Pencarian

Simbol Yang Hilang 7

Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown Bagian 7


dalam badai saIju hebat itu. Juga tidak ada orang yang menghubungkan hilangnya
lelaki itu dengan berita lain yang mendominasi berita-berita utama keesokan
harinya - pembunuhan mengejutkan Issabel Solomon. Ketika Andros terbangun, dia
sedang berbaring di tempat tidur kosong sebuah motel murah yang tutup selama
musim dingin itu. Dia ingat dirinya membobol masuk dan mengikat luka-lukanya
dengan robekan-robekan seprai, lalu membenanikan diri ketempat tidur ringkuh,
dibawah setumpuk selimut apak. Dia kelaparan.
Dia berjalan terpincang-pincang ke kamar mandi dan melihat setumpuk peluru
burung penuh darah di wastafel. Samar-samar dia ingat dirinya mengeluarkan semua
peluru itu dari dadanya. Ketika mengangkat pandangan ke cermin kotor, dengan
enggan dia membuka perban-perban berdarahnya untuk meneliti kerusakan. Otot-otot
keras dada dan perutnya telah menahan pelurupeluru burung itu sehingga tidak
menembus terlalu dalam, tetapi tubuhnya yang dulu sempurna kini rusak oleh luka-
luka. Peluru yang ditembakkan Peter Solomon tampaknya langsung melesat menembus
bahunya, meninggalkan kawah berdarah.
Yang lebih buruk lagi, Andros gagal memperoleh benda yang menjadi tujuan
kepergiannya sejauh ini. Piramida itu. Perutnya keroncongan, dan dia berjalan
terpincang-pincang keluar, menuju truk lelaki itu, berharap bisa menemukan
makanan. Pikup itu kini tertutup saIju tebal, dan Andros bertanya-tanya sudah
berapa lama dia tertidur di motel tua ini. Untunglah aku terbangun. Andros tidak
menemukan makanan di mana pun di kursi depan. Tapi dia menemukan tablet-tablet
penghilang nyeri untuk artritis di dasbor. Dia mengambil segenggam, lalu
menelannya dengan berapa genggam salju.
Aku perlu makanan. Beberapa jam kemudian, pikup yang keluar dari melakang motel tua itu sama sekali
tidak menyerupai truk yang masuk ke sana dua hari yang lalu. Atapnya tidak ada,
begitu juga penutup-penutup roda, stiker-stiker bemper, dan semua hiasannya.
Nomor Vermont-nya hilang, digantikan pelat nomor dari sebuah truk perawatan tua
yang ditemukan Andros terparkir di sana. Tempat pembuangan sampah motel - yang
juga menjadi tempat membuang semua seprai berdarah, peluru burung, dan bukti
lain keberadaannya di motel itu.
Andros masih bertekad mendapatkan piramida itu, tapi untuk sementara waktu, dia
harus menunggu. Dia harus bersembunyi, menyembuhkan diri, dan, yang terpenting,
makan. Dia menemukan restoran di pinggir jalan, dan di sana dia memuaskan diri
dengan menyantap telur, daging asap, kentang goreng, dan tiga gelas jus jeruk.
Ketika sudah selesai, dia memesan makanan lagi untuk dibawa. Sekembalinya di
jalanan, Andros mendengarkan tua truk itu. Dia belum menonton televisi atau
membaca koran semenjak pencobaan yang dialaminya itu, dan ketika akhirnya
mendengarkan stasiun berita lokal, beritanya membuatnya terpana.
"Para penyelidik FBI," ujar pembaca berita, "meneruskan pencarian mereka untuk
mencari penyerang bersenjata yang membunuh Isabel Solomon di rumah Potomac-nya
dua hari yang lalu. Pembunuh itu diyakini terjatuh ke dalam es dan tersapu ke
laut." Andros terpaku. Membunuh Isabel Solomon" Dia menyendiri dalam keheningan yang
membingungkan, mendengarkan berita selengkapnya.
Sudah waktunya untuk pergi jauh, jauh dari tempat ini. Apartemen Upper West Side
menawarkan pemandangan menawan Central Park. Andros memilihnya karena lautan
hijau di luar jendela mengingatkannya pada pemandangan Laut Adriatik yang hilang
darinya. Walaupun tahu dirinya harus merasa gembira karena masih hidup, dia
tidak bergembira. Kekosongan itu tidak pernah meninggalkannya, dan dia mendapati
dirinya terpaku pada kegagalannya untuk mencuri piramida Peter Solomon.
Andros menghabiskan jam-jam yang panjang untuk meriset legenda Piramida Mason.
Dan, walaupun tampaknya tak seorang pun tahu pasti apakah piramida itu nyata
atau tidak, mereka semua mengiyakan janji kebijakan dan kekuasaan luar biasanya
yang terkenal. Piramida Mason itu nyata, kata Andros pada diri sendiri.
Informasi dari orang dalam itu tak terbantahkan.
Nasib telah meletakkan piramida itu di dalam jangkauan Andros. Dia tahu,
mengabaikannya adalah seperti memegang tiket lotre kemenangan dan tak pernah
menguangkannya. Aku satu-satunya non anggota Mason hidup yang tahu bahwa
piramida itu nyata... dan aku juga tahu identitas lelaki yang menjaganya.
Bulan demi bulan berlalu. Dan, walaupun tubuhnya sudah memulihkan diri, Andros
tidak lagi menjadi spesimen congkak seperti dirinya dulu di Yunani. Dia berhenti
berolahraga dan berhenti mengagumi ketelanjangan tubuhnya sendiri di cermin. Dia
merasa seakan tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan. Kulitnya yang dulu
sempurna menjadi tambalan bekas luka, dan ini hanya semakin membuatnya tertekan.
Dia masih mengandalkan tablet-tablet penghilang nyeri yang diminunmya di
sepanjang masa pemulihannya, dan dia merasa dirinya telah menyelinap kembali ke
dalam gaya hidup yang menjebloskannya ke dalam Penjara Soganlik. Dia tak peduli.
Tubuh ini mendambakan apa yang didambakannya. Suatu malam, dia sedang berada di
Greenwich Village, membeli narkoba dari seorang lelaki yang lengan bawahnya
bertato halilintar panjang bergerigi. Andros bertanya tentang tato itu, dan
lelaki itu mengatakan bahwa tatonya menutupi bekas luka panjang yang didapatnya
dalam kecelakaan mobil. "Melihat bekas luka itu setiap hari mengingatkanku pada kecelakaaan", ujar si
bandar, "jadi aku membuat tato di atasnya, dengan kekuatan pribadi. Aku kembali
memegang kendali." Malam itu, ketika sedang teler akibat narkoba barunya, Andros berjalan
terhuyung-huyung memasuki kios tato lokal dan kemeja. "Aku ingin menyembunyikan
bekas-bekas luka ini," Katanya. Aku ingin kembali memegang kendali.
"Menyembunyikan bekas-bekas luka?" Seniman tato itu mengamati dada Andros.
"Dengan apa?" "Tato." "Ya ... maksudku tato apa?"
Andros mengangkat bahu, dia hanya ingin menutupi pengingat buruk masa lalunya.
"Aku tidak tahu. Kau yang memilihkan."
Seniman itu menggeleng dan memberi Andros sebuah pamflet mengenai tradisi kuno
dan suci menato tubuh. "'Kembalilah kalau kau sudah siap."
Andros mendapati bahwa Perpustakaan Umum New York punya lima puluh tiga buku
mengenai tato dalam koleksinya, dalam waktu beberapa minggu, dia sudah membaca
semuanya, Setelah menemukan kembali kegairahan membacanya, dia membawa ransel
penuh buku bolak-balik antara perpustakaan dan apartemen. Di sana dia menikmati
buku-buku itu dengan rakus sambil memandang Central Park. Buku-buku mengenai
tato ini telah membukakan pintu menuju sebuah dunia aneh yang tidak pernah
diketahui keberadaannya oleh Andros - dunia simbol-simbol, mistisisme, mitologi,
dan ilmu sihir. Semakin banyak dia membaca, semakin dia menyadari betapa buta
dirinya. Dia mulai menyimpan buku-buku catatan mengenai ide-ide, sketsa- sketsa,
dan mimpi-mimpi anehnya. Ketika tidak lagi bisa menemukan apa yang diinginkannya
di perpustakaan, dia membayar para penyalur buku langka untuk membelikannya
beberapa teks yang paling esoteris di bumi.
De Praestigus Daemonum... Lemegeton... Ars Almadel... Grimorium Verum... Ars
Notoria ... dan seterusnya dan seterusnya. Dia membaca kesemuanya, dan seemakin
lama memnkin yakin bahwa dunia ini masih punya banyak harta karun yang bisa
ditawarkan kepadanya. Ada rahasia-rahasia di luar sana yang melampaui pemahaman
manusia. Lalu dia menemukan tulisan-tulisan Aleister Crowley - ahli mistikuisioner dari
awall 900-an - yang dianggap gereja sebagai lelaki terjahat yang pernah hidup".
Orang pintar selalu ditakuti oleh orang yang kurang pintar. Andros mempelajari
kekuatan ritual dan mantra. Dia mempelajari bahwa kata-kata suci, jika diucapkan
dengan benar, akan berfungsi sebagai kunci yang membuka gerbang ke dunia lain.
Ada alam semesta bayangan di balik alam semesta ini ... dunia yang bisa kutarik
kekuatannya. Dan, walaupun Andros ingin menguasai kekuatan itu, dia memahami
adanya peraturan-peraturan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan terlebih
dahulu. Menjadi sesuatu yang suci, tulis Crowley. Menjadikan dirimu suci.
Ritual kuno "menjadikan suci" pernah menjadi hukum di dunia ini. Mulai dari
orang-orang Ibrani kuno yang memberikan persembahan-persembahan bakaran di Kuil,
orang-orang Maya yang memenggal kepala manusia di atas piramida-piramida Chichen
Itza, sampai Yesus Kristus yang mempersembahkan tubuhnya di a tas kayu salib,
orang-orang kuno memahami persyaratan Tuhan untuk sacrifice (pengorbanan).
Pengorbanan adalah ritual asli yang dilakukan manusia untuk meminta pertolongan
dari dewa-dewa dan menjadikan diri mereka suci.
Sacra-sacred (suci). Face-make (menjadikan). Walaupun ritual pengorbanan telah lama sekali ditinggalkan, kekuatannya masih
ada. Beberapa ahli mistik modern, termasuk Aleister Crowley, mempraktikkan ilmu
itu, menyempurnakannya setelah beberapa waktu, dan perlahan- lahan mengubah diri
mereka menjadi sesuatu yang lebih. Andros ingin sekali mengubah dirinya seperti
yang telah mereka lakukan. Akan tetapi, dia tahu, untuk melakukannya, dia harus
melintasi jembatan berbahaya.
Yang memisahkan terang dari gelap hanyalah darah.
Suatu malam, seekor burung gagak melayang masuk ke jendela kamar mandi Andros
yang terbuka, lalu terperangkap di dalam apartemen. Andros mengamati burung itu
terus berkeliling sejenak, lalu akhirnya berhenti, tampak pasrah pada
ketidakmampuannya untuk melarikan diri. Andros sudah banyak belajar, sehingga
dia mengenali datangnya pertanda didesak untuk maju.
Dia menggenggam burung itu dengan sebelah tangan, berdiri di samping altar
seada-nya di dapur, mengangkat sebilah pisau dan mengucapkan keras-keras mantra
yang sudah dihafalkannya.
"Camiach, Eomiahe, Emial, Macbal, Emoii, Zazean ... berdasarkan nama malaikat-
malaikat tersuci dalam Kitab Assamaian, kupanggil kalian agar membantuku dalam
tindakan ini berdasarkan kekuatan Satu Tuhan Sejati."
Kini Andros merendahkan pisau dan dengan hati-hati, menusuk pembuluh darah besar
di sayap kanan burung itu. Burung gagak itu mulai berdarah. Ketika Andros
menyaksikan cairan merah mengalir ke dalam cangkir logam yang diletakkan sebagai
penampung, dia merasakan rasa dingin yang tak terduga di udara. Walaupun
demikian, dia tetap melanjutkan.
"Adonai, Arathron, Ashai, Elohim, Elohi, Elion, Asher Ell Shaddai yang
Perkasa ... jadilah penolongku, sehingga darah ini bisa memiliki kekuatan dan
kemampuan di mana pun yang kuinginkan, dalam apa pun yang kuminta."
Malam itu, dia memimpikan burung ... seekor phoenix raksasa yang naik dari
kobaran api. Keesokan paginya, dia terbangun dengan energi yang belum pernah
dirasakannya semenjak kanak-kanak. Dia pergi berlari di taman, lebih cepat dan
lebih jauh daripada yang bisa dibayangkannya. Ketika tidak bisa lari lebih lama
lagi, dia berhenti untuk melakukan push-up dan sit-up. Berulang-bulan tak
terhitung banyaknya. Dan dia masih punya energi.
Malam itu, sekali lagi dia memimpikan phoenix.
Musim gugur telah datang kembali di Central Park, dan kehidupan liar bergegas
mengumpulkan makanan untuk musim dingin. Andros membenci udara dingin, tetapi
semua perangkapnya yang tersembunyi dengan cermat kini dipenuhi tikus dan tupai
hidup. Dia membawa mereka pulang dalam ransel, lalu melakukan ritual yang
semakin rumit. "Emanuel, Massiach, Yod, He, Vaud ... harap katakan kalau aku layak."
Ritual-ritual darah itu membangkitkan vitalitasnya. Andros merasa lebih muda
setiap hari. Dia terus membaca siang malam teks-teks mistis kuno, puisi-puisi
epik Abad Pertengahan, filosof-filosof kuno - dan semakin dia mempelajari
hakikat segala sesuatu, makin dia menyadari bahwa semua harapan bagi umat
manusia sudah hilang. Mereka buta ... berkeliaran tanpa arah di dalam dunia yang
tidak akan pernah mereka pahami.
Andros masih manusia, tapi dia merasa sedang berevolusi menjadi sesuatu yang
lain. Sesuatu yang lebih hebat. Sesuatu yang suci. Tubuhnya yang besar sudah
keluar dari keadaan dorman, kini lebih kuat daripada sebelum-nya. Akhirnya dia
memahami tujuan sejatinya. Tubuhku hanyalah wadah bagi harta karunku yang
terampuh ... pikiranku. Andros tahu, potensi sejatinya belum terwujud, dan dia mencari lebih dalam. Apa
takdirku" Semua teks kuno membicarakan kebaikan dan kejahatan... dan keharusan
manusia untuk memilih salah satunya. Aku sudah membuat pilihanku dulu sekali,
pikirnya menyadari, tetapi dia sama sekali tidak menyesal. Bukankah kejahatan
adalah sebuah hukum alam" Kegelapan datang setelah terang. Kekacauan mengikuti
keteraturan. Entropi adalah fundamental. Semua membusuk. Kristal yang tersusun
sempurna pada akhirnya berubah menjadi partikel-partikel debu acak.
