikah yang Anda inginkan?"
"Scbcnamya bukan, album foto itu yang lebih penting," kata Preston.
Mrs. Winter nampak bingung. "Ada satu pcti barang-barang rongsokan di loteng,"
katanya. "Semuanya disimpan di sana sctclah dia meninggal. Cuma kcrtas-kertas
dan barang-barang dari masa dinasnya scbagai kcpala sekolah."
Andries Viljocn naik ke loleng dan membawanya turun. Di bawah lumpukan laporan-
laporan sckolah yang sudah mcnguning, album keluarga Marais dilemukan. Preston
mcmbalik-balik halainannya. Temyala semuanya ada di sana: pengantin wanita
yangcantik tapi nampak rapuh tahun 1920; scorang ibu muda yang tcrscnyum main
?malu tahun 1930; scorang anak laki-laki scdang cemberut di atas kuda poni-nya
?yang pcrtama; sang ayah dengan pipa tcrjepil di antara gigi-giginya, bcrusaha
untuk tidak nampak tcrlalu bangga, dengan putranya di sampingnya dan barisan
kclinci di rcrumputan di hadapan mcreka Di bagian akhir ada sebuah foto hitam
putih, foto scorang anak laki-laki yang mengenakan seragam cricket dari bahan
flanel; seorang pemuda tampan bcrumur tujuh belas tahun, berada di dekat
269 gawang untuk mcnembak masuk. Caption di bawahnya berbunyi Fanni, kapten tim
cricket, Merensky High, 1943.
"Bolchkah saya ambil ini?" tanya Preston.
"Silakan," kata Mrs. Winter.
"Apakah kakak Anda almarhum pcrnah bcrcerita pada Anda tcntang Mr. Marais?"
"Kadang-kadang," jawabnya. "Mcreka sudah bersahabat bertahun-tahun."
"Apakah kakak Anda pernah mcngatakan, tc-m army a itu meninggal karena apa?"
Ia mcngcrutkan keningnya. "Apakah di kantor ahli hukum tadi Anda tidak
dibcritahu" Astaga. Si Cedric tua pasti sudah mulai pikun. Kecelakaan Librak-
Ian, begitu kata Joop. Rupanya Marais menghentikan mobilnya untuk mcngganti
bannya yang bocor dan ia dilabrak oleh truk yang lewat. Saat itu orang mcngira
yang mcnabrak adalah pemabuk kaffir... ups" tangannya dengan ccpat mcnutupi
mululnya dan ia memandang ke arah Viljocn dengan kcmalu-maluan "scharusnya saya
?tidak mcmakai istilah itu lagi. Welt, pokoknya, mcreka tidak pcrnah menemukan
siapa yang mengemudikan truk itu."
Dalam perjalanan pulang menuruni bukit me-nuju ke jalan raya, mcreka mclcwati
tanah pc-kuburan. Preston mcminta Viljoen untuk berhenti. Itu adalah suatu
tcmpat yang nyaman dan sepi.
Ntgro.Afnka StUun 270 jauh di alas kola, dikelilingi oleh pohon-pohon pinus dan ccmara, yang di
pusatnya didominasi oleh sebuah pohon mwataba dengan baiang yang bcrcelah, dan
dipagari oleh tanaman perdu poinset-tia. Di salah satu sudut mcreka menemukan
sebuah batu yang dipenuhi lumuL Preston mcmbersihkan lumut itu dan ternyata balu
itu sebuah nisan granit dengan tulisan yang diukir: Laurens Marais 1879-1946.
Suami tercinta dari Mary dan ayah dari Jan. Tuhan selalu menyertatnya. RIP.
Preston bcrjalan menyebcrangi pagar itu, mc-mclik seranting poinscttia yang me
rah manyala, dan meletakkannya di samping nisan itu. Viljocn memandang dia
dengan ganjil. "Pretoria sctelah ini, saya kira," kata Preston.
Ketika mcreka sedang mendaki Buffclberg di jalanan yang menuju ke luar Lcmbah
Mootscki, Preston mcnolch ke bclakang memandang lcmbah itu. Awan-awan kclabu
telah bergumpal-gumpal di balik Celah Sctan. Ia mcnyaksikan awan-awan itu
scmakin mendekat kc eclah itu, mcnghapus kola kccll itu dari pandangan bersama
dengan raha-sianya yang mcnakutkan, -yang hanya diketahui oleh seorang pria
Inggris sctengah baya yang sedang berada di mobil yang mclakukan perjalanan
pulang. Kemudian disandarkannya kepalanya ke bclakang dan ia tertidur pulas.
Pctang itu, Harold Philby dikawal dari wisma tamu dacha itu ke ruang duduk sang
Sckretaris 271 Jenderal, di sana pcmimpin Soviet itu mcnunggu-nya. Philhy melctakkan scjumlah
dokumcn di ha-dnpan orang tua itu. Sang Sckretaris Jenderal mcmbacanya dan
melctakkan semuanya kcmbali.
Tidak banyak orang yang dilibatkan," katanya.
"Izinkan saya mengemukakan dua point pen ting, Kamerad Sekretaris Jenderal.
Pertama, karcna Rencana Aurora ini amat sangat rahasia sifalnya, saya
berpendapat bahwa lebih bijaksana untuk mclibal-kan sesedikit mungkin pescrta di
dalamnya. Kalau kita menjalankan prinsip hanya-yang-pcrlu-tahu-saja, maka akan
lebih scdikit lagi yang akan lahu tujuan rencana ini sebenarnya. Kedua, karcna
sangat terbatasnya waktu, maka akan pcrlu untuk mcngurangi banyak aspek. Minggu-
minggu, bah-kan bulan-bulan, yang dipcrlukan untuk melakukan briefing-briefing
yang biasanya diperlukan dalam mclaksanakan 'langkah-langkah aktif harus di-
pangkas sampai mcnjadi hari-hari saja."
Sang Sekretaris Jenderal mcngangguk pcrlahan. "Jelaskan mcngapa Anda mcmbutuhkan
orang-orang ini." "Kunci scluruh opcrasi ini," Philby melanjutkan, "adalah pelugas pclaksananya,
yaitu orang yang sccara nyata akan menyusup kc Inggris dan tinggal di sana
selama berminggu-minggu sebagai warga Inggris, dan yang akhirnya akan
mclaksanakan Rencana Aurora.
"Yang akan memasok dia dengan semua sarana yang dipcrlukannya adalah dua bclas
kurir, atau 'kclcdai'. Mereka yang akan menyelundupkan sarana-sarana itu kc dalam, baik
melalui suatu pos pabcan atau, kadang-kadang, melalui suatu tempat masuk yang
tidak diperiksa. Setiap orang tidak akan tahu apa yang dibawanya atau mcngapa.
Setiap orang harus sudah tahu pasli mcngenai tempat rendczvous-nya, dan satu
lagi tempat lain sebagai cadangan scandainya yang satu gagal. Setiap orang akan
menyampaikan pakct itu kepada si pctugas pclaksana dan kemudian kembali kc
wilayah kita, untuk segcra dimasukkan ke dalam karantina sccara total. Akan ada
satu orang lagi, sclain pctugas pclaksana itu, yang tidak akan pemah kcmbali.
Tapi kedua orang itu tidak akan mengetahui hal itu.
"Yang memberi komando kepada para kurir itu adalah pctugas pengirim, dengan
tanggung jawab untuk memastikan bahwa kiriman-kiriman tcrscbut sampai ke tangan
si pctugas pclaksana yang bcr-kedudukan di Inggris. Ia akan dibantu oleh scorang
pctugas pemasok yang bcrtugas mengamankan pakct-pakct yang akan dikirimkan.
Orang ini akan mempunyai empat bawahan, masing masing dengan satu tugas khusus.
"Salah satu dari bawahan ini akan mclengkapi surat-surat dan sarana transportasi
bagi para kurir; yang lainnya akan bcrtugas mengupayakan perolehan bahan-bahan
tcknologi canggih yang dipcrlukan; yang kctiga akan mcnyediakan artefak-artefak
atau bahan-bahan yang sudah dirckayasa
272 273 scdcmikian rupa; dan yang kcempat akan menangani komunikasi. Adalah sangat vital
bahwa si pctugas pelaksana dapat mcmbcritahu kita tentang perkembangan, masalah,
dan, yang terpenting, tentang saat kapan ia sudah siap melaksanakan opcrasi; dan
kita harus dapat mcmbcritahu dia setiap kali ada pcrubahan rencana, dan, tcntu
saja, mcmberikan perintah kepadanya untuk mclaksanakan rencana.
"Mengenai masalah komunikasi, ada satu hal lagi yang perlu dikctahui. Karena
terbatasnya waktu, maka kita tidak mungkin mcnggunakan saluran-saluran normal
sepcrti surat-surat lewat pos atau pertcmuan-pcrtcmuan pribadi. Kita akan bcr-
komunikasi dengan pctugas pclaksana itu dengan mcnggunakan sinyal Morse, dengan
sistem kode khusus, yang dikirim lewat gclombang-gclombang komcrsial Radio
Moskow dengan waktu-waktu pc-nyiaran yang tetap. Kalau dia perlu mcnghubungi
kita dalam kcadaan da rural dan dengan ccpat, ia hams mcmiliki sebuah pemancar
di suatu tempat di Inggris. Sistem ini mcmang sudah kuno dan mcngandung risiko,
yang kebanyakan hanya dipakai dalam kcadaan pcrang. Tapi itu harus. Anda akan
mclihat bahwa saya sudah mcnyinggung tentang hal itu."
Sang Sekretaris Jenderal mcmpelajari dokumcn-dokumcn itu lagi, mcncliti jenis-
jenis operasi yang dipcrlukan dalam rencana itu. Akhimya ia mengangkat wajahnya.
274 "Anda akan mempcroleh anak buah Anda," katanya. "Saya akan menyuruh mcreka
ditclusuri satu per satu, yang terbaik yang kita punyai, dan kc-mudian
dimutasikan untuk tugas-tugas khusus. Satu hal yang terakhir. Saya tidak mau
siapa pun yang tcrlibat dalam Rencana Aurora ini mcmbuat kontak dalam bentuk apa
pun dengan orang-orang KGB di dalam wilayah kewenangan kita di kcdutaan kita di
London. Kita tidak pernah bisa tahu siapa-siapa yang sedang bcrada di bawah
pengawasan, atau...."
Apa pun yang mcnjadi kckuatirannya tidak diucapkannya.
"Cukup sckian dulu."
275 OBI Dilarangmeng-komersil-kanataii kesiaian menimpa anda setamanya
Pkimon dan VUjoen bertcmu di kanlor mereka di lanlai tiga Union Building
kccsokan harinya, alas permintaan orang Inggris ilu. Karcna hari ilu hari
Minggu, gcdung itu scakan hanya untuk mcreka send in.
"Well, selanjulnya apa?" tanya Kaptcn Viljocn.
Tadi malam saya hcrgadang, bcrpikir," kata Preston, "dan ada sesuatu yang tidak
Mop." "Anda tidur terus dalam perjalanan pulang dari utara," kala VUjoen serius. "Saya
yang mcnyctir." "Ah, tapi Anda kan jauh lebih bugar," kata Preston. Ucapan itu menyenangkan hati
Viljocn, yang memang bangga dengan fisiknya, yang dilatihnya dengan teratur. Dia
agak santai sekamng. "Saya ingin mcnyclidiki scrdadu yang satunya ilu,"
Preston mclanjutkan. "Scrdadu yang mana?"
"Yang mclarikan diri bcrsama Marais. Ia tidak pcrnah mcnycbulkan namanya. Cuma
menyebutnya 'scrdadu yang satu' atau 'kamcrad saya'. Mcngapa tidak ada namanya?"
276 Viljocn mengangkat bahu. "Ia tidak mcnganggap itu perlu. Ia pasli sudah
mcmbcritahu para pctugas di Wynberg Hospital, schingga sanak keluarga ler-
dekatnya bisa dibcritahu."
"Itu kan hanya lisan," Preston tepekur. "Para petugas yang pcrnah mendengar nama
itu akan segera berbaur lagi dalam kchidupan schari-hari. Hanya Catalan
tertulisnya saja yang masih bisa dilacak, dan itu tidak mcnyebutkan namanya.
Saya ingin mcnyclidiki scrdadu yang satu itu."
"Tapi ia sudah meninggal," Viljoen mcmproles. "Ia telah dikuburkan di suatu
hutan Polandia sc-lama cmpat puluh dua tahun."
"Kalau begitu saya ingin tahu dulu siapa dia." "Gila... dari mana kita akan
mulai?" "Marais bilang bahwa mcreka bisa bcrtahan hi-dup di kamp POW tcrulama
karcna adanya bingkisan-bingkisan maka nan dari Palang Mcrah Intemasional," kata
Preston, scakan mere fie ks ilea n apa yang sedang dipikirkannya saat itu. "Dia
juga bilang bahwa mcreka mclarikan diri mcnjclang Hari Natal, dan mcmbuat orang-
orang Jcrman itu marah. Scring kali scluruh kclompok akan dihu kum dengan cara
pengurangan fasililas, tcrmasuk pengurangan bingkisan makanan. Siapa saja yang
dulu mcnjadi anggota kclompok itu kcmungkinan besar akan ingat Hari Natal
sepcrti ilu sclama hidupnya. Bisakah kita cari scscorang yang dulu ada di sana?"
Tidak ada organisasi formal dari eks tawanan
277 pcrang di* Afrika Sclatan, tapi ada sebuah ikatan persaudaraan veteran perang,
yang tcrbatas pada mereka yang dulu bcnar-bcnar pernah bertcmpur. Namanya "Order
of Tin Hals" (Orde Topi Timah), dan para anggotanya disebut "MOTH". Ruang-ruang
rapat kaum MOTH ini disebut "shelf holes" (lubang peluru), dan komandannya
disebut "Old Bull" (Banteng Tua). Masing-masing mcnggunakan satu lelepon,
Preston dan Viljoen mulai menclcpon scmua "lubang peluru" di Afrika Selatan,
mcncoba menemukan scscorang yang pernah berada di kamp Stalag 344.