Ada yang menciptakan ... dan ada yang menghancurkan. Setelah membaca Paradise
Lost-nya John Milton, barulah Andros melihat takdir mewujud di hadapannya. Dia
membaca mengenai malaikat agung yang jatuh... setan pejuang yang berperang
melawan terang ... sang pemberani ... malaikat bernama Moloch.
Moloch hidup di dunia sebagai tuhan. Kemudian Andros tahu bahwa nama malaikat
itu jika diterjemahkan ke dalam bahasa kuno, berubah menjadi Mal'akh.
Dan itulah aku. Sama seperti semua perubahan besar lainnya, perubahan harus dimulai dengan
pengorbanan ... tapi bukan tikus atau burung, Tidak. Perubahan ini memerlukan
pengorbanan sejati. Hanya ada satu pengorbanan yang layak.
Mendadak dia merasakan kejelasan yang tidak menyentuh apapun yang pemahd
irasakannya dalam hidup. Seluruh takdirnya telah mewujud. Selama tiga hari
berturut-turut, dia membuat sketsa pada selembar kertas besar. Ketika selesai,
dia telah menciptakan cetak-biru bagi dirinya sendiri.
Dia menggantungkan sketsa seukuran manusia itu pada dinding, lalu memandanginya
seakan memandang cermin. Aku adalah mahakarya. Keesokan harinya, dia membawa gambar itu ke kios tato.
Dia sudah siap. BAB 78 Gedung George Washington Masonic Memorial bertengger di atas Shuter's Hill di
Alexandria, Virginia. Dibangun bertingkat tiga dengan kerumitan arsitektur yang
semakin tinggi dari bawah sampai atas - gaya Doric, Ionic, dan Corinthian -
bangunan itu berdiri sebagai simbol fisik kebangkitan intelektual manusia.
Diinspirasi oleh mercusuar Pharos kuno di Alexandria, Mesir, puncak menara yang
menjulang tinggi ini berbentuk piramida Mesir dengan hiasan menyerupai lidah
api. Di dalam foyer marmer spektakulernya, terdapat patung perunggu besar George
Washington dalam pakaian kebesaran Mason lengkap, disertai sekop asli yang
digunakannya untak meletakkan batu pertama Gedung Capitol. Di atas foyer,
sembilan tingkat yang berbeda memiliki nama-nama seperti: the Grotto (Gua), the
Crypt Room (Ruang Bawah Tanah), dan the Knights Templar Chapel (Kapel Kesatria
Templar). Di antara harta karun yang ditampung di dalam ruangan-ruangan ini,
terdapat lebih dari dua puluh ribu volume tulisan mengenai Mason, replika
menakjubkan Tabut Perjanjian, dan bahkan model-berskala ruang singgasana di
dalam Kuil Raja Solomon. Agen CIA Simkins menengok arloji ketika helikopter UH-
60 termodifikasi itu terbang rendah di atas Sungai Potomac. Enam menit lagi
kereta mereka tiba. Dia mengembuskan napas dan memandang Masonic Memorial yang
berkilau di cakrawala di luar jendela.
Dia harus mengakui, menara yang bersinar cemerlang itu sama mengesankannya
seperti gedung mana pun di National Mall. Simkins belum pernah berada di dalam
gedung memorial itu, dan malam ini tidak akan berbeda. Jika semuanya berjalan
sesuai rencana, Robert Langdon dan Katherine Solomon tidak akan lolos dari
stasiun bawah tanah. "Di sana!" teriak Simkins kepada pilot, seraya menunjuk stasiun bawah tanah King
Street di seberang gedung memorial, membelokkan helikopter dan mendaratkannya di
atas area rumput di kaki Shuter's Hill.
Para pejalan kaki mendongak dengan terkejut ketika Simkins dan timnya
berhamburan keluar, melesat menyeberangi jalan dan berlari turun menuju Stasiun
King Street. Di ruang tunggu beberapa calon penumpang kereta menyingkir, merapat
ke dinding ketika sekelompok lelaki bersenjata dengan pakaian serba hitam
bergemuruh melewati mereka.
Stasiun King Street lebih besar daripada yang diperkirakan Simkins, tampaknya
melayani beberapa jalur yang berbeda - Jalur Kuning, dan Amtrak. Dia berpacu
menuju peta Metro di dinding dan menemukan Freedom Plaza, dan jalur langsung
menuju lokasi itu. "Jalur Biru, peron selatan!" teriak Simkins. "Pergilah ke dan singkirkan semua
orang!" Timnya melesat pergi.
Simkins bergegas menuju kios tiket, menunjukkan tanda pengenal, dan berteriak
kepada perempuan di dalam kios.
"Kereta berikutnya dari Metro Center - kapan tiba?"
Perempuan yang berada di dalamnya tampak ketakutan.
"Saya tidak tahu pasti. Jalur Biru tiba setiap sebelas menit. Tidak ada jadwal
tetap." "Sudah berapa lama kereta terakhir berangkat?"
"Lima ... enam menit, mungkin" Tidak lebih dari itu."
Turner menghitung. Sempurna. Kereta berikutnya pasti kereta Langdon.


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di dalam gerbong bawah tanah yang bergerak cepat, Katherine Solomon beringsut
tidak nyaman di atas kursi plastik keras. Lampu-lampu fluoresens terang di atas
kepala menyakiti matanya, dia memerangi dorongan untuk membiarkan kelopak
matanya menutup, bahkan untuk sedetik saja. Langdon duduk di sampingnya di dalam
gerbong kosong itu, menatap hampa tas kulit di kakinya. Kelopak matanya juga
tampak berat, seakan goyangan berirama gerbang yang bergerak membuainya ke dalam
keadaan terhipnotis. Katherine membayangkan isi aneh tas Langdon. Mengapa CIA menginginkan piramida
ini" Menurut Bellamy, Sato mungkin menggejar piramida itu karena mengetahui
potensi sejatinya. Tapi, seandainya pun piramida ini, entah bagaimana, memang
mengungkapkan tempat persembunyian rahasia-rahasia kuno, sulit bagi Katherine
untuk percaya bahwa janji kebijakan mistis purbanya menarik minat CIA.
Tapi sekali lagi, pikirnya mengingatkan diri sendiri, CIA sudah tepergok
beberapa kali menjalankan program-program parapsikologis atau psi yang
menyerempet-nyerempet sihir kuno dan mistisisme. Pada 1995, skandal "Stargate/
Scannate" memaparkan teknologi rahasia CIA yang disebut penglihatan jarak jauh -
semacam perjalanan pikiran secara telepatis - yang memungkinkan "penglihat"
untuk mengirim mata- pikirannya ke lokasi mana pun di bumi dan melakukan
kegiatan mata-mata di sana, tanpa disertai kehadiran secara fisik. Tentu saja
teknologi ini sama sekali tidak baru. Penganut mistik menyebutnya sebagai
proyeksi astral, dan parayogi menyebutnya sebagai pengalaman di-luar-tubuh.
Sayangnya, para pembayar pajak Amerika yang ketakutan menyebutnya sebagai
absurd, dan program itu dihentikan. Setidaknya secara publik.
Ironisnya, Katherine melihat hubungan-hubungan luar biasa antara program-program
CIA yang gagal itu dan terobosan- terobosannya sendiri dalam Ilmu Noetic.
Katherine ingin sekali menelepon polisi dan mencari tahu apakah mereka sudah
menemukan sesuatu di Kalorama Heights, tapi dia dan Langdon kini tidak punya
ponsel, lagi pula berhubungan dengan pihak berwenang mungkin suatu kesalahan;
mustahil untuk mengetahui sejauh mana jangkauan Sato.
Sabar, Katherine. Dalam hitungan menit, mereka akan sampai di sebuah tempat
persembunyian aman, sebagai tamu lelaki yang sudah meyakinkan mereka bahwa dia
bisa memberikan jawaban. Katherine berharap, semua jawabannya, apa pun itu,
membantunya menyelamatkan kakaknya.
"Robert?" bisiknya, seraya mendongak memandang peron bawah tanah. "'Kita turun
di perhentian berikutnya."
Perlahan-lahan Langdon tersadar dari lamunan. "Terima kasih." Ketika kereta
bergemuruh menuju stasiun, dia tas bahunya sambil melirik Katherine dengan ragu-
"Marilah kita berharap kedatangan kita tidak menghebohkan."
Saat Turner Simkins melesat turun untuk bergabung dengan orang-orangnya, peron
bawah tanah sudah benar- benar bersih, dan timnya sedang menyebar, mengambil
posisi di balik pilar-pilar penyangga yang tegak di sepanjang peron. Suara
bergemuruh di kejauhan menggema dalam terowongan di ujung lain peron. Ketika
suara semakin kencang, Simkins merasakan terpaan udara apak di sekelilingnya.
Tidak mungkin lolos, Mr. Langdon.
Simkins berpaling kepada dua agen yang dimintanya bergabung bersamanya di peron.
"Keluarkan tanda pengenal dan senjata. Kereta-kereta ini otomatis, tapi punya
kondektur yang membukakan pintu. Temukan dia."
Kini lampu depan kereta muncul di terowongan, dan suara berdecit menembus udara.
Ketika kereta memasuki stasiun mulai melambat, Simkins dan dua agennya
mencondongkan tubuh di atas jalur rel dan melambai-lambaikan lencana CIA mereka. Mereka mencoba melakukan kontak mata
dengan kondektur sebelum dia sempat membukakan pintu-pintu.
Kereta mendekat dengan cepat. Di gerbong ketiga, Simkins akhirnya melihat wajah
terkejut kondektur yang tampak sedang mencari tahu mengapa tiga lelaki
berpakaian hitam melambaikan lencana pengenal kepadanya. Simkins berlari kecil
menuju kereta yang kini hampir berhenti.
"CIA!" teriak Simkins, seraya menunjukkan ID. "JANGAN membuka pintu!" Ketika
kereta meluncur perlahan-lahan melewatinya, dia menuju gerbong kondektur dan
berteriak kepadanya. "Jangan membuka pintu! Kau mengerti"! JANGAN membuka pintu."
Kereta berhenti total dan kondekturnya yang terbelalak mengangguk berulang-
ulang. "Ada apa"!" desak lelaki itu lewat jendela samping.
"Jangan biarkan kereta bergerak," kata Simkins. "Dan jangan membuka pintu."
"Oke." "Bisa memasukkan kami ke dalam gerbong pertama?" Kondektur itu mengangguk. Dia
melangkah keluar dari kereta dengan wajah tampak ketakutan, lalu menutup pintu
di belakangnya. Dia mendampingi Simkins dan orang-orangnya menuju gerbong
pertama. Di sana dia membuka pintu secara manual.
"Kunci lagi pintunya di belakang kami," ujar Simkins, seraya mencabut senjata.
Simkins dan orang-orangnya melangkah cepat ke dalam gerbong pertama yang terang
benderang. Kondektur mengunci pintu di belakang mereka.
Gerbong pertama hanya berisi empat penumpang - tiga remaja laki-laki dan seorang
perempuan tua - semuanya tentu saja tampak terkejut melihat tiga lelaki
bersenjata masuk. Simkins menunjukkan ID. "Semuanya baik-baik saja. Harap tetap
duduk." Simkins dan orang-orangnya kini memulai penyapuan, bergerak menuju bagian
belakang kereta tertutup itu dengan berpindah dari satu gerbong ke gerbong lain
-"memencet pasta gigi" - begitulah sebutannya semasa Simkins menjalani pelatihan
di Pusat Pelatihan Khusus CIA. Hanya ada sedikit sekali penumpang di kereta ini.
Ketika sudah setengah perjalanan ke belakang kereta, agen-agen itu masih belum
melihat seorang pun yang menyerupai ciri-ciri Robert Langdon dan Katherine
Solomon. Walaupun demikian, Simkins tetap percaya diri. Benar-benar tidak ada
tempat untuk bersembunyi di dalam sebuah gerbong kereta bawah tanah itu. Tidak
ada kamar mandi, tidak ada tempat penyimpanan, dan tidak ada pintu keluar
altematif. Seandainya pun kedua sasaran itu .... mereka naik kereta dan lari ke
belakang, tidak ada jalan lain.
Hampir mustahil untuk membuka pintu dengan paksa, lagi pula Simkins sudah
menyuruh orang-orangnya untuk mengepung peron dan kedua sisi kereta.
Sabar. Akan tetapi, saat mencapai gerbong kedua dari terakhir, Simkins merasa gelisah.
Gerbong kedua dari terakhir ini hanya satu penumpang - seorang lelaki Cina.
Simkins dan agen-agen... maju terus, meneliti tempat untuk bersembunyi. Tidak
ada.... Apa"! Simkins berpacu ke bagian belakang kabin.... itu, mencari-cari di balik
semua kursi. Dia berbalik kembali... orang-orangnya dengan darah mendidih. "Ke
mana mereka pergi"!" [ ]
BAB 79 Tiga belas kilometer di utara Alexandria, Virginia, Robert Langdon dan Katherine
Solomon melenggang dengan tenang melintasi hamparan luas halaman yang masih
tertutup salju. "Seharusnya kau menjadi aktris," ujar Langdon, yang terkesan oleh pemikiran
cepat dan keahlian berimprovisasi Katherine.
"Kau sendiri tidak terllalu buruk." Perempuan itu tersenyum kepadanya.
Pertama-tama Langdon bingung melihat aksi-aksi mendadak Kaherine di dalam taksi.
Tanpa disertai peringatan, perempuan itu mendesak mereka untuk pergi ke Freedom
Plaza karena dia menyadari hubungan bintang Yahudi dan the Great Seal Amerika
Serikat. Dia menggambarkan teori- persekongkolan yang terkenal pada selembar
uang kertas satu dolar, lalu bersikeras agar Langdon memandang dengan cermat ke
mana dia menunjuk. Akhirnya Langdon menyadari bahwa Katherine tidak sedang menunjuk uang kertas
satu dolar itu, tapi menunjuk lampu indikator mungil di bagian belakang kursi
sopir. Lampu itu begitu berdebu dan dekil sehingga dia bahkan tidak
memperhatikan. Akan tetapi, ketika mencondongkan tubuh ke depan, dia bisa
melihat lampunya menyala, memancarkan kilau merah suram. Dia bisa melihat dua
kata samar-samar persis di bawah lampu yang menyala itu.
- INTERKOM MENYALA- Dengan terkejut, Langdon melirik Katherine, yang dengan mata panik mendesaknya
untuk melihat ke kursi depan. Langdon mematuhinya, mencuri pandang melalui
penyekat. Ponsel sopir itu berada di atas dasbor, terbuka lebar, bersinar,
menghadap pengeras suara interkom. Sedetik kemudian, Langdon memahami semua
tindakan Katherine. Mereka tahu kita berada di dalam taksi ini... mereka sedang mendengarkan kita.
Langdon tidak tahu seberapa banyak waktu yang dimilikinya bersama Katherine
sebelum taksi dihentikan dan dikepung. Tapi dia tahu mereka harus bertindak
cepat. Dia langsung mulai bersandiwara, menyadari bahwa keinginan Katherine
untuk ke Freedom Plaza sama sekali tidak berhubungan dengan piramida itu, tapi
karena stasiun bawah tanahnya yang besar - Center - dan karena dari sana, mereka
bisa mengambil jalur Merah, Biru, atau Oranye dengan enam arah yang berbeda.
Mereka melompat turun dari taksi di Freedom Plaza. Langdon mengambil alih,
melakukan semacam improvisasi diri, meninggalkan jejak menuju Masonic Memorial
di Alexandria sebelum dia dan Katherine berlari turun ke dalam stasiun tanah,
melewati peron-peron Jalur Biru, dan terus menuju Jalur Merah. Di sana mereka
naik kereta ke arah yang berlawanan.
Setelah melewati enam perhentian di utara menuju Ten.... town, mereka muncul
sendirian di sebuah lingkungan baru yang sepi. Tujuan mereka, gedung tertinggi
dalam radius berkilo-kilometer, langsung terlihat di cakrawala, persis di luar
Masachusetts Avenue, di atas hamparan luas halaman terawat.
Kini setelah "menghilangkan jejak", seperti kata Katherine, keduanya berjalan
melintasi rerumputan basah. Di sebelah mereka, terdapat kebun gaya Abad
Pertengahan yang terkenal karena semak-semak mawar kuno dan gazebo Rumah
Bayangannya. Mereka berjalan melewati kebun, langsung menuju gedung menakjubkan
yang telah memanggil mereka. Sebuah tempat lindungan yang berisi sepuluh batu
dari Gunung Sinai, satu dari surga itu sendiri, dan satu dengan wajah ayah gelap
Lukas. "Aku belum pernah berada di sini pada malam hari," ujar Katherine, seraya
mendongak memandang menara-menara yang terang benderang itu. "Spektakuler."
Langdon setuju. Dia sudah lupa betapa mengesankan tempat ini sesungguhnya.
Mahakarya neo-Gothik itu tegak di ujung utara Embassy Row. Sudah bertahun-tahun
dia tidak kemari, semenjak menulis artikel mengenai tempat ini untuk majalah
anak-anak, dengan harapan bisa membangkitkan semacam kegairahan di antara anak-
anak muda Amerika untuk datang melihat landmark yang menakjubkan ini.
Artikelnya, "Musa, Bebatuan Bulan, dan Star Wars" - telah menjadi bagian dari
bacaan turis selama bertahun-tahun.
Katedral Nasional Washington, pikir Langdon, yang merasakan pengharapan tak
terduga karena bisa kembali kemari setelah bertahun-tahun. Di mana lagi tempat
yang lebih baik untuk bertanya mengenai Satu Tuhan Sejati"
"Katedral ini benar-benar memiliki sepuluh batu dari Gunung Sinai ?" tanya
Katherine, seraya mendongak memandangi menara lonceng kembar itu.
Langdon mengangguk. "Di dekat altar utama. Kesepuluh batu menyimbolkan Sepuluh
Perintah Allah yang diberikan kepada Musa di atas Gunung Sinai."
"Dan ada batu bulan?"
Batu dari surga itu sendiri. "Ya. Salah satu jendela kaca- patrinya disebut
Jendela Ruang Angkasa dan punya pecahan batu bulan yang ditanamkan di dalamnya."
"Oke, tapi kau tidak mungkin serius mengenai hal terakhir." Katherine mendongak,
mata cantiknya berkilau skeptis.
"Patung... Darth Vader?"
Langdon tergelak. "Ayah gelap Luke (Lukas) Skywalker" Tepat sekali. Vader adalah
salah satu patung aneh yang paling populer di Katedral Nasional." Dia menunjuk
tinggi ke menara- menara barat.
"Sulit untuk melihatnya pada malam hari, tapi dia ada di sana."
"Apa gerangan yang dilakukan Darth Vader di Katedral Nasional Washington?"
"Kontes anak-anak untuk memahat patung batu yang menggambarkan wajah kejahatan.
Darth menang." Mereka mencapai tangga besar menuju pintu masuk yang berada di dalam lengkungan
setinggi dua puluh meter di bawah jendela bulat kaca-patri yang menakjubkan.
Ketika mereka mulai menaiki tangga, benak Langdon beralih pada suara asing
misterius yang meneleponnya tadi. Jangan sebut nama. Katakan, apakah kau
berhasil melindungi peta yang dipercayakan padamu" Bahu Langdon terasa sakit
karena membawa piramida batu yang berat itu, dan dia ingin sekali meletakkannya.
Memberikan perlindungan dan jawaban.
Ketika mendekati puncak tangga, mereka disambut sepasang pintu kayu yang
mengesankan. "Kita ketuk saja?" tanya Katherine.
Langdon juga sedang memikirkan hal yang sama, tapi salah satu pintu membuka.
"Siapa di sana?" sapa sebuah suara ringkih. Wajah seorang lelaki tua keriput
muncul di ambang pintu. Dia mengenakan jubah pendeta dan menatap kosong. Matanya
keruh dan diburamkan katarak.
"Namaku Robert Langdon," jawab Langdon. "Aku dan Katherine Solomon mencari
tempat perlindungan."
Lelaki buta itu mengembuskan napas lega. "Syukurlah, aku sudah menunggu
kedatangan kalian."[ ]
BAB 80 Mendadak Warren Bellamy merasakan munculnya secercah harapan.
Di dalam Hutan, Direktur Sato baru saja menerima telepon dari seorang agen
lapangan, dan dia langsung mencak- mencak. "Wah, sebaiknya kalian menemukan
mereka!" teriaknya di telepon.
"Kita kehabisan waktu!" Dia menutup telepon dan kini berjalan mondari-mandir di
hadapan Bellamy, seakan sedang mencoba memutuskan apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Akhirnya dia berhenti tepat di hadapan Bellamy, lalu berbalik.
"Mr. Bellamy, aku hendak bertanya sekali lagi, dan hanya sekali lagi." Dia
menatap mata Bellamy lekat-lekat. "Ya atau tidak - apa kau punya perkiraan
kemana Robert Langdon pergi?"
Bellamy punya lebih daripada sekadar perkiraan, tapi dia menggeleng. "Tidak."
Tatapan menusuk Sato tidak pernah meninggalkan mata Bellamy. "Sayangnya,
sebagian dari pekerjaanku adalah mengetahui kapan seseorang berbohong."
Bellamy mengalihkan pandangan. "Maaf, aku tidak bisa membantumu."
"Arsitek Bellamy," ujar Sato, "malam tadi, persis setelah pukul tujuh, kau
sedang menyantap makan malam di sebuah restoran di luar kota ketika menerima
telepon dari seorang lelaki yang menyatakan telah menculik Peter Solomon."
Bellamy langsung dijalari rasa dingin dan kembali menatap Sato. Bagaimana
mungkin kau bisa tahu"!
"Lelaki itu," lanjut Sato, "mengatakan bahwa dia sudah mengirim Robert Langdon
ke Gedung Capitol dan memberi Langdon tugas yang harus diselesaikannya... tugas
yang memerlukan pertolongan-mu. Dia memperingatkan, jika Langdon gagal
melaksanakan tugas ini, temanmu, Peter Solomon, akan mati. Dengan putus asa kau
menelepon semua nomor telepon Peter, tapi gagal menghubunginya. Tentu saja kau
kemudian berpacu menuju Capitol."
Bellamy tidak bisa membayangkan bagaimana Sato tahu mengenai telepon itu.
"Ketika kau kabur dari Capitol," ujar Sato di balik asap rokoknya, "kau mengirim
SMS kepada penculik Solomon, dan meyakinkannya bahwa kau dan Langdon sudah
berhasil memperoleh Piramida Mason."
Dari mana dia mendapat informasi itu" Pikir Bellamy. Bahkan, Langdon pun tidak
tahu kalau aku mengirim SMS itu. Sebelum memasuki terowongan menuju Perpustakaan
Kongres, Bellamy langsung melangkah ke dalam ruang listrik untuk menyalakan
konstruksi. Dalam privasi saat itu, dia memutuskan untuk mengirim SMS kepada
penculik Solomon, memberitahukan keterlibatannya, tapi meyakinkannya bahwa
dirinya - Bellamy - dan Langdon sudah memperoleh Piramida Mason dan benar-benar
akan memenuhi segala tuntutannya. Tentu saja itu kebohongan, tapi Bellamy
berharap tindakannya bisa memberi mereka waktu, baik untuk Solomon maupun untuk
menyembunyikan piramidanya.
"Siapa yang memberitahumu kalau aku mengirim SMS?"
desak Bellamy. Sato melemparkan ponsel Bellamy ke atas bangku sampingnya. "Gampang sekali,"
Kini Bellamy ingat, ponsel dan kunci-kuncinya diambil oleh agen-agen yang
menangkapnya. "Sedangkan untuk informasi rahasia lainnya," ujar Sati, "Patriot Act memberiku
hak untuk meletakkan penyadap pada telepon siapa pun yang kuanggap bisa
mengancam keamanan nasional. Aku menganggap Peter Solomon adalah ancaman semacam
itu, dan semalam aku bertindak."
Bellamy nyaris tidak bisa memahami apa yang dikatakan Sato kepadanya. "Kau
menyadap telepon Peter Solomon?"
"Ya. Dengan cara inilah aku tahu penculiknya menelponmu di restoran. Kau
menelepon ponsel Peter di Kantor dan meninggalkan pesan panik untuk menjelaskan
apa yang baru saja terjadi."
Bellamy menyadari kebenaran perkataan Sato.
"Kami juga menyadap telepon dari Robert Langdon, yang sedang berada di Gedung
Capitol dan sangat kebingungan ketika menyadari dirinya ditipu agar datang ke
sana. Aku langsung pergi ke Capitol, dan tiba mendahuluimu karena aku lebih
dekat. Sedangkan, bagaimana aku bisa tahu harus mengecek gambar sinar-X tas
Langdon ... ketika kusadari bahwa Langdon terlibat dalam semua ini, aku menyuruh
stafku meneliti ulang telepon yang nampaknya tidak membahayakan di awal pagi
antara Langdon dan ponsel Peter Solomon. Dalam pembicaraan telepon itu, pemilik


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berpura-pura sebagai asisten Solomon membujuk Langdon untuk datang memberi
ceramah, dan juga membawa bungkusan kecil yang dipercayakan oleh Peter
kepadanya. Ketika Langdon tidak berterus terang kepadaku mengenai bungkusan yang
dibawanya, aku meminta gambar sinar-X tasnya."
Bellamy nyaris tidak mampu berpikir. Semua yang dikatakan Sato memang tampaknya
mungkin, tetapi ada sesuatu yang tidak pas. "Tapi... bagaimana mungkin kau bisa
menganggap Peter Solomon sebagai ancaman bagi keamanan nasional?"
"Percayalah, Peter Solomon memang ancaman serius bagi keamanan nasional,"
bentaknya. "Dan sejujurnya, Mr. Bellamy, kau juga."
Bellamy menegakkan tubuh, dan borgolnya melukai pergelangan tangan. "Maaf"!"
Sato memaksakan senyuman. "'Kalian, kaum Mason, menjalankan permainan yang
berisiko. Kalian menyimpan rahasia yang sangat, sangat berbahaya."
Apakah dia sedang membicarakan Misteri Kuno"
"Untunglah kalian selalu melakukan tugas dengan baik dalam menjaga rahasia-
rahasia kalian agar tetap tersembunyi. Sayangnya, belakangan ini kalian ceroboh,
dan malam ini rahasia kalian yang paling berbahaya akan diungkapkan kepada
dunia. Dan, kecuali kita bisa menghentikan terjadinya hal itu, kuyakinkan kau
bahwa hasilnya akan mendatangkan bencana."
Bellamy menatap dengan kebingungan.
"Seandainya kau tidak menyerangku," ujar Sato, "kau akan menyadari bahwa aku dan
kau berada di tim yang sama."
Tim yang sama. Kata-kata itu menyulut ide yang tampaknya nyaris mustahil untuk
dibayangkan. Apakah Sato anggota East Star (Bintang Timur)" Ordo Bintang Timur -
yang sering dianggap sebagai anak organisasi Mason - meyakini filsafat mistis
yang bicara mengenai kedermawanan, kebijakan rahasia, dan keterbukaan pikiran
spiritual. Tim yang sama" Aku diborgol! Dia menyadap telepon Peter!
"Kau akan membantuku menghentikan lelaki ini," ujar Sato.
"Dia berpotensi mendatangkan bencana yang mungkin tidak akan bisa dipulihkan
oleh negeri ini." Wajahnya sekeras batu.
"Kalau begitu, mengapa kau tidak memburu-nya?"
Sato tampak tidak percaya. "Kau pikir, aku tidak berupaya" Penelusuranku pada
ponsel Solomon mati sebelum kami menemukan lokasi. Nomornya yang lain tampaknya
ponsel sekali pakai - yang nyaris tidak mungkin dilacak. Perusahaan jet privat
mengatakan bahwa penerbangan Langdon dipesan oleh asisten Solomon dengan ponsel
Solomon, dengan kartu Marquis Jet Solomon. Tidak ada jejak. Lagi pula, itu tidak
penting. Seandainya pun kami menemukan dengan tepat di mana dia berada, mustahil
bagi kami untuk menempuh risiko bergerak masuk dan mencoba menangkapnya."
"Mengapa tidak"!"
"Aku lebih suka tidak membagikan informasi itu, karena sifatnya rahasia," ujar
Sato, dengan kesabaran yang jelas hampir habis. "Aku memintamu untuk
memercayaiku dalam ini."
"Well, aku tidak percaya!"
Mata Sato sedingin es. Mendadak dia berbalik dan berteriak ke seberang Hutan.
"Agen Hartmann! Kemarikan tasnya."
Bellammy mendengar desis pintu elektronik, dan seoran agen melenggang memasuki
Hutan. Dia membawa tas kantor titanium ramping yang diletakkannya di tanah, di
samping Direktur OS itu. "Tinggalkan kami," perintah Sato .
Ketika agen itu pergi, pintu kembali mendesis, lalu semuanya hening.
Sato memungut tas logam itu, meletakkannya di atas pangkuan dan membuka
penutupnya. Lalu perlahan-lahan dia memandang Bellamy. "Aku tidak ingin
melakukannya, tapi waktu kita hampir habis, dan kau tidak memberiku pilihan."
Bellamy mengamati tas kantor aneh itu dan merasakan berkembangnya rasa takut.
Apakah perempuan ini hendak menyiksaku" Dia menarik borgolnya sekali lagi. "Apa
isinya?" Sato tersenyum muram. "Sesuatu yang akan membujukmu untuk melihat
situasi ini melalui sudut pandang-ku. Kujamin......