Pekerjaan ilu cukup melelahkan. Dari 11.000 tawanan Sekutu yang pcrnah ada di
kamp ilu, scbagian besar berasal dari Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru,
dan Amerika. Warga Afrika Sclatan hanyalah minoritas.
Lagi pula, banyak yang sudah meninggal sejak itu. Akan halnya para MOTH itu, ada
yang scdang main golf, ada yang tak berada di tempat. Mcreka mcmpcroleh banyak
tanggapan yang mcngcccwa-kan dan segudang usul yang bersifat ingin membantu tapi
tcrnyata tidak banyak manfaatnya. Mereka menghentikan usaha mcreka hari itu
ketika matahari terbenam dan memulainya lagi Scnin pagi. Viljoen mempcrolch
litik terang mcnjelang tengah hari; bcrita itu datang dari seorang penge-pak
daging yang sudah pensiun di Cape Town. Viljoen, yang tengah bcrbicara dalam
bahasa Afrikaans, mcnutupkan tangannya pada corong
278 pencrima. "Ini ada orang yang mcngaku pcrnah berada di Stalag 344."
Preston mengambil alih telcpon itu. "Mr. Anderson" Nama saya Preston. Saya
sedang melakukan sebuah penelitian tcntang Stalag 344.... Terima ka-sih, Anda
sangai baik.... Ya, saya pcrcaya Anda berada di sana. Masih ingatkah Anda akan
Hari Natal tahun 1944" Dua scrdadu muda dari Afrika Selatan mclarikan diri
ketika scdang bckerja di luar kamp.... Ah, Anda masih ingat.... Ya, pasti sangat
tidak cnak. Anda masih ingat nama-nama mcreka"... Ah, bukan di barak mereka"
Tidak, lentu saja. Well, ingatkah Anda nama NCO senior Afrika Sclatan itu"...
Bagus. Perwira Rcndah Roberts. Nama kecil" Tolong diingat-ingaL... Apa"... Wally.
Anda yakin itu"... Banyak terima kasih."
Preston mclclakkan telcpon itu. "Perwira Rcndah Wally Roberts. Barangkali Walter
Roberts. Apa kita bisa pergi ke Bagian Arsip Militer?"
Bagian Arsip Militer Afrika Selatan ternyala, karcna alasan tertenlu, berada di
bawah Dcpar-temen Pendidikan dan terlctak di bawah Visagic Slrect 20, Pretoria.
Ada lebih dari scratus Roberts yang tcrdaftar di sana, scmbilan be I as di
antara mereka inisial nama kccilnya dengan huruf W, dan lujuh bcrnama Waller.
Tidak ada yang cocok. Mereka lalu menelusuri daftar W. Roberts. Tidak ada.
Preston mulai lagi dengan file A. Roberts dan sejam kemudian dia bcruntung.
James Walter 279 Roberts 'dulu seorang perwira rendah dalam Perang Dunia Kedua; ia tertangkap di
Tobruk dan dipenjarakan di Afrika Utara, Italia, dan akhirnya di Jerman sebelah
timur. Ia tetap berdinas di Angkatan Darat sctclah perang selesai dan naik
pangkat sampai mcnjadi kolonel. Ia pensiun di tahun 1972.
"Sebaiknya Anda berdoa, semoga ia masih hi-dup," kata Viljoen.
"Kalau dia masih hidup, dia pasti mcnggunakan pensiunnya," kata Preston. "Para
pengurus Dana Pensiun mungkin tahu dia."
Ternyata benar. Kolonel (Purnawirawan) Wally Roberts scdang menghabiskan senja
hidupnya di Orangeville, sebuah kola kecil yang terletak di antara danau-danau
dan hutan-hutan seratus lima puluh kilometer di sebelah sclatan Johannesburg. Di
luar, di Visagie Street, hari sudah gelap ketika mcreka keluar dari gcdung.
Mereka memutuskan untuk bepcrgian keesokan paginya.
Mrs. Robcrts-lah yang mcmbukakan pintu bungalo yang nampak rapi itu keesokan
harinya, dan memeriksa kartu identitas Kapten Viljoen dengan agak ccmas dan
heran. "Ia sedang berada di danau, membcri makan unggas," katanya kepada mereka, dan
mcnunjuk ke sebuah jalan setapak. Mcreka menemukan scrdadu tua itu scdang
menyebarkan rcmah-rcmah roti kepada sekawanan unggas air yang mcnyambutnya
dengan gembira. Ia meluruskan badannya ketika mereka mcnghampirinya, lalu
memeriksa kartu 280 identitas Viljoen. Kcmudian ia mengangguk seakan mengatakan "Silakan".
Ia bcrumur tujuh puluhan lebih, sikap punggungnya sangat tegak, scbaris kumis


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lipis beruban mcnaungi bibir atasnya. Ia mengenakan pakaian dari bahan tweed dan
sepatu coklat yang sangat mengkilap. Ia menyimak pertanyaan Preston dengan
serins. "Tcntu saya masih ingat. Saya discrct kc hadapan komandan Jerman itu, yang murka
sepcrti kese-tanan. Seluruh kelompok kami tidak menerima bingkisan Palang Merah
Internasional untuk periode itu. Pcmuda-pemuda goblok itu; kami diungsi-kan ke
barat pada tanggal 22 Januari 1945, dan dibebaskan akhir April."
"Apakah Anda masih ingat nama nama mereka?" tanya Preston.
"Tentu. Saya tak pcrnah melupakan nama. Keduanya masih muda belum dua puluh ?tahun, saya rasa. Kcduanya berpangkat kopral. Yang satu dipanggil Marais;
satunya lagi adalah Brandt. Frikki Brandt. Dua-duanya Afrikaner. Tapi saya tidak
ingat nama kesatuannya. Saat itu kami sudah sangat compang-camping, mengenakan
apa saja yang masih ada. Hampir tidak tcrlihat lagi atribut-atribut militer."
Mereka mengucapkan terima kasih mereka yang mendalam dan meluncur balik ke
Pretoria, untuk berbincang lagi di Visagie Srcct. Sayangnya, Brandt mcrupakan
nama Belanda yang terlalu
2X1 umum, dengan variasinya. Brand yang tidak mengandung huruf t akhir itu tapi
? ?diucapkan sama. Ada ratusan orang dengan nama itu.
Saat petang menjelang, dengan bantuan enam staf bagian arsip, mereka berhasil
menyeleksi enam kopral Frederick Brandt, yang semuanya sudah meninggal. Dua
tewas selama bcrtugas di Afrika Utara, dua di Italia, dan satu karena kecelakaan
pesawat saat mendarat. Mereka membuka file yang keenam.
Kapten Viljoen memandang dengan mata ter-belalak ke map yang terbuka itu. "Saya
tidak pcrcaya ini," katanya perlahan. "Siapa yang telah mclakukan ini?"
"Siapa yang bisa tahu?" Preston menjawab. "Tapi terjadinya sudah lama."
File itu kosong sama sekali.
"Maaflcan saya untuk ini," kata Viljoen ketika ia mengantarkan Preston dengan
mobil, kembali kc Burgerspark. "Tapi nampaknya ini akhir dari pencarian kita."
Saat malam sudah larut, dari kamar hotelnya, Preston menelepon Kolonel Roberts.
"Maaf saya mengganggu lagi, Kolonel. Apa sekiranya Anda ingat apakah Kopral
Brandt mempunyai teman khusus di kelompok itu" Berdasarkan pcngalaman saya
sendiri, di kctentaraan biasanya selalu ada satu teman dekat."
"Benar sekali, biasanya ada. Saya tidak bisa ingat langsung. Coba saya ingat-
ingat dulu. Kalau 282 ada yang saya dapatkan, Anda akan saya telepon besok pagi-pagi."
Kolonel yang senang membantu itu menelepon Preston saat ma kan pagi. Suara yang
tegas itu terdengar melalui telepon, scakan ia sedang memberikan laporan
pertempuran ke markas besar. "Ingat sesuatu," katanya. "Barak-barak itu dibangun
untuk mcnampung sekitar seratus orang. Tapi kami dijcjalkan ke dalamnya scperti
ikan sarden. Lebih dari dua ratus orang dalam satu barak. Ada yang tidur di
lantai, ada yang tidur berdesakan dalam satu tempat tidur. Bukan karena masalah
seksual, hanya karena terpaksa saja."
"Saya mengerti," kata Preston. "Dan Brandt?"
"Tidur sama-sama dengan seorang kopral lain. Namanya Levinson. RDLI."
"Maaf?" "Royal Durban Light Infantry, resimen Levinson."
Visagie Street memberikan informasi lebih cepat kali ini. Levinson bukan nama
yang terlalu umum, apalagi nama resimennya diketahui. File-nya berhasil
dilemukan dalam waktu lima belas menit Namanya adalah Max Levinson dan dia
dilahirkan di Durban. Ia keluar dari kctentaraan setelah perang selesai, jadi
tidak ada pensiun dan tidak diketahui alamatnya. Tapi diketahui bahwa ia bcrumur
enam puluh lima tahun. Preston mencoba menelaah buku telepon Durban, sementara Viljoen meminta polisi
Durban me - 283 lacak nama itu lewat file-file mereka. Viljoen-lah yang mempcrolch pctunjuk
pertama. Ada dua sural lilang parkir dan sebuah alamaL Max Levinson mengelola
sebuah hotel kecil di pantai. Viljoen menelepon dan berbicara dengan Mrs.
Levinson. la membenarkan bahwa suaminya pcrnah berada di Stalag 344. Saat itu ia
scdang pcrgi mcmancing. Mereka terpaksa menganggur saja sampai pe-tang tiba, kelika Preston berhasil
menghubungi dia melalui telcpon. Pcmilik hotel yang periang itu berbicara dengan
penuh semangal di telepon, dari pantai timur.
"Tcntu saja saya ingat Frikki. Bangsat tolol itu mclarikan diri kc hutan. Sejak
itu saya tidak pcrnah mendengar lagi tcnlang dia. Kenapa dia?"
"Dia be rasa I dari mana?" tanya Preston.
"East London," kata Levinson tanpa ragu-ragu.
"Latar bclakangnya apa?"
"Dia tidak pcrnah bicara banyak tcntang itu," jawab Levinson. "Yang jelas dia
Afrikaner. Fasih berbahasa Afrikaans, tapi bahasa Inggrisnya parah. Dari kelas
pekcrja. Oh, saya ingat, dia bilang ayahnya scorang juru langsir kereta api di
sana." Preston mengucapkan salam dan menoleh kepada Viljoen. "East London," katanya.
"Bisa kita bcrmobil ke sana?"
Viljoen mcnghcla napas. "Saya tidak menganjurkan itu," katanya, "jaraknya
ratusan kilometer dari sinl Ini ncgeri yang sangat luas, Mr. Preston. Kalau Anda
memang ingin sekali kc sana, kita
284 naik pesawat saja besok. Akan saya atur mobil polisi dan pengemudi untuk
menjemput kita." "Tolong mobilnya jangan bcridentitas," kata Preston. "Dan pengemudinya dalam
pakaian biasa." Walaupun markas besar KGB terletak di "Pu-sat", Lapangan Dzerzhinsky No. 2, di
pusat kota Moskow, dan walaupun bangunan itu tidak kecil, ia tidak akan mampu
menampung bahkan sebagian saja dari salah satu dari scjumlah direktorat ulama,
direktorat, dan departemen yang membentuk organisasi yang sangat besar itu. Jadi
scjumlah sub-markas besar lersebar di mana-mana.
Direktorat Utama Satu terletak di Yasyenevo, di jalan lingkar luar yang
mcngelilingi kota Moskow, hampir mencapai sektor selatan kota. Hampir se-mua
FCD First Chief Directorate atau Dirck-lorat Utama Satu ditampung dalam sebuah? ?bangunan modern bcrtingkat tujuh dari aluminium dan kaca, berbentuk bin Ling
bcrkaki tiga, mirip logo mobil Mercedes.
Gedung itu dibangun oleh orang-orang Finlandia di bawah konlrak, dan tadinya
dimaksudkan sebagai gedung Departemen Intcrnasional Komite Sentral. Tapi selelah
selesai, orang-orang ID Inlerna-tional Department atau Departemen
?Intemasional tidak mcnyukainya; mereka ingin berada dekat dengan pusat kota
?Moskow; jadi gedung itu dibcrikan kepada Direktorat Utama satu. Ternyata cocok
285 sekali untuk FCD, karena Ictaknya yang di luar kota dan jauh dari mata-mata yang
mengawasi. Para slaf FCD secara resmi berada dalam penyamaran, juga di negerinya sendiri.
Karcna banyak di antara mereka yang akan ditugaskan ke luar negeri (atau sudah
pernah) sebagai diplomat, yang paling tidak boleh mcreka lakukan adalah terlihat
keluar dari markas besar FCD oleh scorang luris asing yang nyinyir, yang bisa
saja memotret wajah mcreka.
Tapi ada satu direktorat di dalam FCD yang begitu bersifat rahasia sehingga ia
tidak bermarkas hersama yang lain-lain di Yasyenevo. Kalau FCD ini saja sudah
disebut rahasia, maka Direktorat S, atau Ilegal, adalah super rahasia. Bukan
hanya agen-agennya tidak pernah bcrtemu dengan rekan-rekannya di FCD; mcreka
bahkan tidak pernah saling bcrtemu di antara mcreka sendiri. Pclatihan dan
briefing mereka dilakukan dengan prinsip satu-lawan-satu jadi hanya
?instruktumya dan satu murid. Mcreka tidak diharuskan datang absen setiap pagi ke
kanlor mana pun, sebab dengan demikian mereka akan bcrtemu satu sama lain.
Alasannya sedcrhana dalam psikologi orang Ru-sia: orang Rusia paling curiga
tcrhadap kcrahasiaan dan pengkhianatan ini bukan disebabkan oleh paham
?komunisme, tapi bisa dihubungkan dengan zaman Tsar dulu. Para ilegal adalah
orang-orang (kadang-kadang wanita) yang dilatih dengan kcras untuk menyusup ke
negeri asing dan hidup dalam
286 penyamaran yang kctaL Tapi malang, sejumlah ilegal pernah ditangkap dan telah
bckcrja sama dengan penangkapnya; ada juga yang mcmbelot dan membocorkan scmua
yang mereka ketahui. Karena itu, semakin scdikit yang mcreka ketahui, semakin
baik. Adalah merupakan suatu dalil dalam dunia spionase bahwa seseorang tidak
akan bisa berkhianat tcrhadap scsuatu atau seseorang yang tidak dikclahuinya.