BAB 81 Ruang bawah tanah tempat Mal'akh melakukan Ilmu Sihir tersembunyi dengan sangat
baik. Bagi mereka yang masuk, ruang bawah-tanah rumah Mal'akh tampak cukup
normal, ruang bawah tanah tipikal dengan tangki uap, kotak sekring, tumpukan
kayu, dan segala macam penyimpanan. Akan tetapi, gudang bawah tanah yang
terlihat ini hanyalah sebagian dari ruang bawah tanah Mal'akh. Sebuah area yang
cukup luas telah digali untuk praktik-praktik rahasianya.
Ruang kerja pribadi Mal'akh berupa serangkaian runagna kecil, masing-masing
dengan kegunaan khususnya. Pintu masuk satu-satunya ke area itu berupa sebuah
rampa curam yang bisa diakses secara rahasia melalui ruang tamu, membuat area
ini benar-benar mustahil untuk ditemukan.
Malam ini, ketika Mal'akh menuruni rampa, semua sigil dan tanda yang ditatokan
pada kulitnya tampak hidup dalam kilau biru-langit lampu khusus ruang bawah
tanah. Dia bergerak memasuki kabut kebiruan itu, berjalan melewati beberapa
pintu tertutup, dan langsung menuju ruangan terbesar di ujung koridor.
"Sanctum sanctorum", begitu Mal'akh suka menyebutnya, adalah ruangan berbentuk
persegi-empat sempurna dua belaskaki (tiga setengah meter). Zodiak berjumlah dua
belas. Jam siang berjumlah dua belas. Gerbang surga berjumlah dua belas. Di
tengah bilik terdapat meja batu, berbentuk persegi-
empat tujuh kali tujuh kaki (dua kali dua meter). Meterai Wahyu berjumlah tujuh.
Anak tangga Kuil berjumlah tujuh. Di tengah meja, sumber cahaya terkalibrasi
tergantung dengan cermat dan berputar mengitari spektrum warna yang telah
ditetapkan sebelumnya, mengakhiri siklusnya setiap enam jam sesuai dengan Tabel
jam-jam Planet yang Suci. Jam Yanor berwarna biru. Jam Nasnia merah. Jam Salam
putih. Sekarang jamnya Caerra, yang berarti cahaya di dalam ruangan telah bermodulasi
menjadi warna keungungan lembut. Dengan hanya mengenakan cawat sutra yang
dibelitkan mengelilingi pantat dan organ seks terkebirinya, Mal'akh memulai
persiapan-persiapannya. Dengan cermat, dia menggabungkan zat-zat kimia suffumigasi yang nantinya akan
dia nyalakan untuk menyucikan udara. Lalu ia melipat jubah sutra perawan yang
pada akhirnya akan dikenakannya sebagai pengganti cawat. Dan akhirnya dia
memurnikan sebotol air untuk menahbiskan persembahannya. Ketika sudah selesai,
dia meletakkan semua bahan persiapan ini di atas meja-samping.
Selanjutnya, dia pergi ke sebuah rak dan mengambil kotak gading kecil yang
dibawanya ke meja-samping dan diletakkannya bersama barang-barang lainnya.
Walaupun belum siap menggunakannya, dia tidak tahan untuk tidak membuka tutup
kotak dan mengagumi harta karun ini.
Pisau itu. Di dalam kotak gading, di atas alas beledu hitam, bersinarlah pisau pengorbanan
yang disimpan Mal'akh untuk malam ini. Dia membelinya seharga $1,6 juta di pasar
gelap barang antik Timur Tengah tahun lalu.
Pisau paling terkenal dalam sejarah.
Pisau berharga yang tidak terbayangkan tuanya dan diyakini telah hilang itu
terbuat dari besi dan dilekatkan pada pegangan dari tulang. Selama berabad-abad,
pisau itu dimiliki individu berkuasa yang tak terhitung banyaknya. Akan tetapi,
dalam dekade-dekade terakhir ini, pisau itu menghilang, berubah menjadi koleksi
privat rahasia. Mal'akh telah bersusah payah mendapatkannya. Dia menduga pisau
itu sudah tidak mengalirkan darah selama berdekade-dekade... mungkin selama
berabad-abad. Malam ini, pisau ini akan kembali mencicipi kekuatan pengorbanan,
sesuai tujuan pengasahannya.
Dengan lembut, Mal'akh mengangkat pisau dari kompartemen berbantalannya, lalu
menggunakan kain sutra yang dibasahi air murni untuk mengelap bilahnya dengan
penuh hormat. Ilmunya mengalami kemajuan pesat semenjak eksperimen-eksperimen
dasar pertamanya di New York. Ilmu hitam yang dipraktikkan Mal'akh dikenal
dengan banyak nama dalam berbagai. Tapi, tak peduli apa sebutannya, itu benar-
benar ilmu pengetahuan. Teknologi purba ini pernah memegang kunci pusaka portal
kekuasaan, tapi telah lama sekali ditinggalkan, disingkirkan menjadi bayang-
bayang okultisme dan sihir. Beberapa yang mempraktikkan Ilmu ini dianggap
sebagai orang gila, tapi Mal'akh lebih tahu. Ini bukan pekerjaan bagi mereka
yang tidak berbakat. Ilmu hitam kuno, seperti ilmu pengetahuan modern, adalah
bidang ilmu yang melibatkan formula-formula yang tepat, bahan spesifik, dan
pengaturan waktu yang teliti.
Ilmu ini bukanlah sihir hitam impoten masa kini, yang seringkali dipraktikkan
setengah-hati oleh jiwa-jiwa penasaran. Ilmu seperti fisika nuklir, berpotensi
melepaskan kekuatan yang sangat besar. Peringatannya mengerikan: Praktisi-
praktisi yang tidak berbakat, berisiko terhantam arus balik dan hancur.
Setelah mengagumi pisau suci itu, Mal'akh mengalihkan perhatiannya pada lembaran
tunggal kertas-kulit tebal yang tergeletak di atas meja di hadapannya. Dia
membuat sendiri kertas kulit, dari kulit bayi domba. Sesuai protokol, dombanya
murni, belum mencapai kematangan seksual. Di samping kertas kulit terdapat
sebuah pena bulu yang dibuatnya dari bulu gagak, sebuah pisau perak, dan tiga
lilin berkilau yang diatur mengelilingi sebuah mangkuk kuningan padat.
Mangkuknya berisi satu inci cairan merah tua kental.
Cairan itu darah Peter Solomon.
Darah adalah tingtur keabadian.
Mal'akh memungut pena bulu, meletakkan tangan kirinya pada kertas kulit, dan
mencelupkan ujung pena ke dalam darah. Lalu dengan cermat dia menelusuir garis
luar telapak tangannya yang terbuka. Ketika sudah selesat, dia menambahkan
kelima simbol Misteri Kuno, satu di masing- masing ujung jari dalam gambar.
Mahkota ... untuk merepresentasikan raja yang nantinya adalah diriku.
Bintang ... untuk merepresentasikan surga-surga yang telah menahbiskan takdirku.
Matahari ... untuk merepresentasikan penerangan jiwaku. Lentera ... untuk
merepresentasikan cahaya lemah pemahaman manusia dan kunci ... untuk
merepresentasikan potongan yang hilang, yang malam ini akhirnya akan kumiliki.
Mal'akh menyelesaikan menggambar dengan darah dan mengangkat kertas kulit itu,
mengagumi pekerjaannya dalam cahaya tiga lilin. Dia menunggu sampai darahnya
kering, lalu melipat kertas kulit tebal itu tiga kali. Sementara merapalkan
mantra kuno surgawi, Mal'akh menyentuhkan kertas kulit pada lilin ketiga, dan
kertasnya menyala. Dia meletakkan kertas kulit menyala itu ke atas piring perak
dan membiarkannya terbakar. Ketika terbakar, karbon dalam kulit hewannya larut
menjadi arang hitam berbentuk bubuk. Ketika apinya sudah padam, dengan hati-hati
Mal'akh memasukkan abu itu ke dalam mangkuk kuningan berisi darah. Lalu dia
mengaduk campuran itu dengan bulu gagak.
Cairannya berubah semakin merah tua, nyaris hitam. Mal'akh memegang mangkuk itu
dengan kedua telapak tangan, mengangkatnya ke atas kepala dan mengucap syukur,
melafalkan eukharistos darah orang-orang kuno. Lalu perlahan-lahan dia
menuangkan campuran hitam itu ke dalam botol kaca kecil dan menyumbatnya. Ini
akan menjadi tinta yang nantinya digunakan Mal'akh untuk mengukir daging tidak
bertato di puncak kepalanya dan melengkapi mahakaryanya.
[ ] BAB 82 Katedral Nasional Washington adalah katedral termegah keenam di dunia, dan
menjulang lebih tinggi daripada gedung pencakar-langit tiga puluh tingkat.
Dihiasi lebih dari dua puluh jendela berkaca-patri, lima puluh tiga rangkaian
bel, dan ditambah dengan 10.647 pipa, mahakarya Gothik ini bisa menampun dari
tiga ribu umat. Akan tetapi, malam ini katedral agung itu sepi.
Pendeta Colin Galloway - kepala katedral - tampak seakan telah hidup selamanya.
Bertubuh bungkuk dan keriput, dia mengenakan jubah hitam sederhana dan berjalan
menyeret langkah secara membuta tanpa berkata-kata. Langdon dan Katherine
mengikuti dalam keheningan melewati kegelapan lorong utama gereja sepanjang
seratus dua puluh meter dan sedikit melengkung ke kiri, menciptakan ilusi optis
melembutkan. Ketika mereka tiba di Persimpangan Besar, kepala katedral menuntun
mereka melewati tabir salib- pemisah simbolis antara area publik dan suci di
baliknya. Aroma dupa menggelayuti udara di sekitar altar. Ruangan suci ini gelap, hanya
diterangi pantulan tidak-langsung cahaya di dalam kubah-kubah berlapis di atas
kepala. Bendera dari lima puluh negara-bagian tergantung di atas area altar yang
dilengkapi beberapa dinding penyekat berukir yang menggambarkan kejadian-
kejadian dalam Alkitab. Dean (kepala katedral) Galloway berjalan terus,
tampaknya sudah hafal perjalanan ini. Sejenak Langdon mengira mereka langsung
menuju altar tinggi tempat sepuluh batu dari Gunung Sinai ditanamkan, tapi
kepala katedral tua itu akhirnya berbelok ke kiri dan meraba-raba jalannya
melewati pintu yang cukup tersembunyi munuju ruang tambahan untuk administrasi.
Mereka menyusuri lorong kecil menuju pintu kantor yang ditempeli papan-nama
kuningan: REV. DR. COLIN GALLOWAY KEPALA KATEDRAL
Galloway membuka pintu dan menyalakan lampu-lampu, tampaknya terbiasa mengingat
tindakan kesopanan ini untuk tamu-tamunya. Dia menggiring mereka ke dalam dan
menutup pintu. Kantor kepala katedral kecil, tapi elegan, dengan rak-rak buku tinggi, meja
kerja, lemari berukir, dan kamar mandi pribadi. Di dinding tergantung permadani-
permadani abad ke- 16 dan beberapa lukisan keagamaan. Kepala katedral tua itu menunjuk dua kursi
kulit yang berada tepat di seberang mejanya. Langdon duduk bersama Katherine,
bersyukur karena pada akhirnya bisa meletakkan tas bahu beratnya di lantai di
dekat kaki. Tempat perlindungan dan jawaban, pikir Langdon, seraya menyandarkan tubuh di
kursi nyaman itu. Lelaki tua itu menyeret langkah menuju meja kerjanya dan duduk di kursi
berpunggung-tinggi. Lalu dia mendesah kelelahan, mengangkat kepala, menatap
kosong Langdon dan Katherine dengan mata berkabut. Ketika dia bicara, suaranya
mengejutkan jernih dan kuatnya.
"Saya sadari bahwa kita belum pernah berjumpa," ujar lelaki tua itu, "tetapi
saya merasa sudah mengenal Anda berdua." Dia mengeluarkan saputangan dan
menepuk-nepuk mulut. " Profesor Langdon, saya mengenal tulisan-tulisan Anda,
termasuk tulisan cerdas Anda mengenai simbolisme katedral ini. Dan, Miss
Solomon, saya dan kakak Anda, Peter, telah bertahun-tahun menjadi saudara
Mason." "Peter dalam masalah mengerikan," ujar Katherine.
"Begitulah yang saya dengar." Lelaki tua itu mendesah.
"Dan saya akan melakukan apa saja semampu saya untuk menolong kalian."
Langdon tidak melihat cincin Mason di jari tangan kepala katedral, tetapi dia
mengenal banyak kaum Mason, terutama mereka yang bekerja dalam bidang keagamaan,
yang memilih untuk tidak mengumumkan keanggotaan mereka.
Ketika mereka mulai bicara, tampak jelas bahwa Dean Galloway sudah mengetahui
beberapa kejadian malam ini dari SMS Warren Bellamy. Ketika Langdon dan
Katherine melengkapi ceritanya, kepala katedral itu tampak semakin lama semakin
khawatir. "Dan lelaki yang membawa Peter tercinta kita," ujar kepala katedral itu, "dia
bersikeras agar Anda memecahkan kode piramida untuk ditukar dengan nyawa Peter?"
"Ya," jawab Langdon. "Dia mengira piramida itu adalah peta yang akan menuntunnya
menuju tempat persembunyi Kuno." Kepala katedral mengarahkan mata buram
mengerikannya pada Langdon. "Telinga saya mengatakan bahwa Anda tidak memercayai
hal-hal semacam itu."
Langdon tidak ingin membuang waktu dengan menjelaskan kembali semuanya. "Apa
yang saya percayai tidaklah penting. Kami harus menolong Peter. Sayangnya,
ketika kami memecahkan kode piramida, pemecahan itu tidak menunjuk ke mana-
mana." Lelaki tua itu duduk lebih tegak. "Kalian sudah memecahkan kode piramida?"
Kini Katherine menyela, cepat-cepat menjelaskan bahwa, walaupun ada peringatan
dari Bellamy dan permintaan dari kakaknya agar Langdon tidak mernbuka bungkusan
itu, Katherine melanggarnya karena merasa prioritas pertamanya adalah menolong
kakaknya dengan cara apa pun. Dia bercerita tentang batu-puncak emas, persegi
empat ajaib Albrecht Durer, dan bagaimana persegi empat itu memecahkan cipher
Mason enam belas huruf menjadi frasa Jeova Sanctus Unus, "Hanya itu bunyinya?"
tanya kepala katedrol. "Satu Tuhan Sejati."
"Ya. Pak," jawab Langdon. "Tampaknya piramida itu lebih berupa peta metaforis
daripada peta geografis."
Kepala katedral menjulurkan kedua tangannya. "Izinkan aku merabanya."
Langdon menarik ritsleting tas dan mengeluarkan piramida yang diletakkannya
dengan hati-hati ke atas meja persis di depan pendeta.
Langdon dan Katherine mengamati ketika sepasang tangan ringkih lelaki tua itu
meneliti setiap inci batu-sisinya yang berukir, bagian bawahnya yang halus, dan
puncaknya yang terpangkas. Ketika sudah selesai, dia kembali menjulurkan tangan.
"Dan batu puncaknya?"
Langdon mengeluarkan kotak batu kecil itu, meletakkannya di atas meja, dan
membuka tutupnya. Lalu dia mengeluarkan batu-puncak itu dan meletakkannya di
dalam tangan lelaki tua itu. Kepala katedral melakukan penelitian yang serupa,
meraba setiap inci, berhenti pada ukiran batu-puncak, tampaknya mengalami
ksulitan dalam membaca teks kecil yang terukir anggun itu.
"Rahasianya tersembunyi di dalam Ordo", ujar Langdon membantunya. "Kata Ordo
ditulis dengan huruf besar."


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wajah lelaki tua itu tanpa ekspresi ketika menempatkan batu-puncak di atas
piramida dan meluruskannya berdasarkan indra peraba. Tampaknya dia terdiam
sejenak, seakan berdoa, dan dengan penuh hormat menjalankan kedua telapak
tangannya menelusuri seluruh piramida beberapa kali. Lalu dia menjulurkan tangan
dan meraih kotak berbentuk kubus itu, menggengganmya dengan kedua tangan,
meraba-rabanya dengan cermat, jari-jarinya memeriksa bagian dalam dan bagian
luarnya. Ketika sudah selesai, dia meletakkan kotak itu dan bersandar kembali di kursi.
"Jadi, katakan," desaknya dengan suara yang mendadak tegas. "Mengapa Anda datang
kepada saya?" Pertanyaan itu mengejutkan Langdon. "Kami datang, Pak, karena Anda meminta kami
untuk datang. Dan menurut Mr. Bellamy kami harus memercayai Anda."
"Akan tetapi, Anda tidak memercayai lelaki itu?"
"Maaf?" Mata-putih kepala katedral menatap Langdon lekat-lekat.
"Bungkusan yang berisi batu-puncak itu tersegel. Mr. Bellamy meminta Anda untuk
tidak membukanya, tetapi Anda melakukannya. Selain itu, Peter Solomon sendiri
meminta Anda untuk tidak membukanya, tetapi Anda melakukannya."
"Pak," sela Katherine, "kami berusaha menolong kakak saya. Lelaki yang
menculiknya bersikeras agar kami memecahkannya."
"Bisa saya pahami itu," jelas kepala katedral, "tetapi, apa yang Anda dapat
dengan membuka bungkusan itu" Tidak ada. Penculik Peter mencari sebuah lokasi,
dan tidak akan puas dengan jawaban "Jeova Sanctus Unus."
"Saya setuju," ujar Langdon, " tapi sayangnya, hanya itu dikatakan oleh
piramida. Seperti yang saya bilang, peta itu tampaknya lebih bersifat kiasan
daripada -" "Anda keliru, Profesor," kata kepala katedral. "Piramida Mason adalah peta yang
nyata. Menunjukkan lokasi yang nyata. Anda tidak mengerti karena Anda belum
memecahkan kode piramida itu sepenuhnya. Bahkan masih jauh dari itu." Langdon
dan Katherine saling bertukar pandang dengan terkejut.
Kepala katedral meletakkan kembali kedua tangannya ke atas piramida, nyaris
membelainya. "Peta ini, seperti Misteri Kuno sendiri, punya banyak lapisan arti.
Rahasia sejatinya tetap tersembunyi dari Anda."
"Dean Galloway," kata Langdon, "kami sudah meneliti setiap inci piramida dan
batu-puncak, dan tidak ada lagi yang bisa dilihat."
"Tidak dalam keadaannya yang sekarang. Tidak. Tapi benda-benda berubah."
"Pak?" " Profesor, seperti yang Anda ketahui, janji piramida ini adalah kekuatan
perubahan yang ajiaib. Legenda mengatakan bahwil miramida ini bisa berubah
bentuk... mengubah bentuk fisiknya untuk mengungkapkan rahasia-rahasianya.
Seperti batu terkenal yang melepaskan Pedang Excalibur untuk Raja Arthur,
Piramida Mason bisa mengubah diri sesuai keinginan... dan mengungkapkan
rahasianya kepada mereka yang layak."
Kini Langdon merasa bahwa kerentaan lelaki tua ini mungkin telah merampok akal
sehatnya. "Maaf, Pak. Apakah Anda mengatakan piramida ini bisa mengalami
perubahan fisik secara harafiah?"
"Profesor, jika saya mengulurkan tangan dan mengubah piramida itu tepat di depan
mata Anda, akankah Anda memercayai apa yang Anda saksikan?"
Langdon tidak tahu harus menjawab apa. "Saya rasa, saya tidak akan punya
pilihan." "Baiklah kalau begitu. Sebentar lagi itu akan saya lakukan.
Kepala katedral kembali menepuk-nepuk mulut. "Saya ingatkan bahwa ada masa
ketika orang-orang terpintar sekalipun menganggap dunia ini datar. Karena, jika
dunia ini bulat, lautan pasti akan tumpah. Bayangkan bagaimana mereka akan
mengejek Anda jika Anda menyatakan, 'Bukan hanya dunia ini bulat, melainkan juga
ada kekuatan mistis tak terlihat yang menahan segalanya agar tetap berada di
permukaan dunia?" "Ada perbedaan," ujar Langdon, "antara keberadaan gravitasi... dan kemampuan
mengubah benda-benda dengan sentuhan tangan."
"Adakah" Tidak mungkinkah kita masih hidup di Abad Kegelapan, masih mengejek
gagasan kekuatan-kekuatan mistis yang tidak bisa kita lihat atau pahami"
Sejarah, seandainya pun mengajari kita sesuatu, telah mengajarkan kepada kita
bahwa gagasan-gagasan aneh yang kita ejek saat ini akan menjadi kebenaran-
kebenaran yang kita proklamasikan suatu hari nanti. Saya menyatakan bisa
mengubah piramida ini dengan sentuhan jari, dan Anda mempertanyakan kewarasan
saya. Saya berharap lebih banyak dari seorang sejarahwan. Sejarah dipenuhi orang
pintar yang semuanya menyatakan hal yang sama... dipenuhi orang pintar yang
semuanya bersikeras bahwa manusia memiliki kemampuan mistis yang belum disadari
oleh mereka. " Langdon tahu, kepala katedral itu benar. Aforisme Herman yang terkenal - Tidak
tahukah kalian bahwa kalian adalah tuhan" adalah salah satu pilar Misteri Kuno.
Seperti yang di atas, demikian pula yang di bawah.... Manusia diciptakan menurut
gambaran Allah. Apotheosis. Pesan terus-menerus mengenai ketuhanan manusia itu
sendiri - mengenai potensi tersembunyi mereka - merupakan tema yang berulang
dalam teks-teks kuno dari tradisi yang tak terhitung banyaknya.
Bahkan, Alkitab menyatakan dalam Mazmur 82: 6 : Kamu adalah Allah!
"Profesor," kata lelaki tua itu, "saya sadari bahwa Anda, seperti banyak orang
berpendidikan lainnya, hidup terperangkap di antara dua dunia - satu kaki di
dunia spiritual, satu kaki di dunia fisik. Hati Anda ingin sekali percaya...
tapi kecerdasan Anda menolak untuk mengizinkan. Sebagai akademisi, akan bijak
bila Anda untuk belajar dari orang-orang pintar dalam sejarah." Dia terdiam,
lalu berdeham. "Jika ingatan saya benar, salah satu orang terpintar yang pernah
ada menyatakan: "Sesuatu yang tidak mampu kita pahami benar-benar ada. Di balik
rahasia-rahasia alam masih terdapat sesuatu yang subtil, tak teraba, dan tak
terjelaskan. Penghormatan terhadap kekuatan melebihi segala yang bisa pahami ini
adalah agamaku.'" "Siapa yang berkata begitu?" tanya Langdon. "Gandhi?"'
"Bukan," sela Katherine. "Albert Einstein."
Katherine Solomon sudah membaca setiap kata yang ditulis Einstein, dan
tercengang oleh penghormatan mendalam lelaki itu terhadap hal-hal mistis, juga
prediksinya bahwa suatu hari nanti masyarakat luas akan merasakan hal yang sama.
Agama masa depan, ramal Einstein, adalah agama kosmis. Agama itu akan melampaui
Tuhan, pribadi dan menghindari dogma dan teologi.
Robert Langdon tampak berusaha keras menerima gagasan itu. Katherine bisa
merasakan meningkatnya rasa frustrasi lelaki itu terhadap pendeta Episkopal tua
ini, dan dia mengerti. Bagaimana mungkin, mereka datang kemari untuk memperoleh
jawaban, tapi malah menemukan seorang lelaki buta yang menyatakan bisa mengubah
benda-benda dengan sentuhan tangan. Walaupun demikian, gairah berlebihan lelaki
tua itu terhadap kekuatan-kekuatan mistis mengingatkan Katherine kepada
kakaknya. "Bapa Galloway," ujar Katherine, " Peter dalam masalah. CIA mengejar kami. Dan
Warren Bellamy mengirim kami kepada Anda untuk mendapatkan bantuan. Saya tidak
tahu apa yang dikatakan piramida ini atau ke mana piramida ini menunjuk, tapi
jika memecahkan kodenya berarti kita bisa menolong Peter, kita harus
melakukannya. Mr. Bellamy mungkin lebih suka mengorbankan nyawa kakak saya untuk
menyembunyikan piramida ini, tapi keluarga saya hanya mengalami penderitaan
karenanya. Apa pun rahasia yang disimpannya, rahasia itu berakhir malam ini."
"Anda benar," jawab lelaki tua itu dengan nada sangat serius. Semuanya akan
berakhir malam ini. Anda telah memastikan terjadinya hal itu." Dia mendesah.
"Miss Solomon, ketika membuka segel pada kotak itu, Anda menggerakkan
serangkaian kejadian yang tak bisa diputar balik. Ada kekuatan-kekuatan yang
belum Anda pahami yang sedang bekerja malam ini. Tidak ada jalan untuk kembali."
Katherine menatap pendeta itu dengan terpana. Ada sesuatu yang bersifat ramalan
dalam nada suaranya, seakan dia mengacu pada Tujuh Meterai Wahyu atau Kotak
Pandora. "Dengan segala hormat, Pak," sela Langdon, " saya tidak bisa membayangkan
bagaimana sebuah piramida batu bisa menggerakkan sesuatu pun."
"Tentu saja Anda tidak bisa, Profesor." Lelaki tua itu menatapnya dengan mata
buta. "Anda belum punya mata untuk melihat." [ ]
BAB 83 Dalam Udara lembap Hutan, Arsitek Capitol itu kini bisa merasakan keringatnya
bergulir di punggung. Pergelangan terborgolnya terasa sakit, tapi semua
perhatiannya tetap tertuju ke tas kerja titanium yang mengancam, yang baru saja
dibuka atas bangku di antara mereka.
Isi tas ini, ujar Sato tadi, akan membujukmu untuk melihat semua ini melalui
sudut pandangku. Kujamin itu.
Perempuan Asia mungil itu sudah membuka tas logam dalam jangkauan penglihatan
Bellamy. Arsitek itu belum melihat isinya. tapi imajinasinya sudah berkembang
liar. Kedua tangan Sato melakukan sesuatu di dalam tas, dan Bellamy setengah
membayangkan perempuan itu mengeluarkan serangkaian alat berkilau seperti pisau
silet. Mendadak sebuah sumber cahaya menyala di dalam tas, semakin terang, menerangi
wajah Sato dai bawah. Tangan perempuan tetap bergerak-gerak di dalamnya, lalu
cahayanya berubah warna. Setelah beberapa saat, Sato mengeluarkan tangan, meraih
seluruhnya, lalu memutarnya ke arah Bellamy sehingga lelaki itu bisa melongok ke
dalamnya. Bellamy mendapati dirinya menyipitkan mata dalam kilau yang berasal dari benda
yang tampaknya semacam lap-top futuristis dengan gagang telepon, dua antena, dan
papan tik ganda. Gelombang kelegaan awalnya dengan cepat berubah menjadi
kebingungan. Layar menampilkan logo CIA tulisan, LOG-IN PENGAMAN PENGGUNA: INOUE SATO
IZIN KEAMANAN: TINGKAT 5 Di bawah jendela log-in laptop, sebuah ikon yang menunjukkan kemajuan proses
berputar-putar. HARAP TUNGGU SEBENTAR ... MENDEKRIPSIARSIP...
Pandangan Bellamy beralih kembali kepada Sato yang sedang menatapnya lekat-
lekat. "Aku tidak ingin memperlihatkannya kepadamu," katanya. "Tapi, kau tidak
memberiku pilihan." Layar kembali berpendar-pendar, dan Bellamy menunduk memandanginya ketika arsip
terbuka dan isinya memenuhi seluruh LCD.
Selama beberapa saat, Bellamy menatap layar, mencoba memahami apa yang sedang
dilihatnya. Perlahan-lahan, ketika mulai mengerti, wajahnva memucat. Dia menatap
ngeri, tidak mampu mengalihkan pandangan. " Tapi ini... mustahil!" teriaknya.
"Bagaimana... mungkin!"
Wajah Sato serius. "Kau yang seharusnya menjelaskannya kepada-ku, Mr. Bellamy."'
Ketika Arsitek Capitol itu mulai memahami sepenuhnya segala konsekuensi dari apa
yang dilihatnya, dia bisa merasakan seluruh dunia menuju ambang bencana.
Astaga .... Aku membuat kesalahan yang sangat, sangat mengerikan! [ ]
BAB 84 Dean Galloway merasa hidup.
Sama seperti semua manusia fana lainnya, dia tahu sudah tiba saatnya untuk
melepaskan cangkang fananya. Tapi, bukan mengenai ini. Jantung jasmaniahnya
berdetak kuat dan cepat dan benaknya terasa tajam. Ada pekerjaan yang harus
dilakukan. Ketika menjalankan sepasang tangan artritisnya melintasi permukaan halus
piramida, dia nyaris tidak bisa memercayai apa dirasakannya. Aku tidak pernah
membayangkan bisa menyaksikan ini. Selama bergenerasi-generasi, kedua potongan
peta symbolon disimpan saling berjauhan dengan aman. Kini, pada akhirnya mau
disatukan. Galloway bertanya- tanya apakah ini momen yang sudah diramalkan.
Anehnya, takdir telah memilih dua non anggota Mason untuk menyusun piramida itu.
Entah bagaimana, ini tampaknya pas. Misteri itu meninggalkan lingkaran-lingkaran
dalam... meninggalkan kegelapan... memasuki cahaya.
"Profesor," katanya, seraya berpaling ke arah napas Langdon, "Apakah Peter
mengatakan mengapa dia ingin Anda menjaga bungkusan kecil itu?"