Para ilegal, karena ilu, tcrsebar di kompicks-kompleks flat kecil di pusat kota
Moskow dan melapor sendirian sehubungan dengan pelatihan dan briefing. Supaya
letap dekat dengan "anak-anak"-nya, pimpinan Direktorat S tetap mempertahankan
kantornya di Pusat di Lapangan Dzerzhinsky. Kanlor itu terletak di lantai enam,
liga lantai di alas kanlor Ketua KGB Chebrikov dan dua lantai di atas kantor-
kantor wakil-wakil ketua satu, Jenderal Tsincv dan Jenderal Kryuchkov.
Ke tempat yang tidak nampak megah inilah kedua orang itu melangkah masuk pada
sore hari Rabu tanggal 18 Maret, pada saat Preston sedang berbicara dengan Max
Levinson, untuk bcrtemu dengan sang direktur, yaitu seorang veteran tua yang
kurang ramah yang sudah berdinas scpanjang hidupnya dalam bidang spionase
tersclubung. Beri-ta yang mcreka bawa tidak membuat hatinya sc-nang.
"Hanya ada satu orang yang mcmcnuhi per -
287 syaratan itiT," ia mengakui sambil mcngomcl. "Dia sangat andal."
Salah satu lamu dari Komite Senlral itu memberikan sebuah kartu kecil. "Kalau
begitu, Kamerad Mayor Jenderal, Anda diharapkan untuk menarik dia dari tugasnya
dengan segcra dan nicnun-ta dia untuk mclapor kc alamat ini."
Sang direktur mengangguk dengan muram. Ia tahu alamat tersebut. Setelah tamu-
tamunya pergi, ia mcmikirkan kcmbali kewenangan yang mcnaungi mcreka. Mcmang
benar dari Komite Scntral, dan walaupun tidak dijelaskan dengan kata-kata, ia
tak ragu lagi dari siapa datangnya pcrintah tersebut, mcngingat tingkat
kewenangan yang dibcrikan. Ia menarik napas, merasa tak berdaya. Berat sekali
melepaskan salah satu agen terbaik yang pernah dilatihnya, scorang agen yang
benar-benar istimcwa, tapi instruksi seperti ilu tidak bisa diban-tah. Ia hanya
scorang pejabat yang harus paluh; ia tidak mcmpunyai wewenang untuk
mempertanyakan sebuah perintah. Ia lalu menekan sebuah tom-bol pada intcrkomnya.
"Katakan kepada Mayor Valcri Pctrofsky untuk melapor kepada saya."
Pcsawat pcrlama yang meningr.nlkan Johannesburg untuk menuju East London
mendarat tcpal waktu di Ben Schoeman, sebuah bandara yang kecil, rapi, berwarna
kombinasi biru-putih, yang mcnopang kegiatan kota pelabuhan dan kota komcrsial
kecmpal di Afrika Selatan. Pcngcmudi
288 polisi itu sudah menunggu di ruang tunggu dan mengantar mereka menuju sebuah
sedan Ford biasa di tempat parkir.
"Kc mana, Kapten?" tanyanya. Viljocn mcnaikkan sebelah alisnya ke arah Preston.
"Kanlor pusat jawatan kercta a pi," kata Preston. "Lebih tepatnya lagi, gedung
administrasinya." Pengcmudi itu mengangguk dan mcnjalankan mobil. Stasiun kereta api modem kota
East London terletak di Fleet Street, dan tepat di depannya berdiri sebuah
kompleks bangunan bertingkat satu yang sudah tua dan agak lusuh berwarna hijau
dan krem, yang mcrupakan kantor-kantor administrasinya. Kartu identitas Viljoen
yang sakti dengan ccpat mcmbawa mereka ke direktur bagian keuangan. Ia mcn-
dengarkan maksud kedatangan Preston.
"Ya, kami memang membayarkan pensiun kepada semua staf dinas kereta api yang
sudah pensiun yang masih tinggal di daerah ini," katanya. "Siapa namanya tadi?"
"Brandt," kata Preston. "Maaf, saya tidak tahu nama pcrtamanya. Tapi ia dulu
scorang juru langsir, bcrtahun-tahun yang lalu."
Direktur itu memanggil seorang asistcn dan mcreka semua bersama-sama berjalan
melcwati lorong-Iorong muram menuju bagian penyimpanan arsip. Asistcn itu
mencari-cari sebentar dan mun-cul dengan sebuah slip pembayaran pensiun.
"Ini dia," katanya. "Salu-satunya yang ada pada kita. Pensiun tiga tahun yang
lalu. Koos Brandt." 289 "Bcrapa umurnya sekarang?" lanya Preslon.
"Enam puluh tiga," kata asistcn itu sctclah me-11 ha i sckilas ke kartu itu.
Preston menggclengkan kcpala. Kalau Frikki Brandt sama umurnya dengan Jan
Marais, dan ayahnya sckitar liga puluh tahun lebih tua, maka orang tua itu
mestinya bcrumur lebih dari sembilan puluh tahun sekarang. Tapi direktur dan
asistcn itu bersikcras. Tidak ada Brandt lain yang sudah pensiun.
"Kalau begitu, bisakah Anda mencarikan untuk saya," tanya Preston, "liga
pensiunan tcrtua yang masih hidup dan masih mencrima pembayaran setiap minggu?"
"Mereka tidak didaftar mcnurut umurnya," si asistcn mcmprotes, "mereka didaftar
mcnurut abjad." Viljocn menarik direktur itu kc samping dan berbicara dengan sen us bcrbisik-?bisik dalam bahasa Afrikaan. Apa pun yang dikatakannya ternyata mcmbawa hasil.
?Direktur itu nampak terkesan. "Lanjutkan," katanya kepada asistennya. "Satu per
satu. Semua yang lahir scbelum tahun 1910. Kami akan berada di kanlor saya."
Itu memakan waktu satu jam. Si asistcn mengeluarkan tiga slip pembayaran
pensiun. "Ada satu yang bcrumur scmbilan puluh," katanya, "tapi dia penjaga
pintu di terminal penumpang. Salu bcrumur dclapan puluh, bekas pctugas
kebcrsihan. Lalu ada satu lagi, umur dclapan puluh satu. Dia
290 bekas juru langsir di tempat langsir." Orang itu dipanggil dcng.m nama Fourie
dan alamatnya tcrtulis di situ, di suatu tempat di Quigney.
Sepuluh mcnit kemudian mcreka sudah meluncur mcnembus kawasan Quigney, dacrah
pemukiman tua di East London, yang sudah bcrumur lima puluh tahun lebih.
Sebagian dari bungalo-bungalonya nampak dirawal dengan baik; tapi sebagian lagi
nampak kumuh dan lapuk, rumah rumah lempal tinggal orang kulit putih yang mis-
kin. Dari bclakang Moore Street mcreka bisa mcndengar bunyi-bunyi dari bcngkel
kcrja dinas kereta api dan kesibukan stasiun langsir, tempat kcrcta-kercta yang
besar disatukan untuk mengangkut muatan dari dermaga-dermaga pclabuhan East
London kc kola pcdalaman Transvaal lewat Picier maritzburg. Mcreka menemukan
rumah itu salu blok masuk dan Moore Street.
? Scorang wanita tua Kulit Berwarna mcmbukakan pintu, wajahnya scperti biji kenari
yang bo-peng dan rambutnya yang putih disisir ke bclakang dan disanggul. Viljocn
berbicara dengan dia dalam bahasa Afrikaans. Wanita tua itu mcnunjuk kc a rah
kaki langit dan mcnggumamkan sesuatu sc -
Sccara gans besar penduduk Rtpubfak Afrika Sclatan digolon'gkan rnenjadi empal
krkimpok tints Kulii Putih (luum prndaUng). Hitam (penduduk mIi). Kulit Bm-arna
(kcturuoan baogsa bangM Am dengan penduduk a&li dsn yang sehari ban berbaha&a
Afrikaans). Orang Asia (lerutama betas*! dan India)
291 bclum menutup pintu dengan man tap. Viljoen mcngawal Preston balik ke mobil.
"Dia bilang orang tua itu ada di lembaga," kata Viljoen kepada pengemudi. "Tahu
apa maksudnya itu?" "Ya, Pak. Gedung Lembaga Kereta Api yang kuno. Sekarang disebut orang Turnbull
Park. Di Patcrson Street. Itu adalah klub sosial dan rekreasi untuk para
karyawan jawatan kereta api."
Temyata gedung itu bertingkat satu, amat besar, scrta bersebelahan dengan tiga
lapangan rumput khusus untuk bowling. Di balik pintunya mcreka mclcwati
sederclan meja snooker dan ruang-ruang TV scbclum sampai ke sebuah bar yang
penuh pengunjung. "Papa Fouric?" kata penjaga bar itu. "Tentu. Dia di luar sana, scdang nonton
bowling." Mereka menemukan orang tua itu di salah satu lapangan bowling, duduk di bawah
malahari mu-sim gugur yang hangat sambil menikmati segclas bir. Preston
menyapanya. Orang tua itu menatapnya sebentar scbelum mengangguk. "Ya, saya ingat Joe
Brandt, la telah meninggal bcrtahun-tahun yang lalu."
"la mcmpunyai seorang putra. Frcdcrik Frikki."?"Benar. Astaga, anak muda, kau telah mcm-bawaku kc masa sOam. Dia anak baik.
Scring da tang ke tempat kerjaku sctclah sekolah. Joe scring mcmbiarkan anak itu
ikut naik lokomotif 292 bcrsama dia. Sangat mcnyenangkan untuk scorang anak di masa itu.?"ltu pasti
sekitar pcrtcngahan sampai akhir 1930-an?" tanya Preston.
Orang tua itu mengangguk. "Sekitar itu. Tcpat sctclah Joe dan kcluarganya pindah
kc sini " "Sekitar tahun 1943 Frikki yang sudah jadi pemuda pcrgi bcrperang," Preston
? ?bcrkomcnlar. Papa Fouric menatapnya sebentar dengan mala-nya yang berlendir, yang mencoba
mcmbayangkan masa silamnya scpanjang lima puluh tahun yang bcrlangsung tanpa
kcjadian yang mcnarik. "Benar," katanya. "Pemuda itu tidak pernah kcmbali. Orang
mcngabarkan pada Joe bahwa anaknya itu tcwas di suatu tempat di Jerman. Kabar
itu membuat hati Joe hancur. la sangat mencintai anak itu dan mcmpunyai rencana-
rencana besar buat dia. Scjak itu ia tidak pcrnah pulih, yaitu setelah telegram
itu ditc-rimanya, ketika perang berakhir. Ia meninggal tahun 1950 aku sclalu


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?bcranggapan bahwa itu karcna kesedihan halinya. Istrinya mcnyusulnya tak lama
setelah itu dua tahun kemudian, barang-kalL"
?"Tadi Anda mengatakan, 'Tcpat sctclah Joe dan kcluarganya pindah ke sini,*"
Viljocn mcngingat-kan dia. "Dari Afrika Sclatan kawasan mana mereka datang?"
Papa Fouric nampak bingung. "Mcreka bukan bcrasal dari Afrika Selatan."
"Tapi mereka keluarga Afrikaner," Viljocn mcmproies.
293 "Siapa yang bilang begilu?" 'Angkatan Darat," kata Viljoen. Orang tua itu
tersenyum. "Kurasa Frikki muda mcmang bisa bios sebagai Afrikaner di Angkatan
Darat. Bukan, mereka berasal dari Jerman. Imigran. Sekitar pertcngahan 1930-an.
Joe (idak pcrnah bisa berbahasa Afrikaans dengan baik sampai dia meninggal. Tapi
tentu saja anak itu bisa. Dipc-lajarinya di sckolah."
Ketika mereka kcmbali ke mobil yang diparkir, Viljoen menoleh ke Preston dan
bertanya, "Well?"
"Di mana Catalan kcimigrasian disimpan?"
"Di basement Union Building di Pretoria, bersama arsip-arsip ncgara yang lain,"
kata Viljoen. "Bisakah staf bagian arsip di sana melakukan pcngccekan scmcntara kita menunggu
di sini?" tanya Preston.
Tentu. Mari kita pcrgi ke kantor polisi. Kita bisa menelepon dengan lebih enak
dari sana." Kantor polisi itu juga terletak di Fleet Street; bentuknya scperti benlcng
berlantai tiga tcrbuat dari bata kuning dengan jcndela-jcndcla berwarna buram,
tcpat bcrsebelahan dengan gedung tempat berlatih Kaffrarian Rifles. Preston dan
Viljocn mcngajukan pcrmintaan mcreka dan ma kan siang di kantin, scmcntara di
Pretoria seorang staf bagian arsip kchilangan kescmpatan makan siangnya karena
ia diminta memeriksa file-file. Untungnya, semuanya telah dikomputcrisasi pada
tahun 1987 dan nomor filc-nya dengan cepat bisa ditemukan.
294 Si pctugas mcngcluarkan file itu, mengetik sebuah ringkasan, dan mengirimkannya
lewat telex. Di East London telex itu diantarkan kepada Preston dan Viljoen saat mcreka
sedang minum kopi. Viljoen menerjemahkannya, kata demi kata.
"Ya, Tuhan," katanya setelah selcsai. "Siapa yang mcnyangka bisa begitu?"
Preston nampak tepekur. Ia bangkit dan berjalan menyebcrangi kantin untuk
berbicara dengan si pengemudi, yang duduk di meja lerpisah. "Apakah ada
synagogue gereja orang Yahudi di East London?"? ?"Ya, Pak. Di Park Avenue. Dua mcnit dari sini."
Synagogue yang berkubah hilam, bercat putih, dan dihiasi lambang Bintang
Daud lambang bangsa Yahudi di puncaknya itu kosong di sore hari Kamis itu;
? ?hanya nampak scorang pengurus Kulit Berwarna yang mengenakan mantel Angkatan
Darat yang tcbal dan topi wol. la memberikan kepada mereka alamat Rabbi Blum di
pinggiran Sal bourne. Mereka mcngctuk pintu rumahnya jam tiga lewat scdikit.