"Katanya, orang-orang berkuasa ingin mencuri bungkusan itu darinya," jawab
Langdon. Kepala katedral mengangguk. "Ya, Peter mengatakan hal yang sama kepada saya."
"Benarkah?" ujar Katherine mendadak di sebelah kirinya, "Anda dan kakak saya
membicarakan piramida ini?"
"Tentu saja," jawab Galloway. "Saya dan kakak Anda membicarakan banyak hal. Saya
pernah menjadi Master Terhormat House of the Temple, dan terkadang kakak Anda
datang kepada saya untuk meminta petunjuk. Kira-kira setahun yang lalu, dia
datang kepada saya dengan sangat kebingungan. Dia duduk persis di tempat Anda
sekarang, dan bertanya apakah saya memercayai firasat-firasat supernatural."
"Firasat?" Katherine kedengaran khawatir. "Maksud Anda seperti... penglihatan
gaib?" "Tidak tepat begitu. Firasat lebih bersifat perasaan. Peter mengatakan, dia
semakin merasakan keberadaan kekuatan gelap di dalam hidupnya. Dia merasakan
adanya sesuatu yang mengawasinya, menunggu... ingin berbuat jahat terhadapnya."
"Jelas dia benar," ujar Katherine, "mengingat lelaki yang sama, yang telah
membunuh ibu kami dan putra Peter, telah datang ke Washington dan menjadi salah
seorang saudara Mason Peter sendiri,"
"Benar," kata Langdon, "tapi itu tidak menjelaskan keterlibatan CIA."
Galloway tidak yakin. "Orang-orang yang berkuasa selalu tertarik dengan
kekuasaan yang lebih besar."
"Tapi ... CIA?" tantang Langdon. "Dan rahasia-rahasia mistis"
Ada sesuatu yang tidak cocok."
"Jelas cocok," ujar Katherine. "CIA menyukai kemajuan teknologi dan selalu
bereksperimen dengan ilmu-ilmu pengetahuan mistis-ESP, penglihatan jarak-jauh,
sensory deprivation, kondisi-kondisi kesadaran supranormal yang dipicu secara
farmakologis. Semuanya hal yang sama - menyadap potensi tak terlihat dari
pikiran manusia. jika ada satu hal yang kupelajari dari Peter, inilah dia: Ilmu
pengetahuan dan mistisisme berhubungan sangat erat, hanya bisa dibedakan melalui
pendekatan mereka. Mereka punya tujuan yang sama... tapi metode yang berbeda."
"Peter mengatakan kepada saya," ujar Galloway, "bahwa bidang studi Anda adalah
semacam ilmu pengetahuan mistis modern?"
"Noetic," jawab Katherine, seraya mengangguk. "Dan itu membuktikan bahwa manusia
punya kekuatan yang tidak menyerupai segala yang bisa kita bayangkan." Dia
menunjuk jendela kaca-patri yang melukiskan gambar "Yesus Bersinar" yang
terkenal, yaitu Kristus dengan berkas cahaya mengalir dari kedua tangannya.
"Sesungguhnya, saya baru saja menggunakan sebuah alat yang dirangkaikan dengan
muatan superdingin untuk memotret tangan seorang penyembuh ruhaniah yang sedang
bekerja. Foto-fotonya sangat menyerupai gambaran Yesus di jendela kaca-patri
itu... aliran energi mengalir dari ujung-ujung tangan penyembuh itu."
Benak yang terlatih dengan baik, pikir Galloway, serta mengulum senyuman.
Bagaimana menurutmu cara Yesus menyembuhkan orang sakit"
"Saya sadari," ujar Katherine, "bahwa pengobatan mengolok-olok dukun dan
penyembuh, tapi saya menyadari dengan mata kepala saya sendiri. Kamera-kamera
CCD memotret lelaki ini sedang mentransmisikan medan besar dari ujung-ujung jari
tangannya ... dan secara harfiah mengubah susunan sel pasiennya. Jika itu bukan
kekuatan seperti Yesus, saya tidak tahu lagi."
Dean Galloway membiarkan senyumnya tersungging. Katherine punya kegairahan
membara yang sama seperti kakaknya. "Peter pernah membandingkan Ilmu Noetic
dengan para penjelajah awal yang diejek karena memercayai pendapat sesat
mengenai bumi yang bulat. Dalam semalam saja, para penjelajah ini berubah dari
orang tolol menjadi pahlawan, menemukan dunia-dunia yang belum dipetakan dan
memperluas cakrawala semua orang di planet ini. Menurut Peter, Anda akan
melakukan hal ini juga. Dia punya yang sangat tinggi terhadap pekerjaan Anda.
Bagaimanapun, pergeseran filosofis besar dalam sejarah dimulai dengan satu
gagasan tunggal yang berani."
Tentu saja Galloway tahu, seseorang tidak perlu pergi Katedral untuk menyaksikan
bukti gagasan baru yang berani ini, mengenai potensi manusia yang belum tergali
ini. Katedral menyelenggakan lingkaran-lingkaran doa penyembuhan bagi mereka
yang sakit dan telah berkali-kali menyaksikan hasil yang benar-benar ajaib,
yaitu perubahan-perubahan fisik yang didokumentasikan secara medis.
Pertanyaannya bukanlah apakah Tuhan memberikan kekuatan luar biasa kepada
manusia... melainkan bagaimana kita membebaskan kekuatan itu.
Kepala katedral tua itu meletakkan kedua tangannya dengan hormat pada sisi-sisi
Piramida Mason, lalu berkata dengan sangat tenang. "Sobat-sobatku, aku tidak
tahu persis ke mana piramida ini menunjuk... tapi inilah yang kuketahui: Ada
harta karun spiritual luar biasa yang terkubur di suatu tempat di luar sana...
harta karun yang telah menunggu dengan sabar dalam kegelapan selama bergenerasi-
generasi. Aku yakin, itulah katalisator yang punya kekuatan untuk mengubah dunia
ini." Kini dia menyentuh ujung emas batu- puncak. "Dan karena piramida ini sudah
disusun... waktunya hampir tiba. Dan, mengapa tidak" Janji pencerahan
transformasional luar biasa telah lama diramalkan."
"Bapa," ujar Langdon dengan nada menantang, "kita semua sangat mengenal Wahyu
Santo Yohanes dan arti harfiah Kiamat, tapi ramalan Alkitab tampaknya -"
"Oh, astaga, Kitab Wahyu adalah kekacauan!" ujar kepala Katedral itu. "'Tak
seorang pun tahu cara membacanya. Aku membicarakan benak-benak jernih yang
menulis dengan bahasa yang jelas - ramalan Santo Augustinus, Sir Francis Bacon,


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Newton, Einstein, daftarnya tidak pernah berakhir, semuanya mengantisipasi momen
pencerahan transformatif. Bahkan, Yesus sendiri berkata, 'Tidak ada sesuatu yang
tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang
tidak akan diketahui dan diumumkan.'"
"Itu prediksi yang aman untuk disebutkan," ujar Langdon.
"Pengetahuan berkembang secara eksponensial. Semakin banyak yang kita ketahui,
semakin besar kemampuan kita untuk belajar, dan semakin cepat kita mengembangkan
dasar pengetahuan kita."
"Ya," imbuh Katherine. "Kita melihat hal ini dalam ilmu pengetahuan sepanjang
waktu. Setiap teknologi baru yang kita ciptakan akan menjadi alat untuk
menemukan teknologi- teknologi baru... dan itu semakin berkembang. Itulah
sebabnya mengapa ilmu pengetahuan semakin maju dalam lima tahun terakhir ini
jika dibandingkan dengan lima ribu tahun sebelumnya. Perkembangan eksponensial.
Secara matematis, dengan berlalunya waktu, eksponensial kemajuan menjadi nyaris
vertikal, dan pengembangan baru terjadi begitu cepat."
Keheningan muncul di kantor kepala katedral, dan Galloway merasa bahwa kedua
tamunya masih tidak tahu bagaimana piramida ini bisa membantu mereka
mengungkapkan sesuatu lebih lanjut. Itulah sebabnya mengapa takdir membawa
kalian kepadaku, pikirnya. Aku punya peranan yang harus dimainkan. Selama
bertahun-tahun, Pendeta Colm GaRoway, bersama dengan saudara-saudara Masonnya,
memainkan peranan penjaga gerbang. Kini, peranan itu berubah total.
Aku bukan lagi penjaga gerbang.... Aku pemandu.
"Profesor Langdon?" ujar Galloway, seraya menjulurkan tangan melintasi meja.
"Silakan pegang tanganku."
Robert Langdon merasa ragu ketika menatap telapak tangan Galloway yang
terentang. Kita hendak berdoa" Dengan sopan, Langdon menjulurkan tangan dan meletakkan tangan kanannya pada
tangan keriput kepala katedral itu. Lelaki tua itu menggenggam tangan Langdon
erat-erat, tetapi tidak segera mulai berdoa. Dia malah mencari jari telunjuk
Langdon dan mengarahkannya ke dalam kotak- batu yang tadinya menampung batu
puncak emas itu. "Matamu telah membutakanmu," ujar kepala katedral. "Jika kau melihat dengan
ujung-ujung jarimu seperti yang kulakukan, kau akan menyadari bahwa kotak ini
masih punya sesuatu untuk diajarkan kepadamu."
Dengan patuh, Langdon menelusurkan ujung jari tangannya ke seluruh bagian dalam
kotak, tapi dia tidak merasakan apa- apa. Bagian dalamnya benar-benar halus.
"Teruslah mencari," ujar Galloway.
Akhirnya, ujung jari lengan Langdon merasakan sesuatu - lingkaran mungil yang
menonjol - titik sangat kecil di tengah dasar kolak. Dia mengeluarkan tangan dan
mengintip ke dalam. Lingkaran kecil itu benar-benar tidak terlihat dengan mata
telanjang. Apa itu" "Kau mengenali simbol itu?" tanya Galloway.
"Simbol?" jawab Langdon. "Aku hampir tidak bisa melihat apa-apa."
"Tekan simbol itu."
Langdon melakukan seperti yang diminta, menekankan ujung lari tangannya pada
titik itu. Apa menurutnya yang akan terjadi"
"Tekankan jari tanganmu," ujar kepala katedral. "Berikan tekanan."
Langdon melirik Katherine, yang tampak kebingungan ketika menyelipkan rambut ke
belakang telinga. Beberapa detik kemudian, kepala katedral itu akhirnya mengangguk. "Oke, lepaskan
tanganmu. Alkimianya sudah selesai."
Alkimia" Robert Langdon mengeluarkan tangan dari kotak batu dan duduk dalam
keheningan yang membingungkan. Sama sekali tidak ada yang berubah. Kotak itu
tergeletak begitu saja di atas meja.
"Tidak ada apa-apa," ujar Langdon.
"Lihat ujung jarimu," jawab kepala katedral. "Seharusnya kau melihat adanya
perubahan." Langdon memandangi jarinya, tapi satu-satunya perubahan yang bisa dia lihat
adalah lekukan di kulit akibat tonjolan melingkar itu - lingkaran mungil dengan
sebuah titik di bagian tengahnya.
"Nah, apakah kau mengenali simbol ini?" tanya kepala katedral.
Walaupun Langdon mengenali simbolnya, dia lebih terkesan dengan kemampuan kepala
katedral meraba detail itu. Tampaknya, melihat dengan ujung-ujung jari adalah
suatu keahlian yang dipelajari.
"Itu berhubungan dengan alkimia," ujar Katherine, sambil menggeser kursi lebih
dekat dan meneliti jari Langdon. "Itu simbol kuno untuk emas."
"Memang." Kepala katedral tersenyum dan menepuk kotak.
"Profesor, selamat. Kau baru saja mencapai sesuatu diperjuangkan oleh semua
alkemis dalam sejarah. Dari substansi tak berharga, kau telah menciptakan emas."
Langdon mengemyit, tidak terkesan. Tipuan amatir kecil ini tampaknya sama sekali
tidak membantu. "Gagasan menarik. Tapi aku khawatir simbol ini - lingkaran
dengan titik di tengahnya, punya lusinan arti. Simbol ini disebut circumpunct,
dan merupakan salah satu simbol yang paling banyak digunakan dalam sejarah."
"Kau bicara apa?" tanya kepala katedral, kedengaran skeptis.
Langdon terpana karena anggota Mason itu tidak lebih mengenal pentingnya simbol
ini secara spiritual. "Pak, circumpunct, punya arti yang tak terhitung
banyaknya. Di Mesir kuno, itu simbol Ra-Dewa Matahari - dan astronomi modern
masih menggunakannya sebagai simbol matahari. Dalam filsafat Timur, circumpunct
merepresentasikan pemahaman spiritual Mata Ketiga, mawar suci dan tanda
penerangan. Penganut Kabbalah menggunakannya untuk menyimbolkan Kether-Sephiroth
tertinggi dan 'yang paling tersembunyi dari segala yang tersembunyi'. Penganut
mistik menyebutnya sebagai Mata Tuhan, dan itulah asal Mata.... Melihat pada the
Great Seal. Penganut Pythagoras menggunakan circumpunct sebagai simbol Monad-
Kebenaran Suci, The Priset Sapienta, at-one-ment (penyatuan) benak dan jiwa,
dan-" "Cukup!" Kini Dean Galloway tergelak. "Profesor, terima kasih. Kau benar, tentu
saja." Kini Langdon menyadari bahwa dia baru saja dipermainkan.
Dia mengetahui semua itu.
"Circumpunct," ujar Galloway, yang masih tersenyum sendiri, "pada dasarnya
adalah simbol Misteri Kuno. Oleh karena itu menurutku, kehadirannya di dalam
kotak ini bukanlah kobetulan. Legenda mengatakan bahwa rahasia- rahasia peta ini
tersembunyi di dalam detail-detail terkecil."
"Baiklah," kata Katherine, " tapi, seandainya pun simbol ini diukirkan di sana
secara sengaja, simbol ini tidak membawa kita semakin makin dekat dengan
pemecahan peta, bukan?"
"Tadi kau mengatakan segel-lilin yang kau patahkan dicap timbul dengan cincin
Peter?" "Benar." "Dan kau mengatakan membawa cincin itu bersamamu?"
"Ya." Langdon merogoh saku,, menemukan cincin itu, mengeluarkannya dari kantong
plastik, dan meletakkannya di atas meja di hadapan kepala katedral.
Galloway memungut cincin itu dan mulai meraba-raba permukaannya. "Cincin unik
ini diciptakan pada saat yang sama dengan Piramida Mason, dan secara tradisional
dikenakan oleh kaum Mason yang bertugas melindungi piramida. Malam ini, ketika
meraba Circumpunct mungil di dasar kotak batu, kusadari bahwa cincin ini
sesungguhnya merupakan bagian dari symbolon."