Rabbi itu sendiri yang mcmbukakan. la scorang laki-laki tcgap berjenggot te-bal,
rambutnya sudah bcruban dan kelihatannya bcrumur sekitar pcrtengahan 50-an.
Pandangan sekilas saja sudah cukup; dia terlalu muda. Preston mempcrkcnalkan
dirinya sendiri dan bertanya, "Dapatkah Anda mengatakan kepada saya, siapa rabbi
di sini scbclum Anda sendiri?"
295 Tentu. Rabbi Shapiro."
"Apakah Anda tahu, apakah dia masih hidup dan di mana saya bisa mencmui dia?"
"Sebaiknya Anda masuk saja dulu," kata Rabbi Blum. Ia menganlarkan tamu-tamunya
kc rumahnya, melewati sebuah lorong, dan membuka sebuah pintu di ujung lorong
itu. Ternyata kamar itu sekaligus bcrfungsi sebagai kamar tidur, di sana seorang
lelaki yang sangat tua sedang duduk di depan perapian gas menghirup secangkir
tch hi tarn. "Paman Solomon, ada orang yang ingin bertemu dengan Anda," katanya.
Preston meninggalkan rumah itu sejam kemudian untuk bergabung dengan Viljoen,
yang telah lebih dahulu balik kc mobil. "Ke bandara," kata Preston kepada
pengemudi, dan kepada Viljoen, 'Bisak.ih Anda atur pcrtemuan dengan Jenderal
Pienaar untuk esok pagi?"
Kamis sore itu, dua orang lagi ditransfer dari pos mcreka di angkatan bersenjata
Soviet ke tugas khusus. Kira-kira seratus lima puluh kilometer di sebelah barat Moskow, tepat di jalan
masuk ke Minsk, di tengah sebuah hutan luas, berdiri sebuah komplcks antene
parabola radio dan bangunan-bangunan penunjangnya. Itu adalah salah satu pos
penerima Uni Soviet untuk sinyal-sinyal radio
296 yang datang dari unit-unit militer Pakta Warsawa dan dari luar negeri, tapi ia
juga bisa menangkap pesan-pesan yang dikirimkan oleh pihak-pihak yang berada
jauh di luar perbatasan Soviet. Satu sektor dari kompleks itu diberi batas
khusus dan hanya dipakai oleh KGB saja. Salah satu dari orang-orang yang ditarik
untuk tugas khusus itu adalah seorang operator radio berpangkat scrsan mayor
dari sektor ini. "Dia orang terbaik yang saya miliki," komandannya, yang berpangkat kolonel,
mcngcluh kepada wakilnya ketika orang-orang dari Komite Scnit.il telah pergi.
"Baik" Mcnurut saya dia baik. Kalau diberi pcrlengkapan yang benar, dia bisa
menangkap bunyi seekor kecoa yang scdang mcnggaruk pantatnya di California."
Satu lagi orang yang ditarik dari posnya adalah scorang kolonel dari Angkatan
Darat Soviet Scandainya dia mengenakan scragamnya, yang jarang dikenakannya,
atributnya akan menunjukkan bahwa dia be rasa I dari kesatuan artilcri. Pada
kenyataannya dia lebih menyerupai seorang ilmuwan daripada scrdadu, dan dia
bckcrja di Direktorat Persenjataan, Divisi Riset
"Jadi," kata Jenderal Pienaar ketika mereka sudah duduk di kursi kayu berjok
kulit, mengitari meja kopi, "diplomat kami, Jan Marais. Bersalah-kah dia atau
tidak?" "Bcrsalah," kata Preston, "amat sangat"
297 "Saya kira saya ingin mcndengar Anda membuktikannya, Mr. Preston. Di mana letak
kesalahannya" Di mana dia berubah mcnjadi jahat?"
"Ia lidak berubah," jawab Preston. "Ia tidak pernah salah melangkah. Anda sudah
membaca riwayat hidupnya yang ditulLs tangan?"
"Ya, dan seperti mungkin sudah dikemukakan oleh Kapten Viljoen, kami juga sudah
mengecck semuanya yang bcrkenaan dengan karicr orang itu mulai saat kelahirannya
sampai saat ini. Kami (idak bisa menemukan ketidakcocokan."
"Memang tidak ada," kata Preston. "Kisah masa kecilnya seratus persen akurat
sampai ke detail terakhir. Saya percaya bahwa bahkan hari ini pun dia pasti
masih bisa mcnguraikan masa kecilnya itu sclama lima jam dengan lancar, tanpa
membuat kcsalahan dalam satu detail pun."
"Kalau begitu benar. Semuanya yang bisa dicek adalah benar," kata sang Jenderal.
"Semua yang bisa dicek, ya. Semuanya benar sampai saat ketika kedua serdadu itu
turun dari bagian belakang truk Jerman di Silesia dan mulai berlari. Setelah
itu, semuanya dusta. Izinkan saya mcnjclaskan dengan memulainya dari ujung lain,
dengan cerita tentang Frikki Brandt, orang yang melarikan diri bersama Jan
Marais. "Pada tahun 1933 Adolf Hitler naik ke puncak kekuasaan di Jerman. Pada lahun
1935 seorang pekerja perkercta-apian Jerman bernama Josef Brandt pergi ke
pcrwakilan Afrika Selatan di Ber -
298 lin dan mengajukan pcrmohonan untuk mcmperoleh visa emigrasi dengan alasan
kemanusiaan ia berada dalam bahaya dihukum mati karena ia bcrdarah Yahudi. ?Pcrmohonannya dikabulkan dan dia diberi visa untuk memasuki Afrika Selatan
bersama keluarganya keluarga muda. Arsip-arsip Anda sendiri telah
?mcngkonfirmasikan kebenaran permohonan dan pcngcluaran visa tersebut"
"Itu benar," Jenderal Pienaar mengangguk. "Banyak sekali imigran Yahudi
berdatangan ke Afrika Selatan selama masa kekuasaan Hitler. Arsip Afrika Selatan
dalam masalah itu sangat bagus lebih baik dibandingkan negara-negara lain."
?"Pada bulan September 1935," Preston melanjutkan, "Josef Brandt bersama
istrinya. Use, dan putranya yang berumur sepuluh tahun, Friedrich, naik kapal di
Bremcrhavcn, dan enam minggu kemudian mereka turun dari kapal di East London.
Saat itu jumlah masyarakat Jerman di sana cukup besar dan masyarakat Yahudi ada
juga, sedikit. Brandt memilih untuk menctap di East London, dan mcn-cari
pekerjaan di bidang perkcreta-apian. Seorang pejabat imigrasi yang baik hati
memberitahu rabbi setempat mengenai keda tangan keluarga baru itu.
"Rabbi itu, seorang pemuda energik bernama Solomon Shapiro, mengunjungi
pendatang-penda-tang baru tersebut dan berupaya menolong mereka dengan
menganjurkan agar mcreka bergabung dengan perkumpulan sosial Yahudi di sana.
Mcreka menolak, dan ia menyimpulkan bahwa mereka
299 ingin bcrasimilasi dengan masyarakat Gentile masyarakat non-Yahudi. Rabbi ilu
?keccwa, tapi sama sekali tidak curiga.
"Kcmudian, di tahun 1938, anak itu, yang namanya sekarang sudah
diafrikanisasikan menjadi Frederik, atau Frikki, sudah berumur tiga belas tahun.
Sudah waktunya ia menjalani bar mitzvah-nya, yaitu masa akil balig bagi seorang
anak laki-laki Yahudi. Bagaimanapun besarnya kcinginan keluarga Brandt untuk
bcrasimilasi, itu mcrupakan upacara yang tcramat penting bagi scorang pria yang
hanya punya seorang anak laki-laki. Walaupun tak scorang pun anggola keluarga
itu pernah pergi kc shut synagogue Rabbi Shapiro mengunjungi keluarga itu
? ?untuk menanyakan apakah mcreka ingin dia mclaksanakan upacara itu. Mereka
malahan memaki-maki dia dengan pedas, dan kecurigaannya sekarang mcnjadi
kepasuan." "Kepaslian tcnlang apa?" tanya sang Jenderal, tidak mcngcrti.
"Kcpastian bahwa mereka bukan Yahudi," kata Preston. "Begitulah yang
dikatakannya kepada saya kemarin ma lam. Dalam upacara bar milzvah, anak laki-
laki itu dibcrkati oleh sang rabbi. Tapi pertama-lama nibbi itu harus yakin akan
kemurnian da rah Yahudi anak laki-laki itu. Dalam kepercayaan Yahudi, da rah
Yahudi diwariskan dari pi-hak ibu, bukan dari pihak ayah. Si ibu harus bisa
mcnunjukkan sebuah dokumcn yang disebut ke tubahy yang mcmbuktikan bahwa dia
benar seorang Yahudi. Use Brandt tidak mcmiliki ketubah. Jadi upacara bar
mitzvah tidak bisa dilaksanakan."
"Jadi mcreka mcmasuki Afrika Sclatan dengan alasan palsu," kata Jenderal
Pienaar. "Tapi itu sudah amat sangat lama."
"Lebih dari itu," kata Preston. "Saya tidak dapat mcrjibuktikannya, tapi saya
kira saya benar. Josef Brandt tidak berdusta waktu ia memberitahukan kepada
perwakilan Anda bcrtahun-tahun yang lalu bahwa ia berada di bawah ancaman
? ?Gestapo. Bukan karcna ia Yahudi, mclainkan sebagai seorang militan, aktivis
gcrakan Komunis Jerman. la tahu, kalau ia membcritahukan kenyataan itu kepada
perwakilan Anda, ia tidak akan pernah mem-perolch visa."
"Tcruskan," kata sang Jenderal dengan sikap kesal.
"Pada saat ia berumur delapan belas tahun, Frikki tcrbius total oleh gagasan-
gagasan ayahnya yang tcrselubung; ia telah mcnjadi scorang komunis yang siap
bekerja unluk Comintern. "Pada tahun 1943 dua orang pemuda masuk mcnjadi anggota Angkatan Darat Afrika
Sclatan dan pcrgi kc mcdan perang: Jan Marais, dari Duiwelskloof, untuk mcmbela
Afrika Selatan dan Persemakmuran Inggris, dan Frikki Brandt untuk mcmbela tanah
air ideologinya, yaitu Uni Soviet
"Mereka tidak pcrnah bcrtemu di pusat latihan dasar, atau dalam konvoi pasukan,
atau di Italia, atau di Moosberg. Tapi mcreka bcrtemu di Stalag
3(K) 301 344. Saya tidak tahu apakah Brandt sudah merencanakan pelariannya saat itu, tapi
ia menu!in seorang pemuda yang jangkung dan berambut pirang sepcrti dia sendiri
sebagai teman melarikan diri. Brandt-Ian yang bcrinisiatif untuk lari ke hutan
ketika truk itu mogok."
"Tapi bagaimana mcngenai pneumonia itu?" tanya Viljoen.
"Tidak ada pneumonia," kata Preston, "mereka juga tidak jatuh ke tangan partisan
Polandia Katolik. Lebih mungkin mcreka jatuh ke tangan par tisan Komunis, kepada
siapa Brandt bisa berbicara dengan bahasa Jermannya yang fasih. Barangkali
mcreka kemudian mcnycrahkan Brandt kepada Tcntara Mcrah, lalu kc NKVD, dengan
Marais yang hanya terima nasib terus ikut dengan dia.
"Antara Maret dan Agustus 1945 dilakukanlah pcrtukaran itu. Semua pengakuan
tentang sel-sel yang beku itu cuma omong kosong. Marais pasti sudah diperas
habis-habisan untuk menccritakan masa kecilnya dan pendidikannya, dan Brandt
pasti sudah menghafatkan itu sampai -walaupun bahasa Inggris tertulisnya kurang
bagus dia bisa menulis curriculum vttae itu dengan mata tertutup.?"NKVD polisi rahasia Uni Soviet barangkali juga mcmberi Brandt kursus kilat
? ?bahasa Inggris, mengubah penampilannya scdikit, memasangkan atribul atribut
militer Marais di tubuhnya, dan dengan demikian siaplah mereka. Karena sudah
tidak bcrguna lagi, Jan Marais barangkali lalu dibunuh.
302 "Orang-orang Soviet itu juga mcnggarap Brandt scdikit, memberinya scjumlah zat
kimia untuk membuatnya nampak benar-benar sakit, dan mcnycrahkan dia kepada
pihak Inggris di Potsdam, la dirawat di rumah sakit di Bielefeld, dan lebih lama
lagi di luar Glasgow. Di musim dingin tahun 1945 hampir seluruh serdadu Afrika
Sclatan sudah pulang; kecil kemungkinannya ia akan bcrtemu dengan seseorang dari
Resimcn Wits/De La Rcy di Inggris. Pada bulan Descmber dia beriayar ke Cape
Town, dan mendarat pada bulan Januari 1946.
"Ada scdikit masalah. Seseorang dari Markas Besar Pertahanan telah mengirimkan
telegram kepada pctani tua Marais yang memberitahukan bahwa putranya akhirnya
kcmbali, yang tadinya diberitakan sebagai 'hilang, dianggap sudah tcwas.* Dan
Brandt menjadi panik karena menerima sebuah telegram dalam hal ini saya mengaku
?saya hanya mcreka-reka, tapi ini masuk akal yang mcnganjurkan dia supaya
?pulang. Tentu saja, ia tidak mungkin muncul di Duiwclskloof. la lalu membuat
dirinya sakit lagi dan berobat ke Rumah Sakit Militer Wynberg.
"Ayahnya yang sudah tua itu tidak man menu nggu lagi. Ia mcngirim telegram lagi,
memberitahukan bahwa ia akan datang kc Cape Town. Dalam kepanikan Brandt
menghubungi tenia n-temannya di Comintern, dan masalah itu dicarikan
pemccahannya. Mcreka mcnabrak orang tua itu di
303 sebuah jalan scpi di Mootseki Valley, dengan membuatnya nampak sepcrti sebuah
kecelakaan labrak-lari pada saat Marais sedang mengganti sebuah ban yang bocor.
Selclah ilu, semua rencana Brandt bcrjalan dengan mulus. Pemuda itu tidak dapat
pulang untuk menghadiri pemakaman semua orang di Durwelskloof bisa memaklumi ?hal itu dan ahli hukum Benson sama sekali tidak curiga ketika diminta untuk
?menjualkan tanah milik ilu dan mengirimkan hasil penjualannya ke Cape Town."
Kchcningan di kantor itu hanya terusik oleh dengung seckor lalat di kaca
jendela. Sang Jenderal mengangguk. "Masuk akal," ia mengakui. "Tapi tidak ada
bukti. Kita tidak dapat mcmbuktikan bahwa keluarga Brandt itu bukan orang
Yahudi, apalagi bahwa mereka itu komunis. Bisakah Anda bcrikan kepada saya
scsuatu yang bisa mcnghapuskan kcraguan ini?"
Preston mora ha sakunya dan mcngeluarkan foto itu, yang diletakkannya di mcja
tulis Jenderal Pienaar. "Itu adalah foto foto yang terakhir Jan Marats yang
? ?asli. Seperti Anda lihat, dia adalah seorang pemain cricket yang andal waktu
masih kanak-kanak. la seorang pclcmpar. Kalau Anda pcrhatikan, Anda akan mclihal
bahwa jari-jarinya mencengkeram bola itu dengan cara seorang pc-lempar spm
(pclintir). Anda juga akan mclihat bahwa ia kidal. Saya mcnghabiskan waktu lebih
dari satu minggu untuk mcmpelajari Jan Marais
304 yang di London dalam jarak dekat, melalui tc-ropong. Waktu dia mengemudi,
?merokok, ma kan, minum, dia jelas tidak kidal. Jenderal, kita bisa melakukan
banyak hal untuk mengubah seseorang; kita bisa mengubah rambutnya, cant
bicaranya, wajahnya, tingkah lakunya. Tapi kita tidak bisa mengubah seorang
pclcmpar bola spin yang kidal mcnjadi orang yang tidak kidal."
Jenderal Pienaar, yang telah bermain cricket se-paro dari umurnya, mcnatap foto
itu. "Jadi orang apa yang kita punyai di London sana, Mr. Preston?"
"Jenderal, Anda mcmiliki seorang agen komunis scjati sampai kc lulang sumsumnya,
yang telah bekerja dalam dinas luar negeri Afrika Selatan st l.i ma lebih dari
cmpat puluh tahun tapi sebenarnya mcngabdi kepada Ini Soviet"
Jenderal Pienaar mengangkat matanya dari mcjanya dan memandang jauh kc se be
rang lcmbah. kc Monumen Voortrekker. "Saya akan mcnghancurkan dia," ia berbisik,
"akan saya hancurkan dia mcnjadi berkeping keping dan saya kuburkan di
hushueld padang scmak bclukar itu."
?Preston berdehem. "Mengingat bahwa kami orang Inggris juga mcmpunyai masalah
karena orang ini, bolehkah saya mcminta Anda untuk tidak mcnggunakan kekuasaan
Anda sampai Anda sccara pribadi berbicara dengan Sir Nigel Irvine?"
"Baiklah, Mr. Preston," Jenderal Pienaar menjawab, mengangguk. "Saya akan
berbicara dengan 305 Sir Nigel Irvine lebih dulu. Sekarang, apa rencana Anda?"
"Ada flight kc London petang ini, sir. Saya akan pulang dengan ilu."
Jenderal Pienaar bangkit dan mcngulurkan tangannya. "Selamat jalan, Mr. Preston.
Kapten Viljocn akan mengantarkan Anda sampai kc pesawat Anda. Dan terima kasih
atas ban man Anda." Dari hotel, scmcntara dia mengemasi kopcrnya, Preston menelepon Dennis Grey,
yang lalu naik mobil dari Johannesburg untuk menjemput sebuah pesan untuk


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikirim ke London dengan sandi rahasia. Preston mcmperoleh jawaban dua jam
kemudian. Sir Bernard Hcmmings akan datang ke kantor hari berikutnya, yaitu hari
Sabtu, unluk menjumpai dia.
Preston dan Viljoen berdiri di ruang pengantar pada jam 8.00 petang kurang
sedikit, tcpat di saat panggilan terakhir untuk penumpang flight South African
Airways dengan tujuan London diumumkan melalui pengeras suara. Preston
memperlihatkan boarding pass-nya dan Viljocn menunjukkan kartu identitasnya yang
scrba guna itu. Mereka berjalan menuju kc landasan yang dingin dan ge-lap.
"Saya akan mengucapkan ini untukmu. En gelsmany Anda seorang jagdhond yang
sangat baik." "Terima kasih," kata Prcslon. "Anda tahu apa artinya jagdhond?"
"Saya yakin," kata Preston hati hati. "anjing pemburu di Cape ini lamban, kurang
lincah, tapi sangat ulct."
Untuk pertama kali sclama satu minggu itu Kapten Viljoen tertawa terbahak-bahak.
Lalu tiba-tiba dia jadi scrius. "Botch saya menanyakan satu hal?"
"Ya." "Mengapa Anda melctakkan bunga di makam orang tua itu?"
Preston menatap pesawat yang menunggu itu, lampu-lampu kabinnya tcrlihat
bendcrang dalam kegclapan remang-remang, dari jarak dua puluh meter. Penumpang-
penumpang yang terakhir se-dang menaiki tangga.
"Mereka telah mengambil nyawa pulranya," katanya, "kemudian mereka membunuh dia
supaya dia tidak tahu kenyataan itu. Karcnanya, rasanya hal itu pantas saya
lakukan." Viljocn mcngulurkan tangannya. "Selamat jalan, John, dan good luck."
"Selamat tinggal, Andrics."
Scpuluh menit kemudian, springbok sejenis an-telop (lambang South African ? ?Airways) di sirip pesawat jet itu mendongakkan hidungnya yang kaku ke angkasa
dan pesawat lepas landas menuju ke utara dan Eropa.
DJlarajigmciig-konicrsil-kaJi atau kcsialan menimpa anda selamanya
307 306 10 SIR BERNARD HEM MINGS, dengan Brian Harcourt-Smith di sampingnya, duduk diam dan
mendengarkan laporan Prcslon sampai dia selcsai.
"Ya Tuhan," katanya dengan berat, ketika Preston sudah hcrhenti berbicara, "jadi
tcmyata me-mang benar Moskow. Mcreka akan mencrima pcmbalasan. Kerugian pasti
sangat besar. Brian, apa kedua orang itu masih di bawah pengawasan?"
"Yes, sir." Teruskan begitu sampai akhir pekan ini. Jangan membuat move untuk menycrgap
sampai Komite Paragon punya kesempatan untuk mendengar apa yang telah kita
pcroleh. John, aku tahu kau pasli capek sekali, tapi bisakah kau membuat laporan
itu dalam bentuk tcrtulis besok malam?"
"Yes, sir." "Tolong letakkan di mcjaku pagi-pagi sekali hari Senin. Aku akan menghubungi
semua anggola komite di rumah mereka masing-masing dan minta mcreka mengadakan
rapat penting Senin pagi."
308 Ketika Mayor Valeri Pelrofsky diantarkan ke ruang duduk di dacha mewah di Usovo
itu, ia berada dalam kcadaan yang sangat tegang. Ia bclum pernah bcrtemu dengan
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet dan tidak pernah membayangkan akan
mengalami hal itu. Selama empat hari terakhir ia bingung dan hah kan sangat ketakutan. Sejak
ditarik untuk mclaksanakan tugas khusus oleh direkturnya, ia dikucilkan dalam
sebuah flat di pusat kota Moskow, dijaga siang-malam oleh dua agen dari
Direktorat Utama Scmbilan, Pengawal Kremlin. Bukan scsuatu yang aneh kalau ia
cemas akan kemungkinan yang tcrburuk, tanpa scdikit pun tahu apa kiranya
kesalahan yang telah dilakukannya.
Lalu da tang instruksi mendadak, pclang itu hari Minggu, untuk mengenakan
sctelan jas sipilnya yang tcrbaik dan ikut dengan pengawal-pcngawal itu turun ke
bawah, menuju sebuah mobil Chaika yang scdang mcnunggu, yang kemudian membawanya
kc Usovo. Ia tidak mcngenali dacha ke mana ia dibawa.
Hanya setelah Mayor Pavlov mcmbcritahu dia, "Kamerad Sekretaris Jenderal akan
menjumpai Anda sekarang," maka ia sadar ia sedang berada di mana. Tcnggorokannya
kering saat ia mclangkah melcwati pintu menuju ruang duduk. Ia bcrusaha
menenangkan diri, mcngatakan pada dirinya sendiri bahwa ia dengan sopan dan
sejujurnya 309 akan menjawab semua tuduhan yang dilemparkan padanya nanti.
Di dalam ruangan itu ia bcrdiri tegak dalam sikap siap. Orang tua yang duduk di
kursi roda itu mengamatinya selama bebcrapa menit, lalu mengangkat tangannya dan
menunjuk ke depan. Petrofsky membuat empat langkah pendek dan bcrhcnti lagi,
tetap dalam sikap siap. Tapi ketika pemimpin Soviet itu berbicara, tcrnyata sama
sekali tidak ada nada menuduh dalam suaranya. Ia berbicara dengan cukup IcmbuL
"Mayor Petrofeky, kau bukan boneka pajangan di toko pakaian. Maju ke sini ke
tempat terang, supaya aku bisa melihatmu. Dan silakan duduk."
Petrofsky tertegun. Dipersilakan duduk di hadapan Sekretaris Jenderal, bagi
seorang mayor muda, merupakan scsuatu yang tidak pernah di dengarnya. Ia
melakukan apa yang diperintahkan, duduk di bibir kursi yang ditunjuk,
punggungnya tegak, dan kedua lututnya rapat.
"Kau... kira-kira, tahukah kau mengapa aku me-manggilmu?"
"Tidak, Kamerad Sekretaris Jenderal."
"Memang, aku kira tidak. Penting sekali bahwa tidak ada yang tahu. Aku akan
memberitahukan kepadamu. "Ada sebuah misi yang hams dilaksanakan. Hasilnya merupakan sesuatu yang tak
terukur pentingnya bagi Uni Soviet dan bagi kejayaan Revolusi. Kalau berhasil,
manfaatnya bagi negeri kita
310 tidak tcrnilai; kalau gagal, kerugiannya bagi kita merupakan bencana. Aku telah
memilih kau, Vale-ri Alexeivitch, untuk mengemban misi itu."
Perasaan Petrofsky campur-aduk. Kctakutannya tadi bahwa ia akan dijatuhi hukuman
dan dibuang berganti dengan sukacita yang meluap-Iuap, yang hampir-hampir tak
terkendali. Sebagai seorang mahasiswa yang cemerlang di Universitas Moskow, ia
telah dicabut dari cita-citanya untuk berkarier di Kementerian Luar Negeri untuk
dibina sebagai salah satu pemuda cemerlang di Direktorat Utama Satu; scjak ia
dengan sukarela mengajukan permintaan untuk menjadi anggota Direktorat Ilegal
yang elit dan dilerima, ia senantiasa memimpikan ditugaskan dalam sebuah misi
yang penting. Tapi khayalannya yang paling hcbat pun tidak pernah sampai ke yang
seperti ini. Akhirnya ia mem-beranikan diri memandang sang Sekretaris Jenderal,
langsung ke matanya. "Terima kasih, Kamerad Sekretaris Jenderal."
"Orang-orang lain akan memberikan briefing mengenai detail-detailnya," sang
Sekretaris Jenderal melanjutkan. "Waktu sangat sempit, tapi kau telah dilatih
untuk memanfaatkan seluruh kemampuan kita yang paling canggih, dan kau akan bisa
mendapatkan semua yang kauperlukan untuk misi ini.
"Aku ingin bertemu dcnganmu karena satu alas-an. Ada sesuatu yang harus
dijelaskan kepadamu, dan aku memutuskan untuk memintanya sendiri
311 darimu. Kalau operasi ini bcrhasil dan aku tidak mcragukan keberhasilannya kau? ?akan pulang ke sini dengan kenaikan pangkat dan pcnghormalan luar biasa yang tak
pcrnah kaubayangkan. Aku akan mcngatur itu.
"Tapi kalau ada yang salah, kalau polisi dan tentara negeri kc tempat mana kau
akan dikirim bcrgerak untuk menangkapmu, kau harus melakukan suatu tindakan
tanpa ragu untuk memastikan bahwa kau tidak akan ditangkap dalam keadaan hidup.
Kau mengerti, Valeri Alexeivitch?"
"Ya, saya mengerti, Kamerad Sekretaris Jenderal."
"Ditangkap hidup hidup, diinterogasi secara ke-jam, dipatahkan oh, ya, di zaman
?ini itu mungkin terjadi, tidak akan ada cadangan keberanian yang bisa melawan
zat-zat kimia 'ditelanjangi' di hadapan konferensi pers internasional semua
? ?itu sama seperti hidup di neraka. Tapi kerugian yang diderita Uni Soviet karena
hal seperti itu, yang didcrita negcrimu ini, tak akan bisa diperkirakan dan tak
bisa diperbaiki." Mayor Petrofsky mcnarik napas dalam-dalam.
"Saya tidak akan gagal," katanya. "Tapi kalau itu
terjadi, saya tidak akan pernah ditangkap dalam
kcadaan hidup." Sang Sekretaris Jenderal menekan sebuah tombol di bawah meja dan pintu terbuka.
Mayor Pavlov berdiri di sana.
"Sekarang pergilah, anak muda. Kau akan
312 diberitahu di sini di rumah ini, oleh seseorang yang mungkin sudah pernah
kaujumpai, mengenai misi itu. Lalu kau akan pergi kc tempat Iain lagi untuk
menerima briefing intensif. Kita tidak akan bertcmu lagi sampai kau kembali
?kelak." Ketika pintu tertutup di bclakang kedua mayor dari KGB itu, sang Sekretaris
Jenderal mcnatap sebentar ke nyala api yang menjilat-jilat dari balok-balok kayu
di perapian. Orang muda yang begitu bermutu, pikirnya. Sungguh sayang.