"Benarkah?" "Aku yakin itu. Peter sahabat terdekatku, dan dia mengenakan cincin ini selama
bertahun-tahun. Aku cukup mengenal benda ini." Dia menyerahkan cincin itu kepada
Langdon. " Lihat sajalah sendiri."
Langdon mengambil cincin itu dan menelitinya, menelusurkan jari-jari tangannya
di atas phoenix berkepala- dua, angka 33, kata-kata ORDO AB CHAQ, dan juga kata-
kata Semuanya terungkap pada derajat ketiga puluh tiga. Dia tidak merasakan
sesuatu yang bisa membantu. Lalu,, ketika jari-jari tangannya menelusuri bagian
luar lingkaran cincin, dia langsung berhenti. Dengan terkejut, dia membalikkan
cincin dan meneliti bagian dasar lingkaran cincinnya.
"Kau menemukannya?" tanya Galloway.
"Ya, kurasa begitu," jawab Langdon.
Katherine menggeser kursi lebih dekat. "Apa?"
"Tanda derajat pada lingkaran cincin," ujar Langdon sambil menunjukkan. "Begitu
kecil sehingga tidak terlalu bisa dilihat dengan mata. Tapi jika merabanya, kau
bisa mengetahui suatu lekukan seperti goresan melingkar mungil." Tanda derajat
berada di tengah dasar lingkaran cincin ... dan tampaknya ukurannya memang sama
dengan lingkaran menonjol di dasar kubus."
"Ukurannya sama?", Katherine bergerak semakin dekat lagi, kini kedengarannya
bersemangat. "Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya." Langdon mengambil cincin itu,
memasukkannya ke dalam kotak, lalu menyibakkan kedua lingkaran mungil itu.
Ketika dia menekan cincin, lingkaran menonjol di kotak masuk ke dalam lekukan
cincin, dan suara klik samar, tapi mantap. Mereka semua terlompat.
Langdon menunggu, tapi tidak terjadi apa-apa.
"Apa itu"!" tanya pendeta.
"Tidak ada apa-apa," jawab Katherine. "Cincin itu terkunci ditempatnya... tapi
tidak terjadi apa-apa lagi."
"Tidak ada perubahan besar?" Galloway tampak bingung.
Kita belum selesai, pikir Langdon menyadari seraya menunduk memandangi lambang-
timbul cmcin-phoenix berkepala di angka 33. Semuanya terungkap pada derajat
ketiga puluh tiga. Benaknya dipenuhi pikiran mengenai Pythagoras, geometri suci,
dan sudut. Ia bertanya-tanya, mungkinkah kata derajat punya arti matematis.
Perlahan-jahan, kini dengan jantung berdetak lebih cepat, Langdon menjulurkan
tangan dan meraih cincin yang melekat di dasar kotak-kubus. Lalu, perlahan-
lahan, dia mulai memutar cincin ke kanan.
Semuanya terungkap pada derajat ketiga puluh tiga.
Langdon memutar cincin sepuluh derajat... dua puluh derajat... tiga puluh
derajat. Kejadian selanjutnya benar-benar di luar dugaan Langdon.
BAB 85 Perubahan. Dean Galloway mendengar apa yang terjadi, jadi dia tidak perlu melihatnya.
Di seberang meja, Langdon dan Katherine terdiam terpaku, tak diragukan lagi
merasa takjub dan membisu, menatap kubus batu yang baru saja mengubah diri
dengan suara keras dihadapan mata mereka itu.
Mau tak mau Galloway tersenyum. Dia sudah mengantisipasi hasilnya. Walaupun
masih belum tahu bagaimana perkembangan baru ini pada akhirnya akan membantu
mereka memecahkan teka-teki piramida, dia menikmati peluang langka mengajari
seorang simbolog Harvard sesuatu mengenai simbol.
"Profesor," kata kepala katedral itu, "hanya sedikit orang yang menyadari bahwa
kaum Mason menghormati bentuk kubus - atau kami menyebutnya ashlar - karena
merupakan representasi tiga dimensi dari simbol lain... simbol dua dimensi yang
lebih kuno." Galloway tidak perlu bertanya apakah profesor itu mengenali simbol
kuno yang kini terhampar di hadapan mereka di atas meja. Itu salah satu simbol
paling terkenal di dunia.
Pikiran Robert Langdon teraduk-aduk ketika dia menatap kotak yang berubah di
atas meja di hadapannya. Aku sama sekali tidak tahu....
Beberapa saat yang lalu, dia menjangkau ke dalam kotak batu, meraih cincin
Mason, dan perlahan-lahan memutarnya. Ketika dia memutar cincin sampai tiga
puluh tiga derajat, kubus itu mendadak berubah di hadapan matanya. Panel- panel
yang menyusun semua sisi kotak berjatuhan ketika engsel-engsel tersembunyi
terlepas. Kotak itu langsung roboh, panel-panel samping tutupnya jatuh ke depan,
menampar keras meja. Kubus itu berubah menjadi salib, pikir Langdon. Alkimia, simbolis.
Katherine tampak bingung melihat kubus yang roboh.
"Piramida Mason berhubungan dengan... ajaran Kristen." Sejenak Langdon
menanyakan hal yang sama.
Bagaimanapun salib Kristen merupakan simbol yang dihormati dalam Persaudaraan
Mason, dan jelas ada banyak kaum Mason yang Kristen. Akan tetapi, kaum Mason
juga banyak yang Yahudi, Muslim, Buddhis, Hindu, juga mereka yang tidak punya
nama bagi Tuhan mereka. Kemunculan simbol Kristen secara eksklusff tampaknya
membatasi. Lalu, arti sejati simbol ini terpikirkan oleh Langdon.
"Itu bukan salib," ujar Langdon, yang kini berdiri. "Salib dengan circumpunct di
bagian tengahnya merupakan simbol peleburan dua simbol untuk menciptakan satu
simbol." "Kau bilang apa?" Mata Katherine mengikuti Langdon yang mondar-mandir di dalam
ruangan. "Sampai abad ke-4," jelas Langdon, "salib bukan simbol Kristen. Jauh sebelum
itu, salib digunakan oleh orang-orang Mesir untuk merepresentasikan persimpangan
antara dua dimensi - manusia dan surga. Seperti yang di atas, demikian juga yang
bawah. Itu representasi visual persimpangan tempat manusia dan Tuhan menjadi
satu." "Oke." "Circumpunct," jelas Langdon, "sudah kita ketahui memiliki banyak arti - salah
satunya yang paling esoteris adalah mawar, simbol alkimia untuk
kesempurnaan.Tapi jika kau meletakkan mawar di tengah salib, kau akan
menciptakan simbol lain yang benar-benar berbeda - Salib Mawar."
Galloway bersandar di kursinya, tersenyum. "Wah, wah. Hebat sekali."
Kini Katherine juga berdiri. "Apa yang kulewatkan?"
"Salib Mawar," jelas Langdon, "adalah simbol umum dalam Persaudaraan Mason
Bebas. Sesungguhnya, salah satu derajat dalam Scottish Rite disebut 'Kesatria
Salib Mawar', untuk menghormati para penganut Rosicrucian awal, yang memberikan
sumbangan pada filsafat mistis Mason. Peter mungkin sudah menyebutkan penganut-
penganut Rosicrucian kepadamu. Lusinan ilmuwan besar menjadi anggotanya - John
Dee, Elias Ashmole, Robert Fludd..."
"Benar sekali," ujar Katherine. "Aku sudah membaca semua Manifesto Rosicrucian
di dalam risetku." Semua ilmuwan harus melakukannya, pikir Langdon. Ordo Salib Mawar - atau lebih
resminya disebut Ordo Rosae Crucis Kuno dan Mistis - punya sejarah misterius
yang sangat memengaruhi ilmu pengetahuan dan sangat paralel dengan legenda
Misteri Kuno... saga-saga kuno dengan kebijakan rahasia yang diturunkan selama
berabad-abad dan hanya dipelajari oleh orang-orang terpintar. Daftar penganut
Rosicrucian yang terkenal dalam sejarah memang terdiri atas deretan orang
terkenal Renaisans Eropa: Paracelsus, Bacon, Fludd, Descartes, Pascal, Spinoza,
Newton, Leibniz. Menurut doktrin Rosicrucian, ordo itu didirikan berdasarkan kebenaran esoteris
masa lampau kuno, yaitu kebenaran- kebenaran yang harus "disembunyikan dari
manusia biasa" dan menjanjikan pemahaman luar biasa dalam "ranah spiritual".
Simbol kelompok persaudaraan ini telah berkembang selama bertahun-tahun menjadi
bunga mawar pada salib berhias, tapi simbol itu dimulai sebagai lingkaran
berbintik yang lebih sederhana pada salib tanpa hiasan - manifestasi mawar yang
paling sederhana pada manifestasi salib yang paling sederhana.
"Aku dan Peter sering mendiskusikan filsafat Rosicrucian", kata Galloway kepada
Katherine. Ketika kepala katedral mulai menjelaskan hubungan balik antara Persaudaraan
Mason dan Rosicrucianisme, Langdon merasakan perhatiannya teralihkan kembali
pada pikiran yang telah mengganggunya sepanjang malam. Jeova Sanctus Unum. Entah
bagaimana frasa ini berhubungan dengan alkimia. Dia masih bisa mengingat secara
pasti apa yang dikatakan Peter mengenai frasa itu. Tapi, untuk alasan tertentu,
penyebutan Rosicrucian tampaknya menyalakan kembali pikiran itu. Berpikirlah,
Robert. "Pendiri Rosicrucian," ujar Galloway, "konon ada seorang mistik Jerman yang
bernama Christian Rosenkreuz - jelas samaran - mungkin untuk Francis Bacon, yang
diyakini beberapa sejarahwan mendirikan sendiri kelompok itu, walaupun, ada
bukti -" "Nama samaran!" teriak Langdon mendadak, mengejutkan semua orang, bahkan dirinya
sendiri. "Itu dia! Jeova Sanctus Unum itu nama samaran!"
"Kau bicara apa?" desak Katherine.
Denyut nadi Langdon kini semakin cepat. "Sepanjang aku mencoba mengingat apa
yang dikatakan Peter mengenai Jeova Sanctus Unum dan hubungannya dengan alkimia.
Akhirnya, aku ingat! Itu bukan mengenai alkimia, melainkan mengenai seorang
alkemis! Alkemis yang sangat terkenal!" Galloway tergelak. "Sudah saatnya,
Profesor. Aku menyebut namanya dua kali, dan juga kata nama samaran." Langdon
menatap kepala katedral tua itu. "Kau tahu?"
"Wah, aku sudah curiga ketika kau mengatakan bahwa itu bunyinya Jeova Sanctus
Unus dan kodenya dipecahkan dengan menggunakan persegi empat ajaib Durer. Tapi
ketika kau menemukan Salib Mawar, aku merasa yakin. Seperti yang mungkin kau
ketahui makalah-makalah pribadi ilmuwan yang sedang kita bahas ini menyertakan
salinan manifesto- manifesto Rosicrucian dengan banyak sekali catatan."
"Siapa?" tanya Katherine.
"Salah satu ilmuwan terbesar di dunia!" jawab Langdon.


Simbol Yang Hilang The Lost Symbol Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia seorang alkemis, anggota Royal Society of London, pengikut Rosicrucian, dan
menandatangani beberapa makalah ilmu pengetahuannya yang paling rahasia dengan
nama samaran - 'Jeova Sanctus Unus'"
"Satu Tuhan Sejati?" tanya Katherine. "Lelaki rendah hati."
"Sesungguhnya lelaki cerdas," ujar Galloway membetulkan.
"Dia menandatangani namanya dengan cara seperti itu karena, seperti ahli-ahli
kuno, dia menganggap dirinya sendiri suci. Juga karena keenam belas huruf dalam
Jeova Sanctus Unus bisa diatur kembali untuk menyebut namanya dalam bahasa
Latin, menciptakan nama samaran yang sempurna."
Kini Katherine tampak kebingungan. "Jeova Sanctus Unus adalah anagram nama
seorang alkemis terkenal dalam bahasa Latin?"'
Langdon meraih secarik kertas dan pensil dari meja kepala katedral, lalu menulis
sembari bicara. "Bahasa Latin saling mempertukarkan huruf J dengan Idan huruf V
dengan U, yang berarti Jeova Sanctus Unus bisa diatur kembali dengan sempurna
untuk menyebut nama lelaki ini."
Langdon menuliskan keenam belas huruf itu: Isaacus Neutonuus.
Dia menyerahkan kertas itu kepada Katherine dan berkata, "Kurasa, kau pernah
mendengar tentang dia."
"Isaac Newton?" desak Katherine, seraya memandang kertas itu. "Itukah yang
hendak dikatakan oleh ukiran pada piramida itu kepada kita?"
Sejenak Langdon serasa kembali berada di Westminster Abbey, berdiri di makam
Newton yang berbentuk piramida - tempat dia mengalami kesadaran yang serupa. Dan
malam ini, ilmuwan besar itu kembali muncul ke permukaan. Bukan kebetulan, tentu
saja... piramida-piramida, misteri-misteri, ilmu pengetahuan, pengetahuan yang
tersembunyi... semuanya saling berkaitan. Nama Newton selalu menjadi tonggak
petunjuk yang berulang-ulang muncul bagi mereka yang mencari pengetahuan
rahasia." "Isaac Newton," ujar Galloway, "agaknya berhubungan dengan cara memecahkan arti
piramida. Tak bisa kubayangkan seperti apa, tapi...-"
"Genius!" teriak Katherine dengan mata terbelalak."Begitulah cara mengubah
piramida itu!" "Kau mengerti?" tanya Langdon.
"Ya!" jawab Katherine. "Aku tidak percaya kita tidak melihatnya! Sudah berada
tepat di hadapan kita. Proses alkimia sederhana. Aku bisa mengubah piramida ini
dengan menggunakan ilmmu pengetahuan dasar! Ilmu pengetahuan Newton!"
Langdon berusaha keras untuk mengerti.
"Dean Galloway," ujar Katherine. "Jika kau membaca cincin itu, bunyinya-"
"Berhenti!" Mendadak kepala katedral tua itu mengangkat jari tangan ke udara dan
mengisyaratkan mereka untuk diam. Perlahan-lahan dia memiringkan kepala, seakan
mendengarkan sesuatu. Setelah beberapa saat, mendadak dia berdiri. "Sobat-
sobatku, piramida ini jelas meninggalkan rahasia-rahasia untuk diungkapkan. Aku
tidak tahu apa yang diketahui Miss Solomon, tapi jika dia mengetahui langkah
selanjutnya, aku harus memainkan perananku. Kemasi barang-barang kalian dan
jangan berkata apa-apa lagi kepadaku. Tinggalkan aku dalam kegelapan untuk saat
ini. Aku lebih suka tidak punya informasi yang bisa dibagikan, seandainya para
pengunjung kita mencoba memaksaku."