Saat Petrofsky mengikuti Mayor Pavlov melewati dua lorong panjang menuju wisma
tamu, ia merasa rongga dadanya seakan tidak sanggup menahan emosi pengharapan
dan kebanggaan yang bergejolak di dalamnya.
Mayor Valeri Alexeivitch Petrofsky adalah seorang scrdadu dan patriot Rusia.
Waktu mempelajari bahasa Inggris habis-babisan, ia kenal dengan pepatah "mati
untuk Tuhan, Raja, dan ne-gara" dan ia mcmahami artinya. Ia tidak punya Tuhan,
tapi ia dipcrcaya melaksanakan sebuah misi oleh pemimpin negerinya, dan ia
bertekad, saat ia berjalan melalui lorong-lorong di Usovo itu, bahwa jika
saatnya tiba ia tidak akan mundur dari apa yang harus dilakukannya.
Mayor Pavlov berhenti di depan sebuah pintu, mengetuk, dan mendorongnya sampai
terbuka. Ia melangkah ke pinggir untuk memberi jalan masuk bagi Petrofsky. Lalu
pintu ditutupnya dan ia berlalu dari situ.
313 Scorang pria bcrambul pulih bangkit dari kursi dekal meja yang penub dengan
kertas dan pela, dan mclangkah maju. Ia (ersenyum, mengulurkan langannya. "Jadi
Anda Mayor Petrofsky."
Petrofsky hcran melihat orang itu bicara dengan lergagap. la mcngcnal wajah ini,
walaupun mereka bclum pernah saling jumpa. Dalam kisah-kisah klasik FCD
(Direktorat Utama Salu) yang diajar-kan kepada para agen pemula, orang ini
adalah salah satu dari apa yang dijuluki sebagai "Lima Bintang", seorang laki-
laki yang harus dihormati, orang yang mcwakili salah satu dari kemenangan-
kcmcnangan gcmilang idcologi Soviet terbadap ka-pitalisme. "Ya, Kamerad
Kolonel," katanya. Philby telah mempclajari file-nya sampai ia benar-benar paham. Petrofsky baru
berumur tiga puluh enam dan telah dilatih selama satu dekade untuk bisa bcrpcran
sebagai orang Inggris. Ia sudah pcrnah kc Inggris dua kali untuk membiasakan
diri, dan dalam setiap kunjungan itu ia berada dalam penyamaran total, linggal
jauh-jauh dari Kedutaan Soviet, dan tidak melakukan misi apa-apa. Kunjungan
oricntasi seperti itu cuma dimaksudkan untuk membuat para ilegal scbclum mereka?benar-benar bcroperasi membiasakan diri dengan apa saja yang kclak akan mereka
?lihat lagi; hal-hal schari-hari seperti mcmbuka rekening bank, ber-tcngkar
dengan pengendara mobil lain dan tahu harus berbuat apa, menggunakan kereta
bawah ta-314 nab London, dan senantiasa mcningkatkan pemakaian ckspresi-ekspresi slang yang
mutakhir. Philby tahu bahwa orang muda yang berada di depannya itu tidak hanya bisa
berbahasa Inggris dengan scmpurna, tapi ucapannya juga sempurna dalam cm pat
akscn daerah yang berbeda-beda dan menguasai bahasa Welsh dan Irlandia tanpa
cela. Ia sendiri lalu berbahasa Inggris.
"Silakan duduk," katanya. "Begini, saya hanya akan mcnguraikan garis besar misi
ini. Orang-orang lain akan menguraikan rinciannya. Waktunya sempit, sangat
sempit, jadi Anda harus bisa mcnyerap semuanya lebih cepat dari yang pernah Anda
lakukan dalam hidup Anda."
Scmcntara mereka berbicara, Philby sadar bahwa setelah tiga puluh tahun
meninggalkan tanah airnya, dan walaupun ia terus membaca semua koran dan majalah
dari Inggris yang bisa dipcro-lchnya, tcrnyata sekarang dialah yang tidak up-to-
date, dialah yang ungkapannya kaku dan kuno. Orang Rusia muda itu berbicara
seperti scorang Inggris modern yang sebaya dengan dia.
Philby mcmbutuhkan dua jam untuk mcnguraikan garis besar rencana yang disebut
Aurora itu dan apa saja tujuannya. Petrofsky menycrap semua detailnya dengan
lahap. Ia sangat tcrkesan dan kagum akan kebcranian rencana itu.
"Anda akan mcnggunakan bebcrapa hari berikut ini untuk bcrtemu dengan sebuah tim
yang beranggotakan cmpat orang saja. Mereka akan mem -
315 beri briefing mengenai scrangkaian nama-nama, tempat-tempat, tanggal, waktu-
waktu transmisi, rendezvous, dan rendezvous penopang. Anda harus menghafalkan
semuanya itu. Satu-satunya perlengkapan yang perlu Anda bawa hanyalah sejumlah
buku catatan yang hanya sekali-pakai. Well, cukup sekian saja."
Petrofsky duduk di situ dan mengangguk menanggapi apa yang baru saja disampaikan
kepadanya. "Saya telah berjanji kepada Kamerad Sekretaris Jenderal bahwa saya
tidak akan gagal," katanya. "Semua akan dilaksanakan seperti direncanakan dan
tcpat pada waktunya. Jika komponen-komponennya sudah siap, semuanya akan segera
dilaksanakan." Philby bangkit. "Bagus, kalau begitu saya akan minta Anda diantar balik kc
Moskow ke tempat Anda akan mcnghabiskan waktu yang tersisa sampai saat
keberangkatan Anda."
Ketika Philby melintasi ruangan menghampiri telepon rumah, Petrofsky tcrkejut
mendengar bunyi coo yang keras dari suduL la menolch dan melihat sebuah sangkar
besar yang berisi seekor burung dara yang bagus dengan sepotong kayu kecil
terikat di kakinya. Philby menycringai untuk mc-nyatakan maaf. "Saya mcnamainya
Hopalong," katanya sambil menelepon Mayor Pavlov untuk kcmbali ke situ. "Saya
menemukan dia di jalanan di musim dingin yang lalu dengan sayap dan kakinya
316 paiah. Sayapnya telah pulih tapi kakinya masih menyulitkan dia."
Petrofsky melcwati sangkar itu dan mcnggurat jerujinya dengan kuku jarinya. Tapi
burung dara itu mclompat-lompat menjauhinya. Pintu mcmbuka dan Mayor Pavlov
masuk. Seperti biasa, dia tidak mengucapkan apa-apa, tapi mcmberi isyarat kepada
Petrofsky untuk mengikuti dia.
"Sampai bertcmu lagi, scmoga sukses," kata Philby.
Pada hari Senin langgal 23 Ma ret, anggota-anggola Komite Paragon bcrtemu untuk
mendengarkan laporan Preston.
"Jadi," kata Sir Anthony Plumb, membuka rapat itu, "sekarang kita scdikitnya
sudah tahu apa, di mana, kapan, dan siapa. Kita masih bclum tahu mengapa."
"Juga tidak tahu berapa banyak," sela Sir Patrick Strickland. "Pcrkiraan
kcrugian masih bclum dilakukan dan kita harus mcmbcritahu sckutu-sekutu kita.
Walaupun bclum ada sesuatu yang sensitif kecuali satu dokumcn fiktif yang ? ?terbang ke Moskow scjak Januari."
"Setuju," kata Sir Anthony. "Baiklah, gentlemen, saya kira kita harus berscpakat
bahwa saat untuk mclakukan penyelidikan lebih lanjut sudah lewat Bagaimana akan
kita tangani orang ini" Ada usul" Brian?"
Brian Harcourt-Smith hadir tanpa direktur
317 jenderalnya, dan mewakili MI-5 seorang diri. Ia memilih kata-katanya dengan
hati-hati. "Kita beranggapan bahwa dengan Berenson, Marais, dan Benotli sebagai
perantaranya, maka rangkaiannya sudah lengkap. Dinas Keamanan bcrpendapat bahwa
kemungkinan adanya lebih banyak agen yang lerlibat dalam rangkaian ini amal
kecil. Berenson pasti dianggap sangat penting, dan kami beranggapan, kemungkinan
besar seluruh rangkaian itu dibentuk hanya untuk menangani dia saja."
Yang hadir di sekeliling meja ilu mengangguk.
"Dan rekomendasi Anda?" tanya Sir Anthony.
"Kita amankan saja mereka semua, gulung seluruh komplotan itu," kata Harcourt-
Smith. "Ada scorang diplomat asing yang lerlibat," Sir Hubert Villiers dari Kementcrian
Dalam Negeri berkeberatan.
"Saya kira Pretoria akan bersedia melepaskan haknya atas kekebalan dalam masalah
ini," kata Sir Patrick Strickland. "Jenderal Pienaar pasti sudah melaporkan
semua ini kepada Mr. Botha saat ini. Mereka pasti juga menginginkan Marais
setelah dia kita interogasi nanti."
"Well, nampaknya sudah cukup jelas keputusannya," kata Sir Anthony. "Kau
bagaimana, Nigel?" Sir Nigel Irvine sejak tadi tews menatap ke langit-Iangit, seakan tenggelam
dalam permenungannya. Pertanyaan itu rupanya membangunkan dia. "Aku cuma sedang
berpikir," katanya perlahan. "Kita ambil mereka. Tews apa?"
318 "Interogasi," kata Harcourt-Smith dengan kctus. "Kita bisa segera memulai
menjajaki perkiraan kerugian dan memberitahu sekutu-sekutu kita mengcnai
kegiatan seluwh komplotan itu untuk scdikit membuat pil pahit itu terasa man
is."

Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya," kata Sir Nigel, "itu bagus. Tapi setelah itu apa?" Ia mulai menyebut
sekretaris-sckretaris dari tiga kementerian dan KabineL "Saya pikir kita
mempunyai cmpat pilihan. Kita bisa mengambil Berenson dengan dakwaan rcsmi
berdasarkan Un-dang-undang Kerahasiaan Negara (Official Secrets Act), yang
mcmang perlu kita lakukan kalau kita menahan dia. Tapi apakah kita benar-benar
punya kasus hukum yang bisa kita ajukan kc pengadilan" Kita tahu bahwa kita
benar, tapi apa bisa kita buktikan itu mclawan suatu pembclaan hukum ke-las
satu" Di luar semua itu, suatu penahanan dan dakwaan resmi akan menimbulkan
skandal besar, yang pasti akan merupakan pukulan bagi pemerintah."
Sir Martin Flannery, Sekretaris Kabinet, memahami poin ini. Tidak seperti yang
Iain-Iain di ruangan itu, ia tahu akan rencana untuk menyelenggarakan pemilihan
umum pendadakan di mu-sim panas nanti, sebab Perdana Menteri telah
membcritahukan hal ini kepadanya secara sangat rahasia. Sebagai seorang pejabat
pemerintah yang sudah mengabdi seumur hidup dan berasal dari aliran kuno, Sir
Martin telah memberikan loyalitasnya secara penuh kepada pemerintah yang se-319
karang, seperti halnya dengan tiga pemerintah sebclumnya, dua di antaranya dari
Partai Buruh. Ia akan mcmbcrikan loyalitas yang sama kepada semua pemerintah
penerusnya yang dipilih secara demokratis. Ia mengcrutkan bibirnya.
"Atau," kata Sir Nigel lagi, "kita bisa membiarkan saja Berenson dan Marais,
tapi mcncoba mensuplai Berenson dengan dokumcn-dokumcn yang diubah isinya untuk
ditcruskan kc Moskow. Tapi itu tidak akan berlangsung lama. Berenson terialu
tinggi stalusnya dan terlalu banyak tahu schingga sulit dilipu dengan cara
seperti itu." Sir Peregrine Jones mengangguk. Ia tahu bahwa dalam poin yang satu itu Sir Nigel
benar. "Atau kita bisa mcngambil Berenson dan mencoba membuat dia bekerja sama secara
total dalam mclakukan perkiraan kerugian dengan mcnawarkan kepadanya kckcbalan
dari tuntutan. Secara pribadi, saya tidak suka kckcbalan diberikan kepada
pengkhianaL Kita tidak bisa tahu apakah mcreka telah memberitahukan seluruh
kebenaran atau telah mcmbohongi kita, seperti yang dulu dilakukan Blunt Dan
pengaturan seperti itu nantinya akan diketahui umum juga, discrtai dengan
skandal yang lebih buruk." Sir Hubert Villicrs, yang kementeriannya berisi pejabat-pejabat hukum negara,
menggumam setuju. Ia juga tidak suka akan transaksi kckcbalan, dan mereka semua
tahu bahwa Perdana Menteri juga bcrsikap begitu.
320 "Jadi rupanya cuma tinggal," pimpinan SIS ilu melanjutkan dengan lancar,
"pilihan penahanan tanpa penjajakan, dan interogasi ketat. Dengan kata lain,
tingkat tiga. Saya mungkin bcrpikiran kuno, tapi terus it-rang saya tidak
pcrcaya kepada cara itu. Mungkin saja ia akan mcngakui lima puluh dokumcn, tapi
tak scorang pun dari kita akan bisa tahu sampai kita mati nanti, apakah tidak
ada lima puluh lagi yang tidak diakuinya."
Situasi hening sebentar. "Semua itu memang kurang enak," Sir Anthony Plumb setuju, "tapi rupanya kita
harus mengikuti usul Brian kalau tidak ada usul-usul lain."
"Barangkali ada satu," kata Sir Nigel dengan lembut. "Begini. Mungkin saja
penunjukan Berenson sebagai mata-mata dilakukan dengan mcnggunakan pendekatan
false-flag atau bendera palsu."
Kebanyakan yang nadir paham apa arlinya penunjukan false-flag, tapi Sir Hubert
Viiliers dari Kcmcntcrian Dalam Negeri dan Sir Martin Flannery dari Kabinet
mengcrutkan kening karena tidak mengerti. Sir Nigel mcnjelaskan.