"Pengunjung?" ujar Katherine, seraya mendengarkan. "Aku tidak mendengar seorang
pun." "Akan kau dengar," jawab Galloway, seraya berjalan ke pintu, "Cepat."
Di seberang kota, sebuah menara telepon berusaha menghubungi telepon yang
tergeletak hancur di Massachusetts Avenue.
Ketika tidak menemukan sinyal, menara itu mengarahkan kembali panggilan telepon
itu ke pesan suara. "Kau di mana?" "Robert," teriak suara panik Warren Bellamy, "Kau dimana" Telepon aku! Terjadi
sesuatu yang mengerikan."
BAB 86 Dalam kilau biru-langit lampu-lampu ruang bawah tanah, Mal'akh berdiri di depan
meja batu dan melanjutkanpersiapan- persiapannya. Selama dia bekerja, perut
kosongnya berkeroncongan. Dia tidak mengacuhkannya. Hari-hari pelayanannya
terhadap keinginan ragawi sudah ditinggalkannya.
Perubahan memerlukan pengorbanan.
Seperti banyak lelaki lain yang paling berkembang secara spiritual dalam
sejarah, Mal'akh telah mengikatkan diri pada jalannya dengan melakukan
pengorbanan daging yang termulia. Pengebirian tidak terlalu menyakitkan seperti
yang dibayangkannya. Dan belakangan dia tahu, tindakan itu jauh lebih umum
dilakukan daripada yang dia kira. Setiap tahun, ribuan lelaki menjalani
pengebirian melalui operasi - prosesnya dikenal sebagai orkietomi - motivasi
mereka berkisar antara masalah-masalah lintas-gender, mengendalikan kecanduan
seksual, sampai keyakinan spiritual yang tertanam kuat. Motivasi Mal'akh adalah
jenis yang paling mulia. Seperti Attis yang mengebiri diri sendiri dalam mitos,
Mal'akh tahu bahwa untuk mencapai keabadian, diperlukan pemutusan total dari
dunia material laki-laki dan perempuan.
Androgin adalah satu. Saat ini, lelaki-lelaki terkebiri dijauhi, walaupun orang kurang memahami
kekuatan yang menjadi sifat pengorbanan transmutasional ini. Orang-orang Kristen
kuno bahkan mendengar Yesus sendiri menyanjung kebajikan-kebajikannya dalam
Matius 19: 12, "dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauan
sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti ia mengerti."
Peter Solomon telah melakukan pengorbanan daging, walaupun sebelah tangan adalah
harga kecil dalam rencana besar. Akan tetapi ketika malam berakhir, Solomon akan
melakukan pengorbanan yang jauh, jauh lebih besar.
Untuk menciptakan, aku harus menghancurkan.
Begitulah sifat alami polaritas.
Tentu saja Peter Solomon patut menerima takdir yang menantinya malam ini. Akan
menjadi akhir yang pas. Dulu sekali, dia memainkan peranan penting dalam jalur
kehidupan fana Mal'akh. Oleh karena itu, Peter telah dipilih untuk memainkan
peranan penting dalam perubahan besar Mal'akh. Lelaki ini pantas mengalami semua
kengerian dan kesakitan yang bakal diterimanya. Peter Solomon bukanlah manusia
seperti yang dipercayai oleh dunia.
Dia mengorbankan putranya sendiri.
Peter Solomon pernah memberikan pilihan yang mustahil - kekayaan atau kebijakan
-kepada putranya, Zachary. Zachary memilih dengan buruk. Keputusan anak laki-
laki itu mengawali serangkaian kejadian yang pada akhirnya menyeret pemuda itu
ke dalam neraka. Penjara Soganlik. Zachary Solomon mati dalam penjara Turki itu.
Seluruh dunia mengetahui ceritanya... tapi mereka tidak tahu kalau Peter Solomon
seharusnya bisa menyelamatkan putranya.
Aku ada di sana, pikir Mal'akh. Aku mendengar semuanya.
Mal' akh tidak pernah melupakan malam itu. Keputusan brutal Solomon berarti
kematian bagi putranya, Zach, tapi menjadi kelahiran Mal'akh.
Seseorang harus mati sehingga yang lain bisa hidup.
Ketika lampu di atas kepala Mal'akh mulai kembali berubah warna, dia menyadari
larutnya malam. Dia menyelesaikan persiapan-persiapannya dan kembali menaiki
rampa. Sudah saatnya mengurus masalah-masalah dunia fana. [ ]
BAB 87 Semuanya terungkap pada derajat ketiga puluh tiga, pikir Katherine seraya
berlari. Aku tahu cara mengubah piramida itu. Jawabannya sudah berada di depan
mata mereka sepanjang malam.
Katherine dan Langdon kini sendirian, bergegas menyusuri ruang tambahan
katedral, mengikuti papan-papan tanda "kebun". Kini, persis seperti yang
dijanjikan oleh kepala katedral, mereka keluar dari katedral dan memasuki
pekarangan kebun berdinding.
Kebun katedral terpencil, berbentuk persegi lima dan dilengkapi air mancur
perunggu postmodern. Katherine tak mendengar betapa keras aliran air mancur itu
menggema di pekarangan. Lalu dia menyadari bahwa bukan suara air mancur yang
didengarnya. "Helikopter! " teriaknya, ketika sorot cahaya menembus langit malam di atas
mereka. "Berlindunglah di bawah tiang- tiang penyangga itu!"
Kilau terang lampu sorot membanjiri kebun persis ketika Langdon dan Katherine
mencapai sisi seberang dan menyelinap di balik sebuah lengkungan Gothik menuju
terowongan ke halaman luar. Mereka menunggu, meringkuk di dalam terowongan,
sementara helikopter melintas di atas kepala dan mulai mengitari katedral dalam
lengkungan- lengkungan lebar.
"Kurasa, Galloway benar ketika mendengar kedatangan pengunjung," ujar Katherine
terkesan. Mata yang buruk menjadikan telinga tajam. Kini telinganya sendiri
berdentam- dentam seirama denyut nadinya yang berpacu.
"Ke sini," ujar Langdon, seraya mencengkoram tas bahu dan bergerak melintasi
lorong. Dean Galloway telah memberi mereka sebuah kunci dan serangkaian petunjuk yang
jelas. Sayangnya, ketika mencapai ujung terowongan pendek itu, ternyata mereka
dipisahkan dari tujuan oleh bentangan luas halaman terbuka yang saat ini
dibanjiri cahaya dari helikopter di atas kepala.
"Kita tidak bisa menyeberang", ujar Katherine.
"Tunggu... lihat." Langdon menunjuk bayangan hitam yang mewujud di halaman, di
sebelah kiri mereka. Bayangan itu berawal dari sebuah titik tak berbentuk, tapi
berkembang dengan cepat, bergerak ke arah mereka, menjadi semakin jelas,
bergegas menghampiri mereka semakin cepat dan semakin cepat, memanjang, dan
akhirnya mereka semakin persegi panjang hitam besar yang dimahkotai dua menara
yang sangat tinggi. "Bagian depan katedral menghalangi lampu sorot", jelas Langdon.
"Mereka mendarat di depan"
Langdon meraih tangan Katherine. "Lari! Sekarang!"
Di dalam katedral, Dean Galloway merasakan ringannya langkah yang tidak pernah
dirasakannya selama bertahun- tahun. Dia bergerak melewati Persimpangan Besar,
menyusuri bagian tengah gereja, menuju pintu-pintu depan.
Kini dia bisa mendengar helikopter itu melayang di depan katedral, dan dia
membayangkan lampu-lampunya menembus jendela mawar di hadapannya, memancarkan
warna-warna spektakuler ke seluruh tempat suci itu.
Dia ingat semasa masih bisa melihat warna. Ironisnya, kekosongan tanpa cahaya
yang menjadi dunianya telah menerangi banyak hal untuknya. Kini aku bisa melihat
lebih jelas daripada sebelumnya.
Galloway terpanggil melayani Tuhan semasa muda, dan sepanjang hidupnya , dia
teramat sangat menyukai gereja. Seperti banyak koleganya yang menyerahkan hidup
mereka sepenuhnya kepada Tuhan, Galloway merasa lelah. Dia menghabiskan hidupnya
dengan berjuang agar bisa didengar di tengah hiruk-pikuk ketidaktahuan.
Apa yang kuharapkan"
Mulai dari Perang Salib, sampai Inkuisisi, sampai penemuan benuah Amerika - nama
Yesus dibajak sebagai sekutu dalam segala perjuangan untuk meraih kekuasaan.
Semenjak permulaan, mereka yang tidak berpengetahuan selalu berteriak paling
keras untuk menggiring massa yang tidak menaruh curiga dan memaksa mereka
berbuat sesuai perintah. Mereka mempertahankan keinginan-keinginan duniawi
dengan mengutip Alkitab yang tidak mereka pahami. Mereka mengumumkan intoleransi
mereka sebagai keyakinan mereka. Kini, setelah bertahun-tahun, umat beriman,
akhirnya berhasil menghapuskan segala yang begitu indah mengenai Yesus.
Malam ini, menjumpai simbol Salib Mawar membangkitkan harapan besar Galloway,
mengingatkannya akan ramalan yang tertulis dalam manifesto-manifesto
Rosicrucian, yang sudah dibaca Galloway berulang-ulang pada masa lampau dan
masih bisa diingatnya. Bab Satu: Jehova akan menebus dosa umat manusia dengan mengungkapkan rahasia-
rahasia yang sebelumnya hanya diperuntukkan mereka yang terpilih.
Bab Empat: Seluruh dunia akan menjadi satu buku dan semua kontradiksi dalam ilmu
pengetahuan dan teologi akan diakurkan.
Bab Tujuh: Sebelum akhir dunia, Tuhan akan menciptakan banjir besar cahaya
spiritual untuk meredakan penderitaan umat manusia.
Bab Delapan: Sebelum penyingkapan ini dimungkinkan, dunia harus menghilangkan
keracunannya akibat cawan beracun yang di penuhi kehidupan palsu anggur
teologis. Galloway tahu, gereja sudah lama tersesat, dan dia membaktikan hidupnya untuk
meluruskan jalan gereja. Kini dia menyadari bahwa momen itu sudah mendekat
dengan cepatnya. Malam selalu paling gelap sebelum fajar.
Agen lapangan CIA Turner Simkins duduk di atas kaki helikopter hikorsky ketika
benda itu menyentuh rerumputan bersaIju. Dia melompat turun, diikuti orang-
orangnya, dan segera melambaikan tangan agar helikopter itu kembali naik ke
udara untuk mengawasi semua pintu keluar. Tak seorang pun boleh meninggalkan
gedung ini. Ketika helikopter naik kembali ke dalam langit malam, Simkinsa dan timnya lari
menaiki tangga menuju pintu masuk utama katedral. Sebelum dia bisa memutuskan
harus mengetuk pintu yang mana dari keenam pintu itu, salah satu pintu mengayun
terbuka. "Ya?" kata suara tenang dari dalam bayang-bayang.
Simkins nyaris tidak bisa melihat sosok bungkuk berjubah pendeta itu. "Anda Dean
Colin Galloway?" "Ya," jawab lelaki tua itu.
"Saya mencari Robert Langdon. Apakah Anda melihatnya?" Lelaki tua itu kini
melangkah maju, menatap Simkins dengan mata kosong mengerikan. "Nah, bukankah
itu akan merupakan suatu keajaiban?" [ ]
BAB 88 Waktunya hampir habis. Analis keamanan Nola Kaye sudah kehilangan kesabaran dan isi cangkir kopi ketiga
yang kini diminumnya sudah mulai menjalari tubuhnya seperti arus listrik.
Belum ada berita dari Sato.
Akhinya telepon berdering dan Nola terlompat. "OS,"
jawabnya. "Nola di sini.
"Nola, ini Rick Parrish dari keamanan sistem."
Nola memelorotkan tubuhnya. Bukan Sato. "Hai, Rick. Ada yang bisa kubantu"
"Aku ingin mengingatkanmu - departemen kami mungkin punya informasi yang
berhubungan dengan apa yang sedang kau kerjakan malam ini.
Nola meletakkan kopinya. Bagaimana kau bisa tahu apa sedang kukeriakan malam
ini" "Maaf?"
"Maaf, ini program CIbaru, kami sedang melakukan beta- test," Ujar Parrish.
"Program ini terus-menerus menunjukkan nomor stasiun-kerjamu.
Kini Nola menyadari apa yang dibicarakan oleh lelaki itu. Saat ini, Agensi
menjalankan Perangkat-lunak - collaborrative integration (integrasi kolaboratif)
baru yang dirancang untuk memberi peringatan-peringatan real-time ke departemen-
departemen yang berlainan ketika mereka kebetulan memproses medan-medan data
yang berhubungan. Di dalam era ancaman teroris yang sensitif-waktu, kunci untuk
menggagalkan bencana sering sesederhana peringatan yang memberitahumu bahwa lelaki di ujung lorong sedang menganalisis data yang sama yang kau perlukan. Sejauh
sepengetahuan Nola, perangkat-lunak CIA ini terbukti lebih merupakan gangguan
daripada bantuan nyata apa pun - perangkat-lunak constant interruption (gangguan
terus- menerus), begitulah dia menyebutnya.
"Benar, aku lupa," ujar Nola. "' Apa yang kau dapat?" Dia yakin tidak ada orang
lain di dalam gedung yang mengetahui adanya krisis ini, apalagi bisa
menanganinya. Satu-satunya pekerjaan komputer yang dilakukan Nola malam ini
adalah riset historis untuk Sato mengenai topik-topik Mason esoteris. Walaupun
demikian, dia harus berpura-pura.
"Wah, mungkin bukan apa-apa," jawab Parrish, "tapi kami menghentikan seorang
peretas malam ini, dan program CIterus-menerus menyarankanku agar membagikan
informasi ini kepadamu."
Seorang peretas" Nola meneguk kopi. "'Aku mendengarkan."
"Kira-kira satu jam yang lalu," jelas Parrish, "kami mencegah seorang lelaki
bernama Zoubianis yang sedang mencoba mengakses sebuah arsip di salah satu
pangkalan- data internal kami. Lelaki ini menyatakan dirinya disewa untuk
melakukan pekerjaan itu dan dia sama sekali tidak tahu mengapa dia dibayar untuk
mengakses arsip tertentu ini, dan dia bahkan tidak tahu kalau arsip itu berada
di sebuah server CIA."
"Oke." "Kami sudah selesai menanyainya, dan dia bersih. Tapi ada yang aneh. Arsip yang
sama yang menjadi sasarannya telah dimunculkan sebelumnya malam ini oleh sebuah
mesin-pencari internal. Tampaknya seseorang mendompleng sistem kami, menjalankan
pencarian kata-kunci spesifik, dan menghasilkan dokumen teredaksi. Masalahnya,
kata-kata kunci yang mereka gunakan sangat aneh. Dan terutama ada satu yang
Penguasa Gunung Lanang 1 Fear Street - Petualang Malam Night Games Jejak Jejak Kematian 3
^