"Itu berkenaan dengan penunjukan scorang agen oleh orang-orang yang pura-pura
bckcrja untuk suatu negara, tcrhadap mana si agen bersimpati, padahal sebenarnya
mcreka bckcrja untuk negara lain. Mossad-nya Israel sangat ahli dalam
mcnggunakan tcknik ini. Dengan kemampuannya mencetak agen-agen yang bisa
menyamar sebagai hampir semua bangsa di muka bumi ini, orang-321
orang Israel itu telah sering mcrnbuat 'scngatan-sengatan* yang mcngagumkan
dengan cara false-flag. "Misalnya: Seorang warga Jerman Baral yang scu'a yang scdang bckcrja di Timur
Tengah didekati ketika scdang cuti di negcrinya oleh dua rckan Jcrmannya yang,
dengan mcnunjukkan bukti-bukti kuat, menyatakan kepadanya bahwa mcreka mcwakili
BND, dinas intclijcn Jerman Ba-raL Mcreka lalu mcngarang ccrita bahwa scorang
Prancis yang bckcrja di proyck yang sama dengan dia mcmbocorkan formula-formula
tcknologi rahasia yang dilarang kcluar oleh NATO. Maukah orang Jerman itu
membanlu negcrinya sendiri dengan cara melaporkan kembali apa yang terjadi"
Sebagai seorang Jerman yang loyal dia setuju, dan bcrtahun-tahun dia bckcrja
demi kepentingan Mos-sad lanpa disadarinya. Hal-hal seperti ini sering terjadi.
"Nampaknya masuk akal," Sir Nigel mclanjutkan. "Kita semua sudah mempelajari
file Berenson sampai kita bosan mclihatnya. Tapi dengan apa yang kita ketahui
itu, mungkin sekali tcknik false-flag merupakan jawaban dari masalah ini."
Scjumlah besar yang nadir mengangguk ketika mcreka mcngingat kcmbali isi file
Berenson. la mcmulai karicrnya, langsung sctclah lulus dari uni-versilas, di
Kementerian Luar Negeri. Ia mencatat kemajuan cukup baik, bertugas di luar
negeri untuk tiga misi dan Icrus naik pangkat secara man -
322 tap, malahan mungkin secara istimewa, di kalang an korps diplomatik.
Di pertcngahan tahun 196f>an ia mcnikah dengan Lady Fiona Glen dan tak lama
setelah itu ditugaskan di Pretoria, di sana dia ditemani oleh istrinya yang baru
dinikahinya. Mungkin di sana itulah, karcna berada di tengah-tengah keramahan
masyarakat Afrika Sclatan yang tradisional dan hampir tak berbatas, ia mulai
mcnaruh simpati dan mcngagumi negeri itu. Dengan pemerintah Partai Buruh yang
scdang berkuasa di Inggris dan Rhodesia yang scdang mcmbcrontak, kekaguman
Berenson akan Pretoria yang semakin tcrus tcrang dinyatakannya tidak mendapal
sambutan cukup di tanah airnya.
Ketika kcmbali kc Inggris pada tahun 1969, dia mendengar bahwa posnya yang
berikutnya mungkin kurang kontrovcrsial katakan saja, ke Bolivia. Orang-orang ?di kalangan diplomatik hanya bisa menduga, tapi sangat mungkin bahwa Lady Fiona,
yang berscdia mencrima Pretoria sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari, sama
sekali tidak sc-nang mcmbayangkan bahwa ia harus meninggal kan kuda kuda yang
dicintainya dan kchidupan sosialnya di London untuk mcnghabiskan tiga tahun yang
mcmbosankan di Pcgunungan Andes sana.
Apa pun alasannya, George Berenson akhirnya minta dipindahkan kc Kementerian
Pcrtahanan, yang di Kementerian Luar Negeri dianggap
323 sebagai turun penghasilan. Tapi dengan kekayaan istrinya, ia tidak pcduli.
Dengan bcrkurangnya bc-ban kcrja diplomatik dari pundaknya, ia mulai menjadi
anggota berbagai perkumpulan pcrsahabat-an pro-Afrika Selatan, yang biasanya
mcnjadi wa-dah bagi mereka yang beraliran kanan.
Sir Peregrine Jones, paling tidak, tahu bahwa simpati Berenson yang tcrlalu
kentara tcrhadap aliran kanan menyulitkan dia, Jones, untuk mcrc-komendasikan
Berenson agar bisa mcmpcrolch gc-lar kebangsawanan, sesuatu yang sekarang
disadarinya mungkin telah mcmbangkitkan rasa tidak scnang dalam diri Berenson.
Setelah mcmbaca laporan itu satu jam yang lalu, para pejabat senior itu tadinya
menganggap bahwa simpati pro-Afrika Selatan Berenson hanyalah ke-dok bagi
simpatinya yang terselubung terhadap Soviet. Tapi kini gagasan Sir Nigel Irvine
telah memberikan perspektif lain kepada masalah tersebut
"False-flag"1* Sir Paddy Strickland tepekur. "Maksudmu, ia mcngira ia
mcmbocorkan rahasia itu ke Afrika Selatan?"
"Pikiranku tak bisa lepas dari tcka-teki ini," kata pimpinan SIS. "Scandainya
dia mcmang seorang simpatisan Soviet atau seorang komunis terselubung, mengapa
Pusat tidak menangani dia melalui seorang agen pcngcndali Soviet" Aku bisa
membayangkan sedikitnya lima orang di kedutaan me -
324 rcka yang mampu mclakukan tugas seperti ilu dengan sama baiknya."
"Well, aku mengaku tidak tahu," kata Sir Anthony Plumb. Pada saat itu ia
mcngangkat wajahnya dan bcrtemu pandang dengan Sir Nigel. Irvine dengan cepat
mcnurunkan sebelah kelopak matanya dan mcnaikkannya lagi. Sir Anthony memaksakan
pandangannya kcmbali kc file Berenson di hadapannya. Kau bajingan licin, Nigel,
pikirnya, kau pura-pura tidak yakin. Kau sebenarnya tahu pasti.
Sesungguhnya, dua hari scbclumnya, Andreyev telah mclaporkan sesuatu yang
menarik. Tidak banyak, cuma obrolan santai di kantin yang lerletak di dalam
Kedutaan Soviet Andreyev scdang mi-num dengan seorang anggota Jalur N dan
berbicara tcntang masalah-masalah pcrdagangan secara umum. Ia mcnyinggung-
nyinggung tcntang manfaat pada saat-saal tertcntu penunjukan dengan teknik
? ?false-flag. Anggota Direktorat Ilegal itu tertawa, mengedipkan mala, dan mencpuk
sisi hidungnya dengan jari telunjuknya. Andreyev mc-nafsirkan isyarat itu
sebagai mcmpunyai arti bahwa mcmang ada operasi false-flag yang sedang
dilcrapkan di London saat ini dan agen Jalur N itu mcngetahui sesuatu tcntang
itu. Sir Nigel, ketika mendengar tentang hal itu, juga berpendapat sama.
Suatu gagasan lain muncul di benak Sir Anthony. Kalau kau mcmang tahu, Nigel,
ilu pasti karena kau punya sumber langsung di dalam rezi -
325 aentura mcreka. Kau scrigala ccrdik. Kemudian ada gagasan Iain, yang kurang
enak: Mcngapa kau tidak mcngatakannya dengan lerus tcrang" Mcreka semua seratus
pcrscn bisa dipercaya, yang hadir di mcja ini, tidakkah begitu" Suatu perasaan
yang kurang nyaman mcnjalari henaknya. Ia mcngangkat wajahnya. "Well, kukira
scbaiknya kita mempertimbangkan gagasan Nigel dengan scrius. Itu masuk akal.
Bagaimana mcnurut kau, Nigel?"
"Orang itu adalah pengkhianat, tak ada kcraguan tcntang itu. Kalau dokumcn-
dokumcn yang dikembalikan secara anonim itu ditunjukkan kepadanya, aku bcrani
mcmaslikan, ia pasti akan sangat ler-guncang. Tapi kalau ia lalu diminta mclihat
laporan John Preston itu, dan ia memang mcngira bahwa selama ini ia berbuat
untuk Pretoria, kurasa ia tidak akan bisa menutupi kcgagalannya lagi. Tapi,
scandainya selama ini dia memang scorang komunis tcrsclubung, ia pasti sudah
tahu tcntang siapa Marais sebenarnya, jadi dia tidak akan tcrlalu ter-kcjuL
Kukira seorang pengamat yang tcrlatih akan bisa melihal bedanya."
"Dan kalau itu tcrnyata memang suatu pendekatan false-flag?" tanya Sir Perry
Jones. "Kalau begitu kukira dia akan mau bckerja sama secara penuh dan tidak hanya
tcrbalas pada perkiraan kcrugian saja. Juga, kukira ia bisa di-bujuk untuk
'bcrbalik' secara sukarcla, schingga kita bisa mcluncurkan opcrasi disinformasi
besar - 326 besaran tcrhadap Moskow. Nah, itu akan mcnjadi satu poin plus besar untuk para
sekulu kita." Sir Paddy Strickland dari Kementerian Luar Negeri puas mendengar kcterangan itu.
Akhirnya di-sctujui untuk melaksanakan taklik Sir Nigel.
"Satu hal terakhir: siapa yang akan menemui dia?" tanya Sir Anthony.
Sir Nigel berdehem. "Well, tentu saja itu tcr-serah kepada Lima," katanya, "tapi
suatu opcrasi disinformasi melawan Pusat adalah wewenang Enam untuk menangani.
Lalu, kcbctulan aku tahu orangnya. Sebenarnya, kami dulu satu sckolah."
"Good Lord" scru Plumb. "Ia scdikit lebih muda darimu, kan?"
"Lima tahun, tepalnya. Ia dulu biasa mcmbcrsihkan scpatuku."
"Baiklah. Semua setuju" Ada yang tidak setuju" Kau mcnang, Nigel. Bolch kauambil
dia, dia pu-nyamu. Be ri tahu kita bagaimana perkembangannya nanti."
Pada hari Sclasa tanggal 24 Ma ret. scorang turis Afrika Sclatan dari
Johannesburg tiba di Bandara Heathrow London, di sana dia melcwati pemcriksaan
rutin tanpa kcsulitan. Ketika dia kcluar dari ruang pemcriksaan pabcan dengan
menjinjing kopcrnya, scorang pria muda menghampirinya dan mcnggumamkan sebuah
pcrtanyaan di telinganya. Orang Afrika Sclatan yang gemuk ilu mengangguk
membenarkan. Pria muda itu lalu mcngangkat
327 kopcmya dan mcnganlar dia keluar menghampiri sebuah mobil yang sudah mcnunggu.
Bukannya menuju kc arah London, pengemudi mobil itu malahan mengambil ring road
M25 dan kemudian M3 yang menuju Hampshire. Satu jam kemudian mcreka berhenti di
depan sebuah rumah country yang bagus di luar Basingstoke. Orang Afrika Selatan
itu, setelah melepaskan jasnya, diantarkan kc dalam ruang pcrpustakaan. Dari
kursi dekat perapian, scorang Inggris yang mengenakan pakaian country dari bahan
tweed dan yang sebaya dengannya, bangkit untuk mcnyalaminya.
"Henry Pienaar, scnang sekali bcrtemu denganmu lagi. Sudah lama sekali. Selamat
datang di Inggris." "Nigel, bagaimana kabarmu selama ini?"
Pimpinan-pimpinan dari kedua dinas intelijcn itu punya waktu satu jam scbelum
makan siang dihidangkan, jadi sctclah bcrbasa-basi sccukupnya, dengan serius
mereka berbicara tcntang masalah yang membawa Jenderal Pienaar ke rumah country
milik SIS untuk kcpcrluan mcnampurg tamu-tamu terhormat tapi tersclubung.
Menjelang petang. Sir Nigel Irvine telah berhasil mencapai kcscpakalan yang
dikchendakinya. Afrika Sclatan setuju untuk mendiamkan saja Jan Marais dan
mcmberi kesempatan pada Irvine untuk meluncurkan operasi disinformasi besar-
besar-an melalui George Berenson, dengan menganggap bahwa ia mau bckcrja sama.
328 Inggris akan mclakukan pengawasan total atas Marais; dengan kewajiban untuk
memastikan bahwa Marais tidak akan punya kesempatan untuk mclarikan diri ke
Moskow, scbab sekarang Afrika Sclatan juga mcmpunyai masalah pcrkiraan kcrugian
mereka sendiri yang nilainya cmpat puluh tahun.?Sclanjutnya juga disepakati bahwa apabila operasi disinformasi itu telah
diluncurkan, Irvine akan memberitahu Pienaar bahwa Marais sudah tidak diperlukan
lagi. Warga Afrika Selatan itu akan dipanggil pulang, pihak Inggris akan
"mcngaman-kan" dia kc atas pesawat jet Afrika Sclatan, dan anak buah Pienaar
akan mclakukan penangkapan saat jet itu masih di udara yaitu jika sudah berada
?di wilayah kcdaulatan Afrika Sclatan.
Setelah makan malam, Sir Nigel mohon diri; mobilnya menunggu di luar. Pienaar
akan mcnginap, sedikit shopping di daerah West End London besoknya, dan pulang
menumpang pesawat petang.
"Jangan sampai dia lolos," kata Jenderal Pienaar saat mcngantarkan Sir Nigel ke
pintu. "Aku menginginkan bajingan itu pulang kc rumah akhir tahun ini."
"Kau akan mendapatkan dia," Sir Nigel bcrjanji. "Cuma scmcntara ini jangan
sampai dia ditakut-takuti."
Sementara pimpinan NIS scdang mencari sesuatu di Bond Street untuk Mrs. Pienaar,
John 329 Preston berada di Charles Slreet untuk bcrtemu dengan Brian Harcourt-Smith.
Wakil Direktur Jenderal sedang dalam suasana hati yang ceria.
"Well, John, kukira kau pantas diberi selamat. Komite sangat terkesan dengan
penemuan-penemuanmu di Afrika Sclatan."
"Terima kasih, Brian."
"Ya, sungguh. Mulai saat ini semuanya akan ditangani oleh Komite. Aku tidak bisa
mengatakan apa tepatnya yang akan dilakukan, tapi Tony Plumb minta aku untuk
menyampaikan penghargaan khususnya. Nah, sekarang" ia membentangkan kedua
?tangannya dan meletakkannya di atas mejanya "tentang masa depan."
?"Masa depan?" "Bcgini, aku punya sedikil dilema. Kau sudah menangani kasus ini selama delapan
minggu, sebagian dari itu di jalanan bersama para pelacak, scbagian besar di
basement di Cork, lalu di Afrika Sclatan. Selama itu March muda itu, wakilmu,
telah mengelola C1(A), dan membcrikan kesan
baik kepada semua orang. "Nah, aku tanya diriku sendiri, apa yang sebaiknya kulakukan untuk dia" Kukira
tidak enak jika aku sampai mengecewakannya padahal, dia sudah pernah bcrtugas ?di semua kementerian, membuat usulan-usulan yang sangat bcrmanfaat dan bebcrapa
pcrubahan positif." Pasti dia begitu, pikir Preston. March masih
330 muda dan sangat ambisius, pantas sekali menjadi pengikut Harcourt-Smith.
"Bcgini, aku tahu kau baru scbclas minggu berada di C1(A), dan itu sangat
pendek, tapi mcnim-bang bahwa kau telah membuat prestasi yang sangat bagus, ini
merupakan momentum yang bagus untuk melangkah maju lagi. Aku telah berbicara
dengan pihak Personalia dan kebetulan sekali, Cranlcy dari C5(C) mcngambil
pensiun dini di akhir minggu ini. Istrinya, sudah lama sekali sakit dan ia
bermaksud membawanya kc Lake District. Jadi ia memutuskan untuk pensiun dan
mcninggalkan posnya. Kupikir kau akan cocok di situ."
Preston mcrcnung. "C5(C)" Pelabuhan dan bandara?" ia bertanya.
Suatu pekcrjaan liaison penghubung lagi. Imigrasi, Pabean, Cabang Khusus,
? ?Pasukan Anti Kejahatan Khusus, Pasukan Anti Narkotik semua ini mcmantau
?pelabuhan dan bandara, mengamati semua pribadi yang mencurigakan yang bcrusaha
mcmbawa diri mcreka sendiri atau barang ilegal mereka kc dalam negeri ini.
Preston curiga bahwa C5(C) ini tugasnya mcmungut apa saja yang tklak dapat
dimasukkan ke dalam kategori divisi lain.
Harcourt-Smith mengangkat telunjuknya seakan menjatuhkan vonis. "Itu penting,
John. Tanggung jawab khususnya, tentu saja, adalah untuk terus bersikap waspada
tcrhadap para ilegal dan kurir dari Sovbloc (blok Soviet) dan scbagainya. Ini
?331 akan banyak berhubungan dengan hal-hal yang kausukai."


Protokol Keempat Karya Frederick Forsyth di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan juga akan mcnjauhkan dirinya dari kanlor pusat scmcntara pcrjuangan untuk
mercbut kursi direktur jenderal terus berlangsung, pikir Preston. Pada dasarnya
Preston sebenarnya masih merupakan anak buah Hemmings, dan ia sadar bahwa
Harcourt-Smith juga tahu akan hal itu. Ia nicnim bang-nimbang akan melancarkan
protes terhadap ini, minta bcrtemu dengan Sir Bernard, dan me-ii 11 rit 111
supaya dia tidak dipindahkan.
"Bagaimanapun, aku ingin kau mencobanya dulu," kata Harcourt-Smith. "Kan masih
tetap di Gordon, jadi kau tidak perlu pindah."
Preston tahu ia sudah kalah. Harcourt-Smith telah mcnghabiskan separo hidupnya
mempelajari scluk beluk sLstcm di kantor pusat. Scdikitnya, pikir Preston, ia
akan menjadi orang lapangan lagi, walaupun masih tetap menangani pekcrjaan yang
discbutnya sebagai cuma "pekcrjaan polisi" biasa.
"Kuharap kau sudah bisa mulai pada tanggal satu bulan depan," demikian Harcourt-
Smith mcnyimpulkan. Jumat itu, tanggal 27 Maret, Mayor Valeri Petrofsky diam-diam mcmasuki Inggris.
Ia diterbangkan dari Moskow ke Zurich, menggunakan surat-surat identitas Swedia,
lalu mcmasukkan surat-surat itu ke dalam sebuah amplop yang disegcl yang
dialamatkan kc sebuah markas
332 KGB yang aman di kota itu, dan mengambil surat-surat lain yang mcmbcrinya
identitas sebagai scorang insinyur Swiss, yang sudah disiapkan un-luknya dalam
amplop lain yang disimpan di sebuah kantor pos di sekitar kawasan bandara. Dari
Zurich dia lalu tcrbang kc Dublin.
Di dalam pesawat yang sama ada pengawalnya, yang tidak tahu dan tidak peduli
akan apa yang dilakukan orang yang harus dikawainya. Pcngawal ini cuma
melaksanakan tugasnya saja. Di sebuah ruangan di International Airport Hotel di
Dublin, barulah kedua orang ini bcrtemu. Petrofsky menanggalkan seluruh
pakaiannya dan mcngcmbalikan pakaian gaya Eropa-nya. Ia lalu mengenakan pakaian
yang dibawa pengawalnya dalam kopcrnya sendiri pakaian gaya Inggris dari kcpala?sampai ujung jari kaki, ditambah sebuah koper bcrisi sc-pcrangkat kepcrluan
menginap seperti piama, sikat gigi, alat cukur, novel yang sudah dibaca separo,
dan pakaian cadangan. Pcngawal itu telah mengambil sebuah amplop dari papan penampung pesan-pesan di
bandara, telah dipersiapkan oleh agen Jalur N di kedutaan di Dublin dan
ditempelkan ke papan pesan itu cmpat jam scbclumnya. Amplop ilu berisi sobekan
tiket sebuah pertunjukan malam scbclumnya di Eblana Theatre, sebuah tanda terima
kcterangan menginap semalam di New Jury's Hotel untuk malam scbclumnya dengan
menggunakan nama yang sesuai, dan sctengah dari tikct pergi-pulang
333 London-Dublin dengan perusahaan penerbangan Acr Lingus.
Akhirnya, Petrofsky mcnerima paspor barunya. Ketika ia kembali ke bandara dan
mclakukan check-in, tak scorang pun curiga. Ia adalah seorang pria Inggris yang
sedang dalam perjalanan pulang dari acara bisnis satu hari kc Dublin. Tidak ada
pengecekan paspor antara Dublin dan London; di London sendiri, penumpang-
penumpang yang baru liba harus mcnycrahkan boarding pass atau sobekan tiketnya
sebagai identifikasi. Mcreka juga dipcriksa oleh dua pctugas dari Cabang Khusus
yang wajahnya acuh tak acuh, yang nampaknya tidak waspada, tapi sebenarnya
jarang sekali Input mcngawasi apa saja. Kcduanya bclum pcrnah mclihat wajah
Petrofsky sebab ia bclum pernah memasuki Inggris melalui Heathrow Airport.
Seandainya mcreka berlanya, ia akan dapat mcnunjukkan sebuah paspor Inggris yang
scmpurna atas nama James Duncan Ross. Itu adalah dokumcn yang tidak mungkin bisa
dinyatakan tidak benar oleh Kantor Paspor, karcna alasan yang sangat kuat dan
sedcrhana, yaitu bahwa Kantor Paspor scndirilah yang telah menerbi&an paspor
tersebut. Berhasil melewati pabcan tanpa pemcriksaan, agen Rusia itu naik taksi menuju
King's Cross Station. Di sana ia menghampiri sebuah locker bagasi yang kuncinya
sudah dipunyainya. Locker itu adalah satu dari scjumlah locker di scluruh ibu
kota Inggris, yang disewa secara pcrmanen oleh
334 agen Jalur N di kedutaan. Dari locker tersebut agen Rusia ilu mcngcluarkan
sebuah bingkisan, yang masih bcrsegel, persis seperti saat bingkisan itu
ditcrima melalui jalur pos diplomatik di kedutaan dua hari scbclumnya. Agen
Jalur N itu tidak mclihat apa isinya, dan juga tidak ingin. Ia juga tidak
mcnanyakan mengapa bingkisan itu harus ditinggalkan dalam sebuah locker tcrtcntu
di sebuah stasiun kereta api. Ia tidak bcrhak untuk mempertanyakan pcrinlah.
Petrofsky mcmasukkan bingkisan itu kc dalam tasnya, tanpa dibuka. Ia bisa
membukanya nanti, dengan santai. Ia sudah tahu apa isinya. Dari King's Cross ia
naik taksi lain, mcnyebcrangi London menuju Liverpool Street Station, dan di
sana ia naik kereta api petang kc Ipswich, distrik Suffolk, di sana, tepal pada
saat makan malam, ia check-in di Great White Horse Hotel.
Seandainya seorang polisi yang ingin tahu memaksa untuk mclihat isi bingkisan
yang terdapat dalam tas tangan pria Inggris muda itu, maka ia akan lerhcran-
heran. Sebagian isinya adalah sebuah pistol otomatis Sako buatan Finlandia
dengan ma-gas in pelurunya diisi penuh dan setiap ujung pelurunya dengan teliti
digurat dalam bentuk X. (Jurat -an itu diisi dengan campuran gelatin dan
konsentral potassium sianida. Peluru ilu tidak hanya akan membuat lubang di
lubuh manusia, tapi luka karcna racun sianida itu tidak mungkin akan bisa
diobati. 335 Bagian lain dari isi bingkisan itu adalah legenda tokoh James Duncan Ross.
"Legenda", dalam ka-Iangan spionase, artinya sebuah kisah hidup fiktif dari
seseorang yang tidak pcrnah ada, yang didukung oleh scrangkaian dokumen nyata
dari her bagai jenis dan bentuk. Biasanya, tokoh yang dipakai untuk mendasari
legenda ini pcrnah hidup di masa lalu, tapi meninggal dalam keadaan tanpa jejak
dan tidak mcnimbulkan gejolak. Idcntitasnya kemudian diambil alih dan tokohnya
dihidupkan kcmbali, walaupun kcrangka orang mati itu tidak bisa bangun lagi,
dengan didukung oleh dokumen-dokumen yang meliput masa lalu dan masa kini dari
legenda tersebut. James Duncan Ross yang asli, atau kcrangkanya yang masih tersisa, telah
bertahun-lahun membusuk di semak-semak lebat di tepi Sungai Zambezi. Ia
dilahirkan pada tahun 1950, putra Angus dan Kirstie Ross dari Kilbride,
Skotlandia. Di tahun 1951, Angus Ross, bosan dengan hidupnya yang hanya
bergantung kepada ransum yang dibcrikan oleh Inggris setelah perang, mcmutuskan
untuk beremigrasi bersama istri 3an bayi laki-laki mereka ke Rhodesia Selatan.
Kualifikasinya sebagai in sinyur mcmbuatnya mendapatkan pekcrjaan sebagai
perancang pcralatan dan mesin-mesin pertanian dan di tahun 1960 ia mampu
mendirikan usahanya sendiri.
Ia mcnjadi makmur, dan mampu mengirimkan James muda ke sebuah sekolah dasar yang
baik 336 untuk kemudian melanjutkan ke Michaclhouse. Pada tahun 1971 pemuda itu, dengan
kcharusan masuk wajib militer yang telah dipenuhinya, seharusnya bisa bergabung
dengan ayahnya di perusahaan miliknya. Tapi saat itu Rhodesia dipimpin oleh Ian
Smith, dan perang melawan kaum gcrilya yang dipimpin oleh Joshua Nkomo dari
ZIPRA dan Robert Mugabe dari ZANLA semakin meng-hebat.
Semua pemuda yang sehat dimasukkan ke dalam pasukan tcntara cadangan, dan masa
wajib militer menjadi semakin panjang. Di tahun 1976, ketika sedang bertugas
dalam pasukan Light Infantry Rhodesia, James Ross tertangkap dalam suatu
serangan mendadak ZIPRA di tepi selatan Sungai Zambezi dan terbunuh. Para gcrilyawan ZIPRA mcngepungnya, menelanjanginya, dan mcnghilang kcmbali kc
basis mcreka di Zambia. Ross sebenarnya tidak mcmbawa identitas apa-apa, tapi tepat scbelum berangkat
berpalroli ia mencrima scpucuk sural dari pacarnya dan memasukkannya kc dalam
saku baju tcmpurnya. Sural itu terbawa kc Zambia dan jatuh ke tangan KGB.
Seorang perwira KGB yang sangat senior, Vassili Solodovnikov, saat itu mcnjadi
duta besar di Lusaka, dan mengelola berbagai jaringan mata-mata di scluruh
Afrika bagian selatan. Salah salu anggota jaringan ini mengambil sural gadis itu
yang dialamatkan kepada James Ross dengan
337 alamat pengirim rumah orangtuanya. Penelusuran pertama terhadap serdadu muda itu
mcmbcrikan hasil yang bcrmanfaat: kclahiran Inggris, Angus Ross dan pulranya,
James, bclum pcrnah mcnang-galkan paspor Inggrisnya. Jadi KGB menghidupkan lagi
tokoh James Duncan Ross ini.
Pada saat, setelah Rhodesia merdeka dan diganti namanya mcnjadi Zimbabwe, Angus
dan Kirstie Ross bcrtolak kc Afrika Sclatan, James (yang sudah mati) mcmutuskan
untuk kcmbali ke Inggris. Tangan-tangan yang tidak kelihatan mencuri sebuah copy
akte kelahirannya dari Somerset House di London; tangan-tangan lain mcngisi dan
mengirimkan formulir pcrmohonan untuk sebuah paspor baru. Pengecckan dilakukan,
dan pcrmohonan itu dikabulkan.
Dalam upaya menciptakan sebuah legenda yang bagus, sejumlah besar agen
dimanfaatkan dan i ibu -an jam dihabiskan. KGB tidak pcrnah kckurangan orang dan
kesabaran untuk hal-hal seperti ini. Rekcning-rckcning bank dibuka dan ditutup;
SIM-SIM dengan tepat diperpanjang sebelum habis masa berlakunya; mobil-mobil
dibcli dan dijual kcmbali, schingga nama itu tcrcatat di komputer Pusat
Pcndaftaran Kendaraan. Pekerjaan diatur dan kenaikan pangkat diadakan; surat-
surat refcrensi dipcrsinpkan, dana pensiun pcrusahaan juga diadakan. Salah satu
Dendam Sejagad 5 Pendekar Super Sakti Serial Bu Kek Siansu 7 Karya Kho Ping Hoo Ratu Dinding Kematian 1
^